PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”TENDANGAN DARI LANGIT’’ DARI GROUP BAND KOTAK.

PEMAKNAAN LIRIK LAGU ”TENDANGAN DARI LANGIT’’ DARI
GROUP BAND KOTAK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyar atan memper oleh gelar
Sar jana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Rahadian Yuniar Pr akasa
NPM. 0743010191

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
RAHADIAN YUNNIAR PRAKASA, PEMAKNAAN LIRIK LAGU ’’Tendangan Dari

Langit’’ Dari Grup Band Kotak
(Studi Semiologi Terhadap Lirik Lagu ’’Tendangan Dari Langit’’ dari Group band Kotak)
Musik diartikan sebagai suatu ungkapan yang berasal dari perasaan yang dituangkan
dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Musik merupakan hasil karya manusia yang menarik
karena musik memegang sebuah peranan yang sangat banyak melalui lirik lagunya, karena
lirik lagu dalam musik mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik
lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi karena mengandung informasi atau pesan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat kualitatifinterpretatif semiotic dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap menurut
barthes, yaitu kode hermeneutic, kode semik, kode simbolik, kode proarektik, kode cultural
untuk pemaknaan sebuah tanda sehingga dapat mengetahui tanda denotative dan tanda
konotatifnya.
Dalam lirik lagu ini digambarkan bahwa semangat anak muda untuk terus mengejar
cita-citanya melalui inspirasi oleh sang idolanya untuk menggapai dan meraih sebuah
impiannya yang akan menjadi sebuah kenyataan apabila kita terus mengejar dan semangat
tanpa lelah untuk menggapainya. Lirik lagu dalam lagu Tendangan Dari Langit adalah sebuah
harapan anak muda untuk menggapai atau meraih impian.
Kesimpulan dalam penelitian ini dari lirik lagu ’’Tendangan Dari Langit’’ dari Group
band Kotak sebagaimana dalam makna yang tersimpan disetiap lirik atau teks dalam lagu ini,
merupakan sebuah pesan yang bersifat positif untuk menjadikan anak muda Indonesia yang
selalu optimis demi mewujudkan mimpinya.

Kata kunci : Semiologi, lirik lagu, Tendangan Dari Langit.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Pemaknaan Lirik Lagu “Tendangan Dari Langit’’ Dari Group Band Kotak (Studi Semiologi
Dalam Lirik Lagu Tendangan Dari Langit Dari Group Band Kotak). Penyelesaian skripsi ini
dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Mengingat
hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :
1. Ibu Dra, Ec, Hj, Suparwati, M.si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.sos, M.si., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.si, Dosen pembimbing yang selalu memberikan
koreksi dan sudah menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis.

4. Orang tua dan kakak yang selalu mendukung dan mendoakan dalam segala keadaan dan
selalu memberi motivasi dan semangat.
5. Saudara penulis Liwung, Wiwoho, dan Adhit Glewow yang selalu memberikan
dukungannya dan mengerjakan skripsi dengan kompak.
6. Teman-teman angkatan 2007 khususnya yang sudah memberikan masukan kepada penulis
selama kuliah.
7. Teman-teman manis manja group, tompel, fariz, semped, yan, ando, dyaz, nidy dan temanteman akutansi Unair khususnya angkatan 2007, terima kasih sudah memberikan semangat
kepada penulis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

8. Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran atau kritik kepada
penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut
karena masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan

penyempurnaan menyusun skripsi ini.

Surabaya, Desember 2011
Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN J UDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ........................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
ABSTRAKSI .................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 10
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 10
BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori.................................................................................................... 11
2.1.1. Pembentukan Konsep Diri ......................................................................... 13
2.1.2 Komunikasi Ekspresif ................................................................................. 15
2.1.3 Musica Practica .......................................................................................... 17
2.1.4 Teori Musik, Lagu, dan Lirik Lagu ............................................................. 20
2.1.5 Makna dan Pemaknaan ............................................................................... 23
2.1.6 Teori-Teori Makna ..................................................................................... 24
2.1.7 Teori Semiotika Dalam Komunikasi ........................................................... 26
2.1.8 Teori Semiologi Roland Barthes ................................................................. 32

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

2.1.8.1 Kode Pembacaan ............................................................................ 33

2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian................................................................................................... 37
3.2 Unit Analisis ...................................................................................................... 38
3.3 Corpus................................................................................................................ 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 41
3.4.1.1. Sumber Data ......................................................................................... 41
3.5. Metode Analisis Data ........................................................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ................................................................. 44
4.1.1. Penghargaan ............................................................................................ 46
4.1.2. Diskografi Kotak ..................................................................................... 47
4.2. Lirik Lagu Tendangan Dari Langit menurut semiologi Roland Barthes.............. 47
4.3. Penyajian dan Pemaknaan data .......................................................................... 49
4.3.1. Penyajian Data......................................................................................... 49
4.3.2. Pemaknaan Data ...................................................................................... 51
4.3.3. Pemaknaan Lirik Lagu Tendangan Dari Langit ........................................ 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 73
5.2. Saran ................................................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 75

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
vi

DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes ..................................................................... 29
Gambar 4.1 Peta Tanda Roland Barthes ................................................................... 47
Gambar 4.1 Peta Bait 1 kalimat 1 ............................................................................. 52
Gambar 4.2 Peta bait 1 kalimat 2 .............................................................................. 53
Gambar 4.3 peta bait 1 kalimat 3 .............................................................................. 54
Gambar 4.4 Peta bait 1 kalimat 4 .............................................................................. 55
Gambar 4.5 Peta bait 1 kalimat 5 .............................................................................. 56
Gambar 4.6 Peta bait 2 kalimat 1 .............................................................................. 57
Gambar 4.7 Peta bait 2 kalimat 2 .............................................................................. 58
Gambar 4.8 Peta bait 3 kalimat 1 .............................................................................. 59
Gambar 4.9 Peta bait 3 kalimat 2 .............................................................................. 60

Gambar 4.10 Peta bait 4 kalimat 1 ............................................................................ 61
Gambar 4.11 Peta bait 4 kalimat 2 ............................................................................ 62
Gambar 4.12 Peta bait 5 kalimat 1 ............................................................................ 63
Gambar 4.13 Peta bait 5 kalimat 2 ............................................................................ 64
Gambar 4.14 Peta bait 5 kalimat 3 ............................................................................ 65
Gambar 4.15 Pet bait 5 kalimat 4 ............................................................................. 66

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Maslah
Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda-tanda
adalah basis dari seluruh komunikasi ?. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda,
dapat melakukan komunikasi sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan
didunia ini, termasuk juga melalui sebuah media dalam menyampaikan pesannya

salah satunya adalah musik dan lagu (Sobur,2004 : 15).
Musik merupakan hasil budaya manusia yang menarik di antaranya
banyak budaya manusia yang lain, dikatakan menarik karena memegang peranan
yang sangat banyak di berbagai bidang. Jika di lihat dari sisi psikologisnya,
musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan
seni dan berkreasi. Dari sisi sosial musik dapat disebut sebagai cermin tatanan
sosial yang ada dalam masyarakat saat musik tersebut diciptakan dan dari segi
ekonomi pun musik telah bergerak pesat

menjadi suatu komoditi yang

menguntungkan. Dalam sebuah lagu selain kekuatan musik atau aransemen
musik, unsur lirik yang di nyayikan mempunyai peranan yang sangat penting,
karena lirik lagu sebagaimana bahasa dapat menjadi sarana atau media
komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat.
Lirik lagu dapat memilihnya bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata
atau peristiwa, juga secara individu mampu memikat perhatian. Lirik lagu dapat
pula sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap sikap atau nilai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i
Penelitian mengenai lirik lagu kebanyakan dilakukan untuk mengetahui

sampai sejauh mana kemampuan sebuah teks lirik lagu dalam mempengaruhi
masyarakat. Kemampuan mempengaruhi sebuah teks lirik lagu ini terjadi karena
pengarang menyampaikan ide dan gagasan melalui kata maupun kalimat baik
yang sifatnya menimbulkan perasaan marah, benci, senang, gundah, cinta dan
segala hal yang menimbulkan kedekatan emosional (Nugraheni, 2002:15).
Kajian mengenai lirik lagu antara lain dilakukan oleh Yayah. B.
Muningsah Lumintaintang. Hasil penelitiannya yaitu “Bahasa Indonesia dalam
Lirik Lagu” dan dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra Th XV Nomor 3. Hasil

penelitiannya mencakup kesesuaian tekanan kata dengan tekanan/irama lagu,
pengucapan, ketidaktepatan bentukan dan pilihan kata, dan kerapian struktur
kalimat.

Selain itu pada seminar sosiolinguistik II bulan Oktober 1989 di UI,

Lumintaintang juga menulis makalah tentang lirik lagu. Presentasinya berjudul
“Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Lirik Lagu Kanak-Kanak”. Pada
makalahnya tersebut Lumintaintang membahas pemilihan variasi kalimat serta
frekuensi pemakaiannya dan bahasa indonesia yang digunakan dalam lirik lagu
kanak-kanak (Nugraheni, 2002:12).
Pada tesis yang dilakukan oleh Hermintoyo Metafora dalam Lirik Lagu
Indonesia Populer “Kajian atas Jenis, Fungsi, dan Implikaturnya”(2003), penulis

11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

mengangkat lirik lagu berdasarkan kemunculan simbol dan terapannya dalam
proses tindak tutur. Pada tesis ini dapat diketahui bahwa lirik lagu ternyata tidak
hanya terbatas dalam pembahasan gaya/style kebahasaan seorang pengarang,
namun juga terdapat simbol-simbol kebahasaan berupa bahasa metaforis.
Metafora dalam kajian beliau merupakan metafora dalam arti luas yaitu
memandang semua bahasa figuratif merupakan metafora. Selain itu, keberadaan
bahasa metaforis tersebut dapat digunakan untuk melihat kualitas seorang penyair
dalam menciptakan lirik lagu (Hermintoyo, 2003 :10).
Bahasa lirik lagu sama seperti puisi yang dibuat sebagai sarana estetika
untuk memberikan tenaga ekspresif serta emotif dalam mengungkapkan gambaran
suasana batin.seorang pengarang.

Maka untuk dapat mengungkapkan nuansa

konkretisasi pengalamannya, pengarang lirik lagu memunculkan kata-kata yang
penuh dengan kiasan. Salah satu penelitian mengenai bahasa kiasan dilakukan
oleh Wahab yang tulisannya dimuat dalam buku Isu Linguistik (1986). Menurut
Wahab bahasakiasan puisi dapat menunjukkan sejauh mana interaksi pengarang
dengan lingkungannya. Konsep kajian oleh wahab ini, berdasarkan atas medan
semantik persepsi manusia Haley yang dikelompokkan menjadi: being, kosmos,
energi, subtansi, terestrial, objek, living, annimate, human (Wahab, 1986:71).
Bahasa dalam lirik lagu selain sebagai sarana ekspresi juga sebagai bentuk
pengungkapan maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan dapat tercapai karena
bahasa lirik yang bersifat ekspresif itu dipahami sebagai bagian dari stilistika.
Analisis stilistika digunakan dengan tujuan untuk menerangkan hubungan antara
bahasa dengan fungsi estetis dan makna.

Hubungannya dengan manipulasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

kebahasaan yang diciptakan pengarang sebagai suatu sarana komunikasi antara
pengarang dengan pembaca (Aminudin, 1995:2).

Kajian mengenai puisi

dilakukan oleh Pradopo dalam bukunya Pengkajian Puisi (2002) yang
menerapkan pendekatan stilistika-semiotik pada puisi-puisi karya Amir Hamzah
dan Chairil Anwar. Dalam kajiannya, terdapat kemunculan bahasa kias yang
berbeda antara Amir Hamzah dan Chairil Anwar. Jika Amir Hamzah lebih sering
menggunakan bahasa yang lembut dan santun untuk menunjuk harapan, Chairil
Anwar lebih memilih bahasa yang menggebu-gebu, urakan, dan cenderung kasar
untuk menunjukan kekecewaaan (Pradopo,2002:123).

Untuk dapat melihat

kemampuan sebuah puisi dalam memberikan arti lain dari bahasa biasa, puisi
memiliki aturan sendiri. Bentuk aturan tersebut berupa anggapan bahwa bahasa
puisi merupakan sarana untuk menyatakan ekspresi secara tidak langsung, yaitu
ekspresi pengarang di dalam kata-kata untuk menunjuk arti lain.
2.1.1. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita,dan itu hanya
bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia
yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin
mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita
manusia karena orang-orang disekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat
perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia. Bahkan kita pun tidak
akan pernah menyadari nama kita adalah si ‘’Badu” atau si ‘’Mincreung’’, bahwa
kita adalah lelaki, perempuan, pintar, atau menyenangkan, bila tidak ada orangorang disekitar kita yang menyebut kita demikian. Melalui komunikasi dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita
merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda
mempercayai diri anda bila anda telah dipercayai; anda berpikir anda cerdas bila
orang disekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa anda tampan atau
cantik

bila

orang-orang

disekitar

anda

juga

mengatakan

demikian

(Mulyana,2005:7).
Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan
orang-orang dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat. Mereka itulah yang
disebut significant others. Orang tua kita, atau siapapun yang memelihara kita
pertama kalinya, mengatakan kepada kita lewat ucapan dan tindakan mereka
bahwa kita baik, bodoh, cerdas, nakal, rajin, ganteng, cantik, dan sebagainya.
Merekalah yang mengajari kita kata-kata pertama. Maka dalam banyak hal, kita
adalah‘’ciptaan’’mereka. Dalam pertumbuhan kita, kita menerima pesan dari
orang-orang disekitar kita mengenai siapa diri kita dan harus menjadi apa kita.
Skenario itu ditetapkan orang tua kita, berupa antara lain arahan yang jelas
sebagaimana skenario yang ditulis untuk sinetron atau drama.

Arahan itu

misalnya, ‘’Cium tangan kakek dan nenek’’, Bilang terima kasih kepada paman
dan bibi’’, ‘’Gunakan tangan bagus (kanan) untuk menerima hadiah itu ‘’,’’Anak
pintar’’!’’ Setiap orang dalam keluarga besar kita berpendidikan tinggi’’, dan
sebagainya. Orang-orang diluar keluarga kita juga memberi andil kepada skenario
itu, seperti guru, pak kiai, sahabat dan bahkan televisi. Semua mengharapkan kita
memainkan peran kita.

Menjelang kita dewasa, kita menemui kesulitan

memisahkan siapa kita dari siapa kita menurut orang lain, dan konsep diri kita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

memang terikat rumit dengan definisi yang diberikan orang lain kepada kita
(Mulyana, 2005: 8).
Proses konseptualisasi diri ini berlangsung sepanjang hayat kita. Sejak
kanak-kanak kita sering berfantasi mengenai diri yang kita inginkan, atau citra diri
yang dulu kita tunjukkan kepada orang lain. Sering konsep diri atau citra diri ini
berubah-ubah, khususnya pada masa pertumbuhan. Ketika kecil, kita mungkin
ingin menjadi pilot, dokter, wartawan atau arsitek. Akan tetapi, semakin banyak
pengetahuan yang kita peroleh dan semakin luas pengalaman kita, cita-cita itu
boleh jadi berubah, dan akhirnya kita menerima peran kita sebagai dosen
,pengacara, seniman, atau peran apa saja yang berbeda dengan citra diri yang
dulu kita bayangkan. Konsep diri kita pada usia 10 tahun, mungkin berbeda
dibandingkan dengan ketika kita berusia 20 tahun , 35 tahun atau 50 tahun.
2.1.2

Komunikasi Ekspresif.
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif

yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok.

Komunikasi

ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan terutama dikomunikasikan
melalui pesan-pesan nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya
dengan membelai kepala anaaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahan dengan
mengumpat, berkecak pinggang, mengepalkan tangan seraya memelototkan
matanya. Mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

kampus dengan melakukan demonstrasi, unjuk rasa, mogok makan atau aksi
diam. Chauhadry tahir, seorang penjaga toko membakar dirinya di jalan utama di
islamabad hari sabtu, 17 april 1999, sebagai aksi protes terhadap pengadilan yang
mengusirnya dari toko tempat ia mencari naskah. Katakanlah dengan bunga
adalah ungkapan yang berkaitan dengan komunikasi ekspresif ini. kita bisa
menyatakan cinta atau kasih sayang kepada seseorang dengan mengirimkan bunga
kepadanya. Hal yang sama kita lakukan, ketika kita ingin menyatakan selamat
kepada orang selamat kepada orang yang berulang tahun, lulus menjadi sarjana ,
atau menikah, atau juga menyatakan simpati dan duka cita kepada orang yang
salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Akan tetapi, kita harus hati-hati
dengan jenis bunga yang kita bawa. Di Australia mawar merah adalah lambang
cinta romantik.

Di negara kita bunga kamboja sering diasosiassikan dengan

bunga kuburan sehingga tidak banyak orang yang menanamnya di halaman
rumah, apalagi diberikan kepada orang yang sedang ulang tahun, meskipun di bali
bunga ini digunakan untuk sesaji (Mulyana, 2005:21-22).
Emosi kita juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni seperti puisi,
novel, musik, tarian, atau lukisan. Puisi “Aku’’ karya Chairil Anwar
mengekspresikan kebebasannya dalam berkreasi. Novel Saman karya Ayu Utami
mengekspresikan semangat anak muda yang banyak terlibat dalam Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Cerpen-cerpen Helvy Tiana Rosa bernapaskan
Islam yang dimuat dalam antologi cerpennya Ketika Mas Gagah Pergi dan dalam
Sembilan Mata Hati mengekspresikan keprihatinannya akan nasib umat islam
yang terlindas diberbagai pelosok dunia dan semangat jihadnya yang mengglegak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Harus diakui, musik juga dapat mengekspresikan parasaan, kesadaran, dan
bahkan pandangan hidup (ideologi) manusia. Itu sebabnya pertunjukkan musik
Iwan Fals yang lirik-liriknya bermuatan kritik atau sindiran terhadap penguasa
sering dilarang pihak berwajib selama era Order Baru. Orang memang telah
menggunakan sarana hiburan berabad-abad untuk tujuan propaganda. Selama
revolusi Prancis, misalnya, digunakan juga musik, selain teater, permainan,
festival, dan surat kabar, untuk menggalang kekuasaan. Lagu – lagu perjuangan
Indonesia, meskipun menghibur dan estetis, juga mengandung imbauan kepada
rakyat untuk berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Lagu ‘’Maju
Tak Gentar’’, ‘’Padamu Negeri’’, Di sini Senang’’ (atau ‘’Sorak Sorai
Bergembira’’) berturut-turut merupakan ‘’lagu kebangsaan’’ (ekspresi) tentara
berpangkat rendah (tamtama,prajurit), perwira menengah dan perwira tinggi TNI.
Menarik pula bahwa ternyata ke tujuh belas pupuh Sunda melambangkan suasana
hati yang berlainan. Asmarandama melambangkan rasa birahi ; dandanggula
melambangkan kegembiraan; kinanti melambangkan penantian; maskumambang
melambangkan kesedihan; pangkur melambangkan kemarahan; dan sinom
melambangkan asmara (Mulyana, 2005: 23-24).
2.1.3. Musica Pr actica
Menurut kami, ada dua musik: musik yang didengar dan musik yang
dimainkan seseorang. Kedua musik ini adalah dua seni yang sangat berbeda satu
sama lain, yang memiliki sejarah, pengaruh sosiologi, estetika, dan erotikanya
masing-masing. Musik yang sama bisa jadi kurang menggigit jika penciptanya
memainkannya

untukmu,

tetapi

akan

menggetarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

jika

kamu

yang

18

memainkannya untk dia (Meskipun buruk kamu memainkannya) – demikian
Schumann.
Musik yang dimainkan seseorang sangat sedikit berkaitan dengan
pendengaran, tetapi terutama berkaitan dengan sentuhan jemari di atas tuts (dan
karena itu, dalam beberapa hal, lebih berkaitan dengan citra rasa atau bersifat
sensual). Musik seperti Inilah yang bisa anda dan saya mainkan, entah dimainkan
sendirian atau bersama orang lain, yang lebih berperan sebagai partisipan
ketimbang penonton (sehingga keserbamungkinan seperti dalam teater, atau
keserbamungkinan hysteria, tidak akan terjadi) suatu jenis musik muscular dengan
bagian yang ditangkap oleh indera pendengarlah yang mendapat ratifikasi, seolaholah tubuh-lah yang tidak dimainkan “dengar hati” : duduk di depan tuts-tuts atau
alat musik, lalu mengandalkan kontrol tubuh, kontrol gerakan, koordinasi,
membiarkan tubuh menerjemahkan apa-apa yang terbaca untuk menghasilkan
suara dan makna; pada musik jenis ini, tubuh berfungsi sebagai perekam
(transmitter) sementara. Musik seperti ini sudah hilang. Awalnya, musik seperti
ini biasa ditampilkan untuk menghibur orang-orang kaya sedang duduk bermalasmalasan (aristocrat), kemudian menjadi bagian dari ritual sosial bersamaan
dengan kemunculan demokrasi kaum borjuis (ditandai dengan piano, gadis muda,
ruangan penuh Gambar, dilangsungkan pada malam hari), lalu kemudian hilang
sama sekali (siapa yang memainkan piano hari-hari ini). Supaya bisa menemukan
musik praktis di barat, hari-hari ini orang harus mencarinya ke kelompok lain
(generasi muda), repertoar lain (musik vokal), dan alat musik lain (gitar).
Berbarengan dengan ini, musik pasif, musik reseptif, musik suara (seperti konser,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

festival, rekaman, radio) semuanya disebut sebagai musik : musik yang dihasilkan
dengan cara memainkannya telah hilang; aktivitas musical tidak lagi bersifat
manual [bersentuhan dengan tuts], muscular dan fisikal, tetapi semata-mata
berurusan dengan suara likuida, bersifat efusif dan meminjam istilah Balzac,
berfungsi untuk “me-lubrifikasi”. Demikian juga halnya dengan orang-orang
yang tampil telah mengalami pergantian. Kelompok amatir yang diukur lebih dari
segi daya ketimbang kesempuarnaan teknis, tidak lagi mudah ditemukan;
kelompok profesional, yakni para spesialis yang latihannya masih sangat esoteris
bagi publik (adakah orang yang masih tertarik dengan hal-ikhwal pendidikan
musik?) yang tidak pernah memperkaya kaum amatir dengan nilai lebih (nilai
yang masih bisa ditemukan pada seorang Lipati atau panzera, para musisi yang
mempesonakan kita bukan dengan keputusan tetapi dengan hasrat, yakni hasrat
untuk pencipta musik). Pendek kata, pada awalnya yang berperan adalah actor
musik yang kemudian diganti oleh penerjemah musik (musik romantic yang
agung), lalu akhirnya teknisi (yang membebaskan pendengar dari semua aktivitas,
bahkan dari aktivitas kurasi, serta meniadakan gagasan sesungguhnya tentang
bermain dari tanah musik).
Dengan cara seperti ini, musica practica tertentu dapat dihadirkan kembali
atau dimodifikasi sesuai dengan perkembangan dialektika historis. Sebab apa
gunanya mengubah musik jika bertujuan untuk membuinya dlam penjara konser
atau dlam keheningan musikm radio? Mengubah, pada dasarnya, berarti berniat
untuk menghasilkan sesuatu, berniat untuk menuliskannya kembali, bukan pasrah
mendengarkan. Tempat untuk musik modern bukan di ruang-ruang konser tetapi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

panggung bagaimana para musisi berpindah, dengan tontonan yang memukau,
dari satu alat musik ke alat musik yang lain. Kitalah yang sedang bermain
Meskipun kita bermain lewat seorang duta ; konser-di suatu saat nanti ?- bisa
diibaratkan dengan “bengkel kerja” eksklusif, tempat di mana tak seorang pun
berpangku tangan (tak ada tokoh impian, tokoh imajiner, tak ada pusat, tak ada
“jiwa”) dan tempat di mana semua seni musical terserap dalam sebuah praksis
yang tidak menyisakan apa-apa. Seperti Inilah utopia yang diingini Beethoven,
yang tidak ikut bermain, agar kita rumuskan dan Inilah pula alasannya kenapa
sekarang kita bisa jadi menganggapnya sebagai musisi yang memiliki masa depan
(Barthes, imajitek, 2010;153-158).
2.1.4. Teor i Musik, Lagu, Dan Lir ik Lagu.
Musik nampaknya menjadi hal yang tidak akan ada habisnya untuk
dibahas.

Perkembangan musik yang begitu cepat menjadi salah satu pemicu

munculnya beberapa aliran - aliran musik baru/ perkembangan yang terjadi pada
musik sangat berpengaruh terhadap perkembangan tatanan kehidupan manusia.
Musik saat ini tidak lagi dijadikan sarana peribadatan, tetapi sudah menjadi sarana
hiburan dan pendidikan. Musik saat ini telah menjadi sesuatu yang universal dan
dapat dinikmati semua orang.
Studi tentang musik ingin membuktikan bahwa musik merupakan media
dan pesan budaya bagi anggotanya maupun anggota masyarakat lain. Teori musik
merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur-unsur musik. Cabang ilmu ini
mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisi maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

menggubah musik, dan keterkaitan antara notasi musik dan pembawaan musik.
Hal-hal yang dipelajari dalam teori musik yang mencakup misalnya suara, nada,
ritme, melodi, harmoni, lirik dan notasi.
Musik dapat dikatakan sebagai bunyi yang diterima oleh individu dan
berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Beberapa
orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali. Musik menurut Aristoteles
mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi
rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme Definisi sejati tentang musik juga
bermacam-macam, yaitu :
1.

Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya.

2.

Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau
kumpulan dan disajikan sebagai musik.
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, dunia musik mengalami banyak

banyak perkembangan dengan banyaknya penyanyi maupun grup band baru serta
beragamnya jenis musik dan lagu yang ada. Yang dimaksud dengan lagu disini,
ialah rangkaian nada dengan teks yang sengaja disusun untuk mengungkapkan
pikira dan perasaan dengan cara-cara yang berlaku umum. Dengan demikian,
secara keseluruhan lagu merupakan ungkapan penuh dari perasaan pembuatnya
(Soeharto, 1991:104). Selain berfungsi sebagai penghibur, lagu juga berfungsi
sebagai media untuk menyampaikan pesan dari sang musisi. Lewat lirik lagunya,
sang musisi mampu menyampaikan pesannya, baik berupa sindiran atau pun
jeritan hati. Oleh karena itu, lirik lagu merupkan unsur yang penting pula dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

sebuah lagu disamping melodinya.

Sebuah lagu dapat dibuat dengan melodi

dahulu ataupun lirik dahulu. Dari segi pembuatanya, melodi dan lirik lagu samasama penting dalam sebuah lagu (www.depdiknas.go.id).
Kehidupan memang penuh dengan perjuangan untuk mencapai suatu cita
cita, angan dan harapan.

Sehingga kita kadang menjadi manusia yang buas

dengan harta, kita menjaga bagai harimau menjaga santapan dikala kelaparan. Itu
bukanlah munafik, tapi suatu realita sifat manusia yang lebih buas akan harta dan
kemewahan. Kita tidak tau mana batasan sukses, mana batasan berhasil, mana
tingkat kaya, mana tingkat miskin, bahkan untuk menentukan level miskin saja
dunia kebingungan. Semua dibatasi dengan benang semu. Kalau benang merah
kita masih bisa melihat jelas, tapi disini kita tak dapat melihat lagi mana batasan
benang tersebut, benangnya saja kita tidak dapat lihat, apalagi batasannya. Namun
kita tidak bisa memungkiri bahwa manusia butuh kebersamaan untuk berhasil,
tidak ada satu orangpun di dunia ini dapat hidup tanpa bantuan orang lain, apalagi
untuk mencapai tingkat sukses, atau bahagia, ataupun berhasil. Dengan kata lain
manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia pasti
berinteraksi satu sama lain, saling kerja sama, saling bantu, saling menolong, atau
saling apapun itu namanya adalah untuk kepentingan bersama atau kepentingan
orang lain ataupun untuk kepentingan diri sendiri, yang mana ketiganya saling
keterkaitan atau saling ketergantungan (http://safruddin.wordpress.com/)

.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.1.5. Makna dan Pemaknaan
Brown dalam Sobur (2001:255-256) mendefinisikan makna sebagai
kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu
bentuk bahasa.

Terdapat banyak bentuk bahasa, terdapat banyak komponen

dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat. Namun kita terlebih
dahulu harus membedakan pemaknaan secara lebih tajam tentang istilah-istilah
yang nyaris berimpit antara apa yang disebut (1) terjemah (translation), (2) tafsir
atau interpresi, (3) ekstrapolasi dan makna atau meaning.
Membuat terjemah adalah upaya mengemukakan materi atau subtansi
yang sama dengan media yang berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa
yang satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada
penafsiran, kita tetapberpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya,
konteksnya agar dapat di kemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas
Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk
mengungkap hal dibalik yang tersajikan. Materi yang tersajikan dilihat tidak lebih
dari tanda-tanda atau indikator pada sesuatu yang lebih jauh lagi. Memberikan
makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran
dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih mennuntut kemampuan integratif manusia,
indrawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi yang tersajikan seperti juga
ekstrapolasi, dilihat tidak lebih jauh.

Balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi

terbatas dalam artian empirik logik, sedangkan pada pemaknaan dapat pula
manjangkau yang etik maupun yang tersendental.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Semantik adalah ilmu mengenai ,makna kata-kata, suatu definisi yang
menurut S.I. Hayakawa dalam Mulyana Mulyana (2001:257) tidaklah buruk bila
orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dan berakhir
dengan melihatnya dalam kamus. Makna dalam kamus tentu saja lebih bersifat
kebahasaan (linguistik), yang punya banyak dimensi, symbol merujuk pada objek
di dunia nyata, pemahaman adalah perasaan subyektif kita mengenai symbol itu
dan referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata.
Makna dapat pula digolongkan kedalam mekna konokatif. Makna
denotative adalah makna sebenarnya (factual) seperti yang kita temukan dalam
kamus. Karena itu makna denotative lebih bersifat public. Sejumlah kata
bermakna denotatif lebih bersifat public. Sejumlah kata bermakna denotatif,
namun banyak kata juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni makna
diluar rujukan objektifnya.

Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat

subjektif daripada makna denotatif.
2.1.6. Teor i – Teor i Makna
Beberapa teori tentang makna dikembangkan oleh Alston (1964:11-26)
dalam Sobur (2001:259) diantaranya adalah :
1.

Teori acuan (Referential Theory)
Teori acuan merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali
atau mengidentifikasi makna ungkapan dengan gagasan-gagasan yang
berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

menghubungkan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya
atau dengan hubungan acuan.
2.

Teori Ideasional (The Ideational Theory)
Teori Ideasional adalah suatu jenis teori makna yang mengenali atau
mengidentifikasi makna ungkapan dengan gagasan-gagasan yang
berhubungan dengan ungkapan tersebut. Dalam hal ini, teori ideasional
menghubungkan makna atau ungkapan dengan suatu idea tau
representasi psikis yang ditimbulkan kata atau ungkapan tersebut
kepada

kesadaran.

Atau

dengan

kata

lain,

teori

ideasional

mengidentifikasikan makna E (expression atau ungkapan) dengan
gagasan-gagasan atau ide-ide yang ditimbulkan E (expression). Jadi
pada dasarnya teori ini meletakkan gagasan (ide) sebagai titik sentral
yang menentukan makna suatu ungkapan.
3.

Teori Tingkah Laku (Behavioral Theory)
Teori tingkah laku merupakan salah satu jenis teori makna mengenai
makna suatu kata atau ungkapan bahasa dengan rangsanganrangsangan (stimuli) yang menimbulkan ucapan tersebut. Teori ini
menanggapi

bahasa

sebagai

semacam

kelakuan

yang

mengembalikannya pada teori stimulus dan respons. Makna menurut
teori ini, merupakan rangsangan untuk menibulkan perilaku tertentu
sebagai respons kepada rangsangan itu tadi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

Penelitian dapat dikatakan berlandasan pada teori ideasional. Hal tersebut
dapat dilihat dari adanya

idea tau gagasan yang dating dari pencipta lagu

berdasarkan cerita nyata dari teman yang menjadi inspirasi dalam menciptakan
sebuah karya lagu. Melalui cerita tersebut, pencipta lagu berusaha mengukapkan
idea tau gagasan tersebut kedalam sebuah ungkapan (expression) yang dituangkan
dalam lirik-lirik lagu yang penuh makna. Berlandasan teori idensional, peneliti
berusaha untuk melakukan pemaknaan terhadap lirik lagu ‘’Tendangan Dari
Langit”.
2.1.7. Teor i Semiotika Dalam Komunikasi
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu
yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan
semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah
ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. Semiotics is usually defined
as a general philosophical theory dealing with the production of signs and
symbols as part of code systems which are used to communicate information.
Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all
signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as
they form code systems which systematically communicate information or
massages in literary every field of human behaviour and enterprise. (Semiotik
biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan
produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda
visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa
diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda
tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi
atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia), (Kurniawan
dalam Sobur, 2004: 15).
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Fer dinand de
Saussur e melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan
significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul
ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’
(signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu
bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan
kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”.
Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau
didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental,
pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Barthes,
2001:180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu
tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan
atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu termasuk
tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. “Penanda
dan petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata
Saussure. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussurean berpandangan bahwa
sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

(penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan
antara dirinya dan sebuah sistem yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev,
sebuah tanda lebih merupakan self-reflective dalam artian bahwa sebuah penanda
dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi
kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Louis Hjelmslev dikenal dengan teori
metasemiotik (scientific semiotics). Sama halnya dengan Hjelmslev, Roland
Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah
sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu
dalam waktu tertentu. Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai halhal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan
dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objekobjek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
dikomunikasikan, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Salah
satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah
peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda,
membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.

Barthes secara lugas

mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua,
yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini
oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya
secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

1. Signifier

(penanda)

2. signified

(petanda)

3. Denotative sign (tanda denotatif) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF) 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED
(PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif
tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan
antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan
konotasi yang dipahami oleh Barthes.

Didalam semiologi Barthes dan para

pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih
diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan
keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan
dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan
bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

1999:22). filsuf berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme
melalui kajian Dalam kerangka Bar thes, konotasi identik dengan operasi
ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan
dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda,
petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh
suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos
adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah
petanda dapat memiliki beberapa penanda. Berbeda dengan para ahli yang sudah
dikemukakan di atas, Charles Sanders Peirce, seorang semiotik. Bagi Peirce, tanda
“is something which stands to somebody for something in some respect or
capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground.
Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu terdapat dalam hubungan
triadik, yakni ground, object, dan interpretant (lihat gambar 3).

Atas dasar

hubungan ini, Peirce membuat klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan
ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah
kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau
peristiwa yang ada pada tanda. Sedangkan legisign adalah norma yang dikandung
oleh tanda. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu: sintaksis
semiotik, semantik

semiotik,

dan pragmatik

semiotik.

Sintaksis

semiotik

mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang
sama. Contoh: teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda
yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

keutuhan wacana iklan. Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda,
objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan
proses semiotis.
Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda
dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana.
Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan
pemakaian tanda. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon),
index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain,
ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan;
misalnya foto. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
tanda yang langsung mengacu pada kenyataan; misalnya asap sebagai tanda
adanya api.

Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut

simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara
penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan
berdasarkan konvensi masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda (sign,
representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme
adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent
sign atau dicisign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Sedangkan argument
adalah

yang

langsung

memberikan

sign (ground) objek interpretan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

alasan

tentang

sesuatu.

32

Gambar 3. Hubungan Triadik Peirce
Gambar 4. Tataran Tanda Peirce
2.1.8. Teor i Semiologi Roland Bar thes

Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya
tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu
tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan penanda dan p