B AB I PENDAHULUAN - BAB I PRINT

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang melandasi teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan
daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta
didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun
sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut
diatas, selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan
matematika
daalam
pemecahan

masalah
dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel,
diagram dan media lain. Dari uraian di atas maka agar pembelajaran
matematika berjalan lancar, maka cara mengajarkan harus sesuai dengan
perkembangan kognitif serta gaya belajar siswa.
Menurut Hamid [1] Mengapa kita mesti mempelajari
perkembangan anak? Sebagai seorang guru setiap tahun akan bertanggung
jawab untuk mendidik anak-anak baru . Semakin banyak Anda mempelajari
perkembangan anak, semakin banyak pemahaman Anda tentang cara yang
tepat untuk mengajari mereka. Perkembangan adalah pola perubahan
biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus
berlanjut di sepanjang hayat. Kebanyakan perkembangan adalah
pertumbuhan, meskipun pada akhirnya ia mengalami penurunan (kematian).
Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan ini. Artinya, pengajaran untuk
anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu
menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan.Pola perkembangan anak
adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberaa proses:
proses biologis, kognitif, dan sosioemosional. Perkmbangan juga dapat
dideskripsikan berdasarkan periodenya yang bertujuan untuk mengorganisasi

dan pemahaman. Dalam system yang paling banyak dipakai, periode
perekembangan meliputi periode bayi, usia balita, periode sekolah dasar,
masa remaja, dewasa awal, dewasa tengah, dewasa akhir.
Menurut antoro [2] Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif
memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan
anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan proses yang
berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam interaksi

1

2

terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan,
pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal
dan
menjadi
objektif
dalam
masa
dewasa

awal.
Perkembangan cara berfikir yang berlainan dari masa bayi sampai usia
dewasa meliputi tindakan dari bayi, pra operasi, operasi kongkrit dan opersai
formal. Proses dibentuknya setiap struktur yang lebih kompleks ini adalah
asimilasi dan akomodasi, yang diatur oleh ekuilibrasi.
Karena makalalah ini yang dibahas siswa SMP dimana menurut
piaget terletak pada perkembangan operasi berfikir formal.
Dari mengetahui level perkembangan anak SMP kita harus
mengetahui gaya belajar siswa. Menurut ameeel [3]: Dengan mengetahui
gaya belajar anak, kita bisa membantu menyusun strategi yang sesuai agar
efektivitas belajar tercapai.Neil Fleming (seorang ahli pendidikan) mengamati
bahwa setiap orang memiliki gaya belajar unik. Di tahun 1987, bersama
seorang koleganya, Fleming merumuskan Fleming VARK Learning Model.
Teori ini membagi gaya belajar menjadi empat tipe umum, yaitu visual,
auditory, read/write, kinesthetic. Tapi yang lebih sering dibahas hanya tiga
(visual, auditory, dan kinesthetic). Read/write merupakan pecahan dari tipe
visual, jadi kadang pembahasannya masih disatukan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Level Perkembangan Kognitif Siswa SMP dalam
Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar “

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
pertanyaan makalah ini secara umum adalah “ bagaimanakah level
perkembangan kognitif siswa smp dalam memecahkan masalah matematika
ditinjau dari gaya belajar?”.
Adapun pertanyaannya secara khusus dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan kognitif
operasi berfikir formal dalam
memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar visual ?
2. Bagaimana perkembangan kognitif operasi berfikir formal dalam
memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar auditory ?
3. Bagaimana perkembangan kognitif
operasi berfikir formal dalam
memecahkan masalah matematika ditinjau dari gaya belajar kinestetik ?
C. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang keliru, maka penulis perlu
menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam makalah ini, yaitu:

3


1. Level adalah tingkatan
2. Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan
sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di sepanjang
hayat
3. Kognitif
adalah
potensi intelektual yang terdiri dari tahapan :
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
4. Pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan
dan pemahaman yang telah dimilikinya.
5. Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima
sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat
dan jelas.
6. Gaya belajar adalah gaya konsisten yang ditunjukan individu untuk
menyerap informasi, mengatur, mengelola informasi tersebut dengan

mudah dalam proses penerimaan, berfikir, mengingat, dan pemecahan
masalah dalam menghadapi proses belajar mengajar agar tercapai hasil
maksimal sesuai dengan kemampuan, kepribadian, dan sikapnya.

4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Perkembangan Kognitif
Menurut Pungky[4]; Kognitif adalah salah satu ranah dalam
taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Menurut Antoro[5] Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu
teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak
mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek secara bertahap.
Menurut Wikipedia [6]; tahapan perkembangan kognitif menurut

Piaget ;
a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan
reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.
b. Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan katakata dari berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan
adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan
informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009).
c.

Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwaperistiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam
bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan
konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu
untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang
konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah
secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum
mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.


d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis,
dan lebih idealistik.

5

Karena pemakalah meneliti siswa SMP dimana usianya antara 11
tahun keatas, maka masuk pada tahap operasional formal.
Menurut Kustiawati [7]; Tahap operasional formal adalah tahap akhir
dari perkembangan intelektual menurut Piaget, sebab setelah itu tidak terjadi
lagi peningkatan kualitas intelektual. Berbeda dengan anak yang berada pada
tahap sebelumnya, anak operasional formal mampu melakukan penalaran
dengan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi-generalisasi.
Artinya anak-anak operasional formal sudah bisa menggunakan operasi
logisnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat verbal, rumit,
dan kompleks. Disini logika sudah menjadi alat berpikir anak ini sehingga ia
mampu melakukan operasi terhadap operasi. Artinya anak bisa melakukan
operasi dengan tidak mengacu pada obyek, tetapi pada sumber yang
ditangkap dari relasi yang terkandung dalam informasi (operasi-operasi) yang

diberikan dan menggunakannya untuk menemukan hubungan.
Dengan memperhatikan kemampuan-kemampuan tersebut, kita dapat
membedakan anak yang berada pada tahap operasional formal dengan anak
yang berada pada tahap sebelumnya. Misalnya untuk mengetahui tahap
perkembangan anak yang dilakukan dengan memberi tugas (task) konservasi;
reaksi dari anak tahap operasional konkrit berbeda dengan anak tahap
operasional formal. Boleh jadi bagi anak tahap operasional formal tidak
menanggapinya dengan serius karena baginya masalah tersebut sudah jelas.
Menurut Mutaqin [9] ;Lebih lanjut Piaget mengungkapkan bahwa usia
siswa SMP masih berada dalam tahapan operasional formal. Namun
demikian, meski pada usia tersebut siswa sudah mampu berfikir logis tanpa
kehadiran benda kongkrit, akan tetapi kemampuan siswa untuk berfikir
abstrak masih belum berkembang dengan baik, sehingga dalam beberapa hal
kehadiran peraga atau media belajar lainnya masih dibutuhkan.Proses
pembelajaran di kelas pada hakikatnya adalah proses komunikasi, baik
komunikasi antara siswa dengan guru, komunikasi antar siswa, atau bahkan
komunikasi antara siswa dengan lingkungan belajar. Namun belum tentu
proses komunikasi yang terjadi bisa berlangsung efektif. Komunikasi
dikatakan berjalan efektif apabila terdapat pemahaman yang sama terhadap
sebuah informasi antara sumber pesan dengan penerima pesan. Selanjutnya

akan terjadi umpan balik atau komunikasi dua arah apabila penerima pesan
bisa berubah fungsi menjadi sumber pesan.
Dalam proses pembelajaran di kelas, isi pesan perupa bahan ajar yang
tertuang dalam kurikulum. Sumber pesan adalah guru, buku ajar, sesama
siswa, bahkan lingkungan belajar. Sedangkan penerima pesan adalah siswa.
Pesan, sumber pesan, saluran/media, dan penerima pesan adalah komponenkomponen dalam proses komunikasi.
Isi pesan yang berupa bahan ajar, disampaikan guru melalui simbolsimbol komunikasi, baik simbol verbal berupa kata-kata atau tulisan, maupun

6

simbol non-verbal atau visual. Arif mengungkapkan (2006:13) bahwa proses
penuangan pesan kedalam simbol-simbol disebut encoding. Selanjutnya
penerima pesan menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut sehingga
diperoleh pesan. Proses penafsiran simbol-simbil tersebut disebut decoding.
Sering terjadi, pesan yang disampaikan tidak bisa diterima dengan
utuh oleh penerima pesan. Hal ini terkait dengan adanya hambatan-hambatan
yang terjadi pada proses komunikasi yang berjalan yang dikenal dengan
istilah barriers atau noises. Beberapa hal yang bisa menjadi penghambat
efektifnya komunikasi diantaranya bisa berupa hambatan psikologis, seperti
minat, sikap, kepercayaan, intelegensi, pengetahuan dan hambatan fisik

seperti kelelahan, sakit, cacat tubuh.
Berkaitan hal ini, Arsyad (2006:8) menyarankan agar guru merancang
proses pembelajaran yang melibatkan semua indera siswa. Guru berupaya
untuk menampilkan rangsangan yang dapat diproses dengan berbagai indera.
Semakin banyak indera yang terlibat, semakin besar kemungknan informasi
yang disampaikan bisa dimengerti siswa. Menurut chatib [ 10]; banyak
kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh
ketidaksesuain gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Karena
pentingnya pelajaran matematika dan sering sekali siswa mengalami
kesusahan dalam memahami materi maka perlu diketahui gaya belajar siswa,
agar setiap guru akan masuk ke dunia siswa sehingga mereka merasa nyaman
dan tidak berhadapan dengan resiko kegagalan dalam proses belajar.
B. Gaya Belajar
1. Pengertian Gaya Belajar
Menurut M. Joko Susilo (2009: 94) mengatakan sebagai berikut :
“gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memperoleh informasi tersebut”.
Sedangkan Bobbi Deporter dan Mike Hernacki (2010:112)
mengemukakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi bagai mana anda
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengelola informasi. Senada
dengan yang diungkapkan oleh Munif Chatib (2009:136) bahwa gaya
belajar adalah cara informasi masuk kedalam otak melalui indra yang kita
miliki.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah gaya konsisten yang ditunjukan individu untuk menyerap
informasi, mengatur, mengelola informasi tersebut dengan mudah dalam
proses penerimaan, berfikir, mengingat, dan pemecahan masalah dalam
menghadapi proses belajar mengajar agar tercapai hasil maksimal sesuai
dengan kemampuan, kepribadian, dan sikapnya.

7

2.

Model Gaya Belajar
Kemampuan seorang untuk memahami dan menyerap pelajaran
sudah pasti berbeda-beda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang ada pula
yang sangat lambat. Karenanya mereka harus menempuh cara yang
berbeda untuk bias memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Terkadang siswa suka guru mereka mengajar dengan menuliskan
segalanya dipapantulis, dengan begitu mereka dapat membaca dan
mencoba untuk memahaminya. Ada juga siswa yang yang lebih suka guru
mereka mengajar dengan menyampaikan materi pelajaran secara lisan, tak
ubahnya seperti seorang penceramah yang diharapkan bercerita panjang
lebar tentang beragam teori dan banyak ilustrasinya, sedangkan siswa
hanya mendengarkan sambil menggambarkan isi ceramah tersebut dalam
bentuk yang mereka pahami sendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut cara
tercepat dan terbaik bagi setiap individu dapat menyerap sebuah informasi
dari luar dirinya.
Perbedaan-perbedaan siswa dalam mengelola informasi di atas
dipengaruhi oleh adanya perbedaan gaya belajar siswa sesuai dengan
kebiasaan dan seleranya. Menurut DePorter dan Hernacki (2009)
berpendapat tentang model gaya belajar sebagai berikut :”model gaya
belajar mencangkup gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya
belajar kinestetik”. Pemahaman tentang gaya belajar diharapkan dapat
menentukan langkah-langkah supaya belajar lebih cepat dan mudah sesuai
dengan kondisi masing-masing
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual cenderung lebih dominan dalam
penglihatannya dibanding dengan pendengaran dan gerakan-gerakan.
Gaya belajar visual cenderung lebih khusus belajar melihat pada focus
telaahanya. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:116) ciri-ciri gaya
belajar visual adalah :
1. Rapi dan teratur
2. Berbicara dengan cepat
3. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
4. Teliti terhadap detail
5. Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi
6. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata–kata yang sebenarnya
dalam pikiran mereka
7. Mengingat apa yang dilihat, daripada apa yang didengar
8. Mengingat dengan asosiasi visual
9. Biasanya tidak terganggu oleh keributan

8

10. Mempunyai masalah untuk mengingat interupsi verbal kecuali
juka ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk
mengulanginya.
11. Pembaca cepat dan tekun
12. Lebih suka membaca daripada dibacakan
13. Membutuhkan pandangan dan tujuan menyeluruh dan sikap
waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu
masalah atau proyek.
14. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam
rapat
15. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
16. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau
tidak
17. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
18. Lebih suka seni daripada music
19. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan tetapi tidak
pandai memilih kata – kata
Ciri gaya belajar diatas yang memegang peran penting yaitu
mata/penglihatan ( visual). Dalam hal ini penggunaan metode
pengajaran guru lebih dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak
mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau
dengan cara menunjukan alat peraga langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Gaya belajar visual harus melihat
bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya supaya mengerti materi
pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk didepan agar dapat melihat
dengan jelas. Mereka berfikir dengan gambar–gambar di otak mereka
dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan–tampilan
visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, video dan lebih
suka mencatat detil-detilnya dalam mendapatkan informasi.
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang lebih
cenderung melalui suara dalam proses pembelajaran. Menurut
DePorter dan Hernacki (2010:117) cirri-ciri gaya belajar auditorial
diantaranya :
1. Berbicara pada dirinya sendiri saat bekerja
2. Mudah terganggu oleh keributan
3. Menggerakan bibir merekka dan mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca
4. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5. Dapat mengulang kembali dan menirukan nada, berirama, dan
warna suara

9

6. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
7. Berbicara dalam irama yang terpola
8. Biasanya pembicara yang fasih
9. Lebih suka musiik dari pada seni
10. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
11. Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar
12. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu
sama lain
13. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
14. Lebuh suka gurauan lisan daripada membaca komik
Ciri-ciri gaya belajar tersebut dapat disimpulkan, siswa yang
mempunyai gaya belajar auditorial dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan guru.
Gaya belajar auditorial dapat mencerna makna penyampaian melalui
suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan bicara dan hal-hal auditorial
lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna minim bagi
siswa auditorial. Siswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih
cepat dengan membaca dengan bersuara serta melalui media seperti
kaset, radio, dan lain-lain
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar dengan
melakukan segala sesuatu secara langsung melalui gerak dan
sentuhan. Menurut DePorter dan Hernacki (2010:118) cirri belajar
kinestetik diantaranya :
1. Berbicara dengan perlahan
2. Menanggapi perhatian fisik
3. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
7. Belajar melalui manipulasi dan praktik
8. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
9. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
10. Banyak menggunakan isyarat tubuh
11. Tidak dapat duduk diam dalam waktulama
12. Tidak dapat mengingat geografi kecuali jika memang telah
pernah berada ditempat itu
13. Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

10

14.

Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot-mereka
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
15. Kemungkinan tulisannya jelek
16. Ingin melakukan segala sesuatu
17. Menyukai permainan yang menyibukan
Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui
gerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk
berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan
bereksplorasi sangat kuat. Sehingga proses belajar dengan gaya
belajar seperti ini harus melalui gerakan dan sentuhan.
Ketika jenis gaya belajar tersebut memiliki ciri-ciri dominan dalam
melakukan suatu kegiatan. Begitu pula dengan gaya belajar siswa,
terlihat adanya ciri-ciri dominan dalam suatu proses kegiatan
pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil maksimal.

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu
yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri
anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan
spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan
pada konsep skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan
sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami
perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan
asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses
menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga
tahapan
yakni:
asimilasi,
akomodasi
dan
equilibrasi.
Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya
menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu
asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh
tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks
seperti ini struktur kongitif perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang
diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang
betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap
perkembangan kognitif manusia. Disamping perkembangan kognitif siswa,
gaya belajar saat menyelesaikan masalah matematika sangat perlu untuk
diketahui guru, agar tidak terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran,
karena guru tidak bisa masuk ke dunia siswa.

12

DAFTAR PUSTAKA
[1]

http://multi-sharing.blogspot.com/2012/04/perkembangan-kognitif-dan
bahasa.html#axzz2jycommz/
[2]
http://atariuz.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-kognitifpiaget.html/diakses selasa, 05 maret 2013
[3] http://mommiesdaily.com/2012/11/13/mengenal-gaya-belajar-anak
[4] http://pungky13.wordpress.com/2012/04/07/makalah-perkembangan-kogniti
[5] http://atariuz.blogspot.com/2013/03/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html/
diakses
[6] http://id.wikipedia.org/wiki/teori-perkembangan-kognitif
[7]
http://kustiawati.blogspot.com/2009/04/tahap-tahap-perkembangankognitif.html
[8] http://edukasi.kompasiana.com/2013/08/21/gaya-belajar-582704.html
[9]
http://matematic-edu.blogspot.com/2013/01/makalah-pembelajaranmatematika.html
[10] Chatib, Munif .(2009) Sekolahnya Manusia: Sekolah berbasis multiple
intelligences di indonesia

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23