HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP MARSUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DENGAN KONSEP DIRI
SISWA KELAS VII DAN VIII SMP MARSUDI LUHUR
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Margaretha Keke Mayandeta
NIM: 101124027


PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini ku persembahkan untuk
keluargaku dan sahabat-sahabatku dimanapun berada.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.”
(Pkh 3:1)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Penulisan skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA HASIL
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DENGAN KONSEP DIRI
SISWA KELAS VII DAN VIII SMP MARSUDI LUHUR YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014”, dilatarbelakangi oleh keprihatinan akan
pentingnya pendampingan orangtua terhadap remaja. Namun, kenyataannya
beberapa orangtua kurang mampu mendampingi anaknya pada masa transisi ini.
Padahal masa remaja merupakan masa yang strategis untuk pembentukan konsep

diri.
Konsep diri memiliki peran yang penting bagi manusia karena pikiran dan
perilaku manusia digerakkan olehnya. Individu dengan konsep diri positif
cenderung memiliki perilaku dan pikiran positif, begitu pula sebaliknya. Konsep
diri talidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang dan
dipengaruhi oleh banyak hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
konsep diri antara lain adalah citra fisik, peranan seksual, peranan perilaku
orangtua, peranan faktor sosial, dan agama. Bagi siswa yang menempuh
pendidikan formal, sekolah menjadi rumah kedua untuk membantu siswa
membentuk konsep diri.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tidak hanya bertanggung
jawab terhadap prestasi akademik siswa, tetapi juga non akademik. Guru dan
pihak sekolah ikut ambil bagian dalam pendampingan siswa dalam rangka
membangun konsep diri positif dalam diri siswa. Begitu pula dengan PAK di
sekolah mendesain materi-materinya agar dapat menjangkau aspek pribadi peserta
didik. Melalui materi-materi tersebut peserta didik didampingi dalam mengenali
pribadinya.
Beberapa ahli yang telah melakukan penelitian, mengungkapkan adanya
hubungan antara hasil belajar dengan konsep diri. Para siswa yang memiliki
prestasi belajar yang baik cenderung memiliki konsep diri yang baik pula. Hal

tersebut selaras dengan hasil penelitian di SMP Marsudi Luhur Yogyakarta,
bahwa ada hubungan antara hasil belajar PAK dengan konsep diri dengan nilai
korelasi 0,372.
Dalam rangka menindaklanjuti hasil penelitian tersebut, penulis
mengusulkan suatu program kateke umat dengan metode Shared Christian Praxis
sebagai upaya untuk meningkatkan konsep diri siswa SMP Marsudi Luhur
Yogyakarta. Penulis memaparkan beberapa tema yang relevan dengan upaya
pengembangan konsep diri siswa.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
The background of this thesis “THE RELATIONSHIP BETWEEN THE

CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION’S ACHIEVEMENT AND SELFCONCEPT OF STUDENTS OF CLASS VII AND VIII SMP MARSUDI
LUHUR YOGYAKARTA 2013/2014 ACADEMIC YEAR”, is motivated by
concerns about the importance of mentoring to teen parents. Nevertheless, the
reality is some parents are unable to assist their children during this transition In
fact, adolescence is a time that is convenient for the formation of self-concept.
The self-concept has an important role to humans because it is driven by
their mind and behavior. People who have a positive self-concept tend to have
positive behavior and thoughts, and the otherwise. The self-concept does not
appear out of nowhere, but through a long process and influenced by many things.
Factors that influence the formation of self-concept include physical images,
sexual roles, the roles of parental behavior, the role of social factors, and religion.
For students who take a formal education, the school becomes a second home to
help them establish their self-concept.
Schools as institutions of formal education are responsible to students’
academic and non-academic achievements. Teachers and the school take part in
mentoring students in order to build a positive self-concept in students.
Reciprocally, the materials of PAK (Pendidikan Agama Katolik) at school are
designed to reach personal aspects of learners. Through these materials students
are assisted in recognizing their personal self-concept.
Some experts who have done the research, revealed the existence of a

relationship between the self-concept with learning outcomes. The students who
have a good learning performance tend to have a good self-concept as well. This
is in line with the results of study in SMP Marsudi Luhur Yogyakarta. The writer
finds out that there is a relationship between learning outcomes of PAK with the
self-concept correlation value 0,372.
In order to follow up on these results, the writer proposes a catechesis
program people with Shared Christian Praxis as an attempt to improve students'
self-concept of SMP Marsudi Luhur Yogyakarta. The writer describes some
themes that are relevant to students' self-concept development efforts.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kasih karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “HUBUNGAN
ANTARA HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DENGAN
KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP MARSUDI LUHUR
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014” ini bisa terselesaikan. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik di Universitas Sanata Dharma.
Penulisan skripsi ini bertolak dari keprihatinan penulis akan masalah yang
dialami remaja pada masa transisi ini. Dimana pada masa transisi ini seorang
remaja yang membutuhkan mendapat pendampingan lebih dari orangtuanya,
namun tidak semua mendapatkan pendampingan yang memadai. Oleh karena itu
Pendidikan Agama Katolik di sekolah berupaya untuk mendampingi siswa untuk
semakin mengenali dirinya, sehingga peserta mampu mengambil hal positif dalam
dirinya untuk bekal perkembangan konsep dirinya.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu menyertaiku dan mencurahkan karuniaNya. Aku menyadari bahwa ada maksud dan tujuan baik yang ingin Kau

sampaikan di kampus IPPAK ini, dan aku tidak akan sampai pada saat ini jika
tanpa penyelenggaraan-Mu.
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku Ketua Prodi
IPPAK USD, yang telah memberikan dukungan melalui sapaan-sapaannya.
3. Ibu Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan pengarahan dalam skripsi ini.
4. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan dukungan-dukungan selama ini, baik dalam
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing ketiga yang
telah memberikan dukungan-dukungannya melalui sapaan dan bincangbincangnya dalam berbagai kesempatan.

6. Ibu Anastasia Rukmi Sapto Hastuti, S.Pd., dan segenap keluarga besar SMP
Marsudi Luhur Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk melakukan
penelitian.
7. Segenap keluarga besar IPPAK-USD yang telah memberikan dukungan
selama kuliah dan proses penulisan skripsi ini, lewat sapaan dan candatawanya.
8. Untuk keluargaku atas dukungannya dan kebersamaannya yang selalu
memberi semangat, karena kalian aku bertahan untuk tetap bisa berjalan
meskipun tidak selalu dalam kecepatan yang sama.
9. Untuk siswa SMP Marsudi Luhur Yogyakarta, khususnya kelas VII dan VIII
atas kerjasama kalian sehingga penelitian ini menjadi lancar.
10. Untuk kawan-kawan JSN yang menjadi tempat sampahku selama penulisan
skripsi ini.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………......

ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….....

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………......

iv

MOTTO……………………………………………………………………....

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………......

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………...….

vii

ABSTRAK……………………………………………………………………

viii

ABSTRACK…………………………………………………………………...

ix

KATA PENGANTAR……………………………………………………......

x

DAFTAR ISI……………………………………………………………...….

xiii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….

xvi

DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xviii
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………..

xix

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………...

1

A. Latar Belakang…………………………………………………....

1

B. Identifikasi Masalah……………………………………………....

7

C. Batasan Masalah………………………………………………….

9

D. Rumusan Masalah…………………………………………….......

10

E. Tujuan Penulisan………………………………………………….

10

F. Manfaat Penulisan…………………………………………….......

11

G. Metode……………………………………………………………

11

H. Sistematika Penulisan…………………………………………….

11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….

13

A. Pendidikan Agama Katolik………………………………………

13

1. Pengertian……………………………………………………..

13

2. Hakikat Pendidikan Agama Katolik…………………………..

14

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Tujuan Pendidikan Agama Katolik……………………………

15

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik………………......

16

5. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama......

17

B. Konsep Diri……………………………………………………..

21

1. Pengertian…………………………………………………….

21

2. Komponen-komponen Konsep Diri………………………….

23

3. Dimensi Konsep Diri…………………………………………

24

4. Faktor-faktor Pembentuk Konsep Diri……………………….

27

5. Ciri-ciri Konsep Diri…………………………………………

31

6. Karakteristik Konsep Diri Usia SMP………………………..

32

C. Penelitian yang Relevan………………………………………...

36

D. Kerangka Pikir………………………………………………….

36

E. Profil SMP Marsudi Luhur Yogyakarta………………………...

40

F. Definisi Operasional…………………………………………….

42

G. Variabel…………………………………………………………

42

H. Desain Penelitian………………………………………………..

42

I. Hipotesis…………………………………………………………

43

BAB III. METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN…………………….

44

A. Jenis Penelitian………………………………………………….

44

B. Metode Penelitian……………………………………………….

44

C. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………..

45

1. Tempat Penelitian…………………………………………….

45

2. Waktu Penelitian……………………………………………..

45

D. Responden Penelitian…………………………………………...

45

E. Instrumen………………………………………………………..

46

F. Variabel………………………………………………………….

47

G. Uji Coba Instrumen……………………………………………..

48

1. Validitas………………………………………………………

48

2. Reliabilitas……………………………………………………

49

3. Uji Asumsi……………………………………………………

49

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Seleksi Item Instrumen……………………………………….

52

H. Hasil Penelitian…………………………………………………

53

I. Pembahasan……………………………………………………...

57

J. Keterbatasan Penelitian………………………………………..

61

BAB IV. UPAYA PENINGKATAN KONSEP DIRI SISWA SMP
MARSUDI LUHUR YOGYAKARTA MELALUI PROGRAM
KATEKESE UMAT MODEL SHARED CHRISTIAN
PRAXIS…………………………………………………………..

63

A. Latar Belakang Usulan Program……………………………...

63

B. Alasan Pemilihan Tema………………………………………

64

C. Rumusan Tema dan Tujuan…………………………………...

65

D. Penjabaran Program…………………………………………..

67

E. Petujuk Pelaksanaan Program………………………………...

70

F. Contoh Satuan Program Shared Christian Praxis…………….

72

BAB V. PENUTUP…………………………………………………………...

86

A. Kesimpulan………………………………………………………

86

B. Saran……………………………………………………………..

87

1. Untuk Siswa Kelas VII dan VIII SMP Marsudi Luhur
Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014………………………..

87

2. Untuk SMP Marsudi Luhur Yogyakarta……………………..

87

3. Untuk Guru Pendidikan Agama Katolik……………………..

88

4. Untuk Penelitian Selanjutnya………………………………...

88

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...

89

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Jawaban .................................................................................46
Tabel 2. Variabel Penelitian ................................................................................47
Tabel 3. Validitas Instrumen ...............................................................................48
Tabel 4. Reliabilitas Instrumen ...........................................................................49
Tabel 5. Nilai Normalitas Data ...........................................................................50
Tabel 6. Nilai Homoskedastisitas Data ...............................................................51
Tabel 7. Nilai Autokorelasi Data ........................................................................51
Tabel 8. Seleksi Item Instrumen..........................................................................52
Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian ......................................................................53
Tabel 10. Korelasi Nilai Mata Pelajaran PAK terhadap Konsep Diri.................54
Tabel 11. Acuan Patokan Skala Huruf ................................................................55
Tabel 12. Nilai Siswa Dalam Skala Huruf ..........................................................56
Tabel 13. Norma Kategorisasi Konsep Diri ........................................................56
Tabel 14. Kategoriasi Konsep Diri Siswa ...........................................................57

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Nilai PAK dalam Skala Huruf……………………………………

58

Diagram 2. Konsep Diri…………………………............................................

59

Diagram 3. Hasil Belajar PAK dan Konsep Diri……………………………..

60

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian……………………..

(1)

Lampiran 2 : Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian…………….

(2)

Lampiran 3 : Sampel Skala Konsep Diri Responden………………..

(3)

Lampiran 4 : Kisi-kisi……………………………………………….

(7)

Lampiran 5 : Instrumen Penelitian………………………………….. (11)
Lampiran 6 : Validitas Instrumen…………………………………... (15)
Lampiran 7 : Data Penelitian dalam Huruf…………………………. (17)
Lampiran 8 : Data Penelitian dalam Angka………………………… (19)
Lampiran 9 : Data Kategorial Nilai PAK dan Konsep Diri………… (21)
Lampiran 10: Langkah-langkah Permainan ‘Kado untuk Teman’….. (22)

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama
Katolik Repubik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus,
1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
GS

: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

C. Singkatan Lain
Art

: Artikel

BKKBN

: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

DIY

: Daerah Istimewa Yogyakarta

Humas

: Hubungan Masyarakat

KWI

: Konferensi Wali Gereja Indonesia

Menag

: Menteri Agama

Mendikbud: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
PAK

: Pendidikan Agama Katolik

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

UU

: Undang-undang

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik dan psikologi.
Rentang waktu untuk masa remaja menurut Stanley Hall sebagaiman dikutip
dalam Santrock (2003: 10) adalah antara usia 12 sampai 23 tahun. Pada masa ini
seorang individu mengalami pertumbuhan fisik yang sangat pesat, namun
kadangkala pertumbuhan fisik tidak berjalan beriringan dengan pertumbuhan
psikologinya. Oleh karena itu, tak jarang remaja kurang bisa menerima kondisi
dirinya, seringkali remaja memiliki emosi yang kuat dan meledak-ledak, baik
sedih, bahagia, kecewa, ataupun marah.
Berkaitan dengan upaya penyesuaian diri ke arah dewasa, para remaja
biasanya mengalami kebingungan dalam menemukan konsep dirinya. Hal ini
dikarenakan pada usia remaja mereka belum menemukan status dirinya secara
utuh. Konsep diri penting dalam diri seseorang karena konsep diri merupakan
kerangka acuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Konsep diri
remaja akan mempengaruhi pola perilaku dirinya. Konsep diri yang positif
diprediksi akan menghasilkan perilaku dan penyesuaian secara positif.
Sebaliknya, konsep diri yang negatif diprediksi akan menghasilkan perilaku yang
negatif.
Erikson sebagaimana dikutip dalam Agoes Dariyo (2004: 14) berpendapat
bahwa sebagai proses menuju masa dewasa, seorang individu akan mengalami

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

masa krisis dalam masa remaja dimana seorang remaja berusaha untuk mencari
identitas diri. Identitas diri yang tergambar dalam diri remaja akan sangat
mempengaruhi kepribadian dan sikapnya. Identitas diri seorang individu tidaklah
muncul begitu saja sejak seorang individu terlahir ke dunia, melainkan dibentuk
melalui proses dan pengalaman yang dialami dari kecil. Pernyataan Erikson
tersebut diperkuat oleh Kohut sebagaimana dikutip dalam Semiun (2006: 25) yang
menyatakan bahwa, konsep diri merupakan pengatur utama perkembangan
psikologis, yang membuat proses diri berkembang dari samar-samar sampai
kepada suatu perasaan identitas diri yang jelas dan tepat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep
seorang individu. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor eksternal dan internal.
Faktor ekternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi konsep diri individu antara lain lingkungan
tempat tinggal, baik lingkungan fisik maupun sosial. Ada pepatah mengatakan
bahwa “Bersih pangkal Sehat”. Dari pepatah tersebut maka orang terkonsep
bahwa kalau mau hidup sehat maka harus menciptakan kebersihan. Begitu pula
dengan lingkungan yang bersih dan rapi, dapat membuat individu yang tinggal di
dalamnya merasa nyaman, sehat dan terjauh dari bibit penyakit. Faktor yang
lainnya adalah pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu, dinamika dalam
keluarga, pola asuh orang tua, dan bagaimana orang lain memandang dirinya.
Di sisi lain ada pula faktor internal yang dapat mempengaruhi konsep diri
seorang individu, yaitu bagaimana individu tersebut memandang dan mengolah
pengalaman hidupnya. Coley sebagaimana dikutip dalam Galuh Sekardita Buana
Candra Murti (2013: 18) mengibaratkan konsep diri sebagai “looking-glass-self”

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

yang artinya adalah kacamata diri. Dari banyak hal baik dan buruk yang dimiliki
oleh individu, hal-hal tersebut akan menjadi kekuatan positif untuk membentuk
konsep diri positif jika individu tersebut mampu mengolah dan merefleksikannya
dengan baik. Oleh karena itu, individu perlu mendapat pendampingan dalam
memaknai dan mengolah hal-hal baik dan buruk, pengalaman baik dan buruk
yang dimilikinya. Dalam hal ini keluarga khususnya orangtua merupakan
pendamping utamanya. Pendampingan dimaksudkan untuk mengarahkan individu
untuk menemukan makna-makna positif yang berguna untuk pembentukan konsep
diri positif dalam dirinya.
Humas BKKBN (2013: 1) melalui website resmi www.bkkbn.go.id
menyatakan berdasarkan sensus penduduk dari BPS pada tahun 2010, jumlah
remaja usia 10-24 tahun sekitar 64 juta atau 27.6% dari jumlah penduduk
sebanyak 237.6 juta jiwa. Besarnya jumlah kelompok usia remaja ini jelas
memerlukan perhatian dan penanganan serius dari seluruh pihak. Perilaku
menyimpang seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang, mengkonsumsi alkohol,
dan kekerasan di kalangan usia muda, juga menjadi ekses atau dampak lanjutan
dari akar permasalahan remaja tersebut yang terjadi karena kurangnya perhatian
orang tua terhadap anak. Berkaitan dengan hal tersebut, pada peringatan Hari
Kependudukan Dunia BKKBN mengadakan seminar dengan tema “Tahu Masalah
Remaja, Peduli Masalah Remaja, dan Stop Galau pada Remaja” pada 11 Juli
2013.
Menurut pengakuan Ketua II Yayasan Perlindungan Anak DIY yaitu
Nyadi Kasmoredjo sebagaimana ditulis oleh Sugiyarto (2013: 1) dalam
suaramerdeka.com berdasarkan data yang ada di lembaganya, kasus kekerasan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

terhadap anak di DIY sudah tinggi. Dikatakan, Bantul menduduki angka cukup
tinggi, seperti kasus nikah usia dini. Dijelaskan hingga Februari tahun 2012
terdapat 135 kasus, disusul kemudian Sleman, Kota dan Kulonprogo jauh di
bawah Bantul dan Gunung Kidul ada 145 kasus. Sedangkan data kasus kekerasan
yang ditangani Lembaga Perlindungan Anak DIY diawal tahun 2012, di DIY
angka tertinggi adalah kekerasan pengasuhan sebanyak 13, disusul kekerasan
pencurian sebanyak 11, kekerasan seks sebanyak 10, kekerasan fisik sebanyak 8,
kekerasan psikis sebanyak 3 dan narkoba sebanyak 1 kasus. Beberapa kasus
bunuh diri di kalangan remaja disebabkan oleh permasalahan yang sepele. Mulai
dari putus cinta, masalah akademis, broken home, hingga persoalan dengan teman
sebaya.
Perilaku-perilaku menyimpang pada anak remaja tersebut tentunya sangat
berkaitan erat dengan masa-masa krisis yang ia alami serta pengaruh lingkungan
tempat tinggalnya baik fisik maupun sosial. Hal tersebut juga terjadi di SMP
Marsudi Luhur Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan dan wawancara oleh penulis
sewaktu mengajar PAK di SMP Marsudi Luhur Yogyakarta sekitar pada bulan
Juli sampai September 2013, terungkap bahwa kebanyakan siswa berasal dari
keluarga yang kurang kondusif untuk tempat bertumbuh mereka. Beberapa berasal
dari keluarga broken home, keluarga miskin yang menuntut orangtua bekerja
sehari penuh, dan ada juga yang berasal dari keluarga yang sangat kurang peduli
dengan kehidupan siswa. Namun mereka lebih beruntung karena mereka
mendapatkan pendidikan formal di sekolah ketika mereka kurang mendapatkan
pendampingan dari keluarga mereka.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

Pada masa remaja, seorang anak membutuhkan pendidikan baik secara
formal, nonformal maupun informal. Pendidikan dalam keluarga sangat
diperlukan untuk menemani seorang anak pada masa krisis dalam proses
mengenali dirinya. Ia membutuhkan bantuan pada masa perkembangan itu untuk
memahami siapa dirinya, apa tujuan hidupnya. Pemahaman terhadap dirinya
sendiri merupakan kunci bagi seorang individu dalam membentuk konsep diri.
Namun kenyataannya, tidak semua anak mendapat pendampingan yang
semestinya dari orangtua. Masih ada pula anak-anak remaja yang tinggal di dalam
keluarga yang kurang kondusif untuk masa perkembangannya.
Melihat kenyataan tersebut peran lembaga pendidikan formal bagi seorang
remaja menjadi sangat penting. Sekolah ikut bertanggungjawab terhadap
perkembangan peserta didik secara utuh, baik akademik maupun non-akademik.
Masing-masing mata pelajaran dirancang untuk membantu siswa agar
berkembang secara utuh sebagai manusia. Pengetahuan dan pembinaan yang
ditawarkan dapat membantu seorang anak untuk memiliki pemahaman yang luas
dan relasi sosial yang seimbang. Pendidikan diharapkan memberikan pengaruh
kuat dalam membentuk konsep diri yang positif seorang remaja. Konsep diri
positif sangat penting bagi seorang remaja, karena konsep diri dapat menunjukkan
identitas diri serta menjadi dasar aktualisasi diri. Melalui pendidikan seorang
remaja diajak untuk berpikir ke depan, mengarahkan diri pada orientasi hidup.
Dengan demikian

pendidikan

menjadi

sarana

untuk

membentuk

kepribadian seorang remaja ke arah kedewasaan. Salah satu bagian dari
pendidikan yang sangat penting bagi seorang remaja dalam perkembanganya
adalah pendidikan agama. Nilai-nilai yang ditawarkan dari pendidikan agama

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

adalah pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan moral yang paling
baik terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan
kesadaran sendiri dan penghayatan tinggi tanpa ada unsur paksaan dari luar
berasal dari keyakinan beragama.
Melalui pendidikan agama, keyakinan akan kehidupan bermoral dapat
dipupuk dan ditanamkan sedari kecil sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan
dari kepribadian anak sampai ia dewasa. Oleh karena itu, pendidikan agama di
sekolah mendapat beban dan tanggung jawab yang tidak sedikit apalagi jika
dikaitkan dengan upaya pembinaan mental remaja. Pentingnya pendidikan agama
juga mengingat bahwa pada usia remaja seorang anak mengalami gejolak
kejiwaan yang berimbas pada perkembangan mental dan pemikiran, emosi,
kesadaran sosial, pertumbuhan kesadaran moral, sikap dan kecenderungan positif
serta keberimanannya.
Peranan pendidikan agama, dalam hal ini Pendidikan Agama Katolik
(PAK), dalam upaya mendampingi perkembangan anak didik usia remaja sungguh
penting. PAK, tidak hanya mencakup pengajaran dan pembekalan akal budi
ataupun transfer informasi yang sebanyak-banyaknya dari guru kepada murid.
Lebih dari itu, PAK membekali, membangun, dan membentuk iman dan
spiritualitas anak didik. Iman dan spiritualitas ini tidak saja mencakup pengajaran
agama secara teoritis, tetapi juga pembentukan watak, karakter dan moralitas tiaptiap anak. PAK dengan materi yang dikemas sedemikian rupa, membantu siswa
untuk mampu mengolah diri sehingga siswa dapat membentuk konsep diri yang
positif.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

PAK merupakan salah satu dari mata pelajaran yang diberikan oleh guru di
sekolah. Pada mata pelajaran PAK kelas VII, materi yang diberikan adalah
mengenai manusia sebagai citra Allah, kelemahan dan kelebihan, syukur atas
hidup, dan hidup sebagai laki-laki atau perempuan. Tema-tema pelajaran PAK
tersebut dapat membantu anak didik untuk memahami dirinya secara positif.
Materi PAK pada tingkat menengah pertama dirancang sedemikian rupa
untuk membantu siswa mengenali serta memahami dirinya sebagai citra Allah.
Kej 1:31 menyatakan bahwa “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu,
sungguh amat baik” Dengan mengenali dan memahami dirinya sebagai ciptaan
Allah yang baik adanya, siswa diharapkan mampu membentuk konsep diri yang
positif pula. Di saat seorang anak sadar bahwa dirinya adalah citra Allah ia akan
lebih menghargai hidupnya dan melihat dirinya secara lebih positif. PAK
memberikan pemahaman pada anak tentang betapa Allah menghargai setiap
pribadi sebagai ciptaan yang istimewa karena serupa dan segambar dengan Allah
sendiri.
Bertolak dari latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan judul
skripsi

sebagai

berikut

“HUBUNGAN

ANTARA

HASIL

BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS
VII DAN VIII SMP MARSUDI LUHUR YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2013/2014”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis menemukan
adanya permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep diri pada

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

remaja. Masa remaja merupakan masa transisi yang berpengaruh terhadap aspek
fisik dan psikologi pada remaja. Pada masa ini, remaja biasanya mengalami masa
krisis karena ia belum mempunyai konsep diri yang jelas. Perkembangan fisik
remaja yang pesat kadangkala menimbulkan gejolak-gejolak pada diri remaja. Di
sisi lain, perkembangan psikologi pada remaja tidak secepat perkembangan
fisiknya. Oleh karena itu, tak jarang jika di kalangan remaja, perasaan cenderung
lebih mendominasi setiap perilaku dan keputusan-keputusan yang mereka ambil.
Dengan kondisi yang seperti itu, remaja membutuhkan pendampingan terutama
dari orangtuanya. Banyak faktor, baik dari lingkungan sekitar maupun dari dalam
diri sendiri yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri mereka. Jika
tidak mendapat pendampingan yang baik dan tepat, dikhawatirkan dapat
mengganggu para remaja dalam proses membentuk konsep diri mereka.
Kenyataannya, tidak semua anak remaja mendapat pendampingan yang
baik dari orangtua. Selain itu, tidak semua anak remaja tinggal dalam lingkungan
yang kondusif yang mampu mendukung perkembangan mereka dengan baik. Di
Indonesia, khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta masih ditemukan
kasus-kasus yang kurang baik di kalangan remaja. Menurut Lembaga
Perlindungan Anak DIY (Sugiyarto, 2013: 1), kasus kekerasan terhadap anak di
DIY pada tahun 2012 cukup tinggi. Mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual,
narkoba, dan bunuh diri. Beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan
bunuh diri adalah kurangnya pendampingan dari orang tua dan tingkat keimanan
yang masih minim. Begitu pula dengan sebagian dari siswa SMP Marsudi Luhur
Yogyakarta mempunyai latar belakang keluarga dan lingkungan yang kurang
kondusif untuk perkembangan kepribadian mereka.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

Oleh karena itu, remaja membutuhkan pendidikan baik formal, informal,
maupun nonformal untuk keseimbangan perkembangan kepribadiannya. Sekolah
menjadi rumah kedua bagi remaja yang bersekolah, untuk menemukan konsep diri
dan mengembangkan dirinya. Sekolah hendaknya menciptakan program-program
dan situasi yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa untuk memiliki
pengalaman-pengalaman positif yang berguna untuk perkembangannya. Begitu
pula dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, hendaknya juga mencerminkan hal
tersebut.
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah memiliki empat
aspek materi pembelajaran, salah satunya adalah aspek pribadi peserta didik.
Dalam materi Pendidikan Agama Katolik pada kelas VII semester satu, materi
dirancang sedemikian rupa untuk membantu siswa mengenali dan memahami
dirinya sebagai citra Allah. Dengan mengenali dan memahami dirinya sebagai
ciptaan Allah yang baik adanya, siswa diharapkan mampu membentuk konsep diri
yang positif. Berdasarkan uraian tersebut, Pendidikan Agama Katolik diharapkan
mampu berperan dalam menjawab masa krisis yang dialami oleh siswa dan
mampu mengarahkan siswa dalam membentuk konsep diri yang positif.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, diperoleh
gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya
keterbatasan waktu, kemampuan, dana, dan supaya hasil penelitian lebih terfokus,
maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan
terfokus. Masalah yang menjadi fokus penelitian dibatasi pada materi Pendidikan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

Agama Katolik dalam lingkup sekolah selama semester pertama pada tahun
pertama di SMP Marsudi Luhur Yogyakarta, konsep diri siswa kelas VII dan VIII
SMP Marsudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, dan pengaruh mata
pelajaran PAK terhadap konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP Marsudi Luhur
Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Katolik dan konsep diri?
2. Bagaimana hasil belajar PAK dan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP
Marsudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?
3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri
siswa kelas VII dan VIII SMP Marsudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014?

E. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengetahui tentang Pendidikan Agama Katolik dan konsep diri.
2. Mengetahui hasil belajar PAK dan konsep diri siswa kelas VII dan VIII SMP
Marsudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
3. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsep diri
siswa kelas VII dan VIII SMP Marsudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

4. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

F. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah untuk memberikan wawasan bagi guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik khususnya tingkat Sekolah Menengah
Pertama, bahwa konsep diri khususnya konsep diri positif sangat penting bagi
remaja. Hal tersebut dikarenakan konsep diri dapat mempengaruhi seluruh
kepribadian dan sikap siswa. Konsep diri positif dapat dibentuk salah satunya
melalui materi-materi pada mata pelajaran PAK di kelas VII pada semester I.

G. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif-analitis. Penulis akan memaparkan teori-teori yang sesuai dengan tema
skripsi ini. Kemudian penulis mengumpulkan data-data yang mendukung
penulisan skripsi untuk dianalisis dan diolah sehingga dapat menggambarkan
jawaban atas permasalahan yang ada.

H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Kelima bab tersebut antara lain sebagi
berikut:
Bab I adalah pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, pembahasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode, dan sistematika penulisan skripsi ini.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Bab II adalah kajian teori mengenai PAK dan kosep diri. Selain itu, pada
bab ini juga dipaparkan mengenai profil SMP Marsudi Luhur Yogyakarta
kerangka pikir, hipotesis, desain penelitian, dan variabel penelitian.
Bab III adalah metodologi penelitian. Bab ini memaparkan mengenai jenis
penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,
instrumen yang digunakan dalam penelitian, variabel penelitian, dan hasil uji coba
instrumen penelitian. Pada bab ini juga dipaparkan hasil penelitian dan
pembahasannya.
Bab IV adalah usulan program. Usulan program merupakan bentuk tindak
lanjut dari hasil penelitian yang dipaparkan pada bab III.
Bab V adalah penutup. Bab ini memaparkan kesimpulan dari penulisan
skripsi ini dan saran yang ditujukan pada pihak-pihak yang terkait dengan
penulisan skripsi ini.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Katolik
1. Pengertian
Untuk dapat memahami istilah Pendidikan Agama Katolik, perlu adanya
pemahaman mengenai katekese. Pendidikan Agama Katolik merupakan bentuk
katekese di sekolah. Kata katekese berasal dari bahasa Yunani yaitu “katechein”,
yang berarti menyuarakan dengan keras, menggemakan, mengumumkan
(Groome, 2010: 39). Kemudian kata tersebut memiliki perkembangan makna
yang akhirnya ditempatkan sebagai kegiatan pengajaran sebagai usaha untuk
melakukan Pendidikan Kristen secara lebih luas (Groome, 2010: 40). Dari istilah
tersebut dapat disimpulkan, bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan bentuk
pengajaran iman Katolik yang dilakukan di sekolah.
Dalam Silabus Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Komisi Kateketik KWI (2007b: 9) mendefinisikan Pendidikan Agama
Katolik sebagai usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan
dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh
iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja
Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.
Secara operasional, Pendidikan Agama Katolik dapat didefinisikan sebagai
kegiatan komunikasi iman antara guru dengan murid dan antara murid dengan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

murid, melalui proses berdasar pendekatan tertentu dengan bantuan materi,
metode, dan media yang bertitik tolak dari keadaan awal tertentu menuju tujuan
tertentu (Dapiyanta, 2008: 1).

2. Hakikat Pendidikan Agama Katolik
Gereja melalui Gravissimum Educationis art. 3, berpandangan bahwa
pendidikan bertujuan untuk memperkembangkan dan menyempurnakan hidup
manusia di dalam segala aspeknya. Gereja meyakini bahwa pendidikan juga
merupakan cara bagi manusia untuk menemukan dan memantabkan identitas atau
jati diri seorang individu. Di Indonesia, Pendidikan Agama Katolik sebagai bagian
dari pendidikan formal memiliki beberapa ketentuan yang diatur dalam
perundang-undangan.
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 37 sebagaimana dikutip dalam Dapiyanta (2008: 3) menyebutkan bahwa
kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama.
Mendikbud dan Menag RI No. 0198/U/1985 memutuskan bahwa pendidikan
agama yang dimaksudkan adalah pendidikan agama Islam, pendidikan agama
Kristen Katolik, pendidikan agama Kristen Protestan, pendidikan agama

Hindu,

dan pendidikan agama Buddha (Dapiyanta, 2008: 3).
Permen No. 22 Th. 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, mendefinisikan Pendidikan Agama Katolik sebagai usaha
yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.
Di sisi lain, dalam Silabus Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Komisi Kateketik KWI (2007a: 9) menyatakan bahwa agama
memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
merupakan suatu alat penuntun bagi manusia dalam upaya mewujudkan suatu
kehidupan yang lebih bermakna, damai dan bermartabat. Oleh karena peran
agama yang penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama
dalam kehidupan setiap pribadi menjadi suatu hal yang tidak boleh dilewatkan.
Internalisasi agama dapat ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan agama memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan
berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama.
Peningkatan potensi spiritual meliputi pengenalan, pemahaman, dan penanaman
nilai-nilai

keagamaan

dalam

kehidupan

individual

ataupun

kolektif

kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual memiliki tujuan akhir untuk
mengoptimalkan berbagai potensi yang dimiliki manusia dimana aktualisasinya
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

3. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Tujuan Pendidikan Agama Katolik dirumuskan dalam silabus Komisi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

Kateketik KWI (2007b: 10) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani
berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi
dan peristiwa penyelamatan, situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan
keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian
lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan
kepercayaan.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik
Ruang lingkup materi pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik di
sekolah mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.
Dalam Silabus Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Komisi Kateketik KWI (2007b: 10) keempat aspek yang dimaksudkan adalah
aspek pribadi peserta didik, Yesus Kristus, Gereja, dan kemasyarakatan.

a. Pribadi peserta didik
Aspek ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita
yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam
berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya. Tujuan akhir dari aspek ini
adalah agar peserta didik mampu bersyukur (Komisi Kateketik KWI, 2007b: 10).

b. Yesus Kristus
Aspek ini membahas tentang bagaimana pribadi Yesus Kristus yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, sehingga peserta didik mampu
meneladani-Nya (Komisi Kateketik KWI, 2007b: 10).

c. Gereja
Aspek ini membahas tentang makna gereja. Gereja merupakan
persekutuan murid-murid Yesus yang dipanggil serta diutus untuk menjadi
pewarta, saksi, dan pelaksana karya keselamatan Kristus. Oleh karena itu pada
aspek ini menekankan pula bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam
realitas hidup sehari-hari (Komisi Kateketik KWI, 2007b: 10).

d. Kemasyarakatan
Aspek ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam
masyarakat sesuai dengan firman Allah atau sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran
agama. Hal ini didasari oleh keyakinan bahwa Kristus hadir di dunia bukan hanya
untuk umat Katolik saja, melainkan untuk semua orang (Komisi Kateketik KWI,
2007b: 10).

5. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama
Sebagai salah satu mata pelajaran, Pendidikan Agama Katolik memiliki
materi-materi yang harus dipelajari oleh siswa. Materi-materi tersebut dijabarkan
dalam suatu silabus. Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan mengartikan
mata pelajaran sebagai satuan pelajaran yang harus diajarkan atau dipelajari untuk
sekolah dasar atau lanjutan. Materi mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
untuk kelas VII SMP pada semester I sebagaimana dikutip dalam Silabus

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Pendidikan Agama Katolik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kristianto,
2013: 4) adalah sebagai berikut:
Semester I
Standard
Kompetensi
Lulusan

Standard
Kompetensi

Kompetensi Dasar

Materi PAK

Peserta didik
dapat
menguraikan
pemahaman
tentang dirinya
sebagai pria dan
wanita yang
memiliki ruparupa kemampuan
dan keterbatasan
untuk berelasi
dengan sesama
dan
lingungannya.

1. Memahami
diri sebagai
perempuan
atau laki-laki
yang memiliki
rupa-rupa
kemampuan
dan
keterbatasan
agar dapat
berelasi
dengan sesama
dan
lingkungannya
dengan
meneladani
Yesus Kristus
yang
mewartakan
Bapa dan
Kerajaan-Nya.

1.1. Memahami
dan menyadari
pribadinya
diciptakan sebagai
citra Allah yang
tumbuh dan
berkembang
bersama orang
lain.
1.2. Menyadari
kemampuan dan
keterbatasan
dirinya sehingga
terpanggil untuk
mensyukurinya.
1.3. Memahami
bahwa manusia
diciptakan sebagai
laki-laki atau
perempuan dan
dipanggil untuk
mengembangkan
kesederajatan
dalam kehidupan
sehari-hari.
1.4. Memahami
bahwa seksualitas
sebagai anugerah
Allah perlu
dihayati secara
benar demi
kehidupan
bersama yang
lebih baik.

BAB I.
MARTABAT
LUHUR
SEBAGAI
CITRA ALLAH
A. Manusia
diciptakan
sebagai citra
Allah.
B. Kemampuan
dan
keterbatasank
u sebagai
citra Allah.
C. Syukur
sebagai citra
Allah.
BAB II. AKU
DICIPTAKAN
SEBAGAI
PEREMPUAN
ATAU LAKILAKI
A. Aku sebagai
perempuan
atau laki-laki.
B. Kesederajatan
Perempuan
dan laki-laki.
C. Panggilan
sebagai
perempuan
atau laki-laki.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

Pada materi yang dipaparkan di atas, materi-materi tersebut dirancang
untuk membantu siswa mengolah diri, sehingga siswa dapat menerima diri dan
sampai pada rasa syukur. Hal tersebut dapat membantu siswa untuk menanamkan
pikiran positif akan pribadinya.
SMP Marsudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu sekolah yang
menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sebagai pedoman kegiatan
belajar dan mengajar. Materi pelajaran PAK untuk kelas VII pada semester I yang
utama diambil dari buku Persekutuan Murid-murid Yesus-Pendidikan Agama
Katolik untuk SMP dengan Tema I yaitu Manusia Makhluk Pribadi dan Sosial.
Buku tersebut disusun oleh Komisi Kateketik KWI dan diterbitkan oleh Penerbit
Kanisius.
Keprihatinan yang melandasi tema yang pertama ini menurut Komisi
Kateketik KWI (2007a: 13) adalah siswa SMP kelas VII yang sedang memasuki
masa peralihan. Di dalam masa peralihan tersebut, siswa mengalami banyak
perubahan baik dari segi fisik, psikologi, dan segi-segi yang lain. Perubahanperubahan tersebut dapat menimbulkan kebingungan bagi individu yang
mengalami. Mereka mulai mempertanyakan tentang diri mereka. Dengan situasi
semacam itu, maka siswa perlu mendapat pendampingan dan pengarahan yang
memadai agar siswa mampu memperkembangkan dirinya secara positif.
Tema pertama memiliki beberapa bagian yang dijabarkan ke dalam
beberapa sub bagian. Tujuannya adalah membantu siswa lebih memahami diri
secara jelas dan mendalam. Pada jenjang kelas VII semester I yang menjadi bahan
ajar adalah bagian pertama yaitu Aku Diciptakan Sebagai Perempuan atau Lakilaki. Menurut Komisi Kateketik KWI (2007a: 14), topik-topik pada bagian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

pertama ini mempunyai fokus tujuan untuk membantu siswa menemukan
kesadaran dan kepercayaan diri sebagai pribadi ciptaan Allah, baik sebagai
perempuan dan laki-laki, yang mempunyai martabat luhur dan memiliki kelebihan
serta keterbatasan. Kesadaran tersebut diharapkan mampu mendorong siswa untuk
dapat menerima diri apa adanya, mensyukurinya, sekaligus mengarahkan
pengembangan dirinya secara lebih baik. Ada kompetensi dasar yang diharapkan
mampu dicapai oleh siswa dalam bagian pertama ini. Menurut Komisi Kateketik
KWI (2007a: 14) kompetensi dasar tersebut adalah siswa memahami dan
menyadari bahwa dirinya diciptakan sebagai citra Allah, baik sebagai perempuan
maupun laki-laki, yang memiliki kemampuan dan keterbatasan dapat menerima
diri apa adanya.
Bagian pertama dari buku Persekutuan Murid-murid Yesus Pendidikan
Agama Katolik untuk SMP ini terdiri dari 12 pelajaran. Keduabelas pelajaran itu
adalah Martabat Luhur sebagai Citra Allah, Panggilan Manusia sebagai Citra
Allah, Aku Memiliki Kemampuan, Kemampuanku Terbatas, Syukur Atas Hidup,
Aku Diciptakan Baik Adanya sebagai Perempuan atau Laki-l

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 JATIBARANG BREBES TAHUN AJARAN 2010 2011

5 75 186

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA BUKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS IV SD NETRAL DI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

0 3 74

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI BIDANG KEAHLIAN TEKNIK OTOMOTIF SMK MARSUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 103

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS PADA SISWA KELAS VIII DI SMP N 2 BANTUL TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 0 161

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 171

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 SEMARANG TAHUN AJARAN 20172018

0 1 65

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA, MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN PIYUNGAN TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN SISWA DAN PERSEPSI SISWA TENTANG CARA MENGAJAR GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KECAMATAN WONOSARI GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 20132014

0 1 8

TINGKAT KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20082009 SKRIPSI

0 1 96

DESKRIPSI KONSEP DIRI SISWA KELAS VII DAN VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20122013 DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL UNTUK PENGEMBANGAN KONSEP DIRI SISWA SKRIPSI

0 0 98