ASPEK PEMBIYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA DI KOTA TEBING TINGGI

  BAB ASPEK PEMBIYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA DI KOTA TEBING TINGGI

  9 9.1.

   Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

  Pusat dan Daerah untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%

  b. penerimaan APBD tahun sebelumnya;

  c. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; d. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  e. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; f. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, nfrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):

  Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

  • Tingkat kerawanan air minum.
  • b.

   Bidang Infrastruktur Sanitasi

  DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis: kerawanan sanitasi;

  • cakupan pelayanan sanitasi.
  • 9.

   Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

  Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi: 1.

  Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

  lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan

  dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

  Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

Gambar 9.1 Proses penyusunan Program dan Anggaran Bidang Cipta Karya

  Sumber: Pedoman Penyusunan RPI2-JM Tahun 2014

  Adapun kegiatan prioritas penanganan bidang Cipta Karya, yaitu: 1.

   Prioritas Kabupaten/Kota Strategis Nasional

  a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI);

  b. Telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota Pusaka, dan Perdesaan Lestari;

c. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di Bidang Cipta Karya (RPIJM, SPPIP, RPKPP, RTBL, SSK, RISPAM).

2. Prioritas Penanganan Bidang Cipta Karya

  a. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas untuk pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya di Daerah;

  b. Karakteristik daerah: rawan bencana alam, cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, daerah kritis (miskin); c. Memiliki komitmen tinggi dan responsif program; 3.

   Inovasi Baru/Creative Program

  a. Di luar dua kategori tersebut di atas, terdapat usulan daerah dan program bersifat inovasi baru untuk dijadikan creative program DJCK;

b. Diusulkan oleh daerah secara kompetitif dan selektif; c. Ditujukan termasuk untuk memfasilitasi daerah berprestasi.

  d. Penyusunan anggaran, merupakan rangkaian aktivitas yang dimulai sejak ditetapkannnya Pagu Anggaran sampai menjadi dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satuan Kerja Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Gambar 9.2 Mekanisme Penyaringan Program Anggaran dan Kegiatan

  Sumber : Pedoman Penyusunan RPI2JM Tahun 2014 9.2.

   Profil Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tebing Tinggi

  9.2.1 Belanja Daerah Belanja daerah (local expenditure) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistim jaminan sosial.

  Belanja daerah mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga dan pelayanan umum minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Belanja Kepala Daerah dan Wakil Daerah serta pimpinan dan anggota DPRD diatur dalam Perda (Peraturan Daerah) yang berpedoman pada undang-undang dan peraturan pemerintah.

  Untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah kalau memang dibutuhkan dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank dan masyarakat. Pemerintah dalam persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah. Selain itu bahwa pemerintah daearah juga dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar negeri dan Menteri Keuangan atas nama Pemerintah setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri.

Tabel 9.1 Realisasi Pengeluaran Daerah APBD Kota Tebing Tinggi Tahun 2011

  No Uraian

Anggaran Setelah

Perubahan

Realisasi

  I BELANJA

  1.1 Belanja Operasional 380.256.592.411,00 343.679.031.974,00 Belanaja Pegawai 254.074.679.714,00 231.955.966.056,00 Belanja Barang 110.007.525.209,00 98.324.320.518,00 Belanja Bunga 0,00 0,00 Belanja Subsidi 0,00 0,00 Belanja Hibah 11.397.887.488,00 8.880.371.150,00 Belanja Bantuan Sosial 4.706.500.000,00 4.518.374.850,00 Balenja Bantuan Keuangan 0,00 0,00

  1.2 Belanja Modal 107.330.194.786,00 93.702.903.917,00 Belanja Tanah 3.650.000.000,00 589.825.000,00 Belanaja Peralatan dan Mesin 24.793.812.178,00 22.366.613.645,00 Belanaja Gedung dan Bangunan 26.100.538.250,00 24.340.889.792 Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan

  45.605.584.350,00 39.670.932.630,00 Belanja Aset Tetap Lainnya 7.180.260.008.,00 6.730.642.850,00 Belanja asset Lainnya 0,00 0,00

  1.3 Belanja Tidak Terduga 600.000.000,00 103.500.000,00 Belanja Tidak Terduga 600.000.000,00 103.500.000,00

JUMLAH BELANJA 488.186.787.197,00 437.485.435.891

  Sumber : Kota Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2012

Tabel 9.2 Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2005-2012

  No Tahun Anggaran Target Realisasi % Selisih

  1

  2

  3

  4

  5 6 = 4 - 3 1 2005 180.440.512.532,00 152.911.344.410,32 84,74 (27.529.168.121,68) 2 2006 243.472.323.494,00 197.461.525.562,40 81,10 (46.010.797.931,60) 3 2007 325.649.627,474,00 282.541.226.936,83 86,76 (43.108.400.537,17) 4 2008 380.478.183,215,00 329.821.636.693,00 86,69 (50.656.546.522,00) 5 2009 396.153.945.188,00 349.459.455.865,00 88,21 (46.694.489.323,00) 6 2010 365.133.286.630,00 315.430.692.624,00 86,39 (49.702.594.006,00) 7 2011 488.186.787.197,00 439.094.659.348,00 89,94 (49.092.127.849,00) 8 2012 521.150.987.239,00 479.585.196.047,99 92,02 (41.565.791.191,00) Sumber : Penyusunan Analisis Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

  Hasil proyeksi atau perkiraan target belanja daerah pada tahun 2014 adalah sebesar Rp. 607.639.136.323,25; tahun 2005 sebesar Rp. 652.194.759.905,45; dan than 2016 sebesar Rp. 696.750.383.487,66. Dengan perkiraan belanja daerah tersebut agar memenuhi amanat peraturan pemerintah, maka belanja modal minimal ditargetkan tahun 20044 sebesar Rp.

  176.215.349.533,74; tahun 2015 sebesar Rp. 189.136.480.372,58; dan tahun 2016 sebesar Rp. 202.057.611.211,42.

  9.2.2 Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi meliputi pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Sedangkan Dana Perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP), dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (DBHBP). Selanjutnya lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari pemerintah propinsi atau pemerintah daerah lainnya, dana penguatan desentralisasi fiskal dan percepatan pembangunan daerah, dana percepatan pembangunan infrastruktur pendidikan serta dana penguatan infrastruktur dan prasarana daerah.

  Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tebing Tinggi terus mengalami pasang surut. Pada Tahun Anggaran 2008 APBD Kota Tebing Tinggi 316,4 milyar rupiah, TA. 2009 APBD Kota Tebing Tinggi menjadi 352,1 milyar rupiah, TA. 2010 berkurang menjadi 346,6 milyar rupiah dan pada TA. 2011 bertambah menjadi 412,2 milyar rupiah. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tebing Tinggi pada TA 2011 sebesar 33,66 milyar rupiah, naik sekitar 28,14 % dari TA 2010 yang sebesar 26,27 milyar rupiah. Peranan PAD pada APBD Kota Tebing Tinggi mengalami kenaikan dari 7,58 % pada TA. 2010 menjadi 8,17 % pada TA. 2011. Penerimaan daerah berupa pajak pada tahun 2011 meningkat 0,22 % dari tahun 2010. Realisasi penerimaan PBB pada tahun 2011 lebih baik daripada tahun 2010. Rata-rata realisasi penerimaan PBB mencapai 100 %.

Gambar 9.1 Persentase Realisasi Penerimaan PAD Terhadap APBD Kota

  Tahun 2007-2011

  Sumber : Kota Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2012

Tabel 9.3 Persentase Realisasi Penerimaan PAD Terhadap Realisasi APBD Kota Tebing Tinggi

  Tahun 2003 - 211

  Tahun Anggaran PAD APBD %

2003 8.021.782.446,73 170.883.769.266,05 4,69

2004 9.071.882.335,76 154.770.588.065,76 6,27

2005 9.457.096.411.64 156.450.609.729,61 6,04

2006 13.385.945.879,45 236.430.319.716,84 5,66

2007 15.376.110.563,56 274.296.235.615,56 5,61

2008 18.463.969.553,10 316.429.679.474,61 5,84

2009 17.339.056.185,54 352.147.725.296,29 4,92

2010 26.272.468.555,83 346.645.563.056,83 7,58

2011 33.665.264.011,26 412.196.446.174,26 8,17

Sumber : Kota Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2012

Tabel 9.4 Uraian Realisasi Pendapatan APBD Kota Tebing Tinggi Tahun 2011

  Anggaran Setelah No Uraian Realisasi Perubahan

  I PENDAPATAN

  1.1 Pendapatan Asli Daerah 28 590 263 289,00 33 665 264 011,26 Pendapatan Pajak Daerah 6 959 300 000,00 9 938 710 363,00 Pendapatan Retribusi Daerah 5 023 100 000,00 5 387 675 911,50 Pendapatan hasil Pengelolaan

  2 867 275 500,00 2 867 275 531,59 Kekayaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 13 740 587 789,00 15 471 602 205,17 yang Sah

  1.2 Pendapatan Transfer 302 844 086 000,00 304 033 014 793,00 Transfer Pemerintah Pusat Dana 302 844 086 000,00 304 033 014 793,00 Perimbangan

  Dana Bagi Hasil Pajak 18 809 157 000,00 10 742 819 486,00 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 0,00 9 255 266 307,00 (Sumber Daya Alam)

  Dana Alokasi Umum 261 948 729 000,00 261 948 729 000,00 Dana Alokasi Khusus 22 086 200 000,00 22 086 200 000,00 Transfer Pemerintah Pusat lainnya 0,00 0,00 Dana Otonomi Khusus 0,00 0,00 Dana Penyesuaian 0,00 0,00 Transfer Pemerintah Provinsi 0,00 0,00 Pendapatan Bagi Hasil 0,00 0,00 Pendapatan Bagi Hasil pajak Lainnya 0,00 0,00

  1.3 Lain – lain Pendapatan 73 520 922 330,00 74 498 167 370,00 Yang sah

  1.3.1 Pendapatan Hibah 0,00 0,00

  1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 0,00 0,00

  1.3.3 Pendapatan Lainnya 68 980 362 330,00 70 147 382 370,00

  1.3.4 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau 4 540 560 000,00 4 350 785 000,00 Pemanfaatan Daerah Lainnya JUMLAH PENDAPATAN 404 955 271 619,00 412 196 446 174,26

  Sumber: Kota Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2012

  Pertumbuhan pendapatan daerah kota Tebing Tinggi selama kurun waktu tahun 2005 - 2012 menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat pertumbuhannya adalah sebesar 18%. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2006 yaitu sebesar 51% dan penurunan pertumbuhan terendah adalah pada tahun 2010 yaitu sebesar - 2% (minus). Tingginya pertumbuhan pendapatan pada tahun anggaran 2006 karena naiknya penerimaan negara sektor pajak dan minyak sehingga berdampak terhadap naiknya dana perimbangan yang diterima daerah. Sedangkan turunnya pertumbuhan pendapatan tahun 2010 terkait dengan besarnya belanja subsidi energy seperti listrik, transportasi, dan BBM sehingga berdampak pada daerah melalui perimbangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.5 berikut:

Tabel 9.5 Pendapatan Daerah dan Pertumbuhan Pendapatan

  

Sumber : Penyusunan Analisis Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi 3013

Tabel 9.6 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2005-2012

  Sumber : Penyusunan Analisi Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi 2013

  9.2.2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Mengingat pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan sangat tergantung dari kebijakan pusat maka penerimaan daerah yang dapat dipacu dan dapat dikendalikan (controllable)

  Tahun Anggaran

Pendapatan

(Rp)

Pertumbuhan Pendapatan

  2005 156.450.609.729,61 -

2006 236.430.319.716,84 0,51

2007 274.317.596.615,31 0,16

2008 316.429.679.474,61 0,15

2009 352.174.725.296,29 0,11

2010 346.645.563.056,83 (0,02)

2011 411.269.972.183,75 0,19

2012 482.097.882.096,87 0,17

  Rata - Rata Pertumbuhan 0,18 No Tahun

  Anggaran Target Realisasi % Selisih

  1

  2

  3

  4 5 6(4-3) 1 2005 143.821.322.100,00 156.450.609.729,61 108,78 12.629.287.629,61

2 2006 240.791.946.500,00 236.430.319.716,84 98,19 -4.361.626.783,16 3 2007 274.050.529.500,00 274.317.596.615,31 100,10 267.067.112,31 4 2008 309.096.813.906,00 316.429.679.474,61 102,37 7.332.865.568,61

5 2009 354.908.718.569,00 352.174.725.296,29 9,22 -2.760.993.272,71

6 2010 336.112.651.200,00 346.645.563.056,83 103,13 10.532.911.856,83 7 2011 404.955.271.619,00 411.269.972.183,75 101,56 6.314.700.564,75

8 2012 467.794.127.694,00 482.097.882.096,87 103,06 14.303.754.402,87 adalah Pendapatan Asli Daerah. Seiring dengan meningkatnya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah guna melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tuntutan peningkatan PAD semakin besar mengingat pelayanan kepada masyarakat selayaknya memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kebijakan yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Tebing Tinggi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dirumuskan sebagai berikut :

  (1) Optimalisasi pemanfaatan aset daerah rangka meningkatkan daya dukung pembiayaan daerah dan pertumbuhan ekonomi. (2) Penyesuaian tarif baru dengan didasarkan pada tingkat perekonomian masyarakat, diikuti dengan meningkatkan pelayanan baik dalam pemungutan maupun pengelolaannya. (3) Melakukan intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi melalui perbaikan manajemen dengan menggunakan sistem informasi penerimaan daerah yang lebih dapat diandalkan.

  Sistem informasi diharapkan dapat menyediakan data menyeluruh yang mencakup jumlah dan potensi terhadap data obyek pajak dan retribusi. (4) Meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun retribusi daerah melalui peningkatan sistem pemungutan, sistem pengendalian dan pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan efisiensi, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui pemberian insentif biaya pemungutan. (5) Mencari obyek bagi sumber-sumber penerimaan baru yang memiliki potensi yang menguntungkan. Dalam pemungutan obyek baru tersebut diupayakan tidak menghambat kinerja perekonomian yang ada. Untuk itu dalam merencanakan sumber penerimaan baru tersebut, Pemerintah Kota Tebing Tinggi akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi agar kebijakan tersebut tidak memiliki dampak yang kontraproduktif terhadap perekonomian masyarakat maupun nasional.

  Pertumbuhan PAD Kota Tebing Tinggi selama kurun waktu tahun 2003

  • – 2012 adalah sebesar 0,23 atau 23 %. Pertumbuhan PAD negative hanya terjadi pada tahun 2005 dan 2009. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.7 berikut ini :

Tabel 9.7 Pertumbuhan PAD Tahun 2003-2012

  Sumber : Penyusunan Analisis Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 6.2.2.2 Dana Perimbangan.

  Dana Perimbangan merupakan pendapatan pemerintah daerah yang berasal dari pemerintah pusat. Pendapatan yang diperoleh dari dana perimbangan pada dasarnya merupakan hak pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari revenue sharing policy (kebijakan bagi hasil pendapatan). Konsep revenue sharing didasarkan atas pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan. Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah maka kebijakan revenue sharing harus transparan, demokratis dan adil. Terhadap dana perimbangan ini maka kebijakan yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Tebing Tinggi adalah :

  (1). Pemerintah Kota secara aktif ikut serta dalam melakukan pendataan terhadap wajib pajak dan pendapatan lainnya yang nantinya merupakan Pendapatan Bagi Hasil bagi daerah. (2). Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi perhitungan terhadap formula bagi hasil dan melakukan peran aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang akan direncanakan.

  Dari hasi analisa Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi sumber

  Tahun Anggaran Realisasi PAD (Rp) Pertumbuhan PAD

  2003 8.021.782.446,73 - 2004 9.701.882.335,76 0,21 2005 9.457.096.411,61 (0,03) 2006 13.385.945.897,84 0,42 2007 15.225.982.125,31 0,14 2008 18.463.969.553,10 0,21 2009 17.339.056.185,54 (0,06) 2010 26.272.468.555,83 0,52 2011 32.738.790.020,75 0,25 2012 47.330.983.758,87 0,45

  Rata-Rata Pertumbuhan 0,23

  • – sumber pendapatan daerah, proporsi pendapatan daerah bersumber dari dana perimbangan.
Kondisi ini menggambarkan tingkat kemandirian daerah dalam membiayai pembangunan masih sangat tergantung kepada dana Pemerintah Pusat. Untuk itu strategi yang perlu dioptimalkan adalah meningkatkan koordinasi terhadap sumber-sumber pendanaan pembangunan yang berasal dari kementerian di tingkat Pusat dan Provinsi Sumatera Utara.

  Sumber pendapatan daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi juga berasal dari Dana Perimbangan. Dalam kurun waktu 2006-2010, Dana Perimbangan Kota Tebing Tinggi rata-rata mencapai Rp. 259,37 milyar pertahun. Kontribusi tertinggi berasal dari dana alokasi umum (DAU) dengan rata- rata sekitar 81,02 persen, kemudian menyusul berasal dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak dengan rata-rata sebesar 9,69 persen dan dana alokasi khusus (DAK) sebesar 9,30 persen.

  6.2.2.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah adalah pendapatan daerah yang berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, dan Dana Penyesuaian dan Otonomi khusus, Bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintah daerah lainnya, DPID (Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah) dan DPPID (Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah). Kebijakan yang ditetapkan untuk pendapatan tersebut adalah aktif bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara guna meningkatkan penerimaan dari sektor pajak yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi.

  Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilakukan pada kurun waktu 2007- 2011 diarahkan pada intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah terutama penerimaan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah juga dilakukan dengan mengoptimalkan pendapatan daerah dari dana perimbangan termasuk dana alokasi khusus dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak. Sebagai sumber pembiayaan pembangunan kota maka kinerja pendapatan daerah selama kurun waktu 2007 - 2011 disajikan pada Tabel 9.8 sebagai berikut :

Tabel 9.8 Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan Kota Tebing Tinggi

  d. Penerimaan Lain- Lain 5,57 6,51 3,40 5,69 15,47

  

3 Pinjaman Daerah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

  d. Dana Alokasi Khusus (DAK) 24,47 33,28 33,28 17,81 22,09

  c. Dana Alokasi Umum (DAU) 200,70 221,40 221,40 228,06 261,95

  0,66 0,54 0,43 0,27 9,25

  a. Bagi Hasil Pajak 20,68 21,89 21,16 24,91 10,74 b. Bagi Hasil Bukan Pajak

  

2 Dana Perimbangan 246,52 275,50 276,29 271,04 304,03

  1,61 2,08 2,15 5,15 2,87

  Tahun 2011

  a. Pajak Daerah 4,21 4,22 5,29 5,81 9,94 b. Retribuasi Daerah 3,76 5,64 6,50 9,62 5,34 c. Bagian Laba BUMD

  1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 15,25 18,45 17,33 26,27 33,67

  

No Jenis Penerimaan 2007 2008 2009 2010 2011

  Penerimaan pembiayaan mencakup: Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.

  6.2.3 Pembiayaan Daerah Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, bahwa Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya, komponennya terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

  Sumber : Kota Tebing Tinggi Dalam Angka Tahun 2011

  

4 Bantuan/Hibah 12,53 22,46 58,52 49,33 74,50 Jumlah 247,31 316,43 352.15 346,64 412,20 Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup: Pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daearah. Berikut ini merupakan target dan realisasi pembiayaan daerah kurun waktu tahun 2005 - 2012 :

Tabel 9.9 Target dan Realisasi Pembiayaan Dearah Tahun 2005

  • – 2012

  No Tahun Anggaran Pembiayaan Target Realisasi % Selisih

  1 2005 Penerimaan 45.684.526.856,00 45.684.526.855,61 100,00 (0,39) Pengeluaran 9.065.336.424,00 49.223.792.174,00 542,99 40.158.455.750,00 Netto 36.619.190.432,00 (3.539.265.318,39) (9,67) (40.158.455.750,39) 2 2006 Penerimaan 45.091.292.185,00 45.091.292.174,90 100,00 (10,10)

  Pengeluaran 42.410.915.191,00 84.060.086.329,34 198,20 41.649.171.138,34 Netto 2.680.376.994,00 (38.968.794.154,44) (1.453,85) (41.649.171.148,44) 3 2007 Penerimaan 81.264.942.816,00 81.264.942.817,16 100,00 1,16 Pengeluaran 1.600.000.000,00 600.000.000,00 37,50 (1.000.000.000,00)

  Netto 79.664.942.816,00 80.664.942.817,16 101,26 1.000.000.001,16

4 2008 Penerimaan 72.441.312.494,00 71.002.681.473,64 98,01 (1.438.631.020,36)

Pengeluaran 600.000.000,00 600.000.000,00 100,00 - Netto 71,841.312.494,00 70.402.681.473,64 98,00 (1.438.631.020,36)

  

5 2009 Penerimaan 57.501.724.256,00 57.562.136.974,25 100,09 51.412.718,25

Pengeluaran 3.450.000.000,00 3.450.000.000,00 100,00 - Netto 54.060.724.256,00 54.112.136.974,25 100,10 51.412.718,25

6 2010 Penerimaan 30.848.137.430,00 57.340.347.145,54 185,88 26.492.209.715,54

  Pengeluaran 1.827.502.000,00 1.827.502.000,00 100,00 -

  Netto 29.020.635.430,00 55.512.845.145,54 191,29 26.492.209.715,54

7 2011 Penerimaan 87.131.515.578,00 87.170.641.678,37 100,04 39.126.100,37

  • Pengeluaran 3.900.000.000,00 3.900.000.000,00 100,00 Netto 83.231.515.578,00 83.270.641.678,37 100,05 39.126.100,37

    7 2012 Penerimaan 55.445.954.512,00 55.535.565.324,12 100,16 89.610.812,12

    Pengeluaran 2.089.094.967,00 1.700.000.000,00 81,37 (389.094.967,00) Netto 53.356.859.545,000 53.835.565.324,12 100,90 478.705.779,12

  Sumber : Analisis Ekonomi dan Keuangan Daerah Kota Tebing Tinggi 2013

  9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi

  9.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya Bersumber Dari APBN Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM). Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut. Di Samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

  Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

  Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 9.10 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi

  

Jenis DAK Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

Air Minum 594.481 739.900 710.020 924.780 Sanitasi 1.789.664 940.600 1.221.420 1.666.030

  

TOTAL 1.789.664 1.680.500 1.931.440 2.590.810

Tabel 9.11 Perkembangan Infrastruktur Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi

  Sektor Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

  • Air Minum 1.200.000 PLP

  800.000 4.449.711 - PBL - 1.560.000 3.720.000 1.426.198

  • Bangkim

  3.231.165 1.775.568 25.620.120 TOTAL 1.560.000 8.951.165 3.201.766 30.069.831 -

  9.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD Kota Tebing Tinggi Pemerintah Daerah memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya.

  Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

  Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di daerah. DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

  Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah.

Tabel 9.12 Perkembangan DDUB Kegiatan Bidang Cipta Karya Dalam 5 Tahun Terakhir

  Sektor Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

  • Pengembangan Air Minum

  350.000 - - PPLP - Pengembangan

  • Permukiman -
  • PBL 400.000 495>Air Minum (DAK) 180.000
  • Sanitasi (
  • P2KP 1.950.000 137.500 281.250 Total 2.350.000 812.500 631.250

  9.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Kota Tebing Tinggi Bidang Cipta Karya Dalam 5 Tahun Terakhir

  Total dana yang terinvestasikan di bidang air minum Kota Tebing Tinggi selama 2 tahun (tahun 2011 s/d 2012) sebesar Rp. 2.185.690.072,- dengan rincian sebagai berikut: Tahun 2011 sebesar Rp. 786.202.000,- dari APBD Tahun 2012 sebesar Rp. 1.399.488.072,- dari APBD Kondisi keuangan PDAM yang diamati adalah selama 3 (tiga) tahun yaitu dari mulai tahun 2010 hingga tahun 2012 dimana pendapatan selama kurun waktu3 (tiga) tahun tersebut sebesar Rp. 22.660.894.000 dengan rata

  • –rata pendapatan tiap tahun sebesar Rp. 7.553.894.330 dan pengeluaran sebesar Rp. 24.273.980.000 dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp. 8.091.326.670 atau mengalami kerugian rata
  • – rata tiap tahun sebesar Rp.537.695.330 menurut data PDAM Tirta Bulian hingga tahun 2012 tercatat besar kerugian sebesar Rp. 14.784.877.592.

  9.4 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka

  Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

  1. Strategi peningkatan DDUB oleh Pemerintah Daerah dan Provinsi;

  2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;

  3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

  4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;

  5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;

  6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.