DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERPADUAN PROGRAM BIDANG CIPTA KARYA

  Bab.

  5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA MEDAN Berbagai arahan dan kebijakan di daerah tertuang dalam dokumen-dokumen perencanaan pembangunan kabupaten/kota yang tentunya telah menampung inspirasi dari berbagai pihak serta masyarakatnya sesuai situasi, kondisi dan isu-isu strategis yang berkembang pada masing-masing daerah. Arahan dan kebijakan dalam dokumen perencaanaan daerah ini merupakan arahan strategi pengembangan kota yang harus diintegrasikan guna mencapai keterpaduan rencana pembangunan seperti yang diharapkan. Sesuai konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun dengan mengintegrasikan dokumen-dokumen perencanaan spasial maupun sektoral, mulai dari tingkat pusat pada skala nasional, provinsi, hingga skala kawasan dan lingkungan di tingkat kabupaten/kota. Sebagai dokumen perencanaan infrastruktur Bidang Cipta Karya di daerah, maka dokumen RPI2JM Kota Medan memadukan arahan dan kebijakan strategis yang ada pada dokumen-dokumen rencana pembangunan terkait Bidang Cipta Karya yang ada di Kota Medan yaitu : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan 2011-2031;

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Medan 2006 - 2025 2.

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Medan 2011-2015; 3. Strategi Sanitasi Kota; 4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); 5. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Medan; 6. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP); dan 7. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan Strategis Kota (RTBL-KSK) 8.

5.1. ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

  Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan Tahun 2011-2031 ditetapkan pemerintah daerah Kota Medan sebagai pedoman untuk:

Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana

a. Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

  b. Acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota; Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunandalam wilayah kota; c.

  d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan Pemerintah, masyarakat dan swasta; Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kota; dan e. f.

  Dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wolayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif, serta pengenaan sanksi, dan acuan dalam administrasi pertanahan. RTRW Kota Medan disusun dengan masa rencana hingga tahun 2031 dengan tujuan untuk: a. mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi; dan b. memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan.

5.1.1. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Kota Medan

  Berdasarkan RTRW Kota Medan 2030, Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 (dua) Pusat pelayanan kota, yaitu satu Pusat pelayanan kota di Utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan kota di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Subpusat pelayanan kota. Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong perkembangan kota ke arah utara agar perkembangan kota antara bagian selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Inti Pusat Kota Medan. Kriteria lokasi dari masing-masing pusat dan subpusat pelayanan kota ditetapkan sebagai berikut: 1. Memiliki kegiatan ekonomi yang ditandai dengan adanya kegiatan jasa dan perdagangan.

  2. Memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi, seperti berada pada jalur jalan arteri dan kolektor; jalan lingkar, jalan tol, dan stasiun kereta api.

  3. Kawasan yang memiliki nilai-nilai historis, seperti: kota/permukiman lama, bekas wilayah

kesultanan Deli, perkebunan tembakau Belanda, situs bersejarah pertemuan Sungai Deli

dengan Sungai Babura, permukiman pribumi di zaman Belanda dan lain sebagainya.

  4. Penggunaan lahan eksisting yang mendukung fungsi kegiatan; 5. Potensi pengembangan kawasan dan memiliki ketersediaan lahan pengembangan.

  6. Komitmen Pemerintah derah, berupa kebijakan yang ada terhadap kawasan. Berdasarkan kriteria di atas maka lokasi-lokasi sub pusat pelayanan akan ditetapkan pada bagian selanjutnya, sedangkan lokasi Pusat Pelayanan Kota Medan dapat diarahkan sebagai berikut:

  1. Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota Medan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota, dan pusat pelayanan ekonomi, meliputi 7 (tujuh Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara lain: a.

  Kecamatan Medan Polonia; b. Kecamatan Medan Maimun; c. Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu); d. Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip); e. Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas); f. Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu); dan g. Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid). Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan 2. Marelan, tepatnya di sekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa regional, pusat pelayanan transportasi; pusat kegiatan sosial – budaya, dan pusat kegiatan industri serta pusat pertahanan keamanan.

  Pengembangan sub pusat pelayanan kota berfungsi sebagai penyangga dua Pusat Pelayanan Kota dan meratakan pelayanan pada skala subpusat pelayanan kota. Penyebaran Subpusat Pelayanan Kota juga dimaksudkan untuk mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar subpusat wilayah kota. Lokasi Sub pusat Pelayanan Kota Medan dapat diarahkan sebagai berikut:

  Sub pusat pelayanan kota Medan Belawan yang berfungsi sebagai pusat pelayanan transportasi 1. laut, pusat kegiatan bongkar muat dan impor

  • – ekspor, pusat pelayanan pertahanan keamanan, pusat kegiatan industri dan pusat kegiatan perikanan, ditetapkan di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di stasiun kereta api Pelabuhan Belawan Lama. Sub pusat pelayanan kota Medan Labuhan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan jasa dan 2.

  perdagangan, pusat pelayanan transportasi, dan pusat pelayanan kesehatan, ditetapkan di Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos Sudarso, di antara Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan Martubung. Sub pusat pelayanan kota Medan Marelan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan 3. dan jasa kebutuhan pokok (pasar induk) dan pusat kegiatan rekreasi serta wisata, ditetapkan di Kecamatan Medan Marelan, tepatnya di persimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun). Sub pusat pelayanan kota Medan Perjuangan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan 4. perdagangan/bisnis, dan pusat pelayanan olahraga, ditetapkan di Kecamatan Medan Tembung tepatnya di sekitar aksara, meliputi Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Tembung. Sub pusat pelayanan kota Medan Area yang berfungsi sebagai pusat pelayanan ekonomi dan 5. pusat pelayanan transportasi, ditetapkan di Kecamatan Medan Amplas tepatnya di sekitar

persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli, meliputi Kecamatan Medan Area,

Medan Kota (kecuali Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid). Sub pusat pelayanan kota Medan Helvetia yang berfungsi sebagai pusat pelayanan ekonomi, 6.

pusat pelayanan transportasi wilayah bagian Barat, dan pusat kegiatan sosial-budaya, ditetapkan

di Kecamatan Medan Helvetia tepatnya di Jalan Asrama, antara rel Kereta Api dan Jalan Gaperta, meliputi Kecamatan Medan Petisah (kecuali Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip) serta pusat pelayanan pertahanan keamanan.

Sub pusat pelayanan kota Medan Selayang yang berfungsi sebagai pusat kegiatan

7. perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan, ditetapkan di Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda, meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Baru (kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor. Sub pusat pelayanan kota Medan Timur yang berfungsi sebagai pusat kegiatan 8.

perdagangan/bisnis, pusat pelayanan transportasi (TOD), dan pusat kegiatan sosial-budaya,

ditetapkan di Kecamatan Medan Timur tepatnya disekitar jembatan layang Pulo Brayan, meliputi

Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Timur (kecuali Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang

Buntu), Kecamatan Medan Barat (kecuali Kelurahan Kesawan dan Silalas) serta pusat pelayanan

pertahanan keamanan.

  • – ekspor,

   Kec, Medan Marelan;  Kabupaten Deli Serdang

   Pusat pelayanan transportasi (TOD);  Pusat kegiatan sosial-budaya

  9 Subpusat pelayanan kota Medan Timur  Pusat kegiatan perdagangan/bisnis

   Pusat kegiatan perdagangan/bisnis  Pusat Pendidikan  Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor

  8 Subpusat pelayanan kota Medan Selayang

   Kec. Medan Helvetia, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal

  6 Subpusat pelayanan kota Medan Helvetia  Pusat pelayanan ekonomi  Pusat pelayanan transportasi wilayah bagian Barat  Pusat kegiatan sosial-budaya

   Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan Denai, Kec, Medan Amplas

  5 Subpusat pelayanan kota Medan Area  Pusat pelayanan ekonomi  Pusat pelayanan transportasi

  Medan Tembung

   Pusat kegiatan perdagangan/bisnis  Pusat pelayanan olahraga  Kec. Medan Perjuangan dan Kec.

  4 Subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan

  3 Subpusat pelayanan kota Medan Marelan  Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan pokok (pasar induk);  Pusat kegiatan rekreasi dan wisata

Tabel 5.1. Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Medan Tahun 2030

   Kec. Medan Labuhan

   Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan  Pusat pelayanan transportasi  Pusat pelayanan kesehatan

  2 Subpusat pelayanan kota Medan Labuhan

   Kec. Medan Belawan

   pusat kegiatan industri, dan  pusat kegiatan perikanan

  1 Subpusat pelayanan kota Medan Belawan  pusat pelayanan transportasi laut,  pusat kegiatan bongkar muat dan impor

   Kota Medan Bagian Utara;  Provinsi Sumatera Utara  Regional

   Pusat pelayanan transportasi;  Pusat kegiatan sosial-budaya  Pusat kegiatan industri

   Kota Medan, Kec. Medan Polonia, Kec. Medan Baru, Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat, Kec. Medan Kota;  Provinsi Sumatera Utara  Internasional B Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara  Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan regional

   Pusat kegiatan perdagangan/bisnis;  Pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi dan kota;  Pusat pelayanan ekonomi

  No Pusat Pelayanan Fungsi Wilayah pelayanan A Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota

   Kec. Medan Deli, Kec. Medan Timur, Kec. Medan Barat Sumber: RTRW Kota Medan 2030

5.1.2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis di Kota Medan

  Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

  1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;

  2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jenis kawasan strategis antara lain adalah, kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi, bidang sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dan kepentingan pertahanan dan keamanan.

5.1.2.1. Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas. Berdasarkan kriteria di atas maka Kawasan Strategis Kota (KSK) Medan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, antara lain:

  1. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Pusat Kota (CBD Polonia)

  2. Di Kota Medan terdapat 7 (tujuh) kecamatan di Pusat Kota yang ditetapkan sebagai Pusat

Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu Kecamatan Medan Polonia, Medan Maimun, Medan

Barat, Medan Petisah, Medan Baru, Timur dan Medan Kota.

  3. Kawasan ekonomi khusus, yang akan di kembangkan adalah di Kecamatan Medan Labuhan;

  4. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Kawasan pengembangan ekonomi terpadu ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

  1. Memiliki aksesibilitas tinggi yang didukung oleh prasarana transportasi yang memadai.

  2. Memiliki potensi strategis yang memberikan keuntungan dalam pengembangan sosial ekonomi.

  3. Berdampak luas terhadap pengembangan regional, nasional dan internasional.

  4. Memiliki peluang investasi yang menghasilkan nilai tinggi. Berdasarkan kriteria diatas maka kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi terpadu adalah: Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Pusat Kota (CBD Polonia) dan Kecamatan Amplas. Kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas adalah Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Pusat-pusat Primer dan Sekunder.

Gambar 5.1. Rencana Struktur Ruang Kota Medan

5.1.2.2. Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan strategis soaial budaya adalah:

  1. Kawasan Polonia; 2.

  Kawasan Kota Lama Labuhan Deli (Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah- rumah Melayu, Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai dan Stasiun Kereta Api Belawan).

  3. Kawasan Perumahan dan Pergudangan yang semula DSM (Deli Spoorweg Maatsehappij) di Pulo Brayan;

  4. Kawasan Istana Maimun yang meliputi Mesjid Raya Kota Medan, Istana Maimun dan Taman Sri Deli;

  5. Kawasan Kampung Keling; 6.

  Kawasan Kesawan

5.1.2.3. Kawasan Strategis Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

  Kawasan strategis yang perlu dikembangkan dan bisa dikembangkan sebagai kawasan strategis kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah:

  1. Kawasan Agrobisnis di Kecamatan Medan Marelan; 2.

  Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan; 3. Kawasan Wisata (Theme Park dan Natural Park) di Kecamatan Medan Marelan; 4. Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang menyebar di Kecamatan Medan Labuhan.

  5.1.3. Kawasan Strategis Nasional Dan Kawasan Strategis Provinsi Dalam Wilayah Kota Medan Rencana tata ruang Kota Medan juga mengakomodir kawasan-kawasan strategis nasional dan provinsi yang berperan penting dan diprioritaskan pengembangannya. Berikut ini merupakan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi dalam wilayah Kota Medan: 1.

  Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang terdapat dalam wilayah Kota Medan adalah Kawasan Perkotaan Mebidangro.

  2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah Kawasan Andalan Perkotaan Mebidangro.

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain, adalah kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman Nasional. Kriteria kawasan lindung strategis adalah: 1.

  Memiliki peran ekologis dan penyelamatan lingkungan dan mengantisipasi bencana banjir 2. Memiliki peran ekonomi tinggi kalau dapat dikelola dengan baik 3. Kebutuhan pemberian identitas kota dengan pengembangan tanaman.

  

Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertahanan keamanan yang diperuntukkan

3.

bagi kepentingan pemeliharaan dan pertahanan negara berdasarkan geosrategic national yang

terdapat dalam wilayah Kota Medan adalah Pangkalan Udara (Lanud) Polonia di Kecamatan

Medan Polonia, Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan

Kodam di Kecamatan Medan Helvetia.

5.1.4. Arahan Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa

  Kawasan perdagangan dan jasa yang akan direncanakan di Kota Medan terdiri dari kegiatan pasar tradisional, pusat perbelanjaan (mall) dan toko modern. Luas lahan untuk kegiatan ini direncanakan terdapat sekitar 836,82 Ha. Arahan lokasi untuk kegiatan jasa tersebut ditetapkan pada lokasi sebagai berikut:

  

Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan, jenis kegiatan yang

1. akan dikembangkan sebagai berikut: Pusat kegiatan perdagangan/niaga/bisnis/komersial bertaraf internasional; a.

  Kawasan Pusat Pemerintahan kota (Kawasan Khusus).

  b.

  Pusat pelayanan ekonomi c. Kawasan City Check In; d. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara terdiri dari Kecamatan Medan Labuhan dan Kecamatan 2. Medan Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan; Pusat kegiatan perdagangan dan jasa a.

  Pusat ekonomi berbasis perikanan dan hasil kelautan dalam rangka mendukung Kota b. Medan sebagai Kota Minapolitan Di setiap sub-pusat pelayanan.

3. Pusat Kegiatan Jasa dan Perdagangan a.

  Pusat pelayanan transportasi (TOD); b. Pusat kegiatan sosial-budaya c.

Gambar 5.2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Kota Medan

5.1.5. Arahan Pengembangan Kawasan Perumahan

  Arahan kepadatan perumahan di Kota Medan adalah sebagai berikut: A.

   Tingkat Kepadatan Perumahan Tingkat kepadatan perumahan di Kota Medan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kepadatan tinggi adalah dengan jumlah 54

  • – 97 unit rumah per ha, kepadatan sedang 24 – 53 rumah per ha, dan kepadatan rendah 0 -23 rumah per ha.

  1. Kepadatan Tinggi (54 – 97 unit rumah/Ha)

Termasuk dalam tingkat kepadatan tinggi adalah Kecamatan Medan Perjuangan (Kelurahan

Sei Kerah Hilir dan Hulu), Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Area (Kelurahan

Sukaramai 2, Kelurahan Tegal Sari 1, Kelurahan Tegal Sari 3, Kelurahan Kota Maksum 1,

Kelurahan Kota Matsum 4) Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Sei Rengas), Kecamatan

Medan Maimum (Kelurahan Hamdani, Kelurahan Sei Mati), Kecamatan Medan Amplas

(Kelurahan Amplas).

Termasuk ke dalam kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi yaitu perumahan kavling

ukuran kecil <100 m2, flat, rumah susun dan apartemen, yang saat ini berlokasi pada

perumnas. Perumnas-perumnas yang dimaksud adalah Helvetia di Bagian Barat, Denai di

Bagian Timur, Simalingkar di Bagian Selatan dan Martubung di Bagian Utara, dan rumah

susun di Sukaramai.

  2. Kepadatan Sedang (24 – 53 unit rumah/Ha)

Tingkat kepadatan perumahan sedang tersebar di Kecamatan Medan Belawan (Kelurahan

Belawan Bahagia), Kecamatan Medan Timur di Kelurahan Durian, di Kecamatan Medan

Petisah di Kelurahan Sei Barat, Kelurahan Sei Putih Tengah, Kelurahan Sekip, Kecamatan

Medan Tengah (Kelurahan Helvetia Tengah). Perumahan yang termasuk dalam kawasan

perumahan dengan kepadatan sedang yakni kavling ukuran 150 m2

  • – 200 m2. Perumahan ini

    merupakan rumah yang diperuntukkan bagi kelas ekonomi menengah yang sebagian besar

    merupakan PNS.

  3. Kepadatan Rendah ( 0 - 23 unit rumah/Ha)

Adapun perumahan dengan kepadatan rendah tersebar di Utara Medan, Medan Tengah dan

Medan Selatan. Kavling perumahan berkepadatan rendah kebanyakan merupakan

perumahan kavling ukuran besar > 200 m2 pada umumnya dihuni oleh kelas menengah atas

dari etnis pribumi. Sedangkan masyarakat kelas menengah atas (kalangan pengusaha) yang

didominasi oleh etnis keturunan Cina, lebih suka tinggal di pusat kota dengan kavling rapat

dan kepadatan tinggi dalam gated community. Arahan pengembangan kepadatan perumahan di Kota Medan dapat dilihat pada gambar rencana pengembangan kawasan perumahan di bawah ini:

   Arahan Pengembangan Kawasan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang disiapkan untuk memperbaiki dan menjaga

iklim mikro, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik

kawasan, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Gambar 5.3. Rencana Kawasan Perumahan Kota Medan Pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Medan secara umum bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan lindung lainnya, serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana. Sasarannya adalah untuk:

  1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai budaya dan sejarah bangsa;

2. Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam.

  Jenis pemanfaatan ruang kawasan lindung yang terdapat di Kota Medan terdiri dari: A.

   Mangrove Mangrove yang ada di Kota Medan terdapat pada kawasan Utara, tepatnya di Kecamatan Medan Labuhan. Luas Mangrove di wilayah Kecamatan Medan Belawan seluas 1.029 Ha berfungsi menjaga kelestarian lingkungan serta menjaga ekosistem ikan dan mencegah abrasi pantai.

  B.

   Kawasan perlindungan setempat (kawasan sekitar waduk/danau buatan, sempadan sungai dan jalur hijau).

  Kawasan perlindungan setempat bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat, serta meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Rencana kawasan perlindungan setempat di Kota Medan terdiri dari sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan danau, sempadan jalan kereta api, dan sempadan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi; 1.

   Sempadan Sungai Adapun rencana sempadan sungai di Kota Medan adalah sebagai berikut: 1. Sungai Belawan 15 m.

  2. Sungai Percut 15 m.

  3. Sungai Deli 15 m.

  4. Sungai Babura 15 m.

  5. Sungai Sei Selayang 15 m.

  6. Parit Emas 5 m.

  7. Sungai-sungai kecil 5 m.

Dari hasil perhitungan GIS dengan menggunakan kriteria diatas maka perkiraan luas

kawasan lindung sempadan sungai di Kota Medan adalah sebesar 666 Ha.

  2. Sempadan Danau

Rencana kawasan lindung danau buatan/bendungan direncanakan di Danau Siombak

dengan jarak sekurang-kurangnya 50 meter yang diperkirakan sebesar 26,4 Ha yang

sekaligus berfungsi sebagai RTH.

  3. Jalur Sempadan Kereta Api

Penyediaan RTH pada garis sempadan jalan rel kereta api merupakan RTH yang

memiliki fungsi utama untuk membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan

jalan rel kereta api. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dengan tegas menentukan

lebar garis sempadan jalan kereta api di kawasan perkotaan. Jalur Sempadan Jalan

Kereta Api yaitu kawasan di sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak sekurang-

kurangnya 18 meter.

  4. Sempadan Pantai

Kriteria untuk kawasan lindung ini yaitu daratan sepanjang tepian pantai yang

lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai sebesar 100 meter dari

titik pasang tertinggi ke arah darat.

  a. Batasan pemanfaatannya adalah: i. Untuk tanaman-tanaman yang dapat mencegah terjadinya erosi dan abrasi pantai, seperti tanaman bakau (mangrove). ii. Sebagai ruang terbuka milik umum yang dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan objek wisata pada pantai yang landai dan memiliki panorama yang indah.

  b. Penanganan i. Mencegah kegiatan budidaya yang dapat merusak dan mengganggu kelestarian fungsi pantai

ii. Rehabilitasi kawasan hutan bakau sebagai pelindung pantai yang rusak.

  5. Jalur Hijau Sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTET)

Penyediaan RTH pada garis sempadan SUTET merupakan RTH yang memiliki fungsi

utama untuk membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan saluran udara

tegangan ekstra tinggi. Berkaitan dengan hal tersebut perlu dengan tegas

menentukan lebar garis sempadan jalur hijau SUTET. Jalur hijau SUTET adalah

kawasan di sisi kiri dan kanan saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan jarak

sekurang kurangnya 60 meter.

  C.

   Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Kawasan ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, juga berfungsi sebagai salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota.

  Pengembangan ruang terbuka dan jalur hijau dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Medan. Pada kenyataannya, ruang terbuka dan konservasi dapat berfungsi sebagai kawasan rekreasi, olah raga, jalur hijau, taman, kawasan resapan air, perkuburan, dan sebagainya. Peranan ruang terbuka hijau dalam konteks pemanfaatan ruang kota adalah sebagai pelestari keseimbangan ekologis wilayah perkotaan dalam bentuk paru-paru kota. Peningkatan kualitas lingkungan dapat dilakukan dengan mempertahankan dan menambah kawasan ruang terbuka hijau. Kebijakan pengembangan RTH Kota adalah:

  1. Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau.

  2. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai bagian dari pengembangan fasilitas umum dan taman-taman kota/ lingkungan

  3. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan permukiman. Untuk menghitung kebutuhan luas RTH publik Kota Medan digunakan metode perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan persentase yang kemudian dikaitkan dengan kebijakan yang terbaru yaitu Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, yaitu: Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas Kota Medan, yang meliputi: 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat. Maka perhitungannya sebagai berikut: 1.

  Luas Wilayah Kota Medan: 26.510 Ha 2. Kebutuhan luas Ruang Terbuka Hijau sesuai standar UU No. 26 Tahun 2007 adalah 30% dari 26.510 Ha, sekitar 7.953 Ha, yang terdiri dari 5.302 Ha RTH Publik dan 2.651 Ha Privat.

  Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka arahan lokasi RTH yang akan dikembangkan diluar kawasan lindung (hutan manggrove dan jalur hijau), antara lain:

  1. RTH Kawasan Wisata Kawasan wisata yang dapat dikembangkan sekaligus berfungsi sebagai RTH adalah kawasan wisata di Utara Medan (Kecamatan Medan Marelan), yang meliputi: Theme Park, Natural Park dan Danau Siombak. Kawasan Wisata di Selatan meliputi Kebun Binatang dan Taman Mora Indah. Luas RTH tersebut diperkirakan mencapai sekitar 959,08 Ha.

  2. RTH Hutan Kota Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga lingkungan kota yang berfungsi untuk:

  1. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika;

  2. Meresapkan air;

  3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan 4. Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Hutan Kota di Kota Medan antara lain adalah:

Tabel 5.2. Rencana RTH Hutan Kota di Kota Medan

  No. Lokasi Kecamatan Luas (Ha)

  1. Taman Beringin Kecamatan Medan Baru ±1,2 Ha

  2. Bumi Perkemahan Pramuka Cadika Kecamatan Medan Johor ±25 Ha

  3. Hutan Kota CBD Polonia Kecamatan Medan Polonia ±40 Ha

  4. Kebun Binatang Kecamatan Medan Tuntungan ±30 Ha

  5. Kanal Sungai Deli Zona A dan D Kecamatan Medan Johor ±2 Ha

  6. Hutan Kota Kecamatan Medan Labuhan ±1,5 Ha

  7. Hutan Kota Kelurahan Baru Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan ± 8,7 Ha Luas 108,4 Ha Sumber: RTRW Kota Medan, 2030 RTH Taman Kota 3. RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2. Taman ini dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan olah raga, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH 80% - 90%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan. RTH Taman Pemakaman Umum 4. Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat di sekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. RTH Jalur Hijau Jalan 5. Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara

  20

  • –30% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk menentukan

    pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah. RTH Jalur Pejalan Kaki 6.

  Jalur pejalan kaki adalah Jalur yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Jalur pejalan kaki yang dilengkapi dengan RTH harus memenuhi hal-hal sebagai berkut:

  1. Kenyamanan, adalah cara mengukur kualitas fungsional yang ditawarkan oleh sistem pedestrian yaitu:

2. Karakter fisik, meliputi:

  

a. Kriteria dimensional, disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat, kebiasaan dan gaya hidup, kepadatan penduduk, warisan dan nilai yang dianut terhadap lingkungan; b. Kriteria pergerakan, jarak rata-rata orang berjalan di setiap tempat umumnya berbeda dipengaruhi oleh tujuan perjalanan, kondisi cuaca, kebiasaan dan budaya.

  

3. Pedoman teknis lebih rinci untuk jalur pejalan kaki dapat mengacu pada Kepmen

PU No. 468/KPTS/1998 tanggal 1 Desember 1998, tentang Persyaratan Teknis Aksesiblitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan dan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jalur Pejalan Kaki. Pada umumnya orang tidak mau berjalan lebih dari 400 m.

  7. RTH Atap Bangunan

Disetiap atap bangunan yang beratap beton diwajibkan menanam tumbuhan

penghasil oksigen atau pohon buah-buahan dalam pot atau hamparan rumput.

  8. Lapangan Olahraga Lapangan olahraga yang dimaksud adalah lapangan di setiap kecamatan.

  D.

   Kawasan suaka alam dan cagar budaya Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya bertujuan untuk melestarikan dan melindungi situs-situs purbakala sebagai peninggalan budaya di Kota Medan. Kawasan suaka alam dan cagar budaya di Kota Medan terdiri dari: Kawasan pantai berhutan bakau di Kecamatan Medan Belawan.

  1. Kawasan cagar budaya di kawasan Polonia, kawasan Kota Lama Labuhan Deli 2.

  

(Toapekong Labuhan), Rumah-rumah Toko Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid

Raya Labuhan, Bangunan yang semula Bea Cukai dan Stasiun Kereta Api Belawan,

Kawasan Perumahan dan Pergudangan yang semula DSM (Deli Spoorweg

Maatsehappij) di Pulo Brayan, Kawasan Istana Maimun, Kawasan Kampung Keling dan

Kawasan Kesawan E.

   Kawasan rawan bencana Kawasan rawan bencana bertujuan untuk memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

  Kawasan rawan bencana di kota medan tersebar hampir menyebar di seluruh kota medan. Ada 4 jenis kemungkinan bencana yang akan terjadi. Berdasarkan hasil mitigasi bencana alam dapat diurutkan berdasarkan prioritas yaitu: 1.

   Rawan Banjir di Kota Medan

Kota Medan dilewati oleh 2 buah sungai besar yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli

yang keduanya bermuara di Selat Malaka. Beberapa anak sungai juga terdapat di

Kota Medan antara lain Sungai Babura, Sungai Denai, dan Sungai Belawan. Oleh

karena itu, Kota Medan mempunyai potensi tertimpa bencana banjir, baik berupa

banjir makro maupun banjir mikro/genangan. Banjir makro terjadi akibat meluapnya

kedua sungai besar tersebut apabila terjadi curah hujan tinggi. Banjir terjadi dari

pengalaman sejarah bahwa banjir makro ini terjadi dengan periode ulang 25

tahunan. Daerah yang terkena banjir makro ini pada umumnya adalah daerah

dataran rendah di hilir sungai. Namun, dari pengalaman kejadian banjir pada tahun

2001, Bandara Polonia yang terletak di sekitar pertengahan Sungai Deli dan Sungai

Babura juga mengalami genangan sampai lebih dari 10 cm sehingga mengganggu jadwal penerbangan masuk dan keluar bandara tersebut. Banjir tersebut pada umumnya disebabkan selain karena curah hujan 25 tahunan yang tinggi. Juga karena kapasitas sungai yang tidak memadai, serta adanya pengaruh pasang-surut air laut di Selat Malaka.

  Sementara itu, banjir mikro terjadi hampir merata di semua tempat di Kota Medan. Di daerah hulu sungai, yang termasuk daerah tinggi di Kota Medan seperti Kecamatan Medan Kota, Medan Selayang, dan Medan Baru tak luput dari genangan ini. Daerah rawan genangan terbanyak terdapat di daerah tengah Kota Medan. Daerah tersebut antara lain Kecamatan Medan Selatan, Medan Helvetia, Medan Barat, Medan Perjuangan, dan Medan Timur. Di daerah hilir Kota Medan beberapa kecamatan seperti Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Belawan merupakan daerah yang seringkali terkena bencana banjir atau genangan.

  2. Rawan Gelombang Pasang di Medan Pusat Kota Medan tidak terletak di tepi pantai, namun sedikit lebih masuk ke daratan sekitar lebih kurang 20 km. Kota yang terletak di tepi pantai adalah Belawan. Sehingga, boleh dikatakan bahwa Kota Medan tidak terkena sapuan langsung apabila di daerah Selat Malaka terjadi gelombang pasang. Namun demikian, karena topografi Kota Medan relatif datar, dengan ketinggian daerah bervariasi mulai 3 meter sampai 35 meter di atas permukaan air pasang tertinggi, maka ada kemungkinan gelombang pasang akan mempengaruhi Kota Medan melalui sungai besar yang bermuara di Selat Malaka. Bencana yang mungkin timbul berupa banjir akibat curah hujan tinggi disertai naiknya muka air sungai pada saat terjadi gelombang pasang karena air sungai tidak bisa mengalir dengan bebas ke laut.

  Daerah yang merupakan rawan bencana gelombang pasang adalah kawasan Perkotaan Belawan. Daerah ini terletak pada daerah pantai yang datar dengan ketinggian daratan dari muka laut rata-rata antara 1 meter sampai dengan 5 meter. Perkampungan nelayan menghadap langsung ke Selat Malaka sehingga apabila terjadi gelombang pasang pada Selat Malaka, maka perkampungan ini akan terkena dampaknya.

  3. Rawan Tsunami di Medan Wilayah Kota Medan berdasarkan letak secara geografis, sisi Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Dengan terjadinya tsunami di Provinsi Naggroe Aceh Darussalam pada Tahun 2004 dan Pulau Nias pada Tahun 2005 berdampak terhadap pantai timur Sumatera Utara. Untuk mengantisipasi dampak tersebut maka kawasan yang berbatasan dengan Selat Malaka di Kecamatan Medan Belawan ditetapkan sebagai kawasan rawan tsunami.

  4. Rawan Gempa Bumi di Medan Wilayah Kota Medan ditinjau dari kondisi geologinya tidak terdapat sumber maupun jalur atau zona utama gempa, dimana sumber-sumber gempa terjadi di luar kota Medan. Namun demikian bila terjadi gempa bumi yang bersumber dari luar wilayah

  Medan, goncangannya dapat dirasakan. Dalam kurun waktu 30 tahun atau dari tahun 1979-2008, BMG Wilayah Medan mencatat adanya 34 kejadian gempa yang goncangannya dapat dirasakan di Kota Medan. Keseluruhan kejadian gempa tersebut, sumbernya atau pusat gempanya dari luar wilayah Medan dan tergolong gempa bumi dangkal (kedalaman < 50 km). Dari kejadian-kejadian gempa tersebut, dengan mengacu pada skala MMI, tingkat goncangan gempa di Kota Medan secara umum tergolong dalam skala I- II MMI. Atau bila ditinjau dari tingkat goncangan

  • – menurut klasifikasi Rossi-Farel tergolong dalam tingkat goncangan mikroseismik goncangan sangat lemah (drajat I – II). Tingkat goncangan paling tinggi yang pernah terjadi adalah IV
  • – V Skala MMI atau tergolong goncangan lemah-kuat, dan itupun hanya terjadi ketika terjadi gempa bumi berkekuatan besar (> 8 SR), yaitu saat kejadian gempa di Aceh pada Desember 2004 dan di Nias pada Maret 2005. Intensitas kejadian gempa yang goncangannya dirasakan di Kota Medan mengalami peningkatan (mencapai 26 kali) setelah terjadi gempa besar di Aceh maupun di Nias. Begitu juga dengan kekuatan gempanya yang rata-rata berkisar 6 SR (sebelumnya rata-rata 5 SR). Hal ini umum terjadi sebagai bagian cara bumi mencari keseimbangan setelah kejadian goncangan besar, dimana akan diikuti pelepasan- pelepasan energi dalam skala atau kekuatan yang lebih kecil. Lebih lengkapnya mengenai rencana kawasan lindung dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 5.4. Rencana Kawasan Lindung Kota Medan

5.1.6. Arahan Pengembangan Struktur Ruang terkait Bidang Ke-Ciptakarya-an

  a) Sistem Jaringan Sumber Daya Air

  Sistem penyediaan air minum adalah sistem yang dikembangkan untuk menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan. Sistem jaringan sumber daya air adalah sistem yang dikembangkan bertujuan untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar dapat berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

  b) Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

   Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem penyediaan air minum meliputi jaringan perpipaan yang ditetapkan diseluruh

kecamatan di Kota Medan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Sistem penyediaan air minum adalah penyediaan kebutuhan air bersih atau air minum

yang dilayani oleh PDAM Tirtanadi dengan sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan Kota Medan dan dengan sistem pemompaan (booster pump) untuk Kecamatan Medan Belawan.

  

2) Daerah pelayanan air minum /air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilayani

melalui 14 cabang PDAM Tirtanadi meliputi : Cabang Utama, Cabang Deli Tua, Cabang Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal, Cabang Medan Labuhan, Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara, Cabang Padang Bulan, Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan dan Cabang Sibolangit.  Sistem Pengelolaan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah adalah sistem yang dikembangkan untuk pengurangan,

pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi air limbah dari kegiatan permukiman,

perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.

Sistem pengelolaan air limbah terdiri atas sistem pengelolaan air limbah domestik dan

industri, dimana ketentuan untuk masing-masing sistem tersebut antara lain :.

1) Sistem pengelolaan air limbah terpusat ditetapkan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) Cemara.

  

2) Lokasi sistem air limbah domestik terpusat ditetapkan di Instalasi Pengolahan Air Limbah

Cemara.

3) Sistem air limbah domestik setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan

pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat.

4) Sistem pengelolaan air limbah industri meliputi sistem air limbah terpusat dan atau

setempat, dilakukan secara individual oleh industri itu sendiri.

   Sistem Pengolahan Sampah

Sistem pengolahan persampahan adalah sistem yang dikembangkan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber

daya.

  Sampah merupakan produksi masyarakat yang selalu ada setiap hari dari berbagai kegiatan. Oleh karena itu pengorganisasian sampah perlu dirancang secara hirarki dan terkoordinir dengan instansi terkait lainnya. Berdasarkan kondisi tinggi muka air tanah Kota Medan yang rendah yaitu rata-rata 1 - 3 m di bawah permukaan tanah, maka penanganan sampah dengan cara penimbunan dinilai kurang baik, terutama mengingat dampaknya terhadap kerusakan air tanah dan air permukaan yang berada di sekitarnya.

  Kemudian seiring dengan berkembangnya jaringan jalan dan aksesibilitas antar wilayah, sistem penimbunan tersebut perlu diubah menjadi sistem terpusat, menggunakan pengangkutan dengan truk sampah (dump truck) ataupun menggunakan arm roll truck (dengan container) dan compactor truck menuju tempat pembuangan akhir di TPA. Kebutuhan terhadap lahan untuk pembangunan TPA saat ini masih dapat disediakan mengingat cukup tersedianya lahan kosong yang dapat dikembangkan di daerah TPA Terjun. Dan hal ini harus diiringi dengan pemanfaatan teknologi dalam penanganan sampah yang harus ditingkatkan dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfill.

   Rencana Sistem Drainase Sistem drainase kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d bertujuan untuk mengurangi banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, persawahan, dan jalan. Hirarki sistem drainase yang direkomendasikan di Kota Medan antara lain terdiri dari: 1) Saluran primer:  Sungai Badera.

   Sungai Belawan.  Sungai Deli.  Sungai Babura.  Sungai Percut. 2) Saluran drainase sekunder:

  a. Anak-anak sungai yang ada di Kota Medan  Sei Selayang.  Sei Putih.  Sei Siput.  Sei Berkala.  Parit Emas.  Parit Martondi.  Sungai Buncong.  Sungai Pelangkah.  Sei Percut Denai.

  b. Saluran sekunder eksisting (buatan) yang ada di pinggir jalan utama.

3) Saluran drainase tersier:  Saluran drainase perumahan.

   Saluran drainase permukiman.

5.1.7. Ketentuan Zonasi bagi Pembangunan Prasarana dan Sarana Bidang Cipta Karya

  a) Arahan Peraturan Zonasi