05 - Dani Sopian.pdf

  

PENGARUH UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN

MASA PERIKATAN AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LABA

(Studi Empiris Pada Bursa Efek Indonesia)

Dani Sopian

  

ABSTRAK

  Studi ini meneliti pengaruh ukuran KAP dan masa perikatan terhadap kualitas audit dan implikasinya pada kualitas laba emiten sektor manufaktur di Bursa Efek Indonesia untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena penyajian laporan keuangan khusus laba, bahwa kualitasnya ditentukan oleh faktor kualitas audit dan ukuran kap serta masa perikatan audit. Tujuan Penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris: (1) Pengaruh ukuran KAP dan masa perikatan audit baik secara simultan maupun parsiaal terhadap kualitas laba; dan (2) Pengaruh ukuran KAP, masa perikatan audit dan kualitas laba baik secara simultan maupun parsial terhadap kualitas laba. Penelitian ini menggunakan populasi emiten industri sektor manufaktur dari tahun 2007-2012. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dan menggunakan metode penelitian sensus. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur, untuk mengetahui hubungan kausal antara variabel eksogen dan endogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ukuran KAP dan masa perikatan audit secara simultan berpengaruh signipikan terhadap kualitas audit. (1.a) ukuran KAP berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kualitas audit. (1.b) masa perikaratan audit berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audi; (2) ukuran KAP, masa perikatan audit dan kualitas audit berpengaruh signifikan secar simultan terhadap kualitas laba; (2.a) ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba; (2.b) masa perikatan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kualitas; (2.c) kualitas audit berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kualitas laba.

  

Kata Kunci: ukuran kap,masa perikatan, kualitas audit dan Kualitas

  Laba

  Laporan keuangan merupakan media utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen. Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Dari beberapa informasi yang diperoleh di laporan keuangan, biasanya laba menjadi pusat perhatian pihak pemakai (Beattie et al. 1994). Untuk menjadi informasi yang berguna, laba harus berkualitas, selain kemampuannya sebagai alat prediksi dan variabilitas. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan, jika laba seperti itu digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Budiwitjaksono, 2005).

  Namun demikian, ekspektasi para pengambil keputusan maupun calon investor yang sedemikian percaya pada laporan keuangan khususnya informasi laba untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam berbagai pengambilan keputusan ekonomiknya terkadang tidak dapat terwujud. Pernyataan ini ditandai dengan adanya berbagai kasus penyajian laporan keuangan yang tidak semestinya.

  Ramalinga Raju mantan pemimpin Satyam Computer Services Ltd, awal tahun 2009 mengakui perbuatannya telah menggelembungkan nilai keuntungan perusahaan yang telah dilakukan selama beberapa tahun, selisih antara keuntungan yang sebenarnya dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan semakin lama semakin besar. Laporan keuangan yang diaudit mencantumkan kas dan bank sebesar Rupee 50,4 miliar atau setara dengan USD 1,04 miliar, yang sesungguhnya tidak ada atau fiktif. Auditor Satyam selama 8 tahun terakhir Price Waterhouse (PwC) India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak reliable, maka Institusi akuntan di India ICAI meminta PwC memberikan jawaban resmi terkait skandal Satyam. (http://koran.tempo.co/)

  Terjadinya kasus penyajian laporan keuangan yang tidak semestinya ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan yang merupakan kegagalan laporan keuangan di dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan keuangan. Laba yang diharapkan dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Kualitas laba khususnya dan kualitas laporan keuangan pada umumnya adalah penting bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan karena bermanfaat untuk tujuan kontrak dan pengambilan keputusan investasi (Schipper dan Vincent, 2003).

  Menurut Wattkins et, al (2004) kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk dapat mengurangi bias dan meningkatkan kemurnian pada data akuntansi, dalam kasus yang diuraikan diatas, audit atas laporan keuangan dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Big-4 yang merupakan empat kantor akuntan berskala internasional yang seharusnya dapat memberikan kualitas audit yang tinggi. Choi et, al (2010), menyatakan ada dua persepektif terkait bagaimana ukuran kantor akuntan publik dapat mempengaruhi kualitas audit. Pertama

  

economic dependence presepektive, KAP kecil (Non Big 4) cenderung

  berkrompromi terhadap kualitas audit, karena adanya ketergantungan ekonomi terhadap klien. Kedua uniform quality presepective, KAP besar (Big-4) memfasilitasi pembagian dan transper pengetahuan diantara kantor-kantor cabang (afiliasi) yang dimiliki sehingga mampu mencipatkan kualitas audit yang seragam baik pada pusat maupun cabang (afiliasi).

  Kualitas audit dapat diukur dari seberapa besar kekuatan dari auditor untuk membatasi gerak manajemen dalam melakukan manajemen laba. Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya dari manajemen perusahaan untuk mempengaruhi pelaporan keuangan jangka pendek (Schroeder et al. 2009). Disinilah peran auditor sebagai pihak yang mampu membatasi tindakan oportunis dari manajemen untuk melakukan manajemen laba. Salah satu indikator dalam menilai adanya manajemen laba adalah nilai dari akrual diskresioner, yakni komponen dalam akrual perusahaan yang berhubungan dengan maksud atau intensi dari manajemen. Pengaturan akrual jenis ini banyak dikaitkan dengan tujuan oportunis dari manajemen untuk maksimisasi kepentingan pribadi, sehingga manajemen dapat mengatur laba yang diinginkan dengan mengatur nilai akrual.

  Pada lingkungan pasar modal, laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan dan atau pelaku pasar serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung pengambilan keputusan, untuk menguji kualitas laba yang dilihat dari perspektif investor dalam merespon pengumuman laba. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melihat nilai dari earnings response coefficient (ERC).

  Laba yang dipublikasikan dapat memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap informasi laba (Cho dan Jung, 1991). Reaksi yang diberikan tergantung dari kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Budiwitjaksono, (2005) kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya earnings response coefficient (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas sedangkan laba yang tercermin dari rendahnya

  

earnings response coefficient (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan kurang

  atau tidak berkualitas. Dengan kata lain, laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon (power of response)..

  Dalam penelitian ini, studi empiris dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007-2012. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur dalam penelitian ini, dikarenakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan.

  Teori yang melandasi kerangka pemikiran penelitian ini terdiri dari grand

  

theory dan middle range theory. Grand theory yang melandasi yaitu positive

  dari Watts dan Zimmerman (1986) dan teori yang dijadikan

  accounting theory

middle range yaitu agency theory dari Jensen dan Meckling (1976). Positive

Accounting Theory merupakan teori akuntansi yang terdiri dari seperangkat prinsip

  atau konsep yang lebih luas yang dapat menjelaskan (to explain) atau memberi jawaban terhadap praktik akuntansi yang berlaku dan memprediksi (to predict) atau meramalkan fenomena-fenomena yang terjadi dimana akuntansi diterapkan guna penyusunan konstruksi dan verifikasi teori.

  Penelitian positive accounting theory dapat dikembangkan dengan menggunakan berbagai pendekatan di bidang akuntansi, salah satunya adalah

  

agency theory . Teori ini berawal dari teori perusahaan modern sebagaimana

  dikemukakan oleh Berle dan Means (1932) dalam Budiwitjaksono (2005) yang memisahkan antara kepemilikan (ownership) dan pengendalian (control). Ketika pengendalian perusahaan tidak lagi dilakukan oleh pemilik tetapi diserahkan kepada pihak lain untuk mengelola sumber daya perusahaan, maka permasalahan yang muncul adalah potensi konflik dalam hubungan antara pemilik (principals) dengan pengelola (agent).

  Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (prinsipal) menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agent. Konflik kepentingan akan muncul dari pendelegasian tugas yang diberikan kepada agent yaitu agent tidak dalam kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik, tetapi mempunyai kecenderungan untuk mengejar kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik. Hubungan kontraktual ini biasanya dilakukan dengan menggunakan angka-angka akuntansi yang dinyatakan dalam laporan keuangan sebagai dasarnya. Manajer sebagai agent yang melaksanakan pengambilan keputusan dalam perusahaan dan bertanggungjawab dalam penyiapan data akuntansi, akan mempengaruhi bagaimana praktik akuntansi dilaksanakan. Pengambilan keputusan biasanya didasarkan pada keinginannya (desires), kebutuhannya (needs) dan preferensinya (preferences).

  Potensi konflik yang terjadi dalam hubungan kontraktual antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan disebabkan oleh perbedaan tujuan masing-masing berdasarkan posisi dan kepentingannya. Konflik seperti ini muncul ketika principal kesulitan untuk memastikan bahwa agen bertindak yang terbaik untuk kepentingan (memaksimumkan kesejahteraan) principals, yaitu dengan munculya konflik kepentingan dan adanya asimetri informasi.

  Menurut Francis dan Wilson (1988)., Becker, et al. (1998)., Rahmawati dan Triatmoko (2007)., Chang et al. (2008), mereka mengemukakan bahwa dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara

  

principal dan agent. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani

  kepentingan pihak pemegang saham (principal) dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan perusahaan, laporan keuangan yang disajikan oleh agent perlu diaudit oleh auditor eksternal yang kompeten dan independen yang dapat menghasilkan audit yang berkualitas tinggi. Dengan demikian, dengan dilakukannya audit atas laporan keuangan diharapkan dapat mereduksi konflik kepetingan dan asimetri informasi (Messier, Glover & Prawitt. 2012).

  Laba yang dipublikasikan oleh perusahaan dapat memberikan respon yang bervariasi, yang menunjukkan adanya reaksi pasar terhadap informasi laba. Reaksi yang diberikan tergantung dari kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan, kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya

  

Earnings Response Coefficient (ERC), dimana Earnings Response Coefficient

  (ERC) adalah reaksi investor berdasarkan penilaian mereka mengenai presistensi laba berdasarkan informasi laba kejutan (Godfrey et al. 2010), sedangkan menurut Scott (2009) ERC mengukur sejauh mana pengembalian abnormal suatu sekuritas dalam merespon komponen laba yang tidak diprediksikan, tinggi rendahnya

  

Earnings Response Coefficient (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan

  berkualitas atau tidak berkualitas, dengan kata lain laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon (power of response) (Gideon S. Budiwitjaksono, 2005).

  Penelitian sebelumnya telah menggunakan Earnings Response Coefficient (ERC) sebagai ukuran kualitas laba antara lain, Balsam et al. (2003) dan Riyanto (2007) yang menunjukkan bahwa earning respons coefficient dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor dari ukuran kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut.

  Ketika audit yang dilaksanakan berkualitas tinggi, maka seharusnya mampu untuk membatasi peluang manajemen perusahaan untuk menyajikan informasi keuangan secara ekstrem. Pelaporan informasi keuangan secara ekstrem ini umumnya diidentifikasi melalui keberadaan akrual diskresioner (Myers et al., 2003). Menurut Geiger & Raghunandan (2002) yang menemukan bahwa tingkat akrual yang tinggi secara positif berhubungan dengan kegagalan audit, sehingga dengan demikian kualitas audit dapat ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi (Watkins et al., 2004).

  Ketika audit dilakukan oleh KAP besar yang bereputasi tinggi, maka KAP memiliki kemampuan ekonomi dan pengetahuan yang tinggi untuk mencegah tindakan oportunis dari manejemen. Menurut Choi et al., (2010) adai dua perspektif terkait bagaimana ukuran kantor audit dapat mempengaruhi kualitas audit, yakni perspektif pertama disebut perspektif ketergantungan ekonomis (economic

  

dependence perspective ). Kantor audit kecil cenderung berkompromi terhadap kualitas audit karena ketergantungan ekonomis terhadap klien tertentu. Kehilangan reputasi akibat kegagalan audit memiliki pengaruh lebih besar bagi kantor audit besar dibandingkan kantor audit yang lebih kecil. Kantor Audit besar tidak bergantung pada klien tertentu karena tingkat ketergantungan secara ekonomis yang lebih kecil dibandingkan kantor audit kecil.

  Perspektif kedua disebut Perspektif keseragaman kualitas (uniform quality ). Perspektif ini berpendapat bahwa auditor besar seperti Big-4 punya

  perspective

  tanggung jawab untuk menyediakan jasa audit dengan kualitas yang sama diantara kantor-kantor lokal (afiliasi) dengan ukuran yang berbeda dan berlokasi di berbagai macam wilayah dan negara. Ada beberapa faktor internal yang dapat mendorong kantor audit besar untuk memberikan kualitas audit yang seragam diantara kantor- kantor lokal yang berbeda. Auditor besar menaruh perhatian lebih terhadap pelatihan staf dan melakukan evaluasi berkala, serta cenderung menggunakan standarisasi dalam teknik dan prosedur audit yang dilakukan (misalnya prosedur komputerisasi) dibandingkan dengan auditor kecil. Ini kemudian memfasilitasi pembagian dan transfer pengetahuan diantara kantorkantor lokal yang dimiliki auditor besar sehingga mampu menciptakan kualitas audit yang seragam baik pada pusat maupun cabang.

  Masa perikatan audit seharusnya mampu mengakomodasi kualitas audit yang optimal. Masa perikatan audit masih menjadi hal yang pro dan kontra, menurut (Myers et al. 2003; Chi & Huang. 2005), semakin lama perikatan auditor dengan klien dipandang sebagai peningkatan pengetahuan spesifik tentang klien dan dengan demikian, auditor lebih memahami seluk beluk perusahaan klien sehingga kualitas auditnya meningkat. Tetapi menurut Sinason et al (2001), lamanya masa perikatan audit dikhawatirkan dapat menurunkan independensi dari auditor, sehingga dikhawatirkan akan menurunkan kualitas audit. Dengan adanya pembatasan masa perikatan audit, diharapkan pengatahuan spesifik auditor tentang klien dalam hal ini adalah komptensi dari auditor tetap meningkat dan disisi lain juga independensi dari audior juga tetap terpelihara, jadi dengan demikian kualitas auditnya akan tinggi.

  Untuk meningkatkan reputasi perusahaan dimata pengguna laporan keuangan, tentu saja perusahaan akan lebih memilih KAP yang dapat memberikan kualitas audit yang tinggi. Barton, (2005); Tate (2007); Nasser., et al (2006); Damayanti & Sudarma, (2008); Wijayani & Januarti (2011), menyatakan adanya hubungan antara ukuran kantor akuntan publik dengan masa perikatan audit, dimana adanya kecenderungan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor dari KAP Non Big-4 kepada KAP Big-4, hal tersebut kemungkinan didasarkan kepada bahwa klien lebih percaya terhadap hasil audit dari KAP yang lebih mempunyai reputasi.

  Ghosh & Moon (2005); Liu (2012) dalam penelitiannya membuktikan bahwa dengan adanya pembatasan masa perikatan audit, investor lebih percaya terhadap informasi laba yang dipublikasikan oleh perusahaan, hal ini terlihat dari tingginya earning respons coefficient yang mengidikasikan bahwa laba dilaporkan merupakan laba yang berkualitas, hal tersebut mengidikasikan bahwa investor lebih percaya jika jangka waktu audit dari KAP dibatasi. Adapun untuk memberikan kejelasan hubungan di antara variabel eksogen dan endogen, maka pada gambar 2.2 disajikan kerangka konseptual penelitian yang menunjukkan hubungan antar variabel penelitian, yaitu sebagai berikut

  Ukuran KAP

  Kualitas Kualitas Audit Laba

  Masa Perikatan

  Audit Keterangan :

  = Pengaruh Parsial = Pengaruh Simultan = Hubungan koleratif antar variabel eksogen

  

Gambar 1. Kerangka Konseptual Hubungan Antar Variabel

Hipotesis

  Menurut Sekaran & Bougie (2010: 87) “a hypothesis can be defined as a

  

tentative, yet testable, statement that predicts what you expect to find in your

empirical data”. Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

  maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut

  1. Hipotesis Pertama Ukuran Kantor Akuntan Publik dan lamanya Masa Perikatan Audit yang seusuai dengan jangka waktu penugasan yang optimal, maka Kualitas Audit semakin tinggi.

  2. Hipotersis Kedua Ukuran Kantor Akuntan Publik, lamanya Masa Perikatan Audit yang seusuai dengan jangka waktu yang penugasan yang optimal dan tingginya Kualitas Audit, maka Kualitas Laba semakin tinggi.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory untuk memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi di tataran empiris (real world) dan berusaha untuk mendapatkan jawaban (verificative). Penelitian eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2011:36). Penelitian ini menggunakan metode studi lapangan (field study) dengan melakukan penelitian survai terhadap suatu populasi tertentu yang pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi di enam periode yaitu tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  Data yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, data yang diperoleh berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Publikasi tahunan

  

Indonesian Stock Exchange dan Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Padjadaran.

  Untuk data Ukuran KAP dan Masa Perikatan Audit diperoleh dari Laporan Auditor Independen, sedangkan untuk data Kualitas Audit diproleh dari hasil analisis dengan metode tertentu berdasarkan angka-angka pada laporan keuangan. Data Kualitas Laba diperoleh dari hasil analisis dengan metode tertentu berdasarkan harga saham dan laba.

  Kondisi data untuk enam periode penelitian yaitu dari tahun 2007-2012 berdasarkan masing-masing variabel penelitian dapat dideskripsikan berdasarkan tingkat frekuensi untuk variabel Ukuran KAP, dan tigkat minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi data untuk variabel Masa Perikatan Audit, Kualitas Audit dan Kualitas Laba pada tabel berikut ini :

  

Tabel 1

Frekuensi Ukuran KAP Ukuran KAP

  Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid 252 47,7 47,7 47,7 1 276 52,3 52,3 100,0 Total 528 100,0 100,0

  Berdasarkan tabel frekuensi diatas, terlihat bahwa dalam periode penelitian yaitu pada tahun 2007-2012 dapat diketahui bahwa dari 88 perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sampel penelitian yang menggunakan jasa KAP Big-4 yaitu sebanyak 276 perikatan atau dengan kata lain proporsi dari penggunaan jasa KAP Big-4 sebesar 52,3%, sedangkan untuk KAP Non Big-4 yaitu sebanyak 252 perikatan atau dengan kata lain proporsi dari penggunaan jasa KAP Big-4 sebesar 47,7%.

  

Tabel 2

Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Masa Perikatan

  528

  1 6 2,14 1,232 Audit Kualitas Audit (DA) 528 ,00250 1,65020 ,0847969 ,08804500 Kualitas Laba (ERC) 528 -124,100 95,300 ,81936 14,837784 Valid N (listwise) 528

  Berdasarkan tabel statistik deskriptif diatas, jumlah pengamatan untuk variabel masa perikatan audit adalah sebesar 528 pengamatan yang diperoleh dari 88 perusahaan dengan periode penelitian selama 6 tahun diketahui masa perikatan audit memiliki nilai minimum sebesar 1 dan nilai maksimum sebesar 6. Nilai tersebut memiliki arti bahwa dari 6 tahun pengamatan yang dilakukan diketahui perikatan minimum yang terjadi antara KAP dengan kliennya adalah 1 tahun, sedangkan perikatan maksimum antara KAP dengan kliennya adalah 6 tahun, sedangkan untuk rata-rata masa perikatan audit dalam periode penelitian adalah 2,14 atau dengan kata lain selama 6 tahun periode penelitian, rata-rata perusahaan melakukan masa perikatan audit dengan suatu KAP yaitu selama 2 tahun.

  Jumlah pengamatan untuk variabel kualitas audit yang diproksikan dengan nilai absolute akrual diskresioner adalah sebesar 528 pengamatan yang diperoleh dari 88 perusahaan dengan periode 6 tahun diketahui memiliki nilai minimum sebesar 0,002501 dan nilai maksimum adalah 1,65020, nilai rata-rata sebesar 0,0847969 dan simpangan baku dari absolute akrual diskresioner adalah sebesar 0,08804500, sedangkan untuk variabel kualitas laba yang diproksikan dengan nilai ERC adalah dari 528 pengamatan yang diperoleh dari 88 perusahaan dengan periode 6 tahun diketahui memiliki nilai minimum sebesar -124,100 dan nilai maksimum adalah 95,300 nilai rata-rata sebesar 0,81936 dan simpangan baku dari ERC adalah sebesar 14,837784.

  Hasil Analisis Data

  Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis jalur. Dalam hal ini analisis dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis berdasarkan model struktural antar variabel penelitian melalui dua sub struktur, yaitu: (1) sub struktur pertama, menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh variabel Ukuran KAP dan Masa Perikatan Audit terhadap variabel Kualitas Audit; dan (2) sub struktur kedua, menguji hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh Ukuran KAP, Masa Perikatan Audit dan Kualitas Audit terhadap variabel Kualitas Laba. Berikut ini ditunjukkan hasil analisis melalui struktur model lengkap yaitu sebagai berikut :

  Hasil Analisis Pengujian Hipotesis Pertama

  Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan analisis jalur melalui program IBM SPSS versi 22 for Windows untuk mengetahui pengaruh Ukuran KAP (X 1 ) dan Masa Perikatan Audit (X 2 ) terhadap Kualitas Audit (Y). Untuk memberikan gambaran yang jelas, pengujian dilakukan secara parsial dan simultan untuk periode tahun 2007-2012. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan tahapan pengujian yaitu: (1) Menguji pengaruh Ukuran KAP terhadap Kualitas Audit; (2) Menguji pengaruh Masa Perikatan Audit terhadap Kualitas Audit; (3) Menguji pengaruh Ukuran KAP dan Masa Perikatan Audit terhadap Kualitas Audit.

  Dalam analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal atau pengaruh variabel-variabel penelitian terlebih dahulu dihitung matriks korelasi dari variabel- variabel Ukuran KAP (X 1 ) dan Masa Perikatan Audit (X 2 ) terhadap Kualitas Audit (Y).

  

Tabel 3

Besaran Koefisien Jalur

  Pengaruh Secara Pengaruh Variabel Koefisien Jalur

  Simultan Residu Ukuran KAP P yx1 = -0,438 yx2 0,253 0,747 Masa perikatan Audit P = -0,147

  Dengan memperhatikan tabel di atas, maka diperoleh persamaan jalur sebagai berikut :

  Y = -0,438 X 1 – 0,147 X 2 1

  • + ε

  Dari persamaan di atas dapat diartikan bahwa nilai koefisien jalur variabel Ukuran KAP lebih besar dibandingkan koefisien jalur variabel Masa Perikatan Audit pada pengaruh non linier Kualitas Audit (semakin rendah absolut akrual diskresioner, semakin tinggi kualitas audit). Artinya Ukuran KAP lebih menentukan (berpengaruh lebih besar) terhadap Kualitas Audit dibandingkan Masa Perikatan Audit baik secara langsung maupun tak langsung.

  Dari tabel diperoleh total pengaruh variabel Ukuran KAP dan Masa Perikatan Audit terhadap Kualitas Audit adalah sebesar 0,253 atau sekitar 25,3%, sedangkan pengaruh faktor lainnya terhadap Kualitas Audit ditunjukkan dengan nilai 0,747 atau sekitar 74,7%. Dengan kata lain, variabel Kualitas Audit dapat dijelaskan sebesar 25,3% oleh variabel Ukuran KAP dan Masa Perikatan Audit, sedangkan sisanya sebesar 74,7% variabel Kualitas Audit dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Berikut adalah gambar pengaruh antara Ukuran KAP (X 1 ) dan Masa Perikatan Audit (X 2 ) terhadap Kualitas Audit (Y) :

  1

  ε

  X

  1

  • 0,438 0,746

  Y 0,312

  X

  2

  • 1

  0,147 2 Gambar 2. Pengaruh Antara X dan (X ) Terhadap Y Pengujian Secara Simultan

  Hipotesis utama penelitian ini adalah Ukuran KAP (X 1 ) Dan Masa Perikatan Audit (X 2 ) Terhadap Kualitas Audit (Y). Hipotesis penelitian tersebut dinyatakan dalam hipotesis statistik berikut ini:

  

Tabel 4

Pengujian Secara Simultan

  Hipotesis Alternatif F hitung db F tabel Keputusan Kesimpulan X 1 dan

  X 2 secara simultan db 1 = 2 89,115 3,013 H ditolak Signifikan 2 berpengaruh terhadap db =

  Y 525 Berdasarkan tabel pengujian diatas dapat dilihat nilai F hitung sebesar 89,115.

  Sementara dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2;528-2- hitung tabel 1) diperoleh F 0,05 (2;525) = 3,013. Karena nilai F (81,115) > F (3,013) a pada tingkat kekeliruan 5% maka H ditolak dan H diterima. Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa Ukuran KAP dan

  Masa perikatan Audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.

  Pengujian Secara Parsial

  Hasil dari pengujian secara bersama-sama menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial untuk melihat lebih jelas variabel mana diantara kedua variabel eksogen, yaitu Ukuran KAP dan Masa perikatan Audit yang pengaruhnya signifikan terhadap Kualitas Audit.

  

Tabel 5

Uji t Untuk Variabel Ukuran KAP

  Variabel T hitung df T tabel Sig. Kesimpulan Keterangan

  X 1 -11,027 525 ± 1,964 0,000 H ditolak Signifikan Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Karena nilai t hitung (-11,027) < -t tabel (-1,964) maka H ditolak dan H a diterima.

  Jadi berdasarkan pada hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa, Ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Audit.

  

Tabel 6

hitung tabel

Uji t Untuk Variabel Masa perikatan Audit

  Variabel T df T Sig. Kesimpulan Keterangan

  X 2 -3,714 525 ± 1,964 0,000 H ditolak Signifikan Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Karena nilai t hitung (-3,714) < -t tabel (-1,964) maka H ditolak dan H a diterima.

  Jadi berdasarkan pada hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa, Masa perikatan Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Audit. 1 Pengaruh Langsung Maupun Tidak Langsung Ukuran KAP (X ) Masa

  Perikatan Audit (X 2 ) Terhadap Kualitas Audit (Y)

  Berdasarkan perhitungan sebelumnya, dapat diketahui pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen yaitu sebagai berikut

  

Tabel 7

Pengaruh Langsung

1 Dan Tidak Langsung X Terhadap Y

  Besar Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung

  Kontribusi

  X 1 Langsung P YX1 .P Yx1 19,2%

  X 1 melalui X 2 P YX1 .r X1X2 .P Yx2 2,2% Total pengaruh X 1 terhadap Y 21,2%

  Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa total pengaruh yang diberikan 1 variabel Ukuran KAP (X ) terhadap variabel Kualitas Audit adalah sebesar 21,2%.

  

Tabel 8

Pengaruh Langsung

2 Dan Tidak Langsung X Terhadap Y

  Pengaruh Langsung dan Tidak Besar Langsung Kontribusi

  X 2 Langsung P YX2 .P Yx2 2,2%

  X 2 melalui X 1 P YX2 .r X2X1 .P Yx1 2,0% Total pengaruh X 2 terhadap Y 4,2% Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa total pengaruh yang diberikan 2 variabel Masa Perikatan Audit (X ) terhadap variabel Kualitas Audit hanya sebesar 4,2%.

  Hasil Analisis Pengujian Hipotesis Kedua

  Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan analisis jalur melalui program untuk mengetahui pengaruh Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) terhadap Kualitas Laba (Z). Untuk memberikan gambaran yang jelas, pengujian dilakukan secara parsial dan simultan untuk periode tahun 2007-2012. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan tahapan pengujian yaitu: (1) Menguji pengaruh Ukuran KAP terhadap Kualitas Laba; (2) Menguji pengaruh Masa Perikatan Audit terhadap Kualitas Laba; (3) Menguji pengaruh Kualitas Audit terhadap Kualitas Laba; dan (4) Menguji pengaruh Ukuran KAP, Masa Perikatan Audit, dan Kualitas Audit secara simultan terhadap Kualitas Laba.

  Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) terhadap Kualitas Laba (Z). Dalam metode analisis jalur, untuk mencari hubungan kausal atau pengaruh variabel-variabel penelitian, terlebih dahulu dihitung matriks korelasi dari variabel-variabel Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) terhadap Kualitas Laba (Z).

  

Tabel 9

Besaran Koefisien Jalur

  Pengaruh Pengaruh

  Variabel Koefisien Jalur Secara Residu

  Simultan Ukuran KAP P zx1 = 0,115 Masa Perikatan Kredit P zx2 = -0,429 0,164 0,836 Kualitas Audit P zy = -0,107

  Dengan memperhatikan tabel di atas, maka diperoleh persamaan jalur sebagai berikut :

  Z = 0,115 X 1 – 0,429 X 2 2

  • – 0,107Y + ε

  Dari persamaan di atas dapat diartikan bahwa nilai koefisien jalur variabel Masa Perikatan Audit lebih besar, pada pengaruh non linier dengan Kualitas Laba (semakin pendek Masa Perikatan Audit, semakin tinggi Kualitas Laba) lebih besar dibandingkan koefisien jalur variabel Ukuran KAP dan Kualitas Audit artinya Masa Perikatan Audit lebih menentukan (berpengaruh lebih besar) terhadap Kualitas Laba dibandingkan Masa Perikatan Audit dan Kualitas Audit baik secara langsung maupun tak langsung.

  Berdasarkan uraian diatas diperoleh total pengaruh variabel Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) terhadap Kualitas Laba (Z) adalah sebesar 0,164 atau sekitar 16,4%, sedangkan pengaruh faktor lainnya terhadap Kualitas Laba (Z) ditunjukkan dengan nilai 0,836 atau sekitar 83,6%. Dengan kata lain, variabel Kualitas Laba (Z) dapat dijelaskan sebesar 16,4% oleh variabel Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y). Sisanya sebesar 83,6% variabel Kualitas Laba (Z) dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Berikut adalah gambar pengaruh antara Ukuran KAP (X 1 ),

  Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) terhadap Kualitas Laba (Z) :

  2

  ε

  0,115

  X

  1 0,836

  • 0,107

  Y Z

  X

  2 0,429 - 1 2 Gambar 3. Pengaruh antara Ukuran KAP (X ), Masa Perikatan Audit (X )

dan Kualitas Audit (Y) terhadap Kualitas Laba (Z)

Pengujian Koefisien Jalur Secara Simultan

  Hipotesis utama penelitian ini adalah Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) berpengaruh terhadap Kualitas Laba (Z).

  

Tabel 10

Pengujian Secara Simultan

  Hipotesis Alternatif F hitung db F tabel Keputusan Kesimpulan

  X 1 , X 2 dan Y secara db 1 = 3 simultan 34,147 2,622 H ditolak Signifikan berpengaruh terhadap 2 db = 524

  Z hitung Berdasarkan tabel pengujian diatas dapat dilihat nilai F sebesar 34,147.

  Sementara dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0,05 dan derajat bebas (2;528-3- hitung tabel 1) diperoleh F 0,05 (3;524) = 2,622. Karena nilai F (34,147) > F (2,622) a maka pada tingkat kekeliruan 5% maka H ditolak dan H diterima. Dari hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa Ukuran KAP, Masa perikatan Audit dan Kualitas Audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laba.

  Pengujian Koefisien Jalur Secara Parsial.

  Hasil dari pengujian secara simultan menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian parsial untuk melihat lebih jelas variabel mana saja diantara ketiga variabel eksogen, yaitu Ukuran KAP, Masa Perikatan Audit dan Kualitas Audit yang pengaruhnya signifikan terhadap Kualitas Laba.

  

Tabel 11

Uji t Untuk Variabel Ukuran KAP

  Variabel T hitung df T tabel Sig Kesimpulan Keterangan 1 X 2,463 524 ± 1,965 0,014 H ditolak Signifikan Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Karena nilai t hitung (2,463) > -t tabel (1,965) maka H ditolak dan H a diterima.

  Jadi berdasarkan pada hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa, Ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas Laba.

  

Tabel 12

hitung tabel

Uji t Untuk Variabel Masa Perikatan Audit

  Variabel T df T Sig. Kesimpulan Keterangan

  X 2 -10,063 524 ± 1,965 0,000 H ditolak Signifikan hitung tabel. hitung tabel a Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa t lebih kecil dari - t Karena nilai t (-10,063) < -t (-1,965) maka H ditolak dan H diterima, berdasarkan pada hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa, Masa perikatan Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas laba.

  

Tabel 13

Uji t Untuk Variabel Masa perikatan Audit

  Variabel t hitung df t tabel Sig. Kesimpulan Keterangan Y -2,309 524 ± 1,965 0,021 H ditolak Signifikan

  Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Karena nilai t hitung (-2,309) < -t tabel (-1,965) maka H ditolak dan H a diterima. Jadi berdasarkan pada hasil pengujian dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa, Kualitas Audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kualitas laba.

  Pengaruh Langsung Maupun Tidak Langsung Ukuran KAP (X 1 ), Masa Perikatan Audit (X 2 ) dan Kualitas Audit (Y) Terhadap Kualitas Laba (Z)

  Berdasarkan perhitungan sebelumnya, dapat diketahui pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen, yaitu sebagai berikut :

  

Tabel 14

Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung

Ukuran KAP Terhadap Kualitas Laba (Z)

  Besar Pengaruh Langsung dan Tidak langsung

  Kontribusi

  X 1 Langsung P Zx1 P Zx1 1,3%

  X 1 melalui X 2 P Zx1 r x1x2 P Zx2 -1,5%

  X 1 melalui Y P Zx1 r x1Y P ZY 0,6% Total pengaruh X 1 terhadap Z 0,4% Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa total pengaruh yang diberikan variabel Ukuran KAP (X 1 ) terhadap variabel Kualitas Laba (Z) adalah sebesar 0,4%.

  

Tabel 15

Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Masa Perikatan Audit Terhadap

Kualitas Laba (Z)

  Pengaruh langsung dan tidak langsung Besar kontribusi

  X2 langsung P zx2 P zx2 18,4% X2 melalui X1 P zx2 r x2x1 P zx1 -1,5% X2 melalui Y P zx2 r x2y P zy -1,3%

  Total pengaruh X2 terhadap Z 15,6% Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa total pengaruh yang diberikan variabel Masa Perikatan Audit (X 2 ) terhadap variabel Kualitas Laba (Z) adalah sebesar 15,6%.

  

Tabel 16

Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Kualitas Audit (Y) Terhadap

Kualitas Laba (Z)

  Pengaruh langsung dan tidak langsung Besar kontribusi

  Y langsung P zy P zy 1,1% Y melalui X1 P zy r yx1 P zx1 0,6% Y melalui X2 P zy r yx2 P zx2 -1,3%

  Total pengaruh Y terhadap Z 0,4% Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa total pengaruh yang diberikan variabel Kualitas Audit (Y) terhadap variabel Kualitas Laba (Z) adalah sebesar 0,4%.

  Bertitik tolak pada hasil kesimpulan studi ini, dapat diberikan beberapa saran dengan maksud memberikan upaya terhadap pengurangan tindakan manajemen laba dan peningkatan kualitas laba, sebagai berikut:

  1. Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan suatu mekanisme pengendalian yang senantiasa ditingkatkan terus-menerus. Oleh karena itu, diperlukan suatu keseimbangan yang optimal di antara mekanisme-mekanisme yang ada seperti persentase kepemilikan institusional, persentase kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris. Mekanisme pengendalian internal yang baik tidak memberikan jaminan bahwa pihak-pihak yang mengelola atau mengurus perusahaan dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan baik. Diperlukan mekanisme lain yang mendukung, yaitu: pasar tenaga kerja, independensi akuntan, etika bisnis dan kepastian hukum.

  2. Untuk mendukung proses penyusunan suatu laporan keuangan yang layak, persentase tertentu jumlah keanggotaan dewan komisaris dari luar perusahaan tidak cukup menjadi mekanisme yang menentukan fungsi pengawasan dewan komisaris berperan optimal. Diperlukan suatu dewan komisaris yang memiliki karakteristik, yaitu: independen, kapabel dan kredibel baik sebagai institusi maupun individu. .

  3. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan proksi yang berbeda seperti menggunakan auditor spesialis industri, earnings surprise

  benchmark yang digunakan oleh Wibowo dan Rossieta (2009) atau dapat mempertimbangkan menggunakan kuisioner. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan proksi yang berbeda untuk mengukur komite audit. Ukuran lain dapat berupa proporsi dari anggota komite audit yang memiliki kompetensi dalam bidang akuntansi atau keuangan seperti penelitian yang dilakukan oleh Pramudji dan Trihartati (2009).

  Implikasi Hasil Penelilian

  1. Implikasi hasil penelitian bagi pengembangan ilmu adalah;

  • Penelitian ini memberikan implikasi teoritis dan praktis bahwa sebuah ketentuan yang mengatur profesi seharusnya disusun secara hati-hati dengan mempertimbangkan hasil penelitian dan pendapat pihak lain, khususnya yang terkait dengan profesi tersebut. Pemerintah dalam hal ini juga tidak bersalah, sebab seharusnya IAI (dalam hal ini IAPI) yang harus lebih berperan dan berinisiatif untuk meregulasi dirinya sendiri, sebelum diregulasi oleh pihak publik (pemerintah).

  Bagi investor.

  • Laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang dihasilkan emiten, yang disusun berdasarkan norma atau standar akuntansi keuangan, sehingga tidak dapat dihindarkan adanya tindakan manajemen laba. Para investor sebaiknya berhati-hati dalam pengambilan keputusan bisnis, tidak hanya terfokus pada informasilaba, tetapi juga mempertimbangkan informasi non keuangan, seperti keberadaan mekanisme internal perusahaan.