BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Uswatun Khasanah BAB II

  1. Kehamilan

  a. Definisi Menurut

  federasi obstetric ginekologi internasional, kehamilan

  di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan untuk kalender internasional. Kehamilan di bagi menjadi 3 trimester, di mana trimester ke satu berlangsung selama 12 minggu, trimester ke dua 15 minggu, (minggu ke 12 hingga 27), dan trimester ke 3 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Prawirohardjo,2010:h.213).

  Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), di hitung dari hari pertama haid terahir.

  b. Diagnosis Kehamilan 1) Tanda dugaan kehamilan

  a) Amenorea (terlambat datang bulan)

  b) Mual dan muntah (emesis). Akibat pengaruh hormon estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan terutama terjadi di pagi hari (morning sicknes). c) Ngidam. Menginginkan makanan tertentu.

  d) Sinkope atau pingsan. Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

  e) Payudara tegang. Pengaruh estrogen dan progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara, akibatnya payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertekan menyebabkan sakit di kehamilan pertama.

  f) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih terasa penuh dan miksi. Pada triwulan ke dua gejala ini menghilang.

  g) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  h) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (chloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mammae, putting susu semakin meninjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara). (Manuaba dkk, 201.h: 107-108)

  2) Tanda tidak pasti kehamilan

  a) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan

  b) Pada pemeriksaan dalam di jumpai (1) Tanda hegar: segmen bawah uterus lembek pada perabaan. (2) Tanda

  Chadwick: vagina lipid. Terjadi kira-kira minggu ke 6

  (3) Tanda piscaseck: uterus membesar ke salah satu jurusan. (4) Tanda

Braxton-Hick: uterus berkontraksi bila di rangsang. Tanda ini

  khas untuk uterus pada masa kehamilan. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Sebagian kemungkinan positif palsu (manuaba,1998)

  3) Tanda pasti kehamilan

  a) Gerakan janin dalam rahim (1) Terlihat/teraba gerakan janin (2) Teraba bagian-bagian janin

  b) Denyut jantung janin

  a) di dengar dengan stetoskop

  leanec, alat kardiotokografi (manuaba

  2010. h: 109) 4) Diagnosa banding kehamilan

  a) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil dengan alat canggih dan tes biologi tidak menunjukan kehamilan.

  b) Tumor kandungan atau mioma uteri.terdapat pembesaran, tetapi tidak disertai tanda hamil, pembesaran rahim tidak merata. Perdarahan banyak saat menstruasi. c) Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil dan menstruasi terus berlangsung. Lamanya melampaui usia kehamilan, hasil pemeriksaan biologis negatif.

  d) Hematometra. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui usia kehamilan. Perut terasa nyeri tiap bulan. Terjadi tumpukan darah dalam rahim. Tanda dan pemeriksaan kehamilan tidak menunjukan hasil yang positif, karena himen in perforata.

  e) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisai maka pembesaran perut akan menghilang. (Manuaba dkk, 2010; h. 109) c. Menentukan Usia Kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir

  Menentukan usia kehamilan dan hari perkiraan lahir merupakan salah satu langkah penting yang dapat digunakan untuk penegakan diagnosis kehamilan. Implementasinya adalah ketika menghitung taksiran Berat Janin (TBJ) kemudian disesuaikan dengan usia kehamilan.hasilnya dijadikan acuan dalam pemberian asuhan. Begitu juga dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL) sebagai acuan dalam menentukan diagnosis dalam proses persalinan. (sulistyawati, 2011;h: 52) 1) Menentukan Usia Kehamilan

  a) Mengunakan alat khusus (skala yang sudah disesuaikan) (1) Menentukan hari pertama haid terakhir (HPHT) (2) Melihat dalam skala akan terlihat usia kehamilan dan hari perkiran lahir. b) Mengunakan cara manual menghitung (1) Menentukan hari pertama terakhir haid (HPHT) dan pemeriksaan hari ini (2) Membuat daftar minggu dan jumlah hari setiap bulan (3) Menjumlahkan minggu dan harinya, hasil akhir dikonversikan dalam jumlah minggu.

  2) Menentukan Hari Perkiraan Lahir (HPL) Digunakan rumus neagle, yaitu sebagai berikut : HPL = HPHT+7 hari

  • – 3 bulan Namun rumus ini tidak dapat digunakan pada :

  a) Ibu dengan riwayat haid yang tidak teratur

  b) Ibu hamil saat masih menyusui dan belum haid sesudah melahirkan; serta c) Ibu hamil karena berhenti mengkonsumsi pil KB dan belum haid. Penentuan hari lahir pada pasien dengan keadaan diatas dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan USG. (Sulistyawati, 2011; h. 53)

  a. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Ibu Hamil 1) Sistem Reproduksi

  a) Uterus (1) Ukuran pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Pada saat ini rahim membesar dengan hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabu-serabu kolagennya higroskopik, dan endometrium menjadi desidua.

Gambar 2.1 perkembangan tinggi fundus uteri pada kehamilan

  (

Sumber: sulistyawati, 2013:59)

  (2) Berat. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir bulan.

  (3) Posisi rahim dalam kehamilan. Pada permulaan berbentuk antefleksi atau retrofleksi. Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap beada dalam rongga pelvis. Mulai memasuki rongga perut hingga mencapai batas hati. Pada ibu hamil biasanya mobile, lebih mengisi rongga kanan daripada rongga kiri. (4) Vaskularisasi. Arteri uterian dan ovarium bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah vena mengambang dan bertambah.

  (5) Servik uteri. Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang disebut tanda

  goodell. Kelenjar endoservikal

  membesar dan mengeluarkan cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembulh darah, warnanya menjadi lipid, dan ini disebut dengan tanda chadwick.

  b) Ovarium Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus leteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron

  c) Vagina dan vulva Olehkarena pengaruh estrogen,terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini desebut tanda chadwick. (Sulistyawati, 2011; h. 59-61)

  2) Sistem Kardiaovaskular Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya meningkat sampai 30-50 % . peningkatan ini terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16-28 minggu. Pada usia 30 minggu, curah jantung menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tangakai ke jantung. Peningkatan curah jantung selama kehamilan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah kerahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak dikirim kerahim ibu, (Sulistyowati, 2011.

  h: 61-62)

  3) Sistem Urinaria Selama kehailan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih.) yang puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar). Dalam keadaan normal, aktifitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. (Sulistyawati; 2011; h.62)

  Pada akhir kehamilan, peningkatan aktifitas ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan pada aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktifitas ginjal dan curah jantung. (Sulistyawati, 2011.h: 63)

  4) Sistem Gastrointestinal Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagan bawa, sehingga terjadi sembelit atau onstipasi. Sembelit semakin berat karena gerakan otot dalam usus diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. (Sulistyawati, 2011. h: 63).

  5) Sistem Metabolisme Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Kebutuhan zat besi 1.00 mg, 500 mg dibutuhkan untuk meningkatkan masa sel darah dan 300 mg untuk transformasi ke fetus ketika kehamilan memasuki 12 minggu. 200 mg untuk menggantikan cairan yang keluar dari tubuh, rata-rata kebutuhan 3,5 mg/hari. Kalsium yang dibutuhkan 1,5 gram/hari dan pada trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram. Penting bagi ibu hamil untuk slalu sarapan karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin.

  (Sulistyawati, 2011; h. 63) 6) Sistem Muskulokeletal

  Estrogen progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan dan pada saat kelhiran.n(Sulistyawati, 2011.h: 64)

  7) Sistem Endoktrin.

  Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior memproduksi LH dan FSH ( follicle stimulating hormone) merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah kepermukaan ovarium dimana ia dilepas. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus loteum yang dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. (Sulistyawati, 2011.

  h: 66) Progesteron dan estrogen merangsang proliferasi dari desidua

  (lapisan dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi selama 10 minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengail alih tugas korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesteron. (Sulistyawati, 2011. h: 66)

  8) Sistem Pernafasan Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat karena kebutuhan oksegen yang lebih untuk janin dan dirinya (Sulistyawati, 2011.h: 69)

  e. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Selama Masa Kehamilan 1) Perubahan peran selama kehamilan

  a) Tahap antisipasi Pada tahap ini wanita akan mengawali peran sosialnya untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu. Proses adaptasi akan lebih cepat dengan seiring interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda lainya (Sulistyawati, 2011. h: 75.) b) Tahap haeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)

  Pada tahap ini wanita sudah menerima peran barunya. Secara internal wanita akan merubah posisinya sebagai penerima kasih sayang terhadap bayinya, begitupun dia akan menuntut dari pasangannya untuk memerankan perannya (Sulistyawati, 2011. h : 75)

  c) Tahap stabil (melihat penampilan dalam peran) Tahap ini ia mengalami peningkatan sampai suatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktifitas-aktifitas yang bersifat positif dan berfokus pada kehamilannya,seperti mencari tahu seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat anak, serta hal berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga (Sulistyawati, 2011. h:76) d) Tahap akhir (perjanjian) Meskipun sudah cukup stabil dalam penerimaan peran barunya, namun ia tetap mengadakan perjanjian dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin menepati janji mengenai kesepakatan- kesepakatan interal yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak. 2) Perubahan psikologis Trimester 1 (periode penyesuaian) a) Rasa cemas bercampur bahagia.

  Munculnya rasa ragu dan khawatir berkaitan dengan kualitas kemampuan untuk merawat bayi yang didalam kandungannya, sedangkan rasa bahagia dikarenakan ia merasa sudah sempurna sebagai seorang wanita yang dapat hamil.

  b) Emosional yang kurang stabil.

  Perubahan ini menyebabkan penurunan kemauan hubungan seksual, rasa letih dan mual, suasana hati yang berubah, depresi, khawatir tentang kesejahteraan bayinya, dan khawatir penampilan dirinya kurang menarik.

  c) Sikap ambivalen.

  Merupakan gambaran suatu konflik perasaan yang bersifat simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang,sesuatu, atau kondisi (Bobak, lowdermik, dan jensen, 2015 ; dalam pieter, 2010.h : 227) d) Ketidaknyamanan atau ketidakpastian.

  Awal minggu kehamilan ibu merasa tidak yakindengan kehamilannya. Hal ini dapat diperparah jika ibu memiliki masalah emosional dan pribadi.

  e) Perubahan seksual.

  Pada terimester pertama keinginan seksual wanita menurun, dikarenakan rasa takut keguguran.

  f) Fokus pada diri sendiri.

  Kini ibu merasa bahwa janin merupakan bagian dari tubuhnya. Hal ini mendorong ibu untuk menghentiksn rutinitasnya, terutama yang berkaita dengan aktivitas sosial atau tekanan psikologis agar bisa menikmati waktu kosong tanpa beban. Sebagian besar ibu menggunakan waktu kosongnya untuk tidur.

  g) Stres.

  Stres yang bersifat intrinsik (berhubungan dengan tujuan hidup ibu, dimana dia membuat sesempurna mungkin kehidupan pribadi dan sosialnya) dan ekstrinsik (timbul karena faktor dari luar seperti sakit, kehilangan, kesendirian, dan masa reproduksi).

  h) Goncangan psikologis. (Pieter Dan Lubis, 2010. h : 226-228) 3) Perubahan psikologis trimester II (periode kesehatan yang baik)

  a) Fase Pre-Quickiening (sebelum ada gerakan janin yang dirasakan). Pada fase ini ibu akan menetahui sejauh mana hubungan interpersonalnya dan sebagai sebagi dasar interaksi sosialnyadengan bayinya yang akan dilahirkan. b) Fase post-Quickening (setelah ada gerakan janin yang dirasakan). Difase ini identitas keibuan semakin jelas. Ibu aka lebih fokus terhadap kehamilannya dan memporsiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu.

  c) Rasa khawatir. Rasa ini terkadang muncul kembali yaitu rasa khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu atau bayi dilahirkan tidak normal.

  d) Perubahan emosional. Menonjol pada bulan kelima, ibu akan memikirkan selalu apakah janin yang dikandungnya sehat atau tidak, dan ini akan terus berlangsung seiring bertambah usia kehamilan.

  e) Keinginan untuk berhubugan seksual. Pada trimester kedua terjadi peningkatan energi libido dan kekhawatiran terjadi apakah aktivitas seksual akan mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya atau tidak (Pieter dan lubis, 2010. h : 230-231).

  4) Perubahan trimester III (periode penantian dengan penuh kewaspadaan)

  a) Rasa tidak nyaman akibat bentuk tubuh yang semakin besar dan jelek

  b) Perubahan emosional menjelang persalinan (Pieter dan Lubis, 2010. h : 231)

  f. Antenatal Care 1) Jadwal pemeriksaan

Tabel 2.2 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

  

Trimester Jumlah kunjungan Jadwal kunjungan

minimal yang dianjurkan

I 1x Sebelum minggu ke 16

Antara minggu 24-28

  

II 1x Antara minggu 30-32

  

III 2x Antara minggu 36-38

Sumber : ( Kemenkes RI, 2013)

  2) Standar 10 T pelayanan Antenatal Care (dep. Kes RI, 2009) Dalam melaksanakan pelayanan

Antenatal Care, ada 10 standar

  pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T adalah : a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

  b) Pemeriksaan tekanan darah

  c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

  d) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

  e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

  f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan

  g) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

  h) Tes laboratorium (rutin dan khusus) i) Tatalaksana kasus j) Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta KB (P4K) paska persalinan

  3) Asuhan kehamilan pada kunjungan awal

  a) Menentukan tingkat kesehatan ibu dengan melakukan pengkajian riwayat lengkap dan uji skrining yang tepat b) Menetapkan catatan dasar tentang tekanan darah, urinalisis, nilai darah, serta pertumbuhan dan perkembangan janin yang dapat digunakan sebagai standar perbandingan kemajuan kehamilan.

  c) Mengidentifikasi faktor resiko dengan mendapatkan riwayat detail kebidanan masa lalu dan sekarang. d) Memberi kesempatan pada ibu dan keluarga untuk mengekspresikan dan mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan kehamilan yang lalu serta proses persalinan, dan masa nifas.

  e) Menganjurkan adanya pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam upaya mempertahankan kesehatan ibu dan perembangan bayinya.

  f) Membangun hubungan saling percaya karena ibu dan bidan adalah mitra dalam asuhan (Sulistyawati, 2011. h : 135) 4) Asuhan kehamilan pada kunjungan ulang

  a) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi serta aspek-aspek yang menonjol pada wanita hamil.

  b) Mengevaluasi data dasar

  c) Mengevaluasi keefektifan menejemen asuhan

  d) Pengkajian data fokus

  e) Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kehamilan (Sulistyawati,2011. h : 145-147) 5) Pemeriksaan penunjang selama kehamilan

  Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil rutin ataupun sesuai indikasi dan pemeriksaan ultrasonografi.

  a) Pemeriksaan rutin meliputi : kadar hemoglobin, golongan darah dan resus, tes HIV, rapid test atau hapusan darah tebal atau tipis untuk malaria untuk ibu yang memiliki riwayat atau tinggal dan bepergian ke daerah yang endemik malaria dalam 2 minggu terkhir (Kamenkes RI, 2014 . h: 27-28) b) Pemeriksaan sesuai indikasi : urinalisis pada trimester kedua dan ketiga jika terdapat hiper tensi, kadar hemoglobin pada trimester III jika dicurigai anemia, pemeriksaan sputum BTA untuk ibu dengan riwayat definisi imun, tes fisis dan gula darah sewaktu. (Kemenkes RI 2014 h: 27-28)

  c) Pemeriksaan ultrasonografi direkomendasikan pada awal kehaimlan sebelum usia 15 minggu untuk menentukan usia gestasi, pada usia 20 minggu untuk deteksi anomali janin, pada trimester III untuk perencanaan persalinan (Kemenkes RI,2014 h: 27-28)

  6) Memberiakan suplemen dan pencegahan penyakit

  a) Beri ibu 60 mg zat besi elemental setelah ibu berhenti mual dan muntah berkurang, dan 400 mg asam folat 1x/hari sesegera mungkin selam kehamilan, catatan : tablet zat besi sebaiknya tidak diminum berbarengan dengan teh atau kopi karena mengganggu penyerapan, jika memungkinkan idealnya asam folat diberikan sejak 2 bulan sebelum kehamilan, efek samping yang umum dari zat besi adalah ; mual, muntah, diare, konstipasi, 60 mg besi elemental setara dengan 320 mg sulfas ferosus (Kemenkes RI, 2014.h : 28-29) b) Diarea dengan kalsium rendah suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dianjurkan untuk pencegahan preeklamsi bagi ibu hamil, terutama yang memiliki resiko tinggi (riwayat preeklamsia kehamilan sebelumnyaa, diabetes, hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau kehamilan ganda). (Kemenkes RI, 2014. h : 28-29) c) Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan preeklamsia bagi ibu dengan ibu dengan resiko tinggi, dimulai dari usia kehamilan 20 minggu. (Kemenkes RI, 2014. h : 29-30)

  d) Beri ibu vaksin tetanus toksoid sebanyak 5 kali yaitu pada kunjungan pertama, 4 minggu setelah TT 1, 6 bulan setelah TT 2, 1 tahun setelah TT 3, 1 tahun setelah TT 4, yang sesuai dengan status imunisasinya. (Kemenkes RI, 2014. h:29-30)

  e) Jika ibu belum pernah imunisasi atau tidak diketahui berikan dosis vaksin ( 0,5 ml IM lengan kanan ), dosis booster mungkiin di perlukan pada ibu yang sudah imunisasi yang diberikan dengan dosis 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksin yang telah diterima (Kemenkes RI, 2014. h: 29-30)

  g. Tanda-tanda bahaya komplikasi pada ibu dan janin selama kehamilan (Sulistyawati, 2011. h: 149-161) diantaranya adalah :

  1) Perdarahan Pervaginam

  a) Abortus (1) Abortus imminens

  Yaitu keguguran membakat dan akan terjadi jika ditemukan perdarahan pada kehamilan muda, dan pada tes kehamilan masih menjukan hasil yang positif. Dalam kasus ini keluarnya janin masih dapat dicegah dengan memberikan terapi hormonal dan antipas modik serta istirahat.

  (2) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) Yaitu terjadi apabila ditemukan perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan membukanya otium uteri dan terabanya selaput ketuban. (3) Abortus habitualis ( keguguran berulang)

  Yaitu pasien yang telah mengalami keguguran berturut- turut selama lebih dari tiga kali.

  (4) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) Yaitu jika terjadi perdarahan pervagina disertai pengeluaran janin tanpa pengeluaran desidua atau plasenta.

  Gejala yang menyertai adalah amenore, sakit perut karena kontraksi, perdaraha yang keluar dapat banyak dan sedikit. Pada pemeriksaan dalam ditemukan ostium yang terbuka dan kadang masih teraba jaringan, serta ukuran uterus yang lebih kecil dari usia kehamilannya.

  b) Kehamilan mola (kehamilan anggur) (Sulistyawati, 2011. h: 149) Yaitu adanya jonjot korion (

  chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa

  gelembung-gelmbung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini merupakan bentuk neoplasma trofobla yang jinak (benigma) dengan tanda dan kejala pasien : (1) Pada anamnesis

  (a) Ditemukan tanda gejala hamil muda yang lebih nyata dari kehamilan normal ditandai dengan mual, muntah yang berlebih.

  (b) Kadang terdapat tanda toksemia gravidarium (pusing, gangguan pengelihatan, dan tekanan darah tinggi) (c) Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak warna tengguli tua dan kecoklatan seperti bumbu rujak, tidak teratur.

  (d) Pembesaran pada uterus tidak sesuai usia kehamilan (e) Keluar jaringan mola seperti anggur yang merupkan diagnosa pasti, namun jaringan ini tidak selalu ditemukan.

  (2) Pada inspeksi ditemukan : (a) Muka dan badan terlihat pucat terkadang kekuningan yang disebut muka mola (

  mola facea)

  (b) Gelembung mola yang keluar akan terlihat jelas apabila keluar (3) Pada palpasi ditemukan :

  (a) Uterus membesar namun tidak sesuai dengan umur kehamilan (b) Tidak teraba ballotement janin dan gerakan janin (c) Adanya fenomena harmonika yaitu tinggi fundus uteri yang turun ketika darah dan gelmbung mola keluar, akan terkumpul kembali dengan terkumpulnya mola dan darah. (4) Pada auskultasi ditemukan :

  (a) Tidak terdengan DJJ (b) Terdengarbising dan bunti khas

  (5) Tes kehamilan ditemukan kadar HCG yang tinggi (6) Pada pemeriksaan dalam ditemukan tanda dan gejala berikut :

  (a) Rahim lebih besar (b) Konsistensi lebih lembek

  (c) Tidak ada bagian-bagian janin (d) Terdapat perdarahan (e) Teraba jaringan di kanalis servikalis dan vagina

  (7) Uji sonde dengan metode

Acosta-Sion. Sonde (penduga rahim) bila

  ketika dimasukankedalam kanali servikalis tidak ada tahanan, diputar setelah itu ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, maka kemungkinan mola. (8) Pada foto rontgen abdomen tidak terlihat adanya kerangka janin

  (pada usia janin lebih dari tiga bulan) (9) Pada pemeriksaan USG ditemkan adanya gambaran badai alju (gambar khas pada kehamilan mola ) dan tidak terlihat adanya janin.

  2) Kehamilan Ektopik.

  Yaitu kehamilan dengan hasil konsepsi tidak berada dalam endometrium uterus. (Sulistyawati,2011. h: 151) 3) Hiperemesis Garavidarum.

  Adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan ganguan aktifitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan kehidupan. ( Sulistyawati, 2011. h: 153) 4) Plasenta Previa.

  Adalah keadan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir (Sulistyawati, 2011. h: 155)

  5) Solusio Plasenta Adalah suatu keadaan dimana letak plasenta normal terlepas sebagian atau seluruhnya sebelum janin lahir, dan usia kehamilan lebih dari 28 minggu

  6) Sakit kepala hebat Adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang penglihatan menjadi kabur.

  7) Pengllihatan Kabur Disebabkan pengaruh hormonal ketajaman pengelihatan ibu dapat berubah selama proses kehamilan. Apabila pengelihatan kabur disertai sakit kepala yang hebat, ini merupakan gejala abnormal yang dapat disebut sebagai gejala pre-eklampsi.

  8) Bengkak di Wajah dan Jari Tangan Hampir separuh ibu hamil akan menglami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya akan hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki, bengkak ini menunjukan adanya masalah serius jika muncul dimuka, tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluahan fisik lainya, hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-eklampsi.

  9) Keluar cairan pervaginam.

  Adalah pecahnya ketuban atau keluarnya cairan yang tidak terasa oleh ibu, berbau amis, warna putih keruh sebelum masuk dalam persalina

  10) Gerakan janin tidak terasa Normal gerakan janin terasa 10 kali dalam 24 jam. Apabila kurang dari itu waspada ganguan janin dalam rahim. Atau tidak adanya gerakan sama sekali. (Sulistyawati, 2011. h: 149-164)

  2. Persalinan

  a. Definisi Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, dkk, 2010. h:164)

  Persalinan adalah proses membukan dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2010; h, 100 dalam sondakh, 2013. h: 2)

  Persalinan adalah kontraksi uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir (Canningham,F.G, 2006;h. 16 dalam sondakh , 2013. h: 2)

  Persalinan normal adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turunkedalam jaln lahir dan terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin ( Hidayat, Sujiyanti, 2010. h: 1)

  Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan lahir tanpa komplikasi pada kehamilan cukup bulan.

  b. Tanda Mulainya Persalinan 1) Teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya his, sebagai awal mula terjadinya proses persalinan : a) teori penurunan progesteron terjadi kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun terdapat beberapa kemungkinan : (1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi (2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot yang saling bertautan (3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran serviks. (4) Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami peregangan.

  (Sondakh, 2013. h 2)

  b) Teori keregangan Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami peregangan akan mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi.

  Ketika uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks (Sondakh, 2013. h: 3)

  2) Tanda-tanda dimulainya proses persalinan.

  a) Terjadinya his persalinan (1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan (2) Sifatnya teratur, interfal makin pendek, dan kekuatan makin besar (3) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan akan makin bertambah.

  b) Pengeluaran lendir dengan darah (1) Pendataran dan pembukaan (2) Pembuakan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis sservikalis lepas (3) Terjadi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah

  c) Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.

  Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam. (Sondakh, 2013. h: 3) d) Hasil hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam

  (1) Perlunakan serviks (2) Pendataran serviks (3) Pembukaan serviks (Sondakh, 2013. h: 3)

  a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Proses Persalinan : 1) Penumpang (

  passenger)

  Yaitu janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan yang perlu diperhtikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya. (Sondakh, 2013. h: 3)

  2) Jalan lahir (

  passage)

  Terbagi menjadi jalan lahir keras dan lunak. Hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah : ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina. (Sondakh, 2013. h: 3)

  3) Kekuatan (

  power)

  a) Kekuatan primer (kontraksi involunter) Kontraksi yang berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang

  (frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi) yang menyebabkan effecement dan dilatasi serviks.

  b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter) Kekuatan dari otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi mendorong keluar isi kejalan lahir yang menimbulkan tekanan intraabdomen. 4) Posisi ibu (

  positioning)

  Perubahan posisi ibu berpengaruh menghilangkan rasa letih, nyeri, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.

  5) Respon psikologi (

  psychology response)

  a) Dukungan suami

  b) Dukungan keluarga c) Dukungan saudara kandung bayi jika ada. (Sondakh, 2013. h: 4-5)

  a. Tahap persalinan 1) Kala I (kala pembukaan)

  Dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm). Proses terbagi menjadi dua fase : a) Fase laten. Berlangsung selama 8 jam, serviks memuka sampai 3 cm.

  b) Fase aktif. Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, di bagi dalm tiga fase; (1) Fase akselerasi dalam dua jam membuka menjadi 4 cm (2) Fase dilatasi maksimal dalam 2 jam menjadi 9 cm (3) Fase deselerasi dalam 2 jam menjadi lengkap 10 cm. Pada primigrafida kala I berlangsung kurang lebih 12 jam, sedangkang pada multi kurang lebih 8 jam. (Sondakh, 2013; h.5)

  c) Indikasi melakukan tindakan atau rujukan 2) Kala II (kala pengeluaran janin)

  a) Tanda-tanda (1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik (2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

  (3) Ketuban pecah diikuti dengan keinginan untuk mengejan.

  (4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi : (a) Kepala membuka pintu (b) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, kidung, dan muka, serta kepala keseluruhan. (5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

  (6) Setelah paksi luar berlangsung, persalinan bayi ditolong dengan cara : (a) Kepala dipegang pada os ociput dan dibawah dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas untuk melahirkan bahu belakang.

  (b) Stelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.

  (c) Bayi lahir diikuti dengan sisa air ketuban. (7) Lamanya kala II untuk primigrafida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1 jam. (Sondakh, 2013. h: 5-6)

  3) Kala III (kala pengeluaran plasenta)

  a) Tanda-tanda Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda di bawah ini :

  (1) Uterus menjadi bundar (2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas kesegmen bawah rahim.

  (3) Tali pusat memanjang (4) Terjadi semburan darah tiba-tiba. (Sondakh, 2013. h: 6)

  b) Cara pengeluaran plasenta menggunakan teknik dorsokranial,dan pengeluaran selaput ketuban dengan cara : (1) Menarik pelan_pelan (2) Memutar atau memilih sperti tali (3) Memutar pada klem (4) Manual atau digital

  c) Indikasi untuk tidakan atau rujukan segera selam kala tiga dan empat 4) Kala IV (kala pengawasaa, observasi, dan pemulihan) Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

  Bertujuan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. (Sondakh, 2013. h: 7) tujuh pokok penting pemeriksaan kala IV adalah:

  a) Kontraksi rahim

  b) Perdarahan

  c) Kandung kemih

  d) Luka-luka

  e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap

  f) Keadaan ibu dan tanda-tanda vital ibu

  g) Bayi dalam keaadan baik (Sondakh,2013. h: 7)

  5) Asuhan sayang ibu kala I

  a) Memberikan dukungan emotional

  b) Membantu pengaturan posisi ibu

  c) Memberikan cairan dan nutrisi

  d) Keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara terarur

  e) Pencegahan infeksi (DepKes RI,2014. h: 54) 6) Asuhan sayang ibu kala II

  a) Anjurkan ibu untuk selalu didampingi oleh keluarganya selam proses persalinan dan kelahiran bayinya.

  b) Anjurkan keluarga terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makan dan minum, teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat selama persalninan dan melahirkan bayi c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan memberikan semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.

  d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani proses kala dua persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan batuan jika diperlukan.

  e) Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran

  f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan anjurkan meneran untuk berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi. g) Anjurkan ibu untuk minum selama proses persalinan kala dua h) Ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan.

  Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi rasa tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. i) Berikan penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan keadaan ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (DepKes RI, 2014. h: 81)

  7) Asuhan sayang ibu kala III (menejemen aktif kala tiga)

  a) Berikan suntikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu satu menit setelah bayi lahir b) Lakukan penegangan tali pusat terkendali

  c) Lakukan masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta. (DepKes RI, 2014. h: 106)

  8) Asuhan sayang ibu kala IV (setelah plasenta lahir)

  a) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat.

  b) Evaluasi tinggi fundus uteri.

  c) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

  d) Priksa kemungkinan kehilangan darah dari robekan (laserasi atau episiotomi) perinium.

  e) Evaluasi keadaan umum ibu f) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di partograf (DepKes RI, 2014. h: 114) 9) 58 langkah asuhan persalinan normal (Departemen kesehatan Republik

  Indonesia, 2008) 1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua 2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul dan memasukan alat suntik sekali pakai 2.5 ml kedalam wadah partus set

  3) Memakai celmek plastik 4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan 5) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 6) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam 7) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

  8) Membersihkan vulva dan perinium dengan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perinium.

  9) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

  10) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% dan membuka sarung tangan dalam keaadaan terbalik dan merendamnya dalam laruta klorin 0,5%

  11) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

  12) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janing baik, meminta ibu meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran

  13) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

  14) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran 15) Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit 16) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi tekan membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 17) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu 18) Membuka partus setdan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 19) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan 20) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu 21) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin 22) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan.

  23) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang segera biparental.

  Menganjurkan ibu meneraan saatkontraksi, dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melakukan bahu belakang 24) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perinium ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelahatas. 25) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang tangkai bawah

  (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin 26) Melakukan penilaian selintas : apakah bayi menangis kuat, apakah bayi bernafas tanpa kesulitan, apakah bayi bergerak aktif 27) Mengerinhkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi diatas perut ibu. 28) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan lagi tidak ada bayi dalam uterus 29) Memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik 30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir , suntikan oksitosin 10 unit IM

  (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin) 31) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pust dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat 2 cm distal dari klem pertama.

  32) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antar dua klem tersebut.

  33) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi 35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 36) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.

  37) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir dalam 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 38) Melakukan peregangan dan dorong dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)

  39) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa dan tahan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban

  40) Segera setelah plasenta lahir, melakukan massas pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik ( fundus teraba keras)

  41) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia

  42) Evaluasi kemungkinan laserai pada vagina dan perineum. Melakukan jahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan 43) Memeriksa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 44) Membiarkan bayi tetap kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin k1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral 45. Setelah pemberian vitamin k1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral

  46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam 47. Mengajatkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai kontraksi

  47) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah 48) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pas persalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascaprsalinan. 49) Memriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

  50) Menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0,5% untuk deontaminasi (10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi

  51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 52) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT 53) Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering 54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu eluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum 55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% 56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5 % melepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

  57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 58) Melengkapi partograf

  10) Partograf Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah: