DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

  Bab.

  10

  3 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

BIDANG CIPTA KARYA KOTA MEDAN

3.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

  Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai pedoman untuk : 1.

  Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, 2. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, 3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Nasional, 4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,

5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, 6.

  Penataan ruang Kawasan Strategis Nasional, dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan : 1.

  Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; 3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; 4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia;

  5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; 6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; 7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan 9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi Nasional.

3.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

  Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional adalah seperti pada rincian dalam tabel berikut.

Tabel 3.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola Ruang Dalam RTRWN A.

   Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

  Kebijakan A.1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki.

  Strategi 1.

  Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan Kebijakan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.

  2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan.

  3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.

  4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. Kebijakan A.2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional. Strategi 1.

  Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan Kebijakan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.

  2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi.

  3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik.

  4. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

  5. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

  B.

   Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Kebijakan B.1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

  Strategi 1.

  Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang Kebijakan udara, termasuk ruang di dalam bumi.

  2. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

  3. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. Kebijakan B.2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

  Strategi 1.

  Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi Kebijakan lingkungan hidup.

  2. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

3. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.

  4. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

  5. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

  6. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

7. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

  C.

   Kebijakan Pengembangan Kawasan Budi Daya Kebijakan C.1. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya.

  Strategi 1.

  Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional Kebijakan untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.

  2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya 3. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

  4. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

  5. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi.

  6. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional. Kebijakan C.2. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

  Strategi 1.

  Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan Kebijakan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.

  2. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak.

  3. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan.

  4. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untu mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

  5. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

  D.

   Kebijakan dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional.

  Kebijakan D.1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional. Strategi 1.

  Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung. Kebijakan 2.

  Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.

  3. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

  4. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya.

  5. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun

  6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional. Kebijakan D.2. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

  Strategi 1.

  Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus Kebijakan pertahanan dan keamanan.

  2. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.

  3. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun. Kebijakan D.3. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.

  Strategi 1.

  Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya Kebijakan alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah.

  2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif.

  3. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan

  4. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan

  5. Mengintensifkan promosi peluang investasi.

  6. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang Kegiatan ekonomi. Kebijakan D.4. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Strategi 1.

  Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari Kebijakan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi.

  2. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya.

  3. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat. Kebijakan D.5. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

  Strategi 1.

  Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang Kebijakan mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur.

  2. Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat.

  3. Melestarikan situs warisan budaya bangsa. Kebijakan D.6. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar.

  Strategi 1.

  Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan Kebijakan ekosistemnya.

  2. Meningkatkan kepariwisataan nasional 3.

  Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup. Kebijakan D.7. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

  Strategi 1.

  Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan. Kebijakan 2.

  Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah

  3. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat.

  4. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan.

  5. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

  Sumber : RTRWN, PP No. 26 Tahun 2008

  Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab II tentang Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional pada PP No. 26 Tahun 2008.

3.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

  Rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan. Arahan Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tetntang RTRWN adalah meliputi: 1.

  Sistem Perkotaan Nasional.

  Sistem Perkotaan Nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Selain PKN, PKW dan PKL dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) berupa kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

  2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional, yang terdiri atas: a. sistem jaringan transportasi darat; b. sistem jaringan transportasi laut; dan c. sistem jaringan transportasi udara.

  3. Sistem Jaringan Energi Nasional, yang terdiri atas: a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan transmisi tenaga listrik.

  4. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional, yang terdiri atas: a. jaringan terestrial; dan b. jaringan satelit.

  5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air.

  Sistem Jaringan Sumber Daya Air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I pada PP N0. 26 Thn.2008. Kriteria penetapan Sistem Perkotaan Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan lokasi penetapnya tercantum dalam Lampiran II pada PP N0. 26 Tahun 2008. Kriteria penetapan Sistem Jaringan Transportasi Nasional, Sistem Jaringan Energi Nasional Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional dan Sistem Jaringan Sumber Daya Air secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan dalam Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V dan Lampiran VI pada PP N0. 26 Thn.2008.

  3.1.3. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

  Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri dari kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

  A.

  Kawasan Lindung Nasional.

  Kawasan lindung nasional terdiri dari: 1.

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 2.

  Kawasan perlindungan setempat; 3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; 4. Kawasan rawan bencana alam; 5. Kawasan lindung geologi; dan 6. Kawasan lindung lainnya. Kriteria Kawasan Lindung Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan lokasi penetapanya tercantum dalam Lampiran VIII pada PP N0. 26 Thn.2008.

  B.

  Kawasan Budi Daya.

  Kawasan Budi Daya,terdiri dari: 1.

  Kawasan peruntukan hutan produksi; 2.

  Kawasan peruntukan hutan rakyat; 3. Kawasan peruntukan pertanian; 4. Kawasan peruntukan perikanan; 5. Kawasan peruntukan pertambangan; 6. Kawasan peruntukan industri; 7. Kawasan peruntukan pariwisata; 8. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau 9. Kawasan peruntukan lainnya. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai Kawasan Andalan. Kriteria Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional (Kawasan Andalan) secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan lokasi penetapanya tercantum dalam Lampiran IX pada PP N0. 26 Thn.2008.

  3.1.4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional

  Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional berdasarkan kepentingan: a.

  Pertahanan dan keamanan; b.

  Pertumbuhan ekonomi; c. Sosial dan budaya; d.

  Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Kriteria Kawasan Strategis Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab V dan lokasi penetapanya tercantum dalam Lampiran X pada PP N0. 26 Thn.2008.

  3.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

  Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang dan dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional terdiri atas 4 (empat) tahapan sebagai indikasi program utama lima tahunan,yaitu; tahap pertama (periode tahun 2010-2014), tahap kedua (periode tahun 2015-2019), tahap ketiga (periode tahun 2020-2024) dan tahap keempat (periode tahun 2025-2027). Rincian penetapan indikasi program pemanfaatan ruang lima tahunan secara rinci dijelaskan dalam Lampiran XI pada PP N0. 26 Thn.2008.

  Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja sama pendanaan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  3.1.6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

  Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang terdiri atas:

1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional; 2.

  Arahan perizinan; 3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan 4. Arahan sanksi.

  Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas: a.

  Sistem perkotaan nasional; b.

  Sistem jaringan transportasi nasional; c. Sistem jaringan energi nasional; d.

  Sistem jaringan telekomunikasi nasional; e. Sistem jaringan sumber daya air; f. Kawasan lindung nasional; dan g.

  Kawasan budi daya. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional secara lengkap dijelaskan dalam Bab VII tentang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional pada PP N0. 26 Thn.2008.

3.1.7. Status Kota Medan dalam Arahan RTRW Nasional

  Dari arahan kebijakan dan strategi RTRW Nasional yang telah dijabaran diatas, sebagai tindak lanjut penyusunan RPI2-JM Kota Medan maka status untuk penetapan Kota Medan dijelaskan sebagai berikut:

  A .

   Arahan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Dalam Arahan Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Wilayah Nasional, Kota Medan telah ditetapkan sebagai salah satu kota dalam Sistem Perkotaan Nasional. Kota Medan termasuk dalam arahan lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berdasarkan kriteria: a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor- impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. Penetapan lokasi PKN dan PKW pada RTRWN untuk Provinsi Sumatera Utara yang tercantum dalam Lampiran II pada PP No. 26 Thn. 2008 adalah seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) untuk

  Provinsi Sumatera Utara dalam Sistem Perkotaan Nasional

NO PROVINSI PKN PKW

  (1) (2) (3) (4)

2 Sumatera Utara Kawasan Perkotaan

  Tebingtinggi (II/C/1)

   Sidikalang (II/B)

   Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo

   (Mebidangro) (I/C/3) Pematang Siantar (I/C/1) Balige (II/C/1)

   Rantau Prapat (I/C/1)

   Kisaran (II/C/1)

   Gunung Sitoli (I/D/1), (II/C/1)

   Padang Sidempuan (II/C/1)

   Sibolga (I /C/1)

   Sumber : RTRWN , PP N0. 26 Tahun 2008 (Lampiran II) B .

   Arahan Kawasan Andalan

  Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional, Kota Medan termasuk dalam kawasan andalan di Provinsi Sumatera Utara seperti tergambar dalam Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (Lampiran VII) dan Lampiran IX tentang penetapan Kawasan Andalan pada PP Nomor 26 Tahun 2008.

Tabel 3.3. Penetapan Kota Medan sebagai salah satu kabupaten/kota dalam Kawasan Andalan

  dalam Lampiran IX padaPP Nomor 26 Tahun 2008 NO PROVINSI / KAWASAN ANDALAN SEKTOR UNGGULAN

  2 SUMATERA UTARA

  6 Kawasan Perkotaan Metropolitan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo - industri (Mebidangro)

  • perkebunan
  • (I/>pariwisata
  • (II/>pertanian
  • (I/
  • perikanan
  • (I/A/1)
  • (II/F/2)

  Sumber :Peraturan Pemerintah RI N0. 26 Thn.2008 (Lampiran IX) Posisi Kota Medan sebagai Kawasan Andalan untuk perkotaaan di Provinsi Sumatera Utara seperti di tunjukkan pada peta Kawasan Andalan sebagi berikut.

  Sumber :

  RTRWN, PP N0. 26 Thn.2008 (Lampiran VII)

Gambar 3.1. Peta Kawasan Andalan di Provinsi Sumatera Utara pada RTRWN (PP Nomor 26 Tahun 2008)

3.2. RENCANA TATA RUANG PULAU SUMATERA

  RTR Pulau Sumatera merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Pulau Sumatera. RTR Pulau Sumatera ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera.

  RTR Pulau Sumatera yang berfungsi sebagai pedoman untuk: a.

  Penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera; b.

  Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antar sektor di Pulau Sumatera; c.

  Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera; d.

  Penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan e. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera. Hal-hal yang diatur pada RTR Pulau Sumatera meliputi: a.

  Peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; b.

  Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera; c. Rencana struktur ruang dan pola ruang Pulau Sumatera; d.

  Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang dan pola ruang Pulau Sumatera; e. Arahan pemanfaatan ruang Pulau Sumatera; f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sumatera; g.

  Koordinasi dan pengawasan; dan h. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang Pulau Sumatera.

3.2.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera

  Kebijakan dan strategi yang diatur dalam rencana Tata Ruang Pulau Sumatera merupakan arahan pengembangan dan pengendalian untuk mewujudkan 11 (sebelas) tujuan penataan ruang di Pulau Sumatera. Arahan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera sesuai PerPres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera telah dirangkum seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.4. Kebijakan dan Strategi RTR Pulau Sumatera

  Tujuan 1: Mewujudkan pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta pertambangan yang berkelanjutan. Kebijakan 1 Pengembangan sentra perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau serta pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan. Strategi Kebijakan 1.

  Mengembangkan kawasan agrobisnis perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 2. Mengembangkan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau yang ramah lingkungan; dan

  3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan perkebunan. Kebijakan 2 Pengembangan sentra perikanan serta pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan.

  Strategi Kebijakan 1.

  Mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap dan perikanan budi daya dengan memperhatikan potensi lestarinya;

  2. Mengembangkan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan; dan

  3. Mengembangkan keterkaitan antara kawasan minapolitan dan PKN, PKW, serta PKSN. Kebijakan 3 Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi serta pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan. Strategi Kebijakan 1.

  Mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara, minyak dan gas bumi serta panas bumi dengan memelihara kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan; 2. Mengembangkan pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu. Tujuan 2 : Mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan Nasional. Kebijakan 2.1 Pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Strategi Kebijakan 1.

  Mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan di kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian untuk ketahanan pangan;

  Strategi Kebijakan 1.

  Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri yang didukung prasarana dan sarana; dan

  Strategi Kebijakan 1.

  3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional untuk kegiatan industri kreatif. Kebijakan 4.2 Pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat industri.

  2. Merehabilitasi dan mengembangkan kawasan peruntukan industri yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan; dan

  Merehabilitasi, meningkatkan fungsi, dan mengembangkan kawasan peruntukan industri yang didukung prasarana dan sarana;

  Strategi Kebijakan 1.

  Tujuan 4 : Mewujudkan pusat industri yang berdaya saing. Kebijakan 4.1 Peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan peruntukan industri yang berdaya saing di kawasan perkotaan nasional.

  Mengembangkan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik seluruh Pulau Sumatera; dan 2. Mengembangkan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

  (PLTS), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Kebijakan 3.2 Pengembangan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik

  2. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan; dan

  Mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU); dan 2. Mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga matahari

  Strategi Kebijakan 1.

  Memelihara dan mengembangkan bendungan beserta waduknya dan jaringan irigasi. Tujuan 3 : Mewujudkan kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan. Kebijakan 3.1 Pengembangan energi baru dan terbarukan

  Strategi Kebijakan

  4. Mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional untuk mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kebijakan 2.3 Pengembangan jaringan dan pemertahanan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan.

  3. Mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah beririgasi menjadi non sawah; dan

  Mempertahankan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan; 2. Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan;

  3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan. Kebijakan 2.2 Pelestarian dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sawah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Strategi Kebijakan 1.

  2. Mengembangkan keterkaitan antarpusat kegiatan industri dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara. Tujuan 5 : Mewujudkan pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE). Kebijakan 5.1 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran. Strategi 1.

  Mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata Kebijakan ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran;

  2. Merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang terdegradasi. Kebijakan 5.2 Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran. Strategi 1.

  Mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan Kebijakan nasional; 2.

  Meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan- kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; 3. Meningkatkan keterkaitan antarPKN dan antarPKW di Pulau Sumatera sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan wisata. Tujuan 6 : Mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Kebijakan 6.1 Pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi.

  Strategi 1.

  Mempertahankan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang memberikan Kebijakan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 2.

  Menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai (das); dan

  3. Memulihkan kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau. Kebijakan 6.2 Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung.

  Strategi 1.

  Menata kembali permukiman masyarakat adat yang berada di kawasan Kebijakan berfungsi lindung; 2.

  Mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang di bagian hulu Wilayah Sungai (WS), kawasan imbuhan air tanah dan pelepasan air tanah pada daerah Cekungan Air Tanah (CAT), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan

  3. Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan dengan kelerengan terjal; Kebijakan 6.3 Pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan. Strategi 1.

  Merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami deforestasi dan Kebijakan degradasi; 2.

  Mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan

  3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan. Tujuan 7 : Mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah. Kebijakan 7.1 Pelestarian dan pengembangan keanekaragaman hayati hutan tropis basah yang bernilai konservasi tinggi.

  Strategi 1.

  Melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan tropis basah; Kebijakan 2.

  Mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan tropis basah. Kebijakan 7.2 Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.

  Strategi 1.

  Menetapkan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan pelestarian Kebijakan alam;

  2. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya pada koridor ekosistem antar kawasan berfungsi konservasi;

  3. Membatasi pengembangan kawasan permukiman pada koridor ekosistem antar kawasan berfungsi konservasi; dan

  4. Mengembangkan prasarana yang ramah lingkungan pada koridor ekosistem antar kawasan berfungsi konservasi. Tujuan 8 : Mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana. Kebijakan 8.1 Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl).

  Strategi 1.

  Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar Kebijakan melalui optimalisasi pemanfaatan ruang secara kompak, hemat energi dan sumberdaya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan; dan

  2. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang berdekatan dengan kawasan lindung. Kebijakan 8.2 Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.

  Strategi 1.

  Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional di wilayah Kebijakan pesisir barat dan pesisir selatan Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya yang rawan bencana tsunami dan gempa bumi;

  2. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional di wilayah tengah Pulau Sumatera yang rawan tanah longsor, gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi; 3. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang rawan banjir terutama di wilayah timur Pulau Sumatera;

  4. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional di wilayah pesisir Pulau Sumatera yang rawan gelombang pasang;

  5. Menetapkan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karateristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional; 6. Mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana; dan

7. Membangun sarana pemantauan bencana.

  Tujuan 9 : Mewujudkan pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera

  Kebijakan 9.1 Pengembangan kawasan perkotaan nasional berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Strategi 1.

  Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan Kebijakan perkebunan, agropolitan, pariwisata, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah; dan

2. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat perdagangan dan jasa yang berskala internasional.

  Tujuan 10 : Mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah. Kebijakan 10.1 Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah.

  Strategi 1.

  Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana Kebijakan transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan, dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Sumatera;

  2. Meningkatkan fungsi dan/atau mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan kawasan berfungsi lindung; dan

  3. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan lintas penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, bandar udara, dan pelabuhan.

  Kebijakan 10.2 Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.

  Strategi 1.

  Mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan Kebijakan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan

  2. Mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil. Tujuan 11 : Mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan

  Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup. Kebijakan 11.1 Percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup.

  Strategi 1.

  Mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan Kebijakan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia,

  Negara Singapura, dan Negara Vietnam; 2. Mempercepat pengembangan kawasan sentra produksi di kawasan perbatasan negara berbasis sumber daya alam yang produktif dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan 3. Mempercepat pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai perwujudan kedaulatan negara.

  Kebijakan 11.2 Pemertahanan eksistensi 34 (tiga puluh empat) pulau kecil terluar yang meliputi... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1).

  Strategi 1.

  Membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi Kebijakan pelayaran di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1); 2.

  Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke pulau-pulau kecil terluar di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1).; 3. Membangun bandar udara untuk melayani angkutan udara perintis di ...

  (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1); 4. Menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk pemenuhan kebutuhan air baku di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1);

  5. Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mencukupi kebutuhan di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1); dan

  6. Mengembangkan jaringan telekomunikasi di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1).

  Sumber :RTRW Pulau Sumatera Utara, PerPres No. 13 Tahun 2012

  Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab II tentang Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera pada PerPres No. 13 Tahun 2012.

  3.2.2. Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera

  Rencana Struktur Ruang RTR Pulau Sumatera digambarkan dalam skala peta 1:500.000 yang tercantum dalam Lampiran I pada PerPres No. 13 Tahun 2012. Rencana Pola Ruang digambarkan dalam peta dengan skala 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II pada PerPres No. 13 Tahun 2012.

3.2.3. Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Ruang Pulau Sumatera

  Arahan kebijakan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang Pulau Sumatera sabagai perangkat operasional RTRWN di Pulau Sumatera adalah berupa Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Ruang. Strategi Operasionalisasi perwujudan Struktur Ruangterdiri atas: A.

  Sistem Perkotaan Nasional.

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran III PerPres No. 13 Tahun 2012 B.

  Sistem Jaringan Transportasi Nasional.

  Strategi operasionalisasi sistem jaringan transportasi nasional di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI, Lampiran VII, Lampiran

  VIIIPerPres No. 13 Tahun 2012.

  C.

  Sistem Jaringan Energi Nasional.

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan energi nasional di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran IX PerPres No. 13 Tahun 2012 D.

  Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional.

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan telekomunikasi nasional di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran XPerPres No. 13 Tahun 2012.

  E.

  Sistem Jaringan Sumber Daya Air.

  Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan sumber daya air di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran XIPerPres No. 13 Tahun 2012. Strategi Operasionalisasi perwujudan Pola Ruang terdiri atas: A.

  Kawasan Lindung Nasional, yang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan: 1.

  Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 2.

  Kawasan perlindungan setempat; 3. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar budaya; 4. Kawasan rawan bencana alam; 5. Kawasan lindung geologi; dan 6. Kawasan lindung lainnya. Strategi operasionalisasi perwujudan Kawasan Lindung Nasional di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran XIIPerPres No. 13 Tahun 2012.

  B.

  Kawasan Budi Daya Yang Memiliki Nilai Strategis Nasional, yang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:

1. Kawasan peruntukan hutan; 2.

  Kawasan peruntukan pertanian; 3. Kawasan peruntukan perikanan; 4. Kawasan peruntukan pertambangan; 5. Kawasan peruntukan industri; 6. Kawasan peruntukan pariwisata; dan 7. Kawasan peruntukan permukiman. Strategi operasionalisasi perwujudan Kawasan Budi Daya Yang Memiliki Nilai Strategis Nasional di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran XIII PerPres No. 13 Tahun 2012.

  Kawasan Budi Daya Yang Memiliki Nilai Strategis Nasional yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya, serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah ditetapkan sebagai Kawasan Andalan, yang terdiri atas kawasan andalan dengan sektor unggulan kehutanan, pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, industri, dan pariwisata. Strategi operasionalisasi perwujudan Kawasan Andalan di Pulau Sumatera secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran XIV PerPres No. 13 Tahun 2012.

  3.2.4. Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera

  Arahan pemanfaatan ruang Pulau Sumatera merupakan acuan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang Pulau Sumatera sebagai perangkat operasional RTRWN di Pulau Sumatera, yang terdiri atas: a.

  Indikasi Program Utama.

  Merupakan indikasi program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang.

  b.

  Sumber Pendanaan.

  Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  c.

  Instansi Pelaksana.

  Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat.

  d.

  Waktu Pelaksanaan.

  Terdiri atas 4 (empat) tahapan pelaksana kegiatan dalam menetapkan prioritas pembangunan di Pulau Sumatera,yang meliputi tahap pertama (periode tahun 2011-2014), tahap kedua (periode tahun 2015-2019), tahap ketiga (periode tahun 2020-2024) dan tahap keempat (periode tahun 2025-2027).

  Indikasi program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan secara rinci tercantum dalam Lampiran XV pada PerPres No. 13 Tahun 2012. Prioritas pengembangan indikasi program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang untuk setiap tahapan pelaksanaanya secara rinci dijelaskan di Bab V pada PerPres No. 13 Tahun 2012.

  3.2.5. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera

  Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sumatera digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sumatera, yang terdiri atas:

1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional.

  Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah provinsi dalam menyusun arahan peraturan zonasi dan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menyusun ketentuan umum peraturan zonasi dan peraturan zonasi. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional terdiri atas: a. indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan b. indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.

  2. Arahan perizinan.

  Arahan perizinan merupakan acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang.Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruang dari Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota beserta rencana rinci dan peraturan zonasinya yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.