PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

YOSEP DIAN SULISTYO 10401244028

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

v

lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita (Kolose 3: 17).

Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu (Amsal 2: 10).

God doesn’t require us to succeed; he only requires that you try (Mother Theresa).

Banyak orang mengatakan kepintaran menjadikan seseorang ilmuwan besar. Mereka keliru, semua itu adalah karena faktor karakter (Albert

Einstein).

Kesuksesan bukan hanya buah dari semangat kerja keras dan keyakinan diri namun juga berkat doa dan kehendak-Nya (Penulis).


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

 Ibuku Murlina Puji Rahayu dan bapakku Fx. Supriyono yang senantiasa mengiringi langkahku dengan segala daya dan doa. Kakekku Soemadi dan Adi Tukir & Nenekku Satinem dan Suharmirah yang tak hentinya memberikan nasehat, doa dan dukungan yang begitu hebat bagi penulis. Kakakku tersayang Veronika Listya Trankristi yang tiada hentinya memberikan motivasi untuk segera lulus, adeku tersayang Chatarina Apri Wulandari dan Adventia Kurniawati yang senantiasa memberikan doa dan dukungannya. Keluarga besarku Om Pri, Om Sur, Mbak Fitri, Dek Arum, Mas Inggit, Mbak Ndari yang selalu memberi dorongan dan semangat.

 Sahabat-sahabatku Ari, Arif yang selama 4 tahun ini berjuang bersama dan banyak memberikan insipirasi, doa dan dukungan. Dedi K, yang banyak berbagi pengalaman dan memberikan dukungan pada penulis. Wati, yang selalu mendukung, membantu & mendoakan penulis menyelesaikan skripsi ini. Zain, yang rela meluangkan waktunya guna membantu penulis dan banyak memberikan dukungan. Catur, Feni, Galang, teman-teman yang banyak menginspirasi dan memberi dukungan.

 Teman-teman PKnH 2010.

 SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan.  Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

Yosep Dian Sulistyo (10401244028)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang menghambat pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith, beserta upaya mengatasi hambatan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur van Lith pada bulan Maret sampai Mei 2014. Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive. Subjek penelitian terdiri dari 7 orang yaitu 1 guru PKn, 2 siswa kelas X, 1 siswa kelas XI, 1 Koordinator Kegiatan Wawasan Kebangsaan, dan 1 Koordinator Kegiatan Sidang Akademi SMA Pangudi Luhur van Lith. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat induktif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pengembangan pembelajaran PKn menunjukkan adanya stimulus yang mampu mendorong pembentukan karakter religius, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sikap kritis, kerjasama, dan sikap saling menghormati dan menghargai pada siswa walaupun belum optimal. Kegiatan pengembangan di luar kelas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi, Retret, Pendampingan PIA, Wawasan Kebangsaan, OSVALI, Homestay, Bakti Sosial dan Sidang Akademi telah membentuk karakter nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian, kesederhanaan, sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, peduli, saling pengertian dan toleran; (2) hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn yaitu: a) minimnya waktu pembelajaran, b) kurangnya minat peserta didik terhadap mapel PKn khususnya kelas XI, c) kurangnya kesiapan/fokus peserta didik dalam mengikuti pembelajaran setelah kegiatan olahraga dan jam-jam terakhir pembelajaran, dan d) padatnya jadwal kegiatan yang ada di sekolah dan asrama (boarding); (3) upaya yang dilakukan guru PKn yaitu: a) memberikan penugasan dengan memberikan aturan main pada pembelajaran, b) penggunaan metode yang variatif, c) melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi siswa yang tidak disiplin, dan d) memberikan batasan dalam memilih kegiatan, e) penyediaan sarpras yang memadai.

Kata Kunci: Pengembangan, Pembelajaran, Karakter, SMA Pangudi Luhur van Lith


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd. MA., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta 2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., Dekan FISE UNY yang telah memberikan ijin

penelitan untuk keperluan penyusunan skripsi.

3. Dr. Samsuri, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY

4. Anang Priyanto, M.Hum., Dosen Pembimbing Akademik yang membantu

kelancaran pelaksanaan penelitian, juga memberikan kritik dan saran dalam menyusun skripsi ini.

5. Dr. Marzuki, M.Ag., Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.


(9)

ix

masukan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi.

8. Halili, S.Pd., Dosen Jurusan PKnH yang banyak berbagi ilmu kepada penulis sehingga dapat mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Dosen-dosen Jurusan PKnH yang telah memberikan ilmunya dan banyak

memberikan perhatian di bangku kuliah maupun dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu karena keterbatasan yang ada. 10.Br. Martinus Sariya Giri, S.Ag. FIC., Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Van

Lith yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

11.Drs. H. Cahya Anggara., Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilanyang telah membantu dalam pengambilan data di sekolah.

12.Guru-guru SMA Pangudi Luhur van Lith yang telah memperkenankan penulis mengikuti berbagai kegiatan, memberikan sambutan yang baik serta memberikan informasi kepada penulis guna penyelesaian skripsi ini.

13.Teman-teman Jurusan PKnH angkatan 2010 yang telah bersama-sama menjalani studi bersama di UNY.


(10)

x

14.Teman-teman Lingkar Kajian Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (LinkDeHAM), yang banyak memberikan ilmu kepenulisan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan

dorongan serta bantuan selama penyusunan tugas akhir ini.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan semoga apa yang terkandung dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 14 Juli 2014 Penulis,

Yosep Dian Sulistyo NIM. 10401244028


(11)

xi

LEMBAR JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR & TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR ISI ... i

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 11

G.Batasan Istilah ... 12

BAB II. LANDASAN TEORI ... 14

A.Kajian Teori ... 14

1. Tinjauan tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 14

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 14

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 16

c. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ... 18


(12)

xii

2. Tinjauan tentang Pembentukan Karakter ... 21

a. Pengertian Karakter, Pembentukan Karakter dan Pendidikan Karakter ... 21

b. Nilai-nilai Pembentukan Karakter ... 24

c. Langkah-langkah Pembentukan Karakter ... 29

3. Tinjauan tentang Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pemben- tukan Karakter Siswa ... 32

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter ... 32

b. Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter Siswa ... 39

1. Pendekatan dalam Pembelajaran PKn ... 39

2. Pembelajaran PKn dalam Mengembangkan Civic Knowledge, Civic Skill dan Civic Disposition ... 41

3. Pengembangan Pembelajaran PKn ... 43

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN ... 52

A.Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 52

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 53

C.Penentuan Subjek Penelitian... 53

D.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 55

1. Wawancara ... 55

2. Observasi ... 56

3. Dokumentasi ... 57

E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 59

1. Reduksi Data ... 59

2. Penyajian Data ... 60

3. Penarikan Kesimpulan ... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Gambaran Umum ... 62

1. Latar Belakang Berdirinya SMA Pangudi Luhur van Lith ... 62

2. Dasar dan Semangat SMA Pangudi Luhur van Lith ... 63

3. Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur van Lith ... 63

4. Tujuan SMA Pangudi Luhur van Lith ... 64

5. Semboyan SMA Pangudi Luhur van Lith ... 65

6. Data Siswa, Tanaga Pendidik dan Karyawan SMA Pangudi Luhur van Lith ... 66

a. Data Peserta Didik ... 66

b. Data Tenaga Pendidik dan Karyawan ... 67

7. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Mingguan SMA Pangudi Lu- hur van Lith ... 68


(13)

xiii

B. Pembahasan ... 70

1. Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Mendorong Pembentuk- an Karakter Siswa ... 70

a) Perencanaan Pembelajaran PKn ... 77

b) Pelaksanaaan Pembelajaran PKn ... 80

c) Evaluasi Pembelajaran PKn ... 84

2. Hambatan Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Mendorong Pembentukan Karakter Siswa ... 88

3. Upaya Guru Pkn dalam Mendorong Pembentukan Karakter Siswa ... 90

4. Implikasi Penelitian ... 92

BAB V. PENUTUP ... 101

A.Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

A.Daftar Gambar

Gambar 1. Tahapan Pembentukan Karakter ... 30

Gambar 2. Konteks Makro Pendidikan Karakter ... 35

Gambar 3. Konteks Mikro Pendidikan Karakter ... 37

B.Daftar Tabel Tabel 1. Jumlah Peserta Didik SMA Pangudi Luhur Van Lith ... 67

Tabel 2. Jumlah Tenaga Pendidik dan Karyawan ... 68

Tabel 3. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Mingguan ... 68

Tabel 4. Daftar Cabang Humaniora ... 69

Tabel 5. Kegiatan Pengembangan Awal Masuk Sekolah ... 73

Tabel 6. Kegiatan Pengembangan Oktober (Setelah Mid Semester) ... 74

Tabel 7. Kegiatan Pengembangan Oktober Setelah MID Semester ... 75


(15)

xv

1. Instrumen Penelitian ... 131

2. Pedoman Wawancara ... 132

3. Pedoman Data Dokumentasi ... 133

4. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran di Kelas ... 134

5. Transkrip Wawancara Guru ... 139

6. Transkrip Wawancara Siswa ... 145

7. Transkrip Hasil Wawancara Koordinator Wawasan Kebangsaan ... 145

8. Transkrip Hasil Wawancara Koordinator Sidang Akademi ... 147

9. Observasi Kegiatan Wawasan Kebangsaan ... 148

10. Analisis Data Lapangan ... 149

11. Foto Hasil Penelitian ... 153


(16)

vii

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SMA PANGUDI LUHUR VAN LITH MUNTILAN MAGELANG

Oleh:

Yosep Dian Sulistyo (10401244028)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktor yang menghambat pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith, beserta upaya mengatasi hambatan tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur van Lith pada bulan Maret sampai Mei 2014. Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik purposive. Subjek penelitian terdiri dari 7 orang yaitu 1 guru PKn, 2 siswa kelas X, 1 siswa kelas XI, 1 Koordinator Kegiatan Wawasan Kebangsaan, dan 1 Koordinator Kegiatan Sidang Akademi SMA Pangudi Luhur van Lith. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif yang bersifat induktif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) pengembangan pembelajaran PKn menunjukkan adanya stimulus yang mampu mendorong pembentukan karakter religius, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sikap kritis, kerjasama, dan sikap saling menghormati dan menghargai pada siswa walaupun belum optimal. Kegiatan pengembangan di luar kelas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi, Retret, Pendampingan PIA, Wawasan Kebangsaan, OSVALI, Homestay, Bakti Sosial dan Sidang Akademi telah membentuk karakter nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian, kesederhanaan, sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, peduli, saling pengertian dan toleran; (2) hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn yaitu: a) minimnya waktu pembelajaran, b) kurangnya minat peserta didik terhadap mapel PKn khususnya kelas XI, c) kurangnya kesiapan/fokus peserta didik dalam mengikuti pembelajaran setelah kegiatan olahraga dan jam-jam terakhir pembelajaran, dan d) padatnya jadwal kegiatan yang ada di sekolah dan asrama (boarding); (3) upaya yang dilakukan guru PKn yaitu: a) memberikan penugasan dengan memberikan aturan main pada pembelajaran, b) penggunaan metode yang variatif, c) melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi siswa yang tidak disiplin, dan d) memberikan batasan dalam memilih kegiatan, e) penyediaan sarpras yang memadai.

Kata Kunci: Pengembangan, Pembelajaran, Karakter, SMA Pangudi Luhur van Lith


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter juga memiliki fungsi sebagai penggerak

dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Di sisi lain,

karakter tidak datang dengan sendirinya, namun harus dibangun dan dibentuk untuk menjadikan suatu bangsa bermartabat (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 3). Uraian tersebut meninggalkan pesan bahwa karakter harus diwujudkan secara nyata melalui tahapan-tahapan tertentu. Salah satu tahapan yang dapat dilakukan yaitu membangun karakter melalui pendidikan guna membuat bangsa ini memiliki karakter yang kuat, bermartabat, dan memiliki great civilitation.

Pendidikan memiliki dua tujuan besar yaitu membantu anak-anak menjadi pintar dan membantu mereka menjadi baik (Lickona, 2013: 6). Hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter karena mempunyai tujuan melahirkan insan yang cerdas dan berkarakter. Hal tersebut pernah dikatakan oleh Martin Luther King, yaitu; intelligence plus character ... that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir pendidikan yang


(18)

2

sebenarnya) (Muslich, 2011: 75). Paparan tersebut mengingatkan bangsa Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang sesungguhnya. Bukan hanya terpaku pada kepintaran, namun membantu anak-anak menjadi baik harus menjadi prioritas.

Upaya mendidik anak-anak menjadi pribadi yang baik, perlu diwujudkan bersama sebagai prioritas dalam hubungan kerjasama antara keluarga, masyarakat maupun pemerintah khususnya melalui bidang pendidikan. Sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh negara Indonesia

dalam Pasal 3, UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagaimana dijelaskan dan diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, sangat jelas bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan tidak hanya menitikberatkan pada kecerdasan intelektual saja namun penting memperhatikan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa dan pengembangan kultur (budaya) sekolah sebagai aspek pembentukan karakter. Namun, dalam kenyataan di lapangan fungsi pembentukan karakter yang diharapkan dalam pendidikan nasional belum terwujud secara optimal.

Pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Setidaknya, terdapat dua mata pelajaran yang diberikan


(19)

untuk membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal diantaranya: pertama, kedua mata pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa. Ketiga, pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup karena sesungguhnya seluruh mata pelajaran mampu berperan secara bersama-sama mewujudkan tujuan tersebut (Kemdiknas, 2010: 3).

PKn mengemban misi menjadikan siswa sebagai warga negara Indonesia yang cerdas, demokratis dan religius. Hal tersebut perlu dilakukan secara konsisten agar mampu melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi serta bertanggung jawab berupaya membangun kehidupan bangsa (Zuriah, 2007: 150). Dengan demikian, PKn memiliki posisi strategis dalam mengembangkan karakter siswa serta memiliki dimensi-dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari aspek pembentukan karakter dan moralitas warga negara (Samsuri, 2011: 20).

PKn merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokus

pengembangan utama dalam pembentukan karakter siswa selain pendidikan agama yang juga memiliki prioritas. Hal tersebut dapat dilihat dalam


(20)

4

lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa pengertian PKn memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, dinyatakan bahwa tujuan PKn ialah agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Implikasi PKn yang identik dengan pendidikan budi pekerti ialah cakupan kajian dan kompetensi kewarganegaraan yang diharapkan mampu mewujudkan upaya pembentukan warga negara yang baik (good citizen) (Samsuri, 2011: 56). Good citizen dapat diwujudkan dengan memperhatikan 3 aspek penting yakni pengetahuan, skill dan karakter kewarganegaraan. Dalam PKn paradigma baru terdapat pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang berbasis pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat demokratis, ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), serta karakter kewarganegaraan (civic dispositions) yang mampu mengembangkan pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan masyarakat kewargaan (Cholisin, 2005: 2-3). Dari paradigma tersebut, pengembangan


(21)

komponen pengetahuan (civic knowledge) dan ketrampilan kewarganegaraan (civic skill) sesungguhnya menjadi basis bagi terbentuknya karakter (Cholisin, 2005: 4).

Pengembangan pembelajaran PKn di sekolah seharusnya tidak memperhatikan kualitas intelektual semata namun perlu memperhatikan kualitas moral yang mengarah pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal itu sesuai dengan pengembangan PKn yang sesungguhnya mempunyai substansi pokok yakni civic knowledge, civic skill dan civic disposition.

Berdasarkan hasil kegiatan pra-observasi (17 Desember 2013) dengan wawancara terhadap Guru Mata Pelajaran PKn SMA Pangudi Luhur Van Lith terdapat beberapa masalah yang diungkapkan. Pengembangan pembelajaran PKn yang seharusnya memiliki substansi civic disposition belum seluruhnya berfokus pada pengembangan nilai-nilai karakter. Beliau mengungkapkan, tidak dipungkiri terkadang aspek pengetahuan (civic knowledge) lebih banyak ditekankan. Dari keterangan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter siswa belum diwujudkan secara optimal. Di sisi lain, dapat dilihat terdapat beberapa hambatan sehingga pencapaian pendidikan karakter melalui pembelajaran PKn belum seluruhnya mampu terwujud. Hambatan tersebut diantaranya mengenai batasan waktu dalam mengajar yang minim karena pencapaian penguasaan materi yang dituntut lebih banyak, sehingga integrasi nilai-nilai karakter dalam rencana dan pelaksanaan pembelajaran belum seluruhnya berhasil diwujudkan.


(22)

6

Adanya beberapa hambatan di atas bukan berarti tidak adanya suatu upaya yang dilakukan oleh guru PKn. Dalam melakukan kegiatan evaluasi pembelajaran guru sudah menggunakan perpaduan antara penilaian sikap perilaku dengan kurikulum baku/kurikulum pemerintah. Selain itu pembelajaran yang digunakan mulai bervariasi dengan sosio drama, penilaian diri, diskusi, simulasi, demonstrasi, presentasi yang lebih menekankan partisipasi aktif siswa. Dengan demikian, sudah ada upaya pengembangan pembelajaran PKn melalui variasi metode pembelajaran yang berorientasi dalam rangka perwujudan pembentukan karakter siswa walaupun belum berjalan optimal (Pra-observasi tanggal 17 Desember 2013).

Dari berbagai pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn secara nyata belum dipraktikan sebagaimana mestinya. PKn cenderung baru diimplementasikan di sekolah dengan mengutamakan aspek kognitif semata. Sedangkan aspek-aspek lain yang ada dalam diri siswa yakni aspek afektif dan kebajikan moral kurang mendapat perhatian serius. Ketercapaian yang belum maksimal dapat dilihat pula bahwa citizenship education yang

memiliki visi luas untuk mewujudkan instructional effect dan nurturant

effect dari keseluruhan proses pembelajaran pendidikan guna membentuk

karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik belum berjalan sebagaimana mestinya (Arwiyah, et.al., 2013: 23). Oleh karena itu perlu digali lebih dalam lagi, mengapa fungsi pokok Pendidikan Kewarganegaraan tersebut masih menjadi suatu masalah? Koesoema menegaskan persoalan


(23)

komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter menjadi salah satu titik lemah dalam mewujudkan visi di atas (Zubaedi, 2011: 3).

SMA Pangudi Luhur Van Lith merupakan salah satu sekolah berasrama dengan corak yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. SMA Pangudi Luhur Van Lith sebagaimana terlihat dalam visi misinya, menjalankan proses pendidikan yang memadukan unsur-unsur pendidikan formal, informal dan nonformal yang mencakup segi-segi religiositas, humanitas, sosialitas dan intelektualitas. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang luwes dalam suasana persaudaraan sejati yang saling asah, asih dan asuh (SMA Pangudi Luhur Van Lith, 2014)

Pengembangan pendidikan karakter yang ada di SMA Pangudi Luhur Van Lith cukup unik dan berbeda dengan sekolah pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pengembangan nilai-nilai karakter tidak hanya diselipkan melalui mata pelajaran yang ada saja, terkhusus PKn dan Pendidikan Agama namun terdapat juga program-program seperti muatan lokal yang terdapat pada kelas X misalnya Sidang Akademi (yang di dalam kegiatannya terdapat pembelajaran bagaimana orang berbicara), RPK (Remaja Pecinta Kristus) yang menanamkan sikap religiusitas/kristianitas, Wawasan Kebangsaan, retreat dan kegiatan-kegiatan lainnya yang juga berpengaruh dalam pembentukan karakter siswa (Pra-observasi tanggal 17

. Dari penjelasan di atas, dapat ditangkap bahwa pengembangan pendidikan karakter secara nyata telah diaplikasikan dalam program-program sekolah.


(24)

8

Desember 2013). Di sisi lain kultur sekolah berasrama yang dikembangkan oleh SMA Pangudi Luhur van Lith memberikan dampak positif tersendiri. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih lanjut mengingat proses

pendidikan yang ada di boarding school khususnya SMA Pangudi Luhur

Van Lith berbeda dengan sekolah pada umumnya. Sekolah berasrama tersebut terlihat memiliki basis pembentukan karakter yang terlihat lebih kental dengan intensitas pendidikan nilai yang kuat serta berbagai macam kegiatan penunjang yang dilakukan di asrama.

Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat permasalahan dalam pengembangan pembelajaran PKn yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Van Lith. Secara nyata, belum diketahui dengan jelas apakah PKn mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter pada siswa. Pengembangan pembelajaran PKn yang diterapkan guru dengan berbagai pendekatan seharusnya memberikan dampak pembelajaran dan dampak pengiring dalam pembentukan karakter siswa baik di kelas maupun dalam berkegiatan di luar kelas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk lebih

mendalami bagaimana “Pengembangan Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMA Pangudi Luhur van Lith Muntilan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:


(25)

1. Pendidikan nasional yang memiliki fungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat belum diwujudkan secara optimal.

2. Pengembangan pembelajaran PKn di SMA Pangudi Luhur van Lith yang

seharusnya memiliki substansi civic disposition belum seluruhnya berfokus pada pengembangan nilai-nilai karakter

3. Pengembangan pembelajaran PKn di SMA Pangudi Luhur van Lith dalam

mendorong pembentukan karakter siswa belum berjalan secara optimal.

4. Adanya hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn di SMA

Pangudi Luhur van Lith yaitu minimnya waktu mengajar bagi guru sehingga integrasi nilai-nilai karakter dalam rencana pembelajaran belum seluruhnya diwujudkan

5. Upaya guru PKn SMA Pangudi Luhur van Lith dalam mengatasi hambatan

dalam pengembangan pembelajaran yang ada belum sepenuhnya diwujudkan.

6. Komitmen dalam mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter

belum diwujudkan secara optimal.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, untuk memperjelas penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang terfokus maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal yaitu:


(26)

10

1. Pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di

SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

2. Faktor-faktor yang menghambat pengembangan pembelajaran PKn dalam

pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

3. Upaya guru PKn mengatasi hambatan-hambatan pengembangan PKn dalam

pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, dapatlah dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter

siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan?

2. Apa saja faktor yang menghambat pengembangan pembelajaran PKn dalam

pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan?

3. Bagaimana upaya guru PKn mengatasi hambatan pengembangan

pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan?

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan


(27)

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith.

3. Untuk mengetahui upaya guru PKn mengatasi hambatan-hambatan

pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik secara teoretis maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan utamanya kaitannya dengan pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana berpikir mahasiswa dalam melakukan kajian penelitian ilmiah yang diaplikasikan secara nyata dengan bermula dalam kegiatan pembelajaran di bangku kuliah.

b. Bagi Guru PKn

Dapat meningkatkan kinerja guru khususnya dalam pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang tidak selalu berpikir ke arah kognitif


(28)

12

saja, namun perlu pengembangan dalam hal pembentukan watak dan kepribadian siswa yang menyentuh aspek kualitas moral siswa.

c. Bagi Masyarakat

Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengajak masyarakat sebagai mitra sekolah dalam rangka membangun karakter siswa, karena keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan trilogi yang mampu membentuk kepribadian seseorang.

G. Batasan Istilah

Adapun batassan istilah dalam penelitian ini antara lain yaitu:

1. Pengertian Pengembangan

Pengembangan sebagaimana tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses, cara, perbuatan mengembangkan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). Pengembangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah kegiatan mengembangkan pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan & evaluasi hasil belajar) di kelas yang dilakukan guru PKn dalam pengintegrasian pendidikan karakter.

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokus utama dalam pembentukan warga negara yang baik (good citizenship), cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.


(29)

3. Pengertian Pembentukan

Pembentukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses, cara, perbuatan membentuk (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembentukan ialah suatu tahapan atau proses membentuk karakter seseorang melalui pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diwujudkan melalui tahapan-tahapan tertentu.

4. Pengertian Karakter

Karakter ialah ciri khas yang melekat pada pribadi seseorang atau sekelompok orang yang tercermin dalam suatu perbuatan/perilaku yang mengandung nilai-nilai tertentu.

Berdasarkan batasan-batasan istilah yang ada di atas, maka penulis ingin meneliti bagaimana pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dalam mendorong pembentukan karakter pada peserta didik. Di sisi lain, pembentukan karakter yang ada juga akan dilihat melalui berbagai kegiatan pengembangan yang ada di SMA Pangudi Luhur van Lith.


(30)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori

1. Tinjauan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006). Dalam pengamatannya terhadap pengertian PKn, pakar social studies dan PKn Indonesia yakni Numan Somantri memberikan batasan pengertian PKn yang dirumuskan sebagai suatu seleksi dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan Pendidikan IPS (Somantri, 2001: 59).

Dalam definisi lain, David Kerr mengatakan bahwa citizenship

education dalam arti luas ialah “proces to encompass the preparation of

young people for their roles and responibilities as citizen and in particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning) in that prepatory process.” Dalam pengertian tersebut


(31)

yang diwujudkan guna menyiapkan generasi mudanya akan hak-hak, peran maupun tanggungjawabnya sebagai warga negara (Winarno, 2013: 5). Dalam tataran konseptual, PKn diartikan juga sebagai penyiapan generasi-generasi muda (siswa) untuk difokuskan menjadi warga negara yang mempunyai pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan sebagai pedoman dalam berpartisipasi di masyarakat (Samsuri, 2011: 28).

Selaras dengan beberapa pendapat di atas, PKn (civic education) dikatakan sebagai mata pelajaran yang bertugas bagaimana membentuk warga negara yang baik (how a good citizenship). Dikatakan pula, bahwa PKn ialah mapel yang mempunyai misi dalam pengembangan nation and character building, citizen empowerment (pemberdayaan warga negara) yang mempunyai peranan dalam pembentukan civil society (masyarakat kewargaan). Pengertian tersebut merupakan pengertian PKn paradigma baru yang mempunyai akar keilmuan yang jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum dan filsafat moral/filsafat Pancasila (Cholisin, 2005: 1).

Berdasarkan pendapat para ahli dalam pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang mempunyai fokus utama dalam pembentukan warga negara yang baik (good citizenship) dan berkarakter cerdas, trampil, dan berkarakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.


(32)

16

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan PKn sebagaimana tertuang dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan:

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam tujuan yang ketiga, dikatakan bahwa PKn membekali siswa agar mempunyai skill atau bahkan kemampuan untuk dapat berkembang secara positif dan demokratis. Selanjutnya, sikap yang hendak dikembangkan ialah sikap yang sesungguhnya digali dari karakter asli

atau budaya laten bangsa Indonesia. Karakter asli tersebut tercermin

dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa yang digagas oleh founding

father (Murdiono, 2012: 49). Oleh karenanya, jika melihat beberapa

tujuan di atas dapat dikatakan bahwa PKn sesungguhnya mengemban tugas yang sangat penting dalam pembentukan karakter warga negara melalui pendidikan di sekolah yang diwujudkan sesuai dengan karakter masyarakat Indonesia. Dengan tujuan tersebut, secara nyata PKn dapat dikatakan memegang peran strategis dalam pendidikan karakter khususnya menjadikan warga negara Indonesia menuju good citizenship.


(33)

Studies) tujuan PKn, yakni membentuk warga negara yang terinformasi, analitis, melaksanakan nilai-nilai demokrasi serta ikut serta berperan aktif dalam masyarakat. Tujuan tersebut dirinci menjadi 11 tujuan yaitu:

1) Knowledge and skills for solving problems.

(Pengetahuan dan kecakapan memecahkan masalah)

2) Awarenes of the contemporary fole of science.

(Kesadaran peranan kontemporer dari ilmu pengetahuan)

3) Readness for effective economic life.

(Kesiapan untuk kehidupan ekonomi yang lebih efektif)

4) Value judgements for a changing world.

(Kemampuan mengambil keputusan-keputusan nilai)

5) Receptivity to new facts, ideas and ways of life.

(Penerimaan terhadap fakta, gagasan dan hidup yang baru)

6) Participation in decision making.

(Partisipasi dalam pembuatan keputusan)

7) Belief in equality and liberty.

(Meyakini asas persamaan dan kebebasan)

8) National pride and international cooperation.

(Kebanggan nasional & semangat kerjasama internasional)

9) The creative arts and humanistic awarenes.

(Seni kreatif dan humanistik)

10) A compassionate citizenry.

(Menghargai manusia sebagai manusia)

11) Development and application of demokratic principles.

(Pengembangan dan pengetrapan prinsip-prinsip demokrasi) (Cholisin, 2000: 1.15).

Berbeda dengan dua pendapat di atas, sebagaimana dikutip Nu’man Somantri bahwa PKn perlu dijabarkan dalam tujuan kurikuler yang memiliki rincian diantaranya: 1) ilmu pengetahuan; 2) ketrampilan intelektual yang meliputi bagaimana siswa mampu memiliki ketrampilan dari yang sederhana menuju ketrampilan yang kompeks, dari penyelidikan hingga membuat kesimpulan yang valid, dan dari berfikir yang kritis menuju pemikiran kreatif; 3) berkaitan dengan sikap: nilai, kepekaan dan perasaan; dan 4) diharapkan siswa mampu memiliki


(34)

18

ketrampilan sosial yang diimplementasikan secara trampil dan cerdas (Cholisin, 2000: 1.19). Beberapa tujuan PKn menunjukkan bahwa PKn mampu berkembang secara dinamis dan memiliki visi dalam pengembangan kualitas intelektual dan kualitas moral siswa yang difokuskan pada pembentukan warga negara yang baik (good citizen) tanpa lupa menguatkannya dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan secara positif dan demokratis.

c. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Menyimak tujuan PKn di atas, dapat diketahui bahwa PKn memiliki tiga fungsi pokok yakni sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis yaitu berfungsi mengembangkan kecerdasan warga negara (civic intellegence), berfungsi dalam membina warga negara yang memliki sikap tanggung jawab (civic responsibility) serta berfungsi dalam mendorong warga negara untuk berpaeran serta dengan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan (civic participation). Tiga kompetensi warga negara tersebut dianggap sejalan dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaran yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition) (Winarno, 2013: 19). Uraian tersebut menggambarkan bahwa PKn memiliki fungsi sebagai wahana dalam membina warga negara yang mampu memiliki tanggung jawab, partisipasi aktif dan cerdas dalam memberikan kritik dan masukan pada para penyelenggara negara sebagai upaya membangun kontrol sehingga ada keseimbangan.


(35)

warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Cholisin, 2011: 4). Dari paparan di atas, dapat dikatakan bahwa fungsi

Pendidikan Kewarganegaraan ialah sebagai wahana dalam

pengembangan peserta didik dalam membentuk insan yang cerdas, terampil dan berkarakter.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Cakupan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang digagas dalam suatu kurikulum nasional dalam lampiran Permendiknas No. 22 tahun 2006 mempunyai fokus sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam

perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan

keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga

diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.


(36)

20

6) Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi, kedudukan pancasila sebagai dasar negara

dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilainilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar

negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional danorganisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

Materi yang digambarkan dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 di atas dapat dikatakan sangat kompleks dan memiliki akar keilmuan yang jelas dengan beberapa cakupan ilmu politik, ilmu hukum, maupun filsafat moral yang menjadi landasan utamanya. Uraian materi yang telah digambarkan di atas, telah dirinci lagi ke dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Selanjutnya, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan dan mengkreasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi indikator-indikator penting dalam ketercapaian kompetensi. Dalam pengembangan perencanaan pembelajaran inilah nantinya guru hendaknya juga mengembangkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran sebagai langkah untuk mendorong suatu pembelajaran yang baik. Pengembangan tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan Pemerintah bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu penyangga utama dalam pendidikan karakter mampu mewujudkan misinya dalam menerapkan nilai-nilai, norma maupun karakter yang baik guna mendorong perwujudan karakter dalam diri siswa.


(37)

Kewarganegaraan sebagai pengembang Civics mempunyai fokus khusus dalam materi demokrasi politik yang dijadikan sebagai materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan dengan penambahan aspek pendidikan di dalamnya (Cholisin, 2000: 1.28). Sedangkan menurut NCSS (National Council for Social) cakupan Pendidikan Kewarganegaraan memuat di dalamnya:

1) Cita-cita nasional (ideology).

2) Hal-hal yang baik oleh masyarakat (common good).

3) Proses pemerintahan sendiri (the process of self government).

4) Hak asasi manusia dan warga negara yang dijamin konstitusi.

5) Seluruh pengaruh positif yang berasal dari keluarga, sekolah dan

masyarakat (Cholisin, 2000: 1.27).

Cakupan maupun ruang lingkup mata pelajaran PKn pada dasarnya berfokus pada akar keilmuan yang jelas sebagaimana dirinci pada penjelasan-penjelasan di atas tidak terlepas dari rumpun keilmuan yang ada seperti ilmu politik, ilmu hukum dan filsafat moral yang diharapkan mampu membentuk karakter warga negara yang baik.

2. Tinjauan tentang Pembentukan Karakter

a. Pengertian Karakter, Pembentukan Karakter dan Pendidikan

Karakter

Bila dilihat dari asal katanya dikatakan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti ‘membuat tajam’ atau membuat dalam. Secara konseptual, istilah karakter dipahami dalam dua

pengertian. Pertama, bersifat deterministik yakni karakter dikatakan


(38)

22

dalam diri manusia. Kedua, non deterministik atau dinamis. Karakter

dianggap sebagai suatu kemampuan diri seseorang dalam mengatasi kondisi rohaniah yang sudah diberikan. Hal tersebut dikatakan sebagai proses yang dikehendaki seseorang dalam menyempurnakan kemanusiaannya (Saptono, 2011: 18).

Aristoteles mengatakan bahwa karakter yang baik dapat dilihat dengan melakukan tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Sedangkan menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer Michael Novak, karakter merupakan perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat pada ajaran-ajaran agama, cerita sastra, kaum bijaksana dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah” (Lickona, 2013: 72). Pengertian lain dikatakan dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025, bahwa “karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku”. Sedangkan menurut Kemdiknas (2011: 8) karakter adalah perilaku, tindakan yang berakar pada nilai-nilai berdasarkan landasan tertentu layaknya norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dikatakan bahwa karakter merupakan ciri khas yang melekat pada pribadi seseorang atau sekelompok orang yang tercermin dalam suatu perbuatan/perilaku yang mengandung nilai-nilai tertentu.


(39)

pakar, akademisi maupun orang-orang yang bergelut dalam dunia pendidikan. Sebagaimana tertuang dalam Kemdiknas (2011: 8) “pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.” Pendapat lain dikatakan berbeda oleh Ratna Megawangi bahwa “pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya” (Kesuma, 2012: 5).

Pengertian pendidikan karakter diungkapkan secara berbeda oleh Doni Koesoema (2007: 194) dikatakan bahwa pendidikan karakter sesungguhnya masih bersifat liberatif yaitu sebuah usaha dari individu, baik secara pribadi (melalui pengolahan pengalamannya sendiri), maupun secara sosial (melalui pengolahan pengalaman atas struktur hidup bersama, khususnya, perjuangan pembebasan dari struktur yang menindas) untuk membantu menciptakan sebuah lingkungan yang membantu pertumbuhan kebebasannya sebagai individu sehingga individualitas dan keunikannya dapat semakin dihargai.

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter sesungguhnya sudah dapat diketahui apa yang dimaksud dengan pembentukan karakter. Pembentukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses, cara, perbuatan membentuk (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008). Sedangkan karakter dapat dikatakan sebagai ciri khas yang melekat pada pribadi


(40)

24

seseorang atau sekelompok orang yang tercermin dalam suatu perbuatan/perilaku yang mengandung nilai-nilai tertentu. Dalam penelitian ini, pembentukan karakter dapat dikatakan sebagai suatu tahapan atau proses membentuk karakter melalui pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diwujudkan melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Ketiga proses tersebut merupakan aspek penting dalam mendorong terwujudnya karakter siswa yang perlu didukung dengan kultur yang baik dari sekolah, proses pembiasaan dan pembudayaan, pemberdayaan maupun melalui proses keteladanan juga pendidikan karakter yang diterapkan pada sekolah berasrama tersebut. Oleh karena itu, pembentukan karakter merupakan suatu proses yang ada dalam pendidikan karakter.

b. Nilai-nilai Pembentukan Karakter

Nilai-nilai keutamaan dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat mendorong penguatan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Berikut ini disajikan nilai – nilai karakter utama dan pokok beserta indikator seseorang dikatakan memiliki karakter tertentu dalam mata pelajaran PKn berdasarkan Draf Panduan Guru Mata pelajaran PKn: Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (Kemdiknas, 2010: 19-22):

1) Karakter religius. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter religius di antaranya ialah memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun; setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan maupun


(41)

mengembangkan toleransi beragama dalam keberagaman yang ada; melaksanakan ibadah dengan baik sesuai dengan kepercayaan/keyakinan masing-masing; menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah;

2) Karakter kejujuran. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter jujur di antaranya ialah menepati janji, berkata dan bertindak dengan benar sesuai dengan fakta yang ada/tidak berbohong; melakukan pekerjaan berdasarkan kewenangan yang dimiliki; memiliki komitmen dalam menjaga dan mengekspresikan kebenaran.

3) Kecerdasan. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter cerdas di antaranya ialah siswa berkata dan bertindak secara benar, cepat, dan akurat; siswa mampu menerapkan pengetahuannya (knowledge) terhadap sesuatu yang baru.

4) Ketangguhan. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter tangguh di antaranya ialah memiliki sikap dan tindakan untuk pantang menyerah dalam situasi tertentu/tidak mudah berputus asa; mampu menyelesaikan permasalahan dan kesulitan yang terjadi sehingga berhasil meraih tujuan atau cita-citanya.

5) Kepedulian. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter kepedulian di antaranya ialah siswa dapat memelihara kebersihan, keindahan, dan kelestarian alam; siswa dapat berbagi dengan berpartisipasi memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan terhadap orang lain yang dilanda musibah atau kurang beruntung


(42)

26

dalam kehidupannya; siswa tidak pasif (tidak bersifat masa bodoh) melainkan proaktif dengan adanya perubahan keadaan lingkungan.

6) Demokratis. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter demokratis di antaranya ialah siswa menghormati pendapat dan hak orang lain; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; melaksanakan musyawarah dalam mengambil keputusan; mengusahakan musyawarah untuk mencapai mufakat; siswa secara nyata menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah sebagaimana mestinya; siswa ikut berperan serta aktif dalam mengatasi permasalahan publik (termasuk aktif dalam kegiatan sekolah, memberikan kritik saran yang membangun dalam pembuatan peraturan kelas, peraturan sekolah, peraturan desa serta peraturan lainnya).

7) Nasionalis. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter

nasionalis yaitu siswa mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar; menghormati pahlawan, berpartisipasi dalam perayaan hari-hari besar nasional, mampu menyanyikan lagu-lagu kebangsaan; melakukan kegiatan pelestarian lingkungan hidup; memiliki sikap setia kawan terhadap sesama anak bangsa; menggunakan produksi dalam negeri; mengutamakan persatuan dan kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara dengan mengedepankan semboyan Bhinekha Tunggal Ika; Memiliki komitmen penuh dan menaruh kepercayaan serta menjaga Pancasila bukan hanya sebagai


(43)

volkgeist dst.

8) Kepatuhan pada aturan sosial, Indikator seorang siswa dapat dikatakan

memiliki karakter tersebut yaitu siswa mampu mematuhi tata tertib yang berlaku di sekolah; mematuhi nilai, norma, kebiasaan, adat dan peraturan yang berlaku di sekolah maupun masyarakat; tidak memiliki sikap anarkhi dan sewenang-wenang.

9) Menghargai keberagaman, Indikator seorang siswa dapat dikatakan

memiliki karakter tersebut yaitu siswa memiliki sikap saling menghormati menghargai dalam membangun sikap gotong royong; tidak membeda-bedakan teman dengan latar belakang apapun; menghargai hasil karya atau produk suku lain, dengan memberikan suatu apresiasi, mengkoleksi, memakai , atau menyanyikan.

10) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain. Indikator

seorang siswa dapat dikatakan memiliki karakter tersebut yaitu siswa harus memiliki kesadaran untuk bersikap dan bertindak secara adil; mau bekerja keras untuk belajar dengan tekun dan disiplin; memelihara keseimbangan dalam memenuhi hak dan melakasanakan kewajiban; menghargai hak-hak orang lain ; melaksanakan apa yang telah menjadi suatu kewajiban bagi dirinya.

11) Bertanggung jawab. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter yaitu siswa mempunyai sikap seperti mengerjakan tugas/PR dengan baik dan tepat waktu; berani menanggung resiko atas apa yang telah dilakukan; mengerjakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan


(44)

28

waktu yang ditetapkan; memiliki kesediaan untuk bersedia meminta maaf jika melakukan kesalahan terhadap orang lain dan berjanji tidak mengulangi; bersedia diberikan sanksi atas pelanggaran yang telah dilakukan.

12) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Indikator seorang siswa

dapat dikatakan memiliki karakter tersebut apabila siswa mampu memberikan usulan yang masuk akal dengan menggunakan akal yang sehat dengan mengelaborasikan antara teori dan praktik nyata di lapangan; memberikan kritik, saran yang bersifat mambangun; memberikan ide atau gagasan yang baik untuk kepentingan umum.

13) Kemandirian. Indikator seorang siswa dapat dikatakan memiliki

karakter kemandirian di antaranya siswa tidak bergantung pada orang lain; melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri;

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Kemdiknas, 2011: 8 ).

Pada bagian latar belakang Standar Isi PKn sebagaimana terdapat dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006, dapat diidentifikasi sejumlah nilai atau karakter warga negara yang berdimensi civic disposition yaitu:


(45)

3) memiliki kesadaran bela negara,

4) menghargai hak asasi manusia,

5) sikap menghargai kemajemukan bangsa,

6) kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup,

7) memiliki tanggungjawab sosial,

8) ketaatan pada hukum,

9) ketaatan pada hukum,

10) ketaatan membayar pajak dan,

11) sikap anti korupsi, kolusi dan nepotisme (Winarno, 2013: 191).

Berbagai karakter yang dikembangkan di atas dapat dijadikan sebagai patokan dalam pengembangan nilai-nilai karakter dalam perencanaan, proses pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran PKn. Selain itu, nilai-nilai yang ada diharapkan tidak hanya dikembangkan sebagai suatu pemahaman belaka bagi siswa namun perlu dikembangkan melalui suatu proses yang baik dengan pembiasaan maupun suatu keteladanan oleh warga sekolah serta memerlukan perwujudan kultur sekolah yang baik.

c. Langkah-langkah Pembentukan Karakter

Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Zulhan dalam Suharjono (Zuchdi, 2011: 33) melalui knowing the good, feeling the

good, dan acting the good ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Memasukan pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran di

sekolah, termasuk dalam pendidikan jasmani dan olahraga.

2) Membuat slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan

kebiasaan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku baik.

3) Melakukan pemantauan secara kontinyu. Beberapa hal yang

perlu dipantau antara lain adalah kedisiplinan masuk sekolah, kebiasaan saat makan di kantin, kebiasaan saat di kelas, kebiasaan dalam berbicara.


(46)

30

Berikut tahapan pembentukan karakter yang digambarkan melalui piramida berbentuk segitiga:

Gambar 1. Tahapan Pembentukan Karakter (Kemdiknas, 2011: 8)

Pembentukan karakter sebagaimana digambarkan oleh Kemdiknas di atas, dapat diwujudkan melalui 6 tahapan yaitu melalui proses mengetahui, memahami, membiasakan, meyakini, melakukan sesuai dengan 1, 2, 3, 4 dan mempertahankannya. Oleh karena itu, pembentukan karakter bukanlah sesuatu yang mudah namun memang dapat diwujudkan melalui suatu proses di atas. Dikatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang terencana dalam menjadikan peserta didik untuk mengenal, peduli dan adanya suatu proses internalisasi nilai sehingga peserta didik menjadi berperilaku sebagai insan kamil (Kemdiknas, 2011: 8).

Sejalan dengan hal di atas, pembentukan karakter harus dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan aspek pengetahuan yang


(47)

kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik (Kemdiknas, 2011: 6). Keberhasilan pembentukan karakter tidaklah semudah membalikan telapak tangan, namun perlu suatu proses dan tahapan dalam mewujudkannya. Melalui sekolah, selain pula keluarga dan masyarakat sebagai agen utama dalam pembentukan karakter maka dapat dilakukan suatu proses tersebut. Relevan dengan apa yang diungkapkan oleh David Brooks bahwa sekolah adalah tempat yang sangat strategis untuk pendidikan karakter, karena seluruh anak-anak dari semua lapisan mengenyam pendidikan di sebuah sekolah. Anak-anak tersebut akan menghabiskan banyak waktunya di sekolah dengan waktu yang teratur sehingga apa yang didapatkan di sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakter (Dwiyanto & Saksono, 2012: 50-51).

Uraian di atas, dapat dengan jelas dimengerti bahwa lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter siswa karena di dalamnya terdapat suatu pendidikan yang merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok dalam rangka mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Sugihartono, et.al., 2007: 4). Namun perlu juga mengingat bahwa siswa dibentuk pula dari lingkungan lainnya seperti lingkungan keluarga, teman sebaya dan media massa.


(48)

32

3. Tinjauan tentang Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan

Karakter Siswa

a. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter

PKn merupakan mata pelajaran yang mengemban misi khusus dalam pengembangan pendidikan karakter.

PKn sebagai pendidikan karakter dapat dikenali dari konsep, tujuan, fungsi, tuntutan kualifikasi dan keunikan PKn. PKn (Civic Education) adalah pembelajaran yang mengugah rasa ingin tahu dan kepercayaan(trust) terhadap norma – norma sosial yang mengatur hubungan personal dalam masyarakat sebagaimana mengatur partisipasi politik (Cholisin, 2011: 3).

Upaya untuk melakukan sebuah transfer nilai dalam rangka membentuk perilaku peserta didik merupakan suatu tujuan mulia, hal tersebut didukung dengan argumentasi penting bahwa “sebuah proses pendidikan dianggap menghadirkan dua hal utama yang perlu diperhatikan, yaitu transfer dan transform. Tranfer berkaitan dengan kapasitas intelektual, sehingga menghasilkan kepandaian bagi peserta didik yang didapatkan

melalui suatu proses pembelajaran. Sedangkan transform mengandung

dimensi perubahan perilaku. Memadukan antara transfer pengetahuan dan

transform perilaku yang mampu menghasilkan kompetensi dan kreativitas

(Kemdiknas, 2011: 17).

Sebagaimana fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter sesungguhnya dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Kemdiknas, 2011: 5). Dari kalimat tersebut dapat terlihat bahwa pendidikan karakter juga berlandaskan


(49)

yang memiliki visi serupa.

Pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter pada dasarnya dapat dilihat dalam konteks makro maupun konteks mikro. Dalam konteks makro maka strategi pengembangan karakter dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan evaluasi. Pertama, tahapan perencanaan dilakukan dengan pengembangan karakter yang digali, diwujudkan, dan diimplementasikan dengan menggunakan berbagai landasan, diantaranya: pertimbangan (1) filosofis mencakup Pancasila, UUD 1945, dan UU No.20 Tahun 2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoretis mencakup teori mengenai otak, psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosial-kultural; (3) empiris mencakup muatan yang berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan pendidikan unggulan, pesantren, kelompok kultural, dan seterusnya (Kemdiknas, 2010: 24).

Kedua, tahapan pelaksanaan atau implementasi pendidikan karakter berlangsung dalam tiga pilar pendidikan atau biasa disebut oleh Ki Hajar Dewantara sebagai triolgi pendidikan yaitu pendidikan, keluarga dan masyarakat. Pada tahapan ini, dikembangkan pengalaman belajar dan proses belajar yang berpusat pada proses pemberdayaan dan pembudayaan yang merupakan prinsip pendidikan nasional. Dalam tiap-tiap pilar pendidikan ada dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yakni perlunya intervensi dengan mengembangkan suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan


(50)

34

pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur. Hal tersebut dilakukan agar proses pembelajaran tersebut berhasil sehingga peran guru sebagai sosok panutan sangat penting dan menentukan (Kemdiknas, 2010: 24).

Sementara itu, habituasi sangat penting untuk dilakukan demi menciptakan situasi dan kondisi serta penguatan yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Proses pembudayaan dan pemberdayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan harus

dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis (Kemdiknas, 2010:

25).

Tahapan ketiga, ialah evaluasi hasil yang dilakukan dengan

mengumpulkan, menganalisis maupun menginterpretasikan program-program dalam rangka melakukan perbaikan yang berkesinambungan, yang dibangun dan diimplementasikan dalam rangka mengetahui apakah pemberdayaan dan pembudayaan karakter yang dilakukan telah berhasil dengan baik melalui aktualisasi karakter yang sudah ditanamkan? Apakah menghasilkan suatu sikap karakter yang kuat dan pikiran argumentatif? Berikut bagan yang disajikan dalam konteks makro pengembangan dan pembangunan program pendidikan karakter:


(51)

Gambar 2. Konteks Makro Pendidikan Karakter (Kemdiknas, 2010: 26)

Pendidikan karakter dalam konteks mikro mempunyai fokus utama dalam bidang pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai garda terdepan dalam proses pembentukan karakter manusia Indonesia. Jika dalam konteks makro terdapat 3 pilar pengembang pendidikan karakter, maka dalam konteks mikro terdapat 4 pilar yang menjadi fokus utama dalam pengembangan karakter, yaitu program kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan

pendidikan; kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan

keseharian di rumah dan masyarakat (Kemdiknas, 2010: 26).

Pendidikan karakter dalam beberapa tahun terakhir menjadi magnet dalam proses pengembangan pembelajaran yang diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran yang ada. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang mengemban misi khusus dalam pengembangan pendidikan karakter tersebut. Misi yang lain diungkapkan dalam Cholisin


(52)

36

(2011: 3) bahwa PKn memiliki pula misi utama dalam pengembangan pendidikan politik (pendidikan demokrasi), pendidikan hukum, pendidikan HAM, dan bahkan sebagai pendidikan anti korupsi. Pendidikan Kewarganegaraan dan pendidikan agama jelas mempunyai peran dan posisi strategis dibanding mapel lainnya dalam pendidikan karakter. Kedua mapel tersebut secara riil merupakan penyangga utama dalam memberikan materi nilai, sikap maupun norma-norma yang dikembangkan dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran. Dalam kedua mata pelajaran tersebut, karakter dikembangkan sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) dan juga dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan mata pelajaran lainnya, yang secara formal memiliki fokus selain pengembang karakter, diwajibkan melakukan pengembangan rancangan pembelajaran guna mewujudkan nurturant effect bagi perkembangan siswa dalam pembentukan karakter (Kemdiknas, 2010: 26-27).

Dalam program kegiatan belajar di lingkungan sekolah perlu suatu kondisi lingkungan fisik dan sosial kultural yang nyaman agar peserta didik bersama dengan masyarakat sekolah mempu membangun keseharian yang mencerminkan sikap dan pola perilaku menuju perwujudan karakter yang diemban oleh sekolah. Dalam kegiatan ko-kurikuler (program belajar di luar kelas yang terkait langsung pada materi suatu mata pelajaran tertentu) atau kegiatan ekstra kurikuler (kegiatan pembinaan dan pengembangan

kreatifitas siswa/softskill yang bersifat umum seperti kegiatan

Kepramukaan, Dokter Kecil, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam, Liga Pendidikan Indonesia, dll.) perlu pula proses pembiasaan dan penguatan


(53)

dan pembentukan karakter siswa. Di lingkungan kegiatan keseharian rumah dan masyarakat perlu adanya sosok yang mampu melakukan penguatan terhadap perilaku berkarakter yang telah mereka dapatkan di satuan pendidikan seperti melalui orang tua dan tokoh-tokoh masyarakat (Kemdiknas, 2010: 27). Proses kolaborasi dalam konteks mikro pengembangan karakter melalui satuan pendidikan yang dikuatkan dalam keluarga dan masyarakat diharapkan mampu membentuk insan-insan yang berkarakter. Program pendidikan karakter pada konteks mikro dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Konteks Mikro Pendidikan Karakter (Kemdiknas, 2010: 28) Pengembangan nilai/karakter dalam konteks mikro menjadi latar utama yang wajib difasilitasi oleh berbagai pihak baik Pemerintah Daerah maupun Kementerian Pendidikan Nasional. Pengembangan budaya satuan


(54)

38

pendidikan formal dan non formal perlu menjadi bagian integral dalam sebagai entitas otonom yang dikonsepsikan dalam manajemen berbasis satuan pendidikan. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pendidikan formal dan nonformal, perlu diimplementasikan totalitas pendidikan dengan berbasis pada suatu keteladanan dari anggota-anggota masyarakat setempat, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan. Penciptaan lingkungan di satuan pendidikan formal dan nonformal dapat ditempuh melalui beberapa tahapan seperti: penugasan, pembiasaan, pelatihan, pengajaran, pengarahan serta keteladanan (Kemdiknas, 2010: 28-29).

Namun dengan adanya upaya tersebut perlu dukungan orangtua dalam rangka perwujudan visi tersebut. Oleh karenanya, orang tua juga harus memiliki peran serta dalam mendidik anak-anak mereka sebagaimana yang dilakukan oleh lingkungan formal dan nonformal. Tidak hanya orangtua, komunitas maupun masyarakat juga harus dapat berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Dari paparan tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkan pendidikan karakter sesungguhnya dilalui oleh beberapa tahapan yakni keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan pembudayaan, penguatan, dan penilaian. Melalui beberapa tahapan tersebut sesungguhnya upaya membentuk karakter anak dapat diwujudkan secara optimal.

Pendidikan Kewarganegaraan sesungguhnya dikembangkan dengan mewujudkan karakter sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) dan juga dampak pengiring (nurturant effect). Bukan hanya dampak


(55)

itu, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi pengembangan yang lebih luas melalui instructional effect yang dimaknai oleh peserta didik dalam berbagai kegiatan di luar kelas. Dengan begitu, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran dan posisi strategis dalam pengembangan pendidikan karakter yang sejalan dengan cita-cita tujuan pendidikan nasional. Oleh karenanya, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi pula dalam pengembangan pendidikan karakter yang utamanya membentuk watak peserta didik melalui civic culture.

b. Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter

Siswa

1) Pendekatan dalam Pembelajaran PKn

Pendekatan belajar kontekstual adalah salah satu pendekatan yang berbasis pada siswa. Pembelajaran kontekstual menggunakan berbagai metode yang menjadikan karakteristik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ciri demokratis. Hal tersebut memperlihatkan karakteristik pembelajaran PKn paradigma baru yang berciri demokratis dengan model democratic learning. Beberapa pendekatan dalam Winarno (2013: 96-100) yang sering digunakan dalam mendukung pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu:

a) Pendekatan berbasis nilai. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

program pendidikan politik mempunyai tujuan untuk membentuk good citizen. Ukuran warga negara yang baik tentu saja diyakini sesuai pandangan hidup dan nilai hidup bangsa yang bersangkutan. Dengan demikian PKn selalu terikat dengan nilai. Nilai itulah yang


(56)

40

dijadikan landasan dalam pengembangan warga negara yang dimaksudkan. Oleh karenanya, value based on education menjadi esensi dari PKn.

b) Pendekatan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam pembelajaran PKn

merupakan upaya pengembangan unsur pemikiran rasional empiris berdasarkan kegiatan ilmiah dalam rangka mewujudkan warga negara yang partisipatif dan bertanggungjawab. Kegiatan ini dapat dihadirkan melalui peran aktif siswa dalam ketrampilan mengidentifikasi, menganalisis, berargumen maupun mengambil posisi dalam studi kasus dan persoalan sosial yang ada di tengah masyarakat. Kegiatan berpikir kritis termasuk dalam civic skill yakni ketrampilan berpikir kritis siswa atau sering disebut intelektual civic skill.

c) Pendekatan inquiry. Langkah dalam metode inquiri ini diantaranya

ialah membuat fokus untuk inquiry, menyajikan masalah,

merumuskan kemungkinan penyelesaian, mengumpulkan data, menilai penyelesaian yang diajukan, dan merumuskan kesimpulan. Metode pembelajaran yang menerapkan pendekatan ilmiah dalam rangka mencari, menemukan dan mengatasi masalah sangat penting dalam menunjang pembentukan sikap siwa untuk peka terhadap berbagai permasalahan di masyarakat.

d) Pendekatan kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang dilakukan siswa dalam belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil hingga mendapatkan pengalaman belajar


(57)

Esensi pembelajaran ini ialah pembentukan sikap tanggung jawab individu dan kelompok, sehingga dalam diri siswa terdapat ketergantungan positif dalam pembelajaran kelompok secara optimal.

Ragam teknik dan model pembelajaran PKn yang menuntut perlunya cara pembelajaran yang berpijak pada prinsip-prinsip demokrasi serta pengembangan nilai-nilai keutamaan PKn cukup banyak untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran berbasis portofolio layak untuk dikembangkan dalam mencapai dampak pembentukan sikap pada siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan (Winarno, 2013: 100). Paparan di atas memperlihatkan bahwa pengembangan pendekatan atau model pembelajaran sangat menentukan pengaruh pengembangan pembelajaran tersebut pada sikap dan tindakan siswa. Oleh karena itu, perlu model pendekatan yang variatif guna mendukung pembentukan karakter pada diri siswa.

2) Pembelajaran PKn dalam Mengembangkan Civic Knowledge, Civic

Skill dan Civic Disposition

Dalam pembelajaran PKn, guru perlu memahami bagaimana menentukan model pembelajaran yang mampu mengembangkan pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge). Oleh karena itu penting bagaimana merancang pendekatan, strategi, metode maupun teknik yang dapat mengembangkan ranah kognitif siswa.

Pengembangan civic knowledge dalam pembelajaran PKn menunjukan


(58)

42

skill khususnya dalam sub domain intelektual civic skill. Ketrampilan

intelektual tersebut misalnya dalam melakukan kemampuan menganalisis dan mendeskripsikan yang dalam kategori Bloom dikatakan dalam ranah kognitif namun dalam dimensi kompetensi PKn termasuk dalam ranah intelektual civic skill (Winarno, 2013: 125).

Intelectual civic skill, civic knowledge dan civic skill adalah

substansi yang tidak dapat dipisahkan (inseperable). Civic skill dapat

dibedakan dalam 2 pengertian yakni secara sempit dan luas. Secara luas

civic skill meliputi intelectual civic skill dan participatory civic skill.

Sedangkan civic skill dalam arti sempit hanya mencakup participatory

civic skill atau ketrampilan kewarganegaraan (Winarno, 2013: 163).

Ketrampilan kewarganegaraan yang dimaksud merupakan ketrampilan yang menuntut siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dalam kehidupan publik sebagai bentuk dari tanggung jawab kewarganegaraannya. Hal tersebut mencakup ketrampilan berinteraksi, ketrampilan memengaruhi jalannya pemerintahan, pengambilan keputusan publik, berkoalisi, mengelola konflik dan sebagainya (Winarno, 2013: 167).

Komponen ketiga, civic disposition sebagai komponen dasar ketiga civic education menunjuk pada karakter privat dan publik yang berguna dalam pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat meliputi tanggung jawab moral, disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu. Sedangkan karakter publik meliputi kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, serta


(59)

kewarganegaraan sangat pendting dikembangkan sebagai dampak pembelajaran dan pengalaman seseorang saat berada di rumah, sekolah,

komunitas dan organisasi-organisasi civil society. Oleh karena itu,

penting sekali pengembangan karakter privat dan publik dalam membangkitkan pemahaman berdemokrasi yang mensyaratkan adanya sikap tanggung jawab dari individu. (Winarno, 2013: 177-178).

Dari paparan di atas, sangat jelas bahwa pembelajara Pendidikan

Kewarganegaraan yang berdimensi civic knowlwdge, civic skill dan civic

disposition sangat berguna bagi pembentukan karakter bagi siswa

khususnya karakter privat dan publik.

3) Pengembangan Pembelajaran PKn

Pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya harus memenuhi tiga aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan (skill), dan pembentukan karakter. Menurut Center for Civic Education pada tahun1944 dalam Nation Standar Civic and Government, ketiga komponen pokok tersebut ialah civic knowledge, civic skill dan civic disposition (Sunarso et.al, 2006: 14).

Dalam Pendidikan Kewarganegaraan paradigma baru dikatakan bahwa dalam pengembangan kecerdasan intelektual warga negara (civic intellegence) dimensi yang tercakup di dalamnya seperti dimensi spiritual, rasional, emosional, sosiokultural dan tanggungjawab warga negara (Zuriah, 2007: 151). Nilai-nilai karakter tentu sangat penting dalam pengembangan PKn kedepannya. Nilai-nilai karakter tersebut akan


(60)

44

dapat diwujudkan apabila pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diorganisasikan dengan baik. Bahkan dikatakan tidak hanya mampu mewujudkan satu karakter saja, tetapi dengan pengorganisasian konten kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang baik sangat dimungkinkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan akan menjadikan siswa sebagai manusia Indonesia yang berkualitas dan punya watak atau kepribadian terpuji, seperti agamis atau religius, transparan, jujur, disiplin, percaya diri, demokratis, kritis, cepat tanggap, modern dan tetap menjaga kemajemukan masyarakat dan bangsa Indonesia (Zuriah, 2007: 150).

Ditegaskan bahwa pembentukan karakter bukanlah suatu pembelajaran bidang studi namun menjadi bagian yang terintegrasi dalam keutuhan proses pembelajaran khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, agar penginternalisasian nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat terwujud secara efektif, maka perlu ditetapkan secara eksplisit essensial

value, skills dan knowledge pada Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar (Abidinsyah, 2011: 5). Oleh karenanya, pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan yang terintegrasi dengan penginternalisasian nilai-nilai karakter memang seyogyanya diwujudkan secara nyata dalam kurikulum yang ada. Namun hal tersebut juga perlu didukung dengan penanaman nilai-nilai karakter secara implisit dalam suatu proses pembelajaran.

Beberapa hal di atas sangatlah relevan dengan apa yang dikatakan


(1)

24

yang berasal dari Sulawesi menjawab pertanyaan dari guru mereka tetap memberikan apresiasi, dan sebagainya.

2. Hambatan Pengembangan Pem-belajaran PKn

Berdasarkan kegiatan penelitian yang dilakukan, ditemui beberapa hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn dalam pembentukan karakter siswa di antaranya: a) minimnya waktu pembelajaran, b) kurangnya minat peserta didik terhadap mapel PKn khususnya kelas XI, c) kurangnya kesiapan/fokus peserta didik dalam mengikuti pembelajaran setelah kegiatan olahraga dan jam-jam terakhir pembelajaran, d) padatnya jadwal kegiatan yang ada di sekolah dan asrama.

3. Upaya yang Dilakukan Guna Mengatasi Hambatan Pengembangan Pembelajar-an PKn

Hambatan-hambatan dalam pe- ngembangan pembelajaran PKn guna mendorong pembentukan karakter pada siswa menimbulkan upaya guna mengatasinya di antaranya: a) memberikan penugasan dengan memberikan aturan main pada saat waktu pembelajaran tidak bisa dimanfaatkan secara penuh, b) penggunaan metode yang variatif guna menarik minat/perhatian, c) melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi mereka yang tidak disiplin, d) memberikan batasan dalam memilih kegiatan dan penyediaan sarpras yang memadai.

Penelitian ini, menunjukan implikasi bahwa pengembangan kegiatan yang ada di sekolah memberikan dampak yang besar dalam pembentukan kepribadian siswa seperti watak dan sikap religius yang didorong oleh kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi yang terdiri dari rekoleksi kesehatan mental, rekoleksi narkoba, rekoleksi hidup bersama, rekoleksi seksualitas, rekoleksi sopan santun, rekoleksi kelembagaan dan liturgi, Retret, Pendampingan PIA selain pula adanya penanaman sikap religius dalam pembelajaran di kelas dan asrama.

Di sisi lain, sikap nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian serta menggugah siswa untuk


(2)

25

hidup sederhana yang didorong oleh kegiatan Wawasan Kebangsaan, rekoleksi hidup bersama, OSVALI, Homestay, dan Bakti Sosial. Ada pula pembentukan sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, mampu bekerja sama, kritis, peduli, saling pengertian dan toleran yang diwujudkan dalam kegiatan Sidang Akademi. Pembentukan karakter dan mental siswa tersebut tidak lepas pula dari kerja keras bruder, suster, pendamping, keluarga dan masyarakat yang ada di sekitar SMA van Lith tersebut.

E.PENUTUP 1. Kesimpulan

Pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter siswa dapat dilihat melalui tiga proses penting yaitupengembangan perencanaan pembelajaran melalui Silabus dan RPP, pelaksanaan pembelajaran dengan berbagai pendekatan, dan evaluasi pembelajaran yang mencakup evaluasi proses dan hasil. Karakter peserta didik yang dapat terlihat dalam kegiatan pengembangan pembelajaran PKn di kelas yaitu sikap religius, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, sikap kritis, kerjasama, dan sikap saling menghormati dan menghargai.

Kegiatan pengembangan di luar kelas yang terdiri dari kegiatan-kegiatan Kristianitas, Remaja Pecinta Kristus, Legio Maria, Rekoleksi, Retret, Pendampingan PIA, Wawasan Kebangsaan, OSVALI, Homestay, Bakti Sosial dan Sidang Akademi telah membentuk karakter nasionalisme, solidaritas, kebersamaan, sikap saling menghargai dan menghormati, kepedulian, kesederhanaan, sikap mandiri, rasa percaya diri, keberanian, kesopanan, peduli, saling pengertian dan toleran dalam memberikan teladan dan pembudayaan nilai-nilai yang baik kepada siswa.

Hambatan dalam pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter siswa yaitu: a) minimnya waktu pembelajaran, b) kurangnya minat peserta didik terhadap mapel PKn khususnya kelas XI, c) kurangnya kesiapan/fokus peserta didik dalam mengikuti pembelajaran


(3)

26

setelah kegiatan olahraga dan jam-jam terakhir pembelajaran, d) padatnya jadwal kegiatan yang ada di sekolah dan asrama.

Upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan pengembangan pembelajaran PKn dalam mendorong pembentukan karakter pada siswa ialah: a) memberikan penugasan dengan memberikan aturan main pada saat waktu pembelajaran tidak bisa dimanfaatkan secara penuh, b) penggunaan metode yang variatif guna menarik minat/perhatian, c) melakukan dialog dan memberikan sanksi bagi mereka yang tidak disiplin, d) memberikan batasan dalam memilih kegiatan dan penyediaan sarpras yang memadai.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tentang “Pengembangan Pembelajaran PKn dalam Pembentukan Karakter Siswa di SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan Magelang” maka peneliti memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak tertentu.

a. Kepada Pihak Sekolah

1) Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi siswa khususnya sumber kepustakaan yang berkaitan dengan bidang PKn khususnya buku induk yang dikelola dengan baik agar guru maupun siswa mampu memahami pembelajaran dengan baik. 2) Sekolah perlu menciptkan kultur lingkungan yang kondusif agar

mampu membangun karakter peserta didik yang kuat karena karakter sesungguhnya lebih penting dari pada kecerdasan semata yang tidak diimbangi dengan nilai-nilai karakter peserta didik.

b. Kepada Guru Mapel PKn

1) Guru sebagai pendamping, teladan, pengampu maupun fasilitator dalam kegiatan pembelajaran PKn hendaknya melakukan pe-ngembangan diri khususnya terkait bidang akademik yang ditekuninya sehingga mampu memberikan wawasan yang kontekstual dan faktual. 2) Pengembangan pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru


(4)

27

serta variasi pembelajaran yang dinamis guna mendorong minat dan partisipasi peserta didik.

3) Pembuatan materi pembelajaran guru hendaknya memasukan buku-buku induk dalam sumber kepustakaan guna menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran materi pembelajaran.

Daftar Pustaka

Abidinsyah. (2011). “Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Membangun Peradaban Bangsa Yang Bermartabat”. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Februari 2011 (Vol. 3 Nomor 1). Hlm. 1-8. Afifuddin & Saebani, Beni Ahmad. (2009). Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: Pustaka Setia.

Arwiyah, M. Yahya, et. al. (2013). Regulasi Kewarganegaraan Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Cholisin. (2005). “Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegara an (Civic Education) dalam Praktek Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Diakses dari: WIB.

Dwiyanto, Djoko & Saksono, Ign. Gatot. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila (Negara Pancasila: Agama atau Sekuler; Sosialis atau Kapitalis). Yogyakarta: Ampera Utama.

Gafur, Abdul. (2012). Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Kemdiknas. (2010). “Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama”. Draf Panduan Guru Mapel PKn.

________. (2011). “Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter”. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Koesoema A. Doni (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Lickona, Thomas. (2013). Educating for Character. New York: Bantam Book. Diterjemahkan oleh Lita S. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.


(5)

28

__________. et al. (2007). “Eleven Principles of Effective Character Education”. Diakses dari _Principles.pdf pada tanggal 3 November 2013 pukul 19.00 WIB.

Moleong, J. Lexy. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muchson AR. (2012). Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Diktat Kuliah). Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum FIS UNY.

Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Pemerintah Republik Indonesia (2010). Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010 – 2025. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

SMA Pangudi Luhur Van Lith. (2014). “Visi Misi-Tujuan SMA Van Lith”. Diunduh dari: lith.3.html tanggal 10 November 2013 pukul 10.25 WIB.

___________ . (2013). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Van Lith. Magelang: SMA Pangudi Luhur Van Lith.

Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugihartono,et.al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sunarso et.al. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press. UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78).

Winarno. (2013). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi Strategi dan Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada.


(6)

29

Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: Bumi Aksara.