KAJIAN KOMPOSISI POPULASI RUMPUN SAPI PESISIR DI KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

KAJIAN KOMPOSISI POPULASI RUMPUN SAPI PESISIR DI
KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

SKRIPSI

Oleh :

NUR ALIYAH
0910612335

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Andalas

FAKULTAS PETERNAKAN
UNUVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

KAJIAN KOMPOSISI POPULASI RUMPUN SAPI PESISIR DI
KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN


Nur Aliyah, dibawah bimbingan
Dr.Ir. Sarbaini Anwar, M.Sc. dan Ir. Yusmaidi Yoesoef, MP
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Andalas Padang 2014
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi populasi
rumpun sapi Pesisir menurut umur dan jenis kelamin, ukuran populasi efektif dan
tekanan inbreeding pada sapi Pesisir di Kecamatan Bayang. Hasil Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi instansi terkait untuk
menentukan kebijakan pelestarian dan pengembangan sapi Pesisir serta sebagai bahan
informasi bagi peneliti lain tentang populasi sapi Pesisir. Materi penelitian ini terdiri
dari 370 kepala keluarga (KK) peternak di tiga Nagari yaitu Aur Begalung Talaok,
Asam Kamba Pasarbaru, dan Koto Berapak. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal
27 Desember 2013 sampai dengan tanggal 26 Januari 2014 di Kecamatan Bayang.
Metode pada penelitian ini adalah metode survey dan pengamatan langsung pada
peternak sampel. Sampel di ambil secara Stratified Random Sampling. Peubah yang
diamati adalah: (a) jumlah ternak sapi menurut jenis kelamin jantan dan betina, (b)
jumlah ternak sapi menurut kelompok umur, dan (c) bangsa-bangsa sapi yang
dipelihara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak
dipelihara adalah jenis kelamin betina sebesar (66,57%) dan sisanya (33,43%)

berkelamin jantan. Sedangkan menurut kelompok umur terbanyak ditemukan pada
ternak umur 3 – 3,5 tahun untuk jenis kelamin betina dan paling sedikit ditemukan
pada ternak umur lebih dari 4 tahun yaitu untuk jenis kelamin jantan. Terdapat empat
bangsa sapi yang dipelihara di daerah ini, yaitu bangsa sapi Bali (31,9%), Pesisir
(27,3%), diikuti oleh sapi silangan Bali dan Pesisir (25,2%), peranakan Simmental
(15,6%). Selain itu diperoleh pula ukuran populasi efektif (Ne) sebesar 99 ekor dan
koefisien inbreeding sebesar 0,12%.
Kata Kunci : kajian Komposisi Populasi, Sapi Pesisir, Ukuran Populasi Efektif,
Tekanan Inbreeding.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi Pesisir adalah bangsa sapi pertama yang dikenal masyarakat ranah
minang (Sumatera Barat) yang terkonsentrasi di sepanjang daerah Pesisir barat
mulai dari Kecamatan Indrapura di Kabupaten Pesisir Selatan (Ujung Selatan)
sampai ke Kecamatan Ranah Pasisie di Kecamatan Pasaman Barat (Ujung Utara)
dan terbanyak terdapat di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi ini berfungsi sebagai
tabungan bagi masyarakat dan berperan penting dalam penyediaan daging dan
hewan kurban bagi masyarakat daerah ini, bahkan untuk hewan qurban sudah
sampai ke provinsi tetangga Riau.

Sebagai sapi lokal, sapi ini memiliki arti penting sebagai nilai ekonomi dan
sosial yang cukup signifikan bagi masyarakat lokal. Sapi Pesisir memiliki
beberapa keunggulan seperti: memiliki daya adaptasi terhadap pakan berkualitas
rendah dan jumlah yang kurang memadai, memiliki daya tahan yang baik
terhadap beberapa jenis penyakit dan parasit serta temperamen jinak sehingga
lebih mudah dikendalikan dalam pemeliharaan.
Sapi Pesisir berperan penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
Pesisir Selatan dan memenuhi kebutuhan daging Sumatera Barat. Namun
keberadaan sapi Pesisir belum mendapat perhatian yang semestinya dari peneliti,
masyarakat dan pemerintah. Bahkan populasinya cenderung menurun karena
tergusur oleh sapi-sapi eksotik impor yang mempunyai sifat-sifat unggul.
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat (2011) melaporkan bahwa
populasi sapi Pesisir pada tahun 2011 jauh menurun dibandingkan tahun 2004 dan
sedikit meningkat dibandingkan tahun 2008. Populasi sapi di Kabupaten Pesisir

1

Selatan pada tahun 2011 tercatat 93.581 ekor, sedikit meningkat dari tahun 2008
tercatat 89.995 ekor, dan jauh menurun dibanding tahun 2004 yang mencapai
104.109 ekor. Penurunan populasi diduga berkaitan dengan sistem pemeliharaan

yang bersifat ekstensif tradisional, tingginya jumlah pemotongan ternak produktif,
terbatasnya pakan, menyempitnya areal penggembalaan, dan kurang tersedianya
pejantan.
Oleh karena tekanan kebutuhan percepatan peningkatan produksi daging
dan pendapatan peternak yang diikuti oleh aplikasi bioteknologi reproduksi
seperti inseminasi yang semakin meluas, maka sangat memungkinkan ternak lokal
ini diinseminasi atau dikawinkan dengan bangsa sapi lain (crossbreeding). Jika hal
ini terjadi, maka habislah sumberdaya genetik ternak lokal ini sebagaimana telah
terjadi pada sapi Jawa, dan beberapa bangsa ternak sapi saat ini dalam kondisi
populasi tidak aman seperti sapi Hissar di Sumbawa dan Sumatera Utara, sapi
Sahiwal Cross di Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan Aceh (Astuti dkk.,
2006).
Untuk mengantisipasi agar hal di atas tidak terjadi pada rumpun sapi
Pesisir, maka perlu dilakukan manajemen/pengelolaan populasi secara benar dan
tepat, dan sebagai salah satu upaya awal oleh pemerintah (Departemen Pertanian)
adalah dengan menerbitkan satu Surat Keputusan Menteri Pertanian RI
No.2908/Kpts/OT.140/6/2011 tentang penetapan rumpun sapi Pesisir. Oleh karena
itu, sapi Pesisir perlu dilestarikan dengan mengetahui komposisi populasi rumpun
sapi Pesisir.
Kecamatan Bayang merupakan salah satu Kecamatan di Pesisir Selatan

dengan populasi sapi pada tahun 2011 sekitar 1.617 ekor (Badan Pusat Statistik,

2

2012). Populasi di daerah ini termasuk renggang dibandingkan Kecamatan lainnya
di Pesisir Selatan.
Berdasarkan pada hal-hal di atas maka dilakukan satu penelitian dengan
judul: “Kajian Komposisi Populasi Rumpun Sapi Pesisir di Kecamatan
Bayang Kabupaten Pesisir Selatan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan berbagai hal yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai baerikut :
1. Seberapa besar rasio jenis kelamin jantan dan betina sapi Pesisir di Kecamatan
Bayang.
2. Seberapa besar rasio jenis kelamin jantan dan betina dewasa sapi Pesisir di
Kecamatan Bayang.
3. Seberapa besar rasio tingkat umur sapi Pesisir di Kecamatan Bayang .
4. Seberapa besar rasio sapi Pesisir dibandingkan dengan bangsa sapi lain (Bali,
Peranakan Simmental, dan sapi silangan Bali × Pesisir) di Kecamatan Bayang.
5. Seberapa besar ukuran populasi efektif (Ne) sapi Pesisir di Kecamatan Bayang.

6. Seberapa besar tekanan inbreeding sapi Pesisir di Kecamatan Bayang.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui komposisi populasi jenis kelamin jantan dan betina sapi Pesisir di
Kecamatan Bayang.
2. Mengetahui komposisi populasi jenis kelamin jantan dan betina dewasa sapi
Pesisir di Kecamatan Bayang.
3. Mengetahui komposisi populasi tingkat umur sapi Pesisir di Kecamatan
Bayang.

3

4. Mengetahui jenis bangsa-bangsa sapi yang dipelihara masyarakat di
Kecamatan Bayang
5. Mengetahui ukuran populasi efektif sapi Pesisir di Kecamatan Bayang.
6. Mengetahui tekanan inbreeding pada populasi sapi Pesisir di Kecamatan
Bayang
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait untuk menentukan kebijakan

pelestarian sapi Pesisir.
2. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait untuk menentukan kebijakan
pengembangan sapi Pesisir.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti berikutnya tentang populasi sapi Pesisir

4