PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN IKLIM KEHIDUPAN KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

1. LEMBAR PENGESAHAN ………. i

2. PERNYATAAN ……… ii

3. ABSTRAK ………. iii

4. ABSTRACT ……….. iv

5. KATA PENGANTAR ………... v

6. UCAPAN TERIMA KASIH ………. vii

7. DAFTAR ISI ……… xi

8. DAFTAR TABEL ……… xv

9. DAFTAR GAMBAR ……… xvi

10.DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Rumusan Masalah ………... 12

C.Tujuan Penelitian ………. 12

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ………... 13

E.Asumsi ………. 14

F. Hipotesis ………. 15

G. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……… 15


(2)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……… 19

1. Teori Kewarganegaraan ……… 19

2.Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ……….. 25

3. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ……... 30

4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ………… 36

B. Iklim Kehidupan Keluarga ……… 41

1. Pengertian Keluarga ………... 41

2.Iklim Keluarga ……… 43

3.Fungsi dan Peran keluarga ………... 46

C. Karakter Siswa ……….. 56

1. Hakekat Karakter ……….. 56

2. Cakupan Karakter ………... 64

D. Hasil-Hasil Terdahulu yang Relevan ……….. 68

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………. 69

1. Pendekatan ………... 69

2. Metode Penelitian ……… 70

3. Teknik Pengumpulan Data ……….. 71

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 72

1. Populasi ……….. 72


(3)

C. Prosedur Penelitian ……… 76

1. Persiapan ……… 76

2. Pelaksanaan Penelitian ………... 77

3. Pengolahan Data ……….… 77

D. Teknik Analisa Data ………. 77

1. Menguji dengan Analisis Regresi Sederhana dan Ganda….. 79

2. Kaidah Pengujian Signifikansi ……….. 82

E. Instrumen Penelitian …...………. 83

1. Penyusunan Instrumen ……….. 83

2. Uji Coba Instrumen ………... 84

2.1 Reliabilitas ……….. 85

2.2 Validitas ……….. 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum ………. 88

B.Deskripsi Hasil Penelitian ……… 91

1. Hasil Penelitian Deskriptif ……… 96

1.1 Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 98

1.2 Pengaruh Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ………... 98


(4)

1.3 Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan

Karakter Siswa ……… 99 2. Pengujian Hipotesis ……… 101 2.1 Terdapat Pengaruh Positif Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap Pembentukan Karakter Siswa.. 102 2.2 Terdapat Pengaruh Positif Iklim Kehidupan Keluarga

terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 102 2.3 Terdapat Pengaruh Positif Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga

terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 102 C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 103 1. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 103 2. Pengaruh Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ………. 108

3. Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Siswa ……….. 113


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… 126 B. Rekomendasi ………. 126 DAFTAR PUSTAKA ……….. 128


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Karakter merupakan watak/ciri seseorang yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Karakter dapat memberikan peran dan fungsi terhadap tingkah laku seseorang. Pembentukan karakter merupakan proses tanpa henti yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya. Kesuksesan seseorang menurut Dewajani(2008) lebih dipengaruhi dari karakter yang dimiliki dibandingkan dengan kecerdasannya. Berdasarkan hasil riset Mitshubisi Research Institute (2000) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang 40% bergantung pada soft skills yang dimilikinya, 30% tergantung pada kemampuan networking dan 20% tergantung pada kecerdasannya, baru 10% diantaranya ditentukan dari uang yang dimilikinya.

Menurut Branson (1999:51) karakter dapat dideskripsikan menjadi dua yaitu karakter publik dan privat. Karakter dianggap penting sebab indepedensi warga negara yang memiliki dimensi tanggung jawab dan harga diri serta martabat akan membuat seseorang menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Salah satu upaya dalam pembentukan karakter warga negara adalah melalui pengembangan pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Melalui pendidikan menurut Tirtarahardja (2005:1) bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya, tujuan mendidik hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar jika pendidik memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.


(7)

Manusia memiliki ciri khas yang disebut hakikat manusia. Dengan pemahaman akan hakikat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Menurut Langeveld ( Rifai, 1984;110) tujuan pendidikan adalah ‘menjadikan anak didik yang belum dewasa menjadi seorang dewasa yang mampu bertindak sebagai orang yang berkepribadian, yang sosial dan etis’. Pada bagian lain Tirtarahardja ( 2005: 33-35) mengungkapkan bahwa ‘berdasarkan fungsinya pendidikan dapat dilihat sebagai proses penyiapan warga negara yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.’ Dalam Undang-undang No.20/2003 pasal 1 (1) tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya dalam Undang-undang No. 20/2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Dari kedua isi pasal tersebut di atas, secara tersirat ada upaya pengembangan karakter peserta didik yang dilakukan melalui pendidikan dan diperlukan agar sumber daya manusia Indonesia memiliki kemampuan yang dapat diandalkan serta bermartabat, apalagi peserta didik adalah generasi baru yang


(8)

diharapkan dapat terus mempertahankan eksistensi bangsa ditengah lingkungan pergaulan dunia. Pandangan di atas dipertegas oleh Cogan and Derricott (1998:13) bahwa :

A citizen was defined as ‘a constituent member of society’. Citizenship, on the other hand, was said to be ‘a set of characteristics of being a citizen’. And finally, citizenship education, the underlying focal point of the study, was defined as ‘the contribution of education to development of those characteristics of being a citizen’.

Maknanya warga negara adalah anggota suatu masyarakat. Dengan kata lain untuk menjadi warga negara yang berkarakter mesti dididik melalui pendidikan kewarganegaraan. Kemudian enurut Alexis de Toqueville, seperti yang dikutip Branson (1998:2) bahwa:

...each new generation is a new people that must acquire the knowledge, learn the skills, and development the disposition or trait of privat and public character that undergird a constitutional democracy. Those dispositions must be fostered and nurtured by word and study and by the power of example.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa setiap generasi adalah merupakan generasi baru yang harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan demokrasi konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Apalagi anak menurut Djahiri (1985:21) secara sosiologis hidup dalam dunia nyata kehidupan lingkungannya sehingga harus mampu hidup fungsional dan bermasyarakat (sociatable).

Melihat betapa pentingnya karakter bagi setiap individu sehingga Winataputra (2007:191-192) mengungkapkan bahwa karakter privat seperti


(9)

tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu adalah wajib. Untuk Karakter publik tidak kalah penting. Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berfikir kritis dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan dengan sukses.

Pengembangan karakter bagi para siswa dapat dilakukan baik dilingkungan sekolah maupun dalam lingkungan keluarga (rumah tangga), termasuk dalam lembaga-lembaga keagamaan serta organisasi kemasyarakatan lainnya. Untuk dunia persekolahan pengembangan karakter siswa dapat dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan, namun demikian menurut Sapriya (2007:2) bahwa upaya pendidikan kewarganegaraan belumlah optimal dan mencapai harapan. Bahkan hingga saat ini program pendidikan ini dipertanyakan keberadaan dan kenyataannya. Pada bagian lain Winataputra (2007:165) mengungkapkan bahwa dari analisis terhadap perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sampai dengan saat ini, dapat dikatakan bahwa baik dalam tataran konseptual maupun dalam tataran praksis terdapat kelemahan paradigmatik yang sangat mendasar. Kelemahannya adalah dalam konseptualisasi pendidikan kewarganegaraan, penekanan yang sangat berlebihan terhadap proses pendidikan moral yang behavoristik, ketidakkonsistenan penjabaran dimensi tujuan pendidikan nasional ke dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan, dan keterisolasian proses pembelajaran nilai Pancasila dengan konteks disiplin keilmuan dan sosial-budaya. Hal tersebut di atas didukung


(10)

dengan kenyataan bahwa pada dasa warsa (1962-1998) mata pelajaran yang sekarang bernama PKn mengalami perkembangan secara fluktuatif, mulai dari pelajaran civics atau PKN, PMP, PMPKN, PPKn dan sekarang menjadi PKn.

Namun adanya perubahan tersebut diharapkan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan akan dirasakan sangat penting dalam proses pembentukan karakter siswa sebagai warga negara yang merupakan isyarat dari civic education yang bermutu. Dalam kaitan ini Cogan (1999:4) menegaskan bahwa:

Civic Education “…the foundation course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives”. Citizenship Education or Education for Citizenship “…both these in school experiencess as well as out of school or non formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media, etc which help to shape the totality of the citizen”.

Maknanya adalah Civic Education merupakan suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Citizenship Education atau Education for Citizenship digunakan sebagai istilah yang memiliki pengertian yang lebih luas yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan luar sekolah seperti rumah, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, media massa dan lain-lain yang berperan membantu proses pembentukan totalitas atau keutuhan sebagai warganegara.

Dalam kurikulum saat ini mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, sebab peranan dan tanggung jawab sekolah menurut Quigley (Winataputra, 2007:59) adalah …fostering civic virtue and a sense of citizenship


(11)

… to see the relevance of a civic dimension for their lives. Dalam hal ini bermakna bahwa memperkuat kebajikan warga negara dan kesadaran sebagai warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek kewarganegaraan dalam kehidupannya.

Dalam Undang-undang No.20/2003 pasal 37 (1) tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat beberapa mata pelajaran yaitu (a) pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e) ilmu pengetahuan alam,(f) ilmu pengetahuan sosial,(g) seni dan budaya, (h) pendidikan jasmani dan olah raga, (i) keterampilan/kejuruan, dan (j) muatan lokal. Kemudian dalam ayat (3) dinyatakan untuk kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah (a) pendidikan agama, (b) pendidikan kewarganegaraan dan (c) bahasa. Lebih khusus lagi dalam kurikulum 2004 (Depdiknas,2003) menyatakan pendidikan kewarganegaraan (citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya dalam Rencana Program Pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan dan Depdiknas (2006) jelas dijabarkan tentang visi dan misi serta tujuan Pendidikan Kewarganegaraan. DimanaVisi pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation dan character building) dan pemberdayaan warga negara. Misi pendidikan


(12)

kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik, yakni warganegara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun PKn sebagai Civic Education bertujuan mengembangkan potensi agar siswa (1) memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan, (2) memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggungjawab, (3) memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Salah satu upaya mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan maka perlu mengembangkan tiga komponen utama yang dipelajari dalam pendidikan kewarganegaraan. Merujuk pada pendapat Branson seperti yang dikutip Budimansyah (2008:55) bahwa : ‘terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn yaitu civic knowledge, civic skill, civic dispositions’. Dari ketiga komponen dasar tersebut yang mengisyaratkan pada pengembangan karakter siswa adalah watak kewarganegaraan (civic dispositions). Menurut Winataputra (2007:191): “Komponen dasar ketiga dari civic education adalah watak kewarganegaraan (civic disposition) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional”. Sedangkan menurut Quigley (Komalasari,2008:85) bahwa:

secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni civility (respect and civil discourse), individual responsibility, self –discipline, civic mindedness, open-mindedness (openness,


(13)

skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyality to the nation and its principles.

Maknanya adalah kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan, kaharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Komalasari (2008:87) tentang pembelajaran kontekstual dalam pendidikan kewarganegaraan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa SMP di Jawa Barat memiliki aspek disposisi kewarganegaraan tinggi. Dengan tingginya aspek disposisi kewarganegaraan siswa SMP di Jawa Barat, merupakan suatu dorongan bagi pendidikan kewarganegaraan untuk membentuk karakter siswa secara lebih baik yang didukung pula oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam kaitan ini Robinson (Suriakusumah, 1992:33) menegaskan bahwa :

A proces comprising all the positive influence which are intended ti shape a citizens view og his in society... civic education is therefore, for more than a course of study. It comes partly from formal scholing, partly from parental influence, and partly from learning outside the classroom and the home. Through civic education our youth are helped to gain an understanding of our national ideals, the common good and then proceses of self government.

Berdasarkan pendapat Robinson tersebut terlihat bahwa pelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mencakup program sekolah tetapi berasal dari pengaruh belajar yang positif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat,


(14)

sehingga pendidikan kewarganegaraan dapat membantu siswa dalam memahami, menghayati dan melaksanakan cita-cita nasional serta mampu menyusun suatu keputusan yang tepat dalam menghadapi berbagai macam permasalahan. Apalagi melihat situasi saat ini banyak terjadi berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para siswa, mulai dari pembentukan gank perempuan, gank motor, pesta miras, perayaan kelulusan yang dilakukan dengan mencoret pakaian seragam sekolah sampai dengan konvoi kendaraan bermotor yang mengganggu kelancaran lalu lintas. Bahkan belakangan ini sering terdengar tawuran mahasiswa antar perguruan tinggi yang dulu tidak pernah terjadi ditambah lagi banyak para pelajar yang terlibat narkoba,pornografi, banyak anak yang tidak lagi menghargai orang tuanya, banyak siswa yang kurang menghormati gurunya. Jika dilihat dari segi kehidupan berbangsa menurut Azra (2006:149-150) bahwa :

Sejak awal masa reformasi melanda bangsa Indonesia maka terjadi berbagai krisis seperti krisis moneter, ekonomi, dan politik yang mengakibatkan terjadinya krisis sosial-kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Hal ini mempelihatkan bagaimana pembangunan karakter bangsa ini menjadi permasalahan serius dan selalu aktual.

Krisis sosial yang terjadi saat ini seperti tidak adanya kepercayaan kepada penguasa, banyak warga yang melanggar norma-norma atau aturan yang telah ditetapkan, terjadinya dekadensi moral, adanya perbedaan upah antara pekerja asing dan lokal sehingga berakibat kecemburuan sosial dan terjadilah kerusuhan dan pembakaran pabrik oleh para buruh. Semua kenyataan tersebut merupakan suatu tantangan yang harus dibenahi secara bersama agar tercipta warganegara yang berkarakter baik. Penciptaan warga negara yang baik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan keseriusan dan pendekatan yang


(15)

komprehensif dari semua pihak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Usaha sekolah dalam pembentukan karakter siswa yang salah satunya melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan tidak dapat terpisahkan dari lingkungan keluarga dan keduanya memerlukan hubungan yang sinergi. Hal ini sesuai pendapat Winataputra ( 2007:59) bahwa komponen lain yang juga dianggap penting dalam pembentukan karakter adalah peranan keluarga karena diyakini merupakan komponen kunci dalam program civic education seperti yang dikemukakan Quigley (Winataputra, 2007:59) bahwa ‘…family involvement should be considered a key component of any fully developed civic education program’, artinya keterlibatan keluarga seyogyanya dianggap sebagai komponen kunci berkembangnya program “civic education”.

Dalam Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Lingkungan Sekitar, yang dikeluarkan oleh Depdiknas (2007:8) diyatakan bahwa :

Paradigma baru hubungan keluarga, sekolah dan masyarakat, semua pihak (orang tua dalam keluarga, sekolah dan masyarakat ) secara bersama-sama bertanya “apa yang dapat kita kerjakan bersama untuk mendidik anak dengan baik” atau “What can all of us together do to educate all children well.”

Hal tersebut dapat dimaknai bahwa perhatian pendidikan untuk anak atau peserta didik bukan hanya tanggung jawab sekolah semata tetapi merupakan kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam kaitan ini An-Nahlawi (1996:227) menegaskan bahwa sekolah harus berupaya berfungsi sebagai pelengkap pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan anak dimulai di dalam buaian kedua orang tuanya. Oleh sebab itu antara kedua lingkungan pendidikan


(16)

yaitu keluarga dan sekolah perlu dibangun suatu kerjasama yang jelas. Dalam hal ini keterlibatan lingkungan keluarga (rumah tangga) yang merupakan lingkungan utama dan pertama dalam mendidik anak memang sangat penting sebab menurut Sumantri (2003:1.7) bahwa “pendidikan dalam keluarga mengenal adanya the golden rules”. Selanjutnya L. Kohlberg (Sumantri,2003:1.7) mengungkapkan bahwa ‘keluarga merupakan pusat pendidikan pertama yang di kenal oleh anak, di mana keluarga ini mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan’. Pada bagian lain keluarga menurut Hafidh (2006:9) adalah:

Benteng pertahanan aqidah. Maka, benteng itu harus kokoh dari dalam. Setiap individu berjaga-jaga pada posisinya masing-masing. Jika tidak, benteng itu akan mudah bobol. Oleh karena itu, setiap mukmin wajib mengamankan bentengnya masing-masing dari dalam.

Salah satu upaya agar benteng pertahanan aqidah tetap kokoh, maka orang tua sebagai penentu pembentukan karakter anak di rumah maupun guru yang ada di sekolah terlebih lagi guru pendidikan kewarganegaraan harus paham betul kebutuhan peserta didiknya baik dalam bentuk pemberian kasih sayang, pemberian penghargaan dan pengakuan atas keberadaan sang anak serta memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut ditegaskan oleh Partoyo (2008:28) bahwa:

Kebutuhan yang terpenting di dalam diri sang anak adalah kebutuhan akan kasih sayang, kedamaian dan ketenangan, kebebasan, pengaruh yang mengendalikan dan mengarahkan, penghormatan dan penghargaan, dorongan dalam mencapai keberhasilan, permainan (petualangan dan spekulasi).

Dengan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan maupun dalam iklim


(17)

kehidupan keluarga yaitu dari segi pemberian ketenangan, penghormatan dan penghargaan terhadap hak dan kewajiban serta penghargaan akan harkat, derajat dan martabat terhadap dirinya maka diharapkan dapat menumbuhkembangkan karakter siswa dalam mengantisipasi situasi dan kondisi saat ini.

.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan maka peneliti akan memfokuskan pada permasalahan bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa . Penelitian ini akan dilakukan kepada para siswa SMP di kabupaten Sumedang.

Mengingat rumusan masalah tersebut di atas begitu luas maka secara khusus peneliti ingin mengungkapkan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap

pembentukan karakter siswa ?

2. Bagaimana pengaruh iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa ?

3. Bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendapatkan gambaran tentang :


(18)

a. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan karakter siswa .

b. Pengaruh iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa. c. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan

keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Secara teoritik penelitian ini akan mengungkap dan mengkaji tentang bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa. Sedangkan secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Pengembangan keilmuwan pendidikan kewarganegaraan agar visi, misi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan tercapai.

2. Pengembangan keilmuwan pendidikan kewarganegaraan terhadap komponen dasar dari civic education yaitu civic skill, civic knowledge dan terutama watak kewarganegaraan (civic disposition) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.

3. Para pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan atau pemerintah sebagai masukan tentang pentingnya pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan karakter siswa.


(19)

4. Para akademisi atau komunitas akademik, khususnya bidang studi pendidikan kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi kearah pengembangan ilmu pendidikan kewarganegaraan.

5. Para praktisi tenaga kependidikan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu pendidikan kewarganegaraan.

6. Para praktisi pendidikan khususnya bidang studi pendidikan kewarganegaraan, sebagai masukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan agar selalu meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan dalam membentuk karakter siswa.

7. Masyarakat umum sebagai masukan akan pentingnya iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

E. Asumsi

Dalam penelitian ini penulis memiliki asumsi bahwa

1. Pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan karakter siswa sangat komplek dan memerlukan pendekatan yang komprehensif serta melibatkan seluruh lingkungan kehidupan manusia, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2. Tanggungjawab utama dalam membentuk dan menanamkan prilaku etis serta mengembangkan karakter privat termasuk karakter moral berada dipundak keluarga, lembaga-lembaga keagamaan, tempat kerja serta bagian lain dari civil society. (Branson ,1999:55-56)


(20)

3. Sekolah harus memainkan peranan utama dan menyeluruh dalam mengembangkan karakter siswa. Program-program civic education hendaknya secara efektif memberikan peluang bagi para siswa untuk mengembangkan karakter publik dan privat yang diinginkan. (Branson ,1999:55-56)

4. Iklim kehidupan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam membentuk watak atau karakter anak, sebab keluarga merupakan sekolah anak untuk mulai belajar kesetiaan, kasih sayang, saling menghormati dan sifat-sifat mulia lainnya.

F. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan karakter siswa.

2. Terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

3. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa.

G.Variabel Penelitian dan Definisi operasional

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X1) dan Iklim Kehidupan Keluarga (X2) sebagai variabel bebas serta Karakter Siswa (Y) sebagai variabel terikat. Untuk memperoleh ketajaman analisis secara parsial variabel bebas dan terikat akan diuraikan di bawah ini :


(21)

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam penelitian ini mencakup pengembangan yang terdiri dari strategi atau metode, media, keterampilan membuka dan menutup pelajaran serta keterampilan bertanya.

2. Iklim kehidupan keluarga

Iklim kehidupan keluarga dalam penelitian ini meliputi penataan sosial yang terdiri dari komunikasi antar anggota keluarga serta kekompakan antar anggota keluarga. Kemudian penataan psikologis yang terdiri dari penataan emosional dan suasana kejiwaan.

3. Karakter Siswa

Karakter siswa yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu mencakup karakter publik yang terdiri dari sopan santun, ketaatan pada hukum, kepekaan pada urusan publik, mau bekerjasama dengan orang lain, menghargai hak-hak dan kepentingan orang lain, diskusi yang santun dan serius. Kemudian karakter privat terdiri dari bertanggung jawab sesuai ketentuan, memelihara/menjaga diri, disiplin diri dan berfikir kritis.

Untuk memudahkan pemahaman hubungan variabel bebas dan variabel terikat, maka peneliti menyusunnya dalam hubungan variabel sebagai berikut:

X1

Y

X2


(22)

Rincian indikator setiap dimensi/variabel dapat dilihat pada tabel 1.1. sebagai berikut:

Tabel 1.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ALAT UKUR

1 Pembelajaran PKn (X1)

-Perencanaan -Pelaksanaan -Evaluasi 1.tujuan 2.Materi, 3.metode/media,

4. keterampilan bertanya. 5.keterampilan membuka,

menyampaikan dan menutup pelajaran 6.Melakukan evaluasi

Kuesioner terdiri dari 4 option(angket tertutup)

2 Iklim Kehidupan Keluarga (X2)

Keutuhan keluarga

Penataan Psikologis

1.interaksi antar anggota keluarga

2. kekompakan antar anggota keluarga

Penataan emosional dan suasana kejiwaan

Kuesioner terdiri dari 4 option (angket tertutup)

3 Karakter Siswa (Y)

Berhubungan dengan orang lain Berhubungan dengan diri sendiri 1.sopan santun, 2.ketaatan 3. kepekaan 4. bekerjasama 5. menghargai

1.disiplin diri dan berfikir kritis. 2. berani 3.kreatif 4.memelihara/menjaga diri 5.bertanggung jawab sesuai ketentuan. Kuesioner terdiri dari 4 option (angket tertutup)


(23)

J. Kerangka Pemikiran

Iklim kehiiupan

keluarga

Siswa Kebijakan

pemerintah Ekstra

kurikuler OSIS Guru

disekolah

Pembelaja ran PKn

Karakter siswa

Proses interaksi,

pembelajaran siswa

Kelompok belajar, agama, seni, O.R Kelompok


(24)

69 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal tersebut dilakukan karena peneliti ingin mendapatkan data secara akurat agar dapat menganalisis data secara memuaskan, selain itu untuk memudahkan mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi sesuai dengan kebutuhan serta mendapatkan gambaran antara penyimpangan dengan yang seharusnya. Kemudian Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, serta menjawab pertanyaan – pertanyaan sesuai fenomena yang ada sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Creswell (2008:46) bahwa Quantitatif research is a type of educational research in which the researcher decides what to study; asks specific, narrow questions; collects quantifiable data from participants, analyzes these number using statistic; and conducts the inquiry in an unbiased, objective manner. Maknanya adalah penelitian kuantitatif merupakan penelitian pendidikan dimana peneliti menentukan apa yang akan dipelajari; menanyakan hal yang spesifik, pertanyaan yang terbatas; mengumpulkan data yang dapat diukur dari partisipan; menganalisis data dengan menggunakan statistik; dan menyelidiki prilaku tanpa memihak, sikap objektif. Sedangkan menurut pendapat Harahap (1992) bahwa penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Sedangkan menurut Sudjana (2005:7) penelitian


(25)

kuantitatif (Quantitatif Research), digolongkan ke dalam penelitian tradisional atau konvensional, positivistic, eksperimental, empirik, pengukuran dan analisis data yang dikuantifikasi, serta menggunakan model matematik.

2. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara atau alat untuk mencapai sesuatu. Menurut Danial (2007:50) metode pada dasarnya merupakan alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu. Begitu juga dalam penelitian namun tidak sesederhana itu, artinya memiliki karakteristik yang komplek, tidak sekedar alat belaka tetapi ada tujuan tertentu dalam menggunakannya. Ada berbagai macam metode yang diungkapkan para ahli metodologi dalam melaksanakan penelitian. Jika diidentifikasi menurut Isaac dan Michael ( Danial, 2007:51) ada Sembilan kategori dengan ciri dan tujuannya masing-masing yaitu : (1) metode historis (historical), (2) metode deskriptif (descriptive), (3) metode perkembangan (developmental), (4) metode kasus atau lapangan (case or field). (5) metode korelasi (correlation) (6) metode komparatif (causal-comparative), (7) metode eksperimen ( true eksperimental), (8) metode kuasi ekperimen (quasi-experimental) dan (9) metode tindakan (action). Untuk penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif- analitik. Metode ini digunakan karena untuk menganalisis dan mengungkap secara akurat serta memberikan gambaran secara sistematik terhadap fenomena yang ada. Selain itu metode deskriptif menurut Nawawi (2006:67) adalah sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan obyek yang diselidiki (seseorang,


(26)

lembaga, masyarakat, pabrik dan lain-lain) sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang diambil adalah sumber primer dimana data diperoleh langsung dari responden. Mengingat jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang cukup luas maka teknik pengumpulan data yang dilakukan dan dianggap efektif adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner, sebab ingin mengumpulkan informasi terhadap variabel yang menjadi perhatian peneliti. Angket/kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Menurut Nasution (Danial, 2007:62) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian.Sedangkan responden merupakan orang yang memberikan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner tertutup dimana menurut Arikunto (1998:151) kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda contreng (V). Pendapat lain yang sejalan dengan pengertian tersebut adalah pendapat yang dikemukakan Danial (2007:63) bahwa angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya oleh peneliti. Responden hanya memilih jawaban yang kira-kira cocok sesuai dengan pendapatnya dan


(27)

tidak diberikan kesempatan memberikan jawaban yang lain. Sebelum angket digunakan maka terlebih dahulu diadakan uji coba untuk mengukur reliabilitas dan validitas angket sehingga angket yang digunakan berikutnya untuk pengumpulan data yang sebenarnya memiliki tingkat reliabilitas dan validitas tinggi. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data dari responden adalah dengan menyebarkan angket, menganalisis hasil angket dan membuat kesimpulan dari angket tersebut.

Kemudian skala yang digunakan agar pengukuran menghasilkan data kuantitatif maka dilakukan dengan skala Likert yang memiliki lima alternatif jawaban. Namun untuk kepentingan penelitian ini jawaban yang digunakan sebanyak empat alternatif yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Sedangkan jawaban ragu-ragu tidak digunakan untuk menghindari keraguan dan ketidakpastian jawaban dari siswa.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi berkenaan dengan ketertarikan peneliti terhadap sesuatu yang di observer baik objek/subjek.yang memiliki karakteristik tertentu dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi menurut Sugiyono (2009:61) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Wahyudin (2007:1) suatu populasi merupakan himpunan lengkap observasi-observasi tentang sesuatu yang ingin


(28)

diambil kesimpulannya.Suatu populasi lebih berkenaan dengan observasi-observasi daripada dengan orang-orang. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengungkap dan mendapat gambaran pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa, maka anggota populasi penelitian ini adalah siswa SMP se-kabupaten Sumedang yang menurut data dari dinas pendidikan kabupaten Sumedang tahun 2010 terdapat 145 sekolah, dimana jumlah SMP negeri sebanyak 70 sekolah sedangkan SMP swasta sebanyak 75 sekolah. Dari jumlah SMP negeri dan swasta tersebut dapat diketahui jumlah siswa sebanyak 53.555 siswa yang tersebar pada SMP negeri sebanyak 38.651 siswa dan SMP swasta sebanyak 14.904 siswa. Untuk kepentingan penelitian ini maka populasi yang diambil adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 17.980 siswa yang terdiri dari SMP negeri berjumlah 12.914 siswa dan SMP swasta berjumlah 5.066 siswa. Hal ini dilakukan karena siswa kelas VIII merupakan usia bagi siswa untuk menemukan jati dirinya serta merupakan masa transisi yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Kemudian usia sekolah lanjutan merupakan saat yang krusial dalam pengembangan peran dan tanggung jawab warganegara. Pada usia inilah siswa menemukan identitas dirinya dan perannya dalam masyarakat sekitarnya dan masyarakat dalam arti keseluruhan.

2. Sampel Penelitian

Melihat begitu besarnya populasi yang ada, maka dalam penelitian ini digunakan sampel atau satuan terbatas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan merupakan representasi atau wakil dari populasi. Menurut


(29)

Kerlinger (2006:188) sampel merupakan sesuatu bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil (representasi) populasi atau semesta itu.

Mengingat wilayah yang begitu luas, sehingga teknik penarikan sampel secara acak sederhana, sistematis dan stratifikasi tidak bisa digunakan secara langsung maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel acak bertingkat (Multistage Random Sampling), dimana menurut Eriyanto (2007:139-141) bahwa pada acak bertingkat, gugus atau klaster sangat besar. Karena besar, gugus itu dipecah lagi ke dalam beberapa gugus, baru individu diambil. Dengan demikian ada beberapa tahap dalam proses penarikan sampel. Sampel acak bertingkat dilakukan pertama kali menentukan unit atau satuan pertama kali dengan sampel diambil. Unit ini disebut sebagai Primary Sampling Unit (PSU). PSU adalah satuan atau unit di mana individu menjadi bagian atau anggota dari unit tersebut. Setelah PSU diambil, dilakukan proses random lagi atas PSU itu ke dalam unit yang lebih kecil lagi. Dan begitu seterusnya sampai unit yang paling kecil di mana responden diambil. Untuk kepentingan penelitian ini, klaster yang digunakan adalah klaster wilayah yang terdiri dari wilayah kota, kota sedang dan pinggiran.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak tujuh sekolah dan setelah diambil secara acak ternyata yang terambil adalah SMP Negeri. Sampel tersebut dianggap dapat mewakili populasi yang ada pada tiap-tiap klaster (wilayah). Sekolah tersebut terbagi menjadi 2 SMP di wilayah kota, 3 SMP di wilayah kategori kota sedang dan 2 SMP di wilayah pinggiran. Masing-masing dari SMP diambil sampel kelas VIII . Jumlah sampel yang diambil seluruhnya


(30)

sebanyak 140 siswa. Hal ini berdasarkan pada pendapat Roscoe (Sugiyono 2009:74) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik stratifikasi tidak proporsional. Jumlah sampel pada masing-masing strata tidak diambil secara proporsional artinya ada strata yang mendapat jumlah sampel lebih besar dari proporsi sebenarnya dan ada strata yang mendapat jumlah sampel lebih kecil dari proporsi yang seharusnya. Dari hasil pengambilan secara acak sekolah yang akan dijadikan sampel pada tiap klaster serta penyebaran populasi dan sampel dari sekolah yang diteliti maka hasilnya dapat terlihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Gambaran Populasi dan Sampel Penelitian

Nama Sekolah Populasi

Sampel Acak Stratifikasi Tidak

Proporsional Jumlah Prosen Jumlah Prosen

SMP Negeri 2 Sumedang 250 16,3 21 15

SMP Negeri 5 Sumedang 336 21,9 28 20

SMP Negeri 1 Pamulihan 251 16,4 21 15

SMP Negeri 1 Ganeas 107 7,0 15 10,7

SMP Negeri 2 Cimalaka 244 15,9 20 14,3

SMP Negeri 1 Tanjungkerta 206 13,4 18 12,9 SMP Negeri 1 Tanjungmedar 139 9,1 17 12,1


(31)

Dari masing-masing jumlah sampel setiap sekolah peneliti menentukan jumlah siswa yang dibutuhkan berdasarkan kriteria siswa berprestasi tinggi, sedang, rendah, lalu siswa yang ekonomi tinggi, sedang, rendah. Hal ini bukan berarti hasil penelitian nantinya membahas berdasarkan kriteria tersebut diatas tapi semata-semata untuk melihat pendapat dari responden dari berbagai latar belakang siswa, sehingga data yang diperoleh diharapkan bervariasi dan lebih objektif karena dianggap sampel siswa yang diambil tersebut mewakili siswa lain dengan kriteria tadi.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama 3 bulan. Adapun tahapan penelitian terdiri dari :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan peneliti adalah (1) melakukan perumusan masalah (2) studi literatur untuk mencari teori-teori yang mendukung pelaksanaan penelitian,(3) membuat surat perizinan dan mencari data sekolah serta jumlah sekolah yang ada di kabupaten Sumedang kemudian menentukan sampel sekolah dan siswa yang akan dijadikan subjek peneltian, (4) pembuatan angket atau penyusunan instrumen penelitian sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan, (5) uji coba angket pada siswa di sekolah yang bukan termasuk dalam subjek penelitian kemudian menganalisisnya untuk mengetahui reliabilitas dan validitas soal yang dibuat. (6) survei awal dan permohonan izin dan bantuan terhadap sekolah yang masuk sampel penelitian.


(32)

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan tahap persiapan selanjutnya melaksanakan penelitian dengan mengunjungi sekolah yang dijadikan tempat penelitian. Dengan bantuan guru pendidikan kewarganegaraan dan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum para siswa yang dijadikan sampel penelitian dikumpulkan dalam suatu ruangan kelas kemudian instrumen penelitian atau angket dibagikan secara langsung oleh peneliti dan diawasi sendiri oleh peneliti. Sebelum siswa menjawab pertanyaan yang sudah tertera dalam angket terlebih dahulu peneliti menyuruh siswa membaca seluruh petunjuk yang ada dan kemudian memperjelas kembali tujuan pengisian angket serta tata cara pengisian angket yang benar. Setelah siswa selesai menjawab maka angket tersebut diserahkan kembali kepada peneliti.

3.Pengolahan Data

Setelah semua angket dan data terkumpul, maka peneliti melakukan verifikasi, pengolahan data secara statistik, menganalisis dan menginterpretasikan hasil penelitian serta perumusan temuan penelitian dan menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

D. Teknik Analisis Data

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut: (1) mengumpulkan dan menyeleksi data agar dapat diolah


(33)

lebih lanjut yaitu dengan menentukan kriteria yang telah ditetapkan dari jawaban yang telah diberikan oleh responden. (2) Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya. (3) Memasukan data/jawaban responden ke dalam tabel berdasarkan variabel masing-masing dan dilakukan konfirmasi pencapaian untuk masing-masing-masing-masing variabel. (4) Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variabel. Tabel berikut ini dapat menjelaskan interpretasi pencapaian variabel penelitian.

Tabel 3.2

Interpretasi Pencapaian Variabel Penelitian

Interval Pencapaian Variabel X1,X2 dan Y Kategori 80 – 100

60 – 79,9 40 – 59,9 20 – 39,9 0 – 19,9

84 – 100 68 – 83 52 – 67 36 – 51 20 - 35

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

(5) Melakukan uji korelasi, regresi Menguji dengan Analisis Korelasi Sederhana dan Ganda

Untuk mencari hubungan antara variabel X1 dengan Y dan X2 dengan Y serta X1 dan X2 terhadap Y maka dengan menggunakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment (PPM) dengan rumus sebagai berikut:


(34)

rxy = n ∑ x1y1 – (∑ x1) (∑ y1)

√{n.∑X2 – (∑X)2}.{n.∑Y2 – (∑Y)2 }

Korelasi PPM dilambangkan rho (р) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga ( -1≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatitif sempurna, r

= 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Untuk menentukan nilai r maka berpedoman pada tabel interpretasi koefisien nilai r berikut ini :

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,80 - 1,00 0,60 - 0,799 0,40 - 0,599 0,20 - 0,399 0,00 – 0,199

Sangat kuat kuat Sedang Rendah Sangat rendah Sumber : Sugiyono ( 2009:231 )

1. Menguji dengan Analisis Regresi Sederhana dan ganda

Regresi sederhana di dasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal antar satu variabel independen dan satu variabel dependen. Dalam uji ini digunakan regresi Linier dan regresi ganda dengan rumus sebagai berikut :

Persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut : Ŷ = a + bX


(35)

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Ŷ = (dibaca Ŷ topi). Subjek variabel terikat yang diproyeksikan. a = Nilai Y ketika harga X = 0 ( konstan )

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan variable dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Untuk mencari harga a digunakan rumus sebagai berikut :

∑Y – b. ∑X a = --- n

Untuk mencari harga b maka digunakan rumus sebagai berikut : n. ∑XY - ∑X . ∑Y

b = --- n. ∑ X2 – (∑ X )2

Untuk persamaan regresi ganda dirumuskan sebagai berikut : Ŷ = a + b1X1 + b2X2

Adapun hubungan kausal variabel bebas dan terikat dapat dilihat seperti gambar berikut :


(36)

1 rx1,y Py€1 r12 rx1,x2,y

rx2,y Gambar 3.1

Struktur Hubungan Kausal Variabel Bebas dan Terikat

Struktur hubungan kausal X1 dan X2 terhadap Y, langkah-langkah menguji path analisis sebagai berikut :

a.Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural. Struktur Y = p yx1 X1 + p yx2 X2

b.Menghitung koefisien yang didasarkan pada koefisien regresi sebagai berikut : 1. Menggambar diagram jalur lengkap, menentukan sub-sub strukturalnya dan

rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis naik turun variabel endogen (Y) dipengaruhi secara signifikan oleh variabel eksogen ( X1 dan X2 )

2. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. Persamaan regresi ganda :

Y = a + b1X1 + b1X2 X1

X2


(37)

Keterangan :

Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka- angka baku atau Z-score ( data yang diset dengan nilai rata-rata = 0 dan standar deviasi = 1 ). Koefisien jalur yang distandarkan ( Standardized path coefficient ) ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh ( bukan memprediksi ) variabel bebas (eksogen) terhadap variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat (endogen). Dengan program SPSS.16 menu analisis regresi, koefisien path ditunjukan oleh output yang dinamakan coefficient yang dinyatakan sebagai standardized coefficient atau dikenal dengan nilai Beta.

Analisis path tidak terpenuhi karena variabel relatif sedikit sehingga koefisien jalur yang diperoleh sama dengan koefisien korelasi regresi sehingga menggunakan regresi.

2.Kaidah Pengujian Signifikansi

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ≤ sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau ( 0,05 ≥ sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut : (1) Ho : ρ = 0 tidak ada pengaruh


(38)

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam peneltian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup. Penyusunan instrumen berdasarkan pada indikator masing-masing variabel dengan mengacu pada tata cara penyusunan angket yang baik. Untuk memberikan gambaran tentang isi pertanyaan dalam angket yang akan disampaikan dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Nomor item

Pembelajaran PKn (X1)

Pengembangan pembelajaran

1. Pengembangan materi 2. Pengembangan

metode

3. Pengembangan media 4. Keterampilan membuka

dan menyampaikan pelajaran

5. Keterampilan bertanya dan menutup pelajaran

1,2,3,4 5,6,7,8 9,10,11,12 13,14,15,16 17,18,19,20 Iklim Kehidupan keluarga (X2) 1. Keutuhan Keluarga

1, Interaksi antar anggota keluarga

21,22,23,24,25, 26


(39)

2. Penataan Psikologis

2. Kekompakan antar anggota keluarga Penataan emosional dan suasana kejiwaan 27,28,29,30,31, 32 33,34,35,36,37, 38,39,40 Karakter

Siswa ( Y )

1. Berhubung an dengan orang lain 1. Berhubung an dengan diri sendiri

1. Sopan santun 2. Ketaatan 3. Kepekaan 4. Bekerjasama 5. Menghargai

1. Disiplin diri dan berfikir kritis 2. Berani 3. Kreatif 4. Memelihara/Menja ga diri 5. Bertanggungjawab sesuai ketentuan 41.42 43,44 45,46 47,48 49,50 51,52 53,54 55,56 57,58 59,60

2.Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen disampaikan pada responden yang termasuk dalam sampel penelitian, maka instrumen diuji coba terlebih dahulu, ( angket uji coba dapat dilihat pada lampiran 3.1). Uji coba instrumen dilakukan terhadap 40


(40)

siswa/responden yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tanjungkerta. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dari masing-masing variabel penelitian. Dari hasil uji coba yang dilakukan diperoleh data seperti dapat dilihat dalam lampiran 3.2

2.1Reliabilitas

Tabel 3.5

Rekapitulasi Reliabilitas Instrument Penelitian

Tahap

ujicoba Variabel

Koef Alpha

Cronbach Kategori Reliabilitas I

Pembelajaran Pkn 0,924 Sangat tinggi

Iklim kehidupan keluarga 0,868 Sangat tinggi

Karakter siswa 0,908 Sangat tinggi

Dari rekapitulasi tabel di atas terlihat bahwa hasil uji coba yang telah dilaksanakan dan dilakukan perhitungan reliabilitas maka untuk variabel pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (X1) diperoleh hasil 0,924 dengan demikian berarti reliabilitas soal tersebut sangat tinggi. Untuk variabel iklim kehidupan keluarga (X2) setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,868 sehingga soal tersebut termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dan untuk karakter siswa (Y) diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,908 sehingga soal tersebut termasuk kategori reliabilitas sangat tinggi. Reliabilitas instrumen ini diperlukan sebagai syarat pengujian validitas instrumen. Dengan instrumen yang reliabel maka


(41)

diharapkan hasil penelitian akan reliabel.Untuk lebih jelasnya daftar reliabilitas soal dapat dilihat pada lampiran 3.3.

2.2Validitas

Instrumen soal yang valid merupakan syarat agar dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur serta diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Untuk menentukan valid tidaknya item butir uji coba, di konsultasikan pada kriteria validitas dengan menggunakan daftar koefisien korelasi pada tingkat kepercayaan 5%, dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 orang, sehingga didapat harga rkritis = 0,320 artinya nilai koefisien korelasi Alpha Cronbach’s untuk validitas butir soal tersebut termasuk pada kategori valid, bilamana perolehan minimal koefisien korelasinya mencapai 0,32. Untuk rekapitulasi secara keseluruhan dari validitas soal dapat dilihat pada tabel di lampiran 3.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa variabel pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (X1) dengan jumlah item soal sebanyak 20 semuanya valid. Kemudian untuk varabel iklim kehidupan keluarga (X2) dengan jumlah soal 20 terdapat 6 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 5,8,9, 15, 16 dan 18. Sedangkan untuk variabel karakter siswa (Y) dari 20 item soal yang tersedia terdapat 3 soal yang tidak valid yaitu soal nomor 8,9 dan 15.

Untuk butir soal yang tidak valid perbaikan dilakukan secara bertahap, yakni dengan melihat apabila indikator untuk sub.variabel tersebut dapat tertutupi dengan item soal lainnya maka dilakukan pembuangan terhadap soal yang tidak valid, namun apabila soal untuk indikator tersebut sangat diperlukan karena tidak


(42)

terwakili oleh butir item lainnya maka dilakukan revisi terhadap soal tersebut. Untuk item soal yang disampaikan dalam penelitian ini dilakukan revisi terhadap soal-soal yang tidak valid karena setelah dicek item untuk indikator tersebut sangat diperlukan karena tidak terwakili oleh butir item lainnya.


(43)

(44)

126 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :

a. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembentukan karakter siswa terutama pada dimensi pengembangan materi pembelajaran.

b. Terdapat pengaruh positif iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter siswa terutama pada dimensi keutuhan keluarga. c. Terdapat pengaruh positif pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan

iklim kehidupan keluarga terhadap pembentukan karakter disebabkan oleh adanya hubungan yang sinergi antara keduanya.

d. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa selain pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga.

2. REKOMENDASI

Kesimpulan hasil penelitian yang telah dirumuskan diatas memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan baik dari segi materi, media, metode harus terus ditingkatkan, dievaluasi dan diinovasi, sebab meskipun berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter


(45)

siswa tetapi belum mencapai maksimal Hal ini terbukti ternyata pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan lebih kecil dibandingkan dengan iklim kehidupan keluarga dalam membentuk karakter siswa.

b. Iklim kehidupan keluarga berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter siswa, oleh karena itu fungsi dan peran keluarga harus terus dipertahankan dan dditingkatkan agar mencapai hasil yang maksimal. c. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan

keluarga berpengaruh positif tehadap pembentukan karakter siswa, namum butuh kerjasama yang lebih sinergi agar mencapai hasil yang maksimal.

d. Banyak hal yang belum tersentuh dalam penelitian ini, sebab ternyata siswa telah memiliki karakter tersendiri tanpa pengaruh pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan iklim kehidupan keluarga. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi karakter siswa.


(46)

128

DAFTAR PUSTAKA

Al Shabbagh.M. (1994). Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.

An-Nahlawi.A. (1996). Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan Masyarakat. Bandung: CV.Diponegoro. Azra, A. (2006). Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas dan

Modernitas. Depok:FISIP Universitas Indonesia.

Branson, Margaret S. (1998). The Role of Civic Education: A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network. Washington, DC: Center for Civic Education.

Branson, Margaret S. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta : LKIS dan TAF

Budimansyah,D dan Suryadi,K (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural .Bandung: Spsarjana.

Cholisin, dkk. (2007). Ilmu Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Cogan, J.J. (1999).Developing the Civic Society:The Role of Civic Education. Bandung:CICED

Cogan, John J. and Ray Derricott. (1998). Citizenship Education For the 21st Century: Setting the Context. London: Kogan Page

Creswell,J.W. (2008). Educational Research:Planning, conducting, and evaluating Quantitative and Qualitative Research, third edition. New Jersey:Pearson Education.

Danial Endang dan Wasriah,N. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah.Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI

Djahiri, A.K. (2006). “Esensi Pendidikan Nilai Moral dan PKn di Era Globalisasi”, dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Djahiri,A.K (1985 ). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan Games dalam VCT. Bandung:Lab PMPKN-FPIPS-IKIP

Effendi.K.(1994). Perwujudan Petatah Petitih Keraton dalam Unsur Pendidikan. Tesis Master pada Pasca Sarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.


(47)

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling, Analisis Opini Publik. Yogyakarta : LKIS Hakim.AM.(2008). Mendidik Anak Secara Bijak. Bandung:Marja

Hafidh.M.I.A.(2006). Cara Nabi Mendidik Anak. Jakarta:Al-I’tishom

Ismaun (2006) “ Penataan Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi Menuju Masyarakat Madani”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Kerlinger,F.N (2006). Asas-Asas Penelitian Behavior. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press

Koentjaraningrat (2002). Pengantar Antropologi, Pokok-Pokok Etnografi. Jakarta:Rineka Cipta

Latif.Y. (2009). Menyemai Karakter Bangsa; Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan. Jakarta: Kompas

Langgulung,H. (1986). Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Al-Husna Zikra.

Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York, NY: Bantam Books

Megawangi, R (2005). Yang Terbaik untuk Buah Hatiku.Bandung:MQS Publishing

Mulyasana,D (2006). “Manusia dan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Persfektif Perubahan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Munir.A. (2010). Pendidikan Karakter; Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: Pedagogia

Nawawi.H dan Hadari.M.M (2006). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:Gadjah Mada University Pres.

Noor, Farid,M (1983). Menuju Keluarga Sejahtera dan Bahagia.Bandung:Al-Ma’arif

Nurdin, M. Dkk.(1993). Moral dan Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta Partoyo.H.M (2008). Mendidik Anak dalam Islam. Bandung: Agung Ilmu


(48)

Patrick, J.J. (2002). Improving Civic Education In School. New York: ERIC Digest.

Poedjawijatna (1981). Manusia dan Alamnya: Filsafat Manusia. Jakarta: Bina Aksara

Print, Murray et al. (1999). Civic Education for Civil Society. London: Asian Academic Press.

Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991).Civitas: A Framework for Civic Education.Center for Civic Education: Calabasas. Q-Anees. B. dan Hambali.A. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an.

Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Rahmat.et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab. PKn-FPIPS-UPI

Rahmat.J (1993). Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya

Ranjabar,J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bogor:Ghalia Indonesia.

Russen.P. (1982). Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan. Bandung:Jemmars

Sapriya dan Winataputra, U.S (2004). Pendidikan Kewarganegaraan, Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI

Sapriya (2006) “ Warga Negara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Soedarsono,S. (2002). Character Building, Membentuk Watak. Jakarta : Elex Media Komputindo

Soelaeman.M.I. (1994).Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung:Alfabeta

Somantri.M.N (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana,Dj.(1996). Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(49)

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumantri.E. (2003). Pendidikan Politik, buku ke satu, Buku Materi Pokok PPKn. Jakarta:UT

Sumantri.E.(2008). An Outline of Citizenship and Moral Education in Major Countries of SouthEast Asia. Bandung : Bintang WarliArtika.

Suriakusumah (1992). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan dan Masalah Warganegara. Jurusan PPKN IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Winarno (2009). Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. Bandung:Alfabeta

Winataputra,U.S dan Budimansyah,D (2007). Civic Education. Bandung:SPSarjana UPI

Zuchdi,D (2008). Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Bandung:Bumi Aksara.

Publikasi Departemen :

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Masyarakat Sekitar, Jakarta, Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus RPP PKn SMP/MTs. Jakarta, Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta:Diknas

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:Citra Umbara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung:UPI

Jurnal :

Arif,D.B.(2008) “Kompetensi Kewarganegaraan untuk PengembanganMasyarakat Multikultural Indonesia”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.2, (1),98-110


(50)

Budimansyah (2008) “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1,(2),179-198

Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga

Hartono (2008) “Mengembangkan Karakter Diri Adab Karsa Tinggi”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),167-178

Komalasari.K (2008) “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1(2),76-97

Sapriya (2008) “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),199-214

Disertasi :

Winataputra,U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Suatu Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor pada PPS-UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sapriya.(2007).Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa (Kajian Konseptual-Filosofis Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor Pada PPS-UPI. Bandung;tidak diterbitkan.

Tesis :

Isbandiah.T.(2008). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Sikap Sopan Santun Siswa. ( Studi Deskriptif di SMP Kota Bandung ). Tesis Master Pendidikan Pada PPS-UPI. Bandung:tidak diterbitkan.

Rohayani.I. (2009). Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Interventif terhadap Karakter Warga Negara Muda. ( Studi Deskriptif Analitik pada Siswa SMA Negeri 3 Bandung ). Tesis Master Pendidikan Pada PPS-UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(51)

Internet :

Abidin.M.Z. (2009). Peranan Keluarga dalam Menentukan Tingkat Disiplin Anak. (Online). Tersedia: http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak/. 11 Juli 2010

Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Dewajani.S.(2009).PendidikanBerbasisKarakter,(Online).Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara.(2008).Karakter Bangsa, (Online). Tersedia:

http://lppkb.wordpress.com/2008/06/09/karakter-bangsa-2/11 Juli 2010 Noto.K (2001). Pendidikan dalam Keluarga, ( Online). Tersedia:

http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html. 3 Agustus 2009

Qauliyah.A (2006). Konsep Keluarga, Dinamika dan Fungsinya, ( Online). Tersedia : http://astaqauliyah.com/2006/12/26/konsep-keluarga-dinamika-dan-fungsinya. 15 Nopember 2009.

Soedarsono.S. (2010). Arti dan Peran Penting Karakter Hasrat untuk Berubah [Opini], (Online). Tersedia: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=40111. 11 juli 2010

Suparlan. (2010). Pendidikan Karakter dan Kecerdasan, (Online). Tersedia:

http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php. 11 Juli 2010

Wapannuri. (2010). Memahami Kelebihan dan kekurangan Karakter Manusia, (Online). Tersedia: http://www.wapannuri.com/a.karakter/memahami-kelebihan-dan-kekurangan-karakter-manusia.html. 11 Juli 2010

Wikipedia.(2006). Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas,(online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/penelitiankuantitatif . 08 Nopember 2009


(52)

Wikipedia. Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedi Bebas, (Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter

Majalah :

Suryanto (April,2008). Optimalisasi fungsi dan Peran Keluarga.Gemari. Edisi 87.Tahun XI

Makalah :

Somantri,N. (1970). “Masalah Metode mengajar Pendidikan Kewarganegaan Negara dan Pelajaran Sosial di Sekolah Menengah”. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan dan Pengajaran Civics ( Civics Education ), Tawangmangu, Surakarta.

Diktat Kuliah:

Sudjana,D. (2005). Dasar-Dasar Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjan-UPI.

Wahyudin.(2007). Dasar-Dasar Statistika. Ciamis:Program Pasca Sarjana-Universitas Galuh Ciamis.


(53)

(1)

Patrick, J.J. (2002). Improving Civic Education In School. New York: ERIC Digest.

Poedjawijatna (1981). Manusia dan Alamnya: Filsafat Manusia. Jakarta: Bina Aksara

Print, Murray et al. (1999). Civic Education for Civil Society. London: Asian Academic Press.

Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991).Civitas: A Framework for Civic Education.Center for Civic Education: Calabasas.

Q-Anees. B. dan Hambali.A. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Rahmat.et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab. PKn-FPIPS-UPI

Rahmat.J (1993). Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya

Ranjabar,J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bogor:Ghalia Indonesia.

Russen.P. (1982). Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan. Bandung:Jemmars

Sapriya dan Winataputra, U.S (2004). Pendidikan Kewarganegaraan, Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran (Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H. A. Kosasih Djahiri).. Bandung:Lab.PKn-FPIPS-UPI

Sapriya (2006) “ Warga Negara dan Teori Kewarganegaraan”. Dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Lab.PKn- FPIPS- UPI

Soedarsono,S. (2002). Character Building, Membentuk Watak. Jakarta : Elex Media Komputindo

Soelaeman.M.I. (1994).Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung:Alfabeta

Somantri.M.N (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana,Dj.(1996). Peranan Keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(2)

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sumantri.E. (2003). Pendidikan Politik, buku ke satu, Buku Materi Pokok PPKn. Jakarta:UT

Sumantri.E.(2008). An Outline of Citizenship and Moral Education in Major Countries of SouthEast Asia. Bandung : Bintang WarliArtika.

Suriakusumah (1992). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan dan Masalah Warganegara. Jurusan PPKN IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Winarno (2009). Kewarganegaraan Indonesia dari Sosiologis Menuju Yuridis. Bandung:Alfabeta

Winataputra,U.S dan Budimansyah,D (2007). Civic Education. Bandung:SPSarjana UPI

Zuchdi,D (2008). Humanisasi Pendidikan, Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Bandung:Bumi Aksara.

Publikasi Departemen :

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Sekolah dan Masyarakat Sekitar, Jakarta, Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus RPP PKn SMP/MTs. Jakarta, Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta:Diknas

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:Citra Umbara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung:UPI

Jurnal :

Arif,D.B.(2008) “Kompetensi Kewarganegaraan untuk PengembanganMasyarakat Multikultural Indonesia”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.2, (1),98-110


(3)

Budimansyah (2008) “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1,(2),179-198

Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga

Hartono (2008) “Mengembangkan Karakter Diri Adab Karsa Tinggi”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),167-178

Komalasari.K (2008) “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 1(2),76-97

Sapriya (2008) “Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa”. Acta Civicus Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.1,(2),199-214

Disertasi :

Winataputra,U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Suatu Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor pada PPS-UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sapriya.(2007).Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembangunan Karakter Bangsa (Kajian Konseptual-Filosofis Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi Doktor Pada PPS-UPI. Bandung;tidak diterbitkan.

Tesis :

Isbandiah.T.(2008). Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Iklim Kehidupan Keluarga terhadap Sikap Sopan Santun Siswa. ( Studi Deskriptif di SMP Kota Bandung ). Tesis Master Pendidikan Pada PPS-UPI. Bandung:tidak diterbitkan.

Rohayani.I. (2009). Pengaruh Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Interventif terhadap Karakter Warga Negara Muda. ( Studi Deskriptif Analitik pada Siswa SMA Negeri 3 Bandung ). Tesis Master Pendidikan Pada PPS-UPI. Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Internet :

Abidin.M.Z. (2009). Peranan Keluarga dalam Menentukan Tingkat Disiplin Anak. (Online). Tersedia: http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak/. 11 Juli 2010

Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Dewajani.S. (2008). Pengembangan Jiwa Entrepreneurship Bagi Anak,(Online). Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Dewajani.S.(2009).PendidikanBerbasisKarakter,(Online).Tersedia: http//Dewajanisilvy.wordpres.com/2008/03/11 Juli 2010

Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara.(2008).Karakter Bangsa, (Online). Tersedia:

http://lppkb.wordpress.com/2008/06/09/karakter-bangsa-2/11 Juli 2010 Noto.K (2001). Pendidikan dalam Keluarga, ( Online). Tersedia:

http://notok2001.blogspot.com/2007/07/pendidikan-dalam-keluarga.html. 3 Agustus 2009

Qauliyah.A (2006). Konsep Keluarga, Dinamika dan Fungsinya, ( Online). Tersedia : http://astaqauliyah.com/2006/12/26/konsep-keluarga-dinamika-dan-fungsinya. 15 Nopember 2009.

Soedarsono.S. (2010). Arti dan Peran Penting Karakter Hasrat untuk Berubah [Opini], (Online). Tersedia: http://www.pelita.or.id/baca.php?id=40111. 11 juli 2010

Suparlan. (2010). Pendidikan Karakter dan Kecerdasan, (Online). Tersedia:

http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php. 11 Juli 2010

Wapannuri. (2010). Memahami Kelebihan dan kekurangan Karakter Manusia, (Online). Tersedia: http://www.wapannuri.com/a.karakter/memahami-kelebihan-dan-kekurangan-karakter-manusia.html. 11 Juli 2010

Wikipedia.(2006). Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas,(online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/penelitiankuantitatif . 08 Nopember 2009


(5)

Wikipedia. Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedi Bebas, (Online). Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Karakter

Majalah :

Suryanto (April,2008). Optimalisasi fungsi dan Peran Keluarga.Gemari. Edisi 87.Tahun XI

Makalah :

Somantri,N. (1970). “Masalah Metode mengajar Pendidikan Kewarganegaan Negara dan Pelajaran Sosial di Sekolah Menengah”. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan dan Pengajaran Civics ( Civics Education ), Tawangmangu, Surakarta.

Diktat Kuliah:

Sudjana,D. (2005). Dasar-Dasar Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: Program Pasca Sarjan-UPI.

Wahyudin.(2007). Dasar-Dasar Statistika. Ciamis:Program Pasca Sarjana-Universitas Galuh Ciamis.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS KARAKTER Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Berbasis Karakter Di MTS N Klaten.

0 1 15

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN.

0 1 39

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PADA SISWA Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Pembentukan Karakter Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013.

0 2 17

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER PADA SISWA Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Pembentukan Karakter Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2012/ 2013.

0 4 20

KONTRIBUSI PEMBELAJARAN DAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SEKOLAH: Study Deskriptif Analitis Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Unggulan Pandeglang Banten.

0 1 56

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG.

0 1 184

Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Karakter Bangsa

0 4 26

8. Pembudayaan Pendidikan Nilai Kehidupan untuk Pembentukan Karakter Remaja. Copy

0 0 9

MOBILITAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

1 1 12

PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

0 3 122