PERSEPSI PET ANI TERHADAP TEKNOLOGI BUD IDA YA TANAMAN P ANGAN

PERSEPSI PET ANI TERHADAP TEKNOLOGI
BUD IDA Y A TANAM AN P ANGAN FEDCBA
R o s ita

G a lib ,

Y a n ti R in a D ., M

Y usuf M aam un

ABSTRAK
Persepsi petani terhadap teknologi budidaya tanam an pangan.
Untuk
m engetahui persepsi petani terhadap teknoiogi insus padi dan kedeiai dan tingkat
penerapannya, m aka dilakukan penelitian ini pada tahun 1994 di Kabupaten Hulu
Sungai Tengah dan Kabupaten Barito Kuala di Kalim antan Selatan. M etoda peneiitian
yang dipergunakan adaiah m etoda survei dengan m em bagi petani kedalam 2 keiom pok
yaitu (1) kelom pok petani Insus dan (2) kelom pok petani non Insus, Data digali dari
sem ua lapisan m asyarakat yaitu petani, pejabat, tokoh m asyarakat dan instansi terkait.
Hasil penelitian m enunjukkan bahwa walaupun karakteristik personal petani di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Barito Kuala berbeda, tetapi persepsi dan
partisipasi terhadap insus padi dan kedelai tidak berbeda. Hasil padi peserta insus di

Kabupaten Hulu Sungai Tengah (4,4 tlha) lebih tinggi dibanding peserta insus di
Kabupaten Barito Kuala (2,5 tlha). Sedangkan hasil kedeiai tidak berbedajauh (0,9 1,2 t/ha). Tingkat penerapan teknologi baru antara petani insus dan petani non insus
tidak jauh berbeda.
Perbedaan hanya pada kelengkapan jenis dan besarnya jum lah
pupuk yang diaplikasikan.

PENDAHULUAN
Program intensifikasi pertanian pol a "insus" diim plem entasikan m ulai tahun 1979, yang m engantar Indonesia dapat m encapai swasem bada beras pada
tahun 1984.
Nam un pada tahun 1986 produksi beras m engalam i kejenuhan
(leveling-off), karena beberapa penyebab diantaranya : (1) sulitnya m eningkatkan
jum lah peserta insus sehingga sulit pula m eningkatkan luasnya, (2) berkurangnya
luasan panen padi di daerah insus karena beralih fungsinya lahan sawah m enjadi
peruntukan bukan padi dan (3) kurangnya kem am puan petani untuk m engelola
usahatani pola kerjasam a dalam skala ham paran dengan penerapan teknologi baru
secara optim al. Dari sisi perm intaan, kebutuhan beras dalam negeri terus m eningkat sebagai akibat dari pertam bahan penduduk dan pendapatan.
Kedelai yang m erupakan tanam an pangan penting ketiga setelah padi dan
jagung.
Peningkatan produksi kedelai pada pel ita IV sebesar 20,3% dan pada
pelita V hanya 6,4% sem entara kebutuhan akan kedelai sebesar 9,53% (Adjid,

1993).
Sehingga untuk m em enuhi keperluan dalam negeri diperlukan im por.
Untuk m em acu peningkatan produktivitas dan peningkatan pendapatan petani,
pem erintah m elakukan penyem pum aan program intensifikasi dari pola Insus
m enjadi pola Supra Insus, dan Opsus.

P ersepsi

petani

te r h a d a p

te k n o lo g i

budidaya

ta n a m a n

pangan


295

Sasaran akhir dari penerapan Supra Insus adalah peningkatan produksi padi
rata-rata nasional sebesar 5,5 ton beras/ha pada tahun 2000. Tercapainya sasaran
tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat partisipasi petani yang berkaitan erat
dengan persepsi petani.
Persepsi petani terhadap teknologi barn secara garis
besar dapat dibagi kedalam dua kelom pok, yaitu positif dan negatif.
Dengan beralih fungsinya lahan-lahan subur di pulau Jawa dari sektor
pertanian ke sektor non pertanian, m em aksa perluasan areal tanam diarahkan ke
lahan-lahan m arjinal diluar Pulau Jawa antara lain Kalim antan Selatan. Kalim antan Selatan dengan luas wilayah lebih kurang 3,7 juta ha m em punyai potensi
cukup besar untuk dikem bangkan m enjadi salah satu sentra produksi padi dan
kedelai.
Beberapa pengertian atas term inologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut (1) Intensifikasi Khusus (Insus) adalah intensifikasi yang
dilakukan dalam ikatan kerjasam a kelom pok tani pada suatu ham paran usahatani
guna m em anfaatkan potensi lahan, teknologi, daya dan dana secara optim al. (2)
Supra Insus adalah ikatan kerjasam a usahatani dari para kelom pok tani, wilayah
kelom pok dalam suatu W KPP yang sem uanya m elakukan proses dan selanjutnya
terhim pun dalam suatu kerjasam a usahatani antar W KPP yang disebut unit

him punan Supra Insus. (3) Operasi Khusus (Opsus) adalah upaya terkonsentrasi
disuatu daerahlwilayah untuk m enciptakan m om entum bagi berkem bangnya
gerakan norm alisasi pelaksanaan sistem dan program Bim bingan M assal (Bim as),
dibawah pim pinan Kepala W ilayahlDaerahlDesa
selaku Ketua Satuan Pem binaIPelaksana Bim as yang didukung sepenuhnya oleh kegiatan staf paripum a
(Com pleted staf work) dari Ketua Pem binaIPelaksana harian Bim as dan unsurunsur Satuan Pem binaIPelaksana Bim as serta dukungan, kesekretariatan dari
Sekretariat Satuan Pem binaIPelaksana Bim as.
(4) Partisipasi petani : keterlibatan m ental dan em osional petani secara langsung. (Unang G.K., 1993). (5)
Persepsi petani m encakup (a) tanggapan atau penerim aan langsung dari suatu
serapan atau (b) suatu pandangan, pengertian dan interpretasi seseorang terhadap
suatu obyek. (Syachrani A., 1993). JIHGFEDCBA

DASAR

P E R T IM B A N G A N

Perm intaan terhadap beras diproyeksikan terns m eningkat sam pai tahun
2010, yaitu dari 26',075 juta ton pada tahun 1988 m enjadi 36,104 juta ton pada
tahun 2010; walaupun pada laju peningkatan yang m enurun (Bank Dunia, 1992).
Sem entara itu penciutan lahan subur untuk sektor pertanian di Pulau Jawa terns

berlangsung.

296

R o s ita

Sedangkan 60% keperluan pangan di Indonesia dipasok dari Pulau FEDCBA

G a J ib e t a J .

Jawa. Dem ikian pula perkem bangan yang terjadi pada tanam an kedelai dengan
laju pertum buhan produksi lebih kecil dari laju pertum buhan kebutuhan akan
kedelai.
Sehingga kekhawatiran akan terjadinya tekanan yang sem akin berat
terhadap swasem bada beras m endekati kenyataan.
Upaya pem erintah untuk m enanggulangi hal tersebut salah satunya adalah
m elalui program Insus, Supra Insus, Upsus padi atau kedelai dengan m elibatkan
petani. Keterlibatan petani untuk m enerim a dan m elaksanakan suatu teknologi
anjuran m erupakan suatu hal sangat penting dan utam a, karena petani adalah
ujung tom bak yang terlibat langsung walaupun untuk penerapan rekom endasi

paket teknologi usahatani ditingkat petani dalam skala operasional sistem preduksi secara lum intu sekurang-kurangnya ada 4 (em pat) faktor penentu (M anwan
dan Oka, 1990). Keem pat faktor penentu tersebut adalah : (1) kebijaksanaan dan
kom itm en pem erintah yang diperlukan, (2) dukungan ekstem al, (3) partisipasi
petani dan (4) teknologi.
Karena tidak sem ua faktor penentu ini dapat dikuasai secara penuh oleh
pem erintah, padahal ada saling keterkaitan antara satu dengan lainnya, m aka
diperlukan pem aham an yang tepat tentang persepsi petani terhadap teknologi dan
tingkat penerapan teknologi baru. Oleh karena itu untuk m engetahui persepsi
tersebut dan tingkat penerapan teknologi baru dalam usahatani padi dan kedelai
di Kalim antan Selatan, penelitian ini dilaksanakan. JIHGFEDCBA

M ETODE

P E N E L IT IA N

A. M e t o d a P e n d e k a t a n
Untuk m engetahui : (1) persepsi petani terhadap teknologi baru dalam
usahatani padi dan kedelai di Kalim antan Selatan.
(2) tingkat penerapan
teknologi baru dalam usahatani padi dan kedelai di Kalim antan Selatan, m aka

dilakukanlah penelitian ini m elalui pendekatan sebagai berikut.
Persepsi dan tingkat penerapan teknologi baru didekati dengan m em bagi
petani kedalam 2 (dua) kelom pok yaitu (1) kelom pok petani biasa, (2) kelom pok
petani Insus, Supra lusus dan Upsus padi dan kedelai.
B.

S u m b e r d a n M e t o d e P e n g u m p u la n

D a ta

Data dikum pulkan
m elalui "m etode survei" dengan m enggunakan
kuesioner berstruktur dilengkapi dengan pengam atan dilapangan.
Inform asi
terdiri dari data sekunder dan data prim er, berbentuk data kuantitatif dan data
kualitatif. Sum ber data terdiri dari petani, pejabat, tokoh m asyarakat dan instansi
terkait. FEDCBA

P ersepsi


p e ta n i

te r h a d a p

te k n o lo g i

b u d id a y a

ta n a m a n

pangan

297

C. JIHGFEDCBA
L o k a si d a n D a ta
Penetapan lokasi penelitian adalah secara purposifyaitu: Propinsi Kalim antan Selatan, kem udian berdasarkan penerapan teknologi m aju dalam usahatani
tanam an pangan yang relatiflebih banyak dilaksanakan seperti, Insus, Supra lusus
dan Opsus padi dan kedelai. Untuk m ewakili tipologi lahan pasang surut, irigasi
dan tadah hujan dipilih 2 (dua) kabupaten yaitu: Kabupaten Hulu Sungai Tengah

dan Barito Kuala. Petani dibagi dalam 2 (dua) kelom pok yaitu, peserta intensifikasi (lnsus, Supra lusus dan Opsus) padi dan kedelai dan bukan peserta.
M asing-m asing desa dipilih petani contoh secara proporsional.
Karena sulitnya
m em bedakan antara petani Insus, Supra lusus dan Opsus dilapangan, m aka
apabila petani m engikuti salah satu dari program intensifikasi tersebut dianggap
sebagai peserta intensifikasi dalam penelitian ini.
Kabupaten Hulu Sungai Tengah diwakili oleh dua W KBPP yaitu W KBPP
Haruyan dan W KBPP Kasarangan sedangkan Kabupaten Barito Kuala diwakili
oleh W KBPP Belawang. Desa-desa terpilih danjum lah responden m asing-m asing desa dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel I. Jurnlah responden peserta intensifikasi dan non intensifikasi padi dan/atau kedelai rnasing-rnasing
desa terpilih.
Kab. Hulu Sungai Tengah
Padi

Kab. Barito Kuala

Kedelai

Padi


Kedelai

No. Teknologi
Desa
1.
2.
n

Intensifikasi
Non intensifikasi

= Jumlah

n

Hapulang
Guntung

Desa


15 W alangku
15 Kasarangan

n

Desa

10 Suryakanta
Surnber Rahayu

n

Desa

15 W aringin Kencana
15 Sirnpang Jaya

n
15
20

Responden

Data yang dikum pulkan kem udian ditabulasi, dianalisis dan diinterpretasi
secara deskriptif untuk m enarik kesim pulan.

H A S IL D A N P E M B A H A S A N
1 . P r o f il L o k a s i P e n e lit ia n

Lim a desa yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sebagian besar
m em punyai topografi datar dengan kom oditi utam a tanam an pangan (padi dan
palawija).
Luas daerah Hulu Sungai Tengah adalah 147200 ha yang terbagi
dalam 8 wilayah kecam atan atau 70 wilayah kerja Penyuluhan Pertanian (W KPP).
Luas, jum lah kecam atan desa, W KPP danjum lah penduduk pada tahun 1993 di FEDCB

298

R o s ita

G a lib

e t a l.

Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Rata-rata
jum lah tanggungan 4,6 dengan jum lah kepala keluarga sebesar 486 KK.
Tabel2.

Luas danjum lah kecam atan, desa, W KPP sertajum lah
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, tahun 1993.
Luas
(km )

Jlh desa
(buah)

Jlh W KPP
(buah)

Jlh Pend.
(jiwa)

437,74
147,49
290,98
54,57
148,63
86,54
161,81
144,24

85
66
65
35
46
45
46
53

10
10
9
6
7
10
9
9

27.802
25.547
29.314
42.760
19.851
24.569
27.340
26.570

1.472,00

441

70

223.753

No. Kecam atan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Batang Alai Selatan
Batang Alai Utara
Batu Benawa
Barabai
Haruyan
Labuan Am as Selatan
Labuan Am as Utara
Pandawan
Jum lah

Sum ber : Diperta Kabupaten

penduduk

Hulu Sungai Tengah, 1994

Jenis pem bagian lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat
dilihat pada Tabel berikut ini, dan jum lah curah huj an berkisar 1747 - 2575 m m lth.
Tabel3.

Pem bagian lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai
Tengah tahun 1993

No. Jenis lahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sawah barat
Sawah tim ur
Sawah surung
Ladang
Tegal/kebun
Pekarangan
Perkebunan
Rawa
Hutan an
Jum lah

Sum ber:

Diperta Kabupaten

Luas (ha)

%

22.936
7.601
1.500
4.982
11.533
3.353
18.627
12.093
64.575

15,57
5,16
1,10
3,37
7,82
2,27
12,65
8,20
43,86

147.200

100,00

Hulu Sungai Tengah,

1994

Rata-rata produktivitas padi sawah pada tahun 1993 sebesar 4,3 tlha dengan
luas tanam 27.959 ha. Rata-rata produktivitas kedelai pada tahun 1993 1,0 tlha FEDC

P e r s e p s i p e ta n i

te r h a d a p

te k n o lo g i

b u d id a y a

ta n a m a n

pangan

299

dengan luas tanam 322 ha. Realisasi intensifikasi padi M T 199311994 dan
sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel4.

Realisasi intensifikasi padi dan sasaran M T 199311994
di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

No. Jenis intensifikasi
1.
2.
3.

4.

Panduan Supra Insus
Insus paket D
Insus paket lain
- paket C
- paket B
- paket A
Um um
Jum lah

Sum ber:

Sasaran

Realisasi

%
97,4

3.000
4.360

2.922
4.392

100,73

4.760
7.640
1.300
900

6.058
8.135
1.441
2.577

127,27
106,48
110,85
286,23

21.960

25.525

116,23

Diperta Kab. Hulu Sungai Tengah,

1994

Realisasi intensifikasi kedelai pada M T 1993/94 dan sasaran rata-rata
produktivitas kedelai pada tahun 1993 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel5.

Realisiasi intensifikasi kedelai pada M T 1993/94 di Kab.
Hulu Sungai Tengah.

No. Jenis intensifikasi
1.
2.

Sasaran

Realisiasi

%

Insus/Opsus
lnm um

75
100

31
283

41,33
283,00

Jum lah

175

314*)

179,43

*) = 221
Sum ber:

ha
Diperta Kab. Hulu Sungai Tengah,

1994

Lim a desa yang berada di Kabupaten Barito Kuala terletak di W ilayah Kerja
Balai Penyuluhan Pertanian Belawang, yaitu di W KPP Sakalagun Kanan (Desa
Suryakanta dan Desa Sum ber Rahayu) dan W KPP Sungai Seluang Trans (Desa
Sim pang Jaya, Desa Pinang Habang, Desa W aringin Kencana). Jenis lahan
term asuk sulfat m asam , potensial dan bergam but dengan tipe luapan C. Perm ukaan tanah landai, jenis tanah aluvial dan organosol dengan ketinggian 1,5
m eter dari perm ukaan laut. Curah hujan berkisar antara 1700 - 2300 m m ltahun,
tem peratur terendah 26C dan tertinggi 32C, luas cakupan wilayah kerja BPP
Belawang 17.755 ha dengan 13 W KPP dan 26 desa. Pada Tabel dibawah ini FEDCBA

300

R o s ita

G a lib

e t a l.

dapat dilihat luas desa, luas sawah dan rata-rata produksi padi di desa penelitian,
1993.
Tabel 6. Luas wilayah, luas sawah, rata-rata produksi padi di lim a desa
penelitian di W KBPP Belawang, 1993
Luas wilayah
(ha)

No. W KPP/Desa

1.

2.

Luas sawah
(ha)

Rata-rata padi
(t/ha)

Seluang Trans
Sim pang Jaya
Pinang Habang
W aringin Kencana

407
500
400

340
450
350

2,09
2,60
2,40

Sakalagun Kanan
Suryakanta
Sum ber Rahayu

560
1020

532
960

2,50
2,30

Surnber : M onografi

Desa Seluang Trans dan Sakalagun

Kanan, 1993

Realisasi tanam intensifikasi padi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Realisasi tanam intensifikasi padi, 1994
Paket Insus (ha)
Jum lah

No. W KPP/Desa

A
1.
2.

775
Seluang Trans
Sakalagun Kanan III
Belawang
886

Sum ber : W KBPP

Belawang,

B

C

D

225
150
375

20
20

20
20

1000
301
1301

INM UM

45
494
539

Jum lah

1045
795
1840

1994

Luas tanam kedelai di tiga desa W KPP trans Seluang dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 8. Luas tanam kedelai, 1994
No. Des
I.
2.
3.

a

Luas tanam (ha)

Sim pang Jaya
Pinang Habang
W aringin Kencana

125
75
52

Jum lah

252

Rata-rata tanam kedelai/petani Opsus dengan rata-rata hasil 1,0 t/ha. FEDCBA

P e r s e p s i p e ta n i

te r h a d a p

te k n o lo g i

b u d id a y a

ta n a m a n

pangan

301

2 . K a r a k t e r is t k P e t a n i C o n t o h hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Jum lah penduduk pada tahun 1994 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
sebesar223753 jiwadandi Kabupaten Barito Kuala sebesar 229464 (tahun 1993).
Laju pertum buhan selam a 10 tahun m asing- m asing 0,97 dan 2,85. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah 152 jiwalkm dan di Kabupaten
Barito Kuala 77 jiwalkm . Kepadatan agraris di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
sebesar 1,74 petaniiha dan di Kabupaten Barito Kuala 0,71 petanilha. Pada tabel
berikut ini dapat dilihat karakteristik petani contoh di dua Kabupaten terpilih.
Tabel9.

Karakteristik

petani contoh, 1994.

No. Karakteristik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Um ur (th)
Pendidikan form al (th)
Pendidikan inform allkursus
Daerah asal
Lam a ikut intensifikasi (th)
Sum ber penghasilan utam a
Tenaga kerja yang tersedia (HOK)
Interaksi dengan pejabat pertanian
Luas usahatani (ha)
Tabungan/m odal

HST

Batola

20-65
4

20-65
5

HST & sekitar
9 th
Tan.pangan
2,845
Baik
0,9
Kel.tani

Jawa
2-3 th
Tan.pangan
2,456
Baik
1,47
Kel.tani

3 . K e r a g a a n U sa h a ta n i

a. Usahatani Padi
Padi m erupakan kom oditi yang akan tetap m enem pati posisi strategis dalam
perekonom ian Indonesia.
Rata-rata kebutuhan padi m eningkat 3,6% per tahun
sem entara tingkat pertum buhan produksi hanya 2,89 persen per tahun untuk
m em enuhi kebutuhan beras (137 kg/kap/th), m aka pem erintah m engharapkan
m elalui penerapan program intensifikasi yang terbaru dengan pencapaian 9 ton
gabah kering panen per hektar atau setara dengan 5,5 ton beras per hektar dapat
terpenuhi.
Hasil produktivitas padi yang diperoleh di Desa intensifikasi yang
dipilih sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut ini. FEDCBA

302

R o s ita

G a lib

e t a l.

Tabel 10. Hasil padi per hektar di desa contoh, 1994
Padi (tlha)
No. KablDesa
Intensifikasi
1.

2.

Kab. Hulu Sungai Tengah
Guntung
Hapulang

Non intensifikasi

2,600
4,400

Kab. Barito Kuala
Suryakanta
Sum ber Rahayu

2,500
1,785

Varietas padi yang ditanam di Kabupaten HST adalah IR36, Tajum ,
Cisokan, IR42, Pro go dan IR47 dan varietas padi yang ditanam di Kabupaten
Barito Kuala terdiri dari padi lokal (Siam Unus, Siam Pontianak) dan padi unggul
(IR64, IR36, Adil dan Cisadane)
b. Usahatani kedelai
Produksi kedelai dalam negeri belum dapatrnem enuhi kebutuhan sehingga
I
diperlukan im por. M elalui intensifikasi kedelai qroduktivitas dapat ditingkatkan
sam pai 1,2 tlha.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat produksi kedelai di
m asing-m asing desa contoh.
Tabel 11. Hasil kedelai per hektar di desa contoh, tahun 1994
Kedelai (tlha)
No. Kab/Desa
Intensifikasi
1.

2.

Kab. Hulu Sungai tengah
- W alangku
- Rantau kem inting
- Kasarangan

1,20
0,92

Kab. Barito Kuala
- Sim pang Jaya
- W aringin Kencana
- Pinang Habang

1,00
0,90

Non intensifikasi

0,80

0,65

Varietas kedelai yang ditanam di Kab. Barito Kuala adalah Galunggung dan
W illis dan Kab. Hulu Sungai Tengah adalah varietas W illis. Rata-rata petani ikut
intensifikasi kedelai berkisar antara 1-3 tahun, dengan luas tanam 0,15 - 0,5 ha
per petani. FEDCBA

P e r s e p s i p e ta n i

te r h a d a p

te k n o lo g i

b u d id a y a

ta n a m a n

pangan

303

4 . P o la T a n a m

Petani intensifikasi dan non intensifikasi tidak berbeda dalam pelaksanaan
pola tanam (baik padi atau kedelai). Jarak tanam padi berkisar antara 20 x 22 em
atau 20 x 25 em . Petani yang m enanam padi lokal, um um nya hanya 1 x 1 tahun
(padi - bera), sem entara petani yang m enanam kedelai um um nya setelah padi
unggul.
Pola tanam padi dua kali, um um nya padi unggul-padi lokal dan pada
kedelai dengan pola tanam kedelai-bera-kedelai.
Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pola tanam m asing-m asing desa eontoh, bulan tanam dan bulan panen.
Tabel12.

Pola tanam padi dan kedelai di desa contoh, 1994.

No. Kab/desa
1.

Pola tanam

Keterangan

Guntung

Padi )L)-bera
~11-4
d.unggul-palawija
(12-3)
(5-8)

Desa non intens.

Hapulang

Padi r)-padi

Intens. padi

Kab. Hulu Sungai Tengah

(U)

12-3
(5-9)
~adi U)-~alaW ija
~12-3
6-9)
adi Uj-bera
(12-3
W alangku

Padi r-kedelai

Intens. kedelai

Padi ~U)-kedelai

Intens. kedelai

12-3
(5-8)
~adi U)-palawM a
(12-3
(5/6- 19)

Rantau Keminting

12-3
(5-8)
~adi U)-palawija
(12-3
(6-9)

Kasarangan

2.

Non intensifikasi
Padi ~U)-bera
12-3
~adi U)-kedelai
(12-3)
(6-9) JIHGFEDCBA

Kab. Barito Kuala
Suryakanta

Padi ~U)-padi (L)
01-2
(3-6)
Padi L )-bera
(3-9)

Intens.padi

Sum ber Rahayu

Padi (U)-padi (L)
01-2)
(3-9)
Padiil.j-bera
(3-9)

Non Intens.

(bersam bung) FEDCBA

304

Rosita Gafib et af.

(sam bungan)
Pola tanam

Keterangan

Sim pang Jaya

Padi (L)-kedelai
(3-9)
(11-1)
Kedelai-bera-kedelai
(11-1)
(1-3) (4-7)

Intens.kedelai

W aringin Kencana

Padi (Lj-kedelai
(2-9)
(11-1)
Padi (L)-bera
(2-9)

Intens.kedelai

Pinang Habang

Padi (Lj-kedelai
(2-9)
Padl (L)-bera
(2-9)
(11-2)

Non intens.

No. Kab/desa

(U) = padi unggul
(L) = padi lokal

(..- ..) = m enunjukkan

bulan yaitu Januari (I) .. Desem ber (12)

Ketersediaan sarana produksi seperti benih, pupuk, obat-obatan dan alat
penyem prot ham a dalam jum lah dan m utu yang cukup tersedia dilokasi penelitian.
Bahan-bahan tersebut cukup m udah diperoleh walaupun kadang-kadang tidak
tepat waktu.
M odal untuk m em beli sarana produksi kedelai didapat dari pinjam an yang disediakan oleh PPL atau dari pedagang luar desa. Bibit padi unggul
yang digunakan petani di Desa Suryakanta dan Sum ber Rahayu, sebagian besar
berasal dari bantuan Balai Penelitian Tanam an Pangan Banjarbaru dari Proyek
Sistem Usahatani. Penggunaan sarana produksi di petani Intensifikasi dan Non
Intensifikasi dapat dilihat pad a tabel berikut ini.
Tabel13.

Penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja pada usahatani padi
dan kedelai petani contoh, 1994.
Padi

Kedelai

No. Sarana produksi
Intens.
1.
2.

3.
4 ..

Benih (kg)
Pupuk (kg)
Urea
TSP
KCl
Kapur
P.kandang
Obat-obatan (It)
Tenaga kerja (HOK)

P ersepsi

Non intens.
40

40
150
100

1
343

p e ta n i

Intens.

Non intens.

30

30

25
100
50
300
6000
1,5
1
202 FEDCBA 153

20
50
50

50
50

te r h a d a p

te k n o lo g i

b u d id a y a

0,5
145

ta n u m a n

pangan

305

Tabel14.

Biaya dan penerim aan padi dan kedelai, 1994

No. Uraian
1.

Padi
Intensifikasi
Non intensifikasi

2.

Kedelai
Intensifikasi
Non intensifikasi

Pendapatan FEDCBA
R lC

Penerim aan

Biaya

1.760.000
(91,67% )
1.040.000
(91,49% )

1.309.500

450.500

1,344

772.750

267.250

1,346

1.100.000
(76,58% )
715.000
(86,36% )

699.250

400.750

1,573

587.650

127.350

1,217

Angka dalarn kurung adalah perbandlngan blaya terhadap pcnerlmaan dalam perscn.

Kecilnya pendapatan yang diperoleh karena besarnya biaya tenaga kerja
mencapai 91,67% (intensifikasi padi) dan 91,49% (non intensifikasi padi). Begitu pula pada usahatani kedelai, keperluan tenaga kerja mencapai 76,58% dari
seluruh biaya produksi (intensifikasi kedelai) dan 86,36% (non intensifikasi
kedelai).
Lahan garapan intensifikasi padi atau kedelai rata-rata tidak melebihi satu
hektar, maka tenaga kerja yang digunakan sebagian besar tenaga kerja keluarga,
Tenaga upahan hanya diperlukan paling banyak 30% dari tenaga kerja yang
dicurahkan sehingga pendapatan yang diperoleh agak besar.
Petani juga melaksanakan pekerjaan usahatani yang memerlukan tenaga
kerja bajak seperti (tanam dan pengolahan tanah) dengan cara go tong royong
bergiliran, sehingga tidak perlu upah dalam bentuk pengeluaran uang tunai.
Besarnya tenaga kerja yang dicurahkan dikarenakan semua kegiatan dalam
usahatani dilakukan oleh tenaga manusia, kecuali untuk panen yang sebagian
besar menggunakan sabit.
Antara petani intensifikasi dan non intensifikasi
memperoleh imbalan yang hampir sama, seperti terlihat pada nilai RlC yang tidak
j auh berbeda dan sama tidak efisiensi.

5. Persepsi petani
Dari seluruh petani contoh, 90% respon positif terhadap intensifikasi padi
dan kedelai hanya 10% yang masih ragu-ragu.
Pada tabel dibawah ini dapat
dilihat persepsi berdasarkan tanggapan petani terhadap manfaat teknologi intensifikasi padi dan kedelai.

.'
306

R o s ita

G a lib

e t a l.

Tabell5.

Persepsi petani terhadap m anfaat teknologi padi dan kedelai
Tanggapan petani

No. M anfaat terhadap
Intensifikasi
Setuju
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peningkatan pendapatan
Tenaga kerja bertam bah banyak
Ketersediaan saprodi
Ketersediaan fasilitas
Peningkatan kesuburan tanah
M engurangi resiko gagal
Ketersediaan m odal

Non intensifikasi

Ragu

Tdk stj

50%

50%

100%
100%
90%
80%
80%
60%

a. Persepsi m engenai ketersediaan

Setuju

Ragu

Tdk stj

50%

50%

100%

10%
20%
20%
40%

100%
90%
80%
80%
50%

10%
20%
20%
50%

teknologi dalam penerapan

intensifika-

si padi dan kedelai terhadap peningkatan pendapatan
Pada Tabel diatas, hasil rata-rata yang diperoleh petani dalam usahatani padi
jelas terlihat bahwa tingkat produksi berbeda. Pencapaian produksi petani intensifikasi lebih besar 69% dibanding petani non intensifikasi.
Pada usahatani
kedelai terlihat perbedaan pada produksi, di Kabupaten Hulu Sungai Tengah
sebesar 32,5 % , sedangkan di Kabupaten Barito Kuala tidak banyak berbeda yaitu
hanya sebesar 9% . Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada Tabel16 berikut ini.
Petani m engatakan 100% setuju terhadap teknologi intensifikasi padi dan kedelai,
baik petani yang ikut intensifikasi m aupun petani non intensifikasi.
Tabel 16. Hasil rata-rata produksi padi dan kedelai petani peserta intensifikasi dan
non intensifikasi di desa contoh.
Padi
Des

Kedelai

a
Intens.

Hulu Sungai Tengah
Hapulang
W alangku
Rantau Kem inting
Guntung
Kasarangan

Non Intens.

Intens

Non Intens.

4.400
1.200
920
2.600
800

Barito Kuala
Suryakanta
Sum ber Rahayu
Pinang Habang
Sim pang Jaya
W . Kencana

2.500
1.785
650
1.000
900 FEDCBA

P ersepsi

p e ta n i

te r lu u la p

te k n o lo g i

b u d id a y a

ta n a m a n

pangan

307

Adanya dugaan bahwa pencurahan tenaga kerja bertam bah banyak apabila
m enerapkan teknologi intensifikasi padi dan kedelai ditolak oleh 50% responden,
tetapi 50% m enjawab ragu-ragu. Karena responden ini tidak yakin akan dugaan
tersebut dan juga pencatatan usahatani tidak dilakukan secara tertib/lengkap.
Ketersediaan sarana produksi dan fasilitas lainnya cukup tersedia dilokasi
karena program intensifikasi ini adalah program nasional yang m em ang harus
sukses.

b. Persepsi petani terhadap pelayanan A parat Pem erintahan D esa
Kebijaksanaan pem erintah m erupakan im plikasi dari kem auan politik yang
m em erlukan form ulasi berdasarkan perm asalahan dan kebutuhan (SPP jagung,
1994). Pada dasarnya kebijaksanaan telah dibuat terlebih dahulu oleh Pem da
(dalam hal ini dikoordinasikan oleh Bappeda), dalam bentuk Rencana Um um tata
Ruang Daerah (RUTRD) sebagai pedom an bagi DinaslInstansi terkait dalam
m elaksanakan kegiatan sektoral.
Dalam hal kegiatan tanam an pangan, pada
um um nya Kabupaten Daerah Tingkat II m enerbitkan Surat Keputusan Bupati
selaku Ketua Satuan Pem bina Bim as Tk. II untuk pedom an kerja tahunan bidang
pertanian.
Kegiatan intensifikasi m erupakan bagian dari program kerja Bim as yang
dilakukan serentak secara nasional, dan sebagai pelaksana paling bawah adalah
petani. Kesediaan petani m elaksanakan intensifikasi dalam usahataninya secara
benar, sesuai teknologi yang dianjurkan sangat m enentukan tingkat keberhasilanlkualitas yang dicapai yang pada akhirnya adalah pencapaian tingkat produksi tinggi.
Kesadaran petani m elakukan usahatani sesuai teknologi yang dianjurkan sangat tergantung dari ketersediaan sarana penunjang dan sikap aparat
pem erintah daerah selaku salah satu anggota Satuan Pem bina Bim as. Persepst
petani terhadap pelayanan yang diberikan aparat pem erintah berkontrlbusi terhadap kualltas pelayanan intensifikasi dalam usahataninya. Rata-rata pertem uan
dilakukan 2 kali per m usim tanam dan kom unikasi antara petani dan aparat
pem erintahan desa cukup luwes.

c. Persepsi petani terhadap pelayanan lem baga-lem baga penunjang
Untuk m enunjang keberhasilan program yang telah ditetapkan, diperlukan
dukungan berbagai bentuk kelem bagaan.
Kelem bagaan pada dasam ya terbagi
dua yaitu kelem bagaan pem erintah dan kelem bagaan ditingkat petani. Kelem bagaan pem erintah yang sangat berperan saat ini adalah Satuan Pem bina Bim as.
Organisasi ini m erupakan organisasi struktural, yang m enjadi m odel koordinasi
dalam program intensifikasi. Organisasi ini m am pu m engkoordinasi dan m enggerakkan secara terpadu instansi-instansi terkait (SPP Jagung, 1994). FEDCBA

308

R o s ita G a lib e t a l.

Peringkat khusus yang dim iliki seperti tenaga penyuluh, m enjadi ujung
tom bak dalam m enjalankan tugasnya.
Untuk keperluan distribusi sarana produksi dibentuk koperasilKUD dan lem baga perkreditan seperti BRI. Persepsi
petani terhadap pelayanan lem baga-lem baga penunjang ini cukup m em uaskan.
Pelayanan dalam bentuk penyebarluasan inform asi pertanian m encapai 97% dan
rata- rata bertem u 3 kali per bulan. Ketersediaan saprodi m enurut petani cukup
m em uaskan (91,3% ) dan ketepatan waktu m encapai 67% . Petani yang m em erlukan pinjam an untuk m em beli sarana produksi hanya 43% dan sum ber pinjam an
terbesar didapat dari Pedagang setem pat (48,2% ). JIHGFEDCBA
6 . P a r t is ip a s i

p e ta n i

Frekuensi pertem uan kelom pok berlangsung m inim al satu kali per m usim
tanam . M ateri pertem uan yang sering dibicarakan m eliputi waktu tanam serem pak, pengaturanlpem bersihan
saluran air dan pem berantasan ham a penyakit secara bersam a-sam a.
Lam anya kelom pok tani berdiri di desa contoh bervariasi
antara 5 sam pai 12 tahun.
Pertem uan dihadiri oleh sebagian besar anggota
kelom pok tani, karena jarak rum ah m asing-m asing anggota saling berdekatan.
Pada tabel dibawah ini dapat dilihat partisipasi petani dalam penerapan 10
(sepuluh) jurus Supra INSUS.
Tabel 15. Partisipasi petani dalam penerapan teknologi sepuluh jurus Supra INSUS.
Partisipasi petani
No. Teknologi Supra lNSUS
Non Intensifikasi

Intensifikasi
Penuh
1. Pelaksanaan pola tanam
2. Pelaksanaan pengolahan tanah
3. Pelaksanaan benih unggul
4. Pelaksanaan jarak tanam
5. Pelaksanaan pem upukan berim bang
6. Pengendalian jasad pengganggu
7. Pem berantasan gulm a
8. Panen dengan sabit
9. Pasca panen
10. Pem bentukan m odal

P e r s e p s i p e ta n i

Sbgn

Tdk

Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya

te r h a d a p

Penuh

Sbgn

Tdk

Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Sbgn FEDCBA

te k n o lo g i

b u tlid a y a

ta n a m a n

p a l/g a ll

309

K E S I M P U L A N hgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

1. Pola tanam yang dilakukan petani (baik peserta intensifikasi
intensifikasi) terdiri dari :
a. Padi (U) - padi (L)
b. Padi (L) - bera
c. Padi (U) - bera

m aupun non

2. Pola tanam kedelai yang dilakukan petani (baik peserta intensifikasi m aupun
non intensifikasi) terdiri dari :
a. Padi (L) - kedelai
b. Kedelai - bera - kedelai
3. Karakteristik personal dan situasional antara petani peserta insus/opsus padi
dan kedelai dan petani non insus/opsus padi dan kedelai tidak banyak berbeda.
4. Persepsi petani terhadap insus/opsus padi dan kedelai cukup positif antara
petani insus/opsus dan non insus/opsus.
W alaupun ternyata pencapaian
tingkat produksi petani intensifikasi lebih tinggi dari yang dicapai petani non
intensifikasi.
Tingkat produktivitas padi petani intensifikasi lebih besar 4069% dan kedelai 32,5% .
5. Tingkat penerapan teknologi insus/opsus padi dan kedelai cukup tinggi, walaupun tidak lengkap.
6. Ketersediaan sarana produksi terutam a obat-obatan dan bibit berm utu supaya
lebih digalakkan dan tepat waktu, hal ini karena ketepatan waktu barn m encapai 67% .

DAFTAR

PUSTAK A

Abdul Adjid, Dudung, 1993. Kebijaksanaan Swasem bada dan Ketahanan Pangan
dalam Kinerja Penelitian Tanam an Pangan (Buku I). Sim posium Penelitian
Tanam an Pangan III Jakarta/Bogor.
Bank Dunia, 1992. Agricultural Transform ation: Challenges and Opportunities.
Agricultural Operation Div. Country Depertem en III East Asia and Pasific
Regional Office.
Balai Penyuluhan Pertanian, 1994. Laporan Tahunan W KBPP Belawang 1994.

310FEDCBA
R o s ita

G a lib

e t a l.

Barito Kuala dalam Angka, 1993. Kantor Statistik Kabupaten Barito Kuala.
Dinas Pertanian Hulu Sungai Tengah, 1994. Laporan Tahunan Dinas Pertanian
Kabupaten Hulu Sungai tengah tho 1993.
M anwan, I. dan M ade Oka A., 1990. Penelitian Pengem bangan Teknologi
Tanam an Pangan, Pokok Pem ikiran dan Cara Pelaksanaan Pusat Penelitian
dan Pengem bangan Tanam an Pangan. Bogor.
M onografi Desa Seluang Trans dan Sakalagun Kanan, 1993.
Unang G. Kartasasm ita, 1993. Persepsi, Sikap dan perilaku Petani Terhadap
Teknologi Produksi Pertanian dalam Konteks Penelitian Pengem bangan:
Sebuah Telaahan Teoritis. M akalah disam paikan pada Pelatihan M etodologi dan Prosedur Penelitian Pengem bangan di Bogor dan Cihea, 26
April-22 M ei 1993. Balai Penelitian Tanam an Pangan. Bogor.
Syahrani Abdussam ad, 1993. Hubungan Karakteristik Petani Kerjasam a dengan
Persepsi dan Tingkat Partisipasi M ereka dalam Penelitian Sistem Usahatani
di Kalim antan Selatan (Tesis S2 belum dipublikasikan).
Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor. FEDCBA

P ersepsi

p e ta n i

te r h a d a p

te k n o lo g i

b u d ld a y a

ta n a m a n

pangan

3 11