BAB II KAJIAN TEORITIK - EVA LUTVIANA SURYANINGTYAS, BAB II

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual

  a. Kemandirian Belajar Menurut Jacob Utomo dikutip dari Basir (2009), kemandirian adalah mempunyai kecenderungan bebas berpendapat. Kemandirian merupakan suatu kecenderungan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif. Pendapat ini dapat diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggungjawab dan tidak tergantung kepada orang lain. Sedangkan menurut Desmita (2009) kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah perilaku siswa yang ditentukan oleh dirinya sendiri dengan melakukan aktivitas atas tanggungjawabnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.

  Menurut Slameto (2010) belajar ialah suatau proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dalam keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Djamarah (2005) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi dan daya penerimanya dan lain-lain aspek individu. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi yang menghasilkan perubahan.

  Menurut Moore (Rusman, 2012) kemandirian belajar adalah sejauh mana dalam proses pembelajaran itu siswa dapat ikut menentukan tujuan, bahan dan pengalaman belajar, serta evaluasi pembelajarannya. Menurut Good (Slameto, 2003), kemandirian belajar adalah belajar yang dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan dari pihak lain. Dalam pendapat ini kemandirian belajar siswa bertanggungjawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang diambilnya.

  Kemandirian belajar diartikan sebagai suatu proses belajar yang terjadi pada diri seseorang, dan dalam usahanya untuk mencapai tujuan belajar orang tersebut dituntut untuk aktif secara individu atau tidak tergantung kepada orang lain, termasuk tidak tergantung kepada gurunya. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing, misalnya membantu siswa untuk memecahkan masalah bila siswa tersebut mengalami kesulitan dalam belajar.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah perilaku siswa yang ditentukan oleh dirinya sendiri dengan melakukan aktivitas atas tanggungjawabnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ditentukan, serta mampu untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri. Menurut Desmita (2009) kemandirian belajar biasanya ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggungjawab, mampu menahan diri, membuat keputusan-keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil enam indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Memiliki kemampuan menentukan nasib sendiri

  2. Kreatif dan inisiatif

  3. Bertanggungjawab

  4. Mampu menahan diri

  5. Membuat keputusan-keputusan sendiri 6. Mampu mengatasi masalah yang dihadapi.

  b. Pemahaman Konsep Matematika Menurut Wardhani (2008) pemahaman konsep adalah menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisisen, dan tepat dalam pemecahan masalah. Uno (2012) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.

  Sedangkan memahami konsep matematika merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah (Permendikbud No 58 tahun 2014 Lampiran III).

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami suatu konsep melalui suatu prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, dan tepat dalam pemecahan masalah.

  Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (Wardhani, 2008) tentang indikator siswa memahami konsep matematika adalah mampu: 1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

  2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

  3. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

  4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

  5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

  6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

  7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

  Berdasarkan indikator pemahaman konsep di atas, indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

  Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya.

  Contoh soal: Perhatikan sifat-sifat segiempat sebagai berikut:

  a. Mempunyai empat sisi, dengan sepasang sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.

  b. Keempat sisinya sama panjang.

  c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar.

  d. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

  e. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku ( ).

  f. Jumlah sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar adalah . Dari sifat-sifat segiempat tersebut, manakah yang termasuk sifat persegi panjang?

  2. Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

  Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

  Contoh soal: Berilah contoh benda yang berbentuk segiempat yang ada di sekitar kalian?

  3. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

  Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis adalah kemampuan siswa untuk menyatakan suatu konsep dalam berbagai bentuk matematis.

  Contoh soal: Buatlah gambar persegi panjang dan adalah titik potong kedua diagonalnya. Jika panjang adalah , maka tentukan panjang .

  4. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

  Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan cara mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu permasalahan. Contoh soal: Keliling suatu persegi panjang adalah dan lebarnya kurang dari panjangnya. Hitunglah panjang dan lebarnya. Kemudian hitunglah luas persegi panjang tersebut.

  5. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

  Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur. Contoh soal: Seorang petani mempunyai sebidang tanah yang luasnya

  . Jika tanah tersebut berukuran panjang , tentukan lebar dan keliling tanah tersebut.

  6. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

  Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan masalah kontekstual.

  Contoh soal: Lantai sebuah rumah berukuran panjang dan lebar . Lantai itu akan ditutup dengan ubin berukuran ( ).

  a. Hitunglah banyak ubin yang diperlukan untuk menutup lantai tersebut.

  b. Jika harga ubin , hitunglah biaya yang diperlukan untuk pembelian ubin tersebut.

  c. Reciprocal Teaching

  Reciprocal Teaching disebut juga pengajaran terbalik. Reciprocal Teaching adalah model pembelajaran berupa kegiatan mengajarkan materi

  kepada teman. Pada model pembelajaran ini siswa berperan sebagai “guru” untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya. Sementara itu, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang melakukan scaffolding.

  

Scaffolding adalah bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada

orang yang kurang tahu atau belum tahu (Shoimin, 2014).

  Untuk mewujudkan belajar efektif, cara pembelajaran Reciprocal

  Teaching , yaitu informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-

  modul, membaca-merangkum. Sehingga belajar efektif, yaitu dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, dan hipotesa (Suyatno, 2009).

  Jadi, Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran di mana siswa diberi kesempatan untuk mempelajari materi terlebih dahulu. Kemudian, siswa menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada siswa yang lain. Guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelasan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa.

  Menurut Palinscar (1984:117) menyatakan bahwa “The four study

  

activities were summarizing (self-review), questioning, clarifying, and

predicting

  ”. Reciprocal Teaching mengandung empat aktivitas yaitu question

  generating, clarifying , predicting, dan summarizing (Shoimin, 2014). Dari

  uraian di atas dapat disimpulkan bahwa empat strategi yang digunakan adalah

  clarifying (klarifikasi), predicting (prediksi), questioning (bertanya), dan summarizing (membuat rangkuman).

  a. Clarifying (Klarifikasi) Setelah bahan materi diberikan, ini dapat berupa materi mengenai konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada tahap ini, siswa diminta untuk membaca, memahami dan mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya serta mengklarifikasi makna dari kata-kata atau kalimat- kalimat yang masih baru atau belum jelas.

  b. Predicting (Prediksi) Pada tahap ini siswa diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari materi atau soal yang dibaca. Dari uraian tersebut, jelas diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan siswa dapat memprediksi hubungan antara konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dipelajarinya. c. Questioning (Bertanya) Bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman siswa terhadap bahan materi. Siswa membuat pertanyaan tentang materi yang dibahas kemudian di jawab sendiri. Dari uraian tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan konsep yang diajarkan.

  d. Summarizing (Membuat Rangkuman) Pada tahap ini siswa diminta untuk membuat rangkuman dari materi yang telah dipelajari.

  1) Kekuatan-Kekuatan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Kekuatan-kekuatan model pembelajaran Reciprocal Teaching (Shoimin,

  2014) sebagai berikut:

  a. Melatih kemampuan siswa belajar mandiri sehingga kemampuan dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan.

  b. Melatih siswa untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada pihak lain. Dengan demikian, penerapan pembelajaran ini dapat dipakai siswa dalam mempresentasikan idenya.

  c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang sedang dibahas, siswa akan lebih mudah dalam mengingat suatu konsep. Pengertian siswa tentang konsep pun merupakan pengertian yang benar-benar dipahami oleh siswa.

  2) Langkah-Langkah Pembelajaran Reciprocal Teaching Dalam Shoimin (2014) langkah-langkah pembelajaran Reciprocal

  Teaching adalah sebagai berikut:

  1. Mengelompokkan siswa dan diskusi kelompok Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokkan siswa secara heterogen, hal ini bertujuan agar kemampuan setiap kelompok yang terbentuk hampir sama. Setelah kelompok terbentuk, mereka diminta untuk mendiskusikan student worksheet yang telah diterima.

  2. Membuat pertanyaan (Questioning Generating) Siswa membuat pertanyaan tentang materi yang dibahas kemudian di jawab sendiri. Pertanyaan dan jawaban ditulis di student worksheet.

  3. Menyajikan hasil kerja kelompok Guru menyuruh satu kelompok untuk menjelaskan hasil temuannya di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain menanggapi atau bertanya tentang hasil temuan yang disampaikan.

  4. Mengklarifikasi permasalahan (Clarifying) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang dianggap sulit kepada guru. Guru berusaha menjawab dengan memberi pertanyaan pancingan. Selain itu, guru mengadakan tanya jawab terkait materi yang dipelajari untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman konsep siswa.

  5. Siswa memprediksi hubungan antara konsep yang sudah dipelajari dengan konsep yang sudah dipelajari (Predicting).

  6. Menyimpulkan materi yang dipelajari (Summarizing) Siswa diminta untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas.

  Sedangkan langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Angela (2011) adalah: 1.

   Tahap Pertama

  a. Guru menyiapkan bahan ajar. Guru membagi siswa dalam kelompok- kelompok kecil heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Pengelompokkan siswa berdasarkan KAM (Kemampuan Awal Matematika).

2. Tahap Kedua

  b. Guru membagikan bahan ajar, kemudian siswa membaca bahan ajar yang telah diberikan. Siswa memeriksa pemahaman dengan cara saling menanyakan yang belum dimengerti.

  c. Setelah selasai membaca, siswa diberi tugas untuk merangkum hal-hal yang penting, menyusun pertanyaan, menjelaskan dan menyusun prediksi dari hasil bacaan bahan ajar dengan cara berdiskusi dalam kelompok.

  d. Setelah proses di atas selesai, siswa diminta mengerjakan soal latihan, guru memberikan pengarahan dan bimbingan seperlunya bagi kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal- soal latihan.

  e. Guru memperagakan peran sebagai pemimpin dialog dengan menjelaskan bahan ajar yang telah disimpulkan, menyampaikan pertanyaan-pertanyaan atau memberikan rangsangan kepada siswa untuk menyusun prediksi dari bahan ajar.

  f. Guru menjelaskan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan dipilih seorang anggota kelompok secara acak yang akan berperan sebagai pemimpin diskusi.

3. Tahap Ketiga

  g. Seperti pertemuan sebelumnya, guru membagikan bahan ajar dan siswa berdiskusi dalam kelompok dengan melakukan aktivitas Reciprocal

  Teaching . Kemudian dipilih seorang siswa untuk menjadi pemimpin

  diskusi yang berperan aktif bersama teman-temannya membahas bahan ajar.

  Berdasakan uraian di atas, maka langkah-langkah pembelajaran

  Reciprocal Teaching yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 anggota. Pengelompokkan siswa ini dibentuk secara heterogen. Hal ini bertujuan agar kemampuan setiap kelompok yang terbentuk hampir sama.

2. Guru memilih salah satu siswa yang pintar di setiap kelompoknya untuk berperan sebagai “guru”.

  3. Guru membagikan student worksheet yang berisi materi dan soal.

  4. Guru meminta kepada setiap kelompok untuk mengklarifikasikan (Clarifying) materi yang terdapat di student worksheet dengan cara membaca, memahami dan mendiskusikan materi dengan teman sekelompoknya yang dipimpin oleh siswa yang berperan sebagai “guru”.

  5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang masih dianggap sulit.

  6. Secara berkelompok, siswa mendiskusikan dan mengerjakan soal-soal yang terdapat di student worksheet.

  7. Siswa memprediksi (Predicting) hubungan antara konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dipelajarinya.

  8. Siswa membuat pertanyaan (Questioning) tentang materi yang dibahas kemudian langsung di jawab dengan berdiskusi dengan kelompoknya.

  Pertanyaannya ditulis pada kolom yang tersedia di student worksheet.

  9. Guru meminta siswa dalam perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok (membahas jawaban dari soal-soal yang terdapat di

  student worksheet ) di depan kelas, sedangkan kelompok yang lain memperhatikan, menanggapi atau bertanya.

  10. Siswa membuat rangkuman (Summarizing) dari materi dan soal yang telah dipelajari. Rangkumannya ditulis pada kolom yang tersedia di student

  worksheet .

  3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Reciprocal Teaching Kelebihan pembelajaran Reciprocal Teaching (Shoimin, 2014) adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan kreativitas siswa. b. Memupuk kerjasama antar siswa.

  c. Siswa belajar dengan mandiri.

  d. Siswa belajar dengan mengerti sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi yang telah diajarkan.

  e. Menumbuhkan bakat siswa terutama dalam berbicara dan mengembangkan sikap.

  f. Memupuk keberanian berpendapat dan berbicara di depan kelas.

  g. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep yang lengkap.

  h. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

  Sedangkan kekurangan pembelajaran Reciprocal Teaching (Shoimin, 2014) adalah sebagai berikut:

  a. Siswa yang tidak berperan sebagai guru sering menertawakan tingkah laku siswa yang menjadi guru sehingga merusak suasana.

  b. Kurangnya perhatian siswa kepada pelajaran dan hanya memerhatikan aktivitas siswa yang berperan sebagai guru.

  c. Adakalanya siswa tidak mampu akan semakin tidak suka dengan pembelajaran tersebut.

  d.

  Tidak mungkin seluruh siswa akan mendapat giliran untuk menjadi “guru”. B. Penelitian yang Relevan Dalam hal ini, penelitian ini didukung oleh:

  a. Hayati (2009) dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan: pembelajaran melalui Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika untuk pokok bahasan kesebangunan pada siswa kelas IX-I SMP Negeri 1 Pacitan.

  b. Fajarwati (2010) dalam penelitiannya diperoleh hasil: pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model Reciprocal Teaching dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas XI Akuntansi RSBI di SMK Negeri 1 Depok dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan model Reciprocal Teaching termasuk dalam kategori tinggi.

  c. Sardiyanti (2010) memperoleh hasil penelitiannya yaitu penerapan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika, dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

  Mengkaji dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Reciprocal

  

Teaching dapat membentuk semangat siswa untuk mengikuti materi pelajaran

  dengan aktif, bermakna dan berpengalaman. Selain itu, Reciprocal Teaching dapat menuntut siswa untuk belajar mandiri dengan tidak mengandalkan penjelasan dari guru saja dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Pemahaman Konsep

  Matematika Melalui Reciprocal Teaching Pada Siswa Kelas VIII D MTs Muhammadiyah 03 Bandingan”.

  C. Kerangka Berpikir Dari hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa kemandirian belajar dan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII D MTs

  Muhammadiyah 03 Bandingan masih tergolong rendah yaitu masih ada siswa yang suka mengobrol sendiri dengan temannya pada saat guru menjelaskan materi, siswa kurang berminat dalam membaca buku, kebanyakan siswa masih kurang paham dengan konsep dari materi yang mereka catat dan dengar, dan siswa hanya mengandalkan materi dari guru saja sehingga siswa tidak menggunakan sumber lain dalam belajar serta kebanyakan siswa masih menyalin atau menyontek pekerjaan temannya.

  Dengan demikian, guru perlu mengambil tindakan untuk dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII D MTs Muhammadiyah 03 Bandingan. Oleh karena itu, model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika ini yaitu model pembelajaran Reciprocal Teaching. Dalam pembelajaran Reciprocal guru lebih berperan sebagai model yang menjadi fasilitator dan

  Teaching

  pembimbing. Model pembelajaran Reciprocal Teaching mengandung empat strategi yaitu clarifying (klarifikasi), predicting (prediksi), questioning (bertanya), dan summarizing (membuat rangkuman).

  Pembelajaran Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika yaitu pada saat tahap

  clarifying (klarifikasi) yaitu siswa mendiskusikan materi yang terdapat di student worksheet dengan kelompoknya, pada tahap ini siswa dapat menyatakan ulang

  sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep, dan juga mendorong siswa untuk memiliki kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Pada tahap

  predicting (prediksi) yaitu siswa memprediksi hubungan antara konsep yang

  baru dipelajarinya dengan yang sudah dipelajarinya, pada tahap ini siswa dapat menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu dan siswa mampu bertanggungjawab, kreatif dan inisiatif. Pada tahap questioning yaitu siswa membuat pertanyaan tentang materi yang dibahas kemudian langsung di jawab, pada langkah ini siswa mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dapat menumbuhkan kemampuan menentukan nasib sendiri, kreatif dan inisiatif, serta mampu membuat keputusan-keputusan sendiri. Pada tahap yaitu siswa membuat rangkuman dari materi dan soal yang telah

  summarizing

  dipelajari, pada tahap ini siswa dapat menyatakan ulang sebuah konsep serta siswa dapat menumbuhkan rasa bertanggungjawab, membuat keputusan- keputusan sendiri, kreatif dan inisiatif.

  Dengan pelaksanaan pembelajaran Reciprocal Teaching tersebut, maka dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

  D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Reciprocal Teaching dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII D MTs Muhammadiyah 03 Bandingan.