B AB I PENDAHULUAN - BAB I IV

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, dan berfungsi sebagai tempat manusia melakukan berbagai aktifitas, baik untuk tempat tinggal, kegiatan keagamaan (beribadah), kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus, oleh karena itu suatu gedung harus memiliki ketahanan dan kekuatan untuk menjamin keselamatan bagi orang yang beraktifitas di dalamnya. Hilangnya fungsi bangunan dapat disebabkan karena ulah manusia itu sendiri ataupun karena alam yang terjadi di luar perkiraan sebelumnya.

  Bencana alam besar yang melanda Indonesia pada akhir tahun 2004 silam, selain mengakibatkan korban jiwa dan harta benda juga menyebabkan tidak berfungsinya prasarana bangunan. Gempa 26 Desember 2004 telah membuat dunia terkejut karena menimbulkan korban terbesar sepanjang sejarah akibat Tsunami. Gempa ini menewaskan sekitar 180.000 orang diberbagai Negara yakni Indonesia (Aceh dan Nias), Sri Langka, India, Thailand, Myanmar dan Malaysia. Tsunami yang menerpa kota Banda Aceh dan beberapa wilayah lainnya di Aceh tidak pernah dibayangkan oleh perancang kota sebelumnya.

  Peristiwa ini telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang sangat dahsyat, khususnya di daerah pesisir yang terkena hempasan gelombang tsunami. Pada Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 telah mengakibatkan konstruksi rangka kayu mengalami kerusakan jauh lebih parah dan hancur, sementara struktur beton bertulang umumnya mengalami kerusakan struktural.

  Kondisi setelah 10 tahun musibah tsunami banyak bangunan konstruksi beton bertulang mengalami keropos. Ada sebagian bangunan gedung yang sudah mengalami perubahan bentuk atau deformasi struktur bangunan sehingga sudah digolongkan dalam katagori rusak berat. Kondisi beton sebagian sudah keropos pada struktur kolom beton bertulang, dan diprediksi telah mengalami penurunan kekuatan betonnya.

  Penurunan kekuatan beton akibat tsunami pada struktur kolom dapat mengganggu kekuatan bangunan secara keseluruhan. Hal yang membuat penulis melakukan analisis terhadap struktur kolom bangunan. Harapan nantinya setiap gedung yang sudah terkena tsunami juga dilakukan analisis terhadap kekuatan beton bangunannya agar dapat dipastikan bangunan tersebut aman, kuat, kokoh, andal sesuai dengan peraturan yang berlaku.

  Pengujian kekuatan beton yang akan penulis lakukan pada beton keras berupa Non-destructive dengan menggunakan alat Concrete Hammer Test. Alat tersebut digunakan sebagai indikator untuk menilai kekuatan beton bukan untuk menentukan mutu beton, indikator tersebut digunakan sebagai perbandingan antara kekuatan beton yang terkena tsunami dengan beton yang tidak terkena tsunami. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan kolom beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apakah ada perbedaan kekuatan antara beton yang terkena tsunami dengan beton yang tidak terkena tsunami ?

  2. Berapa besar perbedaan kekuatan beton tersebut ?

  1.3. Tujuan dan Manfaat Analisis

  Tujuan dari analisis ini adalah:

  1. Untuk mengetahui ada perbedaan kekuatan beton 2. Untuk mengetahui berapa besar penurunan kekuatan beton.

  3. Memberikan gambaran tentang kelayakan fungsi elemen kolom tersebut.

  1.4. Hasil yang Diharapkan

  1. Adanya perbandingan kekuatan beton akibat tsunami dan yang tidak terkena tsunami.

  2. Dengan adanya pengujian dapat mengetahui besar penurunan kekuatan beton pada bangunan yang terkena tsunami.

  3. Adanya gambaran tentang kelayakan fungsi kolom bangunan.

  1.5 Manfaat

  Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan nilai kekuatan pada permukaan kolom beton bangunan yang terkena tsunami dan yang tidak terkena tsunami. Analisis untuk menguji, dilakukan percobaan pada kolom bangunan yang terendam sebagian dengan air tsunami agar diketahui besar penurunan kekuatan beton pada bangunana yang terkena tsunami. Proses pengambilan data dengan membandingkan hasil keduanya untuk mendapatkan hasil akurasi yang baik dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kelayakan fungsi kolom bangunan yang terendam tsunami.

  1.6 Hasil Penelitian

  Hasil pengujian menggunakan concrete hammer test non-destruktive pada bangunan terjadi penurunan kekuatan antar beton dengan pantulan alat hammer test.

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Teori-teori yang mendukung permasalahan dalam perencanaan disajikan

  dalam pembahasan ini. Teori-teori tersebut dikutip dari materi-materi perkuliahan yang telah dipalejari dan dari referensi-referensi yang ada.

  2.1 Pengertian Kuat Tekan Karakteristik Beton

  Menurut Sani (2012), menyatakan bahwa kuat tekan karakteristik beton adalah suatu besaran atau nilai yang diperoleh dari berbagai variasi nilai kuat tekan beton dan tidak boleh keluar dari nilai yang diperoleh yakni berada diantara nilai terendah dan yang tertinggi yang ada.

  2.2 Pengertian Tsunami

  Menurut Ilyas (2006), menyatakan bahwa tsunami adalah berasal dari bahasa Jepang yang artinya Tsu berarti pelabuhan dan name berarti gelombang.kata ini secara mendunia sudah diterima dan secara harfiah yang berarti gelombang tinggi/ besar yang menghantam pantai atau pesisir. Tsunami umumnya terjadi sebagai akibat gempa bumi di dasar laut, Walaupun tidak setiap gempa bumi disertai tsunami.

  Tsunami sendiri terjadi akibat gempa tektonik yang besar dilaut (lebih besar dari 7,5 skala Richter dan kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan terjadinya patahan/rekahan vertical memanjang (kasus Aceh patahan mencapai ribuan kilometer) sehingga air laut terhisap masuk dalam patahan dan kemudian secara hukum fisika air laut terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan. Kecepatan air/gelombang yang sangat cepat terjadi. Pada kasus Tsunami di Aceh kecepatannya mencapai ratusan kilometer per jamnya.

2.3 Estimasi Kekuatan Sisa Beton Pasca Tsunami

  Menurut Rochman (2006), menyatakan bahwa gedung-gedung yang mengalami tsunami akan mengalami kerusakan akibat dari tingkat yang paling ringan, sedang, sampai berat tergantung dari tinggi temperatur dan durasi tsunami. Untuk melihat seberapa kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami, dilakukan beberapa tahapan penelitian sebagai berikut :

  1. Visual Inspection Mendasarkan pada perubahan secara fisik yang terjadi pada permukaan beton yaitu : a. Perubahan warna permukaan beton, untuk mendeteksi temperature tertinggi yang pernah dialami.

  b. Ada atau tidak adanya retak permukaan (surface cracks) pada permukaan beton, untuk mendeteksi temperature tertinggi yang pernah dialami.

  c. Ada atau tidak adanya deformasi plastis elemen struktur, untuk mendeteksi kekuatan dan kekakuan struktur, maupun temperatur tertinggi yang pernah dialami,

  d. Ada atau tidak adanya pengelupasan/spalling dari selimut beton dari elemen struktur, untuk mendeteksi temperature tertinggi yang pernah dialami.

  2. Non-destructive test/ uji tidak merusak Alat ini digunakan untuk pengujian ini adalah Rebound Hammer Test. Cara ini paling sederhana, ringan dan mudah dilakukan, jarak pantulan suatu massa terkalibrasi (yang digerakkan oleh pegas) yang mengenai permukaan beton-uji digunakan sebagai kriteria kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini dihubungkan dengan kuat- tekan beton normal, sehingga apabila kekerasan beton tidak relevan dengan kekuatan tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan alat ini perlu dilakukan kalibrasi tersendiri. Alat ini menganggap bahwa beton cukup homogen, sehingga perubahan mutu beton di bagian dalam tidak dapat ditunjukkan oleh alat ini. Semakin banyak titik pengamatan, semakin baik hasil yang diperoleh.

2.4 Faktor Penyebab Kerusakan Bangunan

2.4.1 Mutu beton

  Menurut Hartono, (2007) menyatakan bahwa rendahnya mutu beton yang digunakan pada gedung ini menjadi salah satu penyebab kerusakan pada struktur bangunan, karena sifat utama dari bahan beton sangat kuat menerima beban tekan, maka untuk mengetahui mutu beton, pada umumnya ditinjau terhadap kuat beton tersebut. Mutu beton dibedakan dalam 2 (dua) hal, yaitu : 1. Beton dengan f’c kurang dari 10 MPa, digunakan untuk beton non struktur.

  2. Beton dengan f’c = 10 MPa ke atas dan kurang dari 20 MPa biasanya digunakan untuk beton struktur.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu = faktor air semen, faktor-faktor sifat agregat, jenis semen, umur beton dan perbandingan campuran beton. Pengolahan beton merupakan faktor yang perlu diperhatikan, agar mutu beton tersebut sesuai dengan yang disyaratkan, pengolahan ini meliputi : pengadukan beton, penganggkutan beton, penuagan beton, pemadatan, peralatan dan perawatan beton. Kuat tekan beton akan menurun apabila terjadi kerusakan pada beton, seperti retak

  

(crack). Crack adalah retak pada permukaan beton karena mengalami penyusutan,

  lendutan akibat beban hidup (live load)/ beban mati (dead load), akibat gempa bumi maupun perbedaan temperatur yang tinggi pada waktu proses pengeringan, crack dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu : 1. Retak kecil dengan lebar retakan kurang dari 0,5 mm.

  2. Retak sedang dengan lebar retakan antara 0,5 mm sampai 1,2 mm.

  3. Retak besar dengan lebar retakan lebih dari 1,2 mm.

2.4.2 Kerusakan akibat usia bangunan

  Menurut Dewi (2013), menyatakan bertambahnya usia suatu bangunan akan mempengaruhi kemampuan bangunan tersebut dalam menahan beban. Oleh karena itu, kemunduran kualitas bangunan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Akan tetapi laju kemunduran kualitas tersebut dapat ditekan dengan tindakan pemeliharaan dan perawatan. Perawatan tersebut dapat meningkatkan keandalan sehingga bangunan tersebut masih memenuhi jaminan laik bangun. Jaminan baik bangunan merupakan suatu jaminan dimana bangunan tersebut masih memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan. Sehingga jaminan ini diperlukan pada bangunan vital yang memiliki kepentingan untuk orang banyak.

  Menurut Winarsih (2010), menyatakan dengan bertambahnya usia bangunan, maka bangunan akan mengalami penurunan kualitas dan kemampuannya untuk menahan beban atau pengaruh luar, bila sepanjang usia hidupnya tidak dilakukan pemeliharaan secara teratur. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa kerusakan bangunan tergantung pada waktu (time dependent). Penurunan kualitas bangunan dapat ditimbulkan oleh pengaruh gaya yang bekerja dari luar atau dari dalam komponen bangunan itu sendiri. Seperti diketahui bahwa setiap komponen bangunan akan bekerja gaya dalam (inner force) seperti momen, tegangan maupun regangan yang terjadi secara terus menerus sepanjang usia bangunan. Pengaruh gaya dalam tersebut dapat menimbulkan proses rangkak (creep). Getaran yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan kelelahan (fatigue) pada bahan bangunan. Pengaruh luar, baik secara fisik maupun non fisik dapat mengurangi kualitas bangunan, yaitu gesekan atau benturan. Pengaruh gesekan yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan aus pada komponen bangunan. Pengaruh radiasi matahari dan hujan yang silih berganti dapat menyebabkan terjadinya proses dekarbonasi pada bahan bangunan, yang berakibat pada penurunan kualitas bangunan. Pengaruh gaya gempa dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen non-struktural dan struktural.

2.4.3 Kerusakan akibat terjadinya tsunami

  Kerusakan pada struktur akibat terjangan tsunami disebabkan oleh:

  1. Adanya gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik yang timbul akibat adanya genangan air.

  2. Puing-puing yang terbawa air membuat massa tsunami tidak hanya air saja, tetapi merupakan aliran debris.

  3. Debris yang terbawa air adakalanya membawa api atau gas yang mudah terbakar

  4. Scour dan kerusakan fondasi 5. Kekuatan angin yang diinduksi oleh kekuatan gelombang.

  

2.4.4 Kerusakan elemen struktural bangunan (pondasi, kolom , balok dan pelat

lantai)

  Menurut Fauzan (2010), menyatakan bahwa kolom merupakan elemen jenis batang tekan yang paling umum. Adapun fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban dari sistem lantai ke pondasi. Kerusakan yang terjadi pada kolom merupakan kerusakan sedang. Kerusakan yang terjadi pada kolom berupa hancurnya beton kolom serta pembengkokan beberapa tulangan utama kolom. Kerusakan yang terjadi pada balok merupakan kerusakan sedang, berupa hancurnya beton balok serta lepasnya ikatan antara kolom dan balok yang menunjukkan buruknya pengerjaan pemasangan tulangan.

  Menurut Ratih (2013), menyatakan bahwa kerusakan bangunan yang terjadi dinilai dengan menggunakan Indeks Kerusakan (Damage Index). Suatu struktur bangunan dengan daktilitas tertentu ketika terkena beban gempa dengan periode ulang tertentu harus mempunyai ketahanan gempa sesuai denga perencanaan, sehingga dapat diketahui tingkat kerusakannya. Ada beberapa parameter kerusakan bangunan, yaitu :  Deformasi plastis struktur bangunan.

   Dissipasi energi melalui hysteretic behavior pada elemen struktur.  Cyclic fatigue yang rendah pada elemen struktur.  Perubahan parameter dinamika struktur seperti periode natural struktur bangunan.

2.5 Pengujian tidak Merusak (Non-Destructive Test) pada Beton 2.5 1 Pengertian non destructive testing (NDT)

  Menurut Anggraeini (2013), menyatakan bahwa pengujian tidak merusak adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda/material untuk mengetahui adanya cacat, retak atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita uji. Pengujian cara non destructive dilakukan tanpa merusak benda uji, pelaksanaannya dapat dilakukan ditempat kerja (insitu), hasilnya berupa data kekuatan beton yang bersifat perkiraan. Metode yang dipakai pada pengujian ini adalah Concrete Hammer Test.

2.5.2 Pengujian dengan concrete hammer test

  Menurut Lubis (2003), menyatakan bahwa Concrete Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, pengujian ini adalah jenis

  

"Hammer". Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton

  pada struktur. Karena kesederhanaanya, pengujian dengan menggunakan alat ini sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang singkat.

  Secara umum alat ini bisa digunakan untuk : Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur. - Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton. - Menurut Alkhaly (2013), menyatakan bahwa Concrete Hammer Test juga merupakan salah satu dari non distructive test sangat cocok bila dipakai untuk melakukan evaluasi keseragaman dari mutu beton. Alat ini mengandalkan besarnya nilai pantulan yang diberikan oleh permukaan beton yang dihammer. Semakin keras permukaan beton yang dihammer, semakin tinggi nilai reaksi dari pantulan(nilai rebound).

2.5.3 Tata cara pengujian

  Menurut Lubis (2003), menyatakan bahwa tata cara pengujian

  b. Sentuhan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat Concrete hammer

  test pada titik-titik yang akan ditembak dengan memegang hammer

  sedemikian rupa dengan arah tegak lurus atau miring bidang permukaan beton yang akan ditest.

  c. Plunger ditekan secara perlahan-lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.

  d. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan semula dengan cara yang sama.

  e. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut tembak hammer. f. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.

Gambar 2.1 : Concrete Hammer Test

  Sumber : Alkhaly, 2013

Gambar 2.2 : Peralatan Concrete Hammer Test dan aplikasi pengujiannya di lapangan.

  Sumber : Winarsih, 2010

  C o m p r e s s i o n C u b e S t r e n g t h ( M p a )

Gambar 2.3 Hubungan nilai pantul dan kuat tekan beton

  Sumber : Bungey dan Millard, 1996

  Rebound Hammer Harga rebound Hammer diambil harga rata-ratanya dari 10 (sepuluh) pengujian.

  Selanjutnya harga ini diterjemahkan ke dalam nilai kuat tekan beton dan kriteria nilai pantul seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.3 dan TAbel 2.1.

  Angka Pantulan Rata-rata Kualitas Beton > 40 Sangat Baik 30 - 40 Cukup Baik

  20 - 30 Kurang Baik < 20 Buruk

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Hasil Hammer Test sumber : Bungey, dan Millard, 1996

  Hasil dari kuat pantulan alat hammer test ini dengan nilai yang diperoleh dari pantulan hammer test akan diambil hasil rata-ratanya pada nilai yang temasuk kedalam +6 rata-rata dan -6 rata-rata.

2.5.4 Kriteria penilaian kerusakan

  Menurut Alkhaly (2014), menyatakan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, kriteria tingkat kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu : a. Kerusakan ringan

  1. Kerusakan ringan terutama pada komponen non-struktural,seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.

  2. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

  b. Kerusakan sedang

  1. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non- struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

  2. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

  c. Kerusakan berat

  1. Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik structural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi denga baik sebagaimana mestinya.

  2. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk type/kelas dan lokasi yang sama. Sedangkan untuk keperluan penilaian, kriteria tingkat kerusakan didefinisikan sebagai berikut : a. Kerusakan ringan : yaitu elemen struktural atau non struktural hanya mengalami kerusakan kecil (minor) yang tidak mempengaruhi kinerja secara struktur atau arsitektur.

  b. Kerusakan sedang : yaitu elemen struktural atau non struktural telah mengalami kerusakan oleh deteriorasi minor, kehilangan luasan, pengelupasan, retak dan lainnya namun belun atau hanya sedikit mempengaruhi kinerja secara struktur atau arsitektur.

  c. Kerusakan berat : yaitu elemen structural atau non struktural telah mengalami kerusakan oleh deteriorasi mayor, kehilangan luasan, pengelupasan, retak dan lainnya yang mempengaruhi kinerja secara struktur atau arsitektur.

BAB III METODE PENELITIAN

  Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kekuatan beton dalam menahan beban yang sudah terpasang dapat dilakukan dengan menggunakan alat salah satunya

  

Concrete Hammer Test/Palu beton. Oleh karena itu dalam pengujian ini metode

  analisis akan dijabarkan dalam setiap langkah-langkah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang dilakukan. Data primer berupa test Hammer, ukuran kolom (dimensi), tingginya batas bangunan yang terkenak tsunami, titik pengujian dan interview. Sedangkan data sekunder adalah merupakan informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan dasar tetapi data sekunder digunakan sebagai data pendukung data primer, seperti denah, dokumentasi, dan lain–lain. Untuk langkah lebih jelas dapat dilihat pada lampiran. A.1.1 halaman 33. Langkah–langkah untuk melakukan pengambilan data, yaitu :

3.1 Sumber Data

  Data-data yang diambil berupa data primer dan data sekunder, pengertian data primer dan data sekunder sudah dijelaskan diatas. Sistematika pengambilan data dimulai dari pengujian langsung kelapangan dan pengolahan data. .

  3.1.1 Lokasi pengambilan data

  Adapun penelitian ini dilakukan pada bangunan Mesjid Paya Peunaga Kecamatan Mereuboe Kabupaten Aceh Barat Propinsi Aceh. Untuk melihat lebih jelas lokasi proyek dapat dilihat pada lampiran A.3.1halaman

  34.

  3.1.2 Alat dan bahan pengambilan data

  Pengujian dilakukan dengan menggunakan Concrete Hammer test untuk mengetahui kekuatan data dimulai dari pengumpulan data dan pengolahan data. Alat yang digunakan selain Concrete Hammer test untuk pengambilan data yaitu: palu dan pahat.

3.1.3 Memasukkan informasi element

  Dalam analisis ini bangunan yang terbuat dari struktur beton bertulang yang terdiri dari sistem rangka pemikul momen dan bangunan mesjid yang berdiri dari dua lantai ini dapat memasukkan informasi element sebagai berikut:

  1. Dimensi kolom 20/20

  2. Batasan terkena tsunami 90 cm dari tanah dasar

  3.2 Investigasi Visual

  Kerusakan bangunan dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti efek air, efek ternal, efek pembebanan jangka panjang, efek beban siklik, efek kondisi lingkungan ekstrim, efek mutu material dan pengerjaan yang buruk, efek terkena bahan kimia berbahaya dan efek lainnya. Pemeriksaan berkala terhadap beton pada suatu konstruksi sangat diperlukan mengingat masa pelayanannya yang terus bertambah. Investigasi awal (preliminary investigation) atau investigasi visual (visual investigation) merupakan langkah awal dalam pemeriksaan bangunan eksiting.

  3.3 Investigasi Detail

  Tahap selanjutnya dalam melakukan identifikasi kerusakan adalah pelaksanaan Investigasi lengkap (detailed investigation). Kegiatan ini merupakan investigasi yang bersifat teknis. Kegiatan ini meliputi :

  1. Dokumentasi

  2. Observasi kondisi lapangan Hal-hal yang akan diidentifikasi antara lain :

  a. Lebar, panjang, dan kedalaman retak, baik pada bagian struktural maupun nonstruktural, lokasi dan jenis retak. b. Pengelupasan (spalling), retakan (cracking), rongga (honeycombing), dan kerusakan pada permukaan lainnya turut dicatat dan direkam.

  c. Korosi pada tulangan, ukuran awal dan ukuran setelah korosi.

  3. Pengujian lapangan Pengujian non-destructive di lapangan untuk mengetahui kekuatan beton.

  a. Pembobokan elemen beton.

  b. Pengujian Concrete Hammer Test.

  Kekerasan beton atau kekuatan beton diuji dengan menggunakan alat yang diciptakan oleh Ernest Schmids, popular dengan nama Schminds Concrete

  Hammer.

  Alat yang dipakai dalam investigasi ini adalah : sikat baja, alat pengukuran/ meteran,martil, gerinda, kamera digital, Schminds Hammer tipe N 34, No 127023.

3.4 Langkah Kerja Menggunakan Alat Concrete Hammer Test di Lapangan

  3.4.1 Pembobokan elemen beton

  Pekerjaan pembobokan yang dilakukan pada kolom bangunan dengan menggunakan alat pahat beton dan palu, dengan ukuran pembobokan : tinggi 20 cm, lebar 20 cm dan ketebalan ACI 0,5 cm. Sebelum melakukan pembobokan pada kolom terlebih dahulu kolom diukur dengan menggunakan meter (m) supaya ukuran pembobokannya sama dengan kolom yang lain. Proses pembobokan dilakukan dengan perlahan-lahan agar beton tidak ikut terkelupas dengan selimut beton.

  3.4.2 Cara pengujian

  Dalam tahapan pengujian metode ini dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu : a. Menentukan jarak antara titik satu dengan titik yang lainnya berkisar antara 1,5 cm dan 2 cm, pada pengujian bangungan ini dilakukan dengan jarak 2 cm.

  b. Sebelum dilakukan pengujian dengan hammer, permukaan beton yang sudah dibobok diratakan dengan menggunakan batu meratakan permukaan.

  c. Tembak ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik- titik yang dituju dengan posisi hammer test tegak lurus.

  d. Ujung Plunger ditekan hinggas ujung plunger masuk kedalam baru terjadi tembakan pada beton, kemudian tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.

  e. Membaca nilai kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada skala yang ditunjukkan oleh jarum yang terdapat pada hammer.

  f. Pengetesan dilakukan sebanyak 12 kali tekan pada masing-masing tempat, setiap kolom dilakukan pada dua tempat, yaitu pada ketinggian 70 cm dari lantai ke elemen yang terkena tsunami dan 154 cm jarak ketinggian dari lantai ke elemen yang tidak terkena tsunami.

  Menurut Tjokrodimuljo (2007), uji hammer test juga peka terhadap keadaan local, misalnya: a. Adaya butiran agregat besar dibawah permukaan beton yang akan memperbesar nilai pantulan b. Adanya pori udara dibawah permukaan beton akan memperkecil nilai pantulan c. Pemukulan pada tempat yang sama akan memperbesar nilai pantulan karena permukaan beton yang sudah dipukul menjadi lebih padat.

3.4.3 Pembacaan hasil

  Untuk pembacaan hasil, penulis masukkan data dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan concrete hammer test pada sebuah kolom bangunan yang telah disimpulkan antara perbandingan dari hasil percobaan keduanya. Hasil rata-rata yang akan diambil adalah nilai yang termasuk dari +6 rata-rata dan -6 rata-rata, sedangkan hasil yang rata-rata yang tidak termasuk kedalam +6 rata-rata dan -6 rata-rata maka nilai tersebut harus dihilangkan. Nilai kuat tekan yang dibaca adalah nilai pantulan pada alat hammer test, hasil pengujian akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel.

  3.5 Analisis

  Setelah siap melakukan pengujian, dan informasi data lengkap, kita masukkan data hasil pengujian pada elemen struktur kolom yang terkena tsunami yang sudah dipilih barulah kita lakukan analisis terhadap gedung tersebut, namun setelah itu kita bandingkan antara data keduanya yang telah dilakukan pengujian, setelah itu barulah kita tahu hasil perbedaannya. Kemudian simpan data dari analisis yang sudah kita lakukan, untuk selanjutnya kita lakukan pembacaan hasil.

  3.6 Pengambilan Kesimpulan

  Hasil pengujian dilakukan sebanyak 12 kali uji tembakan pada kolom bangunan dengan alat hammer test, kemudian akan diambil data-data yang nilainya masuk kedalam ± 6 dari nilai rata-rata kemudian dari nilai tersebut barulah dihitung % dari setiap kolom yang telah dilakukan pengujian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini pengolahan data yang dibahas berdasarkan data primer dan

  data sekunder yang diperoleh dari pengambilan data dilapangan.

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Titik pengujian di lapangan

  Titik yang dilakukan pengujian dengan alat hammer test dapat dilihat pada elemen bangunan hasil investigasi dibuat berdasarkan dari denah dibawah ini.

Gambar 4.1 Denah Lantai 1 K1 K2 K3 K4 K8 K7 K6 K5

  Sumber : Penulis Gambar denah lantai 1 mesjid Paya Peunaga lebih jelas dapat diperlihatkan pada Lampiran A.3.3 halaman 36.

  4.1.2 Kondisi beton setelah pembobokan

  Dari hasil pembobokan pada elemen beton kondisi tidak terkena tsunami dan pembobokan pada elemen beton kondisi akibat tsunami, diketahui bahwa warna matriks beton dari seluruh elemen adalah putih pucat, warna matriks beton seperti warna pada Gambar 4.2 (a). Hanya elemen yang terdapat pada kolom 2 bagian akibat tsunami yang memiliki warna matriks beton seperti warna pada Gambar 4.2 (b).

  (a) (b)

Gambar 4.2 kondisi beton setelah pembobokan

  Sumber: Penulis

  4.1.3 Kondisi tulangan setelah pembobokan

  Dari hasil pembobokan yang telah di lakukan pada elemen kolom beton kondisi tidak terkena tsunami dan pembobokan pada elemem kolom beton akibat tsunami. Kondisi tulangan beton yang tidak terkena tsunami relatif masih baik walaupun telah tampak korosi ringan, tetapi sebaliknya bagian akibat tsunami kondisi tulangan beton terlihat sudah mulai korosi parah. Gambar 4.3 dibawah ini menjelaskan kondisi tulangan bangunan yang telah terendam air tsunami. Gambar a menunjukkan tulangan yang baru mengalami rusak ringan sedangkan gambar b menunjukkan tulangan yang sudah keropos. Untuk melihat lebih detail bagian tulangan dapat dilihat pada lampiran A.4.3 halaman 46.

  (a). Sebelum tsunami (b). Sesudah tsunami

gambar 4.3 kondisi tulangan sebelum dan Sesudah Tsunami

  Sumber: Penulis

4.2 Pembacaan Hasil dan Analisa Data

  Untuk pembacaan hasil, penulis memasukkan data dari hasil yang telah dilakukan dengan pengujian alat Concrete Hammer Test ke program Micrisoft Excel untuk melakukan olah data. perbedaan kekuatan akan terlihat jelas pada grafik perbandingan berdasarkan data yang telah dilakukan pada kolom bangunan tersebut. Kekuatan beton atau kuat tekan yang dimaksud pada analisa ini adalah kuat pantul yang dimunculkan oleh alat hammer test bukan kuat tekan beton yang diuji dilaboratorium.

4.2.1 Pengujian schmids hammer

  27

  16

  19

  18

  1

  8

  18 23 22 17 20

  25 20,3

  2

  3

  8

  3

  35

  29

  30

  1

  7

  7

  28

  39

  38 33,2

  5

  6

  3

  1

  27

  8

  26

  2

  9

  24 24 28 31 26

  24

  27 27,0

  2

  31 31 33 34 29

  3

  26

  3

  24

  22

  23

  2

  6

  26

  1

  24

  24

  28

  26

  25 24,7

  5

  2

  12 rata

  30

  3

  30 30,7

  5 Tabel 4.2 Nilai pantulan Schminds Hammer pada Beton Akibat Tsunami No

  Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rat

  a- Kolo m

  1

  2

  4

  11

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  33 30 34 31 37

  Berdasarkan hasil hammer test dibeberapa elevasi, terlihat bahwa kekuatan beton cukup seragam, dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa pengambilan data menggunakan alat hammer test dapat dilakukan walaupun tidak seluruhnya tetapi hasilnya dapat mewakili kondisi beton secara keseluruhan.

  Hasil pengujian menggunakan alat Schminds Hammer Test disajikan dalam tabel berikut:

  27

  30

  28

  26

  3

  6

  33 28 33 37 42

  39 32,5

  3

  8

  2

  3

  1

  27

  28

  2

  1

  3

  3

Tabel 4.1 Nilai pantulan Schminds Hammer pada Beton Tidak Terkena Tsunami

  No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke

  Rat

  a- Kolo m

  1

  2

  4

  11 12 rata

  5

  6

  7

  8

  9

  10

  25

  3

  32

  30

  29

  35

  31

  3

  1

  39 37 37 32 35

  30 33,0

  3

  8

  5

  2

  9

  31

  32

  1

  4

  22 31 32 32 30

  29

  29

  26 28,8

  3

  3

  3

  3

  36

  7

  36

  3

  5

  31 30 36 29 33

  35

  35 33,1

  3

  2

  9

  28 26,8

  25

  30

  28

  22

  22

  26

  6

  2

  30

  27

  29

  2

  8

  7

  3

  14 15,3

  15

  16

  20

  15

  12

  16

  7

  1

  13

  15

  3

  2

  5

  4

Gambar 4.4 Grafik Nilai Pantul dan Kuat Tekan Beton

  35 Tidak terkena tsunami Akibat tsunami

  30

  25

  20

  15

  10

  5

  8

  7

  6

  5

  3

  2

  2

  1

  24 23 24,5 Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, terlihat perubahan kuat pantulan hasil alat hammer test setelah beton terkena tsunami. Hasil pengujian antara hubungan nilai pantul kuat tekan dari tabel diatas dapat digambarkan seperti grafik sebagai berikut:

  22

  27

  24

  24

  28

  8

  2

  25

  22

  25

  16

  1

  1

  37

  7

  35 29,1

  32

  32

  26

  24

  26

  30

  1

  2

  38

  29

  2

  3

  3

  15 12 15,5

  21

  15

  16

  13

  14

  5

  1

  18

  18

  13

  6

  4

  1

  6

  2

  5

  25 26,7

  27

  26

  24

  29

  27

  25

  3

  28

  30

  28

  2

  30

  5

  8

  29 28,5

  27

  29

  30

  26

  30

  27

  1

  3

  27

  26

  Sumber: Penulis Hasil hammer test pada kolom bangunan Mesjid Paya Peunaga diperoleh kuat tekan rata-rata nilai pantulan pada beton memiliki perselisihan antara hasil perhitungan akibat tsunami dan yang tidak terkena tsunami dapat dilihat pada grafik diatas.

4.2.2 Analisa data

  10

  3

  4

  5

  6

  7

  8

  9

  11

  1

  12 rata

  1

  2

  3

  24

  22

  23

  2

  Kolo m

  26

  30

  26

  24 27 27,08

  7

  8

  30

  35

  29

  27

  No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rata-

  31

  31

  33

  34

  29

  30 30 30,75

Tabel 4.4 Hasil perhitungan rata-rata pada bangunan sesudah tsunami

  26

  26

  28

  26

  24

  26

  32

  32 35 29,25

  4

  3

  30

  27

  30

  31

  27

  30

  26

  30

  29

  27 29 28,58

  26

  29

  24

  18

  24

  28

  26 25 24,75

  2

  1

  6

  13

  18

  3

  15

  14

  13

  16

  15

  21

  15 12 15,5

  31

  Dari tabel 4.1 dan 4.2 diatas dapat dilihat beberapa kolom yang hasilnya

  

error karena nilai rata-rata lebih dari +6 nilai rata-rata dan kurang dari -6 nilai rata-

  28

  28

  33

  37

  27 39 32,3

  2

  31

  27

  25

  36

  33

  31

  32

  32

  30

  29 26 29,45

  3

  33

  28

  29

  5

  rata (6 rata-rata + 6), maka nilainya harus dihilangkan. Hasil perhitungan rata-rata dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Hasil perhitungan rata-rata pada bangunan sebelum tsunami

  No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rata- Kolo m

  1

  2

  3

  4

  6

  30

  7

  8

  9

  10

  11 12 rata

  1

  32

  33

  36

  24

  31

  31

  32

  32

  33

  33

  30

  34

  37

  5

  39 38 33,25

  6

  31

  28

  27

  26

  29

  29

  30 30 33,08

  36

  4

  35

  31

  30

  36

  29

  33

  35 35 33,17

  31

  35

  29

  35

  31

  31

  39

  37

  37

  32

  24

  1

  3

  22

  25

  28

  28

  24

  24

  27

  22

  24 23 24,5 Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 diatas dapat dilihat dengan menghilangkan nilai yang error,sedangkan pada kolom 7 semua nilan kuat tekan pantulan harus dihilangkan karena error maka hasil nilai rata-rata juga berubah seperti yang disajikan dalam tabel diatas. Berdasarkan perhitungan diatas dapat digambarkan kedalam Grafik seperti dibawah ini:

  1

  2

  4

  2

  5

  6

  7

  8

  5

  10

  15

  20

  25

  30

Gambar 4.5 Grafik Perhitungan Rata-rata

  Sumber: Penulis Tabel 4.5 Hasil rata-rata kuat tekan dari setiap kolom.

  25

  2

  5

  6

  2

  2

  28

  30

  28

  30

  25

  27

  29

  24

  26

  27 25 26,75

  1

  8

  5

  16

  15

  13

  17

  16

  12

  15

  20

  16

  15 14 15,33

  7

35 Tidak terkena tsunami Akibat tsunami

  Kolom NILAI KUAT TEKAN PANTULAN

  5

  test sebesar 4% pada kolom pada kolom 1.

  22 Dari tabel diatas menunjukkan hasil pengujian alat Hammer Test pada persentase 4% adalah penurunan pada kolom 1, persentase 45% pada kolom 2, persentase 48 pada kolom 3, persentase 12% pada kolom 4, persentase 19% pada kolom 5, persentase 46% pada kolom 6 dan persentase 19 pada kolom 8, sedangkan pada kolom 7 mendapatkan nilai error maka nilainya dihilangkan. Jadi maksimum persentase penurunan kekuatan beton dengan uji alat hammer test sebesar 48% pada kolom 3 dan minimum persentase penurunan kekuatan beton dengan uji alat hammer

  30

  31 25 19% ∑ rata2

  8

  7

  28 15 46%

  6

  32 26 19%

  33 29 12%

  Perse n Sebelum Tsunami

  4

  33 17 48%

  3

  29 15 45%

  2

  26 25 4%

  1

  (%)

  Sesudah Tsunami

  Berdasarkan tabel diatas, hasil nilai rata-rata pengujian kuat tekan penggabungan dari semua kolom yang diuji dan besar penurunan persen dapat digambarkan seperti grafik dibawah ini:

30 Sebelum Tsunami Sesudah Tsunami %

  22

  0.04

  0.45

  0.48

  0.12

  0.19

  1

  0.46

  0.19 Gambar 4.5 Grafik Nilai Rata-rata

  Sumber: Penulis

4.3 Pembahasan Hasil Visual

  4.3.1 Menurut hasil penelitian pada bangunan Mesjid Paya Peunaga Kecamatan

  Meureubo Kabupaten Aceh Barat kondisi beton sebelum dan sesudah tsunami mengalami perubahan bentuk, pada beton yang tidak terkena tsunami beton masih dalam kondisi utuh sedangkan pada beton yang sudah terkena tsunami kondisi beton sudah mulai keropos, dengan kondisi besi tulangannya sudah terkelupas. Dapat dilihat pada lampiran A.4.2 halaman 38.

  Hasil Uji Alat Hammer Test

  4.3.2 Berdasarkan hasil uji alat hammer test sesuai yang dibahas diatas kekuatan

  kolom terjadi penurunan kekuatan antar beton, kekuatan tersebut juga dikhawatirkan berpengaruh pada keandalan bangunan karena sudah tidak bisa dikalibrasikan dengan grafik yang ada pada alat hammer test. Dapat dilihat pada lampiran A.4.7 halaman 51.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat diambil

  beberapa kesimpulan sebagai hasil dari analisis ini. Saran dikemukakan dengan tujuan agar analisis ini dapat dikembangkan dan dilanjutkan lagi dengan sempurna.

  5.1 Kesimpulan