BAB II - DOCRPIJM 1504172636RPIJM 2010 Bab II

  BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH

2.1 Kondisi Umum Kabupaten Klaten

  Gambaran umum dan kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara lengkap akan dijelaskan terinci meliputi profil geografi, profil demografi, profil ekonomi dan profil sosial budaya dan profil sarana prasarana Cipta Karya.

2.1.1 Profil Geografis

  Kabupaten Klaten terletak pada bagian tenggara wilayah Propinsi Jawa Tengah dan terletak pada jalur regional yang menghubungkan Kota Solo dan Yogyakarta. Secara

  o o o o

  geografis Kabupaten Klaten terletak antara 110 30’ BT – 110 45’ BT dan 7 30’ LS – 7 45’ LS.

  Secara administratif Kabupaten Klaten mempunyai daerah seluas 655,56 Km2, dengan pembagian wilayah administratif yang terdiri dari 26 wilayah kecamatan 391 wilayah desa dan 10 kelurahan. Batas administratif Kabupaten Klaten tersebut adalah sebagai berikut :

   Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali

   Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman ( DIY )

   Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul ( DIY )

   Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo Orientasi wilayah Kabupaten Klaten terhadap Propinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Peta orintasi Kabupaten Klaten terhdp Wil Prov Jateng). Sedangkan peta wilayah administrasi Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Peta Wil. Kab.Klaten).

A. Topografi

  Letak Kabupaten Klaten yang diapit Gunung Merapi dan Pegunungan seribu mempunyai ketinggian berkisar antara 75 – 2.911 m diatas permukaan air laut (dpl), sehingga secara garis besar keadaan lapangan dapat digolongkan dalam 3 wilayah yaitu :

  1. Wilayah yang miring merupakan lereng Gunung Merapi, meliputi kecamatan – kecamatan Manisrenggo, Karangnongko,Kemalang, Jatinom dan Tulung.

  2. Wilayah yang relatif datar berada dibagian tengah Kabupaten Klaten, meliputi kecmatan – kecamatan Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Ngawen, Klaten Selatan, Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo,Trucuk, Cawas, Karanganom,dan Polanharjo.

  3. Wilayah yang berbukit dan bergelombang yang merupakan wilayah bagian selatan Kabupaten Klaten meliputi Kecamatan Bayat dan sebagian Kecamatan Gantiwarno. Data luas berdasarkan ketinggian di Kab. Klaten disajikan pada tabel II.1

  Tabel II.1 Luas Daerah Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut

  ( dalam meter dpl ) No Kecamatan

  Jumlah Luas (ha)

  100- 200- 100 M dpl 200 400 400-1000 1000-1500 1500-2000 2000

  1 Prambanan 2168 275 2443

  2 Gantiwarno 2564 2564

  3 Wedi 2438 2438

  4 Bayat 3943 3943

  5 Cawas 232 1125 1357

  6 Trucuk 62 3319 3381

  7 Kalikotes 1298 1298

  8 Kebonarum 472 495 967

  9 Jogonalan 2240 430 2670

  10 Manisrenggo 20 2318 358 2696

  11 Karangnongko 22 2224 428 2674

  12 Ngawen 816 881 1697

  13 Ceper 2445 2445

  14 Pedan 176 1741 1917

  15 Karangnongko 2828

  95 2923

  16 Juwiring 1042 1937 2979

  17 Wonosari 1054 2060 3114

  18 Delanggu 1878 1878

  19 Polanharjo 2030 354 2384

  20 Karanganom 882 1524 2406

  21 Tulung 2612 588 3200

  22 Jatinom 2948 605 3553

  23 Kemalang 551 554 3062 975 325 250 5717

  24 Klaten Selatan 1407

  15 1422

  25 Klaten Tengah 892 892

  26 Klaten Utara 1038 1038

  Jumlah 5945 32098 14355 5041 975 325 250 58989 Sumber : RTRW Kabupaten Klaten 2006-2016 Keadaan topografi yang demikian tersebut dapat dirici sebagai berikut :

  1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m diatas permukaan laut (dpl) meliputi sebagian dari Kecamatan – kecamatan : Juwiring, Karangdowo dan Cawas.

  2. Wilayah dengan ketinggian 100 – 200 m dpl meliputi Kecamatan – kecamatan : Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (dibagian barat), Trucuk, Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di bagian selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (di bagian timur), Polanharjo (dibagian timur), Delanggu, Juwiring (di bagian barat), dan Wonosari (di bagian Barat).

  3. Wilayah dengan ketinggian 200 – 400 m dpl meliputi kecamatan – kecamatan Manisrenggo,Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko, Kebonarum (di bagian utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat), Tulung ( sebagian besar ), dan Polanharjo (bagian barat).

  4. Wilayah dengan ketinggian 400 – 1000 m dpl meliputi kecamatan Kkemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil) dan Tulung (sebagian kecil).

  5. Wilayah dengan ketinggian 1.000 - >2000 m dpl berada di Kecamatan Kemalang.

B. Jenis Tanah

  Jenis tanah di Kabupaten Klaten dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis yang berbeda, yaitu: o

  Tanah Regosol seluas 57.047 Ha (87,02 %), o Grumosol ( 6,59 %), o Alluvial (3,83 %) o Litosol ( 2,56%).

  Tanah regosol yang menempati sebagian besar wilayah Kabupaten Klaten tersebut merupakan jenis regosol yang terdapat di kaki vulkanik dengan topografi landai dan air cukuptersedia,oleh sebab itu memiliki potensi pertanian yang tinggi.

  Tabel II.2 menjelaskan tentang luas dan penyebaran jenis tanah di Kabupaten Klaten.

C. Klimatologi

  Dari segi klimatologis Kabupaten Klaten memiliki sifat iklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Temperatur udara

  o

  berkisar antara 28-30 C , sedangkan temperatur bulanan rata – rata berkisar antara

  o

  25,42 – 26,70 C . Kecepatan angin rata- rata 20 – 25 Km/jam, kelambaban relatif bulanan rata – rata berkisar antara 75,20-85,60 mm Hg. Kemudian penguapan bulanan rata – rata berkisar antara 1,97 – 3,37 % dan lama penyinaran matahari bulanan rata – rata berkisar antara 44,20 – 70,00 % dari 6 jam penyinaran.

  Berdasarkan curah hujan di Kabupaten Klaten pada tahun 2007, curah hujan di Kabupaten Klaten berkisar antara 1200-2850 mm/tahun. Sumber yang diperoleh dari BPS tidak lengkap, hal itu dikarenakan data yang tidak tersedia, jadi tidak semua curah hujan di tiap Kecamatan diketahui. Kecamatan – kecamatan dengan curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi kecamatan : Trucuk, Kebonarum, Pedan, Karangdowo, Wonoari, Jatinom, dan Klaten Selatan. Untuk lebih jelasnya mengenai data curah hujan di Kabupaten Klaten dapat di lihat pada Tabel II.3.

  

Tabel II.3

Luas dan Penyebaran Jenis Tanah Per Kecamatan di Kabupaten Klaten

  Luas ( Ha ) No Kecamatan

  RK RCK KRK&KT KRK&L Litosol SKT AK&ACK Jumlah

  1 Prambanan 2.443 2.443

  2 Gantiwarno 1.626 938 2.564

  3 Wedi 72 855 30 750 731 2.438

  4 Bayat

  88 69 803 928 1.270 785 3.943

  5 Cawas 1.316 1.382 750 3.448

  6 Trucuk 3.363 10 3.373

  7 Kalikotes 1.154 13 131 1.298

  8 Kebonarum 882

  85 967

  9 Jogonalan 1.015 1.665 2.680

  10 Manisrenggo 62 2.634 2.696

  11 Karangnongko 2.374 300 2.674

  12 Ngawen 1.697 1.697

  13 Ceper 2.445 2.445

  14 Pedan 1.917 1.917

  15 Karangdowo 2.427 496 2.923

  16 Juwiring 2.734 245 2.979

  17 Wonosari 2.897 217 3.114

  18 Delanggu 1.878 1.878

  19 Polanharjo 2.384 2.384

  20 Karanganom 2.406 2.406

  21 Tulung 3.200 3.200

  22 Jatinom 3.553 3.553

  23 Kemalang 666 1.602 2.268

  24 Klaten Selatan 1.443 2.898 04.341

  25 Klaten Tengah 892 892

  26 Klaten Utara 1.038 1.038

  Jumlah 41.903 11.292 964 2.898 1.678 4.321 2.503 65.559 Sumber : RTRW Kabupaten Klaten 2006-2016

  Keterangan :

  RK : Jenis Tanah Rigosol Kelabu RCK : Jenis Tanah Regosol Coklat Kekelabuan KRK & KT : Jenis Tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol KRK & L : Jenis Tanah Komples Regosol Kelabu dan Litosol Litosol : Jenis Tanah Komples Regosol Kelabu dan Litosol GKT : Grumosol Kelabu Tua AK & ACK : Jenis Tanah Aluvial Kelabu dan Coklat Kekuningan

  

Tabel II.3

Jumlah Curah Hujan Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten

2007 No Kecamatan CH HH

  1 Prambanan

  2 Gantiwarno 1,601

  76

  3 Wedi 469

  13

  4 Bayat

  5 Cawas 1,712

  89

  6 Trucuk 2,000

  90

  7 Kalikotes

  8 Kebonarum 2,640

  74

  9 Jogonalan

  10 Manisrenggo 398

  9

  11 Karangnongko 1,040

  37

  12 Ngawen 796

  34

  • 13 Cerep
  • 14 Pedan 2,327

  94

  15 Karangdowo 2,541 100

  16 Juwiring 1,785

  60

  17 Wonosari 2,002

  83

  18 Delanggu 1,933

  89

  19 Polanharjo 1,942

  70

  20 Karanganom 840

  33

  21 Tulung 1,985

  38

  22 Jatinom 2,009

  64

  23 Kemalang

  24 Klaten Selatan 2,892 105

  25 Klaten Tengah

  26 Klaten Utara

  Jumlah 1189

  45 Sumber : Klaten dalam Angka, 2007 Keterangan :

  (-) Data tidak ada

  CH : Curah Hujan HH : Hari Hujan

2.1.2 Profil Demografis

  Apabila dilihat dari komposisi kelompok umur maka penduduk yang berada dalam kelompok umur 15-19 tahun yang sebesar 132.050 jiwa (10,34 %) merupakan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan kelompok umur lainnya. Sedangkan jumlah penduduk paling kecil berdasarkan kelompok umurnya yaitu penduduk yang berusia 60- 64 tahun berjumlah 51.767 jiwa (4.05%). Perincian mengenai jumlah penduduk Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel II.5

  13 Ceper 24.45 7,26 63.811 63.835

  9 Jogonalan 26.70 8,01 57. 824 57.877

  53

  0.09

  10 Manisrenggo 2696 9,35 41.709 41.766

  57

  0.14

  11 Karangnongko 26.74 9,25 38.248 38.157 - 91 - 0.24

  12 Ngawen 16.97 6,01 44.338 44.420

  82

  0.18

  24

  45

  0.04

  14 Pedan 19.17 6,23 48.730 48.862 132

  0.27

  15 Karangdowo 29.23 6,79 51.016 51.020

  4

  0.01

  16 Juwiring 29.79 8,21 61.022 61.216 194

  0.32

  17 Wonosari 31.14 7,05 62.519 62.663 144

  0.23

  0.21

  8 Kebonarum 9.66 2,00 21.198 21.343

  

Tabel II.4

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2007-2008

  1 Prambanan 24,43 8,23 49.149 49.277 128

  No Kecamatan Luas

  Wilayah (Km 2 )

  Luas Pekarangan

  ( Km 2 ) Jumlah

  Penduduk (Jiwa)2007

  Jumlah Pnddk (Jiwa)

  2008 Pertambahan

  Penduduk (Jiwa )

  Laju Pertumbuhan

  (%)

  0.26

  Karakteristik kependudukan yang akan dibahas terdiri dari jumlah dan perkembangan serta penambahan dan laju petumbuhan penduduk. Pada Tabel II.4 terlihat bahwa di Kabupaten Klaten pada tahun 2006 1.293.242 jiwa dan mengalami perkembangan sehingga pada tahun 2007 berjumlah 1.296.987 jiwa. Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung tingkat pertumbuhan penduduk rata – rata Kabupaten Klaten selama tahun terakhir (2006 – 2007) sebesar 0,29 % per tahun. Berdasarkan data kependudukan seperti tampak pada Tabel II. 4, terlihat bahwa di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 terdapat penduduk sejumlah 1.296.987 jiwa.

  2 Gantiwarno 25,64 5,67 40.748 40.994 246

  0.60

  3 Wedi 24,38 7,49 55.402 55.516 114

  0.21

  4 Bayat 39.43 13,79 63.603 63.852 249

  0.39

  5 Cawas 34.47 9,23 65.936 66.132 196

  0.30

  6 Trucuk 33.81 12,65 81.869 82.291 422

  0.51

  7 Kalilkotes 13.00 4,59 37.164 37.389 225

  0.60

  18 Delanggu 18.78 4,56 44.470 44.516

  4 Tenaga penjualan 193.452 22,59

  0.27 Sumber : Kabupaten Klaten dalam Angka, 2007

Tabel II.5

Jumlah Penduduk menurut Umur di Kecamatan Klaten Tahun 2007

  Berdasarkan mata pencarian penduduk, penduduk yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian mendominasi yaitu sebanyak 355.651 jiwa atau kurang lebih 41.54% dari jumlah total penduduk yang bekerja. Diikuti oleh tenaga penjualan sebanyak 193.452 jiwa atau 22,59%. Sementara itu persentase terkecil adalah pada beberapa lapangan pekerjaan sektor formal seperti tenaga jasa usaha jasa, tenaga profesional, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, pejabat pelaksanaan dan TU. Perincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.6 berikut ini :

  

Tabel II.6

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Lapangan Pekerjaan Jumlah %

  1 Tenaga Profesional 32.121 3,75

  2 Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan 2.239 0,26

  3 Pejabat Pelaksanaan dan TU 30.781 3,60

  5 Tenaga Jasa Usaha Jasa 19.614 2,29

  1.300.4

  6 Tenaga Usaha Pertanian 355.651 41,54

  7 Tenaga Produksi 86.229 10,07

  8 Tenaga Operator 33.283 3,89

  9 Pekerja kasar 97.134 11,35

  10 Lainnya 5.668 0,66

  Jumlah 8.56.172 100 Sumber : Kabupaten Klaten dalam Angka 2008

  94 3.507

  0.93 Jumlah 655,66 204,29 1.296.987

  46

  22 Jatinom 35.53 20,49 57.201 57.338 137

  0.10

  19 Polanharjo 23.84 6,77 45.858 46.047 189

  0.41

  20 Karanganom 24.06 8,89 49.101 49.080 - 21 - 0.04

  21 Tulung 32.00 11,69 54.469 54.576 107

  0.20

  0.24

  26 Klaten Utara 10.38 5,49 41.850 42.241 391

  23 Kemalang 51.66 4,59 34.559 34.681 122

  0.35

  24 Klaten Selatan 14.44 5,03 41.249 41.527 278

  0.67

  25 Klaten Tengah 8.90 4,97 43.844 43.878

  34

  0.08

2.1.3 Profil Ekonomi A. Produk Domestik Regional Bruto B.1. PDRB Harga Berlaku

  Pertumbuhan pereknomian Kabupaten Klaten selama tahun 2007 dapat dilihat pada pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 yaitu sebesar 3,31%.

  Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan tahun 2007 lebih tinggi, hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Klaten telah mulai tumbuh lagi setelah gempa bumi tahun 2006.

  Sektor industri yang pada tahun 2006 mengalami penurunan, maka pada tahun 2007 menunjukkan kenaikan sebesar 3,36%. Demikian juga sektor Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan yang pada tahun 2006 pertumbuhannya negative, pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,33%.

  Apabila dilihat secara sektoral, sector-sector yang mengalami pertumbuhan yang besar adalah sector listrik dan air minum naik sebesar 9,24% sector bangunan/konstruksi naik sebesar 8,82% dab sector keuangan, persewaan dan jasa perusahaan naik sebesar 5,33%. Sedangkan sector – sector yang mengalami pertumbuhan yang kecil yaitu sector – sector yang mengalami pertumbuhan yang kecil yaitu sector

  • – sector pertanian naik sebesar 1,51% dan sector jasa-jasa naik sebesar 1,61%.

  

Tabel II.7

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten

Klaten Tahun 2006 – 2007 (%)

  No Sektor Ekonomi 2007 2008

  1 Pertanian 20,57

  2 Pertamb.&Penggalian 1,64

  3 Industri 20,48

  4 Listrik, Gas & Air Minum 1,12

  5 Bangunan 9,54

  6 Perd.,Hotel & Rest 25,80

  7 Pengangku.&Komunik 3,16

  8 Keu, Persewaa.& Js Prs 3,75

  9 Jasa-jasa 14,29

  Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten B.2.

   PDRB Harga Konstan 2000

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 di Kabupaten Klaten pada tahun 2007, sebagaimana pada gambaran PDRB harga berlaku, sumbangan terhadap PDRB harga konstan didominasi oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoral yaitu sebesar 28%. Gambaran pekembangan PDRB harga konstan tahun 2007, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II-7

  

Tabel II.8

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

di Kabupaten Klaten , Tahun 2007(%).

  8 Keu, Persewaa.&Js Prs

  2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik meliputi peningkatan sistem pelayanan, sarana dan prasarana serta regulasi dan

  1. Memperkuat pembangunan ekonomi melalui peningkatan daya saing daerah, yang meliputi pengembangan ekspor non migas, investasi, revitalisasi pertanian dan ekonomi pedesaan, pariwisata dan IKM ( Industri Kecil Menengah) / UKM ( Usaha Kecil Menengah ) serta didukung oleh adanya infrasruktur yang memadai.

  Guan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara nyata, upaya untuk meningkatkan PDRB harus terus dilakukan. Tujuan dari upaya ini, yaitu untuk meningkatkan pendapatan riil dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat, sehingga masyarakat mampu memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klaten. Atas dasar kondisi yang demikian, maka kebijakan ekonomi diarahkan untuk :

   Keuangan Daerah

  Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten B.

  9 Jasa-jasa

  7 Pengangku.&Komunik

  No Sektor Ekonomi 2008

  6 Perd.,Hotel & Rest

  5 Bangunan

  4 Listrik, Gas & Air Minum

  3 Industri

  2 Pertamb.&Penggalian

  1 Pertanian

  3. Meningkatkan pembangunan kesejahteraan masyarakat yang meliputi penanganan kemiskinan, pengangguran,pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. Upaya untuk mendorong perekonomian tidak bisa dilepaskan dari kondisi dan kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Klaten, yang semakin tahun harus semakin ditingkatkan. Kemampuan pendapatan Daerah di Kabupaten Kalaten pada tahun Anggaran 2006 diperkirakan mencapai sebesar Rp. 749.422.549.000,00 ( Rp 749,42 miliar ), yang terdiri atas :

  B.1. Pendapatan Asli Daerah

  Pendapatan Asli Daeah ( PAD ) di Kabupaten Klaten pada tahun 2006 direncanakan akan mencapai Rp. 34.817.903.000,0 (Rp. 34,81 miliar), atau sekitar 4,65 % dari total pendapatan daerah.

  B.2. Dana Perimbangan

  Dana perimbangan tahun2006 di Kabupaten Klaten, yang meliputi (i) Bagi Hasil Pajak; (ii) Bagi Hasil Bukan Pajak; (iii) DAU (Dana Alokasi Umum); (iv) DAK (Dana Alokasi Khusus); direncanakan akan mencapai sebesar 692.691.151.000,00 (Rp 692,69 miliar); atau sekitar 92,43% dari Pendapatan Daerahsecara keseluruhan.

  Besarnya dana perimbangan pada tahun 2006, mengalami sekitar Rp. 255.366.412.000,00 ( 255,36 miliar); atau naik sebesar 58,39% dibanding dengan tahun 2005, yang besarnya mencapai Rp. 437.324.739.000,00 ( Rp.437,32 miliar ).

  B.3. Lain – Lain Pendapatan yang Sah

  Lain

  • –lain pendapatan yang sah di Kabupaten Klaten pada tahun 2006, yang meliputi: (i) Bantuan pembangunan sarana dan prasarana dasar dari Propinsi ( eks

  2P.O.A); (ii) Bantuan bagi hasil PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), BBNKB ( Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ), dan Pajak BBKB ( Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ), (iii) Bantuan lain – lain dari propinsi, dan (iv) Penerimaan bagi hasil pemungutan pajak air bawah tanah/air permukaan Propinsi Jawa Tengah; direncanakan akan mencapai sekitar Rp.21.913.495.000,00 ( Rp. 21,91miliar) atau sebesar 9% dari total Pendaftaran Daerah. Jika dibandingkan tahun 2005 yang besarnay mencapai Rp. 28.051.160.000,00 ( Rp. 28,05 miliar ) atau sebesar 56,14%.

C. Investasi Daerah

  Dalam mendukung perkembangan ekonomi di Kabupaten Klaten, telah dilakukan berbagai kegiatan penelitian, pembangunan dan pengkajian. Agar kegiatan – kegiatan tersebut bermanfaat, perlu diciptakan pola hubungan yang salingn memperkuat antara unsur penguasan, pemanfaatan dan kemajuan IPTEK dalam satu kesatuan yang utuh dan terintegrasi, yang meliputi aspek kelembagaan, sumberdaya dan jaringan IPTEKS (Ilmu Pengetahuaan, Teknologi dan Seni).

  Bentuk – bentuk penerapan teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan perekonomian di Kabupaten Klaten, antara lain berupa Rekayasa Tegnologi Tepat Guna yang lrbih efisien dan efektif serta Teknologi informasi untuk penyiapan dan pengelolaan data base yang cepat, akurat dan mudah diakses oleh perangkat daerah maupun oleh masyarakat.

  Kondisi perekonomian di Kabupaten Klaten menjelang akhir tahun 2004 relatif stabil dan cenderung membaik. Hal ini dikarenakan oleh semakin kondusifnya situasi politik dan membaiknya kondisi perekonomian nasional yang tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah, menurunnya laju inflansi dan tingkat suku bangsa perbankan. Kondisi perkonomian di Kabupaten Klaten dapat dilihat dari berbagai variabel seperti PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk, sebagaimana yang telah diraikan di muka. Kondisi-kondisi tersebut, sangat mendukung masuknya investasi, baik dalam bentuk PMDN (Penenaman Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman Modal Asing).

2.1.4 PROFIL SOSIAL DAN BUDAYA A. Fasilitas Pendidikan

  Dalam keadaan krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti ini, upaya mempertahankan minat dan tingkat pendidikan masyarakat, merupakan kebijakan yang tepat guna menghindari menurunnya tingkat kecerdasan pada generasi tingkat mendatang. Karena itu perlu adanya upaya pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana pendidikan, terutama pendidikan dasar, agar minat masyarakat untuk bersekolah tetap tinggi.

  Sarana pendidikan SD/MI dan SLTP/MTs keberadaannya menyebar merata di tiap kecamatan,memiliki, seperti kecamatan: Trucuk, Kalikotes, Kebonarum, Manisrenggo, Ngawen, Tulung dan Kemalang.

B. Fasilitas Kesehatan

  Fasilitas kesehatan berupa RSUP/RS swasta di kabupaten Klaten seluruhnya berjumlah 10 unit. Kecamatan Klaten utara memiliki 3 RSUP, kecamatan Klaten Selatan memiliki 2 RSUP dan 1 RS swasta, sedangkan sisinya di kecamatan : Cawas, manisrenggo, Dlanggu dan Klaten Tengah. Puskesmas, Puskesmas Keliling dan posyandu keberaaannya tersebar di berbagai kecamatan (34 buah), Puskesmas Keliling (34 unit) dan Posyandu (2.149 buah). Selain itu juga terdapat fasilitas kesehatan lainnya yang tersebar di 26 Kecamatan sebagaimana terlihat pada Tabel

II.9.

  

Tabel II.9

Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Kecamatan RSUP RS Swasta RS. Jiwa Daerah BP-4 Puskesmas Puskesmas Keliling Posyandu

  1

  2

  22 Jatinom - - - -

  94

  2

  2

  21 Tulung - - - -

  96

  1

  1

  20 Karanganom - - - -

  93

  1

  94

  19 Polanharjo - - - -

  87

  1

  1

  18 Delanggu - 1 - -

  93

  2

  2

  17 Wonosari - - - -

  95

  1

  2

  23 Kemalang - - - -

  16 Juwiring - - - -

  26 Klaten Utara - 3 -

  Fasilitas peribadatan bagi umat Islam berupa masjid dan mushola tersebar disemua Kecamatan dengan jumlah masing – masing sebanyak 2.486 dan 1.770 buah. Selain masjid dan mushola, Gereja Kristen Prosestan juga tersebar disemua kecamatan sebanyak 92 buah. Gereja Kristen Katolik tidak sebesar Gereja Kristen Prostestan dan persebarannya tidak merata karena di Kecamatan Manisrenggo dan Klaten Selatan tidak terdapat Gereja Kristen Katolik. Jumlah total dari fasilitas ini adalah 68 buah.Fasilitas peribadatan bagi umat Hindu dan Budha beruap Pura dan Vihara di Kabupaten Klaten berjumlah 35 dan 4 buah. Perincian mengenai fasilitas peribadatan perkecamatan dapat dilihat pada Tabel II.10

   Fasilitas Peribadatan

  Sumber : Kabupaten Klaten dalam Angka 2007 C.

  34 34 2.149

  1

  1

  8

  1

  46 Jumlah

  1

  1

  59

  1

  1

  1

  25 Klaten Tengah - 1 -

  71

  1

  1

  1

  1

  1

  24 Klaten Selatan 1

  65

  1

  1

  91

  1 Prambanan - - - -

  1

  8 Kebonarum - - - -

  70

  1

  1

  7 Kalikotes - - - -

  2 2 108

  6 Trucuk - - - -

  2 2 115

  5 Cawas - 1 - -

  95

  1

  4 Bayat - - - -

  1

  89

  1

  1

  3 Wedi - - - -

  93

  1

  1

  2 Gantiwarno - - - -

  64

  2

  2

  1

  50

  1

  1

  1

  15 Karangdowo - - - -

  68

  1

  1

  14 Pedan - - - -

  93

  2

  2

  13 Ceper - - - -

  65

  1

  9 Jogonalan - - - -

  12 Ngawen - - - -

  79

  1

  1

  11 Karangnongko - - - -

  80

  1

  1

  10 Manisrenggo - 1 - -

  96

  2

  2

  

Tabel II. 10 Masyarakat Kabupaten Klaten adalah sekelompok masyarakat yang memiliki perilaku budaya masyarakat tertentu, dalam hal ini dapat diklasifikasikan dalam lingkungan Budaya Keraton/Negeri Gung. Hal ini sebagaimana tercantum dalam buku ” Wawasan Jati Diri dalam Pembangunan Daerah” karangan Bapak H. Ismail perilaku budaya masyarakat Jawa Tengah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu:

  4 Sumber : D. Adat Istiadat

  5 1 -

  22 Jatinom 117

  21 Tulung 165 13 - 4 - -

  1 3 - -

  13

  20 Karanganom 103

  1 1 -

  2

  9

  82

  19 Polanharjo

  1

  4

  14

  76

  18 Delanggu

  3 5 - -

  7

  17 Wonosari 101

  1 2 -

  3

  8

  16 Juwiring 118

  10

  4 2 -

  72 18 -

  7 11 -

  37

  92

  68

  Jumlah 525

  3 3 -

  2

  21

  97

  26 Klaten Utara

  2

  9

  23 Kemalang

  61

  25 Klaten Tengah

  6 3 -

  8

  10

  92

  24 Klaten Selatan

  1 1 -

  1

  2

  58

  4 6 -

  15 Karangdowo

  

Banyaknya Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Klaten Tahun 200

No Kecamatan Masjid Mushola Gereja Katholik Gereja Kristen Prostestan Pura Vihara

  2

  7 Kalikotes

  6 Trucuk 146 101 - 6 - -

  5 4 - -

  63

  5 Cawas 126

  2 1 -

  1

  26

  4 Bayat 133

  2 2 -

  1

  8 Kebonarum

  3 Wedi 131

  3 3 -

  3

  5

  76

  2 Gantiwarno

  2

  25 8 - -

  94

  1 Prambanan

  74 6 - 1 - -

  36

  1 9 -2 -

  4 4 -

  30

  82

  14 Pedan

  3 1 -

  1

  18

  13 Ceper 102

  2 2 - -

  47

  12 Ngawen 106

  4

  11

  30

  69

  11 Karangnongko

  2 1 -

  86 7 -

  10 Manisrenggo

  8 5 - -

  7

  9 Jogonalan 100

  1 4 -

  1

  • Lingkungan Budaya pesisir
  • Lingkungan Budaya Bagelan – Banyumas - Lingkungan Budaya Keraton/Negeri Gung

  Ditinjau dari kedudukannya Kabupaten Klaten terletak di antara dua kota budaya yaitu Kota Surakarta dan Yogyakarta. Budaya Jawa khususnya Budaya Solo banyak mempengaruhi tata cara, perilaku kehidupan sehari – hari dan kegiatan sosial masyarakat di Kabupaten Klaten, karena dulunya merupakan daerah Swapraja Kasunanan Surakarta, sehingga termasuk dalam lingkup budaya Kraton/Negeri Gung. Sampai saat ini masih terlihat hubungan budaya antara Kabupaten Klaten dengan Kasunanan Surakarta berupa Pesanggrahan di Deles.

  Karakter masyarakat yang termasuk lingkup budaya tersebut mempunyai prinsip dengan ” Laku” dan ”Tirakat ” akan memperoleh kesuksesan hidup, sebab mereka percaya bahwa ada kekuatan gaib di atas kekuatan manusia.

  Masyarakat ini selain mempunyai watak demikian juga dikenal karena jiwa wiraswastanya, baik laki – laki maupun wanitanya, misalnya jiwa wiraswastanya masyarakat Laweyan, ternentuk sejak Panembahan Senopati yang perkembangannya telah melaksanakan hubungan dagang ”konvensional” dengan daerah sekitar (kecamatan – kecamatan) di Kabupaten Klaten seperti Pedan, Jatinom, Ceper, Delanggu sehingga di Klaten terlihat perkembangan industri kerajinan payung di Kecamatan Juwiring, kerajinan Lurik di Kecamatan Pedan, konveksi di Kecamatan Wedi dan didirikannya KOPIKRA (Koperasi Industri Kerajinan Rakyat).

  Tetapi pada umumnya mereka telah puas dengan usaha yang telah dikembangkannya, maka dari itu sulit bagi mereka untuk mengembangkan usahanya agar menjadi besar. Pengusaha yang sekarang relatif berkembang dan masih aktif, terdiri dari jaringan yan sebetulnya juga bersumber dari satu rumpun. Keberhasilan dari seorang anak pengusaha bukan karena darah pengusaha yang dimiliki, melainkan karena lingkungan yang dihayatinnya sejak kecil.

  Upacara – upacara tradisional yang diselenggarakan di Kabupaten Klaten merupakan pencampuran dari budaya Jawa (tradisional) dengan ajaran agama Islam. Upacara tersebut dari budaya Jawa (tradisional) dengan ajaran agama Islam. Upacara tersebut diselenggarakan dengan dasar bulan – bulan Jawa, beberapa jenis upacara yang masih rutin dilaksanakan sampai saat ini adalah : o

  Upacara tradisional syawalan Ruwahan dilaksanakan di Paseban Kecamatan Bayat tiap 27 Ruwah. o

  Upacara tradisional Tanjung sari dilaksanakan di Dlimas kecamatan ceper tiap bulan syura. o Upacara tradisional Syawalan dilaksanakan di Desa Jimbong Kecamatan Kalikotes, tiap bulan Sapar. o

  Upacara Syawalan Yoqowiyu di Masjid Besar Kecamatan Jatinom setiap bulan Sapar.

2.1.5 Kelembagaan Pembangunan

  Bupati Klaten merupakan penanggung jawab utama dari seluruh lembaga pembangunan yang ada. Dalam menjalakan tugasnya, Bupati Klaten dibantu oleh

  • – Lembaga lembaga Pemerintahan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan/Pengendalian.

  A.

   Lembaga Pemerintahan.

  Dalam Pelaksanaan urusan pemerintahan, Bupati dibantu oleh Sekretaris Wilayah Daerah yang membawai 3 (tiga) orang asisten, yaitu Asisten I, II, dan III serta 9 orang kepala bagian.

  Asisten I membawahi beberapa Bagian, yaitu: o Bagian pemerintahan o Bagian Hukum dan Organisasi

  Asisten II membawahi: o Bagian Pembangunan o Bagian Perekonomian o Bagian Sosial

  Asisten III membawahi: o Bagian Umum o Bagian Perlengkapan o Bagian Keuangan o Bagian Kepegawaian Dalam menjalankan tugasnya, Bupati Kepala Daerah mendapat pengawasan oleh wakil-wakil rakyat yang duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

  Kabupaten Klaten.

  Dalam tugas sehari-hari DPRD dibantu oleh Lembaga Kesekertariatan DPRD yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Wilayah Daerah. Urusan pekerjaan yang bersifat teknis, Bupati juga dibantu oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, Badan Perencanaan Daerah ( Bappeda) dan Dinas Pendapatan Daerah ( Dipenda). Sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis sektoal, Bupati mengadakan koordiasi dengan sektor-sektor yang bersangkutan.

B. Lembaga Perencanaan

  Sebagai lembaga perencanaan pembangunan dim kabupaten Klaten adalah Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Klaten, Lembaga atau Badan ini beranggung jawab kepada Bupati Kepala Klaten. Tugas dari Bapeda adalah:

  1. Menyusun Program Pembangunan Daerah.

  2. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

  3. Melakukan koordinasi dan mengadakan penelitian-penelitian untuk kepentingan perencanaan pembangunan wilayah.

  4. Mengikuti persiapan dan Pengembangan pelaksanaan rencana pembangunan didaerah.

  5. Mengadakan koordinasi yang berkaitan dengan pembangunan wilayah.

  6. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang sesuai dengan petunjuk dari Bupati Kepala Daerah Kabupaten Klaten.

  7. Memonitor pelaksanaan Pembangunan di daerahnya.

  C. Lembaga Pelaksanaan Pembangunan

  Sebagai lembaga pelaksana teknis, yaitu di Kabupaten Klaten. Bidang yang ditangani oleh DPUK adlah bidang-bidang yag sudah ditetapkan. Yaitu dalam pekerjaan umum meliputi: o

  Pembangunan jalan dan jembatan o Pembangunan gedung o Pembangunan drainase/sanitasi Sedangkan pekerjaan – pekerjaan lainnya yang bersifat khusus ditangani oleh dinas/instansi sektoral.

  D. Lembaga Pengendalian dan Pengawasan

  Untuk pekerjaan – pekerjaan pembangunan yang bersifat khusus, pengenalian dan pengawasannya ditangani oleh bidang/sektor – sektor masing-masing, namun untuk bidang yang bersifat umum dan melibatkan banyak kepentingan, dalam pengendaliannya dilibatkan beberapa dinas/instansi terkait.

  Bentuk pengendalian dan pengawasan ini dapat berupa keterkaitan prosedur pembangunan atau dalam bentuk koordinasi antar dinas atau sektor. Sebagai contoh untuk proses mendirikan bangunan gedung, maka akan melibatkan dinas pengendali DPUK sebagai pengendali konstruksi, Bapeda sebagai pengendali tata ruang dan BPN sebagai pengendali peruntukan ruang. Contoh pengendalian yang berbentuk koordinasi adalah pembangunan jaringan air bersih yang dikelola oleh PDAM, karena bersinggungan dengan kepentingan jalan, maka dalam pembangunannya mengadakan koordinasi dengan DPUK.

2.2 Kondisi Prasarana Bidang Cipta Karya

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

  Kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Klaten dapat dipenuhi melalui jaringan perpipaan dari PDAM dan sumber air tanah. Hal ini mengingat potensi sumber air yang cukup besar yang ada di wilayah Kabupaten Klaten dan kabupatenKlaten merupakan dataran menengah yang menjadi daerah munculnya mata air dan perlintasan air tanah. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam penyediaan kebutuhan air yang layak melalui jaringan PDAM dibeberapa Kota.

  Untuk air bersih juga mengalami peningkatan untuk kapasitas produksi sedangkan jumlah produksi yang terjual justru menurun. Kapasitas produksi mengalami kenaikan sebesar 0,97 persen. Adapun jumlah produksi ada penurunan sebesar 0,52 persen. Sedangkan untuk produksi yang hilang mengalami kenaikan sebesar 4,13 persen. Untuk lebih jelasnya mengenai kapasitas dan produksi air minum yang terjual di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

  

Tabel II.1

Kapasitas dan Produksi Air Minum yang terjual di Kabupaten Klaten Tahun

2005-2008

  Jumlah Kapasitas Produksi Produksi Jumlah Tahun Sumber Produksi Terjual yang Hilang Produksi

  2008 11 8.695.210 6.583.306 1.810.455 8.400.168 2007 10 8.011.304 6.520.107 1.308.936 7.829.043 2006 10 7.934.243 6.504.454 1.365.327 7.869.781 2005 10 8.299.477 6.994.237 1.183.858 8.178.095

  Sumber :

  Permasalahan yang saat ini perlu dicermati adalah : a. Masih rendahnya kapasitas SDM maupun kelembagaan.

  b. Mindset penyelenggaraan, tugas, dan kewenangan dalam pelayanan air minum masih harus dirubah. c. Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM sehingga peran pembinaan pengembangan SPAM menjadi sangat lemah.

  2.2.2 Sub Bidang Sampah

  Pada saat ini penanganan persampahan di Kabupaten Klaten dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) hanya terbatas pada kawasan Kota Klaten, sedangkan untuk kawasan di luar kota pengelolaan persampahan pada umumnya dikelola sendiri oleh penduduk setempat dengan cara ditibun maupun dibakar. Adapun sarana pengumpilan sampah yang tersedia saat ini berupa:

  18 truk sampah

  72 TPS 1 truk kontainer

  2 TPA 5 kontainer 2 truk tinja 114 gerobak sampah 2 transfer depo

  Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) mampu mengangkut sampah 160 m3 ( 92,48%) dari total produksi sampah 173 m3 per hari. Daya angkut yang cukup tinggi ini, menunjukkan bahwa timbunan sampah yang ada sudah dapat terangkut ke TPS maupun TPA. Sedangkan jika dilihat dari timbunan jenis sampah, maka jenis timbunan sampah terbesar adalah sampah organik yaitu sebesar 68,90% dari total volume timbunan sampah dan yang terkecil adalah jenis sampah karet dan kulit tiruan sebesar 0,26%. Permasalahan yang saat ini perlu dicermati antara lain:

  a. Antisipasi terhadap sampah perkotaan pada kota-kota kecamatan akan sangat berarti bagi pencegahan terjadinya genangan akibat terganggunnya sistem drainase kewilayahan oleh sampah.

  b. Sistem pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat (komposting), perlu digalakkan pada kawasan permukiman. Sehingga sinergis dengan upaya pengendalian pelestarian lahan pertanian.

  c. Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah perkapita meningkat).

  d. Belum optimalnya manajemen persampahan.

  2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

  IPLT Kota Klaten terletak dibagian tengah Kota Klaten, tepatnya di Desa Jomboran, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten. IPLT yang mempunyai luas lahan + 1,05 Ha ini menempati area persawahan. Lingkungan pemukiman terdekat dari lokasi IPLT sekitar 500 m. Lokasi IPLT dengan jalan raya Jombor dihubungkan dengan jalan sepanjang + 5 km.

  Topografi daerah IPLT berdasarkan data yang diperoleh dilapangan termasuk daerah datar dengan ketinggian sekitar 140 m diatas permukaan laut. Lokasi IPLT memiliki kemiringan sebesar 3% ke arah timur.

  Wilayah pelayanan IPLT Kabupaten Klaten saat ini mencakup Kota Klaten dan sekitarnya dengan tingkat pelayanan sekitar 46% dari total jumlah penduduk Kota Klaten (Dinas Kebersihan dan Pertamanan,2008).

  Secara umum pelayanan truk tinja di Kabupaten Klaten adalah pelayanan langsung, yakni pelayanan berdasarkan permintaan dari masyarakat. Tingkat pelayanan dari truk tinja sendiri sebesar 99 ritasi atau sekitar 20 kali dalam sebulan (dari januari hingga mei tahun 2008). Pelayanan truk tinja ini sudah mencapai lingkup luar kota Kabupaten Klaten, diantaranya Kecamatan Wedi, Kecamatan Dlanggu, dan Kecamatan Bayat. Pelayanan dari armada truk tinja ini tidak seperti pelayanan persampahan. Pelayanan truk tinja tersebut bersifat langsung, yang artinya apabila ada penduduk yang membutuhkan, maka truk tinja tersebut akan melayani.

  Pelayanan IPLT menyangkut penyedotan septic tank degan menggunakan truk pengangkut tinja yang berupa truk vakum untuk kemudian dibawa ke IPLT Kota Klaten dan Pengolahan lumpur tinja di IPLT tersebut. Namun saat ini untuk pengelohan lumpur tinja tidak berfungsi.

  Lembaga yang menangani langsung pengelolaan IPLT Kabupaten Klaten adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Seksi Oprasional Kebersihan dan Ketertiban. Sedangkan untuk penanganan lumpur tinja selama ini hanya mengandalkan 2 supir pengangkut dan 1 penjaga serta penerima limbah tinja di IPLT. Sehingga belum teerdapat kinerja yang lebih terorganisir terhadap pengelolaan IPLT di Kabupaten Klaten.

  Sesuai dengan konsep manajemen, tugas untuk masing-masing seksi harus terpisah antara perencanaan, pengendalian dan pelaksanaan. Dari struktur organisasi kelembagaan pada dinas terkait pembagian tugas hanya sebatas kewenangan kelembagaan secara umum saja, belum terdapat struktur organisasi yang tepat baik disesuaikan dengan tugas dan kewenangannya maupun dengan kebutuhan untuk pengelolaan IPLT.

  Pengelolaan lumpur tinja juga memerlukan biaya untuk pemeliharaan sarana prasarana penunjang dan juga untuk biaya oprasional dan biaya pengolahan dari lumpur tinja itu sendiri. Di Kabupaten Klaten sendiri pengaturan mengenai retribusi yang meliputi besarnya tarif dan tata cara pemungutannya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 15 Tahun 2000 tentang Retribusi Penyedotan Kakus. Perda Kabupaten Klaten No. 15 Tahun 2000 juga dijadikan sebagai landasan dalam menentukan tarif retribusi untuk penyedotan tunja.

  Struktur dan besarnya tarif pelayanan penyedotan kakus atau jamban dan pembuangan menurut Perda Kab. Klaten No. 15 Tahun 2000 sebagai berikut: a. Struktur tarif digolongankan berdasarkan lokasi/wilayah penyedotan.

  b. Besarnya Tarif: Luar Kota : Rp. 85.000,00 Dalam Kota : Rp.75.000,00 Sedangkan struktur dan besarnya tarif pelayanan penyedotan kakus atau jamban dan pembuangan berdasarkan kondisi saat ini sebagai berikut : a. Struktur tarif digolongkan berdasarkan lokasi/wilayah.