ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM CAHAYA CINTA PESANTREN KARYA IRA MADAN - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM CAHAYA

CINTA PESANTREN KARYA IRA MADAN

SKRIPSI

  Oleh:

  

NURFITRIA MUNAWAROH

NIM: 211014020

  Pembimbing:

  

Dr. Muh Tasrif, M. Ag

NIP. 197401081999031001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2018

  

ABSTRAK

Nurfitria Munawaroh. 2018. Analisis Semiotika Pesan Dakwah dalam Film

Cahaya Cinta Pesantren karya Ira Madan. Jurusan Komunikasi dan

  Penyiaran Islam.Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah.Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.Pembimbing Dr. Muh. Tasrif, M. Ag.

  Kata Kunci:Pesan Dakwah, FilmCahaya Cinta Pesantren.

  Awalnya film hanya digunakan sebagai media untuk pengisi waktu luang, namun pada kenyataannya film dijadikan sebagai media transformasi pesan yang efektif. Salah satu film yang mengandung unsur keislaman yaitu film Cahaya

  

Cinta Pesantren. Film ini menginspirasi tentang cinta, persahabatan, keluarga,

  impian, agama dan kehidupan.Film ini mengandung pesan dakwah yang dicerminkan dalam bentuk perbuatan.Pesan dakwah yang ditunjukkan dalam film ini diperlihatkan dalam bentuk taat, ibadah dan berbudi pekerti yang baik terhadap sesama manusia.

  Alasan pengambilan judul ini yaitu untuk menunjukkan pentingnya pesan dakwah yang di sampaikan dalam film ini serta untuk membedakan judul film ini dengan penelitian terdahulu. Selain itu,di era yang sekarang ini, dibutuhkan pendidikan di pondok pesantrenuntuk para remaja agar dapat menambah pengetahuan bahwa pentingnya ilmu agama dalam kehidupan.Karena ada sebagian orang menganggap sebelah mata sebuah pondok pesantren.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana kandungan pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren dari aspek akidah, syariah dan akhlak? 2) Bagaimana penyampaian pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertumpu pada data-data, berupa teks dan foto, dengan mengkaji pesan dakwah yang terdapat dalam film Cahaya Cinta Pesantren kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis semiotika.

  Hasil penelitian menunjukkan (1) kandungan pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren terdiri dari pesan dakwah dari aspek akidah meliputi berdo‟a, belajar, ceramah atau berpidato, membaca Al-Qur‟an, dan takdir kematian. Pesan dakwah dari aspek syari‟ah meliputi kebersamaan, larangan makan sambil berdiri. Sedangkan pesan dakwah dari aspek akhlak meliputi syukur, mencium tangan orang yang lebih tua, Bersikap sabar, dan tolong menolong, membaca basmallah, mengucap salam. (2) Penyampaian pesan dakwah dalam film Cahaya CintaPesantren melalui denotasi, konotasi dan pesan dakwah.Pesan yang disampaikan dalam film Cahaya Cinta Pesantren ini ditunjukkan dalam sebuah perilaku dalam kehidupan pondok pesantren.Pesan dakwah digambarkan dalam bentuk tingkah laku yang disampaikan melalui perbuatan yang diperankan oleh pemain dalam bentuk ibadah dan bertaqwa kepada Allah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk agar

  manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang

  1 kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya.

  Doktrin dakwah dalam Islam, diungkap Al- Qur‟an sendiri dan dibuktikan melalui jejak rekam sejarah Rasulullah SAW, sahabat, dan para ulama. Dalam literatur-literatur dakwah, argumen tekstual yang merujuk hal tersebut biasanya dimuat dalam bahasan mengenai kewajiban dakwah. Disisi lain, hidup Rasul sendiri secara praktis dibaktikan untuk mengajak orang untuk masuk Islam (beriman, mengimani kenabian Muhammad), atau minimal

  2 agar mereka bersikap Islam (ber-Islam, hidup secara damai).

  1 2 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), 1.

  Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam (Jakarta: Kencana, 2011), 11-12.

  Dakwah dalam prosesnya memiliki kesamaan dengan proses komunikasi yang dapat berjalan dengan baik apabila memenuhi lima unsur yaitu subjek, objek, media, materi dan metode. Seiring berkembangnya teknologi, banyak media yang bisa digunakan sebagai sarana berdakwah.

  Kehadiran teknologi menuntut umat Islam untuk lebih kreatif dalam penyampaian dakwah agar pesan dakwah yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

  Dalam aspek landasan teologis, pelaku dan pengkaji dakwah sudah

  

mafhu >m begitu banyak ayat dan hadis yang berkenaan dengan dakwah. Ayat

  125 surat an-Nah}l berikut bukan hanya berupa perintah agar umat berdakwah, tetapi juga memuat tiga cara dakwah:

                          

  

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

(perkataan yang tegas dan benar, yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang batil)dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

  3 petunjuk.

  Ayat tersebut diatas, menjelaskan bahwa dakwah dilakukan dengan tiga cara. Pertama, bi al-hikmah, mengacu pada penggunaan ayat dan akal(bin-nash} wal- 3 ‘aqli), kutipan ayat dan penalaran akal (bin-naqli-wal-

  Al- Qur‟an dan terjemahannya, 16: 125.

  ‘aqli), memadukan antara cita dan fakta, pencocokan antara keharusan dan kenyataan.

   Kedua, al- maui’zhah al-hasanah atau pelajaran yang baik atau contoh

  yang baik, terutama dimulai dari da‟i itu sendiri. Bukan hanya figur yang dapat dijadikan

  maui’zhah hasanah, tetapi juga gagasan dan perilaku yang mampu memberikan inspirasi kebaikan-kebaikan.

  Ketiga, ja >dilhum billa>ti hiya ahsan atau bi al-Muja>dalah atau berdebat,

  berargumentasi, berpolemik dengan cara yang baik. Cirinya adalah penguasaan yang mumpuni atas semua aspek dari materi yang di-muja>dalah- kan, kemampuan yang baik menyampaikan argumentasi, sambil tetap menghormati lawan, dengan cara fokus pada materi debat bukan pada

  4 kepribadian lawan debat.

  Dalam konteks ini, maka para pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan ajaran islam secara rasional dengan memberikan interpretasi kritis untuk merespon nilai-nilai yang masuk diberbagai saluran informasi dari seluruh penjuru dunia yang pengaruhnya semakin mengglobal. Artinya, dakwah harus dikemas sedemikian rupa untuk mampu mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa nilai-nilai ajaran Islam lebih tinggi nilainya daripada nilai-

  5 nilai yang lain.

  Keuniversalan dan kebenaran Islam sebagai pandangan hidup belum dapat terwujud dalam kehidupan ummat manusia diseluruh permukaan bumi, 4 Asep Muhyiddin, Kajian Dakwah Multiperspektif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 115-116. 5 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006), 1-2.

  sehingga Islam masih tetap merupakan salah satu diantara sekian banyak bentuk ideologi atau pandangan hidup yang tumbuh subur didunia. Justru itu pulalah yang menghadirkan dan mengharuskan dakwah tetap ada dalam pergaulan hidup manusia yang tidak mengenal selesai, karena selalu akan terjadi konfrontasi antara kebenaran dengan kebatilan dan kemakrufan dan

  6 kemungkaran.

  Dakwah memang tidak cukup bila disampaikan dengan lisan belaka. Ia harus didukung oleh keberadaan media, yang menjadi saluran penghubung antara ide dengan umat, yang menjadi elemen vital serta urat nadi dalam totalitet dakwah itu sendiri. Media di sini bisa berupa seperangkat alat modern,

  7 yang sering kita sebut dengan alat komunikasi massa.

  Kepentingan dakwah terhadap adanya alat atau media yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali karena media adalah merupakan saluran yang dipergunakan di dalam proses pengoperan materi, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan media, materi dakwah akan lebih mudah diterima

  8

  oleh komunikan ( mad’u>)nya.

  Film adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk berdakwah. Film merupakan salah satu media penyampai pesan yang efektif karena selain

  6 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), 18-19. 7 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i (Jakarta: Amzah, 2008), 235-236. 8 Khusniati Rofi‟ah, Dakwah Jamaah Tabligh dan Eksistensinya Di Mata Masyarakat ( Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010), 32. menggunakan model audio visual, film juga memiliki unsur cerita yang

  9 mampu membawa penontonnya terlibat dalam cerita.

  Awalnya film hanya digunakan sebagai media yang digunakan untuk pengisi waktu luang, namun pada kenyataannya film dijadikan sebagai media transformasi pesan yang efektif. Salah satu film yang mengandung unsur keislaman yaitu film Cahaya Cinta Pesantren.

  Film Cahaya Cinta Pesantren ini memiliki kelebihan diantaranya menyampaikan ajaran agama Islam yakni mencakup aspek akidah dan syari‟ah dan akhlaq. Film ini juga menjelaskan tentang perjuangan seorang santri yang berjuang memahami ajaran agama dan berani bermimpi serta mengaktualisasikan diri. Menunjukkan seorang santri berhak menjadi pemimpin yang berkontribusi sesuai dengan syariat islam.

  Film ini dirilis pada tanggal 26 Desember 2016 oleh rumah produksi Fullframe Pictures Indonesia cerita yang indah dan religious ini digarap oleh

  10 sutradara muda non muslim, Raymond Handaya.

  Pertama kali dipublikasikan pada tanggal 15 Juli 2017. Setelah film ini dipublikasikan oleh Muflih Zy mendapatkan respon positif dari penontonnya. Pertama kali tayang di bioskop kemudian menyebarluas ke akun youtube hingga mencapai 600.470 kali ditonton warga nitizen.

  9 Puji Astuti, 2017, Skri psi Semiotika terhadap pesan dakwah dalam film “My Name Is Khan”, 7. 10 Andi Nur Aminah, “Ini 5 Alasan Wajib Nonton Film Cahaya Cinta Pesantren”,

Republika.co.id, (January 12, 2017), amp/s/ amp .kaskus. co.id/

thread/cahaya-cinta-pesantren -2017 diakses pada 17 Desember 2017.

  Berbeda dengan film religi pada umumnya, film Cahaya Cinta Pesantren ini berhasil menjadi film dengan genre pop religi remaja pertama kali di Indonesia. Perpaduan kisah remaja ala pesantren, gejolak romantika, keluarga, komedi, kisah haru, perjuangan meraih impian dan persahabatan dipadukan dalam film ini. Selain itu, film ini juga menginspirasi tentang

  11 cinta, persahabatan, keluarga, impian, agama dan kehidupan.

  Film Cahaya Cinta Pesantren ini mengisahkan tentang kehidupan seorang anak nelayan bernama Shila yang akan melanjutkan sekolah ke SMA Negeri Favorit di Medan. Namun, kedua orang tuanya memiliki keinginan untuk memasukkan anaknya ke pesantren. Hingga hubungan keduanya merenggang. Akhirnya, Shila mau menerima dan menjadi santri di Pesantren. Kehidupan dipesantren membuat Shila untuk sulit beradaptasi. Walaupun demikian, Shila memiliki keinginan untuk menjadi penulis novel. Di Pesantren pula, Shila mendapatkan teman-teman yang menemani didalam suka maupun duka.

  Shila berusaha menjalani kehidupan dipesantren di tengah bermacam konflik. Di mulai dari konflik yang membuat persahabatannya berantakan, kepergian orang yang disayangi hingga diancam akan dikeluarkan dari pesantren. Namun akhirnya, Shila telah benar-benar jatuh hati pada pesantren itu. Shila berhasil melewati semua itu, karena teringat pesan ayahnya sebelum berangkat ke pesantren. 11 Rizapahlevi, “ Review Film Cahaya Cinta Pesantren (2017): Manisnya Kisah Anak

  

Pesantren”, Poster & Trailer (January 19, 2017), diakses pada 04 Desember 2017.

  Sebuah pesan yang tersusun rapi dan tertib akan menciptakan suatu suasana yang favorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian yang jelas, sehingga memudahkan pengertian, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan pokok-pokok pikiran secara logis. Jika pesan telah terorganisasi dengan baik maka hal ini selanjutnya adalah menyesuaikan

  12 organisasi pesan itu sesuai dengan cara berpikir khalayak.

  Film ini divisualisasikan dalam bentuk gambar-gambar yang dinamis dan membentuk mosaik yang berhubungan. Setting waktu dan lokasi dibalut dalam sinematografi yang indah. Ditambah oleh unsur pariwisata di mana dalam film ini terdapat adegan silat lokal dan lokasi syuting di Medan dan Danau Toba.

  Cerita yang digambarkan dalam film ini tidak hanya memberikan hiburan tapi menggambarkan perjuangan seorang anak dalam meraih kesuksesan. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin menganalisis pesan dakwah dalam film menggunakan analisis semiotika.

  Maka peneliti mengangkat judul ANALISIS SEMIOTIKA PESAN DAKWAH DALAM FILM CAHAYA CINTA PESANTREN KARYA IRA MADAN.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, tulisan ini difokuskan pada analisis semiotika pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren. 12 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 100. Jika diajukan dalam bentuk pertanyaan sub masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana kandungan pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren dari aspek akidah, syariah dan akhlak?

  2. Bagaimana penyampaian pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren? C.

   Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian: 1.

  Untuk mengetahui dan memahami kandungan pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren.

  2. Untuk menjelaskan penyampaian pesan-pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren menggunakan analisis semiotika.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan penulis memberikan tambahan wawasan pengetahuan dan sumbangan pemikiran menggunakan teori semiotika

  Roland Barthes dalam menganalisis film, dan dapat dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan dakwah islam dengan menarik dan berbeda. Sekaligus agar pembaca mengetahui film dapat dijadikan sebagai saranadalam menyebarkan dakwah islam.

E. TELAAH PUSTAKA

  Selain menggunakan buku-buku yang relevan, peneliti juga melihat hasil penelitian terdahulu agar tidak terjadi persamaan. Adapun penelitian terdahulu yang membahas tentang media komunikasi massa yaitu diantaranya:

  Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Rina Untari Mahasiswa

  Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015 yang berjudul “Aspek Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di S

  MA”. Penelitian dibuat dengan tujuan untuk mengetahui aspek religius dalam novel di tinjau dari segi sosiologi sastra dan implementasinya sebagai bahan ajar sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi studi kasus. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa kata, frasa dan kalimat dalam novel Cahaya Cinta Pesantren yang mengarah pada aspek religius. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Dialektika. Validitas data dalam penelitian ini

  13 dilakukan menggunakan teknik trianggulasi data.

  Kedua , penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Mahasiswa

  Fakultas FKIP Universitas Syiah Kuala, 2015 yang berjudul “Analisis Nilai 13 Rina Untari, “Aspek Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan:

  

Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA” (Skripsi,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015), 11.

  Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren karya Ira Madan”. Penelitian dibuat dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana nilai religius digambarkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa analisis kalimayt yang mengandung nilai religius yang terdapat dalam novel cahaya cinta pesantren.

  14 Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

   Ketiga,

  skripsi berjudul “Analisis Psikologis Tokoh Utama Wanita Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan dan Skenario Pembelajarannya Di

  Kelas XI SMA” yang ditulis oleh Dewi Agustiningsih, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah, Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai psikologis wanita dengan teori kebutuhan bertingkat, meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa dicintai dan rasa memiliki, dan kebutuhan rasa harga

  15 berupa rasa percaya diri.

   Keempat,

  skripsi berjudul “Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Cahaya Cint a Pesantren Karya Ira Madan” yang ditulis oleh Silvia Monika, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015. Penelitian ini dilatarbelakangi untuk menemukan nilai-nilai pendidikan dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan nilai-nilai pendidikan dalam Novel Cahaya Cinta 14 Rahmawati, “Analisis Nilai Religius Dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren karya Ira Madan”( Skripsi, Universitas Syiah Kuala, 2015), 1. 15 Dewi Agustiningsih,”Analisis Psikologis Tokoh Utama Wanita Novel Cahaya Cinta

Pesantren Karya Ira Madan dan Skenario Pembelajarannya Di Kelas XI SMA”(Skripsi,

  Universitas Muhamadiyah Purworejo), 1.

  Pesantren Karya Ira Madan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengabsahan data berupa uraian rinci. Data yang diperoleh akan dideskripsikan kemudian dianalisis untuk memperoleh nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan. Hasil penelitian menunujukkan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan adalah nilai pendidikan budi pekerti, sopan santun,

  16 kerja keras dan sabar.

  Perbedaan yang terdapat dalam penelitian penulis yaitu tentang konsep pendekatan yang dilakukan oleh penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika pesan dakwah dalam film.

F. METODE PENELITIAN 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti. Peneliti diharapkan selalu memusatkan 16 perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam konteks yang diteliti. Setiap

  Silvia Monika, “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Cahaya Cinta Pesantren Karya Ira Madan (Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015). kejadian merupakan sesuatu yang unik, berbeda dengan yang lain, karena

  17 perbedaan konteks.

  Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

  18 terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

2. Data dan Sumber Data

  Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu: a.

  Data primer Sumber data primer adalah sumber data yang lengsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi. Maka data diperoleh dari download dari situs youtube.

  b.

  Data sekunder Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

  19 atau lewat dokumen.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan journal, skripsi dan 17 dokumen lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.

  Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), 1-2 . 18 19 Sugiyono, Metode Pendekatan Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 14.

  Ibid. , 15.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode, yaitu: a.

  Observasi Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana

  20

  peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek. Karl Weick yang dikutip Jalaludin Rahmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi, mendefinisikan observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ sesuai dengan tujuan-tujuan

  21 empiris.

  Disini penulis mengamati secara langsung tentang film Cahaya Cinta Pesantren dengan cara melihat secara saksama apa isi yang terkandung dalam film Cahaya Cinta Pesantren.

  b.

  Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan yang penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah,

  22

  dan bukan berdasarkan perkiraan. Akan tetapi, dalam penelitian ini lebih mengarah ke pengambilan data melalui tangkapan layar atau 20

screenshot layar disaat film tersebut diputar untuk diamati.

21 Ridwan, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2006), 104.

  Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 83. 22 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, 158.

4. Teknik Analisis Data

  Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, permodelan dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan keputusan. Analisis data mempunyai banyak variasi pendekatan, teknik yang digunakan dan nama atau sebutan

  23 bergantung pada tujuan dan bidang ilmu yang terkait.

  Pemikiran Eco, dalam bukunya yang dikutip oleh Alex Sobur istilah semiotika secara etimologis berasal dari kata yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvesi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat di anggap mewakili sesuatu yang lain. Dan secara terminologis, semiotika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan objek-objek,

  24 peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.

  Adapun langkah-langkah untuk menganalisa tanda bekerja dalam penelitian ini adalah langkah-langkah analisa berdasarkan peta Roland Barthes. Langkah-langkah tersebut diklasifikasikan dalam table dibawah ini:

  1.Signifier

  2. Signified (Penanda) (Petanda)

  3. Denotatif Sign (Tanda Denotatif)

  23 24 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 235.

  Alex Sobur, Analisis Teks Media, 95

  4. Connotatif Signifier

  5. Connotatif Signifier (Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif)

  6. Connotatif Sign (Tanda Konotatif)

  25 Gambar. 1 peta tanda Roland Barthes

  Dari peta barthes diatas terlihat bahwa denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi

  26 keberadaannya.

  Penelitian ini berusaha untuk menemukan pesan dakwah yang terdapat dalam film Cahaya Cinta Pesantren berupa aspek Aqidah, Syariah dan Akhlak melalui dialog-dialog atau scene-scene dalam film tersebut. Melalui metode analisis Roland Barthes yang mengemukakan sebuah teori semiotika yang memadukan penanda dan petanda sehingga menghasilkan tanda-tanda.

5. Pengecekan Keabsahan Temuan

  Untuk keabsahan temuan, peneliti menggunakan teknik ketekunan pengamatan dan Auditing. Dimana ketekunan pengamatan bermaksud 25 untuk menemukan unsur-unsur dalam relevan dengan persoalan atau isu 26 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, 69 Ibid. , 69.

  yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Sedangkan Auditing yaitu untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau keluaran.

  Penelusuran Audit tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Klasifikasi dapat dilakukan dengan mencantumkan bahan mentah, termasuk bahan yang direkam secara elektronik, catatan lapangan tertulis, foto, dan semacamnya serta hasil survei.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

  Supaya penelitian ini lebih sistematis sehingga mudah dipahami, terarah,logis, dan saling berhubungan antara bab satu dengan yang lainnya, pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab. Kelima bab tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Gambaran atas masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut:

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini merupakan uraian tentang latar belakang dari permasalahan yang diangkat oleh peneliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

  BAB II : LANDASAN TEORI

  Dalam bab ini penulis mulai mengupas tentang pembahasan analisis semiotika, pesan dakwah dan pengertian film.

  BAB III : DESKRIPSI DATA Pada bab ini membahas tentang alur cerita film Cahaya Cinta Pesantren mengenai dakwah dalam sebuah pondok pesantren. Dimana pondok pesantren di jadikan sebagai sarana dakwah dan tempat untuk menimba ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum.

  BAB IV : ANALISIS DATA Pada bab ini membahas tentang analisis semiotika pesan dakwah dalam film Cahaya Cinta Pesantren. Selain itu, dalam bab ini juga akan diuraikan tentang uji keabsahan data.

  BAB V : PENUTUP Pada bab ini membahas tentang kesimpulan penelitian, saran yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian, lampiran- lampiran dan Riwayat Hidup penulis.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pesan Dakwah 1. Pengertian Dakwah Jika dilihat dari segi bahasa, dakwah berasal dari kata

  da’a>, yad’u>, da’watan yang berarti memanggil, mengundang, meminta tolong, berdoa,

  memohon, mengajak kepada sesuatu, mengubah dengan perkataan, perbuatan dan amal sehingga dakwah bisa berarti mengajak kepada

  27 kebaikan.

  Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampai pesan, informasi yang disampaikan, dan penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian yang luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia.

  Istilah dakwah dalam Al- Qur‟an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun mash}dar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-

  Qur‟an menggunakan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam al-

  Qur‟an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak 27 kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan.

  Anwar Arifin, Dakwah kontemporer sebuah studi Komunikasi, 51.

  Di samping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah

  28 dalam konteks yang berbeda.

2. Tujuan dan Efek Dakwah

  Selain berarti agama Tuhan yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw, Islam juga berarti penyerahan diri secara mutlak kepada- Nya, dan kemudian pula berarti kehidupan yang penuh keserasian atau saleh, dalam arti diliputi oleh kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, kebahagiaan dan sejenisnya dengan itu. Setiap orang tanpa kecuali merindukan kehidupan Islam, seperti pengertian di atas dan selalu diperjuangkan antara lain melalui dakwah. Sidik Gazalba menyederhanakan idaman setiap manusia itu dalam istilah selamat-senang atau singkat S.S. Hal ini merupakan tujuan akhir dakwah yang harus terwujud, dan sekaligus akan merupakan efek (atsa>r) dakwah yang positif (efektif) dalam konteks sosial.

  Sungguh dorongan, keinginan dan kecenderungan kepada kebajikan, kesucian, kesejahteraan, kebahagiaan, dan keselamatan itu, telah merupakan sifat yang secara instrinsik ada pada diri manusia karena kemanusiaan fitrinya. Pembawaan itu dibawa sejak lahir dan melekat secara inheren dan tak terlepaskan. Manusia itu menurut fitrahnya atau kejadian asalnya adalah suci, sehingga ia selalu cenderung kepada

  29 kebaikan, kebenaran, kesucian dan segala sifat yang identik dengan itu.

  28 29 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, 17.

  Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, 24.

  Dari sifat manusia inilah menimbulkan efek (atsa>r) yang sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak menjadi perhatian para

  da’i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah.

  Padahal, atsa>r sangat besar artinya dalam penentuan langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsa >r dakwah, maka kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsa>r dakwah secara cermat dan tepat, maka kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya (corrective action). Demikian juga strategi dakwah termasuk di dalam penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat

  30 ditingkatkan.

3. Media Dakwah

  Wasi >lah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk

  menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada

  mad’u>. untuk

  menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasi>lah.

  Hamzah Ya‟qub membagi wasi>lah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

  a.

  Lisan adalah media yang paling sederhana yang menggunakan lidah atau suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, 30 kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

  Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, 34-35. b.

  Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat-menyurat (korespondensi), spanduk, dan sebagainya.

  c.

  Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya.

  d.

  Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film,

  slide , OHP, Internet, dan sebagainya.

  e.

  Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan

  31

  didengarkan oleh mad’u>.

  Semua jenis media massa dapat menjadi media dakwah (surat kabar, film, radio, televisi). Selain itu, ada juga terdapat media antarpersonal (antarpribadi) seperti telepon, telegram, dan surat (termasuk surat elektronik atau e-mail).

  Sebaliknya, dakwah dapat memberi kontribusi kepada media, dalam bentuk moral dan etika, yang dikenal dalam kode etik. Tanpa moral dan etika yang kuat, media terutama media massa dapat melaksanakan semacam “malpraktik”. Justru itu kaitan dakwah dengan media dapat

  32 berlangsung secara simbiosis mutualisme.

  Hubungan etika dalam dakwah berkaitan erat. Dimana etika ini berisikan tentang kode etik yang dapat mengarahkan

  da’i dalam 31 berdakwah agar dapat berjalan secara profesional. Dengan demikian, 32 Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, 32.

  Ibid. , 87. kegiatan dakwah akan terarahkan dapat dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya, sehingga muncullah hakikat pesan dakwah sebagai dasar dalam berdakwah.

4. Hakikat Pesan Dakwah

  Pesan merupakan salah satu unsur utama dalam dakwah. Tanpa ada pesan, kegiatan dakwah tidak memiliki arti apa-apa. Pesan memiliki kekuatan yang luar biasa. Seseorang bisa menangis, tertawa, marah bahkan bisa melakukan tindakan yang radikal sekalipun akibat dari pesan yang

  33 disampaikan oleh seseorang.

  Pesan dakwah adalah apa yang disampaikan di dalam proses kegiatan dakwah. Ada tiga dimensi yang saling terkait dengan istilah pesan dakwah. Pertama, pesan dakwah menggambarkan sejumlah kata atau imajinasi tentang dakwah yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata.

  Pada konteks ini pesan dakwah mengandung dua aspek yaitu isi pesan (the content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan adalah pikiran, sedangkan lambangnya adalah kata-kata atau bahasa. Tanpa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak mungkin didakwahkan. Oleh karena itu, bahasa melekat pada pikiran sehingga bahasa tidak mungkin dilepaskan dari pikiran. Tegasnya, orang berpikir dengan bahasa. pesan dakwah berkaitan dengan makna yang dipersepsi

  Kedua,

  atau diterima oleh seseorang. Makna merupakan proses aktif yang 33 diciptakan dari hasil kerja sama antara sumber (pengirim pesan) dengan Abdul Basit, Filsafat Dakwah, 139. penerima pesan, pembicara dengan pendengar, atau penulis dengan pembaca. Pemahaman terhadap makna apa yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikan makna kepada orang lain akan membantu diri kita dalam memaksimalkan pengelolaan pesan yang verbal maupun non- verbal. Makna tidak hanya bergantung pada pesan saja, melainkan juga pada interaksi antara pesan dengan pemikiran dan perasaan penerima pesan.

  

Ketiga, penerimaan pesan dakwah yang dilakukan oleh

mad’u> atau

  objek dakwah. Semua pesan dakwah memiliki peluang terbuka untuk dimaknai dan dipahami secara berbeda oleh penerima yang berbeda.

  Meskipun demikian, ada kesepakatan bersama (memorandum of

  understanding) antara pengirim dan penerima yang memungkinkan proses

  dakwah terjadi. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa proses penerimaan pesan dakwah tidak bisa mencapai angka 100%. Banyak faktor yang bisa menyebabkan pesan dakwah tidak bisa diterima sepenuhnya oleh

  mad’u>, di antaranya karena faktor psikologis penerima

  pesan, situasi, kemampuan pengirim pesan, dan waktu penyampaian. Pada

  34 poin ketiga ini, pesan dakwah berkaitan dengan efektivitas pesan.

5. Karakteristik Pesan Dakwah

  Karakteristik pesan dakwah yang dimaksud tidak dibedakan secara spesifik antara karakteristik dakwah yang bersifat verbal maupun non- 34 verbal, antara lain: Ibid. , 140. a.

  Mengandung unsur kebenaran Karakteristik pertama dan utama dalam pesan dakwah Islam adalah adanya kebenaran dalam setiap pesan yang disampaikan.

  Berbeda dengan komunikasi di mana dalam prosesnya bisa mengandung unsur yang tidak benar atau negatif.

  Dalam mencari kebenaran, Islam melarang seseorang untuk sekedar mengikuti dugaan (zhann) yang belum teruji kebenarannya dan sebaliknya memerintahkan untuk mengikuti kebenaran yang sudah didukung oleh dalil-dalil yang absah. Al-

  Qur‟an melarang seseorang terjerumus dalam pengaruh hawa nafsu dan kecenderungan yang mengarah kepada kesalahan berpikir, seperti taklid buta, berhayal, dan berperilaku khurafat. Sebagaimana dalil yang terdapat dalam surat Al- Isra‟ ayat 36:

  

            

     Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan

  35 diminta pertanggungan jawabnya.

  Tuntutan di atas merupakan tuntutan universal. Nurani manusia, di mana dan kapan pun pasti menilainya baik dan menilai lawannya 35 merupakan sesuatu yang buruk, enggan diterima oleh siapa pun. Karena M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 464. itu dengan menggunakan bentuk tunggal agar mencakup setiap orang sebagaimana nilai-nilai di atas diakui oleh nurani setiap orang, ayat ini memerintahkan: Lakukan apa yang telah Allah perintahkan di atas dan hindari apa yang tidak sejalan dengannya dan janganlah engkau

  mengikuti apa-apa yang tiada bagimu pengetahuan tentangnya. Jangan

  berucap apa yang engkau tidak ketahui, jangan mengakui tahu apa yang engkau tak tahu atau mengaku mendengar apa yang engkau tidak dengar. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, yang merupakan alat-alat pengetahuan semua itu yakni alat-alat itu masing- masing tentangnya akan ditanyai tentang bagaimana pemiliknya menggunakannya atau pemiliknya akan dituntut mempertanggung- jawabkan bagaimana ia menggunakannya.

  b.

  Membawa pesan perdamaian Sesuai dengan namanya Islam berkata dasar salam yang artinya damai. Perdamaian menjadi unsur penting yang harus dikembangkan dalam penyampaian pesan dakwah. Menurut Hassan Hanafi, perdamaian bukan sekedar hukum internasional antara negara-negara adidaya. Perdamaian berawal dari individu, kemudian berkembang ke keluarga dan ke kehidupan sosial. Ucapan

  assalamu’alaikum (semoga

  kedamaian untuk kalian) yang diucapkan seseorang merupakan pesan

  36

  dakwah yang terus digulirkan oleh setiap individu Muslim. seperti 36 hadis berikut: Ibid. , 143.

   يِنَرَت ْخَأ َلاَق يِعاَزْوَلأا ْنَع َجَمَلَس يِةَأ ُنْة وٌرَمَع اَنَثَدَح ٌدَّمَحُم اَنَثَدَح

:

ٌااَ ِ

   ُهْنَع ُالله َيِضَر َثَرْيَرُه اَةَأ اَنَأ ِبَيَّسُملا ُنْةٌدْيِعَس يِنَرَت ْخَأ َلاَق :

   َلَع ُ ِلْسُملا َّقَح ُلْ ُ َي َ َّلَسَو ِهْيَلَع ُالله َّلَ ِالله َلْ ُسَر ُ ْعِمَس َلاَق ِ َ َّسلا ُ َر ٌسْمَخ ِ ِلْسُملا ُجَةاَجِإَو ِسِئاَنَجلا ِعاَتِتاَو ِضْيِرَمْلا ُثَ اَيِعَو ِسِااَعلا ُ َيِمْ َتَو ِثَ ْعَّدلا Artinya: Abu Hurairah berkata:” Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: ”Kewajiban seorang muslim terhadap sesama muslim ada lima: mejawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, mendatangi undangan, mendo’akan orang bersin (jika membaca Alhamdulillah).

  ”Dikeluarkan oleh Bukhari pada kitab ke-23, Kitab Jenazah bab ke-2, bab 37 perintah mengantarkan jenazah).

  Mengucapkan salam ketika memasuki rumah merupakan ajaran untuk menjaga privasi dan perdamaian di rumah. Rumah merupakan salah satu privasi yang harus dilindungi. Dilarang memasuki tanpa perkenan dari pemiliknya. Memaksa masuk, memata-matai, merampok dan segala bentuk tindakan yang melanggar batas privasi tersebut adalah bertentangan dengan perdamaian.

  c.

  Tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal Pesan dakwah hendaknya disampaikan dalam konteks lokalitas dari mad‟u yang menerima pesan. Dengan cara tersebut, pesan dakwah akan mudah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan kebutuhan 37 dan keinginan masyarakat. Persoalan yang muncul ke permukaan ketika

  Abdul Baqi dan Muhammad Fu‟ad, Shahih Bukhari Muslim, (Yogyakarta: Lontar Mediatama, 2017), 609. ajaran Islam diyakini sebagai ajaran yang bersumber dari Arab sehingga lokalitas “ke-Arab-an” menjadi sesuatu yang dianggap universal dan mesti diikuti oleh masyarakat diluar Arab. Seakan-akan Islam tidak memerhatikan perbedaan wilayah dan latar belakang masyarakat yang menjadi objek dakwah.

  d.

  Memberikan kemudahan bagi penerima pesan Memberikan kemudahan dalam menyampaikan pesan dakwah merupakan sesuatu yang dianjurkan dan bahkan menjadi tujuan syariat

  Islam, sebagaimana dijelaskan dalam Al- Qur‟an “ Allah menghendaki

  kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS

  Al-Baqarah (2): 185) dan sabda Nabi Muhammad Saw

Dokumen yang terkait

KANDUNGAN PESAN DAKWAH DALAM FILM AYATAYAT CINTA (Analisis Isi Film Ayat Ayat Cinta (AAC) Karya Hanung Bramantyo)

0 39 2

ANALISIS SEMIOTIKA AMANAT DALAM FILM “ASSALAMUALAIKUM BEIJING” KARYA ASMA NADIA

0 3 6

DAKWAH MELALUI FILM (ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM FILM MUNAFIK KARYA SYAMSUL YUSOF) TAHUN 2017 SKRIPSI

0 0 124

PESAN DAKWAH DALAM FILM 3 HATI DUA DUNIA SATU CINTA KARYA BENI SETIAWAN (Study Analisis Semiotika Teori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 5 109

BAB III DESKRIPSI FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO A. Tujuan Pembuatan Novel dan Film 99 Cahaya di Langit Eropa - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO (ANALISIS TEUN A VAN DIJK) - Raden Intan Re

0 0 18

BAB IV ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO A. Analisis Pesan Dakwah Dalam Film 99 Cahaya di Langit Eropa Menurut Analisis Teun A Van Dijk. - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOE

0 1 79

BAB II PESAN DAKWAH, FILM DAN TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES A. Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan Dakwah - PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA GUNTUR SEOHARJANTO (Study Analisis SemiotikaTeori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 0 25

BAB IV ANALISIS PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING - PESAN DAKWAH DALAM FILM ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA GUNTUR SEOHARJANTO (Study Analisis SemiotikaTeori Roland Barthes) - Raden Intan Repository

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO (ANALISIS TEUN A VAN DIJK) - Raden Intan Repository

0 0 21

BAB II PESAN DAKWAH DAN FILM RELIGI SERTA ANALISIS WACANA MODEL TEUN A VAN DIJK A. Pesan Dakwah 1. Pengertian Pesan Dakwah - PESAN DAKWAH DALAM FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA GUNTUR SOEHARJANTO (ANALISIS TEUN A VAN DIJK) - Raden Intan Repository

0 0 45