2. UU No. 172007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang” 3. Peraturan Presiden No

   Kee

  1 1 . .

  1 1 . . ASPEK LINGKUNGAN

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

  “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan- Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

  Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  X-

  1

   Kee

  Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

  e.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  c.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  2. Pemerintah Provinsi a.

  Menetapkan standar pelayanan minimal.

  Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  f.

  e.

  X-

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  b.

  1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

  Strategis:

  Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

  2 4.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

   Kee

  f.

  Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g.

  Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  3. Pemerintah Kabupaten/Kota a.

  Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c.

  Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d.

  Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

10.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

  KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

  1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2- JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup

  KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan

  X-

  3

   Kee

  Sumber: Permen LH No.9/2011

Gambar 10. 1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan Pelaksanaan KLHS

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

  

Tabel 10. 1

Kriteria Penapisan Usulan Program/ Kegiatan Bidang Cipta Karya

  No Kriteria Penapisan Penilaian

  X-

  4

   Kee

  Uraian Kesimpulan Pertimbangan (signifikan/Tidak)

  1 Perubahan Iklim Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman

  2 hayati Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir,

  3 longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, Penurunan mutu dan kelimpahan

  4 sumber daya alam Peningkatan alih fungsi kawasan

  5 hutan dan/atau lahan, Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

  6 keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat Peningkatan risiko terhadap 7 kesehatan dan keselamatan manusia

  • *) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

  Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

  1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

  a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

  X-

  5

   Kee

  b. DPRD

  2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

  b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: 1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

  5 Masyarakat Terkena dampak

  4 Masyarakat yang memiliki informasi dan/ atau keahlian (perorangan/ tokoh/ kelompok)

  b. BPLHD

  a. Dinas PU-Cipta Karya

  3 Instansi

  2 Penyusun Kebijakan, Rencana dan/ atau program Dinas PU-Cipta Karya

  a. Bupati

  X-

  1 Pembuat Keputusan

  Kepentingan Lembaga

  No Masyarakat dan Pemangku

  Tabel 10. 2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

  4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

  3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

  Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

  1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS 2)

  6 Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

  c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

   Kee

  Tabel 10. 3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya (1) (2)

  Lingkungan Hidup Permukiman

  Isu 1: kecukupan air baku untuk air Sumber air bersih yang terdapat di empat kelurahan minum kawasan perkotaan prioritas terdiri dari PDAM, dan Contoh: Kekeringan, menurunnya Sumur Bor. Sebagian besar penduduk memanfaatkan kualitas sumber-sumber`air dari pelayanan PDAM untuk air keperluan kehidupan sehari-hari Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh pada beberapa titik lokasi saluran drainase tidak infrastruktur yang tidak berfungsi berfungsi dengan optimal dan lancar karena beban maksimal kapasitas saluran yang sudah tidak sebanding dengan Contoh: pencemaran tanah oleh debit aliran serta akibat tersumbat oleh material sampah septictank pada saluran-saluran yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman Isu 3: dampak kawasan kumuh perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana terhadap kualitas lingkungan Contoh: prasarana misalnya: perkerasan jalan, pembuatan kawasan kumuh menyebabkan conblock, pembuatan talud dan lain-lain penurunan kualitas lingkungan

  Ekonomi

  Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

  Sosial

  Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh a. Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

  X-

  7

   Kee

Tabel 10.4 Tabel Identifikasi KRP

  Komponen Kebijakan/ rencana/ Lokasi (Kecamatan/ No

  Kegiatan Program

  Kelurahan) Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan b. Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu

  Wilayah

Tabel 10.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah No Komponen Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- kebijakan, Aspek Pembangunan Berkelanjutan** No Komponen Bobot Bobot Bobot Total

  

kebijakan, Lingkungan Sosial Ekonomi Bobot

  • *** rencana dan/atau Hidup program* Permukiman No Komponen Isu 1: Isu 2: Isu Isu 2: Isu 1: Isu 2: Total

  

kebijakan, … … 1: … … … Bobot

  • *** rencana dan/atau … program*

  (1) (2) (3) (4) ( (6) (7) (8) (9)

  1. Pengembangan Permukiman 1). 2). Dst

  2. Penataan Bangun- an & Lingkungan 1). 2). Dst

  No Komponen Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- kebijakan, Aspek Pembangunan Berkelanjutan** rencana dan/atau Bobot Bobot Sosial Bobot Total

program* Lingkungan Ekonomi Bobot

Hidup ***

  Permukiman X-

  8

   Kee

  Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2: … … … … … …

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  3. Pengembangan Air minum 1). 2). Dst

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1). 2). Dst

  Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya

  • **) ditentukan melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.

1. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

  Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternative perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan.Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negative pada pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternative untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain: a.

  Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan .

  b.

   Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  c.

   Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  X-

  9

   Kee d.

   Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 10.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

  No. Komponen kebijakan, rencana Alternatif

dan/atau program Penyempurnaan KRP

  (1) (2) (3)

  1. Pengembangan Permukiman 1).

  2). Dst

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). 2). Dst

  3. Pengembangan Air minum 1).

  2).

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) 2)

2. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel 10.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

  No. Komponen Kebijakan, Rekomendasi Perbaikan KRP dan

Rencana dan/atau Program Pengintegrasian Hasil KLHS

  (1) (2) (3)

  1. Pengembangan Permukiman

  2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  3. Pengembangan Air minum

  4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

  Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM.KLHS merupakan

  X-

  10

   Kee

  X-

  11

  instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 10.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan AMDAL.

10.1.2. AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

  Berikut adalah daftar hal-hal yang harus dimasukkan dalam analisis dan laporan proyek. Rincian daftar isi laporan ANDAL dan RKL/RPL disampaikan secara khusus dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Proyek (Project Implementation Plan - PIP).

  Isi laporan ANDAL sekurang-kurangnya meliputi:

  Ringkasan Eksekutif : Pendahuluan, meliputi: kerangka kebijakan, hukum, kelembagaan, dan administratif Lingkup studi, meliputi kedalaman dan keluasan substansi yang dikaji dan batas spasial pengamatan Metode studi, termasuk metode pengumpulan dan analisis data, metode prakiraan dampak, dan metode evaluasi dampak; Pemerian proyek secara teknis dan rinci; Rona lingkungan awal, meliputi lingkungan fisik-kimia-geologis, lingkungan biologis, dan lingkungan sosial-ekonomi; Prakiraan dampak lingkungan, termasuk dampak tidak langsung dan kumulatif Analisis alternatif, termasuk alternatif tanpa-proyek Evaluasi dampak besar dan penting; Lampiran-lampiran pendukung, termasuk proses konsultasi publik dan ringkasan hasil-hasil yang dicapai

  Keluasan, kedalaman dan jenis analisis bergantung kepada sifat, skala dan potensi dampak lingkungan proyek dimaksud. Pemrakarsa mengevaluasi risiko dan dampak lingkungan, mengkaji alternatif-alternatif proyek, mengidentifikasi cara- cara untuk memperbaiki seleksi, lokasi, rencana, desain, dan/atau implementasi

   Kee

  proyek, dengan mencegah, meminimalkan, menanggulangi, atau mengkompensasi dampak lingkungan negatif serta meningkatkan dampak positif.

  Isi laporan RKL/RPL sekurang-kurangnya meliputi:

  Ringkasan Eksekutif Pendahuluan Pendekatan pengelolaan lingkungan (teknologi, sosial-ekonomi, institusional); Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL)

  Dampak lingkungan besar dan penting, dan sumbernya: komponen

  • lingkungan yang terkena dampak, dan sumber dampak; Indikator dampak.
  • Tujuan pengelolaan lingkungan.
  • Rencana pengelolaan dan tindakan penanggulangan pada tahap pra- konstruksi, konstruksi dan operasi.

  Lokasi dan periode pengelolaan.

  • Anggaran dan jadwal.
  • Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan
  • pelaporan.

  Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

  Dampak besar dan penting yang hendak dipantau; Sumber dampak; Indikator pemantauan; Tujuan pemantauan lingkungan; Metode dan lokasi pemantauan; Anggaran dan jadwal Pengaturan kelembagaan: badan yang bertanggung jawab dan hubungan pelaporan.

  RKL/RPL harus menggambarkan perangkat penanggulangan, pemantauan, dan tindakan-tindakan kelembagaan yang perlu dijalankan selama tahap implementasi dan operasi proyek guna meminimalkan dampak lingkungan negatif, mengkompensasi kerugian, atau menekannya sampai pada tingkat yang dapat diterima.

  X-

  12

   Kee

  • Pemrakarsa perlu bekerja sama dengan warga yang mungkin terkena dampak proyek dan perlu berkoordinasi dengan Komisi AMDAL dalam sejumlah langkah esensial berikut:

  Prosedur AMDAL dan Konsultasi Publik

  

Keputusan untuk menentukan kategori proyek dan seleksi ketentuan-

ketentuan safeguard yang tepat (seperti diilustrasikan dalam Tabel 3 di

atas),

Penyusunan dan persetujuan Kerangka Acuan (TOR) bagi penyiapan

dokumen-dokumen safeguard yang memadai; dan Penyusunan dan persetujuan dokumen safeguard.

  Selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL, Pemrakarsa harus menjamin terpenuhinya persyaratan prosedural minimal, yang terdiri dari: Persetujuan: Komisi AMDAL adalah lembaga resmi yang bertanggung jawab mengkaji dan menilai KA dan draft ANDAL dan RKL/RPL. Mendahului persetujuan KA, Pemrakarsa harus melakukan konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak proyek. Konsultasi ini bersifat wajib, dan hasilnya dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL. Pelaporan: Secara administratif, Komisi AMDAL melaporkan kegiatannya kepada Walikota (untuk Komisi AMDAL Kota), atau Gubernur (untuk Komisi AMDAL Provinsi). Pemrakarsa harus melaporkan implementasi RKL/RPL kepada dinas- dinas terkait seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 tersebut.. Pemantauan: Pemrakarsa adalah pihak yang bertanggung jawab melaksanakan pemantauan lingkungan berkaitan dengan implementasi proyek. Namun demikian, Bapedalda merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab memantau kualitas lingkungan di dalam wilayah penugasannya. Karena itu, Bapedalda dapat diminta untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan pemantauan yang dilaksanakan oleh Pemrakarsa untuk menjamin kesesuaian kegiatan dimaksud dengan standar dan peraturan yang berlaku. Konsultasi Publi k selama penyiapan ANDAL dan RKL/RPL serta implementasi

  RKL/RPL harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut: X-

  13

   Kee

  X-

  14 Gambar Prosedur AMDAL

  Untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan akibat (kemungkinan) adanya konflik kepentingan di antara para stakeholder dari kalangan Pemerintah Kota – mereka terlibat sebagai Pemrakarsa, sekaligus anggota tetap dan sekretariat Komisi AMDAL – konsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak proyek merupakan langkah yang wajib dilaksanakan. Konsekuensinya, tanggapan yang disampaikan selama konsultasi publik berkenaan Penyaringan dampak lingkungan besar dan penting Pemrakarsa mengajukan KA kepada Komisi AMDAL Pemrakarsa mengajukan draft UKL/UPL ke Bapedalda atau Dinas Lingkungan Hidup Pemrakarsa mengajukan draft ANDAL dan RKL/RPL pada Komisi AMDAL Pemrakarsa mengimplementasikan RKL/RPL Permakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak Pemrakarsa, difasilitasi oleh Komisi AMDAL, berkonsultasi dengan Forum Stakeholder dan warga yang terkena dampak Tidak perlu ANDAL Perlu ANDAL Ya Draft KA disetujui? Draft ANDAL dan RKL/RPL disetujui Ya

  Pemrakarsa melaporkan Tidak Revisi Draft UKL/UPL disetujui? Revisi Draft Tidak Ya Tidak Bapedalda melaporakan hasil pemantauan dan evaluasinya kpd Meneg. LH (sekurang-kurangnya 2 kali setahun), dengan tembusan lembaga perijinan dan gubernur Penyaringan untuk UKL/UPL Ya SOP Tidak perlu ANDAL

  Pemrakarsa , yaitu: Dinas atau unit di lingkungan Pemerintah Kota mengajukan usulan proyek

   Kee

  dengan dampak proyek, harus diperhatikan dan dijawab secara tepat, serta dimuat sebagai Lampiran dalam dokumen ANDAL dan RKL/RPL Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/1999 tentang AMDAL pasal 33 (3) menyatakan bahwa dalam waktu 30 hari setelah pengumuman proyek, pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk warga yang terkena dampak, LSM setempat, dan pihak lainnya, dapat menyampaikan tanggapan, saran dan keluhan kepada Pemrakarsa.

  Selama proses AMDAL, Pemrakarsa menginformasikan Forum Stakeholder, LSM setempat yang tidak terwakili dalam Forum Stakeholder, dan warga yang terkena dampak proyek, mendiskusikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan dampak proyek; serta menimbang pandangan pihak-pihak dimaksud dalam kajian. Pemrakarsa berkonsultasi dengan kelompok-kelompok dimaksud sedikitnya dua kali, yaitu: (i) segera setelah penapisan awal dan sebelum finalisasi Kerangka Acuan (TOR); dan (ii) setelah draft Laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun serta siap untuk dievaluasi (oleh Komisi AMDAL). Di samping itu, jika diperlukan, Pemrakarsa juga berkonsultasi dengan kelompok-kelompok tersebut selama implementasi proyek, untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan AMDAL dan dampak proyek

  Agar konsultasi antara Pemrakarsa, Forum Stakeholder, LSM setempat, dan warga yang terkena dampak proyek bermakna, Pemrakarsa perlu menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3 hari sebelum proses konsultasi dilakukan, dan dalam bentuk dan bahasa yang mudah dipahami. Bahan dimaksud setidak-tidaknya mencakup: ringkasan tujuan proyek, rincian pemerian proyek, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Untuk konsultasi setelah draft laporan ANDAL dan RKL/RPL disusun, Pemrakarsa menyediakan ringkasan laporan ANDAL dan RKL/RPL dimaksud, termasuk kesimpulan dan sarannya. Di samping itu, Pemrakarsa juga harus mengungkapkan draft laporan ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL kepada publik dalam waktu yang tidak terbatas, serta dapat diakses oleh Forum Stakeholder, dan LSM setempat.

  Berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan dan sosial, perlu dikembangkan prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan proyek dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi proyek perlu diselesaikan secara musyawarah antara Pemrakarsa dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

  X-

  15

  • UKL/UPL dan Prosedur Operasi Baku (SOP)

  Kawasan lindung (5)

  2. Analisis rinci dampak fasilitas tersebut terhadap badan air permukaan, air bawah tanah dan tanah.

  Kesesuaian dengan peraturan-perundangan yang mengatur tentang struktur fasilitas.

  Sampah / Konstruksi IPAL dan Sewerage 1.

  3. Dimana membuang endapan tersebut.

  2. Bagaimana menangani lumpur (endapan) dari proses penyaringan air.

  Air Bersih 1. Identifikasi dampak ke wilayah hilir sumber air.

  3. Identifikasi masalah lingkungan penting untuk ditangani segera.

  Peninggalan budaya 2. Pengembangan langkah-langkah mitigasi untuk lokasi-lokasi sensitif.

  Sungai, kolam, danau, saluran irigasi (4)

   Kee

  (1) Sekolah, rumah sakit, rumah penduduk (2) Tempat pengambilan air (3)

  1. Identifikasi lokasi-lokasi yang sensitif secara lingkungan dalam peta yang memadai.

  Untuk semua kegiatan Gambaran lengkap aspek-aspek teknis proyek dengan peta yang memadai.

  Penyusunan UKL/UPL dan SOP untuk masing-masing proyek harus terlebih dahulu menyiapkan hal-hal seperti yang akan diuraikan dibawah ini.

  Proyek yang tidak termasuk memerlukan AMDAL, mungkin akan memerlukan UKL/UPL atau SOP. Persiapan UKL/UPL harus sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UKL/UPL.

  harus diteruskan kepada Tim Pemantau Safeguard untuk ditengahi. Apabila keluhan yang diajukan sebelum konstruksi tidak dapat diselesaikan secara damai dalam kurun waktu satu tahun, konstruksi proyek harus diubah, disesuaikan, atau ditunda.

  16 Keluhan yang tidak dapat diselesaikan oleh Pemrakarsa dalam waktu 30 hari kalender

  X-

  3. Identifikasi jalan masuk bagi truk-truk pengumpul sampah.

   Kee

  4. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang jalan masuk.

  5. Identifikasi lokasi pembuangan endapan dari pengoperasian IPAL.

  6. Identifikasi lokasi pembuangan endapan limbah konstruksi dari sewerage.

  7. Identifikasi lokasi pembuangan endapan kakus (jika tidak dibuang di IPAL).

  Drainase / Normalisasi Sungai / Kanal Banjir / Pelabuhan

  1. Identifikasi sumber-sumber pencemaran, seperti logam berat dan senyawa organik kuat (PCB, DDT, dll)

  2. Identifikasi kuantitas bahan yang akan dikeruk.

  3. Pemeriksaan (laboratorium) kualitas bahan yang akan dikeruk.

  4. Identifikasi lokasi pembuangan.

  Jalan 1.

  Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta.

  2. Identifikasi sumber-sumber bahan (bahan galian) dan lokasi pembuangan.

  3. Identifikasi lokasi-lokasi sensitif secara lingkungan sepanjang lintasan antara lokasi konstruksi dan lokasi sumber material atau lokasi pembuangan.

  Jembatan

  Identifikasi dampak lingkungan terhadap kawasan yang volume lalu lintasnya akan meningkat karena konstruksi jembatan baru.

  Pengembangan Perumahan dan Permukiman 1.

  Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta.

  2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.

  3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah- langkah penanggulangannya.

  X-

  17

   Kee

  X-

  18 4.

  Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang dikembangkan.

  Bangunan 1.

  Uraian lengkap tentang sistem pengumpulan sampah dan pengolahan air limbah.

  2. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah- langkah penanggulangannya.

  Program Perbaikan Kampung (KIP) 1.

  Identifikasi hubungan antara kawasan lindung dan lokasi proyek di atas peta.

  2. Uraian lengkap tentang metode pengolahan limbah padat dan cair.

  3. Identifikasi dampak lingkungan, termasuk kemacetan lalu lintas karena peningkatan lalu lintas di masa mendatang serta langkah- langkah penanggulangannya.

  4. Identifikasi dampak terhadap hidrologi di dalam kawasan yang dikembangkan. Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu: 1.

  Proyek wajib AMDAL 2.

  Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

   Kee

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  a) Rujukan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup

Perundangan ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU

KLHS wajib UKL UPL iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

  

b) Pengertian Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan

Umum partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk kebijakan, rencana, dan/atau program. aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

  c) Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria pelaksanaan sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)

  d) Keterkaitan i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan studi lingkungan RPJM dengan: ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan e) Mekanisme i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai pelaksanaan program terhadap kondisi lingkungan penyusun AMDAL

  X-

  19

   Kee

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  hidup di suatu wilayah; ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL ii. perumusan alternatif penyempurnaan yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau kebijakan, rencana, dan/atau program; dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan oleh Tim Teknis. keputusan kebijakan, rencana, dan/atau iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi program yang mengintegrasikan prinsip berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan pembangunan berkelanjutan. kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan

  Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

  f) Muatan Studi i. Isu Strategis terkait Pembangunan i. Kerangka acuan; Lingkungan Berkelanjutan ii. Andal; dan ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan iii. RKL-RPL. isu-isu strategis terkait pembangunan Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan berkelanjutan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana iii. Alternatif rekomendasi untuk tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. rencana/program

  g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai program pembangunan dalam suatu wilayah. kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

  X-

  20

   Kee

  Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau untuk melakukan perbaikan kebijakan, ketidak layakan lingkungan rencana, dan/atau program pembangunan ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang yang melampaui daya dukung dan daya diwajibkan tampung lingkungan. iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah tercantum dalam RKL RPL. melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi. i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-

  RPL) didanai oleh pemrakarsa, ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota j) Partisipasi Masyarakat adalah salah satu komponen dalam Masyarakat yang dilibatkan adalah:

  Masyarakat kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen i. Yang terkena dampak; pelaksanaan KLHS ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL

  X-

  21

   Kee

  e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

  Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

  Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan j. Institusi

  Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir i. Fokus pengendalia n dampak

  h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

  g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum Sempit, dalam dan rinci

  Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya

  Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

  X-

  Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan d. Dampak kumulatif

  c. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

  b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

  a. Posisi Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

  k) Atribut Lainnya:

  22 Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

  Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 10.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

  A. Persampahan:

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan

  • luas kawasan TPA, atau > 10 ha
  • Kapasitas Total > 100.000 ton

  b. TPA di daerah pasang surut:

  • luas landfill, atau semua kapasitas/
  • Kapasitas Total besaran

  c. Pembangunan transfer station:

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  e. Pengolahan dengan insinerator:

  • Kapasitas semua kapasitas

  f. Composting Plant:

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  g. Transportasi sampah dengan kereta api:

  • Kapasitas > 500 ton/hari

  B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

  a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

  b. Kota besar, luas > 50 ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha

  d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha

  C. Air Limbah Domestik

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

  • Luas, atau > 2 ha
  • Kapasitasnya

  3

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk

  • Luas, atau > 3 ha
  • Kapasitasnya > 2,4 ton/hari

  c. Pembangunan sistem perpipaan air

  • Luas layanan, atau > 500 ha
  • Debit air limbah

  3 D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer

  dan/atau sekunder) di permukiman

  a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

  b. Kota sedang, panjang: > 10 km

  E. Jaringan Air Bersih Di Kota

  a. Pembangunan jaringan distribusi

  • Luas layanan > 500 ha
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.10

Tabel 10.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan

  sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

  Luas kawasan, atau < 10 Ha Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut Luas landfill, atau < 5 Ha Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station Kapasitas < 1.000 ton/hari iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah

  Terpadu Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator

  

b. Air Limbah i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur

Domestik/ Tinja Permukiman (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

  Luas < 2 ha

  3 Atau kapasitas < 11 m /hari ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

  Luas < 3 ha Atau bahan organik < 2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah

  

c. Drainase i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

Permukaan Panjang < 5 km

Perkotaan ii. Pembangunan kolam retensi/polder di

  area/kawasan pemukiman Luas kolam retensi/polder (1

  • – 5) ha

  d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi:

  luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km Pedesaan, Panjang : - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

  Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap

  Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

  e. Pembangunan i. Pembangunan bangunan gedung di Gedung atas/bawah

  tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

  1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

  2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

  f. Pengembangan i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk kawasan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),

permukiman misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

baru Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

  Luas kawasan: < 10 ha ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);