Implementasi Pembelajaran PAI Dalam Pembinaan Akhlak di SMK Bustanul Ulum Kalirejo Kabupaten Lampung Selatan - Raden Intan Repository

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh semua komponen yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pendidikan. Kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi, dan kinerja guru merupakan komponen pokok bagi terselenggaranya pendidikan. Kepemimpinan kepala madrasah merupakan posisi strategis dan vital bagi perjalanan penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu kepala madrasah harus mempunyai kemampuan untuk memimpin/ memenej dengan baik. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang kehidupan. Dengan manajemen, kinerja sebuah organisasi dapat berjalan secara maksimal. Demikian juga dengan lembaga pendidikan. Dengan manajemen yang baik, maka sebuah institusi pendidikan akan dapat berkembang secara optimal sebagaimana diharapkan. Menurut Ibrahim ”Manajemen pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang ada, kerana kelemahan sisitem pendidikan yang ada adalah lemahnya manajemen pendidikan baik

  1

  secara makro, mesro, maupun secara mikro Manajemen pendidikan di ”. Indonesia merupakan titik sentral dalam mewujudkan tujuan pembangunan Sumber Daya Manusia. Dalam pengamatannya, manajemen pendidikan di Indonesia masih belum menampakkan kemampuan profesional sebagaimana 1 R. Ibrahim, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, ( Jakarta : Imperial Bhakti Utama, 2007 ), yang diinginkan. Pakar pendidikan HAR Tilaar juga memiliki pendapat yang sama. Menurut beliau, masalah manajemen pendidikan merupakan salah satu masalah pokok yang menimbulkan krisis dalam dunia pendidikan Indonesia.

  Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya tenaga-tenaga administrator pendidikan yang profesional. Oleh karena itu, hal penting yang harus dipertimbangkan bagi sebuah institusi pendidikan adalah adanya tenaga administrator pendidikan yang profesional.

  Temuan penelitian lainya juga menunjukkan bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, kurangnya perhatian orang tua, atau kelemahan-kelemahan pada pihak guru, tetapi faktor yang cukup kuat mempengaruhi adalah perilaku kepemimpinan yang tidak tepat pakai dan tidak tepat guna. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu diperlukan pemimpin yang mempunyai kemampuan profesionalitas kepemimpinan yang tinggi.

  Hasil pe nelitian Phi Delta Kappa menyimpulkan ”Pemimpin yang efektif adalah mereka yang menetapkan tujuan dan standar penampilan, serta

  

2

menjaga lingkungan kerja yang baik”.

  Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan, manajemen merupakan faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, supaya pendidikan dapat maju, maka harus dikelola oleh administrator pendidikan yang profesional sebagai kepala sekolah. Disamping pentingnya administrator pendidikan yang 2 Cyril Poster, Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, ( Jakrta : Lembaga Indonesia profesional, usaha yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah kerjasama yang baik antara semua unsur yang ada, termasuk mendayagunakan seluruh sarana dan prasarana pendidikan. Dalam konteks inilah, kepala madrasah sebagai administrator pendidikan memegang peranan penting.

  Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 pasal 3 ayat 3 dijelaskan bahwa pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Kepala sekolah sebagai salah satu pengelola satuan pendidikan juga disebut sebagai administrator, dan disebut juga sebagai manajer pendidikan. Maju mundurnya kinerja sebuah organisasi ditentukan oleh manajer. Kepala sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Richardson dan Barbe (1986: 99) yang menyatakan, “Principals is perhaps the most significant single factor in establishing an

  

effective school” Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling penting

didalam membentuk sebuah sekolah yang efektif.

  Dalam posisinya sebagai administrator dan manajer pendidikan, kepala sekolah diharapkan memiliki kemampuan profesional dan ketrampilan yang memadai. Ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan sekolah, oleh Robert Katz diidentifikasi dalam 3 (tiga) ketrampilan pokok yaitu ketrampilan konseptual, ketrampilan hubungan dan ketrampilan tehnikal. Ketrampilan konseptual meliputi; kemampuan melihat sekolah dan semua program pendidikan sebagai suatu keseluruhan. Ketrampilan hubungan manusia meliputi; kemampuan menjalin hubungan kerjasama secara efektif dan efisien dengan personel sekolah, baik secara perorangan maupun kelompok.

  Agus Darma mengatakan ” Sebagai kepala sekolah, Anda bertanggung jawab atas sejumlah persoalan, sehingga Anda sedikit banyak harus mengetahui prilaku orang-orang dalam organisasi dan bagaimana

3 Ketrampilan tehnikal merupakan kecakapan dan keahlihan

  memotivasinya” yang harus dimiliki kepala sekolah meliputi metode-metode, proses-proses, prosedur dan tehnik pengelolahan kelas. Dengan kemampuan profesional manajemen pendidikan, kepala sekolah diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja personil sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Di sekolah, kepala sekolah senantiasa berinteraksi dengan guru bawahannya, memonitor dan menilai.

  Rendahnya kinerja guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Rendahnya kinerja guru harus diidentifikasi penyebabnya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja seorang guru. Pada kondisi semacam ini, kepala sekolah memegang peranan penting, karena dapat memberikan iklim yang memungkinkan bagi guru berkarya dengan penuh semangat. Manajemen pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari kemampuan kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di unit kerjanya harus 3 Agus Darma, Manajemen Sekolah, ( Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional , 2007 ), disertai dengan beberapa kualifikasi yang melekat pada tugas dan fungsinya, yaitu profesiosnalisasi dalam pekerjaannya, sebagaimana dikemukakan Sanusi, “…bahwa usaha peningkatan kemampuan manajerial sekolah harus didukung oleh profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang membuat

  4

  para pejabatnya benar-bena r menjadi administrator karir.” Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, kepala sekolah bukan sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan, melainkan sebagai penanggung jawab penuh secara profesional dalam manajemen sekolah, demi tercapainya prestasi sekolah yang diharapkan.

  “Sekolah yang efektif, bermutu, dan favorit , tidak lepas dari peran seorang kepala sekolahnya. Pada umumnya sekolah tersebut

  5 Sehingga kepemimpinan

  dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang efektif.” kepala sekolah mengarah kepada kepemimpinan situasional.

  Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator

  4 Sanusi, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan ( Bandung PPS IKIP , 1990 ), h.118.

  5 Soebagioatmodiwiryo,.Manajemen Pendidikan Indonesia.( Jakarta : PT. Ardadizya-Jaya,

6 Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung

  dalam organisasinya.” kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah. Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan melakukan pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah. Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah lain. Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru. Selanjutnya perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat konsep kepemimpinan situasional menurut Miftah Thoha ”Perilaku Tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peran-peran dari anggota-anggota kelompok atau

6 Kartini Kartono,.Pemimpin dan Kepemimpinan. ( Jakarta : PT. Grafindo Persada : 1998.)

  para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing- masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan bagaimana

  7

  tugas-tugas itu harus dicapai. Selanjutnya disifati oleh usaha-usaha ” menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

  Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi di antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar- lebar jalur-jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan

  8 kepercayaan bersama.

  Keberhasilan proses belajar mengajar dapat berhasil, dipengaruhi pula oleh hubungan antar manusia di dalam organisasi atau sekolah, seperti halnya hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru serta para siswa yang harmonis. Sehingga dengan hubungan yang harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah yang mendukung terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan.

  Apabila peran kepala sekolah sebagai pemimpin tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan dukungan profesionalitas yang tinggi, serta iklim organisasi sekolah yang kondusif, maka diharapkan

7 Miftah Thoha,. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Prilaku (.Jakarta:

  PT.Raja Grafindo Persada, 1999 ), h.77 8 terwujudnya peningkatan kinerja guru, sehingga perjalanan organisasi dapat sinergis, yaitu guru menjalankan tugas profesi secara benar, bertanggung jawab dan sadar kualitas, personil lainnya melayani kepentingan stakeholders dengan penuh tanggung jawab dan disiplin serta berorientasi mutu, fasilitas yang dibutuhkan tersedia secara lengkap dan layak pakai, iklim organisasi sekolah kondusif dan mendukung keberhasilan proses belajar mengajar serta siswa dapat belajar dengan tenang, tekun, penuh kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab. Apabila gambaran tersebut terjadi, maka pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan.

  Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan kurikulum, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan administrasi dan evaluasi.

  Prestasi kerja guru dalam organisasi pendidikan perlu mendapat perhatian dan perlu mendapat dukungan oleh semua komponen, seperti kemampuan organisasi, iklim organisasi, serta perilaku dan gaya kepemimpinan kepala sekolah. Kinerja guru yang efektif dipengaruhi oleh beberapa sumber diantaranya sumber individu itu sendiri, intelektual, psikologis, fisiologis, motivasi, faktor-faktor personalitas,

  9

  keusangan/ketakutan, prefarasi posisi, orientasi nilai. Sumber dari dalam organisasi diantaranya sistem organisasi, peranan organisasi, kelompok dalam organisasi, perilaku yang berhubungan dengan pengawasan , iklim

  10

  organisasi. Sumber dari lingkungan eksternal organisasi, diantaranya keluarga, kondisi ekonomi, kondisi hukum, nilai-nilai sosial, peranan kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan-perkumpulan. Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan tenaga kependidikan

  11

  lainnya. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator dalam organisasinya. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah. Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga

  9 GBHN, TAP Nomor : II/MPR/1993

  10 Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung : Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.

  11 Wardiman Djojonegoro, Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk Tahun 2020 kependidikan lainnya. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan melakukan pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.

  Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah lain. Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru.

  Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di MTS Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah diperoleh keterangan

  ”Kepala sekolah cukup berpengalaman dengan kepribadian, jiwa sosial yang baik, kemampuan manajerial dan supervisi tergolong cukup memadahi, hanya belum mampu memberikan kesejahteraan guru sesuai dengan harapan dewan guru. Iklim organisasi cukup kondusif dengan suasana yang demokratis dan rasa toleransi yang cukup baik. Namun kinerja guru belum maksimal karena kompetensi yang dimiliki guru

  12

  masih perlu pembenahan dan pembinaan .”

12 KH. Khorul Anam, Ketua Yayasan Jauharotul Mualimin, Wawancara, Seputih

  Berdasarkan data awal tersebut diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah, dan iklim organisasi cukup memadahi, namun kinerja guru masih rendah. Secara teori kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi mempunyai hubungan dengan kinerja guru, namun kenyataan di MTs Jauharotul Mualimin menunjukan adanya kesenjangan yaitu kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi tergolong cukup memadahi namun kinerja guru tergolong rendah. Untuk mengetahui persoalan tersebut dengan benar perlu diadakan penelitian adakah hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi dengan kinerja guru.

  B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka ada beberapa masalah yang muncul diantaranya yaitu :

  1. Kepala MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung telah memiliki kompetensi yang memadahi, namun kinerja guru masih rendah.

  2. Iklim organisasi MTS Jauharotul Mualimin Seputih Agung cukup kondusif, namun kinerja guru masih rendah.

  3. Guru MTS Jauharotul Mualimin Seputih Agung tetap menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki meskipun kesejahteraan yang diberikan belum memadahi.

  4. Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, baik yang berasal dari dalam diri guru ( kemampuan IQ, minat, motivasi, sikap, kebiasaan, kondisi fisik dsb.), maupun dari luar diri guru seperti kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, insentif, keadaan siswa, sarana prasarana pembelajaran dll.

  C. Pembatasan Masalah Banyak masalah yang perlu mendapat perhatian kaitannya dengan kinerja guru, maka dalam hal ini peneliti membatasi permasalahan pada “Hubungan Kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah.

  ”

  D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka penelitian ini bersifat mendeskripsikan “Hubungan Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  1. Adakah hubungan yang signifikan antara kemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah?

  2. Adakah hubungan yang signifikan antara iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah?

  3. Adakah hubungan yang signifikan antara kemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah? E. Hipotesis Hipotesis ( dugaan sementara ) dalam penelitian ini adalah :

  1. Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah

  2. Ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah.

  3. Ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah. Hipotesis statistiknya yaitu : Ho :

  ρ = 0 Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan, Ha :

  ρ = 0 Ha diterima Ho ditolak yang berarti ada hubungan

  F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  1. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini untuk menemukan, mengembangkan dan membuktikan hubungan kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah. Adapun secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul

  Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah b. Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah

  c. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah dengan kinerja guru MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung Lampung Tengah.

  2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi dan kinerja guru.

  Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkuat khasanah keilmuan bidang pendidikan yang telah ada khususnya yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi dan kinerja guru.

  Dengan hasil penelitian ini hendaknya dapat menggugah kepemimpinan kepala madrasah yang lebih profesional sehingga mampu membentuk iklim organisasi madrasah yang sehat. Kepemimpina kepala madrasah dan iklim organisasi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru. Dengan kinerja guru yang baik diharapkan prestasi belajar peserta didik menjadi lebih baik.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya, sehingga persoalan kualitas pendidikan di Indonesia semakin mendekati kesempurnaan sesuai yang diharapkan.

  G. Kerangka Pikir Guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan dituntut memiliki kinerja sebagai tenaga pendidik yang profesional dan maksimal. Kinerja guru tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan, dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun eksternal.

  Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja guru, sesuai dengan permasalahan yang ada di MTs Jauharotul Mualimin Seputih Agung, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan iklim organisasi madrasah terhadap kinerja guru.

  Ada tiga variabel dalam penelitian ini yaitu kepemimpinan kepala madrasah, iklim organisasi madrasah, dan kinerja guru. Kepemimpinan kepala madrasah ( X ), dan iklim organisasi madrasah ( X ) sebagai variabel bebas.

  1

  2 Kinerja guru ( Y ) sebagai variabel terikat.

  KERANGKA PARADIGMA PENELITIAN

  X.1 KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

   Kepribadian  Manajerial Y

   Supervisi KINERJA GURU  Sosial r y x

  

1

   Kewirausahaan  Motivasi  Ryx

  

1 x

  2

  r y x

  2 X. 2

  IKLIM ORGANISASI  Demokratis  Inovatif  Toleransi  Tanggungjawab

  BAB II LANDASAN TEORI A. Kepemimpinan Kepala Madrasah

  1. Pengertian Kepemimpinan

  13 Kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris Secara “Leadership”.

  bahasa kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin yang artinya

  14 mengatur. Imbuhan ke-an mengandung arti prihal, sesuatu hal yang me.

  Dengan demikian kepemimpinan artinya sesuatu hal yang mengatur.

  Menurut Achmad Sanusi ”Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai

  15

  org anisasi”. Menurut Wahjosumidjo “Kepemimpinan adalah sifat, prilaku, pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi,

  16 hubungan kerja sama antar peran, tentang ligitimasi pengaruh”.

  Mengingat demikian besarnya beban yang harus diemban seorang pemimpin, maka tentunya pemimpin harus diangkat dari orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang memadai. Pelaksanaan tugas pemimpin dalam bekerja yang semakin besar, termasuk tuntutan pemimpin untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan secara praktis, cepat dan tepat efisien dan efektif. 13 John. M. Echolis dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta : Gramedia,

  1988, Cet.ke-16, h.351 14 15 Ibid.

  Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, 16 ( Bandung : Prospect, 2009 ), h. 19 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakrta :Raja Grafindo Persada, 1999), Kepemimpinan pada dasarnya merupakan proses mempengaruhi perilaku dan aktivitas individu atau kelompok serta menyediakan situasi dalam usaha pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Pengertian umum kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.

  2. Pengertian Kepala Madrasah Istilah Kepala madrasah terdiri dari kata ”kepala yang artinya

  17 Pemimpin, ketua ( kantor, pekerjaan, organisasi ) , dan kata madrasah/

  18 sekolah yang artinya tepat pendidikan.

  Menurt Wahjosumidjo “Kepala madrasah pada hakekatnya adalah jabatan formal, sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang di dasarkan atas peraturan yang

  19

  berlaku. Dengan demikian kepala madrasah adalah pemimpin lembaga pendidikan formal yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan diangkat berdasarkan proses dan prosedur sesuai dengan aturan yang berlaku.

  17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 1982 ), h. 480 18 19 Ibid Berdasarkan pengertian di atas maka kepala madrasah tentunya dipilih dari orang yang benar-benar mempunyai kompetensi yang memadai sebagai pemimpin jabatan formal. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Pasal 38 ditetapkan kreteria untuk diangkat sebagai kepala sekolah adalah memiliki pengalaman kerja yang cukup, memiliki kualifikasi akademik, memiliki kompetensi kepemimpinan, pengelolaan,

  20

  dan kewirausahaan di bidang pendidikan. Dengan demikian kepala madrasah harus mempunyai kompetensi pembelajaran, pemimpin, manajer, dan wirausaha kependidikan.

  3. Peran Kepala Madrasah sebagai Pemimpin Dalam era persaingan memajukan bidang pendidikan peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Menurut Henry yang dikutip oleh Achmad Sanusi ada tiga peran penting pemimpin yaitu peranan yang

  21

  bersifat interpersonal, informasional, dan pengambil keputusan. Peran yang bersifat personal kepala sekolah harus mampu tampil dalam acara upacara-upacara resmi, berperan sebagai penggerak dengan memberikan bimbingan, dan berperan sebagai penghubung kerjasama dengan pihak- pihak terkait. Peran kepala madrasah yang bersifat informasional yaitu kepala madrasah mengikuti dan memperoleh segala informasi seluruh proses kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, memberikan informasi kepada bawahan, dan memberikan laporan kepada atasan. Sebagai 20 21 Agus Darma, Manajemen Sekolah, ( Jakarta : Depdiknas, 2007 ), h. 19 Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan, pengambil keputusan kepala madrasah harus memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja, mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya manusia, dana, waktu, dan prasarana, serta mampu menjalin hubungan kerjasama dengan pihak luar.

  Unsur-unsur yang terlibat dalam peran kepemimpinan yang dikemukakan di atas adalah : a. Orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak.

  b. Orang yang dapat dipengaruh dilain pihak.

  c. Adanya maksud-maksud atau tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai.

  d. Adanya serangkaian tindakan tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu itu.

  Cara kerja seseorang pemimpin agar supaya proses kepemimpinannya berjalan dengan baik, beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh pemimpin-pemimpin itu adalah sebagai berikut :

  a. Hendaknya orang yang menjalankan peranan pemimpin jangan sekali- kali mencari keharuman nama sendiri.

  b. Pemimpin harus menyadari, bahwa hubungan antar manusia yang baik merupakan landasan penting dalam kepemimpinannya.

  c. Beberapa pendekatan dalam kepemimpinan Peran kepala madrasah sebagai pemimpin merupakan peran yang kompleksitas yang mengandung persoalan-persoalan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu kepemimpinan bisa dikatakan sebagai ilmu,

  22

  kiat, seni, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena kepemimpinan dipandang sebagai suatu bidang pengetahun yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat karena kepemimpinan dilandasi dengan keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi kepemimpinannya dan profesionalismenya ditunutut oleh suatu kode etik. Kepemimpinan di katakan sebagai seni karena dalam melaksanakan fungsi dan prinsip kepemimpinannya dihadapkan pada masalah-masalah yang komplek yang membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki seni memimpin yang dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah menetapkan bahwa ada 5 (lima) dimensi kompetensi yang perlu dimiliki kepala sekolah, yaitu:

  23 Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Dengan

  demikian peran kepala sekolah tidak terbatas pada pengaturan yang bersifat komando namun, peran kepala sekolah lebih luas yaitu keteladanan akhlak, meningkatkan nilai jual prestasi sekolah, usaha operasional melalui bidang usaha, menjalin hubungan dengan masyarakat.

  4. Tugas Kepala Madrasah Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan sudah saatnya menyediakan suatu kondisi yang dapat menumbuh kembangkan kreativitas 22 Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, ( Jakarta : Imtima,

  2007 ), Cet. Ke-2, h.225 23 Surya Darma, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan SDM di Sekolah,

  dan inovasi pada satuan pendidikan sebagai gugus terdepan tempat terjadinya pengalaman pembelajaran. Pembinaan kualitas pendidikan harus terjadi pada tingkat manajemen persekolahan (mikro). Karena itu sistem pembinaan harus dimulai pada manajemen di tingkat mikro yang dapat mengembangkan partisipasi tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

  Tugas kepala madrasah cukup kompleks namun, salah satu rujukan menjelaskan bahwa tugas kepala sekolah adalah mengembangkan potensi-

  24 potensi sekolah, guru, dan siswa untuk mencapai prestasi maksimal.

  Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dimengerti bahwa seorang kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : a. Tugas mengembangkan potensi prestasi madrasah

  Pengelolan yang terkait dengan komponen potensi madrasah dapat meliputi: (1) kurikulum praktis dan mantap; (2) tujuan yang menantang dan balikan yang efektif; (3) partisipasi orang tua dan masyarakat; (4) lingkungan yang tertib dan nyaman; dan (5)

  25 kolegialitas dan profesionalisme.

  Menurut Cyril ”Model yang direkomendasikan dalam siklus pengelolaan sekolah adalah penetapan tujuan, pembuatan kebijakan, perencanaan program, penetapan

  26

  anggaran, pelaksanaan, dan penilaian Berdasarkan dua pendapat ”. 24 tersebut tugas kepala sekolah dalam mengembangkan potensi prestasi

  Surya Darma, Kepemimpinan Pendidikan Persekolahan yang Efektif, ( Jakarta : Dirjen Depdiknas 2007 ), h.8 25 26 Ibid., h.9 Cyril Poster, Gerakan Meniciptakan Sekolah Ungul, ( Jakrta : Lembaga Indonesia sekolah mencakup kegiatan internal sekolah maupun kegiatan yang bersifat eksternal. Hal ini memerlukan pengetahuan yang luas bagi kepala sekolah.

  b. Tugas mengembangkan potensi profesionalisme guru Pengelolaan yang terkait dengan komponen guru dapat mencakup: (a) strategi instruksional; (b) manajemen kelas; dan (c)

  27

  desain kurikulum. Untuk memenuhi tiga aspek tersebut maka dibutuhkan profesionalisme guru. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai bidang keilmuan yang disampaikan kepada murid- muridnya dengan cara efektif dan efisien.

  Menurut Cyril potensi profesionalisme guru yang perlu dibangun oleh kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokok yaitu bantuan klinis, perencanaan, pengajaran, manajemen ruang kelas,

  28

  pengamatan kemajuan, peduli siswa. Bantuan klinis maksudnya guru hendaknya memiliki kemampuan mendiagnosis keperluan siswa dan mempersiapkan pengalaman belajar yang menunjang. Perencanaan meliputi pemilihan tujuan yang tepat, pengalaman belajar dan prosedur penilaian yang tepat. Pengajaran yang baik terjadinya komunikasi yang berhasil dalam pencapaian harapan siswa. Manajemen ruang kelas yaitu memelihara ketertiban sehingga tercipta kondisi belajar yang 27 kondusif. 28 Surya Darma, Op. Cit., h. 9 Cyril Poster, Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, ( Jakrta : Lembaga Indonesia

  Ditinjau dari teknik yang digunakan, kegiatan pengembangan profesional guru, secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengembangan intensif (intensive development), pengembangan kooperatif (cooperative development), dan pengembangan mandiri

  29 (self directed development).

  Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Menurut Veithzal "Kebutuhan biasanya dapat diketahui dari prestasi karyawan yang tidak sesuai dengan standar hasil kerja yang dituntut pada jabatan

30 Pendapat ini cukup efektif dalam arti pembinaan terhadap guru itu“.

  dilakukan manakala telah diketahui permasalahan apa yang dipandang perlu untuk dilakukan pembinaan. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.

  Pengembangan kooperatif (cooperative development) adalah suatu bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan

  29 Dinsmore, P.. Human Factors in Project Management. ( New York: AMACOM 1990 ), h. 35 30 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management, ( Jakrta : Rajawali Pers profesional guru melalui pemberian masukan, saran, nasihat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan bisa melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Teknik ini disebut juga dengan istilah peer supervision atau collaborative supervision .

  Pengembangan mandiri (self directed development) adalah bentuk pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri. Bentuk ini memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self evaluation) atau penelitian tindakan (action research). Menurut Veithzal sumberdaya yang terbatas dapat mendorong peningkatan kreativitas dan persaingan yang

  31 ketat menuntut kreativitas dalam banyak hal.

  c. Tugas meningkatkan potensi prestasi siswa Pengelolaan yang terakait dengan siswa mencakup: (a) lingkungan rumah; (b) kecerdasan belajar; dan (c) motivasi. Ketiga komponen tersebut bersifat interrelatif, oleh karenanya harus dikelola secara sinergis dengan mendasarkan kepada prinsip-prinsip koordinasi,

  32

  sinkronisasi, dan integrasi. Pendapat ini berfokus pada faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu fakor dari dalam berupa 31 kemampuan dasar ( IQ ), faktor dari luar diri berupa lingkungan, dan 32 Veithzal, Op. Cit., h. 763

  faktor dari dalam dan luar diri berupa motivasi belajar. Sementara ini kebanyakan pendidik lebih menitik beratkan pada prestasi hasil belajar siswa dibidang pengetahuan, sehingga terbukti sikap dan ketrampilan lulusan menjadi kurang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Oleh karena itu kepala sekolah hendaknya dapat mentargetkan sasaran pendidikan yang mencakup ketiga aspek potensi anak didik yaitu pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Hal ini sesuai dengan konsep Veithzal sasaran pendidikan dapat dikategorikan ke dalam tingkah laku yang diinginkan yaitu kategori kognitif, afektif, dan psikomotor.

33 Dalam sisi lain sejalan dengan kebijakan pemerintah tentang otonomi

  daerah termasuk di lingkungan pendidikan maka tugas kepala sekolah semakin besar dalam menentukan berhasil tidaknya suatu sekolah. ”Ketika gagasan desentralisai pemerintah menjadi kebijakan, dan urusan pendidikan ikut didesentralisasikan, kebijakan ini semakin jelas ditampakkan melalui praktik-praktik yang terjadi di sejumlah daerah yang bersedia melakukan berbagai eksperimen”.

34 Mengingat sekolah sebagai upaya pemberdayaan

  kehidupan manusia tentunya sekolah bukan sebagai tempat coba-coba. Untuk menghindari sekolah sebagai tempat coba-coba tentunya diperlukan tenaga- tenaga pendidikan yang profesional termasuk di dalamnya adalah kepala sekolah. ”Kepala sekolah dipandang sebagai pejabat yang profesional manakala memiliki kompetensi sebagai pemimpin, manager, pendidik, dan 33 Veithzal, Op. Cit., h.5 34

35 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka kepala sekolah sebagai staf”.

  tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin, manajer, pendidik, administrator, inovator, motivator, dan supervisor.

  a. Tugas Kepala Madrasah sebagai pemimpin Kepala madrasah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan, baik pemerintah maupun swasta mempunyai tugas untuk mengatur dan menggerakkan sejumlah besar orang-orang yang mempunyai berbagai sikap, tingkah laku dan latar belakang yang berbeda-beda, untuk mecapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Achmad Sanusi ”Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi orang lain

  36 Menurut secara efektif dan efisien untuk mencapai organisasi”.

  Wahjosumidjo “Kepemimpinan adalah sifat, prilaku, pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerja sama antar peran,

37 Mengingat demikian besarnya beban yang tentang ligitimasi pengaruh”.

  harus di emban seorang pemimpin ( kepala sekolah ), maka tentunya kepala sekolah harus diangkat dari orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang memadai. Dalam era persaingan memajukan bidang pendidikan peran kepala sekolah sebagai pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Menurut Henry yang dikutip 35 oleh Achmad Sanusi ada tiga peran penting pemimpin yaitu peranan yang 36 Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 82 Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan,

  ( Bandung : Prospect, 2009 ), h. 19

37 Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 17

  38

  bersifat interpersonal, informasional, dan pengambil keputusan. Peran yang bersifat personal kepala sekolah harus mampu tampil dalam acara upacara-upacara resmi, berperan sebagai penggerak dengan memberikan bimbingan, dan berperan sebagai penghubung kerjasama dengan pihak- pihak terkait. Peran kepala sekolah yang bersifat informasional yaitu kepala sekolah mengikuti dan memperoleh segala informasi seluruh proses kegiatan yang dilakukan oleh sekolah, memberikan informasi kepada bawahan, dan memberikan laporan kepada atasan. Sebagai pengambil keputusan kepala sekolah harus memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja, mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi, mengatur segala sumber daya manusia, dana, waktu, dan prasarana, serta mampu menjalin hubungan kerjasama dengan pihak luar.

  Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. Wahjosumidjo mengemukakan bahwa:

  Pemimpin memerlukan kemampuan berpikir secara fleksibel terhadap organisasi, melihat organisasi dari berbagai sudut pandang, menyesuaikan gaya kepemimpinan agar cocok dengan isu-isu yang sedang tumbuh. Pemimpin perlu bertanggung jawab terhadap nilai. Pemimpin perlu mengolah gaya yang sesuai dengan kepribadiannya, perlu mengembangkan kecakapan, untuk melihat organisasi sebagai bentuk-bentuk organisasi, dengan kebutuhan, peran, kewibawaan, dan simbol-simbol yang bercampur untuk

  39 38 membantu arah dan membentuk perilaku.

  Achmad Sanusi dan Sobry Sutikno, Op. Cit., h. 28

39 Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 54

  Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang.

  Di samping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan semua komponen yang ikut terlibat dalam pendidikan baik secara langsung seperti guru, karyawan, murid, maupun yang secara tidak langsung seperti masyarakat, instansi lain.

  Kompetensi kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mempunyai Kepribadian yang kuat, memahami kondisi anak buah dengan baik, memiliki visi dan memahami misi, memiliki kemampuan ambil

  40

  keputusan, memiliki kemampuan berkomunikasi. Fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dengan upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan adalah sangat rumit, disebabkan oleh semakin banyaknya orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan tugas-tugas di sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin juga diharapkan harus mampu mempengaruhi (motivasi) atas kompetensi-kompetensi individu-individu dalam kelompok yang ada di sekolah.

  b. Tugas Kepala Madrasah sebagai Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, mengorganisasikan, 40 memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta

  Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah , Pamflet, MTs Jauharorul Mualimin, pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai

  41

  t Berdasarkan pengertian tersebut kepala ujuan yang telah ditetapkan”. sekolah sebagai manajer pada hakikatnya adalah seorang perancang, pemimpin dan pengendali. Dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 1992 pasal 3 ayat 3 dijelaskan bahwa pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rektor dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Maju mundurnya kinerja sebuah organisasi ditentukan oleh sang manajer. Kepala sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Kepala madrasah merupakan faktor yang paling penting didalam membentuk sebuah sekolah yang efektif. Dengan kemampuan profesional manajemen pendidikan, kepala sekolah diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja personel sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran. Di sekolah, kepala sekolah senantiasa berinteraksi dengan guru bawahannya, memonitor dan menilai kegiatan mereka sehari-hari .

  An war mengatakan ”Kualitas seorang pengarah antara lain : sabar, bersifat mendukung, berminat, pendengar yang baik, prespektif, sadar diri sendiri, perhatian, berdaya ingat kuat, memiliki keahlian, pengetahuan, kredibilitas

42 Demikian komplek kompetensi seorang kepala sekolah dan berwibawa”.

  41 sebagai manajer. Hal ini sesuai dengan tuntutan jaman yang semakin 42 Wahjosumidjo, Op. Cit., h. 94 A.A. Anwar Prabu Mangkunegoro, Prilaku dan Budaya Organisasi, ( Bandung, cepatnya arus informasi dewasa ini selalu memberikan implikasi beragam pada kondisi pendidikan dewasa ini terlebih semakin banyak permasalahan seperti halnya kondisi sekolah dan berbagai perubahan kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran kiranya perlu dicari alternatif pengelolaan manajemen sekolah yang lebih tepat guna menghadapi perubahan yang selalu bergulir.

  Menurut Syaiful ”Karakteristik pengambilan keputusan pada berbagai tahap dan tingkatan dalam manajemen pendidikan memerlukan informasi yang berbeda-beda. Para pengambil keputusan

  

43

harus mampu menseleksi informasi”.