KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG
KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI
KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DI RUANG PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG
OLEH :
FENDA DWI ASTUTI
NIM: 141210018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
KARYA TULIS ILMIAH:STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI
KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DI RUANG PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan cendekia Medika Jombang.
OLEH :
FENDA DWI ASTUTI
NIM: 141210018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI
KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS
DI RUANG CEMPAKA RSUD JOMBANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanInsan cendekia Medika Jombang.
OLEH : FENDA DWI ASTUTI NIM: 141210018
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah telah terselesaikan dengan baik. Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas sebagai syarat
terselesaikannya program DIII Keperawatan. Terselesaikannya Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini, tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada Arif Wijaya S. Kep,. M.Kep selaku Pembimbing Utama,
Nita Arisanti Yulanda S.Kep,Ns selaku Pembimbing Anggota, Bambang Tutuko
SH.S.kep,Ns.,MH selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang, Maharani Tri Puspitasari S.Kep,Ns.MM selaku Ketua Program Studi beserta
seluruh civitas akademik program studi D3 Keperawatan, Direktur RSUD Jombang
Kabupaten Jombang yang telah memberikan izin untuk penelitian, beserta staf perawat di
Paviliun Cempaka dan semua responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi sempurnanya penulisan ini. Harapan penulis mudah mudahan penulisan ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Jombang, Juni 2017 Penulis
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PPOK DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG
PAVILIUN CEMPAKA RSUD JOMBANG
Oleh:
FENDA DWI ASTUTI
Salah satu penyakit paru yang semakin tahun semakin bertambah adalah Penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah suatu
penyakit yang bisa dicegah dan diatasi yang biasanya bersifat progresih, dan terkait dengan
adanya respon inflamasi kronik saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel
berbahaya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 80 juta orang menderita PPOK
diseluruh dunia, dan ini diperkirakan akan terus meningkat di Indonesia.. pravelensi lebih
tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan meningkat dengan bertambahnya usia. PPOK
lebih sering pada yang masih aktif merokok dan bekas perokok dan meningkat dengan
jumlah rokok yang dikonsumsi. Berdasarkan data dari studi pendahuluan di Ruang Cempaka
RSUD Jombang pada tahun 2016 penderita PPOK sebanyak 313 jiwa.Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian yang di ambil dari
RSUD Jombang sebanyak 2 klien dengan masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien PPOK
dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.Berdasarkan hasil evaluasi terakhir disimpulkan bahwa pada klien 1 masalahnya
sudah teratasi sedangkan pada klien 2 masalahnya belum teratasi. Saran yang diberikan ada
klien dan keluarga sebagai tambahan pengetahuan bagi klien untuk memahami keadaannya,
sehingga dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan maasalah serta ikut memperhatikan
dan melaksanakan tindakan yang diberikan oleh perawat.Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak
merokok, karena merokok adalah salah satu faktor resiko utama yang menyebabkan
terjadinya PPOK, dan kepada perokok untuk melakukan pemberhentian merokok.Kata kunci: Asuhan Keperawatan, PPOK, Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.
ABSTRACT
NURSING CARE ON PPOK PATIENTS WITH NURSING INEFFECTIVENESS
PROBLEMS OF AIRWAY CLEARANCE
IN PAVILIUN CEMPAKA ROOM RSUD JOMBANG
By:
FENDA DWI ASTUTI
On of the increasing number of lung disease is chronic obstructive pulmonary and
disease (COPD). Chronic obstructive pulmonary disease is a preventable and treatable
disease that is ussualy progresive associated with chronic inflamatory respons of respiratory
and pulmonary tubess to gases ar harmful particle. According to the World Health
)rganization (WHO), 80 milion people suffer from COPD worldwide. The prevalance was
higher in males than in females and increased with increasing age. COPD was more frequent
in current and ex-smokers and increased with increasing pack-yrs. Based on data form
preliminary studies in space Cempaka RSUD Jombang in 2016 COPD patients as many 313
soul.The researchdesign used case study. Research taken form RSUD Jombang as much as
2 patients with problem of Nursing Care on patients of COPD with ineffectiveness of airway
clearance.Based on the results of the last evaluation concluded that the patients 1 problem is
resolved while the client 2 problem is not resolved. Advice given to patients and families as
additional knowledgefor patients to understand the situation, so that it can take desicions
ppropriate to the problem and take into account and implement actions provided by nurse.Based on these results, it is expected that all the people not to smoke, because
smoking is one of the major risk factors thar lead to COPD, and to the smoker to stop
smoking activities.Keywords: Nursing Care, COPD, Invectiveness of Airway Clearance.
DAFTAR ISI
Cover luar.......................................................................................................................... i Cover Dalam ..................................................................................................................... ii Surat Pernyataan .............................................................................................................. iii Lembar Persetujuan ......................................................................................................... iv Lembar Pengesahan ........................................................................................................ v Riwayat Hidup. ................................................................................................................. vi Kata Pengantar .................................................................................................................. vii Abstrak .............................................................................................................................. viii Abstrack ............................................................................................................................ ix Daftar isi............................................................................................................................ x Daftar Tabel ...................................................................................................................... xii Daftar Gambar ................................................................................................................. xiii Daftar Lampiran ................................................................................................................ xiv Lambang dan Singkatan .................................................................................................... xv BAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
2.1 Batasan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan umum .................................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan khusus ................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 4
1.5.1 Manfaat teoritis ................................................................................................. 4
1.5.2 Manfaat praktis ................................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................................... 5
2.1.1 Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronik ......................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik ...................................................... 5
2.1.3 Etiologi Paru Obstruksi Kronik ........................................................................ 6
2.1.4 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruksi Kronik .................................................. 7
2.1.5 Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................ 9
2.1.6 WOC Penyakit Paru Obstruksi Kronik ............................................................. 12
2.1.7 Manifestasi Klinik Penyakit Paru Obstruksi Kronik ........................................ 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................ 14
2.1.9 Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................... 18
2.1.10 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik .......................................... 19
2.1.11 Pencegahan Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................................. 22
2.2 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ......................................................... 23
2.2.1 Definisi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............................................... 23
2.2.2 Etiologi .............................................................................................................. 24
2.2.3 Proses Terjadinya Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ............................... 25
2.2.4 Manifestasi Klinik ............................................................................................. 25
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................... 26
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik ................................ 27
2.3.2 Riwayat Penyakit Dahulu ................................................................................. 28
2.3.5 Pola Fungsi Kesehatan ...................................................................................... 31
2.3.6 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 33
2.3.7 Intervensi ........................................................................................................... 33
2.3.8 Implementasi ..................................................................................................... 36
2.3.9 Evaluasi ............................................................................................................. 35
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................................... .. 36
3.2 Batasan Istilah ............................................................................................................ .. 36
3.3 Partisipan .................................................................................................................... .. 38
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 38
3.5 Pengumpulan Data ....................................................................................................... 38
3.6 Uji Keabsahan Data ..................................................................................................... 40
3.7 Analisa Data ................................................................................................................. 41
3.8 Etik Penelitian .............................................................................................................. 42
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Hasil ………………………………………………………………………………… 44
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ……………………………………….... 44
4.1.2 Pengkajian ……………………………………………………………………. 44
4.1.3 Analisa Data ………………………………………………………………….. 49
4.1.4 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………….. 50
4.1.5 Intervensi Keperawatan ………………………………………………………. 51
4.1.6 Implementasi Keperawatan …………………………………………………… 53
4.1.7 Evaluasi Keperawatan ……………………………………………………….. 56
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian …………………………………………………………………...... 58
4.2.2 Analisa Data………………………………………………………………… .. 59
4.2.3 Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………….. 59
4.2.4 Implementasi ………………………………………………………………...... 59
4.2.5 Evaluasi ……………………………………………………………………...... 60 BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………….............................. 62
5.2 Saran ........................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................…. Lampiran ........................................................................................................................ ….
DAFTAR GAMBAR Daftar Gambar Halaman WOC
12
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
33
56
51
51
50
49
48
48
46
45
45
44
6
Tabel 2.1 Klasifikasi PPOK …………………………………………Tabel 4.11 Evaluasi………………………………………………….Tabel 4.10 Implementasi…………………………………………….Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan…………………………………… Tabel 4.9 Intervensi………………………………………………….Tabel 4.7 Analisa Data………………………………………………Tabel 4.
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Diagnostik ……………………………Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ………………………………………..Tabel 4.3 Perubahan Pola Nutrisi …………………………………...Tabel 4.2 Riwayat Penyakit Klien …………………………………..Tabel 4.1 Identitas Klien ……………………………………………Tabel 2.2 Intervensi keperawatan …………………………………...6 Terapi……………………………………………………..
DAFTAR SINGKATAN
AAT : Alfa 1 Antitripsin ADL : Activity Daily Live Depkes : Departemen Kesehatan
DLCO : Diffusing Capacity of the Lung for Carbon Monoxide
FEV : Forced Exspiratory Manuve FVC : Forced Volume Capaciti GOLD : Global Intiative for Chronic Pulmonary Diseas KVP : Kapasitas Vital Paksa PDPI : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PPOK : Penyakit Paru Obstruksi Kronik Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar RSUD : Rumah Sakit Umum DaerahDAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah ………………………………………… Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian………………………………………………………...... Lampiran 3: Permohonan Menjadi Responden …………………………………………….. Lampiran 4: Persetujuan Menjadi Responden ……………………………………………..... Lampiran 5: Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah ……………………………. Lampiran 6: Penelitian ………………………………………………………....................... Lampiran 7: Surat Balasan Penelitian BAKORDIKLAT RSUD Jombang ……………….. Lampiran 8: Lembar K onsultasi……………………………………………………….........
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu penyakit paru yang semakin tahun semakin bertambah adalah Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu kondisi yang irreversible dimana terjadi
penyempitan saluran udara, peningkatan obstruksi aliran udara dan hilangnya rekoil elastis
paru. Kondisi tersebut menyebabkan udara terperangkap dan pertukaran gas terganggu
sehingga mengakibatkan batuk, produksi dahak meningkat. Karakteristik hambatan aliran
udara pada PPOK disebabkan oleh hubungan antara obstruksi saluran nafas kecil dan
kerusakan parenkim yang berbeda pada setiap individu (PDPI, 2013). Pada kasus penyakit
obstruksi kronik, klien banyak mengalami ketidak efektifan bersihan jalan nafas.Menurut WHO, di perkirakan 80 juta orang terserang PPOK yang menyebabkan
kematian nomer 4 di dunia Pada tahun 2014 penderita sebanyak 52% dengan jumlah
penderita sebanyak 21.036 jiwa menurut Kementrian Kesehatan RI 2014. Riset Kesehatan
Dasar, 2013 PPOK didapatkan angka kesakitan (3,7%). Di jawa timur penderita PPOK urutan
ke 8 dari 33 provinsi. Data dari RSUD Jombang di Ruang Cempaka pada tahun 2016
penderita PPOK sebanyak sebanyak 313 jiwa. Kesehatan mengalami perubahan dari penyakit
menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama, mulai digantikan oleh
penyakit tidak menular. Salah satu penyakit paru yang semakin tahun semakin bertambah
adalah PPOK merupakan suatu kondisi yang irreversible dimana terjadi penyempitan saluran
udara dan peningkatan obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh asap rokok. Komponen-
komponen asap rokok bisa merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Biasanya
paparan asap rokok tersebut terjadi selama beberapa tahun sebelum gejalanya berkembang.
terus-menerus sehingga terjadi ketidakmampuan menghembuskan nafas secara penuh, jika
penyumbatan tersebut tidak dapat teratasi akan menimbulkan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan keadaan ketika seorang induvidu
mengalami satu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Carpenito, 2006).Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik membuat judul Asuhan
Keperawatan Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Nafas.1.2 Batasan Masalah Asuhan Keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi kronis dengan masalahan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
1.3 Rumusan Masalah Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalamai Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di RSUD Jombang?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Penyakit Paru
Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang1.4.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektian bersihan jalan nafas di RSUD Jombang 2)
Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang 3) Melakukan perencanaan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang 4)
Melakukan tindakan keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang 5) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Jombang
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis Mampu menyelesaikan masalah dengan anggota keluarga yang di diagnosa Stroke sehingga mampu membantu keluarga klien untuk lebih memahami dalam merawat pasien.
1.5.2 Praktis a.
Bagi tenaga kesehatan lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan Penyakit Paru Obstruksi Kronik dan sebagai tambahan informasi lebih lanjut untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam menangani komplikasi penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang terutama dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. b.
Bagi peneliti lain, peneliti ini dapat menambah referensi dan menemukan masalah keperawatan yang lebih luas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar PPOK
2.1.1 Pengertian PPOK Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan
diatasi, yank dikarakteririr dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, yang biasanya
bersifat progresif, dan terkait dengan adanya respon inflamasi kronik saluran nafas dan paru-
paru terhadap gas atau partikel berbahaya (GOLD, 2015).Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit yang tidak sepenuhnya
reversible , progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi yang abnormal terhadap gas
yang berbahaya. Kata “progresif” disini berarti semakin memburuknya keadaan seiring
berjalannya waktu ( abidin, 2009).Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik karena adanya
hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversibel yaitu sesak nafas
yang semakin berat yang tidak bisa kembali normal atau membaiksebagian, serta adanya
respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Global Obstrctive Lung
Disease , 2009).2.1.2 Klasifikasi PPOK Untuk membedakan keparahan penyakit PPOK, dapat didasarkan pada hasil uji
spirometri yang menunjukkan tingkat keparahan obstruksinya. Menurut GOLD terdapat 4
Tabel 2.1 Nilai FEV1
Tingkat Interpertasi
dan gejala kGOLD 1 Ringan FEV1 > 80% 50% < FEV1 l
GOLD II Sedang < 80% 30% < a
GOLD III Berat FEV1< 50% GOLD IV Sangat Berat FEV1 < 30% s ifikasi PPOK (Sumber : Ikawati, 2016)
Dari pengukuran-pengukuran diatas, maka GOLD 2015 mengelompokkan pasien PPOK
menjadi 4 golongan, sebagai berikut:1. Pasien kelompok A: risiko rendah, gejala lebih sedikit GOLD 1 atau GOLD 2, serangan akut 0-1/tahun dan tanpa hospitalisasi, CAT < 10 atau mMRC 0-1.
2. Pasien kelompok B: risiko rendah, gejala lebih banyak GOLD 1 atau GOLD 2, serangan akut 0-1/ tahun dan tanpa hospitalisasi, CAT > 10 atau mMRC > 2
3. Pasien kelompok C: risiko tinggi, gejala lebih sedikit GOLD 3 atau GOLD 4, serangan akut > 2x/ tahun atau >1 dengan hospitalisasi, CAT <10 atau mMRC 0-1
4. Pasien kelompok D: risiko tinggi, gejala lebih banyak GOLD 3 atau GOLD 4, serangan akut > 2x/ tahun atau > 1 dengan hospitalisasi, CAT > 10 mMRC > 2 (Ikawati, 2016)
2.1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor risiko utama berkembangnya penyakit ini, yang dibedakan
menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor host. (Ikawati, 2016) Beberapa faktor paparan
lingkungan antara lain adalah:1. Merokok Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan resiko 30 kali
Kematian akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokok yang dihisap, umur mulai merokok, dan status merokok yang terakhir saat PPOK berkembang. Perokok pasif
(tidak merokok tetapi sering terkena asap rokok) juga beresiko menderita PPOK.
2. Pekerjaan Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan keramik yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu gandum. Asbes mempunyai risiko yang lebih besar dari pada lainnya.
3. Polusi udara Pasien yang mempunyai disfungsi paru akan semakin memburuk gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari luar rumah seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain, misalnya asap dari dalam rumah misalnya asap dapur.
4. Infeksi Kolonisasi bakteri pada saluran pernafasan secara kronik merupakan suatu pemicu inflamasi neutrofilik pada saluran nafas, terlepas dari paparan rokok. Adanya kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian inflamasi yang dapat diukur dari peningkatan jumah sputum, peningkatan jumlah frekuensi, eksaserbasi, dan percepatan penurunan fungsi paru, yang smua ini meningkatkan risiko kejadian PPOK.
2.1.4 Patofisiologi
Bronkitis kronik dan emfisema pada PPOK a.
Bronkitis kronik iritan, yaitu dengan menangkap dan mengeluarkannya. Iritasi yang terus menerus daapat menyebabkan respon yang berlebihan pada mekanisme pertahanan ini. Karena adanya mukus dan kurangnya jumlah silia dan gerakan silia untuk membersihkan mukus maka pasien dapat menderita infeksi berulang. Tanda-tanda infeksi adalah perubahan sputum seperti meningkatnya volume mukus, mengental, dan perubahan warna. Infeksi yang berualang dapat menyebabkan keparahan akut pada status pulmonar dan berkontribusi secara signifikan pada percepatan penurunan fungsi pulmonar karena inflamasi menginduksi fibrosis pada bronkus dan bronkiolus (Ikawati, 2016).
b.
Emfisema Emfisema adalah perubahan anatomi dari parenkim paru yang ditandai oleh perbesaran abnormal alveoli dan duktus alveolar serta kerusakan dinding alveolar. Emfisema khusunya melibatkan asinus yaitu bagian dari paru-paru yang bertanggung jawab untuk pertukaran gas. Emfisema yang paling berkaitan dengan PPOK adalah emfisema sentrilobular. Emfisema tipe ini yang secara selektif diserang adalah bagian bronkiolus. Penyakit ini banyak ditemukan pada orang yang merokok.
Asap rokok dan polusi udara dapat menyebabkan inflamasi paru. Inflamasi menyebabkan rekrutmen neutrofil dan makrofag ke tempat inflamasi yang akan melepaskan enzim proteolitik (elastase, kolagenese). Pada orang normal, kerja enzim ini akan dihambat alpha 1 antitripsin, namun pada kondisi di mana terjadi defisiensi apha 1 antitripsin, namun pada kondisi dimana terjadi defesiensi alpha 1 antitripsin, enzim proteolitik akan menyebabkan kerusakan pada alveolus menyebabkan emfisema.
2.1.5 Faktor risiko PPOK
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD, 2016)
Terjadinya defisiensi Alpha 1 antitripsin (ATT) menjadi salah peluang lebih besar untuk terserang PPOK. Alpha 1 antitripsin adalah protein yang berperan sebagai penetral enzim protolitik yang sering dikeluarkan pada saat terjadi peradangan dan merusak jaringan termasuk jaringan paru.
2) Partikel berbahaya Setiap jenis partikel tergantung ukuran dan komposisinya akan memberikan kontribusi yang berbeda terhadap risiko yang terjadi. Banyaknya partikel yang terhirup selama hidup akan meningkatkan risiko berkembangnya PPOK. Berikut ini partikel yang berisiko menyebabkan PPOK: 3) Asap tembakau/ Rokok
Asap rokok merupakan faktor risiko utama penyebab terjadinya PPOK. Perokok mempunyai prevalensi lebih tinggi mengalami gangguan pernapasan dan abnormalitas fungsi paru. Perokok pasif juga berkontribusi mengalami gangguan pernapasan. 4) Debu dan bahan kimia Debu organik, non-organik, bahan kimia dan asap merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang terserang PPOK. Debu dan bahan kimia diperkirakan 10
- – 20% mengalami gangguan fungsional paru karena PPOK. 5) Polusi di dalam rumah Penggunaan kayu bakar, kotoran hewan dan pembakaran sisa tanaman dalam api terbuka di dalam tempat tinggal dengan ventilasi yang buruk dapat meningkatkan risiko terjadinya PPOK.
- –paru selama kehamilan dan tumbuh kembang anak akan memiliki potensi untuk meningkatkan risiko terserang PPOK.
8) Usia dan Gender Usia menjadi faktor risiko terjadinya PPOK. Penurunan status kesehatan lansia sebagai pencetus terjadinya PPOK atau usia mencerminkan atau usia merupakan kumpulan jumlah pemaparan hidup secara keseluruhan. Di masa lalu penelitian
menunjukkan prevalensi dan kematian pada PPOK lebih besar terjadi pada laki
- –laki daripada perempuan. Pada penelitian di beberapa Negara akhir
- –akhir ini prevalensi penyakit PPOK sekarang hampir sama antara
- – laki dan perempuan, yang mungkin mencerminkan perubahan gaya hidup merokok dengan menggunakan tembakau 9) Status Sosial Ekonomi Kemiskinan jelas menjadi faktor risiko untuk PPOK. Polusi udara di dalam atau di luar, kepadatan lingkungan, gizi yang buruk, infeksi dan berbagai faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi yang rendah 10) Asma/Hiperaktivitas Bronkus Asma bisa menjadi faktor risiko perkembangan PPOK, walaupun faktanya ini
2.1.6 WOC (Web Of Caution) Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Asap Rokok, Polusi udara Riwayat infeksi saluran udara Gangguan pembersihan paru Peradangan bronkus
Produksi sekret meningkat Batuk tidak efektif Sekret tidak bisa keluar Terjadi akumulasi sekret
Obstruksi jalan Ketidak efektifan nafas bersihan jalan nafas
Pertukaran gas O2 dan Sesak nafas Co2 tidak adekuat Mual muntah Ketidakefektifan pola
Gangguan nafas pertukaran gas anoreksia
Gambar 2.1 WOC Penyakit Paru Obstruksi Kronik GOLD, 2016, NANDA, 2015.2.1.7 Manifestasi Klinik
Diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala meliputi batuk kronik,
produksi sputum, dispnea dan riwayat paparan suatu faktor risiko. Selain itu, adanya
obstruksi saluran pernafasan juga harus dikonfirmasi dengan spirometri, di mana angka
FEV1/FVC pasca bronkodilator < 0,70 menujukkan adanya keterbatasan aliran udara
persisten yang menjadi ciri dari PPOK (Ikawati, 2016). Indikator kunci untuk mempertimbangkan diagnosis PPOk adalah: 1.Batuk kronik: terjadi berselang atau setiap hari, dan seringkali terjadi sepanjang hari ( tidak seperti asma yang terdapat gejala batuk malam hari}.
2. Produksi sputum secara kronik: semua pola produksi sputum dapat mengindikasikan adanya PPOK.
3. Bronkitis akut : terjadi secara berulang 4.
Sesak nafas (dispnea): bersifat pogresif sepanjang waktu, terjai setiap hari, memburuk jika berolahraga, dan memburuk jika terkena infeksi pernafasan.
5. Riwayat paparan terhadap faktor risiko : merokok, partikel dan senyawa kimia, asap dapur.
1.
“Smoker’s cough”, biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin, kmudian berkembang menjadi sepanjang tahun 2.
Sputum, biasanya banyak yang lengket (mucoid), berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila terjadi infeksi.
3. Dispnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan.
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi semakin nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik.
Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah: 1.
Peningkatan volume sputum 2. Perburukan pernafasan secara akut 3. Dada terasa berat (chest tightness) 4. Peningkatan purulensi sputum 5. Peningkatan kebutuhan bronkodilator 6. Lelas, lesu 7. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik (cepat lelah, terengah-engah) Pada gejala berat, dapat terjadi:
1. Cyanosis, terjadi kegagalan respirasi 2.
Gagal jantung dan oedema perifer Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang mmerah yang disebabkan polycythemia (erythrocytosis, julah erythrosit yang meningkat), hal ini merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas pengankutan O2 yang berlebih.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Faal paru
a) Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP
b) Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP (%).
Obstruksi: % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%(VEP1/KVP) < 75%
c)
VEP1 merupakanparameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
d) Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau verabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%.
b) Uji bronkodilator a)
Digunakan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
b) Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit kemudian dilihat perubahan VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE <20% nilai awal dan < 200 ml
c) Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil.
c) Darah rutin Hemoglobin, eritrosit, Leukosit
d) Radiologi Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain pada emfisema terlihat gambaran: a) Hiperinflasi b) Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar e) Jantung menggantung Pada bronkitis kronik:
a) Normal
b) Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21% kasus.
1. Pemeriksaan khusus (tidak rutin) a.
Faal paru b.
Volume residu (VR), kapasitas residu fungsional (KRF), kapasitas paru total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat c.
DLCO menurun pada emfisema d.
Raw meningkat pada bronkitis kronik e. Variabiliti harian APE kurang dari 20% 2.
Uji latih kardiopulmonar a.
Sepeda statis (ergocycle) b. Jentera (treadmil) c. Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal 3. Uji provokasi bronkus
Untuk menilai derajat hiperaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hiperaktiviti bronkus derajat ringan 4.
Uji coba kortikosteroid Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilpredison) sebanyak 30-50 mg per hari selama 2 minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator >20% dan minimal 250 ml. Pada PPOk
umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid.
Analisa gas darah(1) Gagal nafas kronik stabil (2) Gagal nafas akut pada gagal nafas kronik
6. Radiologi (1) CT-scan resolusi tinggi untuk menilai emfisema dini dan menilai jenis serta
derajat emfisema atau yang tidak terdeteksi oleh foto thorak polos