1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERSIHAN JALAN NAFAS DI RSUD JOMBANG Kiki Riris Widyawati 1514401009

  ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERSIHAN JALAN NAFAS DI RSUD JOMBANG

  

Kiki Riris Widyawati

1514401009

  Subject : KMB, Asuhan, Keperawatan, Tuberkulosis, Paru, Ketidakefektifan Pembersihan, Jalan, Nafas

  

Description

  Tuberkulosis menjadi perhatian global saat ini, orang yang menderita penyakit tuberculosis paru gejala utama yang muncul adalah ketidakefektifan pembersihan jalan nafas. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis paru dengan masalah ketidakefektifan pembersihan jalan nafas.

  Desain pada penelitian ini adalah studi kasus, jumlah partisipan 2 (dua) orang. Hasil pengkajian keperawatan pada partisipan 1 dengan keluhan utama sesak nafas. Partisipan 2 mengeluh sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik partisipan 1 adanya penarikan interkoste, irama nafas tidak teratur. Pada partisipan 2 terdapat penarikan interkoste, irama nafas tidak teratur, bunyi perkusi paru pekak di area sebelah kanan. Diagnosa keperawatan pada kedua pasien adalah ketidakefektifan pembersihan jalan nafas. Setelah disusun intervensi keperawatan dan dilakukan implementasi keperawatan memberikan posisi postural drainage, mengajarkan batuk efektif, menganjurkan minum air hangat, membantu fisioterapi dada, mengobservasi TTV, mengobservasi pemeriksaan fisik dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi. Hasil evaluasi selama 3x24 jam pada partisipan 1 masalah teratasi sebagian, sesak nafas berkurang, pada partisipan 2 masalah belum teratasi, masih sesak nafas.

  Pada partisipan 1 dan 2 memiliki masalah yang sama dan dari masalah tersebut ada beberapa analisa data yang berbeda. Pada partisipan 1 setelah dilakukan implementasi dan evaluasi Selama 3 hari, adanya perubahan pada partisipan 1, pasien mampu batuk dan sekret bisa keluar. Pada partisipan 2 mampu batuk tetapi tidak mampu mengeluarkan sekret.

  Pada pasien yang mengalami TB Paru dapat dilakukan tindakan postural drainage dan batuk efektif guna untuk bersihan jalan nafas kembali efektif.

  

ABSTRACT

Tuberculosis is a global concern today, in people suffering from

pulmonary tuberculosis the main symptoms that arise is ineffective clearance of

the airway. The purpose of this case study was to conduct nursing care in patients

with pulmonary tuberculosis with ineffective airway clearance.

  The design in this study was case study, the number of participants were 2

(two) people. Results of nursing assessment in participants 1 found major

complaints of shortness of breath. Participant 2 complained of shortness of

breath. In the physical examination of participant 1 found the presence of

intercoste withdrawal, irregular breathing rhythm. In participant 2 there were

intercoste withdrawal, irregular breathing rhythm, loud pulmonary percussion

sounded deaf in the right area. Nursing diagnosis in both patients was ineffective

clearance of the airway. after the nursing interventions and performed nursing

implementation that was provided arranged postural drainage positions, thought

about how to do effective cough, recommended to drink warm water, helped to do

chest physiotherapy, vital signs observation, did observation on chest physical

examination (inspection, palpation, percussion, auscultation), collaborated with

medical teams in therapy . The result of evaluation for 3x24 hours on participant

1 problem was partially resolved, shortness of breath decreased, in participant 2

problem was not yet resolved, still shortness of breath.

  In participants 1 and 2 both have the same problem and from that problem

there are several different data analyzes. In participant 1 after the implementation

and evaluation for 3 days, There was improvement in participant 1, the patient

was able to cough and the secretion can come out. In the participan 2 was able to

cough but not able to secrete secretions.

  It can be concluded that patients who experience pulmonary TB can be done postural drainage and effective cough for effective airway clearance.

  

Keyword: Nursing Care Of Pulmonary Tuberculosis, Ineffective of anyway

clearance Contributor : Dwiharini Puspitaningsih. S. Kep. NS.. M. Kep

  Siti Rachma.M. Kes

  Date : 5 Juni 2018 Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier : - Right : Open Document Summary :

  Latar Belakang

  Tuberkulosis penyakit yang menjadi perhatian global saat ini, dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan. Tuberkulosis salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2015). Pada penderita infeksi primer tidak menunjukkan gejala yang berarti. Namun pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif dan sakit (3- 4%) dari yang terinfeksi. ( Arif Mutaqin, 2012). Orang yang menderita penyakit tuberculosis paru gejala utama yang muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Hidayat. A, 2009).

  Menurut laporan global jumlah kasus Tuberkulosis semua tipe yang ditemukan di indonesia pada tahun 2017 sebanyak 360.770 kasus. Pada laki-laki dengan jumlah 209.650 kasus (58,11%). Sedangkan pada perempuan sebanyak 151.120 kasus (41,89%). Angka semua kasus TB paru yang ada di Jawa Timur sebanyak 48.323 pada laki-laki dan perempuan sebanyak 48.323 kasus. (Kemenkes RI, 2018).

  Dari hasil yang didapat oleh petugas kesehatan di RSUD jombang. Penyakit Terbanyak di Kabupaten Jombang Tahun 2017. Salah satunya yaitu penyakit Tuberkulosis. Penyakit Tuberkulosis mencapai urutan ke dua dari penyakit lainnya dengan jumlah 4.239 orang.

  Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil mycobacterium dari penderita TB. Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju

  tuberculosis

  alveoli lalu berkembang biak dan bertumpuk. Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik- tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan gangguan pertukaran gas. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobakterium

  

tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk

  sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Tubercle yang lepas dari dinding kavitas menyebabkan kerusakan membran alveolar sehingga menimbulkan penumpukan sekret (Somantri, 2008). Pada asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa penyakit TB Paru akan muncul masalah keperawatan salah satunya : ketidakefektifan pembersihan jalan nafas (Herdman, 2012). Pada penderita TB Paru bila penanganan kurang baik, maka penderita TB Paru akan mengalami komplikasi seperti, Hemoptisis (pendarahan dari saluran nafas bawah), Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat), Pneumotorak, penyebaran infeksi ke organ lain. (Rahim, 2008)

  Pemberian posisi postural drainase memanfaatkan kekuatan gravitasi untuk membantu mengalirkan sekret. Pemberian posisi postural drainase ini sesuai terhadap keefektifan bersihan jalan nafas pada pasien tuberculosis paru hasil penelitian tersebut adalah efektif (Lindawati, 2012). Postural drainase menggunakan posisi dengan kepala atau dada lebih rendah dalam waktu 15 menit untuk mengalirkan sekresi dengan menggunakan pengaruh gravitasi, tindakan

  

postural drainase dilakukan 2-3 kali perhari tergantung seberapa banyak penumpukan yang terjadi. Waktu terbaik melakukakn tindakan postural drainase adalah sebelum sarapan, sebelum makan siang, sore hari atau sebelum tidur (Somantri, 2008). Batuk efektif sangat berpengaruh terhadap pengeluaran dahak pada pasien dengan ketidakefektifan pembersihan jalan nafas. Batuk efektif yang baik dan benar dapat mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan. (Nugroho 2011 dalam Santosa 2017).

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dilakukan Asuhan Keperawatan pada penyakit TBC dengan masalah ketidakefektifan pembersihan jalan nafas melalui intervensi posisi postural drainase, dan batuk efektif.

  Metodologi

  Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada Tuberculosis Paru dengan Ketidakefektifan Pembersihan Jalan Nafas di RSUD Kabupaten Jombang.

  Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi. Pengkajian keperawatan ini meliputi pertanyaan dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data subjektif (DS) dan data objektif (DO).

  Uji keabsahan data dalam studi kasus ini menggunakan empat data utama yaitu klien, keluarga klien, status medis dan perawat ruangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data utama tidak hanya dari klien tapi keluarga klien, perawat dan status medis juga diperlukan untuk menentukan validitas dari data yang sudah di peroleh dari klien.

  Hasil Pembahasan 1.

Pengkajian

  Data hasil pengkajian pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 12.00 WIB, partisipan 1 berusia 64 tahun mengeluh sesak nafas, batuk yang tidak efektif dan nyeri dada sebelah kanan. Saat pengkajian tanda gejala yang dialami pasien yaitu sesak nafas, adanya penarikan interkoste, pemeriksaan respirasi 27 x/menit, batuk tidak produktif, irama nafas tidak teratur, hasil suara perkusi paru pekak di area sebelah kanan, terdapat suara nafas tambahan ronkhi dibagian kanan, adanya nyeri pada dada. Pengkajian pada partisipan 2 pada tanggal 25 Mei 2012 pukul 13.40 WIB, berusia 46 tahun mengeluh sesak nafas, batuk kering, merasa setres dalam menghadapi penyakitnya ini. Saat pengkajian tanda gejala yang dialami pasien yaitu sesak nafas, adanya penarikan interkoste, batuk tidak produktif, irama nafas tidak teratur, hasil suara perkusi paru pekak di area sebelah kanan, terdapat suara nafas tambahan ronkhi dibagian kanan, dan menggunakan alat bantu nafas nasal kanul 4 liter permenit, pasien tampak cemas dan gelisah, pemeriksaan pola koping/toleras stres terganggu, dari hasil tekanan darah 140/80 mmHg, respirasi 28x/menit. Hasil pembacaan foto rontgen dada partisipan 1 menunjukkan gambar yang ada tampak bewarna abu-abu disebelah kanan bagian apex. Sedangkan hasil foto rontgen dada partisipan 2 gambar yang tampak bewarna abu-abu disebelah kanan dibagian hilus.

  Pada pemeriksaan fisik sistem pernapasan partisipan 1, bentuk dada normal chest, adanya keluhan sesak nafas, irama nafas tidak teratur, jenis pernafasan dangkal atau pendek, pemeriksaan palpasi adanya nyeri tekan di dada sebelah kanan, bunyi perkusi paru pekak dibagian kanan, suara auskultasi paru adanya suara tambahan ronkhi dibagian kanan. Sedangkan pemeriksaan fisik sistem pernapasan partisipan 2, bentuk dada normal chest, adanya keluhan sesak nafas, irama nafas tidak teratur, jenis pernafasan dangkal atau pendek, bunyi perkusi paru pekak dibagian kanan, suara auskultasi paru adanya suara nafas tambahan ronkhi dibagian kanan.

  2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawanan pada kedua partisipan yang muncul adalah ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas (retensi sekret).

  Diagnosa keperawatan pada pasien dengan teori yaitu ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas (retensi sekret), gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-kapiler, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilang nafsu makan (Wilkinson, 2012). resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen (Nuraris, 2015).

  3. Intervensi Tujuan perencanaan pada pasien yang dilakukan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil sesak napas berkurang, pemeriksaan auskultasi suara ronkhi berkurang, irama nafas teratur, tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu mengeluarkan dahak saat batuk.

  Berdasarkan intervensi keperawatan yang dilakukan hampir semua tindakan sama dari pemberian posisi postural drainage untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan psikologis, selain itu observasi pemeriksaan dada bertujuan untuk mengetahui data pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas, fisio terapi dada, minum air hangat, dan batuk efektif bertujuan untuk memfasilitasi kepatenan jalan nafas. didalam perencanaan keperawatan tidak semua ada diteori ada beberapa perencanaan yg dilakukan yaitu observasi TTV dan pemberian HE kepada pasien dan keluarga bagaimana penularan TB Paru dan pengobatan TB Paru.

  4. Implementasi Berdasarkan implementasi yang dilakukan terhadap pasien Pada perkembangan partisipan 1 mengalami peningkatan. Pada partisipan 2 mengalami penurunan. Implementasi yang dilakukan pada pastisipan 1 di hari pertama implementasi pasien masih sesak nafas. pada implementasi kedua perkembangan pasien masih sedikit sesak, dan masih terdengar suara ronkhi, pada implementasi ketiga pasien membaik, pasien mengatakan sesak nafas berkurang, pada pemeriksaan auskultasi suara ronkhi sedikit berkurang, dengan hasi yang didapat hasil observasi TTV dari RR: 27 x/menit menjadi 25 x/menit, pasien mampu batuk dan mengeluarkan sekret, sesak nafas berkurang. Implementasi yang dilakukan pada partisipan 2 dihari pertama pasien masih sesak, pada implementasi kedua masih sesak, dan pada hari ketida pasien masih merasak sesak, pada pemeriksaan auskultasi masih terdengar jelas suara ronkhi dan batuk tidak bisa mengeluarkan sekret.

  Evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam pada evaluasi hari pertama kondisi partisipan 1 masih sesak, masih terdengar suara nafas tambahan ronki, terdapat bunyi paru pekak dibagian kanan, masih ada penarikan interkoste, ada masih ada perubahan irama nafas, dengan hasil respirasi 26 x/menit. Sedangkan partisipan 2 masih merasakan sesak nafas, suara auskultasi masih terdengar suara nafas tambahan ronkhi dibagian kanan, masih terdengar bunyi pekak pada paru bagian kanan, nafas masi dangkal/pendek, irama nafas masih tidak teratur, dan hasil pemeriksaan respirasi 27 x/menit. Pada evaluasi hari kedua, partisipan 1 nampak masih sesak, pada pemeriksaan dada masih terdengar suara nafas tambahan ronkhi dibagian kanan, adanya bunyi pekak dibagian kanan, irama nafas masih tidak teratur, dan pada pemeriksaan respirasi 26x/menit dan partisipan 2 masih merasak sesak, pada pemeriksaan dada masih terdengar suara nafas tambahan ronkhi, adanya bunyi pekak pada paru dibagian kanan, irama nafas masih tidak teratur, pada pemeriksaan respirasi tidak ada perubahan dari hari pertama 27x/menit. Pada evaluasi hari ketida, partisipan 2 nampah sedikit sesak, pada pemeriksaan dada. Masih terdengar sedikit suara ronkhi di bagian kanan, pada pemeriksaan respirasi 25 x/menit dan partisipan 3 masih merasa sesak, pada pemeriksaan dada masih terdengar suara nafas tambahan ronkhi, bunyi paru masih pekak, irama nafas masih tidak teratur, pada pemeriksaan respirasi meningkat 28 x/menit dari hari sebelumnya. Dari implementasi yang sudah dilakukan selama 3 hari pada partisipan 1 dan 2, adanya perubahan peningkatan pada partisipan 1, pada partisipan 2 mengalami penurunan. Sehingga intervensi masih dipertahankan dari nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 pada partisipan 1 maupun 2.

  Simpulan 1.

Pengkajian Keperawatan

  Dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda antara pasien 1 dan 2. Pasien 1 dengan usia 64 tahun dengan keluhan sesak nafas, batuk tidak efektif, adanya nyeri dada dibagian kanan. Pasien 2 dengan usia 46 tahun dengan keluhan sesak nafas, batuk kering.

  2. Diagnosa Keperawatan Dari hasil pengkajian dan ditunjang dengan data yang ada ditegakkan diagnosa ketidakefektifan pembersihan jalan napas dan gangguan pertukaran gas pada pasien 1, dan diagnosa ketidakefektifan pembersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas dan setres overload pada partisipan 2.

  3. Perencanaan Keperawatan Intervensi yang dilakukan yaitu diagnosa keperawatan untuk kedua pasien yang masing-masing mempunyai intervensi, tujuan dan kriteria hasil yang sama, yang sudah sesuai dengan kondisi pasien yang mangacu pada teori yang sudah ada.

  4. Tindakan Keperawatan Tindakan keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien pada hari pertama dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan.

  5. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam, setelah dilakukan tindakan pada hari pertama yaitu kondisi kedua pasien masih tetap tidak ada perubahan. Pada hari kedua kondisi kedua pasien juga masih belum ada perubahan, pada hari ketiga adanya perubahan kondisi pada pasien 1, dengan pernyataan bahwa sesak nafas berkurang, pada pasien 2 masih belum ada perubahan, masih sesak nafas. Sehingga intervensi masih dipertahankan dari nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 pada partisipan 1 maupun 2.

  Rekomendasi

  Diharapkan Peran penting bagi perawat untuk memberikan HE kepada pasien dan keluarga agar tindakan yang akan dilakukan lenih maksimal. bagi perawat pasien mampu memperhatikan dalam kepatuhan minum obat dan tidak memutus obat sebelum proses penyembuhan selesai, bagi keluarga mampu memantau dalam minum obat.

  Alamat correspondensi Email Alamat : Perum Candra Kartika Suwayuwo Kecamatan Sukorejo Kabupaten

  Pasuruan No. Hp : 08580320018