BAB II - DOCRPIJM 1483068261BAB II PROFIL

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

BAB II PROFIL KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Pada bagian ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten Hulu Sungai Tengah seperti batas

  administrasi wilayah, potensi wilayah, demografi, urbanisasigeografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, kondisi sosial dan ekonomi wilayah serta isu strategis Kabupaten/ Kota.

  Pengkajian fenomena pembangunan daerah sebagai bahan rumusan kebijakan pembangunan, data dan informasi terkait geografi dan demografi wilayah menjadi landasan dan dasar kajian yang penting. Aspek geografi dalam perencanaan pembangunan daerah memiliki sisi

  strategis, utamanya dalam memberikan dukungan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap

  pelaksanaan pembangunan daerah. Penjabaran aspek geografi memberikan gambaran utuh bagaimana karakteristik wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam kaitannya dengan luas dan batasan wilayah, letak geografis, topografi, hingga penggunaan lahan dalam pembangunan daerah. Selain itu, akan dilihat pula berbagai potensi pengembangan wilayah seperti yang telah diuraikan dalam perencanaan tata ruang wilayah hingga identifikasi wilayah rawan bencana.

  Aspek demografi dalam pembangunan daerah memberikan ukuran, struktur, maupun

  distribusi/persebaran penduduk baik secara series maupun kewilayahan. Analisis aspek demografi

  ini menjadi penting mengingat pelaksana utama pembangunan sekaligus obyek pembangunan adalah penduduk, sehingga keterkaitan antara demografi dengan aspek-aspek lain menjadi perlu untuk diperhatikan secara seksama utamanya dalam partisipasi sumberdaya manusia dalam pencapaian pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

  • Sebelah Utara : Kab. Balangan -
  • Sebelah Selatan : Kab. Hulu Sungai Selatan -

  11

  9 Jumlah 1472,59 100,00 8 161 Sumber : Bappeda dan BPS Hulu Sungai Tengah Tahun 2015

  14

  10 Batang Alai Utara

70 4,75 -

  21

  9 Pandawan 144,24 9,79 -

  16

  8 Labuan Amas Utara 162,4 11,02 -

  17

  1

  7 Labuan Amas Selatan 86,54 5,87

  12

  6

  6 Barabai 54,57 3,70

  5 Batang Alai Timur 247,94 16,83 -

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  18

  1

  4 Batang Alai Selatan 189,8 12,88

  12

  3 Hantakan 191,98 13,03 -

  14

  2 Batu Benawa

99 6,72 -

  18

  1 Haruyan 148,63 10.09 -

Tabel 2.1 Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah No Kecamatan Luas (Km2) % Jumlah Kelurahan Jumlah Desa

  Sebelah Barat : Kab. Hulu Sungai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 11 kecamatan, 8 kelurahan dan 161 desa. Adapun luas masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

  Sebelah Timur : Kab. Kotabaru

  Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dengan luas wilayah 1.770,80 Km2 atau 177.080 Ha, atau 4,57 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan kabupaten terkecil ke-4 dari 13 kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Barabai. Jarak ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan ibu kota Provinsi Kalimantan Banjarmasin sejauh ± 165 kilometer. Letak geografis Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada pada 2°27’5.213” - 2°46’54.559” Lintang Selatan dan 115°8’ 56.965” - 115°53’ 32.520” Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki batas wilayah sebagai berikut :

  2.1. GAMBARAN ADMINISTRATIF WILAYAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

11 Limpasu 77,49 5,26 -

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah bila mengikuti pembagian satuan fisiografi secara regional, maka termasuk dalam satuan dataran rendah Kalimantan Bagian Tengah (Central

  Kalimantan Lowlands), dan Pegunungan Meratus (Meratus Mountain). Dataran rendah

  Kalimantan bagian tengah ini, secara subregional terbagi menjadi Satuan Rawa Barito (Barito

  Swamplands), Dataran dan Lereng Perbukitan Pegunungan Meratus (The Interior Plains and Foothills).

  Sumber: RKP-KP, KAB. HST, 2015

  Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Hulu Sungai Tengah

2.2. POTENSI WILAYAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

  Pembangunan daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki berbagai pendukung pencapaian tujuan pembangunan seperti kebijakan spasial yang berfokus pada pengembangan potensi setiap daerah. Berdasarkan deskripsi wilayah pada masing-masing daerah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah diidentifikasi memiliki berbagai potensi sumberdaya untuk dikembangkan sebagai

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  kawasan strategis pembangunan yang terencana dan terpadu dalam rumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

  Dalam realisasi pelaksanaan pembangunan, berbagai rencana kawasan strategis telah disusun sebagai penunjang maupun motor utama pembangunan. Kawasan Strategis Provinsi di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang terdapat di provinsi adalah berupa kawasan

  strategis provinsi sesuai fungsi dan daya dukung lingkungan hidupnya. Adapun Kawasan Strategis

  Kabupaten Hulu Sungai Tengah diantaranya kawasan strategis kabupaten sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis kabupaten sosial budaya, dan kawasan strategis kabupaten sesuai fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2011-2031 Kawasan Sudut Kepentingan Lokasi Strategis

  Provinsi Kepentingan fungsi dan Kawasan Pegunungan Kecamatan Hantakan; daya dukung lingkungan Meratus Kecamatan Haruyan; hidup

  Kecamatan Batang Alai Timur; Kecamatan Limpasu; dan Kecamatan Batu Benawa

  Kabupaten Kepentingan Perkotaan Barabai sebagai ibukota kabupaten pertumbuhan ekonomi Kawasan agropolitan Kawasan Banua Kupang di kecamatan Labuan Amas Utara Sub terminal agribisnis di Kecamatan Barabai Desa Cukan Lipai di Kecamatan Batang Alai Kawasan Kelurahan Barabai Timur dan pergudangan Desa Mandingin Kecamatan Barabai

  Desa Kapar dan Desa Kias kecamatan Batang Alai Selatan;

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Kawasan Sudut Kepentingan Lokasi Strategis Desa Sungai Rangas Kecamatan Labuan Amas Selatan Desa Matang Ginalun Kecamatan Pandawan. Kawasan terminal Kelurahan Pantai Hambawang Pantai Hambawang Barat kecamatan Labuan

  Amas Selatan Kawasan strategis ekonomi jalan lingkar barat ruas walangsi- kapar Kawasan perkebunan Kecamatan Batang Alai karet Selatan Kecamatan Hantakan

  Kecamatan Batang Alai Timur Kecamatan Limpasu

Kepentingan Sosial Makam Pahlawan Divisi IV ALRI berada di Desa Birayang

Budaya Surapati Kecamatan Batang Alai Selatan

  Mesjid Karamat Pelajau di desa Pelajau kecamatan Pandawan Mesjid Karamat Desa Jatuh kecamatan Pandawan Makam Wali Katum di desa Tabudarat Hulu kecamatan Labuan Amas Selatan Makam Tumenggung Jayapati di desa Abung kecamatan Limpasu

Fungsi dan daya dukung Kawasan Rehabilitasi Lingkungan Hidup meliputi Hutan

lingkungan hidup Lindung Meratus Kecamatan Batang Alai Timur

  Sumber: RTRW Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2011-2031

   Potensi wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang merupakan kekuatan dalam pengembangan wilayah dapat dilihat dari aspek fisik sebagai berikut. Secara morfologi dan kondisi topografi, wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berpotensi dikembangkan untuk kawasan budidaya adalah wilayah bagian tengah (dataran sedang) dan bagian hilir (sebagian dataran rendah) Kab. Hulu Sungai Tengah. Begitu pula secara geologis dan jenis tanahnya, kedua wilayah ini layak dikembangkan sebagai kawasan budidaya.

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

   Berdasarkan hasil analisis jenis tanah, wilayah yang cocok dikembangkan untuk kawasan pertanian lahan basah adalah di wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara, Labuan Amas Selatan, Pandawan dan Batang Alai Selatan. Untuk kawasan tanaman pertanian lahan kering sayuran, buah-buahan, dan tanaman tahunan atau perkebunan, cocok dikembangkan di wilayah Kecamatan Pandawan, Haruyan, Hantakan, Batang Alai Utara, Limpasu, Batu Benawa, Batang Alai Selatan dan Batang Alai Timur. Sedangkan wilayah Kecamatan Barabai dan Pandawan cocok untuk kawasan perumahan dan permukiman.

   Keadaan Curah Hujan di Kab. Hulu Sungai Tengah berpotensi untuk perkembangan pertanian budidaya lahan basah. Wilayah yang memiliki tingkat ketersediaan air yang cukup untuk kegiatan pengairan pertanian adalah Kecamatan Batang Alai Timur, Batang Alai Utara, Labuan Amas Utara dan Labuan Amas Selatan. Sumber air utama adalah air permukaan dari Sungai Batang Alai dan Sungai Barabai. Hal ini dikarenakan daerah ini berdekatan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS).

   Berdasarkan pembobotan nilai kemampuan lahan, kecamatan yang memiliki nilai yang besar dan mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah Kecamatan Pandawan dan Barabai. Kecamatan yang cukup (sedang) mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah Haruyan, Batu Benawa, Hantakan, Batang Alai Selatan, Labuan Amas Selatan, Labuan Amas Utara, Batang Alai Utara dan Limpasu. Sedangkan kecamatan yang kurang mampu dikembangkan menjadi kawasan perkotaan adalah kecamatan Batang Alai Timur. Masih luasnya lahan “tidur”, memungkinkan untuk pengembangan pemanfaatan lahan

   menjadi lahan yang lebih bermanfaat, seperti lahan komersial.  Sektor pariwisata di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terus dikelola dengan baik dimana capaian jumlah kunjungan wisatawan mulai meningkat meskipun sempat mengalami

  fluktuatif. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Hulu Sungai Tengah mencapai 52.209 wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

  Meskipun angka ini menurun dari tahun sebelumnya, tetapi secara umum peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung menjadikan program dan kegiatan yang telah ada perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kualitas maupun optimalisasi pelaksanaannya. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dapat terlihat pada gambar berikut.

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Gambar 2.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014

  Sumber: RKPD Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 2016

   Beberapa wilayah potensial dikembangan kegiatan wisata alam dan binaan, antara lain di wilayah : Kecamatan Batang Alai Timur potensi wisata alam adalah Goa Sulingan, Sumber

  • Air Panas dan Air Terjun dan keindahan alam pegunungan Meratus. Kecamatan Hantakan potensi wisata alam adalah keindahan alamnya
  • (Pegunungan Meratus), Sumber Air Panas, Wanawisata dan Air Terjun. Kecamatan Limpasu potensi wilayah alam adalah keindahan Gunung Titi.
  • Kecamatan Batu Benawa potensi wisata alam adalah keindahan alam, antara lain
  • Pagat, Goa Liang Hadangan dan wisata kuliner. Kecamatan Haruyan potensi wisata alam adalah keindahan alam Lok Laga Ria dan
  • Desa wisata Barikin. Kecamatan Labuan Amas Utara potensi wisata religius adalah Pesantren Ibnul - Amin Pemangkih. Kecamatan Pandawan potensi wisata religius adalah Masjid Keramat Pelajau,
  • Mesjid Al- A’la Jatuh.

  Kota Barabai potensi wisata religius adalah Masjid Agung Riadus Shalihin, festival

  • Hadrah, Habsyi dan wisata kuliner.

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI

  Salah satu aspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan wilayah/kota adalah sumber daya manusia (SDM). Kajian diarahkan ke identifikasi potensi dan permasalahan sumber daya manusia di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada Kajian ini akan dijelaskan jumlah, kepadatan, penyebaran penduduk, laju pertumbuhan penduduk di berbagai wilayah dan kemampuan atau kemudahan penduduk mengakses berbagai fasilitas pelayanan sosial.

A. JUMLAH PENDUDUK

  Jumlah penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, meskipun secara agregrat pertumbuhan penduduknya belum cukup tinggi. Berdasarkan hasil proyeksi kependudukan, jumlah penduduk Hulu Sungai Tengah tahun 2014 mencapai 257.107 jiwa, dimana pada lima tahun sebelumnya sebanyak 240.460 jiwa. Dalam kurun waktu lima tahun, Kabupaten Hulu Sungai tengah hanya mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 16.647 jiwa atau meningkat sebanyak 6,92% saja. Fenomena ini harus mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah utamanya dalam rangka meningkatkan daya tarik wilayah agar semakin tinggi migrasi masuk. Perkembangan jumlah penduduk dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2010-2014

  Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Tengah

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Sebagian besar penduduk menghuni wilayah Kecamatan Barabai dimana jumlah penduduk

  2

  mencapai 56.740 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.040 jiwa per km . Selain itu, jumlah penduduk secara agregrat sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan (128.643 jiwa) dengan nilai sex ratio sebesar 99,86 yang menunjukan diantara 100 penduduk laki-laki terdapat 99- 100 penduduk perempuan, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2014

  

Penduduk

Luas Sex Kepadatan Kab/Kota No (Km2) Laki-laki Perempuan Total ratio Penduduk

  1 Haruyan 148,63 10.760 10.742 21.502 100,17 145

  2 Batu Benawa 99,00 9.605 9.667 19.272 99,36 195

  3 Hantakan 191,98 6.175 6.053 12.228 102,02

  64 Batang Alai 4 189,80 11.250 11.561 22.811 97,31 120 Selatan Batang Alai

  5 247,94 3.807 3.807 7.614 100,00

  31 Timur

  6 Barabai 54,57 28.424 28.316 56.740 100,38 1.040 Labuan Amas 7 86,54 13.462 14.091 27.553 95,54 318 Selatan

  Labuan Amas 8 162,40 14.656 14.161 28.817 103,50 177 Utara

  9 Pandawan 144,24 15.842 15.902 31.744 99,62 220 Batang Alai 10 70,00 9.120 9.110 18.230 100,11 260 Utara

11 Limpasu 77,49 5.363 5.233 10.596 102,48 137

  Jumlah 1.472,00 128.464 128.643 257.107 99,86 175 Sumber : BPS Kab. Hulu Selatan, 2014

   Persebaran Penduduk Secara kasat mata, sebenarnya persebaran penduduk di Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup merata. Namun jika dilihat kembali, terdapat gap yang cukup tinggi antara kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak (Kecamatan Barabai sebanyak 56.740 jiwa atau 22,07%) dengan kecamatan yang minim penduduk (Kecamatan Batang Alai Timur sebanyak 7.614 jiwa atau 2,96%). Sebagian besar penduduk tinggal di Kecamatan Barabai yang notabene merupakan ibukota kabupaten sekaligus pusat perekonomian wilayah. Selain itu, penduduk juga banyak tinggal di Kecamatan lain, seperti: Kecamatan Pandawan (12,35%), Kecamatan Labuan Amas Utara (11,21%) dan Labuan Amas Selatan (10,72%) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Ketimpangan distribusi penduduk ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah sebagai salah satu landasan pemerataan capaian pembangunan agar setiap wilayah memiliki daya tarik hunian penduduk.

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Gambar 2.4 Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014

  Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

   Piramida Penduduk (Analisa Struktur Umur)

  Piramida penduduk merupakan sebuah gambaran awal mengenai struktur umur penduduk, baik

  untuk dianalisis mengenai produktivitas umurnya maupun analisis keberhasilan program-program kependudukan selama ini, utamanya Keluarga Berencana. Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, terlihat bahwa struktur umur penduduk didominasi oleh kelompok umur muda dimana sebagian besar penduduk berada pada kelompok umur 10-14 tahun yang mencapai 24.764 jiwa dan kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 24.399 jiwa seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Piramida Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun 2014

  Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Dari piramida penduduk dapat terlihat beberapa kajian umum kependudukan mengingat

  pola struktur penduduk yang didominasi kelompok umur muda, kemudian kelompok umur

  dewasa (produktif) hingga akhirnya rendahnya penduduk kelompok umur tua. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk banyak melakukan migrasi ke luar daerah dimana terlihat pada usia sekolah/kuliah yang mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi penduduk dalam migrasi keluar cukup tinggi baik migrasi karena ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik maupun juga didorong oleh penduduk yang mencari pekerjaan di luar Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

   Jumlah Penduduk Miskin Kemiskinan merupakan suatu kondisi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimana hal ini merupakan sebuah permasalahan klasik dan

  kontinyu yang selalu ada dan berkembang di suatu wilayah. Oleh karena itu, tugas utama

  pemerintah terkait kemiskinan adalah berusaha meminimalisir dan memberdayakan masyarakat sehingga memiliki daya saing dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Indikator yang sangat nyata dalam melihat kemiskinan di suatu wilayah adalah tingkat kemiskinan yang menyatakan

  persentase penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2006 – 2014 Penduduk Miskin Tahun % Penurunan (org) (org)

  2006 24.881 10,39 - 2007 19,275 8,14 5.606 2008 17.151 7,12 2.124 2009 13.924 5,73 3.227

  2010 15.400 6,32 +1.476 2011 14.891 5,98 509 2012 14.195 5,68 696 2013 14.181 5,57

  14 2014 14.557 5,65 +376 Sumber: BPS Hulu Sungai Tengah

  Tingkat kemiskinan Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin sebanyak 14.181 jiwa dengan tingkat

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  kemiskinan mencapai 5,57 %. Meskipun terus mengalami penurunan, angka ini masih berada di atas rata-rata kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 4,77 % pada tahun 2013.  Proyeksi Jumlah Penduduk 20 Tahun Mendatang Analisis proyeksi kependudukan terdiri dari analisis jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, analisis kepadatan dan sebaran penduduk, analisis penduduk menurut kelompok umur.

   Analisis Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk Prediksi perkembangan jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam masa/kurun waktu perencanaan selama 20 tahun ke depan, didasarkan pada metode perhitungan yaitu metode linier. Dalam perhitungan penduduk yang dilakukan berpedoman pada jumlah dan perkembangan penduduk selama lima (5) tahun terakhir, yaitu data jumlah penduduk mulai tahun 2002 sampai dengan data penduduk tahun 2005. Pertumbuhan jumlah pada wilayah perencanaan tersebut dihasilkan dari jumlah perubahan penduduk secara alamiah (kelahiran dan kematian) dan perubahan penduduk akibat migrasi (penduduk yang datang dan penduduk yang pergi).

  Metode yang digunakan dalam perhitungan jumlah penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan, terlebih dahulu harus diketahui tingkat pertumbuhan rata-rata jumlah penduduk tahun akhir dengan jumlah penduduk tahun awal dibagi dengan selisih tahun. Sedangkan untuk pertambahan penduduk dengan menggunakan metode regresi linier sebagaimana dibahas di Bab-1, hasilnya adalah sebagai berikut. Jumlah penduduk pada lima (5) tahun pertama (tahun 2008) adalah 273.179 jiwa dan lima (5) tahun terakhir (tahun 2028 atau akhir tahun perencanaan) adalah 273.528 jiwa, lihat Tabel 2.5 dan Gambar 2. 6 di bawah ini.

Tabel 2.5 Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah 20 Tahun Mendatang No Kecamatan 2006 2009 2014 2019 2024 2029

  1 Haruyan 20.616 36.335 62.534 88.733 114.932 141.130

  2 Batu Benawa 18.858 20.489 23.206 25.924 28.641 31.359

  3 Batang Alai Selatan 21.747 23.492 26.399 29.307 32.214 35.122

  4 Barabai 49.080 54.074 62.396 70.719 79.041 87.364

  5 Labuan Amas Selatan 26.673 29.720 34.797 39.875 44.952 50.030

  6 Labuan Amas Utara 26.431 26.252 25.953 25.654 25.356 25.057

  7 Pandawan 29.836 33.080 38.486 43.892 49.299 54.705

  8 Batang Alai Utara 15.629 13.065 60.889 108.713 156.537 204.360

  9 Limpasu 9.772 10.011 10.410 10.809 11.208 11.606

  10 Hantakan 11.532 11.329 10.990 10.651 10.313 9.974

11 Batang Alai Timur 6.715 7.482 8.761 10.040 11.319 12.597

  2

  6 Haruyan Batu Benawa Batang Alai Selatan Barabai Labuan Amas Selatan Labuan Amas Utara Pandawan Batang Alai Utara Limpasu Hantakan Batang Alai Timur

  5

  4

  3

  2

  1

  50000 100000 150000 200000 250000

  2

  tersebut adalah sebagai berikut:

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  2 Kriteria yang dikeluarkan oleh NUDS

  Sungai Tengah terdapat kecamatan yang masuk ke dalam kategori perkotaan, yaitu Kecamatan Barabai dengan kepadatan penduduk sebesar 899 jiwa/km

  Study (NUDS) dapat diidentifikasi bahwa pada akhir tahun perencanaan (2028), di Kabupaten Hulu

  Berdasarkan hasil proyeksi, dengan mengacu pada kriteria National Urban Development

   Analisis Kepadatan Penduduk Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah selama 3 tahun terakhir rata- rata adalah 20 Jiwa/Ha. Hasil analisis tingkat kepadatan penduduk pada tahun proyeksi (2009 s/d 2029) menunjukkan peningkatan. Variasi kepadatan penduduk adalah sebagai berikut: penduduk paling tinggi pada tahun-tahun proyeksi adalah Kecamatan Haruyan dan Kecamatan Barabai sebesar 141.130 Jiwa/Ha dan 87.364 jiwa/Ha pada tahun akhir rencana tahun 2028. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah pada tahun-tahun proyeksi adalah Kecamatan Hantakan, sebesar 9.974 Jiwa/Ha.

Gambar 2.6 Grafik Proyeksi Penduduk Kabupaten Hulu Sungai Tengah

  

Jumlah 236.889 265.327 364.821 464.315 563.809 663.302

Sumber : Hasil Analisis, 2009

  No Kecamatan 2006 2009 2014 2019 2024 2029

  • Kepadatan penduduk perkotaan 25 jiwa/Ha = 2.500 jiwa/Km
    • –2.500 jiwa/Km

  • Kepadatan penduduk semi perkotaan 10-25 jiwa/Ha = 1.000
  • Kepadatan penduduk perdesaan dibawah 10 jiwa/Ha = 1.000 jiwa/Km2

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

   Analisis Penduduk Menurut Kelompok Umur Analisis komposisi penduduk menurut kelompok umur dibagi ke dalam kelompok umur produktif dan kelompok umur non-produktif. Kriteria penduduk pada kelompok produktif yaitu berada diantara umur 15 s/d 54 tahun, sedangkan penduduk pada kelompok umur 0-14 tahun dan di atas 55 tahun termasuk kelompok non-produktif. Perhitungan usia produktif dan non-produktif ini didasarkan atas jumlah perkembangan penduduk pada tiap-tiap kelompok umur yang ada di kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan. Hasilnya adalah 64,77 % penduduk usia non-produktif bergantung kepada 35,23 % penduduk usia produktif.

2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

   Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan transformasi kegiatan perekonomian dari primer ke sekunder dan tersier. Oleh karena itu, kajian terkait pembangunan perekonomian wilayah dapat memberikan gambaran utuh tentang kesejahteraan masyarakat sehingga perumusan kebijakan berbasis ekonomi makro maupun mikro dapat tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan.

  Indikator-indikator utama yang digunakan dalam menganalisis kesejahteraan dan perekonomian daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah antara lain: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), struktur perekonomian wilayah, Laju Pertumbuhan Ekonomi, laju inflasi hingga angka kemiskinan. Indikator-indikator ini nantinya menjadi salah satu dasar utama bagi perencanaan pembangunan, terutama dalam monitoring dan evaluasi berbagai kebijakan dalam menyukseskan program-program prioritas pembangunan nasional.

  a. Nilai Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan suatu indikator kinerja pembangunan perekonomian daerah yang menunjukkan suatu besaran atau nilai tambah bruto (kotor) dari keseluruhan barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di suatu regional yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi. PDRB Kabupaten Hulu Sungai Tengah menggambarkan kemampuan atau potensi ekonomi dan kinerja perekonomian daerah, baik dalam pengelolaan sumberdaya

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  manusia maupun sumberdaya alam. Kemampuan, potensi dan kinerja sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam mengembangkan perekonomian daerah sangat penting untuk dianalisis guna evaluasi, monitoring, hingga perencanaan pembangunan berbasis ekonomi.

  Pada penghitungan periode ini, metode penghitungan PDRB mengalami perubahan terkait tahun dasar dan metodologi penghitungannya. Rincian sektor lapangan usaha pada PDRB meningkat menjadi 17 kategori dimana sebelumnya hanya 9 sektor lapangan usaha. Peningkatan cakupan kategori ini juga menimbulkan efek berupa revisi dan penyempurnaan nilai PDRB pada lima tahun terakhir sehingga analisis periodik juga terbatas pada penghitungan dengan metode yang baru.

  Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, perkembangan nilai PDRB Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup signifikan, dimana pada tahun 2014 nilai PDRB mencapai 4,58 trilyun rupiah. Peningkatan nilai produk domestik daerah di seluruh sektor lapangan usaha menjadi pemicu utama pencapaian nilai PDRB, terutama pada sektor-sektor dominan pada struktur perekonomian daerah seperti kategori pertanian, kehutanan dan perikanan maupun kategori industri pengolahan. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012 – 2014 (Juta Rupiah) Kategori Lapangan Usaha 2012 2013* 2014**

  

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 962.866,9 1.046.436,6 1.159.132,9

B Pertambangan dan Penggalian 25.840,4 28.921,5 32.265,0

C Industri Pengolahan 569.513,3 604.349,5 688.268,3

D Pengadaan Listrik dan Gas 3.092,1 3.071,9 3.703,1

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

  Limbah dan Daur Ulang 17.808,3 19.423,8 22.216,5

F Konstruksi 306.784,3 335.585,3 399.831,0

G

  Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 354.985,5 399.298,7 472.760,5

H Transportasi dan Pergudangan 179.031,1 200.222,0 231.571,1

  I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 126.172,0 137.785,1 160.116,2

J Informasi dan Komunikasi 149.981,1 166.747,3 189.102,5

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Kategori Lapangan Usaha 2012 2013* 2014**

K Jasa Keuangan dan Asuransi 70.252,5 84.322,5 87.313,5

L Real Estat 121.936,6 135.948,9 153.856,1

  M,N Jasa Perusahaan 7.002,2 7.766,2 8.863,6 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan O

  373.480,5 428.647,0 513.949,9 dan Jaminan Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 244.388,4 271.607,5 312.880,9

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 65.519,8 74.698,2 83.785,8

  R,S,T,U Jasa Lainnya 48.711,2 51.569,3 60.681,2 Total 3.627.365,2 3.996.401,3 4.580.298,1 Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

  b. Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama dalam melihat pergerakan perekonomian daerah dimana kajian dan analisisnya dapat memberikan masukan yang signifikan bagi perumusan kebijakan perekonomian daerah. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro dalam melihat perkembangan perekonomian suatu daerah, sehingga keberhasilan pembangunan daerah secara umum dapat terukur. Oleh karena itulah, indikator ini dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan ke depannya, baik dengan melihat pertumbuhan ekonomi secara periodik maupun pertumbuhan ekonomi sektor lapangan usaha yang potensial.

  Pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam tiga tahun terakhir ini cukup baik dan stabil dimana pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 5,57 %. Pertumbuhan ekonomi wilayah berdasarkan tahun dasar 2010 ini didukung utamanya oleh pertumbuhan ekonomi sektoral utamanya sektor dominan dimana sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 3,11 % dan industri pengolahan mencapai 5,24 %. Selain itu, pertumbuhan tertinggi berada pada sektor pengadaan listrik dan gas dan pertumbuhan terendah berada pada sektor pertanian (meskipun sebagai sektor dominan). Pertumbuhan positif pada seluruh sektor lapangan usaha memberikan kontribusi dan harapan yang tinggi bagi peningkatan perekonomian daerah utamanya sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Tengah terlihat pada gambar berikut.

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Gambar 2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014

  7,00 6,00 5,98 5,91 5,57

  5,00 4,85

  4,00 3,84

  % 3,00 2,00 1,00 0,00

  

2010 2011 2012 2013 2014

Tahun

  Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

  Perkembangan persentase laju pertumbuhan ekonomi masing-masing lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012-2014 No Kategori 2012 2013* 2014**

  A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,59 5,00 3,11 B Pertambangan dan Penggalian 10,04 6,12 6,43 C Industri Pengolahan

  4,91 4,56 5,24 D Pengadaan Listrik dan Gas 9,68 4,63 11,28 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur E

  1,85 4,25 6,97 Ulang F Konstruksi

  5,65 5,05 6,54 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda G

  7,66 6,76 7,05 Motor H Transportasi dan Pergudangan 7,07 5,95 5,85

  I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,31 6,24 6,23 J Informasi dan Komunikasi 4,03 8,93 7,89 K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,42 14,68 6,62 L Real Estat

  6,68 6,37 6,89 M,N Jasa Perusahaan 6,71 6,41 5,11 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

  O 7,23 5,88 6,01 Wajib

  P Jasa Pendidikan 5,23 7,91 8,40 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,19 9,28 6,34

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  No Kategori 2012 2013* 2014** R,S,T,U Jasa Lainnya

  4,21 2,61 7,45 Total 4,85 5,91 5,57

  Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

   Data Pendapatan Per Kapita Dan Proporsi Penduduk Miskin PDRB merupakan suatu gambaran perekonomian makro suatu wilayah yang identik dengan peningkatan pembangunan perekonomian. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, dapat dilihat secara makro berdasarkan PDRB per kapita, yaitu gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh penduduk secara makro sehingga untuk analisis lebih lanjut diperlukan analisis ketimpangan pendapatan. Meskipun ukuran ini memiliki kelemahan karena perlakuan yang dibagi rata, namun setidak- tidaknya dapat memberikan gambaran awal perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro.

  Peningkatan PDRB per kapita di Kabupaten Hulu Sungai Tengah secara umum mengindikasikan bahwa selain peningkatan perekonomian makro, juga terjadi peningkatan perekonomian secara mikro yang diindikasikan melalui peningkatan angka PDRB per kapita yang cukup tajam. Pada tahun 2012, angka PDRB per kapita hanya sebesar Rp 14,45 juta, sedangkan pada tahun 2014 meningkat cukup tajam hingga mencapai Rp 17,81 juta seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Meskipun begitu, perlu adanya kajian lebih mendalam terkait pemerataan pendapatan hingga pengeluaran konsumsi masyarakat agar terlihat relevansi pemerataan kesejahteraan masyarakat secara riil.

Gambar 2.8 PDRB per Kapita (Juta Rupiah) Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2012 – 2014

  Sumber: Hulu Sungai Tengah dalam Angka, 2014

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Kemiskinan merupakan suatu kondisi masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimana hal ini merupakan sebuah permasalahan klasik dan

  kontinyu yang selalu ada dan berkembang di suatu wilayah. Oleh karena itu, tugas utama

  pemerintah terkait kemiskinan adalah berusaha meminimalisir dan memberdayakan masyarakat sehingga memiliki daya saing dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Indikator yang sangat nyata dalam melihat kemiskinan di suatu wilayah adalah tingkat kemiskinan yang menyatakan

  persentase penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk di wilayah tersebut. Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Perkembangan Penduduk Miskin Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2006 – 2013 Penduduk Miskin Tahun % Penurunan (org) (org)

  • 2006 24.881 10,39 2007 19,275 8,14 5.606 2008 17.151 7,12 2.124 2009 13.924 5,73 3.227 2010 15.400 6,32 +1.476 2011 14.891 5,98 509 2012 14.195 5,68 696 2013 14.181 5,57

  14 2014 14.557 5,65 +376 Sumber: BPS Hulu Sungai Tengah

  Tingkat kemiskinan Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin sebanyak 14.181 jiwa dengan tingkat kemiskinan mencapai 5,57 %. Meskipun terus mengalami penurunan, angka ini masih berada di atas rata-rata kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan yang mencapai 4,77 % pada tahun 2013.

   Kondisi Strategis Kabupaten Hulu Sungai Tengah A.

   Ketinggian

  Kondisi ketinggian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menurut kelas ketinggian dari permukaan laut yaitu, 50 m dpl m dpl, 50 - 300 m dpl, > 300 m dpl. Kelas ketinggian < 50 m dpl merupakan kelas ketinggian yang banyak terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan Tabel 2.11 mengenai luas kecamatan berdasarkan ketinggian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

  Laporan Akhir II | 20 RPIJM

  RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Gambar 2.9 Peta Kontur Kabupaten Hulu Sungai Tengah

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Tabel 2.9 Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Ketinggian No Ketinggian Luas (Ha) Kecamatan

  Haruyan, Hantakan, Labuan Amas selatan, Batu benawa, 1 < 50 m dpl 100.057,02 Labuan Amas Utara, Barabai, Batang Alai Selatan,

Pandawan, Batang Alai Timur

  2 50 – 300 m dpl 24.913,33 Hantakan dan Batang Alai Timur 3 > 300 m dpl 4.354,72 Hantakan dan Batang Alai Timur Sumber : Peta Ketinggian dan Peta Topografi

  Berdasarkan klasifikasi ketinggian, Kabupaten Hulu Sungai Tengah di dominasi oleh jenis lereng pedataran (< 50 m dpl), sedangkan untuk lereng perbukitan (> 300 m dpl).

B. Kemiringan Lahan

  Secara morfologi/kecuraman lereng, Kabupaten Hulu Sungai Tengah terbagi menjadi tiga kelas yaitu daerah berlereng 0-8%, 8-15%, dan 15 – 24%. Daerah yang dominan di wilayah Hulu Sungai Tengah memiliki kelerengan 0-8% dengan luas 290.024,38 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi kemiringan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat diuraikan sebagai berikut :

  Kemiringan 0

  • – 8% merupakan daerah dataran rendah, dengan luas 290.024,88 Ha - tersebar di Kecamatan Haruyan, Hantakan, Labuan Amas Selatan, Batu Benawa, Labuan Amas Utara, Barabai, batang Alai Selatan, Batang Alai Timur, Batang Alai Timur dan Limpasu. Kemiringan ini termasuk Sistem Lahan Bakuan (BKN). Sistem lahan bakuan ini merupakan dasar lembah antara perbukitan karena litologinya relatif datar (< 2%), satuan ini terdapat pada di sekitar perbukitan karena litologinya relatif lebih mudah mengalami hancuran iklim lalu selanjutnya terisi dengan bahan alluvium dari perbukitan sekitarnya. Satuan ini dalam klasifikasi bentuk lahan disebut dengan Dataran Sempit di Perbukitan (Interhil Miniplain). Drainasenya buruk dan resiko banjir tinggi dari banjir yang bersifat musiman. Kemiringan > 8 – 15% dengan luas 28.432,32 Ha tersebar di kecamatan Haruyan,
    • Hantakan, Batu Benawa, Batang Alai Selatan, Pandawan, Batang Alai Timur. Kemiringan ini termasuk Sistem Lahan Lawanguwang (LWW). Merupakan dataran berstruktur geologi lipatan yang telah mengalami denudasional sehingga struktur lipatan tersebut terplanasi dan relatif lahan umumnya termasuk Bergelombang (Undulating). Sistem lahan ini

  Laporan Akhir II | 21

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  sebenarnya di dalam wilayah rencana ini berbatasan dengan Dataran Aluvial. Litologi terdiri dari batuan sedimen yang terdiri dari perlapisan batuliat, lanau dan batupasir. Dalam Istilah yang lain sering satuan seperti ini dikatakan sebagai Dataran Denudasional. Kemiringan > 15

  • – 40% dengan luas 146,97 Ha tersebar di Kecamatan Batang Alai Timur. Kemiringan ini termasuk Sistem Lahan Teweh (TWH) dan Sistem Lahan Tewai Baru (TWB).TWH Merupakan daerah perbukitan lipatan yang terplanasi dengan relatif Berbukit Kecil (Hiiocky) dimana kemiringan lereng dominan berkisar antara 16
  • – 25%. Proses pembentukan satuan ini mirip seperti sistem LWW, tetapi karena sebaran batupasir (sandstone) lebih banyak dari pada di satuan LWW maka menyebabkan relatifnya lebih tinggi. Pola aliran sungai dendritik dan berdrainase tergolong baik. Menurut sistem klasifikasi bentuk lahan oleh Dessaunettes (1997), satuan ini termasuk dalam kelompok Perbukitan. Sistem Lahan Tewai Baru (TWB) Menurut sistem klasifikasi bentuk lahan oleh Dessaunettes (1977), satuan ini termasuk dalam kelompok Perbukitan. Merupakan daerah perbukitan lipatan dan patahan yang terplanasi dengan relatif Berbukit Kecil (Hillocky) dimana kemiringan lereng dominan berkisar antara
  • – 40%. Proses pembentukan lahan ini mirip seperti sistem lahan TWH, tetapi pola aliran sungai trelis dan berdrainase tergolong baik. Perbedaan pola aliran ini disebabkan dari segi struktur geomorfologi yang berbeda dimana pada sistem lahan TWB ini cukup banyak dijumpai hasil proses patahan- patahan dan pada bagian patahan/sesar inilah berkembang sungai pola trellis. Kondisi kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Tabel 2.10 Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Kemiringan No Ketinggian Luas (Ha) Sistem Lahan Kecamatan

  Haruyan, Hantakan, Labuan Amas Selatan, Batu Benawa, Labuan Amas Utara, Barabai, Batang Alai 1 – 8% 290.024,88 BKN (Bakuan) Selatan, Bata ng Alai Timur, Batang Alai Timur dan Limpasu Haruyan, Hantakan, Batu Benawa, Lawanguwang Batang Alai Selatan, Pandawan 2 > 8 – 15% 28.432,32

  (LWW) dan Batang Alai Timur Teweh (TWH) dan

  • – 40% 3 > 15 146,97 Batang Alai Timur Tewai Baru (TWB)

  Sumber : Peta Kemiringan dan Analisis RPJMD, 2014 Laporan Akhir II | 22

  Laporan Akhir II | 23 RPIJM

  RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

Gambar 2.10 Peta Kelerengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  C. Gambaran Geohidrologi

  Berdasarkan sistem DAS, sebagian besar Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada dalam wilayah sub-sub DAS Batang Alai yang merupakan sub-sub DAS dari sub DAS Negara dan DAS Barito sebagai daerah tangkapan air sebelah barat Pegunungan Meratus dan DAS Sampanahan sebagai daerah tangkapan air sebelah timur Pegunungan Meratus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.11

Tabel 2.11 Luas Kabupaten Hulu Sungai Tengah Menurut Kelas Kemiringan No DAS Sub DAS Sub – Sub DAS Luas (Ha)

  1 Barito Negara Balangan 13.990 Batang Alai 121.765 Amandit 3.520

2 Sampanahan - 37.800 -

  3 Manunggul - -

  5 Jumlah 177.080 Sumber : Peta Kemiringan dan Analisis RPJMD, 2014

  Sistem DAS yang akan berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya mempengaruhi sistem kegiatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Sub-Sub DAS Batang Alai. Sungai yang mengalir pada Sub-Sub DAS Batang Alai ini adalah Sungai Batang Alai dan Sungai Barabai. Kedua sungai ini merupakan sungai utama/terbesar yang berfungsi sebagai sumber air untuk pengairan, air minum dan kebutuhan air lainnya bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

  Air Sungai Batang Alai berasal dari arah Timur dan Utara ke arah Barat, yaitu dari kawasan hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Balangan kemudian mengalir ke sungai utama melalui wilayah Kecamatan Batang Alai Selatan (Birayang), Batang Alai Utara (Ilung), Kecamatan Pandawan (Kambat Utara

  • – Kayu Rabah) lalu bermuara ke daerah rawa wilayah Kecamatan Labuan Amas Utara (Sungai Buluh – Mantaas). Pada musim kemarau debit air Sungai Batang Alai mencapai 10,6 m3/detik dan pada musim kemarau hanya 4,2 m3/detik.

  Air Sungai Barabai mengalir dari Pegunungan Meratus di wilayah Kecamatan Hantakan melalui Kecamatan Batu Benawa dan melalui pusat Kota Barabai lalu bermuara daerah rawa Pahalatan - Danau Bangkau. Karena melalui Kota Barabai, maka aliran sungai ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat perkotaan Barabai, khususnya saat musim penghujan dimana

  Laporan Akhir II | 24

  RPIJM RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  aliran ini sering meluap dan penggenangi permukiman di Kota Barabai. Untuk mengurangi lama genangan banjir di wilayah Kota Barabai dibuat saluran yang memecah aliran Sungai Barabai di Pagat Kecamatan Batu Benawa menuju Sungai Pantai Hambawang Kecamatan Labuan Amas Selatan. Pada musim kemarau debit air Sungai Barabai lebih kecil dari Sungai Batang Alai, yaitu 6,2 m3/detik dan pada musim kemarau hanya 2,4 m3/detik.

  Selain kedua sungai tersebut, masih terdapat sungai yang tidak terlalu bersar tetapi sangat berperan penting bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Tengah terutama wilayah Kecamata Labuan Amas Selatan dan Kecamatan Haruyan, yaitu Sungai Haruyan yang mengalir dari Pegunungan Meratus melalui Ibu Kota Kecamatan Haruyan. Aliran sungai ini sering juga meluap dan menggenangi pemukiman di Haruyan dan beberapa desa lainnya.

  D. Gambaran Geologi

  Geologi Tata Lingkungan daerah perencanaan ini sesuai dengan posisinya yang tidak berada pada pertemuan lempeng tektonik (Tectonic Plate), maka kestabilan daerah secara geologi lebih didasarkan kepada struktur geologi saja, karena kegiatan vulkanis lebih sering terjadi pada daerah pertemuan lempeng tektonik. Berdasarkan peta Geologi diketahui bahwa pada daerah ini terdapat struktur lipatan dan patahan (baik horizontal maupun vertikal). Struktur patahan yang sangat menonjol keberadaannya saat ini terutama dijumpai pada daerah berbatuan batu gamping seperti yang ada di daerah Kecamatan Batu Benawa, Kecamatan Haruyan, dan Kecamatan Batang Alai Utara.