ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN MEDIS 1. KEHAMILAN a. Definisi Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

  ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Prawirohardjo, 2014). Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai ke-9 (Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo, 2007).

  Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

  12

  (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

  Kehamilan adalah penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan proses nidasi atau implantasi kemudian dilanjutkan ke proses plasentasi dalam kurun waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari.

  b.

Proses Kehamilan

  Setiap bulan, saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium), yang ditangkap oleh umbai- umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur. Sewaktu persetubuhan, cairan semen mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian tuba uterina yang menggembung (Mochtar, 2012). bergerak(dengan bantuan rambut getar tuba) menuju ruang rahim. Ovum yang telah dibuahi tadi kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang diruang rahim; peristiwa tersebut di nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi, diperlukan waktu kira- kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta). Jadi, dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa

  (sel mani), pembuahan (konsepsi = fertilisasi), nidasi, dan plasentasi (Mochtar, 2012).

  1)

Fertilisasi ( Pembuahan)

  Fertilisasi adalah penyatuan ovum 9oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba.

  Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa kedalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik.

  Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.

  Untuk menjadi ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraseluler), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spematozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona yang membantu spermatozoa menembus zona pelusida (Prawirohardjo , 2014). 2)

Nidasi

  Selanjutnya pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyt), suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal kedalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon human chorionic

  gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan

  bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantsi embrio (Prawirohardjo , 2014).

  3)

Plasentasi

  Palsentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio kedalam endometrium, sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Tiga minggu pascafertilisasi sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam villi korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili korialis ini akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi di dinding uterus disebut desidua basalis; di situ plasenta akan dibentuk (Prawirohardjo , 2014).

  c.

  Diagnosa Kehamilan Menurut Manuaba, (2010) perkiraan hamil bisa dilihat melalui tanda subjektif dan tanda obyektif, antara lain :

  1) Tanda kemungkinan hamil

  a) Tanda Objektif Terlambat datang bulan (Amenorea)

  c) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah)

  d) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

  e) Konstipasi atau obstipasi

  f) Pingsan dan mudah lelah

  g) Anoreksia (tidak nafsu makan)

  2) Tanda Objektif hamil

  3) Tanda pasti kehamilan

  (3) Terdapat kerangka janin, usia kehamilan 12 minggu

  (2) Terdapat fetal plate, usia kehamilan 4 minggu

  (1) Terdapat kantong kehamilan, usia kehamilan 4 minggu

  d) Pemeriksaan ultrasonografi:

  b) Terdengan denyut jantung janin (hamil 12 minggu) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin

  a) Teraba grakan janin dalam rahim

  h) Terdapat kebiruan vagina /selaput lendir vulva (tanda chadwick)

  a) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan memperhatikan tanda piscacek dan hegar b)

  g) Terdapat hypeerpigmentasi kulit

  f) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum

  e) Teraba bagian janin

  d) Terdapat ballotement

  c) Kontraksi Braxton Hicks

  Perubahan warna dan konsistensi serviks

  (4) Terdapat denyut jantung janin, usia kehamilan 6 minggu. d.

  Diagnosa Banding Kehamilan Menurut Manuaba, 2010. Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehinnga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya :

  1) Hamil palsu (pseudosiesis) atau kehamilan spuria. 2) Tumor kandungan atau mioma uteri. 3) Kista ovarium. 4) Hematometra. 5) Kandung kemih penuh.

  e.

  Perubahan Fisiologi pada Kehamilan Dengan terjandinya kehamilan maka seluruh genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomatropin,

  1)

Rahim atau Uterus

  Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2014). 2)

Serviks

  Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar kelenjar serviks. Berbeda kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10-15 % otot polos. Jaringan ikat ekstraselular serviks tertama kolagen tipe 1 dan 3 dan sedikit kolagen terdapat di ostium interna. Baik elastin maupun otot polos semakin menurun jumlahnya mulai dari ostium interna ke ostium eksterna. (Prawirohardjo, 2014).

  3)

Ovarium

  Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirohardjo, 2014). 4)

Vagina (liang senggama)

  Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos. (Prawirohardjo, 2014). 5)

  Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2014).

  6)

Sistem Kardiovaskular

  Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Peningkatan estrogen dan progeteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskuler perifer.

  Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke-6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke- 32 – 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40 – 50 %. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit (Prawirohardjo, 2014).

Traktus Digestivus

  Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa phyrosis (heatrburn) yang disebabkan olah reflux asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan moltilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan moltilitas usus besar.

  Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epuli selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang secara spontan. Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus (Prawirohardjo, 2014). 8)

Traktus Urinarius

  Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali (Prawirohardjo, 2014)

  9)

Sistem Endokrin

  Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135 %. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10 × lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga dit emukan pada ibu-ibu yang menyusui (Prawirohardjo, 2014).

  10) Kenaikan berat badan

  Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ atau cairan intrauterine.

Tabel 2.1 Perhitungan Berat Badan Berdasarkan Indeks Masa

  Tubuh

  Kategori

  IMT Rekomendasi Rendah <19,8 12,5-18 Normal 19,8-26 11,5-16 Tinggi 26-29 7-11,5 Obesitas >29

  ≥7 Gemeli 16-20,5 Sumber : Marwita (2017) f.

  Ketidaknyamanan Pada Ibu hamil 1)

  Emesis Gravidarum Merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya human

  chorionic gonadothropin plasenta. Hormon – hormon inilah

  yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan.

  Penanganan yang dapat dilakukan adalah dinasihatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur, sehingga tercapai adaptasi aliran darah menuju susunan saraf pusat. Nasihat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering, dan makanan yang yang merangsang timbulnya mual dan muntah dihindari. Hindari makanan dan minuman yang asam untuk mengurangi iritasi pada lambung (Manuaba, 2010). 2)

Kram Kaki

  Kejadian kram betis berkaitan dengan mual, muntah, kurangnya makan, sehingga terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kalium, kalsium, dan natrium yang menyebabkan terjadi perubahan berkelanjutan dalam darah dan sehingga terjadi perubahan metabolisme tubuh yang menyebabkan pembakaran lemak dan protein yang menimbulkan badan keton. Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangaan asam basa, cairan tubuh, dan darah sehingga menambah terjadinya kram pada kaki. Keluhan ini berangsur angsur akan menghilang, atau berkurang dengan makin tuanya umur kehamilan dan masukan makan yang bertambah. Berikan nasihat tentang jangan terlalu cepat bangun dari tempat tidur, Beriksn kesempatan pada kaki untuk beradaptasi dan makanan yang dapat ditambah buah buahan (Manuaba,2010).

  3)

Varises

  Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah vena, yang sering dijumpai saat kehamilan disekitar vulva, vagina, paha dan terutama tungkai bawah. Kejadian varises pada wanita disebabkan oleh faktor keturunan, faktor multipara sampe grandemultipara, terdapat peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama hamil. Pengobatan yang bersifat konservatif dapat dilakukan dengan cara meninggikan kai saat tidur, memakai stocking agak ketat,dan dapat dikurangi dengan obat salep khusus (trombhopobe) dan

  4)

Hyperemesis Gravidarum

  Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat peredarah darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang.Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil. Penyebab hiperemesis gravidarum antara lain faktor adaptasi dan hormonal, faktor psikologis, dan faktor alergi. Pengobatan yang dapat diberikan sebagai berikut: Isolasi dan pengabatan psikologis, Pemberian cairan pengganti, dan obat yang dapat diberikan seperti sedatif ringan (fenobarbital 30 mg, valium), Antialergi (AntiHistamin, Dramamin, Avomin), obat anti mual dan muntah (Mediamer B6, Emetrole, Stimetil, Avopreg), Vitamin (terutama vitamin B kompleks, Vitamin C) (Manuaba,2010).

  g.

  Antenatal Care 1)

  Pengertian Menurut Adriaansz (2014), Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian

  2) Tujuan Pemeriksaan Kehamilan

  Menurut Mochtar, 2012 tujuan pemeriksaan kehamilan terdapat dua tujuan yaitu: a)

Tujuan Umum

  Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, dengan demikian didapatkan ibu dan anak yang sehat. b) Tujuan Khusus

  (1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin di jumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

  (2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.

  (3) Menurunkan angka mordibitas dan mortalitas ibu dan anak.

  (4) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari- hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 2012).

  3) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

  a) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan.

  Pemeriksaan ulang 1× sebulan sampai kehamilan 7 bulan.

  c) Pemeriksaan ulang 2 × sebulan sampai kehamilan 9 bulan.

  d) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan.

  e) Pemeriksa khusus jika ada keluhan-keluhan. 4)

  Standar Pelayanan Antenatal Standar pelayanan antenatal minimal ANC 10 T yaitu :

  a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan b) Ukur tekanan darah

  c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)

  d) Ukur tinggi fundus uteri

  e) Tentukan persentasi janin dan DJJ

  f) Pemberian imunisasi TT lengkap

  g) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan

  h) Periksa laboratorium i)

  Tatalaksana/penanganan kasus j) Temuwicara (Kepmenkes, 2012).

  h.

  Kompilkasi Pada Kehamilan 1)

  Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu ketiga.

  a)

Plasenta Previa

  Adalah plasenta dengan implantasi sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Secara teoritis plasenta previa dibagi dalam bentuk klinis plasenta previa totalis (menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm), plasenta previa sentralis (bila pusat plasenta bersamaan dengan sentral kanalis servikalis), plasenta previa parsialis (menutupi sebagian ostium uteri internum), dan plasenta previa marginalis (bila tepi plasenta berada disekitar pinggir osteum uteri internum) (Manuaba, 2010).

  b) Solusio Plasenta

  Batasan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan gangguan terhadap ibu maupun janin (Manuaba, 2010).

  c)

Perdarahan pada Plasenta Letak Rendah

  Plasenta letak rendah diidentifikasi bila pada mencapai tepi bawah plasenta. Perdarahan pada plasenta letak rendah baru terjadi bila pembukaan mendekati lengkap, sehingga memberikan petunjuk untuk melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya dapat mengambil tindakan definitif (Manuaba, 2010). d)

Pre-Eklampsia dan Eklampsia

  Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan postpartum. Secara teoritik urutan – urutan gejala yang timbul pada preklampsia ialah edema, hipertensi, dan terkhir proteinuria, sehingga bila gejala ini muncul tidak dalam urutan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.

  Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria

  Eklampsia adalah kelanjutan preeklampsia berat dengan tambahan gejala kejang dan atau koma. Menjelang kejang – kejang dapat didahului gejala subjektif yaitu nyeri kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin kabur, dan terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukan hiper-refleksia atau mudah terangsang. Dalam mengobservasi preeklampsia berat gejala tersebut perlu mendapat perhatian seksama. Selama terjadi kejang kejang dapat terjadi suhu naik mencapai 40 C, frekuensi nadi bertambah cepat dan tekanan darah meningkat (Manuaba,

  2010).

  e) Ketuban Pecah Dini

  Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3cm dan pada multipara kurang dari 5cm. Penyebab dari KPD tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi (Mochtar, 2012).

Definisi

  Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil dengan spontan dengan persentasi belakang kepala tanpa adanya komplikasi pada ibu dan janin. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012). Persalinan adalah proses pengeluaran hasi konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan banauan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba,2010).

  Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008).

  b.

  Proses Terjadinya Persalinan Terjadinya persalinan belum diketahui denagn pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan His. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu: 1)

  Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti mekanis. 2)

Progesteron yang menurunkan sensitivitas yang menyulitkan penerimaaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

  oksitosin,rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

  Dengan penurunan hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan:

  1) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak dibagian bawah, di atas simfisis pubis dan sering ingin berkemih atau sulit kencing karena kandung kemih tertekan kepala.

  2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun. 3)

  Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya pleksus frankenhauser yang terletak sekitar serviks (tanda persalian palsu). 4)

  Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.

  5) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan. Teori kemungkinan terjaadinya proses persalinan: 1)

  Teori Keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas sehingga persalinan dapat mulai (Manuaba, 2010).

  2)

Teori Penurunan Progesteron

  Proses penuaan plasenta terjaadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu (Manuaba, 2010).

  3) Teori Oksitosin Internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.

  Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga seringnterjadi kontaksi Braxton Hicks (Manuaba, 2010). 4)

  Teori Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desisua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan (Manuaba, 2010).

  5) Teori Hipotalamus-hipofisis dan Glandula suprarenalis

  Teori ini menujukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus (Manuaba, 2010).

  1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang makin pendek.

  2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir campur darah).

  4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

  (pelunakan serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks) (Manuaba, 2010).

  c.

  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persalinan 1)

  Passage (jalan lahir) Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal- hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina dan introitus vagina (Sondakh, 2013).

  2) Power (kekuatan)

  Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :

  a) Kekuatan Primer (kontraksi involunter) dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.

  b)

Kekuatan Sekunder (kontraksi volunter)

  Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan mmenambah kekuatan dalam mendorong keluar (Sondakh, 2013).

  3) Passenger (penumpang) Penumpang dalam persalinan adalah janin atau plasenta.

  Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan luasnya (Sondakh, 2013).

  d.

  Tahapan Persalinan 1)

  Kala I Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam (Manuaba, 2010).

  a)

Fase Laten

  Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnyadimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif. Selama fase laten bagian persentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

  b)

Fase Aktif

  Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari tiga sampai empat sentimeter(atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm 9atau akhir kala satu persalinan). Penurunan bagian persentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan (Varney,2008). Asuhan yang dilakukan pada Kala I menurut Saifuddin (2002), meliputi : a)

  Membantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan dengan memberikan dukungan dan proses dan kemajuan persalinan, mendengarkan keluhannya dan mencoba untuk lebih sensitif terhadap perasaannya.

  b) Tetpa menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain anpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu. c) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil-hasil pemeriksaan.

  d) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil/besar.

  e) Ibu bersalin biasanya akan mengalami panas dan banyak berkeringat, atasi dengan cara menggunkan kipas angin dan

  AC dalam kamar, menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.

  f) Memberikan ibu cukup air untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.

  2) Kala II

  Kala II atau kala pengeluaran janin, gejala utama: His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, durasi 50-100 detik.

  b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai pengeluaran cairan secara mendadak.

  c) Ketuban pecah pada pembukaan nemdakati lengkap diikuti keinginan mengejan.

  d) Kedua kekuatan, his dan mengajan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun- ubun besar, ahi, hidung dan muka, serta kepala.

  e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar

  f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong.

  g) Lamanya kala II untuk primigrvida 50 menit dan multigravida 30 menit.

  Asuhan Persalinan Kala II menurut Prawirohardjo (2014) meliputi : a)

  Melihat Tanda dan Gejala Kala II (1)

  Mengamati tanda dan gejala kala dua (a)

  Ibu mempunyai keinginan untuk meneran (b)

  Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya.

  Perineum menonjol (d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

  b) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

  (2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  (3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

  (4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  (5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  (6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik

  (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik).

  c) Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan

  menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum,atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.

  (8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

  (9)

Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung

  tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemungkinan melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

  (10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 - 160 ×/menit)

  d) Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses

  Pimpinan Meneran

  (11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

  (a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dekontaminasikan temuan-temuan.

  (b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

  (12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu nyaman).

  (13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran:

  (a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  (b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

  (c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

  (d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

  (e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  (f) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  (g) Menganjurkan cairan per oral. (h) Menilai DJJ setiap lima menit. (i)

  Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

  (j) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi- kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

  (k) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

  (14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

  (15) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  (16) Membuka partus set. (17)

  Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

  Menolong Kelahiran Bayi (18)

Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter

  5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

  (19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

  (20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

  (a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  (b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengeklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  (21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Setelah kepala melakukan putaran paksi putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-

  masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hungga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

  (23)

Setelah kedua bahu dilahirkan, Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi

  yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangam tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  (24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan

  (25)

Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan

  posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi ditempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

  (26) Segera membukus kepala kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu -bayi.

  Lakukan penyuntikan oksitosin /i.m (27)

  Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.

  (28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

  (29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

  (30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

  (31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

  (32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

  (33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM, di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

  3) Kala III (Pengeluaran Plasenta) Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

  Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.

  Lepasnya plasenta, tanda-tandanya: uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas kesegmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Asuhan Kala III menurut Prawirohardjo (2014) meliputi :

  b) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

  c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian mlakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati – hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  d) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

  e) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

  (1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  (2) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

  Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM (b)

  Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

  (c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

  (d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

  (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  (3) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plaenta dengan menggunakan kedua tangan.

  Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.

  (4) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

  (5) Memastikan kedua sisi plasenta baik yang menempel ke memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

  (6) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  4)

Kala IV (Observasi)

  Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan). Perdarahan normal jika jumlahnya tidak melabihi 400-500 cc (Manuaba 2010).

  Asuhan Kala IV menurut Prawirohardjo (2014) meliputi :

  a) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontaksi dengan baik.

  b) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan c)

  Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

  d) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  e) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%. f) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

  g) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

  h) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

  (1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. (2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. (3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. (4)

  Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri (5)

  Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. i)

  Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan j) Mengevaluasi kehilangan darah. k)

  Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan.

  (1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.

  (2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. l)

  Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. m)

  Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. n)

  Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. o)

  Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang dinginkan. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. q)

  Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. r) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. s) Melengkapi Partograf (halaman depan dan belakang). e.

  Makanisme Persalinan Menurut Cunningham, 2013 mekanisme persalinan dibagi menjadi:

  1) Engagement

  Mekanisme ketika diameter biparietal, diameter transversal terbesar pada persentasi oksiput melewati apertura pelvis superior disebut engagement. Kepala janin dapat mengalami engage selama beberapa minggu terkahir kehamilan atau tidak mengalami engage setelah permulaan persalinan. Pada banyak perempuan multipara dan beberapa perempuan nulipara, kepala janin bergerak bebas di area apertura pelvis superior saat awitan persalinan. Pada keadaan ini,kepala kadang – kadang disebut “mengambang” (floating). Kepala berukuran normal biasanya tidak mengalami engge dengan sutura sagitalis yang mengarah ke anteroposterior. Namun, kepala berukuran secara tranversal atau oblik (Cunningham, 2013).

  2)

Asinklitismus

  Meskipun kepala janin cenderung berakomodasi dengan aksis transversal apertura, pelvis superior,sutura sagitalis, yang tetap pararel terhadap aksis tersebut,tidak terletak tepat digaris tengah antara simfisis dan promontorium ossis sakri. Sutura sagitalis umumnya mengalami defleksi baik ke arah anterior menuju simfisis. Asinklitismus derajat sedang merupakan persyaratan persalinan normal. Namun, jika berat, kondisi merupakan penyebab disporposi sefalopelvik bahkan pada pelvis berukuran normal. Perubahan secara bartahap dari asinklitismus posterior ke anterior membantu proses desensus (Cunningham, 2013).

  3) Desensus

  Gerakan ini merupakan persyaratan pertama pelahiran neonatus. Pada nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum awitan persalinan,dan proses desensus selanjutnya dapat tidak terjadi hingga awitan kala dua. Pada perempuan multipara, desensus biasanya dimulai dengan proses engagement. Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan:

  Tekanan cairan amnion

  b) Takanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi

  c) Tekanan ke bawah otot –otot abdomen maternal,dan

  d) Ekstensi dan penelusuran tubuh janin (Cunningham, 2013).

  4) Fleksi

  Segera setelah kepala yang sedang desensus mengalami hambatan, baik dari serviks, dinding pelvis, atau dasar pelvis, normalnya kemudian terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini dagu mengalami kontak lebih dekat dengan dada janin, dan diameter suboksipitobregmatikum yang lebih pendek menggatikan diameter oksipitofrontalis yang lebih panjang (Cunningham, 2013). 5)

  Rotasi Internal Gerkan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke arah simfisis pubis di bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang ke arah posterior menuju lengkung sakrum. Rotasi internal penting untuk penuntasan persalinan, kecuali bila ukuran janin abnormal kecil (Cunningham, 2013).

  6)

Dokumen yang terkait

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. W UMUR 23 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 1 14

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. W UMUR 23 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 1 101

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. A UMUR 21 TAHUN DI PUSKESMAS I KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 15

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. E UMUR 24 TAHUN G2P1A0 DI PUSKESMAS I KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR(BBL)DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY S UMUR 22 TAHUN DI DESA KARANGSOKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMBARAN - reposit

0 2 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR(BBL)DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY S UMUR 22 TAHUN DI DESA KARANGSOKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMBARAN - r

0 1 79

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN,PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL)DAN NEONATUS,NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB)PADA NY.CUMUR 30 TAHUN DI DESA SAMBENG KULON WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpusta

0 0 14

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN,PERSALINAN FISIOLOGIS, BAYI BARU LAHIR DENGANBBLR, NIFAS DAN MENYUSUI, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. S UMUR 30 TAHUN DI PUSKESMAS I KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 15

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 12

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 11