ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

ASPEK
LINGKUNGAN DAN SOSIAL

8.1.

Analisis Perlindungan Lingkungan dan Sosial

8.1.1

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

A. Kaidah KLHS
Prinsip dalam penyusunan KLHS agar tercapai tujuan yang ingin dicapai
untuk mengukur dampak terhadap lingkungan yaitu:


Keterkaitan (interdependency)



Keseimbangan (equilibrium)




Keadilan (justice)
Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara

satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau
antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal
dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.
Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek,
kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti
diantaranya adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan
pemulihan cadangan sumber daya alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang
dengan pengelolaan dampaknya,dan lain sebagainya.
Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan,
rencana dan program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber alam, modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan
informasi kepada sekelompok orang tertentu.
Atas dasar kaidah diatas, maka penerapan KLHS terhadap KRP bertujuan

untuk mendorong

pembuat dan pengambil keputusan atas

KRP menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut :

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 1



Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah KRP?



Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat KRP dengan
lingkungan hidup dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?




Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan
kerugian atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi
tersebut akan mengancam keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?



Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi, dan efek-efek positifnya
dikembangkan?



Apabila KRP mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian atau mitigasi atas
efek-efek tersebut dalam muatannya, apakah masih timbul pengaruh negatif KRP
tersebut terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan secara umum?

B. Metode Penyusunan KLHS
Ruang lingkup yang menjadi kajian dalam penyusunan KLHS harus meliputi

hal hal sebagai berikut :
a.

Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

b.

Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

c.

Kinerja layanan/jasa ekosistem;

d.

Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e.

Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan


f.

Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
KLHS

adalah

proses

untuk

mempengaruhi

penentuan

pilihan-pilihan

pembangunan yang diusulkan dalam KRP yang terutama dilakukan melalui kegiatan
konsultasi dan dialog secara tepat dan relevan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan

KLHS harus sesuai dengan kebutuhan tanpa terpaku dalam metoda dan prosedur
yang baku. Melalui penyusunan KLHS maka semua kebijakan, rencana dan program
yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten akan mendorong lahirnya
pemikiran untuk alternatif –alternatif baru pembangunan melalui tahapan atau proses
sebagai berikut :
a.

Identifikasi isu-isu utama lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang
perlu dipertimbangkan dalam KRP;

b.

Analisis dampak setiap alternatif strategi pembangunan dari KRP, khususnya

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 2

isu-isu yang relevan dan memberikan masukan untuk optimalisasi;
c.


Mengkaji paling tidak dampak kumulatif yang mendasar dari KRP dan memberi
masukan untuk optimalisasi.;

d.

Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para
pengambil keputusan.
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan KLHS

adalah sebagai berikut :
a.

Melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan.

b.

Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait

c.


Melakukan pekerjaan yang terkoordinasi untuk menjaring masukkan mengenai
pengembangan infrastruktur di Kota Banjarbaru

d.

Melakukan survey dan observasi untuk kelengkapan data.

e.

Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi.

f.

Menyelenggarakan presentasi hasil evaluasi dan analisisnya.
Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

dilakukan dengan tahapan atau proses sebagai berikut :
1. Penapisan;
Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu

KRP perlu dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi
kriteria pelaksanaan KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang
berkepentingan.
2. Pelingkupan;
Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting
KLHS, tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan
kerincian penulisan dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal
kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistematis
dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah. Mengingat terbatasnya waktu
dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini tidak dilakukan proses
konsultasi publik.
3. Pengkajian;

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 3

Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah,
pemetaan kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan
alternatif rumusan maupun perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan

yang sudah ada. Tim kajian melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi
dengan para pihak (stakeholders) terkait, khususnya dengan instansi pemerintah
dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
4. Perumusan dan pengambilan keputusan
Perumusan dan pengambilan keputusan adalah rangkaian langkah-langkah
persetujuan rekomendasi hasil KLHS dan interaksi antar pihak berkepentingan
dalam rangka mempengaruhi hasil akhir KRP.
Keseluruhan hasil pengkajian ini secara lengkap dituangkan dengan jelas dan
sistematis sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.

Gambar 8.1. Mekanisme Penyelenggaraan KLHS

Pada tahap analisa atau pengkajian, harus dilakukan serangkaian kajian
dengan menerapkan daftar uji pada setiap langkah proses KRP, meliputi :
1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.
Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa :
a) tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,
b) berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan
dan sasaran umum KRP,


Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 4

c) sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan
indikator-indikator pembangunan berkelanjutan,
d) keterkaitan KRP dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik,
e) konflik

kepentingan

antara

KRP dengan KRP-KRP

lain

segera

bisa

teridentifikasi.
2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.
Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas
data, tetapi identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang
tersedia serta cara mengatasinya. Hal ini terasa penting ketika KRP diharuskan
memperhatikan kesatuan fungsi ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain
wilayah administratifnya sendiri.
Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan
sumbernya agar proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendalakendala setempat.
3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.
Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu
lingkungan hidup maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional,
maupun internasional, dan melihat relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap
wilayah perencanaannya.
4. Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan

Hidup

dan

Pembangunan

Berkelanjutan.
Pengujian ini efektif bila konsep rencana sudah mulai tersusun, sehingga dapat
dilakukan penilaian langsung atas arahan-arahan rencana terhadap indikatorindikator teknis lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Uji ini
sebenarnya merupakan iterasi atau pengembangan dari uji yang dilakukan di
awal proses penyusunan KRP sebagaimana dijelaskan pada nomor 1.
5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.
Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi
besaran dan waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan.
Bentuk pengujian ini dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun
ketersediaan data, sehingga pengujian dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.
Pengujian secara kuantitatif maupun kualitatif sama-sama bernilai apabila diikuti

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 5

dengan verifikasi berupa proses konsultasi maupun diskusi dengan pihak-pihak
yang terkait.
6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.
Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang
beralasan, relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif
bisa dilakukan dengan sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan
yang lainnya) atau mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.
7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak dampak Turunan maupun Kumulatif.
Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana
jenis-jenis KRP tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau
dampak-dampak lanjutan yang lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan,
maupun akumulasi efek dalam jangka waktu panjang dan pada skala ruang yang
besar.
Kelompok-kelompok pengujian ini bisa dilakukan dengan cara :


mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model
daftar uji untuk menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai
konsistensi muatan KRP terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar
uji untuk menuntun pengambil keputusan mempertimbangkan kriteria-kriteria
dan opsi-opsi yang mendukung keberlanjutan, dan lain sebagainya



melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan
data, kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana



melakukannya secara berulang/iteratif



mengembangkan atau memodifikasi jenis pertanyaan-pertanyaannya sesuai
dengan kepentingan pengujian atau kemajuan pengetahuan.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 6

Gambar 8.2. Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS
Dalam pelaksanaannya, penyusunan KLHS dilakukan terhadap 3 kondisi KRP,
yaitu KRP yang sudah disusun atau dilaksanakan sebelumnya, KRP yang masih
dalam proses perencanaan atau penyusunan dan yang terakhir adalah KRP yang
sedang dalam proses penyusunan. Pendekatan pelaksanaan KLHS terhadap ketiga
kondisi KRP tersebut berbeda satu dengan lainnya, dengan skema pendekatan
sebagai berikut :

Gambar 8.3.

Integrasi Pelaksanaan KLHS dalam Perencanaan KRP

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 7

Gambar 8.4. Skema Alternatif Pelaksanaan Integrasi KLHS

8.1.2

Amdal, UKL UPL dan SPPLH
Dokumen Upaya

pembangunan

merupakan

Pengelolaan Lingkungan (UKL)
dokumen

yang

memuat

rencana kegiatan

upaya-upaya

mencegah,

mengendalikan, dan menanggulangi dampak lingkungan hidup yang bersifat negatif
dan meningkatkan dampak positip yang timbul sebagai akibat dari rencana suatu
kegiatan tersebut. Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan merupakan upaya
peduli serta rasa tanggung-jawab pemrakarsa untuk mengupayakan pelestarian
lingkungan dan mengembangkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan.
Dampak-dampak yang muncul tersebut perlu dikelola oleh pemrakarsa
sehingga keseimbangan ekosistem lingkungan tetap terjaga dan kualitas daya
dukung lingkungan akan meningkat.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup mencakup empat kelompok aktivitas yaitu :
1.

Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
dampak negatif lingkungan hidup melalui pemilihan alternatif, tata letak lokasi
dan rancang bangun proyek.

2.

Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimasi
atau mengendalikan dampak dampak negatip baik yang timbul di saat usaha
atau kegiatan beroperasi maupun hingga saat usaha atau kegiatan tersebut
berakhir.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 8

3.

Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat meningkatkan dampak positip
sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik
kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut
menikmati dampak positip tersebut.

4. Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan
ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas
sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak sebagai dasar untuk
memberikan kompensasi sebagai akibat usaha atau kegiatan.

8.1.3

Perlindungan Sosial
Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan

keresahan masyarakat karena rencana investasi tidak sesuai dengan harapan
masyarakat. Pengadaan tanah biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di
atas

tanah

yang

bukan

milik

pemerintah

atau

telah

ditempati

oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah
adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan dengan kesepakatan
kedua belah pihak terutama terkait dengan ganti rugi atau ganti untung dan
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan standar kehidupan warga yang
terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and

resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Transparan : Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan
secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi
harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman,
dan lainnya) yang akan terkena dampak.
b. Partisipatif : Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus
terlibat dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi
proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, serta lokasi tempat permukiman
kembali.
c. Adil

:

Pengadaan tanah

tidak boleh

memperburuk

kondisi

kehidupan

masyarakat. Masyarakat tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi
yang memadai, seperti tanah pengganti dan/atau uang tunai yang setara

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 9

dengan harga pasar tanah dan asetnya. Biaya terkait lainnya, seperti biaya
pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh pemrakarsa
kegiatan. Masyarakat

harus diberi kesempatan untuk mengkaji rencana

pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui
syarat-syarat dan jumlah ganti rugi dan/atau permukiman kembali.
Untuk masalah ketidaksetujuan atau tidak sesuainya rencana investasi
dengan harapan masyarakat harus segera diselesaikan melalui sosialisasi mengenai
pentingnya proyek, keuntungan dan manfaat proyek bagi kesehatan lingkungan dan
kesehatan masyarakat setempat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui tercapainya kebutuhan sanitasi dasar bagi masyarakat.
Untuk aspek sosial ekonomi dan budaya prakiraan besarnya dampak
dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan metode formal dan dengan metode
informal. Metode formal digunakan untuk memprakirakan besarnya perubahan dari
variabel-variabel yang dapat terukur secara kuantitatif, diantaranya keresahan
masyarakat, konflik sosial, perubahan pendapatan, adanya kesempatan kerja,
perubahan mata pencaharian.
Sedangkan metode informal yang digunakan adalah teknik analogi. Metode ini
digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak dari variabel-variabel yang
bersifat kualitatif misalnya, keresahan masyarakat. Berikut ini disajikan cara yang
digunakan untuk perhitungan prakiraan dampak komponen sosial.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 10

Tabel 8.1. Metode Prakiraan Dampak Komponen Sosial
No
1

Komponen
Pendapatan
Masyarakat

Indikator
Peningkatan/penurunan
pendapatan

Metode Prakiraan dampak
Naik, jika :

 >X–Za/2 S/n
turun jika :

 200
orang atau memindahkan warga > 100
orang

B

C

D

Persyaratan

Surat
Pernyataan
dari
pemrakarsa kegiatan
Laporan yang disusun oleh
pemrakarsa kegiatan
Surat
Persetujuan
yang
disepakati dan ditandatangai
bersama antara pemrakarsa
kegiatan dan warga yang
menghibahkan
tanahnya
dengan sukarela
RTPTPK sederhana

RTPTPK menyeluruh

Sedangkan metode pendugaan dampak lingkungan dapat diuraikan sebagai
berikut, untuk memprakirakan pentingnya dampak maka diperlukan batasan kriteria
dampak penting sebagai berikut:
a. Jumlah manusia yang terkena dampak,
b. Luas persebaran dampak,
c. Intensitas dampak dan lamanya dampak berlangsung,
d. Komponen lingkungan yang terkena dampak,
e. Sifat kumulatif dampak,
f.

Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

Dampak penting suatu komponen lingkungan hidup ditentukan oleh :
a. Jumlah manusia yang terkena dampak.
Pengertian manusia yang akan terkena dampak mencakup aspek yang
luas, maka kriteria penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di
masyarakat mempunyai posisi/nilai penting. Dampak lingkungan rencana

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 12

usaha/kegiatan yang penentuannya didasarkan pada sendi-sendi kehidupan
pada masyarakat dan jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting
bilamana : “manusia di wilayah proyek

yang terkena dampak lingkungan

tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha/kegiatan, jumlahnya sama atau
lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha/kegiatan
di wilayah studi”.
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak lingkungan dari rencana usaha/kegiatan

bersifat penting

bilamana ”rencana usaha/kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang
mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, atau tidak
berbalik dampak atau segi kumulatif dampak
c. Lamanya dan intensitas dampak berlangsung
Dampak kegiatan dapat berlangsung lama atau dalam waktu singkat pada
setiap tahap pembangunan rencana kegiatan. Atas dasar pengertian ini maka
dampak

lingkungan

bersifat

penting

apabila

rencana

usaha/kegiatan

mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi lamanya dan
intensitas dampak.
d.

Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
Dikarenakan dampak terhadap komponen lingkungan akan berdampak

lanjut terhadap komponen lingkungan lainnya, sehingga atas pengertian ini
dampak tergolong penting bila : rencana usaha/kegiatan menimbulkan
dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya
lebih atau sama dengan komponen yang terkena dampak primer.
e. Sifat kumulatif dampak tersebut
Dampak suatu usaha/kegiatan tergolong berdampak penting bilamana :


Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus
sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh
lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.



Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 13



Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek
yang saling memperkuat (sinergis).

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Dampak bersifat penting bilamana : perubahan yang akan dialami oleh
suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan
intervensi manusia”.
Tabel 8.3. Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting
No.

Komponen
Lingkungan

I

Jumlah
manusia
terkena akan
dampak

II

Luas wilayah
persebaran
dampak
berlangsung
Intensitas dan
lamanya
dampak
berlangsung

III

IV

V

VI

Komponen
lingkungan
lainnya yang
terkena dampak
Sifat kumulatif
dampak

Nilai dan Rentangan *)
Tidak penting
Penting
1
2
3
4
Terkena
Terkena
Terkena
Terkena
dampak
dampak 11- dampak 21dampak 3120%
30%
50%
10%
Sedikit
Sedang
Banyak
Sangat
sedikit
sangat
sempit
Bila dampak
Bila dampak
sempit
lebih sempit
lebih luas
dari wilayah
dari wilayah
kabupaten
kabupaten
Dampak
Dampak
Dampak
Dampak
sangat
singkat
berlangsung
mulai dari
singkat
1-2 tahap
pra
konstruksi
dan operasi
Sangat
Sedikit/1
Sedang/2
Banyak/3
sedikit/ 0
komponen
komponen
komponen
komponen
Antagonistik/
saling
menetralisir

Berbalik atau
Sangat cepat
tidak
berbalik
berbaliknya
dampak
Sumber: Fandeli, Chafid (1992)

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

Dampak
muncul
kumulaitf
sedang

Dampak
muncul
kumulatif
lama

Cepat
berbalik

Dampak
terperbalikan
agak sukar
dikendalikan

Dampak
muncul
kumulatif
relatif
singkat
Dampak tak
terperbalikan
efek
majemuk

5
Terrkena
dampak 
51%
Sangat
banyak
Bila dampak
melebihi luas
nasional
Dampak
sangat
panjang

Sangat
banyak/ > 3
komponen
Dampak
muncul
kumulatif
sangat
singkat
Dampak tak
terperbalikan
efek sangat
majemuk

VIII- 14

Tabel 8.4.

Batasan Kriteria Penentuan Dampak Penting

(Kep. Ka.Bapedal No.056/1994)
No
1

Faktor Penentu Dampak
Penting
Jumlah
manusia
yang
terkena dampak

2

Luas wilayah
dampak

persebaran

3

Lama berlangsungnya
dampak dan intensitas
dampak

Kriteria Dampak Penting
Tidak penting
Penting
Perbandingan antara
Perbandingan antara
penduduk yang terkena
penduduk yang terkena
dampak negatip dengan
dampak negatip dengan
penduduk yang menikmati
penduduk yang menikmati
manfaat kurang dari 100%
manfaat lebih besar atau
sama dengan dari 100%
Tidak ada wilayah yang
Ada wilayah yang mengmengalami perubahan
alami perubahan mendasar
mendasar dari segi
dari segi intensitas dampak
intensitas dampak tidak
atau tidak berbaliknya
berbaliknya dampak atau
dampak atau segi kumulatif
segi kumulatif dampak
dampak
Dampak yang terjadi hanya Dampak yang terjadi hanya
berlangsung pada kurang
berlangsung pada kurang
dari satu tahapan kegiatan
dari satu tahapan kegiatan
intensitas dampak :
intensitas dampak :
a. Ada perubahan pada sifat
a. Tidak ada perubahan
fisik atau hayati
pada sifat fisik atau
lingkungan yang
hayati lingkungan yang
melampaui baku mutu
melampaui baku mutu
lingkungan yang telah
lingkungan yang telah
ditetapkan
ditetapkan
b. Ada perubahan mendasar
b. Tidak ada perubahan
pada komponen
mendasar pada kompolingkungan hidup yang
nen lingkungan hidup
melampaui kriteria menyang melampaui kriteria
dasar berdasar
mendasar berdasar
pertimbangan ilmiah
pertimbangan ilmiah
c.
Ada
spesies langka ,
c. Tidak ada spesies langka
endemik
yang dilindungi
, endemik yang
menurut
peraturan
dilindungi menurut
perundang-undangan
yang
peraturan perundangberlaku,
terancam
punah
undangan yang berlaku,
atau habitat alaminya
terancam punah atau
mengalami kerusakan
habitat alaminya
mengalami kerusakan
d. Tidak ada gangguan atau d. Ada gangguan atau
kerusakan pada kawasan
kerusakan pada
lindung
kawasan lindung

e. Tidak ada kerusakan
atau pemusnahan
benda-benda bersejarah
f. Tidak mengakibatkan
konflik di kalangan
masyarakat, Pemda
maupun Pemerintah
Pusat
g. Tidak mengubah atau
memodifikasi area yang

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

e. Ada kerusakan atau
pemusnahan benda-benda
bersejarah
f. Mengakibatkan konflik di
kalangan masyarakat,
Pemda maupun
Pemerintah Pusat
g. Mengubah atau
memodifikasi area yang
mempunyai keindahan
alami yang tinggi

VIII- 15

No

Faktor Penentu Dampak
Penting

4

Komponen lain yang terkena
dampak

5

Sifat kumulatif dampak

6

Berbalik atau tidak
berbaliknya dampak

Kriteria Dampak Penting
Tidak penting
Penting
mempunyai keindahan
alami yang tinggi
Tidak menimbulkan damMenimbulkan dampak
pak sekunder dan dampak
sekunder dan dampak
lanjutan lainnya yang
lanjutan lainnya yang jumlah
jumlah komponennya lebih komponennya lebih atau
atau sama dengan
sama dengan komponen
komponen lingkungan yang lingkungan yang terkena
terkena dampak primer
dampak primer
Tidak kumulatif
Bersifat kumulatif, tidak
dapat diasimilasi oleh
lingkungan dan bersifat
sinergetik
Dapat dipulihkan
Tidak dapat dipulihkan

8.1.3.1 Perlindungan Sosial Pada Tahap Perencanaan Pembangunan
a. Survey Lapangan
 Keresahan Masyarakat

Keresahan pada masyarakat berpotensi timbul karena adanya kekhawatiran
masyarakat akan kemungkinan dampak negatif akibat pembangunan proyek
seperti tergusurnya lahan masyarakat, kemacetan lalu lintas, debu, bising
dan lainnya.
 Persepsi Positif

Persepsi positif dapat timbul di masyarakat karena adanya harapan
meningkatnya kualitas lingkungan dan berkurangnya daerah genangan saata
musim penghujan tiba karena saluran drainase menjadi bersih serta
meningkatnya kesehatan karena lingkungan menjadi lebih bersih karena
terbangunnya infrastruktur lingkungan.
b. Perencanaan Dan perijinan
 Persepsi Positif

Persepsi positif dapat timbul di masyarakat karena adanya perencanaan
dilakukan secara seksama dan memperhatikan aspek lingkungan. Persepsi
positif juga dapat timbul karena proses perijinan dilakukan sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 16

 Persepsi Negatif

Persepsi negatip dapat timbul karena adanya kekhawatiran masyarakat akan
kemungkinan dampak negatif akibat pembangunan sub proyek investasi
seperti terganggunya lingkungan dan persepsi kemungk inan adanya
pengenaan biaya dan kenaikan pungutan atau retribusi sampah bahkan air
limbah apabila infrastruktur tersebut telah beroperasi.
c. Penyampaian Informasi pada masyarakat
 Persepsi Positif

Persepsi positif dapat timbul di masyarakat setelah mendapatkan
informasi yang memadai tentang rencana pembangunan sub proyek serta
jika didukung adanya kesepakatan bersama antara pemrakarsa dengan
warga
 Keresahan Masyarakat

Keresahan masyarakat masih mungkin terjadi jika informasi yang
diberikan tidak memadai atau tidak sesuai dengan harapan / keinginan
warga setempat atau bila ada pembebasan lahan maka belum tercapai
kata sepakat untuk kompensasinya.
 Gangguan Kamtibmas

Gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila keresahan yang timbul di
masyarakat tidak ditanggulangi dengan baik atau tidak adanya solusi yang
dapat diterima oleh masing-masing pihak, baik pemrakarsa maupun
warga

setempat

(terjadi kebuntuan) atas masalah yang

dihadapi.

Gangguan kamtibmas dapat berupa protes atau aksi yang mengancam
kelancaran kegiatan pembangunan proyek.

8.1.3.2 Perlindungan Sosial Pada Tahap Pelaksanaan Pembangunan
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
 Peningkatan Kesempatan Kerja
Peningkatan kesempatan kerja disebabkan oleh adanya kebutuhan tenaga
kerja untuk melaksanakan kegiatan pembangunan proyek terutama
pekerja kasar.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 17

 Kecemburuan sosial
Kecemburuan sosial dapat timbul jika pihak kontraktor proyek lebih
mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah proyek dalam
perekrutan pekerja proyek.
 Gangguan kamtibmas
Gangguan kamtibmas dapat terjadi jika kecemburuan sosial yang ada di
masyarakat dibiarkan berlarut-larut tanpa diantisipasi dengan baik akan
dapat mengancam kelancaran kegiatan pembangunan proyek. Selain itu,
gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila tenaga kerja proyek tidak
dapat berbaur dengan masyarakat setempat atau melakukan tindakan
kriminalitas.
b. Mobilisasi Peralatan dan Material
 Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan
kendaraan bermotor yang digunakan untuk pengangkutan material.
Penurunan kualitas udara terjadi terutama pada jalan-jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut

yang umumnya akan melewati daerah padat

penduduk.
 Peningkatan kebisingan
Peningkatan

kebisingan

berasal

dari

suara

bising

kendaraan

pengangkut yang digunakan terutama jika mobilisasi alat berat dan
material dilakukan dalam jumlah besar dan bersamaan serta melewati
wilayah penduduk padat.
 Peningkatan volume lalu lintas
Peningkatan volume lalu lintas dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang
menjadi rute pengangkutan terutama di jalan-jalan yang padat atau jika
mobilisasi alat berat dan material dilakukan pada jam-jam sibuk
 Kerusakan Jalan
Kerusakan Jalan dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang menjadi rute
pengangkutan terutama di jalan-jalan yang padat atau jika mobilisasi
alat berat dan material dilakukan menggunakan kendaraan besar dan
melebihi kekuatan jalan.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 18

c. Pembangunan dan Pengoperasian Base Camp
 Peningkatan volume air buangan
Peningkatan volume air buangan terjadi karena adanya penggunaan
KM/WC di base camp oleh pekerja proyek. Air sisa dari kegiatan di
KM/WC tersebut akan menimbulkan air limbah, dan bila hanya dibuang
langsung ke saluran akan memberikan peningkatan pencemaran.
 Peningkatan volume sampah
Peningkatan

volume

sampah

diprakirakan

timbul

dari

kegiatan

manajemen dan aktivitas pekerja proyek yang tinggal di base camp.
Sampah yang dihasilkan sebagian besar berupa sampah yang dapat didaur
ulang seperti kertas, lapak dan lain-lain dan sisanya adalah sampah yang
mudah terurai (sisa-sisa makanan).
 Gangguan kamtibmas
Gangguan kamtibmas dapat terjadi apabila terdapat konflik antara
masyarakat sekitar dengan tenaga kerja proyek atau pekerja proyek
melakukan tindakan kriminalitas di lokasi proyek dan sekitarnya.
d. Pekerjaan Penyiapan Lahan
 Keresahan masyarakat
Keresahan Masyarakat dapat timbul dari penyiapan lahan. Karena
masyarakat khawatir lahan mereka akan tergusur, timbul bau, jumlah
sampah meningkat, timbulnya debu dan bising.
 Persepsi positif
Persepsi Positif dapat timbul karena sampah dalam saluran drainase
berkurang serta air limbah dan sistem drainase dapat ditangani dengan
baik
 Peningkatan volume sampah hasil dari pengerukan di pinggir saluran
drainase
Peningkatan volume sampah dapat timbul dari kegiatan penyaringan
sampah dan pengerukan endapan pada saluran drainase pada saat
kegiatan normalisasi saluran. Terutama jika sampah tidak segera
dikelola dengan baik.
 Berkurangnya jumlah sampah dalam saluran drainase

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 19

Berkurangnya Jumlah Sampah dalam Saluran Drainase dapat timbul
karena kegiatan penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada
saluran drainase yang akan dinormalisasi.
 Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan karena adanya Bau yang berasal
dari kegiatan penyaringan sampah dan pengerukan endapan pada
saluran drainase serta peningkatan debu akibat kegiatan peralatan
berat untuk penyiapan lahan
 Peningkatan kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang
digunakan dalam kegiatan penyiapan lahan terutama jika alat berat
tersebut digunakan bersamaan.
 Penurunan vegetasi di sepanjang saluran drainase
Penurunan Jumlah Pohon di wilayah proyek

dapat terjadi karena

pelebaran drainase atau penyiapan lahan untuk TPST, peningkatan
kualitas TPA, maupun jaringan limbah atau jamban komunal/IPAL
komunal, yang memerlukan penebangan pohon.
e. Pembongkaran aspal dan Penggalian Tanah
 Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan
akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan
pembongkaran aspal dan penggalian tanah untuk kegiatan pemasangan
sistem sewerage atau normalisasi dan pembuatan saluran drainase serta
untuk pemasangan pipa transmisi maupun pipa distribusi.
 Peningkatan kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang
digunakan dalam kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian tanah
terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.
 Penurunan K3
Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang
berdampak terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh
tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 20

proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada
pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau
terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
 Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran
masyarakat jika nantinya kegiatan pembongkaran aspal dan penggalian
tanah dapat menyebabkan kerusakan bangunan milik warga yang
berdekatan dengan lokasi proyek dan terganggunya

kenyamanan

lingkungan.
f. Pembangunan Bak Kontrol dan Manhole
 Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan
akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan
pembangunan bak kontrol dan manhole sebagai pelengkap pembangunan
sistem jaringan air limbah.
 Peningkatan kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang
digunakan dalam kegiatan pembangunan bak kontrol dan manhole
terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.
 Penurunan K3
Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang
berdampak terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh
tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada
pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau
terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
g. Pengurugan Pasir, Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB
dan perpipaan air bersih)
 Penurunan kualitas udara

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 21

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan baik
debu maupun gas dari proses kegiatan pengaspalan dan akibat adanya
emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan Pengurugan Pasir,
Tanah dan Pengaspalan Kembali (finishing jalur SPAB dan perpipaan air
bersih).
h. Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal
 Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan
akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan dalam kegiatan
Pembangunan Jamban beserta Septictank Komunal.
 Peningkatan kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang
digunakan dalam kegiatan Pembangunan Jamban beserta Septictank
Komunal terutama jika alat berat tersebut digunakan bersamaan.
 Penurunan K3
Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang
berdampak terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh
tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada
pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau
terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
 Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran
masyarakat

jika nantinya kegiatan

Pembangunan Jamban beserta

Septictank Komunal dapat menyebabkan kerusakan bangunan milik warga
yang berdekatan dengan lokasi proyek ataupun dapat menimbulkan
masalah lainnya apabila nantinya bangunan tersebut tidak dikelola
dengan baik.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 22

i. Pekerjaan Pondasi
 Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh adanya peningkatan debu
serta kadar polutan akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan
dalam kegiatan pekerjaan pondasi bangunan TPST, bangunan IPA dan
IPAL serta bangunan untuk peningkatan kualitas TPA.
 Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang
digunakan dalam kegiatan pekerjaan pondasi terutama jika alat berat
tersebut digunakan bersamaan.
 Penurunan K3
Penurunan K3 timbul karena adanya penurunan kualitas udara yang
berdampak terhadap kesehatan. Hal ini akan banyak dialami oleh
tenaga kerja proyek dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
proyek. Disamping itu, dampak negatif ini juga bisa terjadi jika ada
pekerjaan proyek yang rawan bahaya bagi tenaga kerja proyek atau
terabaikannya sistem K3 sehingga dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
 Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran
masyarakat akan adanya kerusakan bangunan saat pondasi dibuat.
j. Pekerjaan Struktur Bangunan IPAL dan IPA serta sistem jaringan drainase
dan Pelengkapnya
 Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat berat yang
digunakan dalam Pekerjaan Struktur Bangunan IPA, IPAL, TPST, T PA
dan

Pelengkapnya

terutama

jika

alat

berat

tersebut

digunakan

bersamaan.
 Penurunan K3
Penurunan

K3

timbul

kegiatan

konstruksi

dapat

menyebabkan

kecelakaan kerja.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 23

k. Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
 Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat dapat terjadi karena adanya kekhawatiran
masyarakat

jika

nantinya

kegiatan

Pembangunan

TPST

akan

menimbulkan bau dan timbulnya penyebaran bibit penyakit.
 Penurunan Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh adanya peningkatan debu
serta kadar polutan akibat adanya emisi dari alat berat yang digunakan
dalam kegiatan pekerjaan pembangunan TPST.
 Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan berasal dari suara bising alat proyek yang
digunakan dalam kegiatan pekerjaan pembangunan TPST .
l. Demobilisasi Peralatan dan Material
 Penurunan kualitas udara
Penurunan kualitas udara disebabkan oleh tingginya kadar polutan dari
emisi yang dihasilkan kendaraan pengangkut pengembalian alat berat dan
sisa material. Penurunan kualitas udara terutama terjadi di jalan-jalan
yang dilalui kendaraan pengangkut alat berat.
 Peningkatan kebisingan
Peningkatan

kebisingan

berasal

dari

suara

bising

kendaraan

pengangkut yang digunakan.
 Peningkatan volume lalu lintas
Peningkatan volume lalu lintas dapat terjadi pada ruas-ruas jalan yang
menjadi rute pengangkutan kegiatan demobilisasi alat berat dan sisa
material, terutama di jalan-jalan yang padat atau pada jam-jam sibuk.
m. Demobilisasi Tenaga Kerja
 Penurunan lapangan pekerjaan
Menurunnya lapangan pekerjaan dapat terjadi di akhir masa konstruksi
karena selesainya masa kontrak kerja antara pekerja proyek dengan
kontraktor pelaksana

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 24

Khusus untuk peningkatan kualitas TPA, maka dampak yang terjadi
pada tahap konstruksi adalah :
a. Pembangunan jalan akses ke TPA dan jalan operasional dilakukan
dengan

konstrusi berupa jalan beton bertulang belakang. Kegiatan

perkerasan beton tersebut dilakukan dengan menggunakan alat-alat
berat yang dapat menimbulkan penurunan kualitas udara berupa
peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu di udara.
b. Pada kegiatan recovery sampah lama dengan penataan kembali
operasional sel-sel sampah di atasnya, dilakukan pemadatan sampah
lama mamakai buldozer sehingga terdapat dampak adanya penurunan
sampah sehingga perataan sampah dalam setiap sel dalam proses
penataan

memerlukan

kecermatan

dan

kehati-hatian

karena

kemungkinan masih ada gas yang terperangkap yang menyebabkan
penurunan kualitas udara. Sedangkan pada pemanfaatan sampah lama
yang digunakan sebagai biogas dapat memberikan peluang usaha
namun kegiatan ini juga dapat berisiko akan terjadi penumpukan gas
landfill

yang

menyebabkan

terjadinya

gangguan

K3

akibat

kemungkinan ledakan gas di dalam sampah.
c. Kegiatan pembangunan saluran drainase

sebagai saluran untuk

mengalirkan limpasan dari TPA dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pola aliran dan potensi banjir. Pada pembangunan tanggul
penahan sampah dapat menyebabkan terjadinya potensi longsor pada
timbunan sampah.
d. Kegiatan pemasangan pipa ventilasi gas dan pipa lindi dilakukan
setelah tanah di areal sel sampah diratakan. Pipa ventilasi gas
merupakan jalan keluarnya gas metahana yang terperangkap dalam
timbunan sampah, sehingga terjadi peningkatan produksi gas methan
atau tertangkapnya gas methana. Pemasangan pipa lindi sebagai jalan
keluarnya

air

lindi

menuju

saluran

lindi

berdampak

pada

tertangkapnya cairan lindi dan menghindari meresapnya lindi ke
dalam air tanah sehingga terjadi peningkatan kualitas air tanah.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 25

e. Kegiatan Pagar keliling TPA memberikan dampak positip terjadinya
penurunan

gangguan

kamtibmas

karena

keleluasaan

masuknya

masyarakat ke dalam TPA sudah terbatasi karena adanya pemagaran.

8.1.3.3 Perlindungan Sosial Pada Tahap Pasca Pelaksanaan Pembangunan
a. Operasional dari saluran

drainase,

Pipa Jalur SPAB, Jamban dan

Septicktank Komunal, IPAL, pompa dan TPST
 Peningkatan fungsi saluran
Karena saluran drainase sudah dibersihkan dan saluran juga sudah
diperbaiki sehingga fungsi saluran drainase lebih maksimal. Dan saluran
drainase dan SPAB sudah terpisah sehingga saluran drainase tidak
bercampur dengan air limbah sehingga lebih bersih dan sehat.
 Peningkatan kualitas air saluran
Kualitas air pada seluruh badan air akan meningkat karena kondisi
perairan lebih bersih dan air dapat mengalir dengan baik serta sistem
penyaluran air limbah tertata secara jaringan.
 Peningkatan kesempatan kerja
Meningkatnya lapangan pekerjaan disebabkan oleh adanya kebutuhan
tenaga kerja sebagai tenaga operator dan sebagai pemelihara dari semua
fasilitas yang telah di bangun.
 Kecemburuan sosial
Kecemburuan

sosial

dapat

timbul

jika

pihak

pemrakarsa

lebih

mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari luar wilayah proyek dalam
perekrutan tenaga kerja.
 Berkurangnya volume sampah pada saluran drainase
Volume sampah akan berkurang sejalan dengan adanya pengoperasian
TPST dan sarana lain yang mendukung.
 Penurunan Banjir
Karena saluran drainase telah ternormalisasi dan mengalir sesuai
fungsinya, maka diharapkan tidak akan terjadi genangan/banjir
kawasan proyek.
 Perubahan pola perilaku hidup masyarakat

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 26

di

Perilaku masyarakat akan lebih baik karena seluruh infrastruktur sanitasi
lingkungan

telah

terbangun

dan

difungsikan

terutama

masyarakat

diharapkan tidak membuang sampah dan air limbah ke badan air dan tidak
melakukan aktivitas apapun untuk membuang limbah ke badan air.
 Peningkatan Estetika lingkungan
Estetika lingkungan akan meningkat dengan beroperasinya seluruh
sarana dan prasarana proyek. Peningkatan Estetika lingkungan ditandai
dengan semakin bersihnya kawasan dimana proyek dilakukan.
 Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat diprakirakan akan menjadi lebih baik karena
sarana sanitasi telah terbangun dan lingkungan menjadi lebih sehat.
b. Pemeliharaan Bangunan dan Lingkungan
 Peningkatan Kualitas dan Estetika Lingkungan
Dengan beroperasinya proyek sesuai fungsinya maka volume sampah
berkurang dan air limbah tidak dibuang langsung ke saluran. Dengan
berkurangnya sampah dan air limbah maka secara tidak langsung
meningkatkan kualitas dan estetika lingkungan.
 Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Peningkatan kesehatan masyarakat disebabkan membaiknya kondisi
estetika lingkungan. Hal ini akan banyak meningkatkan kesehatan
masyarakat di kawasan proyek dan sekitarnya.
Khusus untuk kegiatan peningkatan TPA maka dampak yang terjadi adalah
sebagai berikut :
 Kegiatan operasional TPA dimulai dari proses pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA, Kegiatan pengangkutan sampah dapat memberikan prioritas
dampak penting hipotesis adanya penurunan kualitas udara, peningkatan
kecelakaan, penurunan kesehatan masyarakat.
 Pada kegiatan operasional sel harian (bongkar muat sampah) terjadi
proses penyortiran sampah dahulu yang berdampak Penurunan Kualitas
Udara (Bau). Hal ini juga bisa menyebarkan peningkatan vektor penyakit
yang

berdampak

pada

penurunan

Kesehatan

masyarakat

sebelum

dibongkar. Selain itu kegiatan operasional harian TPA dapat memberikan

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 27

keresahan pada pemulung karena kesempatan mendapatkan barang bekas
semakin kecil.
 Pada kegiatan pengoperasian sampah selalu dilakukan perataan dan
pemadatan sampah dengan peralatan buldozer dimana pada akhir
operasional sampah diurug dan dipadatkan dengan tanah urug. Hal in
berdampak menyebabkan penurunan populasi lalat

dan penurunan

kualitas udara.
 Kegiatan pengoperasian IPAL Lindi, lindi disalurkan ke IPAL dan diolah
secara

biologis.

Pemilihan

teknologi

yang

tidak

tepat

akan

mengakibatkan adanya dampak penurunan kualitas air pemukaan dan
peningkatan bau.
 Kegiatan pengoperasian pipa gas berupa pengoperasian saluran ventilasi
dilakukan untuk pengendalian gas pengamanan pada timbunan sampah
dan adanya tangkapan gas ini menyebabkan adanya potensi kebakaran
dan keresahan pada masyarakat.
 Kegiatan

pengolahan

sampah

akan

memberikan

dampak

adanya

penurunan volume sampah di TPA, kesempatan kerja karena terdapat
diversifikasi usaha dari sampah dan persepsi positip masyarakat.
 Kegiatan pemeliharaan lingkungan TPA dilakukan terhadap semua sarana
dan fasilitas fisik pada TPA sehingga berdampak pada peningkatan
kualitas lingkungan.

Laporan Akhir RPI2JM Kota Banjarbaru

VIII- 28