Pola Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

POLA PEMBINAAN PENYANDANG DISABILITAS TUBUH

PADA PANTI SOSIAL BINA DAKSA

WIRAJAYA MAKASSAR

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial Pada Jurusan PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial

  Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

  Oleh

  

FITRIA RESKIAWATI

NIM. 50300113011

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

  iv

KATA PENGANTAR

  

َﻼَﻓ ُﷲا ِﻩِﺪْﻬَـﻳ ْﻦَﻣ ﺎَﻨِﻟﺎَﻤْﻋ َأ ِتﺎَﺌّﻴَﺳَو ﺎَﻨ ِﺴُﻔْـﻧَأ ِرْوُﺮُﺷ ْﻦِﻣ ِﷲﺎِﺑ ُذْﻮُﻌَـﻧَو ُﻩُﺮِﻔْﻐَـﺘْﺴَﻧَو ُﻪُﻨْـﻴِﻌَﺘْﺴَﻧَو ُﻩُﺪَﻤَْﳓ ِﷲ ِ َﺪْﻤَْﳊا ّنِإ

ُﻪُﻟْﻮُﺳَرَو ُﻩُﺪْﺒَﻋ اًﺪّﻤَُﳏ ّنَأ ُﺪَﻬْﺷَأَو ُﷲا ّﻻِإ َﻪﻟِإ َﻻ ْنَأ ُﺪَﻬْﺷَأ ُﻪَﻟ َيِدﺎَﻫ َﻼَﻓ ْﻞِﻠْﻀُﻳ ْﻦَﻣَو ُﻪَﻟ ّﻞِﻀُﻣ ... ُﺪْﻌَـﺑ ﺎّﻣَأ

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan nikmat yang begitu besar terutama nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan shalawat kepada junjungan Rasulullah Muhammad saw, serta segenap keluarga dan para sahabatnya hingga akhir nanti.Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari semua pihak. Karena itu, dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. selakuRektor UIN Alauddin Makassar

  beserta jajarannya, yang telah menyediakan fasilitas belajar sehingga peneliti dapat mengikuti kuliah dengan baik.

  

2. Prof. Dr. Mardan, M.Ag., Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., Prof. SitiAisyah,

M.A., Ph.D., selakuWakilRektor I, II dan III UIN Alauddin Makassar.

  

3. Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M.selaku dekan, beserta

  jajaran Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar yang selama ini mengelola Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta memimpin dengan penuh tanggung jawab. v

  

4. WakilDekan I Dr. Misbahuddin, S.Ag., M.Ag., WakilDekan II Dr. H.

  Mahmuddin, M.Ag., WakilDekan III Dr. NurSyamsiah, M.Pd.I., dan staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar .

  5. Dra. ST. Aisyah BM., M.Sos.I, danDr. Syamsuddin AB.,M.Pd sebagai Ketua

  Jurusan dan Sekertaris Jurusan PMIKonsentrasi Kesejahteraan Sosial (KESSOS) serta Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan wawasan selama peneliti menempuh pendidikan di Fakultas Dakwah dan KomunikasiUIN Alauddin Makassar.

  6. Dr. H. Abd.Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M.dan Dr. Syamsuddin

  AB.,M.Pdsebagai pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dalam membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan seperti saat ini.

  

7. Dr. Arifuddin Tike, M.Sos.I dan Drs. H.Syamsul Bahri, M.Si sebagai munaqisy I

  dan munaqisy II yang telah menguji dengan penuh kesungguhan demi kesempurnaan skripsi ini.

  

8. Drs. Aladin selaku Kepala panti danYakubS.sos, M.Si. selaku kepala seksi

  program dan advokasi sosial PSBDW Makassar dan seluruh pihak panti yang telah membantu dan membimbing penulis selama penelitian serta penerima manfaat yang dibina di PSBDW Makassar atas kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

  

9. Muh. QuraisyMathar., S.Sos.,M.Hum., KepalaPerpustakaan UIN Alauddin vi

  

10. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2013, terima

  kasih untuk kebahagiaan, kesedihan, tawa dan canda yang pernah kita lalui bersama. Terkhusus untuk seluruh alumni dan adik-adik mahasiswa KESSOS yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  

11. Ayah tercinta Pajo dan ibu tercinta Suriati. Ucapan terima kasih yang tak

  terhingga atas jerih payahnya yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayangnya serta mendoakan, memberikan dukungan moril, motivasinya dan membiayai pendidikan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Terkhusus untuk kakak adik tercinta serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari semoga dengan bantuan yang kalian berikan selama ini bernilai ibadah disisi Allah swt. Amin. Akhir kata, Orang bijak mengatakan bahwa setiap cabang disiplin ilmu itu hanyalah gambaran sebagian kecil dari kenyataan yang serba luas dan serba rumit. Penulis sendiri masih dan tetap ingin terus belajar.

  Samata, 07 Agustus 2017 Penulis,

FITRIA RESKIAWATI NIM:50300113011

  

DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………… ................ i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………………… ii

PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………………. . iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

ABSTRAK……………………………………………………………………… ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN……………………………. . x

  24 D. TeoriPerubahanSosial……………………………………..

  33 F. TeknikPengolahandanAnalisis Data ...................................

  32 E. InstrumenPenelitian..............................................................

  31 D. MetodePengumpulanData....................................................

  30 C. Sumber Data ..........................................................................

  29 B. PendekatanPenelitian ...........................................................

  25 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29-35 A. JenisdanLokasiPenelitian .....................................................

  15 C. Perspektif Islam TentangPenyandangDisabilitas………..

  

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1-12

A. LatarBelakangMasalah ........................................................

  13 B. PenyandangDisabilitasTubuh…………………………….

  10 BAB II TINJAUAN TEORETIS ....................................................................... 13-28 A. PolaPembinaan......................................................................

  9 E. TujuandanKegunaanPenelitian ...........................................

  8 D. KajianPustaka/PenelitiTerdahulu .......................................

  6 C. RumusanMasalah..................................................................

  1 B. FokusPenelitiandanDeskripsiFokus ....................................

  34

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 36-73

A. GambaranUmumLokasiPenelitian .......................................

  36 B. Pola Pembinnaan Penyandang Dissabilitas Tubuh Pada Panti Social Bina Daksa Wirajaya Makassar.............

  49 C. Metode Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh Pada Panti Sosial Bia Daksaa Wirajaya Makassar .............

  64 D. Faktor penunjang dan penghambat Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar Terhadap Pola Pembinaan Bagi Penyandan Disabilitas Tubuh.......................................

  6 BAB V PENUTUP............................................................................................... 74-75 A. Kesimpulan…………………………………………………..

  74 B. ImplikasiPenelitian…………………………………………... 75 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

  76 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

  ا

  ba B Be

  ب

  ta T Te

  ت

  Tsa ṡ es (dengan titik di atas)

  ث

  Jim J Je

  ج

  Ha H ha (dengan titik di bawah)

  ح

  Kha Kh ka dan ha

  خ

  Dal D De

  د

  Zal Ż zet (dengan titik di atas)

  ذ

  Ra R Er

  ر

  Za Z Zet

  ز

  Sin S es

  س

  Syin Sy es dan ye

  ش

  shad Ṣ es (dengan titik di bawah)

  ص

  dhad Ḍ de (dengan titik di bawah)

  ض

  Tha Ṭ te (dengan titik di bawah)

  ط

  Dza Ẓ zet (dengan titik di bawah)

  ظ

  ع

  و

  Dammah u U

  I ُ◌

  

Kasrah i

  Fathah A A ِ◌

  Tanda Nama Huruf Latin Nama َ◌

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut :

  ya’ Y Ye Hamzah yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda( ).

  ي

  hamzah ’ Apostrof

  أ

  ha H Ha

  ه

  wawu W We

  nun N En

  ‘ain ‘ apostrof terbaik

  ن

  Mim M Em

  م

  Lam L Ei

  ل

  kaf K Ka

  ك

  Qaf Q Qi

  ق

  Fa F Ef

  ف

  Gain G eg

  غ

2. Vokal

  Vokal rangkap bahasa Arabyang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :

  

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ي َ◌ fathah dan ya Ai a dan i

و َ◌ fathah dan wau Au a dan u

  3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,

  transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :

  

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama

ي / ا , َ◌ fathah dan alif a a dan garis di atau ya atas

  ي ِ◌ kasrah dan ya i i dan garis di atas و ُ◌ dammah dan wau u dan garis di u atas

  4. Ta Marbutah Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t].

  Sedangkanta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

  marbutah itu transliterasinya dengan [h].

  5. Syaddah (Tasydid) Syaddah atautasydidyang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

  sebuah tanda tasydid ( ّ◌ ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Jika huruf ي ber-tasydiddi akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah( ِي ), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah(i).

  6. Kata Sandang

  Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ﻻ (alif

  

lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti

  biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya.Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

  7. Hamzah

  Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop (,) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

  Kata,istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’an), sunnah,khususdan

  

umum. Namun, bila kata-katatersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab,

maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

  9. Lafz al-Jalalah ()

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a-ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].

  10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).

  

ABSTRAK

Nama : Fitria Reskiawati Nim : 50300113011

Judul : Pola Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh Pada Panti Sosial Bina

Daksa Wirajaya Makassar

  Skripsi ini berjudul “ Pola Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh Pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar”. Tujuan dari penelitian adalah (1) mengetahui bagaimana pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar, (2) mengetahui bagaimana metode pembinaan penyandang disabilitas tubuhpada panti sosial bina daksa wirajaya Makassar, (3) mengetahui apa faktor penunjang dan penghambat dalam pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada panti sosial bina daksa wirajaya Makassar.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan berbagai pendekatan yaitu pendekatan sosiologi dan komunikasi. Selanjutnya, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi berupa foto-foto peristiwa pelaksanaan pembinaan penyandang disabilitas tubuh. Lalu tekhnik pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu: analisis data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada panti sosial bina daksa wirajaya Makassar adalah melalui pendekatan awal, assessment, rencana intervensi sosial, rehabilitasi sosial, bimbingan resosialisasi, intervensi, terminasi dan bimbingan lanjutan. Adapun metode pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada panti sosial bina daksa wirajaya Makassar dengan cara pembinaan individu dan kelompok. Ada beberapa faktor penunjang dan penghambat pada panti sosial bina daksa wirajaya Makassar dalam melaksanakan pembinaan terhadap penyandang disabilitas. Faktor penunjang adalah fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap, SDM yang terlatih, dukungan dari beberapa pihak terkait. Sedangkan faktor penghambatnya adalah perbedaan latar belakang pendidikan dan intelektual, penerima manfaat tidak serentak masuk di PSBDW Makassar, dan faktor etika atau psikologi.

  Implikasi penelitian diharapkan selaku pelaksana dalam memberikan bimbingan bagi penyandang disabilitas tubuh agar kiranya dapat meningkatkan taraf kapasitasnya walau latar belakang pendidikan berbeda tapi ketika dengan semangat den perjuangan pasti bisa diatasi, dan persyaratan administratif penerimaan di PSBDW Makassar harus betul-betul menjadi pijakan dan tidak bisa menyalahi prosedur yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional selalu dilandasi oleh

  tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi seluruh rakyat. Penciptaan tujuan dimaksud diwujudkan melalui berbagai proses pembangunan disegala bidang yang saling terkait dan saling menunjang satu sama lain sebagai bagian dari pembangunan nasional. Salah satu diantaranya adalah “Pembangunan Kesejahteraan Sosial”.

  Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan usaha yang terencana dan terarah yang meliputi berbagai bentuk intervensi dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta

  1

  memperkuat institusi-institusi sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial mencakup seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia termasuk warga masyarakat yang menyandang masalah kesejahteraan sosial. Salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagai sasaran dari pembangunan kesejahteraan sosial yaitu orang-orang yang berstatus penyandang disabilitas.

  Jika dipandang dari kacamata sosial, maka manusia cenderung diklaim sebagai makhluk yang bermasyarakat. Dengan demikian, manusia memiliki peran serta keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Peran seperti inilah yang membuat 1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Cet. II; Bandung: PT. manusia diklaim sebagai makhluk sosial. Namun akan jauh berbeda jika salah satu manusia dalam suatu lingkungan tidak dapat melaksanakan salah satu fungsi sosialnya bisa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya ialah bagi penyandang cacat tubuh, orang yang jiwanya terganggu dan lain-lain. Namun ada kecenderungan yang timbul di dalam masyarakat akan adanya perlakuan yang berbeda tehadap orang yang kurang beruntung. Orang yang kurang cerdas merasa segan terhadap orang yang cerdas, orang yang berparas cantik merasa tinggi hati terhadap orang yang kurang cantik. Bisa juga orang cacat merasa minder terhadap orang yang sempurna fisiknya, meskipun orang kebanyakan tidak bersikap negatif terhadap kaum kurang beruntung.Persoalan yang kemudian muncul ialah, walaupun hak dan kewajiban warga Negara diatur dalam undang-undang, tetapi tetap saja penyandang masalah kesejahteraan sosial, khususnya penyandang cacat tersebut mampu melaksanakan seluruh fungsi sosialnya seperti manusia normal lainnya.

  Penyandang disabilitas tubuh secara psikis akan mengalami rasa rendah diri dan kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena perlakuan masyarakat/lingkungan sekitar berupa celaan atau belas kasihan ketika memandang mereka. Kurangnya akses informasi tentang pentingnya melakukan rehabilitasi dan kurangnya fasilitas umum yang mempermudah para penyandang disabilitas tubuh untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari dan kurangnya akses pekerjaan untuk penyandang cacat, sehingga para penyandang cacat di Indonesia khususnya yang berada di pelosok masih banyak yang belum mengetahui bahwa mereka memerlukan

  Akibatnya banyak para penyandang cacat yang terlantar dan menghadapi permasalahan pekerjaan, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sosial yang semakin parah. Permasalahan yang dihadapi para penyandang disabilitas tubuh tertsebut perlu ditangani sedini mungkin agar mereka tidak mengalami kecemasan berlebihan, putus harapan, takut bertemu orang, malu berlebihan, suka menyendiri dan memandang rendah dirinya. Kondisi tersebut apabila dibiarkan akan mengganggu kepercayaan diri penyandang disabilitas tubuh dalam melaksanakan segala aktivitasnya.

  Dengan adanya kondisi sosial seperti ini, tentunya dibutuhkan peran pekerja sosial secara berkesinambungan dan menyeluruh, terpadu dan sinergis baik dari pihak sosial melalui Kementerian Sosial Propinsi serta lembaga-lembaga sosial pemerintah, maupun lembaga sosial non-pemerintah.Dalam implementasinya, tidak banyak perencana dan pengelola pusat-pusat pelayanan umum di kota-kota besar, baik pemerintah maupun swasta, yang menyadari, betapa pentingnya menyediakan prasarana dan sarana aksebilitas standar bagi para penyandang cacat fisik ini apalagi di kota-kota kecil. Di pihak lain, sebagian besar para penyandang cacat, tampaknya belum atau kurang menyadari akan hak mereka untuk memperoleh fasilitas pelayanan yang dapat mereka akses di tempat-tempat umum, sehingga mereka mempu melaksanakan aktifitasnya sebagaimana orang normal lainnya. Selama ini para penyandang cacat tubuh, tidak banyak menuntut, bahkan pasrah dengan kondisi mereka, meski sebenarnya mereka memiliki hak yang lebih dari fasilitas Negara yang

  2 khusus diperuntukkan bagi para penyandang cacat.

  Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah lama merencanakan dan banyak melaksanakan program dan usaha-usaha kesejahteraan sosial (UKS) bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), termasuk para penyandang cacat. Upaya-upaya pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik melalui sistem panti dan luar panti, serta upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan hidup penyandang cacat telah banyak pula dilakukan. Namun semua itu belum cukup untuk mewujudkan amanat UU No. 8 Tahun 2016 tentang penyandang cacat dan dilengkapi denga peraturan pemerintah tentang upaya peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.

  Selama ini kebijakan-kebijakan yang menyangkut aksebilitas para penyandang cacat (disabled persons) di tempat-tempat pelayanan umum di Indonesia, tampaknya sebagian besar masih sebatas wacana. Padahal di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016, pasal 1 (ayat 3) dan peraturan pemerintah Nomor 43 Tahun 1998, khususnya pasal 1 (ayat 1) dengan tegas dinyatakan bahwa “Aksebilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan” sebagaimana

  3 warga masyarakat lainnya. 2 Merrylusianaoktaviani Upaya Pemberian Layanan Pendidikan Khusus http://merrylusianaoktaviani.wordpress.com/page/3/ (14 oktober 2016) 3 Media Elektronik Sekretariat Negara, Undang-undang Republik Indonesia Nomor8 tahun

  Kebijakan pemerintah menyangkut Social Works (pekerja sosial) sangat dibutuhkan partisipasinya, baik sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah, mewakili lembaga maupun instansi pelayanan sosial karena memang profesinya selaku pekerja sosial. Tentunya sangat penting untuk memiliki bekal yang mapan dalam hal pembinaan klien. Hal ini penting karena kejadian (penyandang cacat yang turun kejalan kemudian berprofesi sebagai pengemis) tidak mutlak karena kesalahan pemerintah.

  Pola pembinaan merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk membantu mengembalikan fungsi sosial bagi penyandang disabilitas tubuh adalah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan sosial untuk mengatasi permasalahan penyandang disabilitas tubuh yang telah ditempuh melalui beberapa kegiatan pelayanan bimbingan, baik melalui sistem panti maupun non panti. Sistem pusat pelayanan disabilitas tubuh merupakan wujud perhatian pemerintah, dalam hal ini Kementerian Sosial terhadap penyandang disabilitas tubuh .

  Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) yangberlokasi di Jln. A. P. Pettarani Km.4 Makassar merupakan salah satu pusat pelayanan disabilitas tubuh dalam bentuk Bimbingan keterampilan kerja, Bimbingan fisik & mental dan Bimbingan sosial, dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang kebutuhan pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas tubuh. Dengan diketahuinya kebutuhan pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas tubuh secarajelas maka dapat dilakukan rehabilitasi sosial secara optimal, sehingga para penyandang disabilitas

  4 tubuh dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus Penelitian

  Fokus penelitian ini merupakan batasan peneliti agar jelas ruang lingkup yang akan diteliti. Olehnya itu pada penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian mengenai pola, metode, serta penunjang dan kendalapembinaan penyandang disabilitas tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar.

  2. Deskripsi Fokus

  Berdasarkan pada fokus penelitian judul di atas, dapat dideskripsikan berdasarkan substansi permasalahan dan substansi pendekatan, dari segi pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh maka peneliti memberikan deskripsi fokus sebagai berikut: a. Pola dan Metode Pembinaan

  Pengertian pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem, adapun yang dimaksud dengan sistem disini adalah seperangkat unsur-unsur yang saling

  5

  berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sedangkan pembinaan merupakan kata sifat yang berarti proses, cara, perbuatan membina (Negara), pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan

4 Lihat profil: Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar 2013, Kementerian sosial RI Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

  5

  6

  efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan kata membina merupakan kata kerja artinya membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih

  7

  baik (maju, sempurna). Adapun yang dimaksud pola pembinaan dalam penelitian ini yakni usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, dilakukan secara sadar oleh lembaga dalam rangka menumbuh kembangkan aspek kognitif (aspek yang mencakup kegiatan mental/otak), afektif (aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai) maupun psikomotorik (aspek yang berkaitan dengan keterampilan/skill). Sedangkan, metode adalah cara yang dilakukan dalam menerapkan pola pembinaanpada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar.

  b. Penyandang Disabilitas Tubuh Penyandang disabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai pendapat

  Mangunsong adalah “kecacatan menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi secara objektif dapat diukur, dilihat, karena adanya kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang misalnya, tidak adanya tangan, kelumpuhan pada

  8

  bagian tertentu dari tubuh. Sedangkan penyandang disabilitas tubuh/cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagai fisiknya saja, misalnya tangan dan kaki mereka tidak berfungsi sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi para penyandang cacat tubuh dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-harinya. Akibatnya banyak dari 6 7 http://www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html (28 Mei 2016) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa). “KBBI versi

  online/Daring (dalam jaringan) Edisi III”. http:// kbbi. Web.id/bina (28 Mei 2016) 8 mereka yang merasa rendah diri, kurang percaya diri, menganggap dirinya kurang beruntung, tidak memiliki potensi, tidak dapat hidup mandiri dan merasa bahwa masa depan mereka sudah menjadi suram. Cacat fisik yang ada pada diri seseorang dapat menimbulkan perasaan malu dan rendah diri, sehingga hal ini membuat orang

  

9

tersebut memiliki konsep diri yang negatif.

  c. Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) yang berlokasi di Jln. A. P.

  Pettarani Km.4 Makassar merupakan salah satu pusat pelayanan disabilitas dalam bentuk bimbingan keterampilan kerja, bimbingan fisik & mental dan bimbingan sosial, dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang kebutuhan pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas. Dengan diketahuinya kebutuhan pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas secara jelas maka dapat dilakukan rehabilitasi sosial secara optimal, sehingga para penyandang disabilitas tubuh dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar

C. Rumusan Masalah

  Latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengidentifikasi bagaimana masalah dalam beberapa sub pertanyaan yang mendasar dalam pembahasan Pola Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar

9 Hurlock, dalam Hani, 2007.

  http://lib/default.aspx?tabID=61&src=k&id=151569.atmajaya.ac.id.(05 agustus 2016 diakses pukul

  Untuk lebih kongkritnya, peneliti akan menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanapolapembinaan penyandang disabilitas tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar?

  2. Bagaimana metode pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar?

  3. Apa faktor penunjang dan penghambatpembinaan penyandangdisabilitastubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar?

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

  Berdasarkan pada penelusuran tentang kajian pustaka yang peneliti lakukan di lapangan, peneliti hanya menemukan beberapa skripsi yang hampir sama dengan judul penelitian yang peneliti lakukan yaitu skripsi yang berjudul:

  1. Hubungan Intervensi Pekerja Sosial Dengan Perubahan Perilaku Sosial Penyandang Cacat Dalam Beradaptasi Sosial di Panti Sosial Bina Laras Budi Luhur, banjar Baru, Kalimantan Selatan disusun oleh La Tatong Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin , Makassar.

2. Pengaruh Bimbingan Belajar Keterampilan Bina Diri Anak Tuna Daksa Terhadap

  Peningkatan Kemandirian Siswa (SDLB D-1 SLB-D YPAC) Surakarta oleh Wiji Utomo Mahasiswa Universitas Seblas Maret Surakarta 2007.

  3. PengembangandanPelayananKesejahteraanSosialolehEnyPenelitiBalaiBesarPeneli tianPengembangandanPelayananKesejahteraanSosial (B2P3KS).

  Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan rencana penelitian yang akan dilaksanakan yaitu terletak pada objek permasalahan yang akan diteliti yaitu pada penelitian terhadulu lebih spesifik membahas tentang intervensi pekerja sosial dengan melihat hubungan sosial antara penyandang disabilitas tubuh yang satu dengan yang lainnya.

  Penelitian terdahulu juga menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan lebih difokuskan pada pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar.

  Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian tersebut secara keseluruhan berbeda. Baik dari segi persepsi kajian maupun dari segi metodologi.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Dalam rangka untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian dan mengungkapkan masalah yang dikemukakan pada pembahasan pendahuluan, maka perlu dikemukakan tujuan dan kegunaan penelitian.

  1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sebagaimana tercermin dalam perumusan masalah dihalaman sebelumnya, dapat peneliti kemukakan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana Pola Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar. b. Untuk mengetahui bagaimana Metode Pembinaan Penyandang Disabilitas Tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar.

  c. Untuk mengetahui apaFaktor Penunjang dan Penghambat dalam Pembinaan Penyandang DisabilitasTubuh Pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar.

  2. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini terbagi dua antara lain: a. Kegunaan Teoritis

  1) Bagi perguruan tinggi khususnya jurusan PMI-Kesejahteraan Sosial UIN Alauddin Makassar menjadi referensi atau tambahan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terhadap para mahasiswa mengenai pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh pada Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar.

  2) Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang bentuk dan pengaruh pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh.

  3) Menambah wawasan berpikir tentang pengaruh pola pembinaan penyandang disabilitas tubuh.

  4) Mengetahui secara rinci kendala yang dialami oleh pihak panti dalam pelaksanaan pola pembinaan terhadap penyandang disabilitas tubuh. b. Kegunaan Praktis 1) Memberikan informasi kepada pendidik panti agar kiranya lebih giat lagi dalam melakukan pembinaan guna untuk meningkatkan kapasitas atau skill bagi penyandang disabilitas tubuh. 2) Memberikan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan bagi pengurus panti terkait dengan lapangan pekerjaan.

  3) Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan wacana baru yang dapat memberikan inspirasi kepada kita.

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Pola Pembinaan Pengertian pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem, adapun

  yang dimaksud dengan sistem disini adalah seperangkat unsur-unsur yang saling

  1

  berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sedangkan pembinaan merupakan kata sifat yang berarti proses, cara, perbuatan membina (Negara), pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan

  2

  efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sedangkan kata membina merupakan kata kerja artinya membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih

  3

  baik (maju, sempurna). Pembinaan juga dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya.

  Dalam manajemen pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal yang direncanakan.

  Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia

  1 2 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 115. 3 http:// www.artikata.com/arti-360090-pembinaan.html (28 Mei 2016) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa). “KBBI versi online/Daring (dalam jaringan) Edisi III”. http://kbbi.web.id/bina (28 Mei 2016)

  memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.

  Pembinaan berasal dari kata “bina” yang berarti sama dengan “bangun”, jadi pembinaan dapat diartikan sebagai kegunaan yaitu: merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang tinggi. Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu: melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan dan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

  Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur, dan terarah untuk meningkatkan sikap dan keterampilan anak didik dengan tindakan-tindakan, pengarahan, pembimbingan, pengembangan dan stimulasi dan

  

4

pengawasan untuk mencapai suatu tujuan.

  Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru. Jadi, pola pembinaan adalah usaha yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, dilakukan secara sadar oleh lembaga dalam rangka menumbuh kembangkan aspek kognitif (aspek yang mencakup kegiatan mental/otak), afektif (aspek yang berkaitan dengan sikap dan

4 Http://www.id.answer.yahoo.com/question/index

  nilai) maupun psikomotorik (aspek yang berkaitan dengan keterampilan/skill) yang disertai spiritual yang kuat.

  Adapun metode-metode yang digunakan dalam pembinaan umumnya adalah metode andragogi dengan ciri-ciri eksperiensial dan dialogis partisipatif yaitu

  5

  sebagai berikut:

  1. Eksperiensial berarti mengajak mereka menggumuli pengalaman-pengalaman hidup untuk menemukan sendiri arti dan makna baru bagi perkembangannya.

  2. Dialogis Partisipatif berarti melibatkan dan mengaktifkan para peserta bina untuk mengungkapkan diri sebagai pemeran utama dalam proses pembinaan.

B. Penyandang DisabilitasTubuh

1. Pengertian Penyandang DisabilitasTubuh

  Pengertian dari penyandang disabilitas adalah “kecacatan menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi secara objektif dapat diukur, dilihat, karena adanya kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang misalnya, tidak

  6 adanya tangan, kelumpuhan pada bagian tertentu dari tubuh.

  Sedangkan menurut Kartono mengatakan definisi anak cacat adalah “Anak- anak yang dinilai dan di diagnosa sebagai keterbelakangan mental/tunagrahita, tunarungu, sulit mendengar, bisu/tunawicara, tunadaksa, gangguan wicara, buta (tunanetra, cacat, visual), gangguan emosional serius, hambatan ortoredikal, gangguan kesehatan, buta-tuli, bisu-tuli, cacat ganda/multi handicapped, 5 Komisi Kepemudaan KWI, Pengertian Andragogi, Pentingnya Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan,Andragogical learning,Adult educaor,Andragogy. 6 ketidakmampuan belajar, yang disebabkan oleh gangguan ketunaan yang memerlukan

  7 pendidikan khusus dan pelayanan perlakuan yang berkaitan”.

  Sedangkan menurut Coleridge mendefinisikan penyandang disabilitas yang

  8

  lebih mengarah pada model sosial sebagai berikut:

  a. Impairment (kerusakan/kelemahan); Yaitu ketidak lengkapan atau ketidak normalan yang disertai akibatnya terhadap fungsi tertentu. Misalnya, kelumpuhan dibagian bawah tubuh disertai ketidak mampuan untuk berjalan dengan kedua kaki.

  b. Disability/handicap (cacat/ketidakmampuan); Yaitu kerugian/keterbatasan dalam aktivitas tertentu sebagai akibat faktor-faktor sosial yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memperhitungkan orang-orang yang menyandang “kerusakan/kelemahan” tertentu dan karenanya mengeluarkan orang itu dari arus aktivitas sosial.

  Berbagai macam definisi di atas yang disebabkan oleh berbagai macam gejala yang dialaminya, baik itu cacat bawaan semenjak kecil ataupun karena kecelakaan yang dialaminya. Juga dapat dikatakan bahwa, dengan kecacatan yang dialami membuat ketidakberfungsian atau ketidakberdayaannya dan juga membuat seseorang mengalami hambatan-hambatan dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang ada, maka penyandang disabilitas sebagian besar memerlukan bantuan dan pertolongan bilamana mengalami kesulitan, mandi, makan, minum, dan lain-lain.

  SedangkanPenyandang disabilitas tubuh/cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagai fisiknya saja, misalnya tangan dan kaki mereka tidak berfungsi sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi para penyandang cacat tubuh dalam 7 8 Kartono, Kartini & Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pionir Jaya, 1997), h. 27.

  Peter Coleridge, Pembebasan dan Pembangunan Penyandang Cacat (Yogyakarta: pustaka melakukan aktifitas kehidupan sehari-harinya. Akibatnya banyak dari mereka yang merasa rendah diri, kurang percaya diri, menganggap dirinya kurang beruntung, tidak memiliki potensi, tidak dapat hidup mandiri dan merasa bahwa masa depan mereka sudah menjadi suram. Cacat fisik yang ada pada diri seseorang dapat menimbulkan perasaan malu dan rendah diri, sehingga hal ini membuat orang tersebut memiliki

  9 konsep diri yang negatif.

2. Faktor-faktor Penyebab Kecacatan

  Adapun penyebab kecacatan bisa disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:

  a) Cacat didapat (Acquired), penyebabnya bisa karena kecelakaan lalu lintas, perang/konflik bersenjata atau akibat penyakit-penyakit kronis.

  b) Cacat bawaan/sejak lahir (Congenital), penyebabnya antara lain karena kelainan pembentukan organ-organ (organogenesis) pada masa kehamilan, karena serangan virus, gizi buruk, pemakaian obat-obatan tak terkontrol atau karena

  10 penyakit menular seksual.

3. Derajat Kecacatan

  a. Cacat tubuh ringan Mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari- harinya tidak memerlukan pertolongan orang lain, termasuk dalam golongan cacat ini adalah amputasi tangan atau kaki ringan salah satunya. 9 Hurlock, dalam Hani, 2007.

  

http://lib/default.aspx?TabID=61&src=k&id=151569.atmajaya.ac.id. (05 Agustus 2014 diakses pukul

20.00 wib) 10 Sapto Nugroho, Risnawati Utami, Meretas Siklus Kecacatan-Realitas Yang Terabaikan,

  b. Cacat tubuh sedang Mereka yang menderita cacat tubuh, dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari- harinya harus dilatih terlebih dahulu, sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan. Termasuk golongan ini adalah celebral palcy sedang, amputasi dua tangan atas siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan sebagainya.

  c. Cacat tubuh berat Mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari- harinya selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain: amputasi dua kaki atas lutut dan dua tangan atas siku, celebral palcy berat, layuh dua kaki dan dua

  11 tangan, paraplegia berat dan sebagainya.

4.KlasifikasiPenyandang Disabilitas

  Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang cacat. Undang- undang tersebut memberikan definisi penyandang cacat adalah: “setiap orang yang mengalamiketerbatasanfisik, intelektual, mental, dan/atausensorikdalamjangkawaktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartispasi secara penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya

  12

Dokumen yang terkait

Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh Di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) “Bahagia” Sumatera Utara Unit Pelaksana Teknis(UPT).Kementerian Sosial RI

9 97 108

Respon Penyandang Tuna Daksa Terhadap Pelayanan Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Departemen Sosial Republik Indonesia

4 57 99

Pengaruh Program Bimbingan Keterampilan Terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

5 72 112

Korelasi Status Sosial Orang Tua dengan Pola Pembinaan Agama pada Anak di Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 147

Peran Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) terhadap Penyandang Disabilitas pada Pemilu Legislatif 2014 Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91

Panti Sosial Tresna Wreda di Makassar dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 186

Hubungan Disabilitas Fungsional dengan Kejadian Depresi pada Lansia diPanti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 84

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 85

Srategi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Asuhan Mega Mulia Kabupaten Gowa Terhadap Pembinaan Sikap Mental Anak - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 3 79

Kehidupan Sosial Komunitas Disabilitas Eks Kusta di Kelurahan Balangbaru Kecamatan Tamalate Kota Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 87