PENYUSUNAN, SOSIALISASI, DAN EVALUASI PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL DI PT JAMU JAGO SEMARANG - Unika Repository

  Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat

  

PENYUSUNAN, SOSIALISASI, DAN EVALUASI

PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL

DI PT JAMU JAGO SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

  • – syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

  

Oleh :

SIIMON ARMANDO

12.70.0058

  

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

  

PENYUSUNAN, SOSIALISASI, EVALUASI PROSEDUR

TETAP PENGAMBILAN SAMPEL DI PT JAMU JAGO

SEMARANG

  

Disusun Oleh :

Simon Armando

12.70.0058

Program Studi : Teknologi Pangan

  

Laporan kerja praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang

penguji pada tanggal 1 Mei 2015

  Semarang, 10 Mei 2015 Fakultas Teknologi Pertanian

  Universitas Katolik Soegijapranata

  Pembimbing Lapangan Dekan

Dra. Eva Retnowulan Soewito, Apt Dr. Victoria Kristina Ananingsih,

M.Sc.

  Pembimbing Akademik Ivone E. Fernandez, S.Si, M.Sc.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan bimbingan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik. Laporan Kerja Praktek ini diajukan dengan tujuan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Selama kurang lebih satu bulan melaksanakan Kerja Praktek di PT. Jamu Jago Semarang, penulis diharapkan dapat mengenal lebih jauh mengenai prosedur tetap dalam pengambilan sampel, serta proses produksi secara langsung di perusahaan yang bersangkutan. Penulis menyadari bahwa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, saran, petunjuk, data-data dan keterangan yang diberikan sangat penting dan sangat penulis hargai. Karena itu, pada kesempatan ini penulis pengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Dr. Victoria Kristina A. ST. MSc. selaku dekan Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik Soegijapranata yang telah membantu penulis untuk Kerja praktek di PT. Jamu Jago Semarang.

  2. Ibu Kartika Puspa Dwiana, STP. Msi. selaku koordinator Kerja Praktek Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik Soegijapranata yang telah membantu penulis untuk Kerja Praktek di PT. Jamu Jago Semarang.

  3. Ibu Ivone E. Fernandez S.Si. MSc. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik Soegijapranata yang telah membantu penulis atas kesabaranya memberikan petunjuk, bimbingan, dan pengarahan dalam pembuatan laporan Kerja Praktek ini.

  4. Ibu Dra. Eva Retnowulan selaku kepala bagian produksi PT. Jamu Jago Semarang dan pembimbing lapangan I Kerja Praktek yang telah mengizinkan penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Jamu Jago Semarang.

  5. Bapak Yehuda Rahmanu selaku pembimbing lapangan II Kerja Praktek PT.

  Jamu Jago Semarang, yang telah banyak memberikan bimbingan dan membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek.

  6. Sianly Kusuma Dewi dan Agnes Faradita selaku rekan seperjuangan yang setia menemani dalam Kerja Praktek di PT. Jamu Jago Semarang.

  7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung, membantu, dan memberi semangat selama pelaksaan serta pembuatan laporan Kerja Praktek PT. Jamu Jago Semarang.

  8. Segenap dosen dan karyawan fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam perizinan dan pemenuhan syarat untuk Kerja Praktek.

  9. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan Kerja Praktek ini.

  Akhir kata, penulis berharap bahwa laporan Kerja Praktek yang masih jauh dari sempurna ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan membutuhkannya.

  Semarang, 10 Mei 2015 Penulis, Simon Armando.

  DAFTAR ISI

  KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii PEDAHULUAN ................................................................................................... 1

  BAB 1 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 2 SEJARAH PERUSAHAAN ..................................................................... 2 VISI DAN MISI ........................................................................................ 3 LOKASI .................................................................................................... 3 KETENAGAKERJAAN ........................................................................... 3 STRUKTUR ORGANISASI .................................................................... 4 LABORATORIUM .................................................................................. 4 BAB 2 JENIS PRODUK ...................................................................................... 6 KLASIFIKASI PRODUK ......................................................................... 6 ORIENTASI PASAR ................................................................................ 7 BAB 3 PROSES PRODUKSI ............................................................................... 8 BAHAN BAKU ........................................................................................ 8 ALUR PROSES PRODUKSI ................................................................. 10 PROSES PENGEMASAN ...................................................................... 11 PENGAWASAN MUTU ........................................................................ 11 MESIN DAN PERALATAN .................................................................. 14 PENGGUDANGAN DAN PENYIMPANAN ....................................... 15 PEMASARAN PRODUK ....................................................................... 15 SANITASI .............................................................................................. 16 PENGOLAHAN LIMBAH ..................................................................... 17 BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 18 PENYUSUNAN PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL ... 18 SOSIALISASI PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL ...... 27 EVALUASI PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL .......... 28 BAB 5 KESIMPULAN....................................................................................... 32

  BAB 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34 BAB 8 LAMPIRAN ........................................................................................... 35

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Diagram Alir Penangan Bahan Baku ................................................... 9 Gambar 2 Diagram Alir Produksi ....................................................................... 10 Gambar 3 Label Sampel Telah Diambil ............................................................. 21 Gambar 4 Label Penanda Ditolak ....................................................................... 23 Gambar 5 Label Penandaan Wadah Sampel ....................................................... 24

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Periksa Bahan Baku ............................................................. 35 Lampiran 2 Foto Kerja Praktek........................................................................... 36 Lampiran 3 Prosedur Tetap Pengambilan Sampel .............................................. 36 Lampiran 4 Presensi Kerja Praktek..................................................................... 36

  

PENDAHULUAN

  Perkembangan dunia pangan saat ini sangatlah berkembang pesat. Disamping itu masyarakat juga mulai sadar akan pentinganya kesehatan, yang salah satu faktornya adalaha adalah dari makanan yang mereka konsumsi. Maka dari itu penulis sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam industri pangan. Pembelajaran yang diterima oleh penulis dari Program Studi Teknologi Pangan berkaitan dengan teori dan ilmu mengenai dunia industri pangan namu penulis sadar bahwa ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan praktikum belum mencakup semua bidang pada industri pangan yang ada di masyarakat. Ada beberapa hal yang tidak dapat diperoleh hanya melalui perkuliahan dan praktikum sehingga penulis memerlukan praktek yang sesungguhnya yaitu dengan melalui Kerja Praktek (KP) yang dilakukan pada sebuah industri. Dengan terlaksananya KP ini diharapkan penulis mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan dan mendapat tambahan pengetahuan baru. Pelaksanaan Kerja Praktek di Program Studi Teknologi Pangan merupakan salah satu mata kuliah dalam Program Studi Teknologi Pangan yang dilakukan mulai semester IV dengan minimal 20 hari kerja.

  Penulis memilih PT Jamu Jago Semarang sebagai tempat Kerja Praktek karena PT Jamu Jago Semarang merupakan salah satu industri skala besar yang bergerak dalam bidang pangan kesehatan serta masih aktif memproduksi hingga saat ini dengan perkembangan produk yang semakin bervariasi dari waktu ke waktu. Penulis juga memiliki ketertarikan tersendiri dengan industri obat tradisional yang menggunakan bahan baku asli bangsa Indonesia. Hal tersebut menjadi alasan utama bagi penulis untuk memilih industri ini sebagai tempat untuk kerja praktek, akan memberikan pengalaman baru mengenai industri pangan.

1. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Perusahaan

  Berawal pada tahun 1918 di daerah Wonogiri PT Jamu jago merupakan usaha rumah tangga yang memproduksi jamu secara tradisional. Usaha tersebut merupakan inisiatif dari Bapak T.K. Suprana yang ingin mengembangkan usaha rumah tangga berbasis jamu berbentuk serbuk. Ketika itu belum ada industri besar yang bergerak dalam bidang industri jamu. Maka dari itu usaha dari Bapak T.K. Suprana ini merupakan pelopor pembuatan jamu dalam bentuk serbuk. Jamu serbuk yang diproduksi oleh Bapak T.K. Suprana dikemas dengan kemasan sachet. Untuk jamu pria digunakan logo gambar jago, sedangkan untuk jamu wanita digunakan logo gambar babon.

  Pada tahun 1936-1970 usaha Bapak T.K Suprana diteruskan kepada anak-anaknya sebagai generasi kedua dari PT Jamu Jago antara lain adalah Anwar Suprana, Panji Suprana, Lambang Suprana, Bambang Suprana. Pada generasi kedua usaha jamu tersebut menjadi lebih maju dengan dilakukan beberapa perubahan dan mengembangkan usahanya ke seluruh Indonesia. Selain itu perkembangan pada cara produksi juga dilakukan dengan melakukan penambahan mesin-mesin baru.

  Pada masa kepemimpinan generasi kedua tepatnya pada tahun 1949 terjadi perpindahan pabrik ke Semarang. Kondisi geografis kota Semarang dianggap strategis sehingga dapat menunjuang pengembangan Jamu Jago. Pabrik di Semarang pertama kali didirikan di Jalan Mataram nomor 852. Sedangkan kegiatan administrasi yang menunjang berlangsungnya perusahaan tersebut didirikan kantor Jamu Jago di Jalan Kimangunsarkoro nomor 106.

  Pada tahun 1960 seiring dengan perkembangan perusahaan Jamu Jago yang semakin pesat, maka secara resmi status hukum dari perusahaan Jamu Jago berubah menjadi bentuk Perseroan Terbatas. Dengan berubahnya perusahaan menjadi PT Jamu Jago pada saat itu diharapkan perusahaan akan semakin berkembang. Pada tahun 1970 oleh saran dari Departemen Kesehatan dilakukan beberapa perubahan struktur teknis dalam proses produksi. Hal yang dilakukan adalah memperbaharui alat-alat yang masih tradisional dengan mesin-mesin yang lebih modern. Selain itu didirikan pabrik baru dengan lokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan 275 Semarang.

  Pada generasi selanjutnya yaitu generasi ketiga dipimpin oleh Sindu Anwar, Jaya Suprana, Nugraha Suprana, Surya Hadi Winata, Sena Karyadi. Dari generasi dilakukan pengembangan pasar hingga mancanegara. Dengan semangat dan kerja keras yang tinggi maka pada generasi ketiga ini banyak diterima penghargaan seperti International Asia Award hingga dua kali dan International Trophy for Quality.

  Pada tahun 1979 didiriakn Pameran Jamu Jago yang terlerak di Srondol, didalamnya diinfomasikan mengenai proses produksinya serta bahan-bahan yang digunakan. Selain itu juga didirikan Kebun Jamu di Bandung serta Laboratorium Penelitian dan Pengembangan. PT Jamu Jago kini berkembang terus menerus hingga generasi keempat tepatnya dibawah pimpinan Bapak Vincent Suprana.

  1.2. Visi dan Misi

  Visi dari PT Jamu Jago adalah meningkatkan derajat masyarakat Indonesia dan dunia dengan obat tradisional yang dibuat berdasarkan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB). Misi dari PT Jamu Jago adalah memproduksi obat tradisional dengan bahan baku hasil alam Indonesia yang diproses sesuai CPOTB guna meningkatkan kesehatan masyarakat sesuai dengan motto Jamu Jago “Rakyat Sehat, N egara Kuat”

  1.3. Lokasi

  Lokasi dari pabrik PT Jamu Jago adalah terdapat di Jalan Perintis Kemerdekaan No 273-275 yang mengurus semua proses produksi. Sedangkan untuk kantor pemasaran dan administrasi terletak di Jalan Kimangunsarkoro No 106. Didirikan pula depot jamu dimana konsumen dapat memberli dan merasakan langsung jamu dari PT Jamu jago tepatnya di Jalan MT Haryono

  1.4. Ketenagakerjaan

  Jumlah pegawai dari PT Jamu Jago adalah sebanyak 1200 orang. Jam kerja yang berlaku adalah dari hari Senin-Jumat mulai pukul 07.30 hingga 16.00. Cuti yang diberikan oleh PT Jamu Jago yaitu Sabtu, Minggu, hari besar, serta ditambah 12 hari per tahun serta cuti hamil selama 3 bulan 10 hari dan cuti haid selama 2 hari. Secara bidang pendidikan dari karyawan PT Jamu Jago berasalal dari bidang ekonomi, teknik kimia, farmasi, teknik industri, teknik sipil, biologi, dan teknologi pangan. Selain karyawan tetap tersebut direkrut pula beberapa tenaga ahli sebagai konsultan seperti bidang riset, perpajakan, serta argonomi.

  Terdapat dua kelompok karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap atau bisa disebut sebagai karyawan bulanan merupakan karyawan yang sistem penggajiaannya dilakukan tiap bulan dan biasanya merupakan karyawan bagian kantor dan produksi. Karyawan kontrak adalah karyawan yang menpunyai masa kontrak, mereka akan diperlukan jika ingin mempenuhi target produksi tambahan dan peluncuran produk baru.

  1.5. Struktur Organisasi

  Bentuk perusahaan dari PT Jamu Jago merupakan Perseroan Terbatas dimana dipimpin oleh seorang Dewan Komisaris yang membawahi Presiden Direktur yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. Presiden Direktur membawahi Manager Pemasaran, Manager Finansial, Manager Internal Audit, Manager Sumber Daya Manusia. Direktur Pabrik membawahi tujuh manager, yaitu: Manager Produksi, Manager Product Planning Inventory Control (PPIV), Manager QC (Pengawasan Mutu), Manager R & D, manager Teknisi Penunjang, dan Manager Registrasi, Rumah Tangga.

1.6. Laboratorium

  Untuk menunjang berlangsungnya proses produksi di PT Jamu Jago maka disiapkan empat Laboratorium yaitu :

  1.6.1. Laboratorium Formulasi Tempat dilakukannya pembuatan formulasi-formulasi baru yang akan digunakan untuk produksi serta sekaligus berfungsi sebagai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan untuk diciptakannya produk baru.

  1.6.2. Laboratorium Mikrobiologi Tempat dilakukannya pengawasan mutu secara mikrobiologi tepatnya untuk mengukur jumlah Angka Lempeng Total pada sampel

  1.6.3. Laboratorium Kimia Tempat dilakukannya pengawasan mutu secara kimiawi pengujian kadar air, susut pengeringan, kadar abu, dll.

  1.6.4. Laboratorium Uji Stabilitas Tempat dilakukannya pengawasan mutu yang berhubungan dengan stabilitas produk yang sudah jadi.

2. DESKRIPSI PRODUK

  Produk yang diproduksi oleh PT Jamu Jago kurang lebih adalah sebanyak 200 jenis.PT Jamu Jago memproduksi berbagai obat tradisional, minuman kesehatan, serta minuman berenergi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh meskipun sedang tidak terjangkit penyakit, sedangkan minuman berenergi bermanfaat untuk menambah energi bagi yang meminumnya. Produk unggulan dari PT Jamu Jago antara lain :

  Buyung Upik Menambah nafsu makan anak dan mengobati cacingan

  Esha Menjaga stamina pria. Basmingin

  Mencegah dan mengobati masuk angina Anik

  Merupakan produk jamu untuk membantu bagi orang yang ingin mengurangi merokok.

2.1. Spesifikasi Produk

  PT Jamu Jago memproduksi berbagai jenis produk jamu. Antara lain ada jamu khusus pria atau khusus wanita dan jamu yang diperuntukan untuk anak-anak. Khasiat yang dimiliki setiap jamu juga berbeda-beda, ada yang bisa menyembuhkan penyakit, menambah nafsu makan anak, menciptakan suasana bahagia, serta untuk kesehatan pria maupun wanita. Jamu serbuk biasanya dikemas dalam bentuk sachet berbeda- beda setiap produk ada yang berisi 5 g, 7 g, dan 35 g. Setiap sachet tersebut dikemas kembali dalam kemasan box sebagai kemasan sekunder yang berisi 10 sachet setiap box nya. Setiap 20 box dikemas kembali dengan kemasan tersier berupa karton dengan isi 20 box setiap kartonnya. Dalam waktu satu bulan, PT. Jamu Jago mampu memproduksi sebanyak ± 1 ton ekstrak kapsul dan ± 120 ton produk serbuk. Jumlah tersebut disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Produk yang diproduksi juga disesuaikan dengan permintaan pasar dengan jadwal produksi bergantian.

2.2 Orientasi Pasar

  Proses distribusi di PT Jamu dilakukan oleh tim pemasaran. Produk yang dihasilkan dari pabrik akan disalurkan ke agen yang sudah bekerja sama terlebih dahulu. Dari agen tersebut kemudia produk-produk dari PT Jamu Jago dipasarkan ke pedagang- pedagang kecil atau ke konsumen langsung. Selain mengandalkan para agen, khusus di kota besar seperti halnya Jakarta dengan melalui perwakilan seperti supermarket dengan sistem titip jual. Sistem ini dilaksanakan untuk daerah pemasaran baik di dalam maupun di luar negeri. Distribusi untuk di Pulau Jawa dilakukan menggunakan bus sedangkan untuk di luar Jawa digunakan kapal atau pesawat.

  Pemasaran dalam negeri dibagi menjadi empat daerah utama yaitu: 1.

  Jakarta dan Jawa Barat, meliputi: Jakarta, Bandung, Bogor, garut, bekasi, Ciamis.

  2. Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meliputi: Semarang, Solo, Yogyakarta, Kudus, Pati, Blora, dan Magelang.

  3. Jawa Timur, meliputi: Surabaya, Malang, Madiun, Mojokerto, dan Blitar.

  4. Daerah luar pulau Jawa, meliputi: Palembang, Pekan Baru, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Bali, Lombok, dan Papua.

  Selain dalam negeri, produk PT Jamu Jago juga sudah dipasarkan ke luar Indonesia seperti Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Vietnam.

3. PROSES PRODUKSI PT Jamu Jago memproduksi berbagai macam produk yang berbeda satu sama lain.

  Masing-masing produk memiliki spesifikasi khusus yang berbeda dari produk lain. Proses produksi yang dilakukan juga beebeda-beda tergantung produk yang akan dihasilkan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses produksi minuman serbuk Buyung Upik di PT Jamu Jago.

3.1. Bahan Baku Dalam pembuatan jamu di PT Jamu Jago digunakan bahan utama berupa simplisia.

  Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan (Depkes RI, 1995). Untuk menjaga kualitas dari bahan baku maka perlu dilakukan tiga macam standardisasi bahan baku yaitu : a.

  Kebenaran Bahan Kebenaran bahan baku perlu diperhatikan dengan tujuan untuk menentukan jenis dari bahan baku, seperti jenis dan varietas. Pengecekan dilakukan dengan cara visual, fisik dan juga melalui laboratorium Quality Control.

  b.

  Bahan yang digunakan harus dalam bentuk kering.

  Bahan yang disimpan dalam kondisi kering akan, memperpanjang masa simpan bahan baku sehingga dapat digunakan kapan saja. Kada air pada simplisia diusahakn memiliki kadar air sebesar 10%. Jika dalam keadaan basah maka akan menimbulkan kontaminasi dan umur simpan lebih singkat.

  c.

  Kebersihan bahan.

  Kebersihan dari bahan baku yang akan digunakan perlu diperhatikan, hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan kotoran maupun cemaran mikroorganisme yang berasal dari tanah tempat bahan baku dipanen. Standarisasi untuk kebersihan bahan baku ditetapkan oleh perusahaan dan pengecekan selalu dilakukan oleh Quality Control.

  Produk unggulan yang dimiliki oleh PT Jamu Jago adalah Buyung Upik. Komposisi

  

Myristicae Semen , Burmanni Cortex, dan bahan-bahan lain. Proses dalam tahap awal

  ini meliputi : Sortasi

  Proses ini bertujuan untuk membebaskan dari tanah, bahan asing, kotoran, dan bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki Pencucian

  Pencucian dilakukan dengan cara merendam dan mengaduk-aduk bahan baku dalam bak berisi air bersih. Proses pencucian ini dilakukan pembilasan sebanyak 3 hingga 4 kali lalu ditiriskan. Pengeringan

  Proses pengeringan dilakukan dengan cara dimasukkan dalam oven pengering

  O

  dengan suhu 50

  C. Dalam proses ini, dilakukan pemeriksaan setiap 2 jam dengan tujuan untuk memastikan kadar air sudah mencapai 10%. Bahan baku yang sudah memenuhi standar kekeringan dimasukkan dalam kantong plastik dan dilakukan penimbangan.

  Proses pengangan bahan baku pada produk Buyung Upik dapat dilihat pada Gambar 1 Penerimaan bahan baku dari pemasok

  Karantina di gudang bahan baku Sortasi

  Pencucian Pengeringan

  Bahan baku disimpan di gudang bahan bersih

3.2. Alur Proses Produksi

  Proses produksi dari Buyung Upik dapat dilihat pada diagram dibawah ini Penerimaan bahan baku dari gudang bahan baku

  Penimbangan Bahan Baku Ekstraksi bahan segar

  Ekstraksi bahan kering Mixing I

  Mixing II Pengisian

  Pengemasan Produk disimpan dalam gudang produk jadi

  Gambar 2. Diagram Alir Produksi Bahan baku yang sudah siap digunakan dan tersimpat dalam gudang bahan baku ditimbang dan diracik sesuai formulasi. Untuk bahan segar dan bahan kering yang kering dipisahkan kemudian dilakukan ekstraksi masing-masing. Dalam proses ektraksi terjadi proses maserasi dan evaporasi. Dari proses ekstraksi ini akan didapatkan sari ekstrak dari bahan yang digunakan. Kemudian selanjutnya dilakukan pencampuran kedua ekstrak dari bahan kering dan bahan segar. Ketika selesai proses mixing I dilakukan pengujian oleh bagian QC berkatian dengan uji mirkobiologi serta uji kadar air. Setelah itu proses mixing II dilakukan penambahan bahan lain dan kemudian juga dilakukan dilakukan uji homogenitas oleh Quality Control. Proses selanjutnya yaitu pengisian buuyng upik ke dalam kemasan. Produk Buyung Upik untuk tiap sachet dilakukan pengisian 7 gram. Setelah proses ini dilakukan pengujian keseragaman bobot, kebocoran dan kerapian, serta mikrobiologi.

  Selanjutnya dilakukan pengemasan dengan uji kontrol isi (kebenaran dan jumlah) serta kebenaran dan kelengkapan penandaaan. Kemudian disimpan di gudang produk jadi.

3.3. Proses Pengemasan

  Buyung upik mempunyai sifat higroskopis. Hal terseebut perlu ditangani dengan baik agar dapat menjaga kualitas dari Buyung upik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas Buyung Upik dapat digunakan pembungkus yang memiliki daya penahan uap air yang tinggi. Kemasa dari Buyung Upik menggunakan tiga jenis pengemas yaitu kemasan primer, sekunder, dan tersier. Kemasan primer pada umumnya langsung bersentuhan dengan produk. Kemasan primer Buyung Upik terdiri dari tiga lapisan yaitu: plastik PP, aluminium foil, dan PE. Kemasan sekunder berguna untuk lebih memantapkan barier dan membuat produk lebih menarik. Untuk kemasan sekunder menggunakan plastik dan karton. Kemasan tersier berguna untuk mempermudah dalam transportasi dan penyimpanan. Untuk kemasan tersier digunakan karton. Sebelum memulai proses pengemasan Buyung Upik, perlu dilakukan pengaturan pada alat kemas agar dapat berjalan baik. Hal ini bertujuan supaya berat setiap sachet selama pengisian sama. Pengisian dilakukan kontrol rutin setiap 1 jam agar berat tiap

  

sachet tetap sama dan mengontrol kemasan rusak atau tidak terisi. Sachet diisi 7 gram

  untuk setiap kemasan. Sachet yang telah diisi lalu dimasukkan dalam kantong plastik dan dimasukkan ke dalam kemasan sekunder yang berisi 10 kantong plastik dan dimasukkan lagi dalam kemasan tersier/ dos berisi 200 secara manual. Selanjutnya diberi tanggal pengemasan, kode produksi dan expired date. Kemudian produk disimpan dalam gudang produk jadi dan menunggu untuk dipasarkan.

3.4. Pengawasan Mutu

  Pengawasan mutu yang dilakukan oleh PT Jamu Jago dibedakan menjadi 3 kelompok besar yaitu pengawasan mutu pada bahan baku, pengawasan mutu proses produksi, dan pengawasan mutu produk jadi. Pengawasan mutu bertujuan untuk menghasilkan produk yang tetap terjaga kualitasnya. Bagian yang bertanggung jawab pada pengawasan mutu adalah bagian Quality Control.

3.4.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku

  Pengawasan mutu untuk bahan baku dimulai ketika barang sudah datang dari pemasok. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahan baku sesuai dengan spesifikasi bahan baku yang diperlukan. Bahan yang akan diuji adalah bahan baku simplisia, bahan baku non simplisia, dan bahan kemas. Dalam penyiapan bahan baku perlu diperhatikan kesesuaian bahan baku yang dipesan dan apakah ada bahan lain yang tercampur.

  Pengujian yang dilakukan meliputi uji kimia, uji mikrobiologis, dan uji fisik. Pada uji kimia dilakukan pengujian kadar air, susut pengeringan, penetapan kadar sari, dan penetapan kadar abu. Pada uji mikrobiologis dilakukan pengujian angka lempeng total dan uji bakteri Escherichia coli. Pada uji fisik dilakukan pengujian bobot jenis.

3.4.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi

  Dalam pelaksaan proses produksi, pengawasan mutu diperlukan untuk memantau dan mengetahui perubahan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Bagian QC akan mengamati dan menganalisa sampel pada setiap tahap produksi dengan cara mengambil sejumlah sampel pada setiap tahapan yang dilakukan pengawasan mutu yang kemudian dilakukan pengujian. Analisa sampel oleh bagian QC dilakukan ketika tahap pencampuran pertama, pencampuran kedua, dan pengisian. Setelah tahap pencampuran pertama dilakukan uji mikrobiologi dan uji kimia berupa kadar air. Setelah tahap pencampuran kedua dilakukan uji fisik berupa uji homogenitas.

3.4.3. Pengawasan Mutu Produk Jadi

  Pengawasan produk jadi dilakukan ketika melakukan pengisian ke kemasan, hal-hal yang di perhatikan pada pengawan mutu produk jadi antara lain : a.

  Kontrol isi (kebenaran dan jumlah) Dicek isi tiap kemasan dan jumlahnya agar sesuai dengan jumlah yang diset di mesin.

  b.

  Kontrol kelengkapan penandaan Dicek benar atau tidaknya suatu kelengkapan penandaan yaitu label kemasan dan informasi yang tertera.

  c.

  Kontrol bobot Dicek keseragaman bobot antar satu sachet dengan sachet yang lainnya.

  d.

  Kontrol kebocoran dan kerapian Dicek apakah kemasan mengalami kebocoran atau tidak. Jika ditemui kebocoran maka kemasan perlu diganti.

3.5. Mesin dan Peralatan

  Mesin dan peralatan dalam proses pembuatan jamu harus diperhatikan dengan tujuan didapatkan jumlah produk yang banyak dengan waktu yang singkat tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. Mesin yang digunakan dalam pembuatan produk Buyung Upik antara lain adalah mesin pemeras simplisia segar, mesin ekstraksi, mesin pencampur granulasi dan gula, mesin kristalisasi, mesin pencampur produk antara dan rasa, dan mesin pengemas. Pada awalnya pencucian bahan baku dilakukan secara manual. Kemudian dimasukkan ke mesin pemeras yang akan menghasilkan simplisia bentuk cair. Kemudian dimasukkan ke dalam mesin ekstraksi sehingga diperoleh ekstraknya. Hasil dari ekstraksi bahan segar dan bahan kering kemudian dicampur dengan menggunakan mesin pencampur granulasi. Kemudian dikristalisasi menggunakan mesin kristalisasi dengan evaporasi dan pengadukan. Lalu dilakukan mixing yang selanjutnya dimasukkan mesin pengemas.

  Pembersihan mesin dilakukan secara rutin setelah proses produksi selesai pada hari tersebut. Selain itu proses pembersihan juga dilakukan setiap pergantian bahan yang akan diproses. Pembersihkan bahan cair dibantu dengan air bersih, sedangkan untuk bahan padat digunakan tekanan blower sehingga dapat terhembus keluar dari bagian- bagian mesin. Selain itu dilakukan perawatan mesin secara berkala agar mesin dapat beroperasi secaraa optimal.

  3.6. Penggudangan dan Penyimpanan

  Gudang di PT Jamu Jago dipisahkan menurut kegunaannya masing-masing yaitu meliputi gudang alat kemas, gudang bahan non simplisia, gudang hasil ayak, gudang bahan baku, gudang bahan kemas, dan gudang produk jadi. Untuk semua gudang diberlakukan sistem First In First Out (FIFO), dimana bahan yang pertama kali masuk akan pertama kali dilakukan pemrosesan. Sebelum disimpan dalam gudang, bahan-bahan tersebut telah mengalami pemrosesan awal yaitu pencucian, sortasi, dan pengeringan baru kemudian disimpan dalam gudang. Sedangkan untuk bahan non simplisia bahan-bahan tersebut terlebih dahulu dilakukan pengujian mutu, setelah itu baru disiman dalam gudang non simplisia. Penyimpanan bahan baku dalam gudang maksimal adalah 3 bulan supaya menjaga kualitas dari produk yang akan dihasilkan.

  Untuk produk jadi disimpan dalam gudang produk jadi. Produk jadi ini sudah siap dipasarkan dengan kemasan kemasan primer dan sekunder yaitu di dalam plastik kemudian dimasukkan dalam dos yang menjadi kemasan kemasan tersier. Masing- masing barang diberi penanda kode produksi agar memudahkan dalam pengambilan terutama dalam menentukan system FIFO.

  3.7. Pemasaran Produk

  Produk yang dihasilkan dari pabrik akan disalurkan ke agen yang sudah bekerja sama terlebih dahulu. Dari agen tersebut kemudia produk-produk dari PT Jamu Jago dipasarkan ke pedagang-pedagang kecil atau ke konsumen langsung. Selain perwakilan seperti supermarket dengan sistem titip jual. Pengecekan tanggal kadaluarsa tidak dilakukan oleh pihak penjual. Jika produk PT Jamu Jago ada yang melewati tanggal kadaluarsa, maka penjual akan melakukan retur kepada produsen Dari 10-20% hasil produk PT Jamu Jago telah berhasil menembus pasar internasional.

  Produk dari Jamu Jago banyak di ekspor ke luar negeri antara lain negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Cina, dan sudah merambah ke Amerika dan Australia. Pemasaran produk dari Jamu Jago ini dilakukan melalui: 1.

   Above the Line Above the line merupakan strategi pemasaran yang dilakukan melalui

  pemasangan iklan baik di televisi maupun di koran.

  2. Below the Line

Below the line merupakan strategi pemasaran yang dilakukan dengan

  “gethok

  tular ”.

3.8. Sanitasi

  Dari sisi konstruksi bangunan pabrik, bagunan dari PT Jamu Jago terdiri dari beberapa bagian. gedung persiapan bahan baku, gedung pengolahan, laboratorium, WC, dan juga gudang. Setiap bagian dalam pabrik dipisahkan oleh sekat, sehingga tidak dapat berhubungan langsung. Semua lantai bangunan menggunakan semen plester. Selain itu, semua bangunan telah dilengkapi dengan penerangan dan juga ventilasi yang cukup, serta disediakan exhaust fan untuk memperlancar pertukaran udara dalam gedung. Gudang terdiri dari 3 gudang yaitu gudang bahan baku, gudang barang jadi, gudang bahan kemas. Pemisahan gudang ini bermanfaat agar tidak terjadi kontaminasi silang antar bahan. Gudang juga telah dilengkapi dengan pallet sehingga barang yang bersentuhan dengan lantai tidak mengalami kerusakan. Untuk menghindari serangan hama juga juga diberi perangkap tikus untuk meminimalkan hewan pengerat. Dari sisi personal karyawan, karyawan PT Jamu Jago sudah menggunakan baju kerja menghindari kontaminasi produk dari karyawan. Dari sisi kebersihan alat-alat yang digunakan, mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi mendapat perlakuan pembersihan setiapnya harinya ketika selesai produksi. Sisa-sisa kotoran dari hasil permbersihan tersebut dibuang sesuai prosedur pengolahan limbah.

3.9. Pengolahan Limbah

  Dalam memproduksi jamu di PT Jamu Jago menghasilkan tiga jenis limbah yaitu limbah padat, cair, dan gas. Pengolahan limbah bertujuan untuk dapat dibuang ke lingkungan dengan aman dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi lingkungan. Dari proses pencucian bahan baku, mesin dan perlatan, serta sisa produksi didapatkan limbah cair. Beberapa tahapan dalam proses pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut :

  Filtrasi dan Pengendapan

  3 Proses ini dilakukan dilakukan pada bak pertama dengan kapasitas 30 m dan

  3 debit 3 m Hal ini bertujuan untuk menurunkan Total Suspended Solid (TSS).

  Dengan perbedaan berat jenis, maka komponen yang meliki berat jenis lebih besar akan tenggelam. Aerasi Anaerob Pada proses ini dilakukan penambahan isolat untuk mendegradasi bakteri.

  Nilai COD maksimal 0,5 mg/l, nilai BOD maksimal 3 mg/l, pH 6-8, dan fenol. Aerasi Aerob

  Proses ini dilakukan pada bak terbuka serta ada penambahan aerasi dari blower sehingga dapat menambah jumlah oksigen. Nilai BOD dan COD diharapkan sudah memenuhi standar dengan pengaturan isolat, dan debit. Bak Kimia

  Dalam bak ini dilakukan penambahan kaporit. Jumlah kaporit yang diberikan sebanyak 30% dari jumlah volume. Penambahan kaporit ini digunakan ketika konsidi masih asam dengan pH sekitar 6 untuk membuat pH limbah menjadi 7-8. Limbah yang telah melalui proses pengolahan terserbut dan telah melalui uji sesuai standar maka limbah dapat dibuang ke lingkungan. Limbah tersebut dapat dipakai kembali akan tetapi harus ada izin dari. Limbah padat dari hasil produksi di PT.Jamu Jago terdiri dari 2 macam B3 dan non B3. Limbah B3 terdiri dari oli bekas, baterai bekas, lampu, aki. Seluruh limbah akan masuk ke TPS khusus B3 dengan izin Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) kota Semarang. Sebelum diserahkan ke pihak ketiga PT.Jamu Jago melakukan penyimpanan selama 6 bulan baru kemudian diserahkan ke pihak ketiga. Pihak ketiga ini bertugas untuk mengumpulkan, membawa, dan memusnahkan limbah padat. Pemusnahan tersebut menggunakan alat insenerator dengan tinggi 50 meter dan

  o

  suhu 1200

  C. Sedangkan untuk limbah non B3 dapat langsung dibuang ke TPA karena tidak membahayakan lingkungan.

  Selain limbah padat dan cair dilakukan pula pengolahan limbah gas. Pada proses ini digunakan dua macam alat yaitu cerobong genset dan cerobong boiler. Cara kerja pada cerobong boiler dilakukan pengambilan sampel pada 3 titik dengan memasukkan alat untuk menangkap CO

  2 , H

  2 S, CO. Sampel tersebut diuji dalam

  laboratorium. Pembersihan cerobong dilakukan dengan penyemprotan blower pada cerobong.

4. PEMBAHASAN

  Dalam memproduksi sebuah produk tentunya diingkan produk yang terjamin mutunya. Maka dari itu dalam memproduksi sebuah produk diperlukan pengawasan mutu. Menurut Sofjan (1993), pengawasan mutu merupakan suatu tindakan atau kegiatan untuk memastikan apakah mutu atau standar yang ditetapkan dapat terlihat dalam hasil akhir. Pengawasan mutu bertujuan untuk menentukan komponen- komponen mana yang tidak layak dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi mendatang akan sesuai dengan standar. Pengawasan mutu yang dilakukan oleh perusahan merupakan alat bagi untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang, dan mengurangi jumlah bahan yang rusak (Sukanto dan Indriyo,1995).

  Salah satu sarana dalam mengawasi mutu produk adalah dengan dilakukannya proses pengambilan sampel. Tujuan proses pengambilan sampel adalah untuk memanfaartkan karakteristik individu yang dapat mewakili keseluruhan populasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, yang nantinya informasi tersebut akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan (Darmadi , 2011).

4.1. Penyusunan Prosedur Tetap Pengambilan Sampel

  Dalam melakukan proses pengambilan sampel agar proses pengambilan sampel dilakukan secara benar maka diperlukan suatu standar atau bisa disebut prosedur tetap. Menurut Ali (2000) prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan. Dalam insdustri jamu digunakan standar berupa Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Penggunaan standar ini bertujuan agar didapatkan hasil produk obat tradisional dengan kualitas yang baik.

  Dalam CPOTB dijelaskan bahwa mutu produk bergantung pada pengujian sampel yang diambil, maka dari proses dari pengambilan dari sampe yang akan diuji perlu diperhatikan. Sampel yang perlu dilakukan pengujian dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu untuk bahan baku, produk antara; produk ruahan; produk jadi, dan bahan

  Bahan baku merupakan semua bahan yang akan digunakan dalam pengolahan, baik bahan yang sudah diolah terlebih dahulu maupun bahan yang belum mengalami pengolahan sama sekali. Setelah bahan mengalami pwngolahan dalam proses produksi maka bahan baku tersebut akan menjadi produk setengah jadi yang dibedakan menjadi produk antara dan produk ruahan. Produk antara merupakan campuran dari bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan untuk menjadi produk ruahan. Produk ruahan sendiri merupakan bahan yang sudah selesai diolah namun belum melalui proses pengemasan. Jika bahan yang sudah diproses tersebut sudah diproses maka bisa disebut produk jadi.

4.1.1. Prosedur Tetap Pengambilan Sampel

  Prosedur tetap bpengambilan sampel bahan baku disusun dengan tujuan memberi petunjuk tentang cara pengambilan sampel bahan baku yang benar supaya terhindar dari pencemaran mikroba dan pencemaran silang. Prosedur tetap ini berlaku untuk pengambilan sampel bahan baku yang akan digunakan. Petugas yang bertanggungjawab adalah petugas pengambil sampel dan analis bahan baku. Proses pengambilan sampel bahan baku ini berlangsung di gudang bahan baku, ruang timbang, dan ruang sampling. Proses pengambilan sampel digunakan alat-alat khusus yang terpisah dari alat laboratorium lain serta telah melalui proses pembersihan. Beberapa alat yang dapat digunakan antara lain :

  Pipet Digunakan untuk bahan yang berwujud cair dalam botol. Liquid Sampler

  Digunakan untuk bahan yang berwujud cair dalam drum Thief Sampler

  Digunakan untuk bahan yang berwujud serbuk dalam drum atau kantong besar. Sendok

  Digunakan untuk mengambil sampel (pada wadah besar maupun kecil) Pompa Penyedot Digunaan untuk mengaduk dan mengambil sampel pelarut organic dalam drum.

  Sedangkan untuk membawa sampel yang diambil digunakan wadah khusus. Wadah Sampel yang dapat digunakan antara lain :

  Kantong plastik Digunakan untuk sampel padat atau setengah padat. Botol

  Digunakan untuk sampel cair Labu Erlemenyer

  Digunakan untuk sampel cair Beker glas Digunakan untuk sampel setengah padat.

  Sebelum melakukan pengambilan sampel dilakukan persiapan pengambilan sampel. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan daftar periksa bahan baku (Lampiran 1). Daftar periksa tersebut diisi berdasarkan label karantina berwarna kuning yang tertempel pada wadah bahan baku. Label karantina ini ditempel oleh petugas gudang dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa bahan baku tersebut masih belum bisa digunakan karena harus diuji terlebih dahulu.

  Kemudian wadah bahan baku dari supplier perlu di cek terlebih dahulu. Kondisi yang perlu di cek adalah sebagai berikut : Wadah rusak / hampir rusak - Tidak ada segel, rusak/bekas dibuka - Wadah tidak asli - Label pabrik pembuat tidak ada / tidak jelas - Nomor Lot tidak ada, tidak jelas - Tercium bau asing atau basah -

  Jika ada kondisi yang tidak sesuai maka dapat dicatat di daftar periksa pengambilan bahan baku dan disebutkan kondisi dari wadah yang diterima. Jika pada wadah bahan baku terdapat instruksi cara penyimpanan khusus pada bahan baku tersebut maka petugas pengambil sampel segera melaporkan ke petugas gudang.

  Petugas pengambil sampel perlu menyiapakan label yang menandakan bahwa sampel telah diambil. Jumah dari label yang perlu disiapkan disesuaikan dengan jumlah wadah bahan baku yang akan dibuka. Kemudian label tersebut ditempelkan pada wadah yang akan digunakan sebagai wadah sampel. Dan pada persiapan yang terakhir, untuk menjaga kebersihan maka sebelum dilakukan pengambilan sampel tangan dari petugas pengambil sampel perlu dicuci dengan air dan sabun.

  Gambar 3. Label Sampel Telah Diambil Pada proses pengambilan sampel perlu diketahui terlebih dahulu pola untuk pengambilan sampel tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah wadah yang akan dibuka. Tiga jenis pola yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

  Pola N Pola ini digunakan jika bahan baku yang diterima dari pemasok yang disetujuai diperkirakan seragam. Sampel dapat diambil dari seluruh bagian sampel. n = 1 + √ N n = jumlah wadah yang dibuka

  Pola P Pola ini digunakan jika bahan baku yang diterima dari pemasok disetujui telah seragam, dengan tujuan untuk pengujian identitas. n = 0,4 + √ N n = jumlah wadah yang dibuka N = jumlah wadah yang diterima

  Pola R Pola ini digunakan jika bahan baku yang diterima dari pemasok yang belum diketahui dan diperkirakan tidak seragam . n = 1,5 + √ N n = jumlah wadah yang dibuka N = jumlah wadah yang diterima

  Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, maka urutan pengambilan sampel bahan disusun sebagai berikut : Zat Cair 1. Tak berwarna, tak berbau, encer.

  2. Berwarna lemah, sedikit berbau.

  3. Zat cair kental, berwarna. Zat setengah padat (Semi solid) 1. Berwarna putih.

  2. Berwarna lemah.

  3. Berwarna tua. Zat padat / serbuk

  1. Serbuk putih, tak berbau, bentuk kristal

  2. Serbuk putih berbau lemah, bentuk kristal 3. Serbuk putih, berbau kuat.

  4. Serbuk putih, partikel halus / lengket. Untuk sampel berbentuk serbuk yang disimpan dalam drum, awalnya bagian penutup dari drum dibersihkan menggunakan kain lap bersih. Penutup dari drum dibuka dan drum berupa kantong plastik dapat dicek terlebih dahulu apakah ada kebocoran. Jika ada kebocoran maka perlu diinformasikan kepada petugas gudang agar dapat dipindah ke kantong plastik lain. Jika tidak ada kebocoran maka kemasan plastik dapat dibuka kemudian segera cek keadaan dari bubuk tersebut seperti bau, warna, bentuk kristal, serta penggumpalan karena basah. Kondisi serbuk yang tidak sesuai tersebut dapat ditolak dengan memberi penandaan label ditolak

  Gambar 4. Label Penanda Ditolak Setelah kantong plastik dibuka, maka sampel dapat diambil dalam posisi diagonal.

  Kemudia dimasukan ke dalam wadah sampel yang sudah diberi label penanda sampel yang diambil. Tutup dari drum dan tutup wadah ditutup rapat-rapat. Label pada wadah sampel diisi sesuai dengan isi sampel. Sedangkan untuk wadah bahan baku diberi penanda bahwa sampel telah diambil.

  Untuk bahan serbuk yang terletak didalam kantung atau karung pertama-tama bagian yang akan dibuka dibersihkan dengan lap bersih terlebih dahulu. Kemudian bagian seal atau jahitan dari kantung atau karung bisa dibuka terlebih dahulu. Lalu segera cek keadaan dari bubuk tersebut seperti bau, warna, bentuk kristal, serta penggumpalan karena basah. Kondisi serbuk yang tidak sesuai tersebut dapat ditolak dengan memberi penandaan label ditolak (Gambar 2).