Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh Di Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) “Bahagia” Sumatera Utara Unit Pelaksana Teknis(UPT).Kementerian Sosial RI

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN KETERAMPILAN

BAGI PENYANDANG DISABILITAS TUBUH DI

PANTI SOSIAL BINA DAKSA (PSBD) “BAHAGIA” SUMATERA UTARA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT).KEMENTERIAN SOSIAL RI

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PRIMADOLA MOURYTZ HARIANJA 100902027

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Primadola Mourytz Harianja

NIM : 100902027

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh Di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara

Unit Pelaksana Teknis (UPT).KEMENTERIAN SOSIAL RI

Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini adalah masalah penyandang disabilitas tubuh. Penyandang disabilitas tubuh juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, diantaranya adalah berhak memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan yang ada pada mereka. Penyandang disabilitas diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mental dan sosialnya sehingga diharapkan yang bersangkutan mampu bekerja sesuai dengan tingkat kemampuan, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta sesuai dengan minat dan pengalamannya, sehingga mencapai kemandirian ditengah kehidupan masyarakat. Salah satu usaha pemberdayaan bagi penyandang disabilitas yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat khususnya bagi penyandang disabilitas tubuh yaitu pemberian bimbingan program keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh yang dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementrian Sosial di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”.

Penelitian ini tergolong kedalam tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh. Adapun jumlah populasi adalah 70 orang dan sampel adalah 26 orang, dalam penentuan sampel peneliti menggunakan purposive sampling yaitu mempunyai tujuan. Sampel yang diambil jadi sumber penelitian adalah remaja, dimana usia remaja ini mempunyai kemampuan yang belum matang dengan baik, usia remaja ini mempunyai tingkat pemahaman yang baik dan juga ingin mengetahui keseriusan mereka dalam menjalankan program keterampilan yang diberikan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh berjalan dengan baik dan para responden menerima program dengan baik dan juga proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan bersama, dan materi yang dipelajari sangat membantu mereka untuk meningkatkan kemapuannya untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang telah ditentukan yaitu kesesuaian perencanaan program, kesesuaian dengan pelaksanaan pembelajaran dan juga kesesuaian hasil pembelajaran.

Kata Kunci : Evaluasi, program Bimbingan Keterampilan, Penyandang Disabilitas Tubuh.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Primadola Mourytz Harianja

NIM : 100902027

ABSTRACT

Skills Evaluation Program Implementation Guidance For Body Disability Development In Social Institution Daksha "BAHAGIA" North Sumatra

Technical Implementation Unit. MINISTRY OF SOCIAL RI

Minutes of the social problems faced by Indonesia at this time is the issue of persons with disabilities of the body. Persons with disability also have the same rights and obligations in all aspects of life and living, including the right to obtain employment in accordance with the type and degree of disability that exist on them. Persons with disabilities are expected to develop and enhance mental and social abilities so it is expected that the relevant able to work according to ability level, education and skills possessed and in accordance with the interests and experiences, so as to achieve self-sufficiency amid people's lives. One of the empowerment of persons with disabilities conducted by the central government body, especially for persons with disabilities is the provision of guidance skills programs for persons with disability held in the Technical Implementation Unit (UPT) in the Ministry of Social Development Social Institution Daksha "BAHAGIA".

This research is classified into the type of descriptive research that aims to describe the implementation of the guidance program evaluation skills for persons with disability. The total population is 70 people and the sample is 26 people, the researchers used purposive sampling sampling that has a purpose. Samples were taken so the source of the study was a teenager, where the age of these girls have the ability immature well, the age of these girls have a good level of understanding and also want to know the seriousness of their skills in running a given program. Data analysis techniques in this study using quantitative techniques.

Based on the research that has been done on the evaluation of the implementation of the guidance program for persons with disabilities skills body good and the respondent received the program well and also the learning process according to a predetermined time together, and the materials studied so help them to improve its capacity for life everyday. It can be seen from the predetermined indicator suitability program planning, compliance with the implementation of learning and also the suitability of the learning outcomes. Keywords: Evaluation, Guidance Skills program, Disability body.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judu skripsi ini adalah “Ebaluasi Program Bimbingan Keterampilan bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,Medan.

Dalam Kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini,secara khusus Penulis mengucapkan Terima Kasih dan hormat kepada

1. Bapak Prof.Dr.Baddaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Bapak Agus Suriada S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu,kesabaran dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan selam perkuliahan

5. Seluruh Staff dan Pegawai PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara,Bapak Kepala PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara, Pak Geraldo Apat S.IP, Ibu


(5)

Sinarta sebagai Kepala Tata Usaha dan Ibu Rosdiana Simarmat ,Ibu Yeti, Pak Andri, Ibu Ninik sebagai Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial ,Ibu Lyana,Bang Nobel dan Pak Winner,Ibu Nelly Perangin-angin,Ibu Wartina Sitohang,dan khusus nya untuk Ibu Maidinse Hutasooit S.ST,atas bimbingannya selama berada di PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara. 6. Kedua orang tua saya .Bapak H.Harianja dan Ibu R.Br.Situmorang yang

dengan setia ,sabar menyayangi, menafkai memberikan dan mengorbankan waktu dan materi yang tak terhitung nilainya demi keberhasilan penulis meriah cita-cita. Semoga Harapan , doa dan perjuangan kedua orang tua saya akan terus memotivasi saya menjadi yang terbaik.Serta doa, bantuan dan dukungan saudara2 saya Bang Dedy Harianja, Ito ku Asri Harianja dan anggi ku Advent Jimmy Harianja

7. Dan Kepada seluruh Teman-teman Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU stambuk 2010 terimaksih atas dukungan,motivasi bantuan dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan, Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2014

Primadola Mourytz Harianja Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR... ... iii

DAFTAR ISI... ... v

DAFTAR TABEL... ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

1.4 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi... ... 13

2.1.1 Pengertian Evaluasi ... 13

2.1.2 Fungsi Evaluasi ... 14

2.1.3 Proses Evaluasi ... 15

2.1.4 Jenis Evaluasi ... 18

2.2 Pengertian Program ... 19

2.3 Pengertian Evaluasi Program ... 19

2.4 Penyandang Disabilitas Tubuh ... 22

2.5 Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh ... 24

2.6 Pelayanan Sosial ... 26

2.7 Rehabilitasi Sosial ... 31


(7)

2.7.2 Tujuan Rehabilitasi Sosial ... 33

2.7.3 Sasaran Rehabilitasi Sosial ... 34

2.7.4 Pelayanan Rehabilitasi Sosial ... 35

2.8 Bimbingan Keterampilan Penyandang Disabilitas Tubuh ... 36

2.9 Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Disabilitas Tubuh ... 39

2.10 Kerangka Pemikiran ... 41

2.11 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 43

2.11.1 Defenisi Konsep ... 43

2.11.2 Defenisi Operasional ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 46

3.2 Lokasi Penelitian ... 46

3.3 Populasi dan Sampel ... 47

3.3.1 Populasi... ... 47

3.3.2 Sampel ... ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5 Teknik analisis Data ... 48

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian ... 50

4.2 Sejarah berdirinya PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara ... 50

4.3 Tugas dan Fungsi PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara ... 52

4.4 Struktur organisasi PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara ... 53

4.4.1 Struktur Organisasi ... 53

4.4.2 Keadaan Pegawai ... 54

4.5 Keadaan PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara ... 56


(8)

4.5.2 Keadaan Klien Penyandang Disabilitas Tubuh ... 56

4.6 Kegiatan Pelayanan ... 57

4.7 Alur Pelayanan Sosial Lembaga ... 58

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Identitas Responden ... 62

5.2 Evaluasi Pelaksanaan Program bimbingan keterampilan ... 67

5.2.1 Kesesuaian Perencanaan Pembelajaran ... 67

5.2.2 Kesesuaian Pelaksanaan Pembelajaran ... 73

5.2.3 Kesesuaian Hasil Pembelajaran ... 80

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... ... 91

6.2 Saran ... ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan umur... ... 62

Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Agama... ... 63

Tabel 5.3 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin... ... 64

Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Suku Bangsa... ... 65

Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir... ... 66

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tahu tidaknya tujuan utama bimbingan keterampilan...67

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber utama mengetahui tujuan bimbingan keterampilan... 69

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sesuai tidaknya waktu keterampilan yang diberikan... 70

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sesuai tidaknya instruktur dengan keahliannya... 72

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sesuai tidaknya bimbingan keterampilan dengan minat atau bakat ... 73

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan serius tidaknya mengikuti program bimbingan keterampilan... 74

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami saat mengikuti program keterampilan... 76

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Program keterampilan yang diikuti... 77

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan mendukung tidaknya bimbingan keterampilan bagi kehidupan diri sendiri... 78

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan mengikuti perkembangan zaman... 79


(10)

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan

Kehidupan setelah memperoleh bimbingan keterampilan... 80

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan membantu tidaknya program bimbingan keterampilan terhadap kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan... 81 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan membantu tidaknya program

bimbingan keterampilan dapat menolong teman yang ada di panti... 82 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan meningkat tidaknya kepercayaan diri

setelah mendapat bimbingan keterampilan ... 83 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan meningkat tidaknya kreativitas

setelah mendapatkan program bimbingan keterampilan... 84 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan apa yang dilakukan setelah

tamat menerima program bimbingan keterampilan secara

keseluruhan... 86 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan membantu tidaknya program

bimbingan keterampilan dalam menambah pemasukan materi... 87 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan membantu tidaknya program

bimbingan keterampilan dalam mendapatkan pekerjaan... 88 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan keterampilan yang diberikan

menjadikan sebagai pekerjaan pokok atau utama ... 89 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan waktu yang ditentukan klien


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Primadola Mourytz Harianja

NIM : 100902027

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh Di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara

Unit Pelaksana Teknis (UPT).KEMENTERIAN SOSIAL RI

Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini adalah masalah penyandang disabilitas tubuh. Penyandang disabilitas tubuh juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, diantaranya adalah berhak memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan yang ada pada mereka. Penyandang disabilitas diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan mental dan sosialnya sehingga diharapkan yang bersangkutan mampu bekerja sesuai dengan tingkat kemampuan, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta sesuai dengan minat dan pengalamannya, sehingga mencapai kemandirian ditengah kehidupan masyarakat. Salah satu usaha pemberdayaan bagi penyandang disabilitas yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat khususnya bagi penyandang disabilitas tubuh yaitu pemberian bimbingan program keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh yang dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementrian Sosial di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia”.

Penelitian ini tergolong kedalam tipe penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh. Adapun jumlah populasi adalah 70 orang dan sampel adalah 26 orang, dalam penentuan sampel peneliti menggunakan purposive sampling yaitu mempunyai tujuan. Sampel yang diambil jadi sumber penelitian adalah remaja, dimana usia remaja ini mempunyai kemampuan yang belum matang dengan baik, usia remaja ini mempunyai tingkat pemahaman yang baik dan juga ingin mengetahui keseriusan mereka dalam menjalankan program keterampilan yang diberikan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh berjalan dengan baik dan para responden menerima program dengan baik dan juga proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan bersama, dan materi yang dipelajari sangat membantu mereka untuk meningkatkan kemapuannya untuk kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari indikator yang telah ditentukan yaitu kesesuaian perencanaan program, kesesuaian dengan pelaksanaan pembelajaran dan juga kesesuaian hasil pembelajaran.

Kata Kunci : Evaluasi, program Bimbingan Keterampilan, Penyandang Disabilitas Tubuh.


(12)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Primadola Mourytz Harianja

NIM : 100902027

ABSTRACT

Skills Evaluation Program Implementation Guidance For Body Disability Development In Social Institution Daksha "BAHAGIA" North Sumatra

Technical Implementation Unit. MINISTRY OF SOCIAL RI

Minutes of the social problems faced by Indonesia at this time is the issue of persons with disabilities of the body. Persons with disability also have the same rights and obligations in all aspects of life and living, including the right to obtain employment in accordance with the type and degree of disability that exist on them. Persons with disabilities are expected to develop and enhance mental and social abilities so it is expected that the relevant able to work according to ability level, education and skills possessed and in accordance with the interests and experiences, so as to achieve self-sufficiency amid people's lives. One of the empowerment of persons with disabilities conducted by the central government body, especially for persons with disabilities is the provision of guidance skills programs for persons with disability held in the Technical Implementation Unit (UPT) in the Ministry of Social Development Social Institution Daksha "BAHAGIA".

This research is classified into the type of descriptive research that aims to describe the implementation of the guidance program evaluation skills for persons with disability. The total population is 70 people and the sample is 26 people, the researchers used purposive sampling sampling that has a purpose. Samples were taken so the source of the study was a teenager, where the age of these girls have the ability immature well, the age of these girls have a good level of understanding and also want to know the seriousness of their skills in running a given program. Data analysis techniques in this study using quantitative techniques.

Based on the research that has been done on the evaluation of the implementation of the guidance program for persons with disabilities skills body good and the respondent received the program well and also the learning process according to a predetermined time together, and the materials studied so help them to improve its capacity for life everyday. It can be seen from the predetermined indicator suitability program planning, compliance with the implementation of learning and also the suitability of the learning outcomes. Keywords: Evaluation, Guidance Skills program, Disability body.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyandang cacat tubuh atau disabilitas tubuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah “Disabilitas” mungkin kurang akrab disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan “Penyandang Cacat”, istilah ini banyak yang mengetahui atau sering digunakan di tengah masyarakat. Istilah Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia berasal dari serapan kata bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan.Namun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Disabilitas” belum tercantum. Disabilitas adalah istilah baru pengganti Penyandang Cacat. Penyandang Disabilitas dapat diartikan individu yang mempunyai keterbatasan fisik atau mental atau intelektual.

Dalam UU RI No. 4 tahun 1997 disebutkan tentang “Penyandang Cacat”. Penyandang cacat seakan subyek hukum yang dipandang kurang diberdayakan. Istilah “Cacat” berkonotasi sesuatu yang negatif. Kata “penyandang” memberikan predikat kepada seseorang dengan tanda atau label negatif yaitu cacat pada keseluruhan pribadinya. Namun kenyataan bisa saja seseorang penyandang disabilitas hanya mempunyai kekurangan fisik tertentu, bukan disabilitas secara keseluruhan. Untuk itu istilah “cacat” dirubah menjadi “disabilitas” yang lebih berarti ketidakmampuan secara penuh.

Permasalahan yang dihadapi penyandang disabilitas juga merupakan permasalahan masyarakat Indonesia pada umumnya. Mereka mempunyai hak


(14)

peran dan kewajiban yang sama dengan yang anggota masyarakat lainnya, namun mereka mempunyai hambatan-hambatan yang disebabkan keadaan yang ada pada dirinya untuk mendapatkan kesempatan yang luas dalam mengembangkan kemampuannya. Bila para penyandang disabilitas ini tidak serius kita perhatikan, hal ini dapat menjadi suatu masalah sosial yang dapat menghambat pembangunan, karena berarti akan menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah dalam hal pemeliharaannya, sedangkan dimata luar, hal itu dapat menjadi nilai minus bagi bangsa Indonesia, padahal para penyandang disabilitas tubuh tersebut dapat menjadi sangat berguna bila ditangani dengan baik.

Menurut data PUSDATIN dari Kementerian Sosial, pada 2010, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah: 11,580,117 orang dengan di antaranya 3,474,035 (penyandang disabiltas penglihatan), 3,010,830 (penyandang disabilitas fisik/tubuh), 2,547,626 (penyandang disabilitas pendengaran), 1,389,614 (penyandang disabiltas mental) and 1,158,012 (penyandang disabilitas kronis). Sementara menurut data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada 2010 jumlah penyandang disabilitas adalah: 7,126,409 orang. Kurang akuratnya data mengenai jumlah penyandang disabilitas telah menghambat serangkaian aksi dan tindakan yang seharusnya dapat dilakukan. Bahkan tidak terdapat data yang akurat dan mendalam mengenai penyandang disabilitas di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik, SAKERNAS 2011, jumlah keseluruhan penduduk Indonesia adalah: 237,641,326 orang dengan jumlah penduduk usia kerja adalah: 171,755,077 orang. Sejalan dengan penghitungan WHO, diperkirakan 10 persen dari penduduk Indonesia 24 juta, adalah penyandang disabilitas.


(15)

(http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf)

Untuk menangani penyandang disabilitas, dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang manusiawi agar mereka dapat lebih mudah mengadakan penyesuaian diri dalam kehidupan, karena penyandang disabilitas pada umumnya sangat perasa, yang kadang berlebihan seperti rendah diri dan kemudian menjadi terisolir dari kehidupan masyarakat.

Keadaan disabilitas yang dimiliki oleh seseorang hanyalah sekedar kelainan belaka. Sebenarnya mereka juga mempunyai kemampuan untuk mencari nafkah sebagai sumber penghidupan bagi dirinya pribadi maupun keluarga. Hanya saja yang mereka perlukan untuk itu adalah adanya suatu pembinaan dan pelayanan yang intensif, dalam arti lebih tinggi intesitasnya dari orang yang normal, sehingga mereka punya suatu bekal untuk dapat hidup secara mandiri, tanpa perlu bergantung kepada orang lain. Disamping itu juga supaya dapat berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat sekelilingnya. Mereka juga sangat membutuhkan santunan yang bersifat rehabilitatif, santunan itu terdiri dari latihan-latihan, bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan, serta pertolongan medik. Dengan adanya, latihan-latihan bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan tersebut diharapkan para penyandang disabilitas dapat memiliki kepribadian sebagai manusia yang utuh, produktif serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.

Menurut Maslow, pada dasarnya manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang membentuk tingkatan-tingkatan atau hirarki yang disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah


(16)

hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Kebutuhan tersebut adalah: a) Kebutuhan fisiologis yaitu sandang, pangan, dan kebutuhan biologis; b) Kebutuhan keamanan dan keselamatan yaitu bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, dan bebas dari teror; c) Kebutuhan sosial yaitu memiliki teman, memiliki keluarga, dan kebutuhan cinta dari lawan jenis; d) Kebutuhan penghargaan, berupa pujian, piagam, tanda jasa, dan hadiah; dan e) Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya (Maslow 1988:39).

Namun salah satu kebutuhan manusia yang paling penting didalam hidupnya adalah kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan akan harga itu dibagi dalam dua bagian. Pertama adalah penghormatan atau penghargaan pada diri sendiri yang mencakup pada rasa percaya diri, kemandirian dan kekuatan pribadi. Yang berarti seseorang ingin meyakinkan bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Kedua adalah penghargaan dari orang lain,yang meliputi prestasi dan pengakuan dari orang lain (Nurdin 1990:20). Apabila kebutuhan akan harga diri pada individu itu terpuaskan maka akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat dan mampu serta perasaan berguna. Sebaliknya pemuasan kebutuhan akan harga diri itu terhambat maka akan menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu, dan perasaan tak berguna, yang menyebabkan seseorang mengalami kehampaan, keraguan, dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan hidupnya, serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. Hal ini berlaku pada setiap manusia ciptaan Tuhan, tak terkecuali pada penyandang disabilitas tubuh.


(17)

Sesuai dengan amanat Undang-undang No.4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat khususnya penyandang disabilitas tubuh, bahwa salah satu upaya pemerintah dan atau masyarakat adalah menyelenggarakan rehabilitasi yang diarahkan untuk memfungsikan kembali serta mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial, orang dengan kecacatan dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1998 tentang upaya peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang disabilitas mengamanatkan bahwa pemerintah maupun masyarakat berkewajiban melakukan upaya kesejahteraan sosial dengan menyelenggarakan Rehabilitasi Sosial orang dengan disabilitas tubuh dapat memiliki keterampilan kerja sesuai bakat dan kemampuannya.

Penyandang disabilitas sebagai individu pada hakekatnya masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Untuk mengembangkan potensi tersebut perlu adanya program khusus, yaitu Program usaha kesejahteraan sosial bagi orang dengan kecacatan. Oleh karena itu penanganan terhadap orang dengan disabilitas tubuh perlu ditingkatkan dan dikembangakan serta disempurnakan baik kuantitas maupun kualitasnya menuju kearah tercapainya tujuan rehabilitasi secara tuntas yang tercermin pada terwujudnya peningkatan kesejahteraan sosial dan kemandirian bagi golongan disabilitas tubuh. Orang dengan disabilitas tubuh diusahakan agar dapat berusaha secara aktif dan positif mengembangkan kemampuan dirinya dalam hidup bermasyarakat.

Pendekatan berbasis hak dengan menggunakan metode dan teknik pekerjaan sosial dilaksanakan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial penyandang disabilitas yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai


(18)

warga negara. Pendekatan ini berhubungan langsung dengan harkat dan martabat manusia yang tidak bisa dinegosiasikan dan menempatkan negara (pemerintah, pemerintah daerah, serta masyarakat) sebagai pemangku kepentingan yang menyelenggarakan upaya kesejahteraan sosial dalam upaya-upaya perlindungan dan pemenuhan hak orang dengan kecacatan.

Pembangunan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas saat ini diarahkan pada upaya rehabilitasi sosial, dimana secara teknis dilaksanakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial orang dengan kecacatan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam menangani masalah disabilitas ini Kementeriaan Sosial telah melaksanakan usaha Rehabilitasi Sosial melalui sistem panti. Panti Rehabilitasi Sosial orang dengan disabilitas tubuh sebagai unit pelaksana teknis, mempunyai kedudukan sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan operasional dibidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, untuk mempersiapkan mereka agar memiliki berbagai keterampilan dan kesiapan mental, fisik, sosial yang dibutuhkan bagi kepentingan hidupnya secara wajar sebagai warga negara dan anggota masyarakat umumnya. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya Panti Sosial penyandang disabilitas tubuh perlu dilengkapi dengan berbagai perangkat, baik yang berupa sarana dan prasarana fisik, alat-alat keterampilan kerja, tenaga pelaksana maupun pedoman rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan tubuh dalam panti.

Agar Panti sosial penyadang disabilitas tubuh dapat mempersiapkan para klien secara optimal, maka disamping tersedianya berbagai fasilitas yang memadai, juga tidak kalah pentingnya adalah pelaksanaan program rehabilitasi sosial yaitu melalui bimbingan keterampilan kepada klien dengan penyadang


(19)

disabilitas itu sendiri dengan mengikuti pola yang telah ditentukan. Hal ini sangat penting artinya, mengingat program rehabilitasi sosial merupakan proses dari suatu sistem yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dari tahap pendekatan awal sampai dengan terminasi.

Lahirnya suatu lembaga seperti PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara bagi penyandang disabilitas tubuh dimaksudkan untuk membantu para orang tua dan masyarakat dalam membina dan melayani penyandang disabilitas tubuh sehingga mereka dapat mengembangkan potensi dan bakat dengan pengetahuan dan keahlian yang dimilikinya. Usaha mewujudkan kesejahteraan penyandang disabilitas tubuh merupakan bagian integral dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Para penyadang disabilitas tubuh merupakan bagian dari tunas bangsa yang memerlukan perhatian khusus dalam pembinaan tingkah lakunya dan pemikiran intelektualnya.

Salah satu usaha dalam meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas tubuh adalah dengan pendidikan bimbingan keterampilan. Akan tetapi sering terbentur oleh karena diri pribadi seorang penyandang disabilitas tubuh itu sendiri. Pesatnya pertumbuhan manusia tidak sebanding dengan pertumbuhan hidupnya untuk meningkatkan kecerdasan akal pikiran yang dimilikinya. Oleh karenanya dalam mencapai taraf hidup yang sejahtera, pendidikan dan keterampilan memiliki peranan yang penting. Pendidikan merupakan faktor utama dan sekaligus dapat dijadikan alat ukur dalam melihat maju mundurnya peradaban manusia. Pendidikan merupakan kunci utama pemberantasan kebodohan, tanpa menempuh proses pendidikan yang wajar agar hal tersebut dapat terwujud, disini perlu diberikan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas sehingga mereka


(20)

mempunyai kepercayaan diri dan mempunyai keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia.

Program rehabilitasi bagi Penyandang disabilitas tubuh melalui bimbingan keterampilan mengarah pada membantu pribadi penyandang disabilitas tubuh serta meningkatkan kualitas hidup mereka melalui bantuan-bantuan teknis dan usaha-usaha untuk memperbaiki lingkungan hidupnya, membuka kesempatan bagi mereka, menjamin dan menghormati hak manusia dan hak-hak mereka untuk duduk dalam lembaga perwakilan. Disamping itu berusaha keras untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik dari masyarakat untuk memfasilitasi pemenuhan kebutuhan dan solidaritas serta tanggung jawab kepada anggotanya yang menyandang kecacatan, dengan menciptakan suatu masyarakat untuk semua, yang didukung seluruh anggota masyarakat.

Mengetahui seberapa jauh jangkauan suatu program rehabilitasi melalui bimbingan keterampilan ini, merupakan hal yang penting untuk menindak lanjut berbagai kegiatannya. Kesemua kegiatan itu disebut sebagai kegiatan evaluasi atau monitoring. Dalam beberapa laporan telah tercatat bahwa evaluasi itu seringkali dilihat sebagai sesuatu yang tidak perlu menyita waktu serta mahal. Bahkan dianggap sebagai sesuatu yang mengancam, sehingga banyak pihak cenderung menentang evaluasi. Ada ketakutan terhadap adanya temuan-temuan negatif yang menimbulkan terjadinya kesulitan serta kemunduran didalam suatu program. Namun evaluasi harus dilihat sebagai suatu bantuan berharga, sehingga menimbulkan tindakan-tindakan yang positif serta mempunyai dampak konstruktif.


(21)

Adapun alasan peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan ini adalah bahwa setiap warga negara termasuk para penyandang disabilitas tubuh mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya. Usaha-usaha pembinaan dan pelayanan kesejahteraan terhadap penyandang disabilitas tubuh merupakan tanggung jawab bersama, orangtua, masyarakat serta pemerintah. Salah satu usaha dalam mewujudkan kesejahteraan penyandang disabilitas tubuh tersebut adalah melalui program bimbingan keterampilan, dan PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang mendampingi para penyandang disabilitas tubuh tersebut. Dan juga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di PSBD (Panti Sosial Bina Daksa) “BAHAGIA” karena Panti ini merupakan salah satu UPT dibawah naungan Kementeriaan Sosial RI, yang khusus melayani penyandang disabilitas tubuh di Provinsi Sumatera Utara dan memiliki wilayah kerjanya meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Riau, dan Sumatera Barat. Sehingga peneiliti ingin melihat bagaimana proses berjalannya Program Bimbingan Keterampilan saat ini bagi penyadang disabilitas tubuh yang saat ini masih berjalan. Perhatian khusus terhadap penyandang disabilitas tubuh merupakan suatu tindakan atau langkah untuk mewujudkan partisipasi secara penuh bagi para penyandang disabilitas tubuh dalam pembangunan nasional.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui bagaimana pelaksanaan program bimbingan keterampilan yang diberikan oleh PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara UPT. Kementeriaan Sosial RI terhadap penyandang disabilitas tubuh dengan melihat proses kegiatan bimbingan keterampilan yang sedang berjalan saat ini, seperti


(22)

reaksi para klien penyandang disabilitas tubuh terhadap program bimbingan keterampilan, sudah seberapa jauh penguasaan konsep selama program bimbingan keterampilan itu mulai berlangsung dan dampaknya untuk saat ini bagi klien. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada ruang lingkup proses sedang berjalannya program bimbingan keterampilan yang diberikan kepada klien penyandang disabilitas tubuh. Penulis mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Evaluasi Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara UPT. Kementeriaan Sosial RI.”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh di PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara UPT. Kementerian Sosial RI ?’’

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh di PSBD “Bahagia” Sumatera Utara UPT.Kementerian Sosial RI.


(23)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah

1. Bagi Penulis sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan oleh PSBD “Bahagia” Sumatera Utara.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi karya ilmiah dan sebagai bahan kajian yang menyangkut Evaluasi Lembaga dalam menangani penyandang disabilitas tubuh.

3. Memberikan kontribusi pemikiran dan masukan kepada pemerintah,lembaga-lembaga masyarakat maupun instansi terkait dalam upaya meningkatkan kualitas penanganan penyandang disabilitas tubuh.


(24)

1.4Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan manfaat Penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran,defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan Tipe Penelitian, lokasi Penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi mempunyai arti penilaian, Penilaian berarti nilai atau penentuan manfaat dari pada suatu kegiatan. Layaknya sebuah penilaian yang dipahami secara umum, penilaian itu diberikan dari orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik dari jabatan strukturalnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Dalam praktek dunia kerja, evaluasi ini kerap dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari sebuah keputusan yang ditetapkan dan dijalankan.

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara objektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari suatu aktifitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktifitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktifitas yang sama di masa depan (Yusuf dalam Siagian dan Agus, 2010: 116).

Evaluasi adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi sangat penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan melakukan evaluasi itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan


(26)

Dari rumusan pengertian evaluasi yang dikemukan diatas maka dapat diartikan bahwa evaluasi adalah sebagai suatu proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. Dimana hasil dari penilaian yang dilakukan akan menjadi suatu umpan balik untuk perencanaan baru yang akan dilakukan.

2.1.2 Fungsi Evaluasi

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain:

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evalusi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan daan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya Kinerja Kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada defenisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain (Dunn 1999:609).


(27)

Dari fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli diatas, kita dapat kesimpulan tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.

Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, yaitu diantaranya :

1. Measurement, pengukuran diartikan sebagai proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai teknik dan alat ukur yang relevan. 2. Tes, secara harafiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan

atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi, prestasi sebagai hasil pembelajaran.

3. Assesment, suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan (Dunn dalam Suharto,2008:8).

2.1.3 Proses Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi terdiri dari dua tahap yakni: 1. Pra Kegiatan

Pertama-tama evaluasi dilakukan baik oleh individu maupun team, penting untuk mengetahui atau menyelidiki perubahan-perubahan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan arah prioritas sebelum saat itu dan dimasa mendatang untuk


(28)

mengetahui atau menyelidiki perubahan-perubahan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan dan arah prioritas sebelum saat itu dan dimasa mendatang umtuk mengetahui apakah program yang sedang dievaluasi, tersebut masih relevan dan diperlukan.

2. Kegiatan Evaluasi

Dalam melakukan proses evaluasi selama evaluasi ada beberapa etik birokrasi yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya dengan tugas-tugas evaluasi diantaranya adalah:

a. Semua tugas dan tanggung jawab pemberi tugas dan pemberi tugas harus jelas.

b. Pengertian dan konotasi yang tersirat dalam evaluasi yaitu mencari kesalahan harus dihindari.

c. Kegiatan evaluasi dimaksudkan disini adalah membandingkan rencana dengan pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran kwantitatif/kwalitatif totalitas program secara teknis.

d. Team yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran/nasehat tersebut serta pembuat keputusan atas dasar nasehat/saran-saran terscebut berada ditangan manajemen program.

e. Dalam proses pengambilan keputusan yang telah didasarkan atas data-data penemuan teknis perlu dikonsultasikan sebaik mungkin karena menyangkut kelanjutan program.

f. Hendaknya hubungan dan proses selalu disadari oleh suasana konstruktif dan obyektif serta menghindari analisa-analisa subyektif (Firman 1990:159).


(29)

Menurut P.P No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu;

1) Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan

sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya;

2) Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan

pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, dan

3) Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang

dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.


(30)

2.1.4 Jenis Evaluasi

Menurut Kelman (1987) terdapat 4 jenis evaluasi sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, yang dapat dicapai, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Evaluasi Kecocokan menguji dan mengevaluasi hasil kebijakan yang sedang dilakukan apakah layak untuk diteruskan,dan bagaimana prospek kebijakan alternatif yang dibutuhkan untuk mengganti kebijakan ini? Elemen yang penting pada jenis evaluasi ini adalah mengkaji aktor pelaksana kebijakan antara pemerintah dan sektor privat.

2. Evaluasi efektifitas menguji dan menilai apakah tindakan kebijakan (program) yang dilakukan menghasilkan dampak yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, dan apakah yang diraih dapat terwujud, apakah biaya dan manfaatnya sebanding.

3. Evaluasi efisiensi, dengan menggunakan kriteria ekonomis dengan melakukan perbandingan antara input yang dipergunakan dengan output yang dihasilkan, apakah sumberdaya yang digunakan berjalan secara efisien dan mampu mencapai hasil yang optimal.

4. Meta Evaluasi, menguji dan menilai proses evaluasi itu sendiri, dengan menguji apakah evaluasi yang dilakukan oleh lembaga yang berkompeten dan bekerja secara professional dan obyektif, apakah evaluasi dilakukan bersifat terhadap nilai sosial yang dianut oleh masyarakat pada kelompok sasaran, dan apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan pada agenda kebijakan yang akan datang (Tangkilisan,2003:27).


(31)

2.2 Program

Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, maka progam adalah unsur pertama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek, seperti :

1. Adanya tujuan yang mau dicapai.

2. Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut.

3. Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati.

4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan.

5. Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas. (Wahab dalam Siagian dan Agus, 2010:117).

2.3 Evaluasi Program

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Suharsimi Arikunto, 1993: 297).


(32)

Menurut Tyler dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5), “Evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan”. Selanjutnya menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5), “Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan”. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa “Evaluasi program merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan”.

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi program dilakukan dengan tujuan untuk :

a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain. b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program

perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksanaan berfikir dan menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian. Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pemberian yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu :


(33)

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan (Siagian dan Agus,2010:118).

Oleh Stufflebeam dalam Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2009:5), diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?

2. Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan jika dilanjutkan?

3. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?


(34)

2.4 Penyandang Disabilitas Tubuh

Penyandang disablitas tubuh adalah seseorang yang mempunyai kelainan tubuh pada alat gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian, baik dalam struktur maupun fungsinya yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. (Pedoman rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan tubuh dalam panti, kementerian sosial Republik Indonesia, direktorat jenderal rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan 2013:5)

Kelainan fisik dimaksud pada hakekatnya bukan berarti membuat penyandang disabilitas tubuh kehilangan hak dan peluang untuk hidup sejajar dengan orang lain, karena mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan secara maksimal. Untuk dapat hidup sejajar dengan orang lain, penyandang disabilitas tubuh perlu mendapatkan program rehabilitasi yang merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang disabilitas untuk mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, kurikulum bimbingan keterampilan ini diharapkan dapat mendekatkan pada usaha pencapaian UU No. 4 tahun 1997 yang menyebutkan bahwa setiap penyandang disabilitas mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 7) dan setiap penyandang disabilitas mempunyai kesamaan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan derajat kedisabilitasan dan kemampuannya. (Kurikulum rehabilitasi penyandang disabilitas tubuh, PSBD “Bahagia” Sumatera Utara,2013:5).


(35)

Menurut Herman Sukarman, penyebab timbulnya ketunaan atau kecacatan tubuh dikarenakan hal-hal sebagai berikut :

1. Penyakit, misalnya polio, rematik, catitis, dan lepra. Sebab, dengan kemajuan ilmu kedokteran orang yang menderita penyakit tertentu dapat diselamatkan jiwanya, tetapi meninggalkan bekas dalam bentuk kecacatan. Sedangkan penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan misalnya polio, TBC tulang, TBC sendi.

2. Kecelakaan dalam pekerjaan atau perusahaan. Apabila bekrja di suatu pabrik atau perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta tentu berhadapan dengan mesinmesin, dalam menjalankan mesin-mesin ada hal si pekerja tersebut mengalami suatu kelengahan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja akibat dari mesin-mesin tersebut dapat berupa anggota tubuhnya tergilas oleh mesin yang menyebabkan anggota tubuhnya putus dan harus diamputasi.

3. Peperangan, juga merupakan bencana yang tidak menimbulkan keuntungan bagi semua pihak, bagi mereka yang menang juga mengalami pengorbanan yang besar dan yang kalah pun mengalami pengorbanan yang lebih banyak. Pengorbanan itu meliputi harta benda, nyawa dan ada pula pejuang yang masih hidup namun menjalani kecacatan akibat dari peperangan, banyak para pejuang bahkan rakyat kecil pun yang mengalami kecacatan. Cacat karena perang ini dapat berupa kaki atau lengannya dipotong (amputasi), lumpuh dan ketidakberfungsian sebagian tubuh.


(36)

4. Cacat sejak lahir. Majunya ilmu pengetahuan dan majunya teknologi modern atau kebudayaan yang menganut faham kebebasan yang masuk sedikit banyak akan mempengaruhi bahkan mengubah kebudayaan dan tingkah laku pergaulan masyarakat kita. Ekses dari masuknya pengetahuan dan teknologi modern tersebut tidak menimbulkan kecacatan tubuh, misalnya karena obat-obatan yang mengakibatkan anak keturunannya lahir cacat. (Sudjadi, 2005 : 72-74)

2.5 Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh

Panti sosial adalah lembaga/unit pelayanan yang melaksanakan rehabilitasi sosial bagi satu jenis sasaran untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.(PP No.39 Tahun 2012 pasal 38). Panti Sosial merupakan tempat merawat serta mendidik para penyandang disabilitas dalam pendidikannya, sehingga mereka itu diharapkan dapat menolong dirinya sendiri serta berfungsi dalam masyarakat. Sebagai Panti Sosial menurut M. Fadhil Nurdin(1990), Panti Sosial merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk pelayanan sosial yang bervariasi. Penanganan Kesejahteraan Penyandang disabilitas tubuh ini adalah pelayanan yang dilakukan dalam panti sosial dimana panti berfungsi sebagai lembaga substitusi keluarga yaitu keluarga pengganti untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan para klien penyandang disabilitas tubuh.

Usaha-usaha kesejahteraan yang diberikan pada panti sosial berupa peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok, peningkatan pendidikan dan


(37)

keterampilan anak binaan, pemenuhan kebutuhan rohani, sosial dan kesehatan, sehingga para klien penyandang disabilitas tubuh tersebut diharapkan dapat mengembangakan pribadi, potensi, kemampuan dan minatnya secara optimal, sehingga panti asuhan sebagai lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab memberikan pelayanan pengganti fungsi keluarga harus benar-benar memperhatikan fisik, mental dan sosial mereka, agar keberfungsian sosial mereka bangkit.

Tugas dan Fungsi Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh adalah, memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas tubuh, yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan,resosialisasi serta pembinaan lanjut,agar Penyandang disabilitas tubuh mampu melaksanakan fungsi sosialnya,serta mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya.Panti Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Pelayanan rehabilitasi sosial

Panti diharapkan dapat memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat.

b. Pusat informasi/Rujukan.

Panti merupakan lembaga yang dapat memberikan informasi tentang Penyandang Disabilitas pada umumnya dan pelaksanaan program pelayanan dan rehabiltasi sosial pada khususnya. Disamping itu,balai/panti sosial melakukan kegiatan rujukan kelembaga lain yang terkait dan kepada masyarakat.


(38)

Panti sosial pada dasarnya adalah laboratorium dalam kaitannya dengan program pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat,oleh sebab itu maka panti sosial diharapkan mampu mengembangkan perangkat keras dan lunak untuk meningkatkan kualitas hasil pelayanan

d. Tempat Latihan Tenaga Sosial

Panti sosial penyandang disabilitas tubuh dapat digunakan sebagai tempat untuk latihan tenaga sosial bagi masyarakat yang memerlukan,baik perorangan, organisasi maupun instansi dalam rangka mempersiapkan tenaga pekerja sosial sepanjang tidak mengganggu aktifitas panti.(Pedoman rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan penyandang disabilitas tubuh dalam panti,Kementerian Sosial RI Direktoran Jenderal Rehabilitasi Sosial RI, 2013: 5-6)

2.6 Pelayanan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Menurut Walter Friedlander,Kesejahteraan Sosial adalah sistem yang terorganisi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selarah dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya (Friedlander, dalam Muhidin, 1992:1).


(39)

Sementara Elizabeth Wickenden dalam Muhidin mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial termasuk didalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat (Wickenden, dalam Muhidin,1992:1).

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dari rumusan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 2 ayat 1 : “Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjungjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila” (Muhidin,1992:5).

Dari berbagai pengertian diatas dapat terlihat luas lingkup pengertian kesejahteraan sosial yang sebenarnya sangat meluas dan melingkupi berbagai aspek kehidupan. Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha kesejahteraan sosial, dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu didalamnya. Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

a. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

b. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang


(40)

tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1992:41).

Di Negara Amerika Serikat, pelayanan sosial diartikan sebagai suatu aktifitas yang terorganisir yang bertujuan untuk menolong orang-orang agar terdapat suatu penyesuaian timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Tujuan ini dapat dicapai melalui teknik dan metode yang diciptakan untuk memungkinkan individu, kelompok dan masyarakat dan melalui tindakan-tindakan kooperatif untuk meningkatkan kondisi-kondisi sosial dan ekonomi. Sedangkan di Inggris, pelayanan sosial mencakup suatu peralatan luas untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dimana mereka hidup dalam keseluruhan yang mempunyai tanggung jawab untuk menolong masyarakat yang lemah dan kurang beruntung dan memberikan perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perseorangan.

Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu Negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan sosial cenderung menjadi pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan khusus.

Pelayanan sosial dapat dikategorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan sosial sebagai berikut:


(41)

2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi (Muhidin, 1992:42).

Richard M. Titmuus dalam Muhidin (1992:43) mengemukakan fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat sebagai berikut :

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan dating.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat.

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial misalnya, kompensasi kecelakaan industri dan sebagainya.

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.

Alfred J. Khan dalam Muhidin (1992:43) menyatakan fungsi pelayanan sosial adalah:

1. Pelayanan sosial untuk pengembangan.

2. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi. 3. Pelayanan akses


(42)

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun didalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya. Kebutuhan akan program pelayanan akses disebabkan oleh karena :

a. Adanya birokrasi modern

b. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahamam masyarakat terhadap hal-hal dan kewajiban/tanggung jawabnya.

c. Diskriminasi

d. Jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial (Muhidin, 1992:44).

Dengan adanya berbagai kesenjangan, maka pelayanan sosial disini mempunyai fungsi sebagai “akses” untuk menciptakan hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program pelayanan tersebut dapat berfungsi dan dimamfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan sosial bukanlah semata-mata memberikan informasi, tetapi juga termasuk menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang diperlukan dengan melaksanakan program-program referral.

Fungsi tambahan dari pelayanan sosial adalah menciptakan partisipasi anggota masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa terapi individual dan sosial (untuk memberikan kepercayaan pada diri


(43)

individu dan masyarakat) dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian politis, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan.

Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisipasi terkadang merupakan alat, terkadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalu konflik, karenanya harus dipilih salah satu. Karena itu harus dipilih partisipasi sebagai tanggung jawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggung jawab program. Pada umumnya suatu program sulit untuk meningkatkan kedua-duanya sekaligus.

2.7 Rehabilitasi Sosial

2.7.1 Pengertian Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat (PP No.39 Tahun 2012 pasal 1 ayat 3). Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar (PP No.39 Tahun 2012 pasal 4 ayat 1). Rehabilitasi sosial dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial (PP No.39 Tahun 2012 pasal 5 ayat 1)

Rehabilitasi sosial dapat dilakukan dalam lembaga seperti panti maupun diluar lembaga (luar panti/berbasis masyarakat). Sasaran rehabilitasi sosial adalah mereka yang mengalami hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik seperti para penyandang disabilitas, anak nakal, korban penyalahgunaan


(44)

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya), WTS, dan penderita HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

Proses rehabilitasi sosial terutama dalam panti harus melalui pendaftaran (registrasi), kontrak layanan (intake), pengungkapan dan pemahaman masalah (assesment), menyusun rencana pemecahan masalah (planning), pemecahan masalah (intervention), evaluasi, terminasi dan pembinaan lanjut. Rehabilitasi sosial didalam panti tersebut menggunakan pendekatan praktik pekerjaan sosial. (Pedoman penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial, pusat penyuluhan sosial sekretariat jenderal, 2010:5)

Merujuk pada Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang disabilitas (pasal 1), Rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang disabilitas mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang upaya peningkatan Kesejahteraan Penyandang Diabilitas, Rehabilitasi diarahkan untuk mengembalikan keberfungsiaan secara fisik mental dan sosial, serta memberikan dan meningkatkan keterampilan (pasal 4 ayat 2). Rehabilitasi bagi penyandang disabilitas meliputi motivasi, rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan, resosialisai dan bimbingan lanjut (pasal 7 ayat 1).

Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah tersebut (pasal 50), dikemukakan bahwa Rehabilitasi Sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang disabilitas, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat.


(45)

Dari batasan sebagaimana telah dikutip diatas, nampak bahwa dalam pengertian rehabilitasi sosial termuat pokok-pokok pikiran yang mendasar sebagai berikut:

a. Rehabilitasi sosial merupakan proses kegiatan pelayanan yang terkoordinir.

b. Bertujuan memulihkan dan mengembangkan kemauan dan kemampuan penyandang disabilitas, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal.

c. Mencakup upaya-upaya medis, sosial, edukasional dan vokasional.

d. Dalam penerapannya disesuaikan dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan pengalaman penyandang disabulitas serta situasi dan kondisi keluarga, kelompok dan masyarakat. (Panduan umum pelaksanaan bimbingan sosial penyandang cacat dalam panti, Departemen Sosial RI. Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat 2007:8)

2.7.2 Tujuan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh

Tujuan Rehabilitasi sosial untuk Penyandang Disabilitas Tubuh didalam balai panti dan panti adalah pulihnya kepercayaan dan harga diri penyandang disabilitas tubuh, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara lancar dalam kehidupan bermasyarakat untuk menuju kemandirian. Tujuan Rehabilitasi sosial yang ingin dicapai Direktorat Rehabilitasi Sosial orang dengan kecacatan tahun 2010-2014 adalah :


(46)

1. Menyeleraskan peraturan perundang-undangan dan kebijakan terhadap rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan.

2. Meningkatkan kesadaran, kepedulian, komitmen, dan partisipasi masyarakat terhadap rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan.

3. Meningkatkan kompetensi, keterpaduan, dan kualitas pelayanan terhadap rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan.

4. Meningkatkan jangkauan dan akses terhadap rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan.

5. Mendorong upaya pemenuhan hak-hak dasar orang dengan kecacatan. (Direktorat Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan, 2010:15)

2.7.3 Sasaran Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh

Penerima manfaat dari rehabilitasi sosial Penyandang Disabilitas Tubuh adalah : 1. Penyandang Disabilitas Tubuh, diutamakan usia 17-35 tahun dan belum

menikah.

2. Dalam kasus tertentu, Penyandang Disabilitas Tubuh usia 15-16 tahun dan atau usia 36-40 tahun, yang sebelumnya dibahas dan diputuskan untuk diterima, melalui pembahasan kasus.

3. Dalam kasus tertentu, Penyandang Disabilitas Tubuh yang sudah menikah, yang diputuskan melalui pembahasan kasus.

4. Masyarakat, yang mencakup :

a. Lingkungan sosial Penyandang Disabilitas Tubuh. b. Organisasi sosial, perusahaan dan lembaga lainnya. c. Potensi dan sumber kesejahteraan sosial.


(47)

d. Sumber daya dan sumber dana masyarakat.

(Pedoman Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan (Penyandang Disabilitas) tubuh dalam panti 2013:7).

2.7.4 Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Tubuh

Sebagai salah satu bentuk dari pelayanan rehabilitasi, rehabilitasi sosial akan melibatkan berbagai disiplin keahlian metode dan teknik serta fasilitas-fasilitas yang spesifik. Dalam Terapannya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (pasal 51). Rehabilitasi sosial dilakukan dengan pemberian pelayanan sosial secara utuh dan terpadu melalui kegiatan pendekatan fisik mental dan sosial yang berupa :

a. Bimbingan mental, meliputi bimbingan mental spiritual keagamaan oleh pembimbing agama, kepercayaan masing-masing, bimbingan etika dan budi pekerti, bimbingan psikososial, outbond dialam terbuka, bimbingan pramuka. b. Bimbingan fisik meliputi kegiatan senam, kegiatan olahraga, pemeriksaan

kesehatan dan fisioterapi.

c. Bimbingan Sosial, adalah kegiatan bimbingan sosial yang dilakukan oleh masing-masing pekerja sosial kepada klien yang ditangani, mengenai tentang masalah, keluhan dan tingkat perkembangan klien.

d. Bimbingan Keterampilan meliputi : Keterampilan otomotif

Keterampilan menjahit Keterampilan elektronika


(48)

Keterampilan service telepon selular.

e. Bimbingan resosialisasi, klien dipersiapkan untuk terjun ketengah masyarakat, keluarga maupun disalurkan kelapangan kerja yang tersedia atan instansi pengirim.

f. Bimbingan Lanjut, tahapan bimbingan lanjutan dilakukan setelah diadakan evaluasi sejak tahap input proses,output dan outcome maka telah mencapai titik akhir dalam proses pelayanan sosial dalam UPT, pada gilirannya harus mengakhiri kegiatan pelayanan sosial, dengan pertimbangan tindak lanjut purna pelayanan sosial.

2.8 Bimbingan Keterampilan Penyandang disabilitas Tubuh

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. Menurut Smith dalam (Prayitno 1999:99), mengemukakan bahwa bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang taratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti pada masyarakat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan adalah suatu kecakapan untuk menyelesaikan tugas. pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepatmelalui belajaran kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. Perilaku terampil ini dibutuhkan


(49)

dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat. Kata keterampilan berawal dari kata terampil yaitu cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. Sedangkan Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan atau kecakapan hidup (life Skill) adalah sebagai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.

Bimbingan keterampilan ataudisebut juga life skill helping (LSH) atau life skill theraphy merupakan suatu model integratif untuk membantu klien agar mampu mengembangkan keterampilan mengembangkan dirinya sendiri (self helping).Keterampilan (skills) diartikan sebagai kemampuan untuk membuat dan mengimplementasikan sequensi pilihan untuk mencapai tujuan. Sementara Life Skills diartikan sebagai sikap dan kemampuan untuk menghadapi berbagai problema kehidupan secara proaktif dan kreatif menemukan solusinya. Jadi bimbingan keterampilan/life skill (kecakapan hidup) adalah bimbingan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada siswa tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Oleh karena itu, bimbingan perlu diupayakan agar bisa relevan dengan nilai-nilai kehidupan sehari-hari, sehingga bimbingan akan lebih bersifat mengarah langsung pada permasalahan yang dihadapi siswa, langsung memberi pelayanan kepada klien penyandang disabilitas tubuh bisa langsung mempraktekannya.


(50)

Tujuan utama bimbingan keterampilan penyandang disabilitas tubuh adalah memberikan bimbingan keterampilan kepada penerima manfaat sesuai bakat minat dan kemampuan dalam upaya meningkatkan keterampilan kerja untuk kemandirian dalam masyarakat.Jenis Keterampilan yang diberikan :

a. Keterampilan diri meliputi Keterampilan Kehidupan Sehari-hari (ADL)

b. Keterampilan Kerja antara lain seperti : Menjahit, Otomotif, elektronik, service ponsel.

Secara umum manfaat bimbingan keterampilan bagi klien penyandang diabilitas tubuh adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga negara. Pelaksanaan layanan bimbingan keterampilan yang berupa program ketrampilan merupakan bentuk praktek pemberian bekal dan penyaluran potensi, bakat dan minat, serta latihan kerja sesuai dengan pilihan karir yang diminati.(Pedoman Rehabilitasi Sosial orang dengan Penyandang disabilitas tubuh dalam panti,2013:19-20)

Program bimbingan ketrampilan merupakan salah satu program latihan mengasah keterampilan dan kemampuan klien yang dilakukan sebagai bekal bagi klien selain sebagai pengenalan diri pribadi, informasi juga sebagai penyiapan diri untuk memilih bidang pekerjaan, dan menyiapkan diri untuk bidang pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan, maka program bimbingan ketrampilan ini dilaksanakan sebagai upaya persiapan diri klien yang ingin terjun ke dunia kerja.


(51)

2.9 Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh Walter A. Friedlander (1961) mendefenisikan Kesejahteraan Sosial adalah sistem yang terorsganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan dan keluarga masyarakatnya. Dengan kata lain, tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan kemampuan individu, baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial mendefenisikan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan menurut defenisi diatas menjelaskan :

1. Konsep Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

2. Tujuan dan sistem tersebut ialah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkunganya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya (Muhidin, 1992:1).


(52)

Berdasarkan defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spritual. Berdasarkan PP No: 36 tahun 1980 tentang usaha kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat dinyatakan bahwa: Rehabilitasi adalah usaha proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk penyandang cacat sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Usaha Kesejahteraan Sosial penyandang cacat juga terdapat pada Keputusan Mensos No : 55/1981 yaitu : Maka sistem usaha kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat dilaksanakan didalam panti dan diluar panti.

Sedangkan Sistem adalah hubungan dan saling ketergantungan diantara berbagai kelompok, dalam mewujudkan satu tujuan/hasil bersama. Sistem Usaha Kesejahteraan Sosial bagi penyandang disabilitas adalah hubungan dan saling ketergantungan antara berbagai perangkat/sektor usaha kesejahteraan sosial bagi penyandang cacat, baik langsung maupun tidak langsung hingga mampu mewujudkan satu kesatuan pelayanan yang menjamin ketuntasan upaya penanganan.


(53)

2.10 Kerangka Pemikiran

Pelayanan dam rehabilitasi sosial penyandang disabilitas tubuh melalui program bimbingan keterampilan adalah suatu bentuk perwujudan dari tanggung jawab dan kewajiban bersama,antara orangtua/keluarga,masyarakat, dan pemerintah.Selain itu dalam prosesnya,pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan juga harus didukung oleh kemudahan/aksesbilitas bagi penyandang cacat untuk membantu anak dalam menjalankan kehidupannya secara mandiri.

Pemberian pelayanan sosial itu sendiri diselenggarakan untuk membantu keluarga/orang tua dan anak dengan kecacatan.Pelayanan sosial, disamping ditujukan untuk memberi bantuan, pelayanan sosial juga dilakukan untuk memberikan upaya rehabilitasi sosial maupun memberikan perlindungan anak. Disisi lain, pelayanan dan rehabilitasi sosial diselenggarakan agar anak terpenuhi kebutuhan perlindungannya. Melalui perlindungan juga diharapkan akan terpeliharanya taraf kesejahteraan anak dan keluarganya, dan perlu adanya penyelenggaraan pelayanan sosial maupun rehabilitasi sosial.

Sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial, para klien penyandang disabilitas tubuh membutuhkan serangkaian rehabilitasi sosial. Rehabilitasi sosial dilakukan secara utuh dan terpadu dan berkesinambungan melalui program bimbingan keterampilan, agar klien dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat.


(54)

BAGAN ALUR PEMIKIRAN

PSBD “BAHAGIA” SUMATERA UTARA UPT.KEMENSOS RI

Program Bimbingan Keterampilan PSBD “BAHAGIA” SUMATERA UTARA

1.Keterampilan Otomotif 2.Keterampilan Elektronika 3.Keterampilan Menjahit

4.Keterampilan Servis Telepon Seluler.

Indikator Evaluasi

1.

Kesesuaian Perencanaan Pembelajaran(ex-ante)

2.

Kesesuaian Pelaksanaan Pembelajaran(on-going)

3.

Kesesuaian Hasil Pembelajaran (ex-post)


(1)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian dilapangan. Kesimpulan yang terdapat di bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara, responden dalam penelitian ini adalah 26 orang yang masih berusia remaja yang telah mengikuti program pelatihan keterampilan. Sementara saran yang ada dalam bab ini merupakan ide, gagasan untuk dapat memberikan hal yang baik bagi Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” dalam melaksanakan program bimbingan keterampilan.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab V yang dilakukan mengenai evaluasi pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara, maka dalam penelitian penulis menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan program bimbingan keterampilan yang diberikan kepada responden oleh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” antara lain:

1. Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” memberikan pelatihan program keterampilan berupa Menjahit, Otomotif, Service Ponsel dan Elektronika kepada warga binaan yang diharapkan mampu belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta


(2)

memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan Keterampilan Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh diukur melalui:

a. Kesesuaian perencanaan pembelajaran adalah rencana yang akan dilakukan dengan responden dan juga keterlibatan responden dalam menentukan rencana program keterampilan bagi penyandang disabilitas tubuh adalah telah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

b. Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini telah berjalan dengan baik, hal ini dapat diketahui dengan kebebasan yang diberikan pihak panti kepada responden untuk menjalankan program keterampilan dan juga keseriusan responden untuk mendalami ilmu dengan baik sehingga terus mengikuti kegiatan program keterampilan yang dilaksanakan.

c. Kesesuaian hasil pembelajaran dalam penelitian ini telah berjalan dengan baik, hal ini dapat diketahui dari bahwa program keterampilan ini telah membantu responden untuk mengetahui keterampilan, membantu responden dalam meningkatkan kepercayaan diri, membantu responden dalam bersosialisasi dengan lingkungan diluar panti, membantu responden dalam meningkatkan kreativitasnya dan juga dapat menjadi sumber penghasilan secara materi.


(3)

Berdasarkan hasil indikator dari ketiganya yang meliputi kesesuaian perencanaan pembelajaran, kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dan juga kesesuaian dengan hasil pembelajaran tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan program bimbingan keterampilan bagi penyandang disabilitasi tubuh adalah telah berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang telah dibuat pihak panti dan juga responden merasakan ada perubahan dari dalam kehidupannya.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhannya, antara lain:

a. Adanya kelanjutan program dari pihak UPT seperti menjalin hubungan kerjasama dengan beberapa mitra kerja, pengusaha dan perusahaan sehingga lulusan dari PSBD ini dapat terbantu dalam mendapatkan pekerjaan atau merekomendasikan warga binaan yang memperoleh keterampilan agar mendapatkan kesempatan bekerja dan menerapkan keterampilan yang diperolehnya. Dengan demikian maka upaya pemberdayaaan penyandang disabilitas tubuh melalui tenaga kerja bisa efektif dan berjalan dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang disabilitas tubuh di Indonesia.

b. Adanya peningkatan fasilitas dari yang manual menjadi lebih modern dalam pelaksanaan program bimbingan keterampilan sehingga hasil yang dicapai dapat berjalan dengan maksimal.


(4)

c. Agar kedepannya program bimbingan keterampilan ini dapat dinikmati oleh semua penyandang disabilitas tubuh. Perlu dilakukan sosialisasi program keterampilan yang lebih luas lagi oleh pihak PSBD “BAHAGIA” Kementerian Sosial.

d. Kepada Pemerintah, agar kiranya tidak hanya memberikan dana operasional untuk peningkatan keterampilan saja, akan tetapi Pemerintah perlu memberikan bantuan dana yang dapat nantinya digunakan klien untuk mebuka usaha setelah selesai mendapatkan program bimbingan keterampilan dari pihak UPT untuk dapat berwirausaha.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial :

Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Jakarta:UI-Press.

Aji, Firman. B. 1990. Perencanaan dan Evaluasi (PDE).Jakarta:Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta:Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi dan Abdul Jabar, Cepi Safrudin. 2009. Evaluasi Program

Pendidikan, Pedoman Teoritisbagi Praktisi Pendidikan :Bumi Aksara, Jakarta.

Depertemen Sosial RI, 2007. Panduan Umum Pelaksanaan Bimbingan Sosial

Penyandang Cacat dalam Panti:Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Penyandang Cacat.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 2008. Panduan Khusus Pelaksanaan Bimbingan

Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti. Jakarta:Dit.PRSPC.

Departemen Sosial Republik Indonesia.2008. Standarisasi Pelayanan Dan Rehabilitasi

Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti, Jakarta:Dit.PRSPC.

Direktorat Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan, 2010. Rencana Srategis Direktorat

Jenderal Rehabilitasi Sosial:Kementerian Sosial RI.

Direktorat jenderal rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan Indonesia. 2013. Pedoman

rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan tubuh dalam panti. Kementerian

Sosial Republik.

Dunn,William. 1999, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2010, Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang

Dengan Kecacatan Tubuh Dalam Panti :Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Maslow,H.A. 1988, Motivasi dan Kepribadian. Jakarta:Pustaka Binaman Persindo. Muhidin, Syarif, Drs. Msc. 1992. Pengantar Kesejahteraan Sosial.Sekolah Tinggi

Kesejahteraan Sosial:Bandung.

Mulyatiningsih, Endang. 2011. Evaluasi Proses Suatu Program. Jakarta:Bumi Aksara. Nurdin, Fadhil. 1990. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung:PT.Angkasa. Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara, 2013.Kurikulum Rehabilitasi

Penyandang Disabilitas Tubuh.

Prayitno dan Erman Amti, 1999, Dasar - dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Pusat Perbukuan Buku Pendidikan Nasional dan Kebudayaan dan Renika Cipta

Siagian, M. & Agus, S. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR Perspektif


(6)

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial-Pedoman Praktis Penelitian Bidang

Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan:Grasindo Monoratama.

Soehartono, Irawan. 2004, Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Soeharso,Prof.Dr. 2009. Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa ,SULUH Media

Informasi Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh,:Direktorat Jenderal

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

Sudjadi dan Wardoyo S. 2005. Pelayanan Rehabilitasi Sosial untuk Membantu Kemandirian Tuna Daksa. Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial Suharto, Edi, 2008. Kebijakan sosial sebagai kebijakan public. Bandung:Alfabeta Tangkilisan, H. N. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta:Lukman Offset.

Sumber Lain :

Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

(http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf)