1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - BAB I PUTRI NUR AIDA RYANTO MTK'14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini

  berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Seiring dengan berkembangnya pendidikan saat ini, banyak permasalahan yang muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses pembelajaran serta sarana dan prasarana yang mendukung. Pembelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa di sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagian siswa menganggapnya sebagai pelajaran yang sulit dan kurang diminati. Padahal siswa seharusnya menyadari bahwa kemampuan berfikir logis, kritis, cermat, efisien dan efektif adalah ciri pelajaran matematika yang dibutuhkan dalam menghadapi zaman yang semakin berkembang.

  Mengajarkan matematika tidak hanya sekedar sebagai sebuah pelajaran tentang fakta-fakta yang hanya akan membuat sekelompok orang

  

1 menjadi penghafal yang baik, tidak cerdas melihat hubungan sebab akibat, dan tidak pandai memecahkan masalah, tetapi mengajarkan matematika yang dapat membuat kemampuan penalaran berkembang. Sedangkan dalam menghadapi perubahan masa depan yang cepat, yang diperlukan bukan pengetahuan saja yang diperlukan, tetapi kemampuan mengkaji dan berfikir(bernalar) secara logis, kritis, dan sistematis.

  Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi akan tampak dari kemampuan berfikir secara logis, baik yang bersifat deduktif maupun induktif. Misalnya dalam menyelesaikan soal-soal matematika siswa mampu mengemukakan konsep-konsep yang mendasari penyelesaian soal.

  Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi juga mampu menghubungkan benda nyata, gambar maupun soal-soal cerita ke dalam ide matematika dan menjelaskan ide matematika baik dengan lisan maupun tulisan. Dalam rangka mencari penyelesaian masalah matematika tersebut, siswa didorong untuk membangun ide, menemukan dan mencoba strategi yang mungkin cocok, dan merumuskan serta membuktikan dugaan yang muncul sewaktumerespon masalah. Dengan menjalani semua proses itu diharapkan anak akan terbiasa dan terampil dalam mengolah nalarnya dalam rangka menyelesaikan masalah baik dalam ranah matematika maupun di luarnya. Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat dinilai dari sejauh mana perkembangan proses berpikir matematika dalam pembelajaran matematika. Proses berpikir matematika dalam pembelajaran matematika meliputi lima kompetensi standar yang utama yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, kemampuan koneksi, kemampuan komunikasi, dan kemampuan representasi (NCTM, 2000).

  Kemampuan matematika yang menjadi pokok dalam penelitian ini adalah penalaran matematis. Penalaran matematis merupakan bagian utama dalam matematika, terutama dalam penyelesaian masalah matematika. Jika kemampuan penalaran matematis tidak dikembangkan pada siswa, maka matematika hanya menjadi masalah bagi siswa saat mengikuti serangkaian prosedur dan tidak dapat menjelaskan alasan mengapa mereka menulis jawaban tersebut.

  Menurut Shadiq (Depdiknas, 2009) penalaran adalah suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris

  

reasoning menurut kamus The Random House Dictionary berarti the act or

process of person who reason (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan

  oleh seseorang). Sedangkan reason berarti the mental powers concerned

  

with forming conclusions, judgements of inferences (kekuatan mental yang

  berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian) (Effendy, 1984) Permasalahan yang terjadi pada sebagian siswa tampaknya mengalami kesulitan dalam memberi alasan yang benar dari jawaban yang mereka berikan. Usaha untukmeningkatkan kemampuan dan keterampilan berpikir matematis siswa khususnya kemampuan penalaran perlu mendapat perhatian dan usaha yang serius dari guru sebagai objek sentral dalam proses pembelajaran. Ada banyak cara mengembangkan kemampuan penalaran siswa, antaralain, guru memacu siswa agar mampu berfikir logis dengan memberikan soal-soalpenerapan sesuai dengan kehidupan sehari- hari yang kemudian diubah dalam bentuk matematika. Siswa sendiri juga dapat mengembangkan kemampuanpenalaran dengan belajar menganalisa sesuatu berdasarkan langkah-langkah yangsesuai dengan teorema dan konsep matematika.

  Hal ini dapat dicapai melalui proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan bermakna. Salah satu cara untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran matematika yang memerlukan keaktifan siswa baik secara fisik, intelektual, maupun emosional. Disinilah dituntut kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan model, strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang ada dalam upaya peningkatan penguasaan penalaran matematika. Untuk itu, model dan pendekatan pembelajaran matematika di kelas pun seharusnya dimodifikasi agar siswa sebagai generasi penerus memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi, baik dalam kemampuan penalaran matematikanya. Dalam hal ini tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, namun guru harus mampu mendorong siswa belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti penalaran matematika.

  Disamping perubahan pada model pembelajaran di kelas, guru atau tenaga pendidik juga diharapkan mampu berpikir kreatif dalam pembelajaran matematika.

  Salah satu alternatif pembelajaran yang digunakan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dalam matematika diantaranya adalah pembelajaran

  

Advance Organizers.Pembelajaran Advance Organizers merupakan model

  pembelajaran yang mengarahkan para siswa ke materi yang mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu menanamkan pengetahuan baru. Kebanyakan siswa menganggap matematika sebagai suatu masalah, sehingga model pembelajaran Advance Organizers (AO) sangat cocok dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Advance Organizers, siswa pertama diberi kerangka materi berupa ringkasan konsep-konsep dasar apa yang akan dipelajari, dan hubungannya dengan materi yang telah ada dalam struktur kognitif siswa.

  Pembelajaran menggunakan Advance Organizersdapat membuat belajar bersifat hafalanmenjadi bermakna dengan cara menjelaskanhubungan konsep baru dengan konsep relevanyang ada dalam struktur kognitif siswa, agar siswadapat memahami konsep lebih efektif dan efi sien.Untuk memahami konsep agar efektif dan efisiendiperlukan perencanaan pembelajaran sistematisagar proses pembelajaran menjadi bermakna.Jadi proses belajar tidak sekedar menghafalrumus-rumus saja, namunberusaha menghubungkan kerangka-kerangka ituuntuk menghasilkan pemahaman yang utuh,sehingga kerangka yang dipelajari akan dipahamisecara baik dan mudah diingat. Hal ini dimaksudkan agar masing- masing siswa dalam kelompok tersebut mampu mengkonstruk ide yang ada dalam kerangka tersebut. Lalu siswa di dalam kelompok tersebut bertukar ide atau gagasan lalu mengkonstruk bersama-sama karena kemampuan bernalar masing-masing siswa berbeda-beda.

  Berdasarkan pada deskripsi yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti ingin meneliti Apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Advance Organizerslebih baik dibandingkan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Advance Organizers?

  2. Bagaimana capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?

  3. Apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Advance Organizers lebih baik daripada kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Advance Organizers.

  2. Mengetahui capaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.

  3. Mengetahui apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Advance Organizers lebih baik dibandingkan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat :

  1. Bagi Guru Menambah wawasan terhadap salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipeAdvance Organizersdan dapat menerapkannya dikelas-kelas.

  2. Bagi Siswa Siswa diharapkan mampu melaksanakan serta menerapkan model pembelajaran Advance Organizers ini guna meningkatkan kemampuan penalaran matematika sehingga siswa dapat secara aktif mengungkapkan ide-ide mereka .

  3. Bagi Sekolah Meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama di bidang matematika seta dapat dijadikan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran matematika.

  4. Bagi peneliti Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Advance

  Organizersterhadap kemampuan penalaran matematika siswa dan dapat menerapkannya dikelas-kelas.