PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN REPRODUKSI TERNAK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PETERNAKAN NEGERI LEMBANG.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN

REPRODUKSI TERNAK UNTUK MENINGKATKAN

KOMPETENSI SISWA SMK PETERNAKAN NEGERI

LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Teknologi Agroindustri

Oleh

RIZQI RIANDI 0811776

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Kerjasama Dengan

PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN


(2)

RIZQI RIANDI (0811776): PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN

REPRODUKSI TERNAK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PETERNAKAN NEGERI LEMBANG

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini ialah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran Reproduksi Ternak tidak sesuai dengan tuntutan dengan menggunakan model Konvensional (Ceramah). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai hasil belajar siswa dan perbandingan peningkatan hasil belajar siswa antara yang menerapkan model Problem Based

Learning dengan menerapkan model konvensional. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan metode Quasy Eksperiment design dan desain penelitian nonequivalent (Pre-test Post-test) control group design. Populasi yang menjadi objek penelitian ini ialah kelas XI SMK Peternakan Negeri Lembang tahun ajaran 2012-2013. Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah kelas XIR B dan XIR C dengan teknik sampling nonprobability sampling pada teknik penentuan sampel purposive. Teknik analisis data dilakukan yaitu penskoran nilai

N-Gain dan uji hipotesis dengan Uji-t. Berdasarkan hasil penelitian dengan uji

hipotesis, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dibandingkan dengan penerapan model Konvensional (ceramah). Kesimpulan dari penelitian ini ialah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model konvensional.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Batasan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model ... 10

B. Pembelajaran ... 10

C. Model Pembelajaran ... 14

D. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 16

E. Hasil Belajar ... 20

F. Reproduksi Ternak ... 21

G. Pengertian Kompetensi dan Tuntutan Kompetensi Reproduksi Ternak ... 22

H. Penelitian-penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26

I. Anggapan Dasar ... 28

J. Kerangka Berpikir ... 28


(4)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. Variabel Penelitian ... 37

D. Paradigma Penelitian ... 38

E. Prosedur Penelitian ... 40

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 44

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Daftar Nilai Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Kelas XI. ... 2

2.1 Silabus SMK Peternakan Negeri Lembang... 22

3.1 Desain Penelitian Preetest-Posttest... 35

3.2 Kriteria validitas ... 36

3.3 Interprestasi Koefesien Korelasi Reliabilitas ... 37

3.4 Kategori Nilai N-Gain ... 46

3.5 Kategori Skor Lembar Observasi ... 48

4.1 Data Uji Instrumen Tes ... 50

4.2 Distribusi Skor Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 51

4.3 Distribusi Skor Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 52

4.4 Statistik Uji Hipotesis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 55

4.5 Hasil Observasi Tahapan Pembelajaran PBL ... 56


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Anatomi Organ Reproduksi Jantan ... 23

2.2 Anatomi Organ Reproduksi betina... 24

2.3 Inseminasi Buatan ... 24

2.4 Teknis Palpasi Rectal ... 25

2.5 Sistem Kerja Hormonal ... 25

2.6 Gangguan Reproduksi ... 26

3.1 Paradigma Penelitian ... 39

3.2 Alur Penelitian ... 42

4.1 Perbandingan Skor Pretest dan Skor Posttest Kelas Kontrol ... 52

4.2 Perbandingan Skor Pretest dan Skor Posttest Kelas Eksperimen ... 53


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

 Silabus Mata Pelajaran Reproduksi Ternak ... 65

 RPP Kelas Kontrol ... 70

 RPP Kelas Eksperimen ... 78

 Data dan Hasil Observasi keterlaksanaan penerapan PBL ... 90

LAMPIRAN 2  Instrumen Soal Uji Coba ... 102

 Data Uji Validitas Soal ... 106

 Kisi-kisi Soal ... 107

 Format Judgement Soal Pretest dan Posttest ... 108

 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ... 109

 Instrumen Setelah Uji Coba ... 111

 Kunci Jawaban Soal Setelah Uji Coba ... 113

 Soal Pretest dan Posttest ... 114

 Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 116

 Data Mentah Penelitian ... 117

 Perhitungan Pengujian Hipotesis ... 120

 Tabel Distribusi F ... 121

 Tabel Distribusi t ... 124

 Dokumentasi Penerapan PBL di SMK Peternakan Negeri Lembang ... 129

LAMPIRAN 3  Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi ... 132

 Lembar Bimbingan ... 134

 Berita Acara Seminar I ... 141

 Berita Acara Seminar II ... 142

 Surat Izin Penelitian di SMK Peternakan Negeri Lembang ... 143

 Surat Balasan Perizinan Penelitian ... 144


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai merupakan suatu indikasi keberhasilan suatu proses belajar mengajar (Pembelajaran). Nilai yang baik menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung telah bisa dikatakan berhasil. Begitu pula sebaliknya nilai di bawah angka yang distandarkan pada suatu proses pembelajaran, menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum bisa dikatakan berhasil secara optimal.

Nilai yang menjadi acuan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran ini dikarenakan nilai merupakan salah satu indikator dari hasil belajar. Sehingga bila tingginya persentase perolehan nilai siswa di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal, maka hasil belajar belum optimal. Baik tidaknya nilai yang menjadi indikator hasil belajar ini dipengaruhi banyak faktor, salah satunya pendekatan yang diterapkan seorang guru dalam proses pembelajaran. Hal ini cukup berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Kenyataan yang sesuai dengan pernyataan di atas ialah pada mata pelajaran Reproduksi Ternak SMK Peternakan Negeri Lembang yang menggunakan model Konvensional dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 menunjukkan bahwa 45.95% dari 37 siswa mendapat nilai di bawah standar dan 54.05% dari 37 siswa menunjukkan angka di atas standar untuk kelas XI R B dan 45.95% dari 37 siswa mendapat nilai di bawah standar dan 54.05%


(9)

ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran Reproduksi Ternak, masih dikatakan belum berhasil dengan optimal. Tabel 1.1 Daftar Nilai Ujian Akhir Semester Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Kelas XI Ruminansia Tahun Ajaran 2011-2012.

Tabel 1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Kelas XI Ruminansia Tahun Ajaran 2011-2012.

Nilai Kelas XI R A Kelas XI R B Kelas XI R C

f % f % f %

90 < x ≤ 100 0 0 1 2.70 0 0

80 < x ≤ 90 1 2.86 2 5.4 3 8.10

70 < x ≤ 80 24 68.57 17 45.95 17 45.95

X < 70 10 28.57 17 45.95 17 45.95

Rata – rata 72.3 69.6 71.0

Kenyataan ini merupakan masalah baik bagi sekolah, guru, dan terlebih lagi bagi siswa sebagai peserta didik yang menuntut keberhasilan suatu proses pembelajaran untuk memperoleh keahlian dan kompetensi di sekolah yang mereka jalani. Dengan demikian, perlu adanya perhatian yang lebih terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan khususnya pada mata pelajaran bersangkutan.

Metode pembelajaran yang digunakan merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru pada suatu proses pembelajaran. Suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan seorang guru di kelas pada suatu proses pembelajaran memang memegang peran terhadap penentuan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada mata pelajaran Reproduksi Ternak di SMK Peternakan Negeri Lembang menggunakan model Konvensional dengan metode klasikal atau sering disebut metode ceramah.


(10)

Model Konvensional yang selalu diterapkan pada mata pelajaran Reproduksi Ternak ini beralasan bahwa terbatasnya fasilitas dan sumber belajar yang ada di sekolah. Akan tetapi sebenarnya keterbatasan fasilitas dan sumber belajar bukanlah suatu hal yang menghalang untuk penerapan pendekatan, model, atau metode pembelajaran yang bisa menunjang keberhasilan suatu proses pembelajaran. Tidak semua pendekatan, model, atau metode pembelajaran yang menuntut fasilitas maksimal.

Banyak pendekatan atau metode pembelajaran yang bisa menunjang keaktifan dan keberhasilan proses pembelajaran siswa bahkan bisa menghindar dari penilaian pembelajaran yang berpusat kepada guru atau bisa dikatakan pembelajaran yang siswanya pasif hanya duduk dan mendengarkan ceramah seorang guru. Kita ketahui bahwa konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran yang hanya mendengarkan ceramah guru tidak berlangsung lama, apalagi proses pembelajaran yang diterapkan berpusat kepada guru.

Mata pelajaran Reproduksi Ternak merupakan mata pelajaran produktif atau keahlian yang diajarkan di SMK Peternakan Negeri Lembang. Mata pelajaran Reproduksi Ternak menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan menuntut siswa untuk bisa memecahkan masalah-masalah Reproduksi Ternak yang sering ditemukan di lapangan. Permasalahan ini cukup rumit yang mana organ satu sama lain saling berhubungan dan selalu berkaitan dengan hormon-hormon serta faktor lainnya. Hal ini tentu membutuhkan analisis dan konsep pemecahan masalah agar siswa siap untuk menghadapi dunia kerja atau dunia nyata.


(11)

Melihat kenyatan-kenyataan yang ada ini penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengatasi masalah-masalah diatas. Penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi

Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah pada pembelajaran Reproduksi Ternak adalah:

1. Penerapan pendekatan pembelajaran yang belum sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

2. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat kepada guru (teacher centered) atau siswa cenderung pasif.

3. Siswa kurang terdorong untuk bernalar dan berpikir aktif dalam pemecahan masalah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah “Apakah Ada Perbedaan Peningkatan Kompetensi Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Model Pembelajaran Konvensional?”.


(12)

D. Batasan Masalah

Masalah yang akan diteliti harus terarah, jelas, dan terfokus. Masalah yang dibatasi dalam penelitian ini ialah penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa antara yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan penerapan model Konvensional pada mata pelajaran Reproduksi Ternak.

2. Mengetahui perbandingan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Reproduksi Ternak antara yang menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning dengan menggunakan model Konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam rangka meningkatkan kompetensi siswa serta peningkatan kualitas proses pembelajaran, yakni:

1. Sebagai masukan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran Problem

Based Learning dalam upaya meningkatkan kompetensi siswa serta


(13)

2. Sebagai landasan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem

Based Learning untuk meningkatkan kompetensi siswa dan peningkatan

kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran kejuruan lainnya.

G. Definisi Operasional

Agar terdapat kesamaan persepsi mengenai penelitian ini, maka beberapa definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme dan dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah dan metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut (Arends, 1998 dalam Wayan, 2007). Model pembelajaran PBL, proses pembelajarannya berpusat kepada siswa dan bukan kepada pengajar. Tugas pengajar hanya memfasilitasi dan membimbing proses pembelajaran.

PBL dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, mendorong siswa belajar, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif. Model pembelajaran ini melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi di dunia nyata, mendorong siswa untuk bernalar sehingga siswa mendapatkan pengetahuan dan mendapatkan keterampilan dalam memecahkan masalah. Prinsip penerapan model ini ialah:


(14)

a) Pembelajaran berawal dari adanya masalah (soal, pertanyaan, dsb.) yang perlu diselesaikan. Masalah yang dihadapi akan merangsang peserta didik untuk mencari solusinya;

b) Peserta didik mencari/membentuk pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah.

2. Proses pembelajaran

Pembelajaran secara aktif dalam Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan yang menyatakan bahwa pembelajaran secara aktif dilakukan dengan mengolah pengalaman dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksi rangsangan, dan memecahkan masalah. Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang sering diistilahkan dengan proses

pembelajaran.

Implementasinya mengajar sebagai proses mengatur lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa untuk berbuat, mendorong aktivitas siswa agar mampu terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan lebih lanjutnya lagi dapat mengaplikasikan apa yang telah didapatkan dalam proses pembelajaran yang mana titik tolak pencapaiannya ialah mengajar berpusat pada siswa (Student

Centered).

3. Reproduksi Ternak

Reproduksi Ternak adalah mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa kelas XI jurusan Agribisnis Ruminansia SMK Peternakan Negeri Lembang. Mata


(15)

pelajaran ini menuntut siswa dalam pemecahan masalah reproduksi yang berkaitan dengan hubungan sistem kerja hormonal, diagnosa kelainan reproduksi, dan mencari pemecahan masalah kelainan reproduksi serta penyebab-penyebab kelainan reproduksi yang juga saling berkaitan dengan faktor-faktor eksternal. Secara tidak langsung mata pelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan menuntut siswa untuk memecahkan masalah.

4. Kompetensi

Kompetensi itu pada dasarnya muncul dan berkembang melalui proses belajar (learning process) yang melibatkan tiga domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Bloom (dalam Iwan 2010) mengemukakan bahwa kompetensi sebagai hasil belajar termasuk ke dalam arah kognitif yang aspeknya terdiri dari pengertian, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis.

Ranah kognitif pada mata pelajaran Reproduksi Ternak ini ialah menuntut siswa untuk bisa mengetahui secara anatomi dan fisiologi organ reproduksi pada ternak jantan dan betina, siswa memahami sistem hormonal pada ternak jantan dan betina serta siswa mengetahui perbedaan perkawinan alami, buatan, dan mengetahui tahapan pelaksanaannya secara teori. Sedangkan ranah psikomotorik pada mata pelajaran Reproduksi Ternak ini ialah menuntut siswa untuk bisa melakukan palpasi rectal, Inseminasi Buatan (IB), dan bisa menangani gangguan hormonal serta bisa menangani atau memecahkan masalah tersebut dengan penanganan secara hormonal. Ranah afektif pada mata pelajaran Reproduksi Ternak ini ialah menuntut siswa untuk disiplin dalam melakukan


(16)

tugas-tugas lapangan, tidak melanggar aturan, mempunyai motivasi yang tinggi, serta melaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan yang telah distandarkan. Akan tetapi untuk sementara pada penelitian ini tujuan yang akan diteliti ialah ranah kognitif siswa.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Peternakan Negeri Lembang yang terletak di Jalan Raya Tangkuban Perahu Km. 22 Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Tempat penelitian ini dipilih dengan alasan SMK Peternakan Negeri Lembang merupakan tempat dimana peneliti melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Selain itu juga sekolah ini merupakan sekolah menengah kejuruan peternakan, yang mana hal ini sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuni peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 7 Agustus s/d 30 September 2012. Penelitian ini sejalan dengan waktu Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang peneliti laksanakan.

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Sugiyono (2012: 2) mengemukakan bahwa Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian untuk


(18)

Tujuan penelitian ini salah satunya adalah untuk memperoleh perbandingan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Reproduksi Ternak antara yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan model Konvensional.

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi

Experiment). Lebih lanjut metode ini termasuk metode kuantitatif dengan

pendekatan quasy experimental design dan desain penelitian nonequivalent

control group design (Sugiyono, 2012: 77).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang berkaitan dengan metode dan alasan mengapa metode tersebut digunakan dalam penelitian. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent (Pre-test Post-test) Control-Group desain (Sugiyono, 2008: 116). Desain penelitian ini adalah nonequivalent

control group desain dengan menempatkan subjek penelitian ke dalam dua

kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan melaksanakan pembelajaran dengan model konvensional. Desain penelitian ini menggunakan pretest sebelum perlakuan diberikan dan

posttest setelah perlakuan diberikan. Selisih antara Pretest dan posttest nantinya


(19)

nonequivalent (pre-test post-test) Control-Group desain dapat digambarkan pada

tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-posttest

Kelompok Subjek Pretest Perlakuan Posttest

Kontrol (C) Kelas XI Ruminansia C 01 X1 02

Eksperimen (E) Kelas XI Ruminansia B 01 X2 02

Sumber: Arikunto (2006: 86)

Keterangan:

C = Kelas Kontrol E = Kelas eksperimen

X1 = Perlakuan pada kelas kontrol dengan melakukan pembelajaran dengan

model konvensional.

X2 = Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 01 = Tes awal yang sama pada kedua kelompok (Pretest)

02 = Tes akhir yang sama sesudah kelompok diberikan perlakuan (Posttest).

3. Instrumen Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini harus bisa terukur. Variabel akan diukur dengan nilai yang diperoleh. Dengan demikian perlu adanya alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan data. Alat bantu dalam pengumpulan data ini ialah instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah tes dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus mendukung dalam perolehan data penelitian. Instrumen yang baik memerlukan pengujian atau adanya penilaian dari ahli atau disebut Expert-judgement. Pengujian instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah uji validitas butir soal dan reliabelitas butir soal. Sedangkan untuk tingkat kesukaran nilai oleh guru mata pelajaran dan bidang kurikulum di sekolah bersangkutan. Instrumen penelitian ini


(20)

juga dilakukan Expert-judgement sebagai pendukung. Pengujian validitas dan reliabelitas butir soal akan diurai sebagai berikut:

a. Validitas butir soal

Tes pilihan ganda yang digunakan dalam penelitian ini akan diuji validitasnya dengan menggunakan korelasi Product moment dengan rumus di bawah ini.

rxy = N ∑XY –(∑X)( ∑Y)

( N ∑ X2– ( ∑ X )2 ( N ∑ Y2– ( ∑ Y )2 ) Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara skor butir soal dan skor total N = Banyaknya subjek

∑ X = Jumlah skor butir soal

∑Y = Jumlah skor total

∑X2 = Jumlah kuadrat skor butir soal

∑Y2 = Jumlah Kuadrat skor total

∑XY = Jumlah perkalian skor butir soal dan skor total Tabel 3.2 Kriteria Validitas

Koefisien korelasi Kriteria validasi

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r ≤ 0,60 Cukup

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2007: 75)

Namun kriteria validitas ini menurut Masrun dalam Sugiyono (2012: 133) menyatakan bahwa:

“Teknik Korelasi untuk menentutan validitas item ini sampai sekarang

merupakan teknik yang paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan

“Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”. jadi kalu korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.


(21)

b. Reliabilitas butir soal

Butir soal bisa diukur tingkat kepercayaannya. Kemampuan tingkat kepercayaan butir soal tes diukur dengan uji reliabilitas butir soal. Reliabilitas butir soal bisa diukur dengan menggunakan rumus di bawah ini.

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir soal

p = Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir (1-p) Vt = Varian total

(Arikunto, 2007)

Tabel 3.3 Interprestasi Koefesien Korelasi Reliabilitas

r11 Interprestasi

≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang

0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < r11 ≤ 100 Sangat tinggi

C. Variabel Penelitian

Sugiyono (2012: 38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam suatu penelitian eksperimen, Sutrisno Hadi (1982: 437) membedakan variabel menjadi dua yaitu:


(22)

2. Variabel non eksperimental yaitu variabel yang dikontrol dalam arti baik untuk kelompok eksperimental.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka variabel yang muncul dalam penelitian ini adalah variabel kuantitatif. Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel eksperimen dan variabel kontrol.

a. Variabel kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan model Konvensional (X1).

b. Variabel eksperimen

Variabel eksperimen pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (X2).

D. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan cara pandang atau pola pikir seseorang terhadap sesuatu, dengan paradigma tersebut peneliti dapat menjelaskan hal yang penting dan memberitahukan apa dan bagaimana yang harus dikerjakan peneliti dalam memecahkan masalah. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012: 42) bahwa:

Paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah, teknik analisis statistik yang akan digunakan.


(23)

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

KELEBIHAN

PBL

SISWA LEBIH MEMAHAMI KONSEP

AKTIF MEMECAHKAN MASALAH MENINGKATKAN MOTIVASI

MEMBENTUK KETEREMPILAN BERPIKIR TIDAK SESUAI DENGAN

TUNTUTAN

PROSES BELAJAR PASIF (Teacher Centered)

≤ KKM HASIL BELAJAR BELUM OPTIMAL

BELUM ADA SOLUSI YANG DIINGNKAN MASALAH/ KESENJANGAN

(SOLUSI)

DILAKUKANNYA PENELITIAN DENGAN PENERAPAN PBL

(HARAPAN)

MEMENUHI TUNTUTAN MATA PELAJARAN

MAMPU MEMBERIKAN ASPIRASI dan KETERBUKAAN PIKIRAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MAMPU MEMECAHKAN MASALAH REPRODUKSI TERNAK SISWA AKTIF

MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN

KOGNITIF (Hasil Belajar) MAMPU MEMBERIKAN ASPIRASI MERANGSANG KETERBUKAAN

PIKIRAN, MENGGALI PENGETAHUAN, dan KRITIS


(24)

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dikelompokkan dalam empat tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan.

1. Persiapan

Tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum melaksanakan penelitian, diantaranya ialah mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di sekolah SMK Peternakan Negeri Lembang, kemudian mengkaji beberapa literatur sebagai sumber pendukung perumusan masalah dan sekaligus sebagai titik tolak dalam menentukan hipotesis serta menentukan metode dan desain penelitian. Selanjutnya penyusunan instrumen pembelajaran berupa RPP dan silabus kemudian menyusun instrumen penelitian. Terakhir untuk tahap persiapan ini ialah melakukan judgement instrumen berupa tes dan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan diantaranya: a. Konsultasi kepada guru mata pelajaran Reproduksi Ternak

Konsultasi ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh izin dari guru mata pelajaran Reproduksi Ternak untuk ditelitinya penerapan model pembelajaran

Problem Based Learnig (PBL) pada mata pelajaran Reproduksi Ternak sekaligus

sebagai pendukung peneliti untuk memperoleh gambaran awal mengenai subjek yang diteliti.

b. Melakukan penelitian

Penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dirancang dalam desain penelitian 1) memberikan pretest dan praktikum kepada kelas XI R


(25)

B dan XI R C. 2) melakukan kegiatan pembelajaran dengan penerapan model

Problem Based Learnig (PBL) pada kelas XI R B. 3) memberikan posttest kepada

kelas XI R B dan XI R C.Tujuan dari pelaksanaan yang sesuai dengan langkah-langkah dalam desain penelitian ini ialah untuk memperjelas perlakuan disetiap tahapan, dan supaya memperjelas alur kegiatan penelitian yang dilakukan.

3. Pengolahan data

Tahap ini dilakukan pengumpulan data kuantitatif berupa hasil pretest dan posttest yang dilaksanakan. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data hasil dari kedua data tersebut. Kemudian akan ditampilkan dalam bentuk data kuantitatif dan pengujian hipotesis.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian sedangkan saran diharapkan dapat menjelaskan manfaat dari penelitian ini. Pada tahap ini dilaksanakan penarikan kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan data hasil penelitian dan mengacu kepada hipotesis yang dirumuskan. Alur penelitian dapat dilihat dalam gambar 3.2


(26)

Gambar 3.2 Alur Kegiatan

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2012: 80) mengemukakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

 Hasil belajar

Eksperimen Revisi

Pembuatan Instrumen

Pretest Posttest

Pengolahan dan Analisis Data Ditolak

Kesimpulan dan Saran

Diterima Judgement Ahli

1

2

3


(27)

ditarik kesimpulannya”. Objek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI Ruminansia SMK Peternakan Negeri Lembang tahun ajaran 2012-2013. 2. Sampel

Sugiyono (2012: 81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Seorang peneliti perlu mempertimbangkan masalah, tujuan, hipotesis, metode, instrumen penelitian serta tidak kalah pentingnya adalah waktu, biaya, dan tenaga. Sebagai sampel atau subjek dalam penelitian ini ialah siswa-siswa kelas XI Ruminansia di SMK Peternakan Negeri Lembang tahun ajaran 2012-2013. Setelah melakukan beberapa pertimbangan seperti melakukan observasi pra-penelitian di SMK Peternakan Negeri Lembang maka dipilih sebagai sampel ialah kelas XI Ruminansia B sebagai kelas eksperimen yang dikenakan perlakuan (treatment) dan kelas XI Ruminansia C sebagai kelas pembanding (kontrol) atau perlakuan dengan penerapan model konvensional (metode ceramah).

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini ialah teknik sampling nonprobability sampling dengan teknik penentuan sampel purposive. Menurt Sugiyono (2012: 85) mengemukakan bahwa: “teknik sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian, sampel memiliki ciri-ciri yang relatif sama, maka objek penelitian ini adalah kelas XI R B yang menjadi kelas eksperimen dan kelas XI R C. Kedua objek tersebut memiliki ciri-ciri, yaitu siswa mempelajari Reproduksi Ternak serta yang menjadi objek penelitian duduk di kelas yang sama.


(28)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. (Suharsimi Arikunto, 2007: 53). Pengumpulan data penelitian berupa hasil pretest dan hasil posttest. Pretest diberikan sebelum dilakukan perlakuan sedangkan posttest dilakukan setelah perlakuan. Perlakuan pada penelitian ini didukung oleh RPP, bahan ajar, dan instrumen penelitian berupa tes yang akan ditampilkan pada lampiran.

Pretest adalah tes yang diberikan sebelum perlakuan bertujuan untuk

mengetahui sampai dimana tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan. Posttest adalah tes yang diberikan untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap bahan pelajaran setelah siswa mengalami suatu kegiatan pembelajaran atau perlakuan. Jika hasil Pretest dan Posttest dibandingkan, maka dapat digunakan untuk mengukur keefektifan proses pembelajaran. Pretest dan Posttest menjadi instrumen penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Reproduksi Ternak yang menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning.

Tipe soal yang digunakan adalah tipe soal pilihan ganda atau yang sering disebut Multiple Choice Test. Suharsimi Arikunto (2007: 168) Multiple Choice

test adalah jenis tes yang terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang


(29)

satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multiple

choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban

atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). Kisi-kisi instrumen penelitian berupa tes selengkapnya terdapat pada lampiran.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi atau sering disebut lembar pengamatan. Lembar observasi salah satu termasuk instrumen penelitian nontes. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan oleh guru mata pelajaran sebagai observer terhadap peneliti pada saat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dengan menerapkan model Problem Based Learning. Oleh karena itu observasi merupakan salah satu alat pengumpulan data pendukung keterlaksanaan model

Problem Based Learning pembelajaran yang peneliti terapkan. Pedoman observasi

selengkapnya terdapat pada lampiran.

H. Teknik Pengolahan dan Analisi Data

1. Tes

a. Penskoran N-Gain

Adapun rincian pengolahan data dari hasil penelitian ini yaitu menggunakan rumus normal gain. Rumus normal gain merupakan rumus untuk menghitung selisih antara nilai posttest dan pretest. Rumus normal gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Rumus Uji normal gain menurut Hake (1998):


(30)

Table 3.4 Kategori Nilai N-Gain

N- Gain Kategori

(g) > 0,70 g Tinggi

0,70 > (g) > 0.3 g Sedang

(g) < 0,3 g Rendah

b. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan hipotesis statistik

inferensial dengan statistik parametris dengan alasan penelitian ini bekerja

dengan dua sampel, maka hipotesis statistik yang digunakan ialah hipotesis

komparatif. Alasan penggunaan hipotesis komparatif dikarenakan hipotesis ini

ialah hipotesis yang membandingkan dua sampel. Uji normalitas yang digunakan ialah uji normalitas t-tes untuk dua sampel. Rumus t-tes yang digunakan untuk pengujian komparatif dua sampel, ialah rumus Pool Varian dengan kriteria.

Jumlah n1≠ n2, varian homogen (σ1² = σ2²), sehingga rumus yang digunakan

rumus t test dengan pool varian. Derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2– 2.

[ ]

(Sugiyono, 2012: 196). Selanjutnya t hitung dibandingkan dengan t tabel caranya adalah membandingkan nilai dengan dan menentukan kriteria pengujian uji-t dimana tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05). Uji-t yang digunakan dalam penentuan hipotesis ini ialah:

Jika > , maka H0 ditolak dan Ha diterima.


(31)

Nilai rata-rata (mean) ditentukan dengan rumus:

∑ Sugiyono (2012: 49) Dimana :

Me = Mean (rata-rata)

= Epsilon (baca jumlah) Xi = Nilai x ke i sampai ke n N = Jumlah individu

Sedangkan untuk menentukan varians menggunakan rumus: s² = ∑ Sugiyono (2012: 57)

untuk menentukan nilai standar devisiasinya menggunakan rumus:

s = √∑ Sugiyono (2012: 57)

dimana: s² = varians

s = Standart devisiasi

= Nilai rata-rata

Untuk menentukan varian homogen atau tidak, maka perlu diuji homogenitasnya yaitu menggunakan rumus:

Sugiyono (2012: 175).

Setelah F hitung didapatkan selanjutnya F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan dk pembilang = n – 1 dan dk penyebut n – 1 dan menggunakan taraf kesalahan 5% sehingga dari perbandingan tersebut dapat ditentukan homogen atau tidak variannya dengan tujuan untuk penentuan rumus. Kriteria pengujian homogenitas pada jumlah sampel yang berbeda ialah:

Jika > , maka varian tidak homogen

Jika < , maka varian homogen.

2. Pengolahan data hasil observasi

Pengolahan data hasil observasi ini mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran penerapan model Problem Based Learning. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran penerapan


(32)

1) Menjumlah skor seluruh kegiatan pembelajaran penerapan model Problem

Based Learning.

2) Menentukan persentase tiap tahap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning.

P(%)=

x100%

3) Menentukan Kriteria kemampuan pelaksanaan pembelajaran pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning.

Tabel 3.5 Kategori Kemampuan Keterlaksanan Penerapan Model PBL Persentase (%) Kategori

90-100 Sangat baik

75-89,99 Tinggi

55-74,99 Sedang

30-54,99 Rendah

0-29,99 Sangat rendah


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa hasil belajar yang menerapkan model

Problem Based Learning (PBL) lebih baik dibandingkan dengan yang

menggunakan model Konvensional (Ceramah).

2. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada mata palajaran Reproduksi Ternak antara yang menerapkan model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) dibandingkan dengan penerapan model Konvensional

dengan metode ceramah.

B. Saran

1. Untuk peneliti

Penulis menyarankan untuk meneliti penerapan model Problem Based

Learning dalam tiga ranah dalam teori Bloom.

2. Untuk pengajar

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning


(34)

siswa. Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata Pelajaran Reproduksi Ternak juga dapat menciptakan suasana belajar siswa yang lebih kondusif, berperan aktif dalam proses pembelajaran, lebih mandiri, mampu memberi aspirasi, kerjasama dalam kelompok, berkomunikasi, sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif. Didasari oleh hal tersebut, maka model PBL ini sesuai dengan tuntutan mata pelajaran Reproduksi Ternak dengan proses pembelajaran berpusat pada siswa dan dituntut untuk belajar memecahkan suatu masalah, sehingga peneliti menyarankan bahwa penerapan PBL dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Reproduksi Ternak.

3. Untuk sekolah

Mengacu pada hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan, peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk lebih memfasilitasi pengajar untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas maupun di lapangan.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU.[online]Tersedia:

http://www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429%20-ed-20%nurhayati-penerapan%20%model%20pembelajaran.pdf”.[09 -11-2012]

Amir, M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: PT. Bumi Aksara.

Dasna, I.W. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia:

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaranberbasismasal ah/ [12 Mei 2012]

Erlangga, R.A. (2012). Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi UPI: Tidak

diterbitkan.

Glazer, E. (2001). Problem Based Instruction. [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.html [12 - 8- 2012] Hadi, S. (2000). Statistik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University,

Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/hake

[17-11-2012].

Husnawati, N.R. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Lie, A. (2005). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional. (1996). “Konsep Sistem Ganda Pada Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia”. Jakarta: Depdikbud.[5 -11-2012]


(36)

Maulana, I.K. (2011). Analisis Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah

Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Konsep Sistem Ekskresi di SMA Pasundan 8 Bandung. Skripsi UPI. Tidak

diterbitkan.

Nasibah, E.Y. (2010). Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar

Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sripsi UPI. Tidak

diterbitkan.

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan (Diktat). Bandung: Juurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Riyadi, I. (2010). Analisis Pengaruh Kompetensi dan Komunikasi Terhadap

Efisiensi Kerja Dosen Akademi Pariwisata Medan.[online].Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28054/3/Chapter%20II.pd f [9-11-2012]

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Setiawan, J. (2012). Analisis Aspek Kognitif Siswa Melalui Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Pokok Sifat-Sifat Koloid disalah satu SMA di Bandung. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudrajad, A. (2009). Standar Proses untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah. [online].Tersedia:http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/stan dar-proses-_permen-41-2007_.pdf [9 November 2012]

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta

Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.


(1)

Rizqi Riandi, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang

Nilai rata-rata (mean) ditentukan dengan rumus: ∑ Sugiyono (2012: 49) Dimana :

Me = Mean (rata-rata) = Epsilon (baca jumlah) Xi = Nilai x ke i sampai ke n N = Jumlah individu

Sedangkan untuk menentukan varians menggunakan rumus: s² = ∑ Sugiyono (2012: 57)

untuk menentukan nilai standar devisiasinya menggunakan rumus: s = √∑ Sugiyono (2012: 57)

dimana: s² = varians

s = Standart devisiasi = Nilai rata-rata

Untuk menentukan varian homogen atau tidak, maka perlu diuji homogenitasnya yaitu menggunakan rumus:

Sugiyono (2012: 175).

Setelah F hitung didapatkan selanjutnya F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan dk pembilang = n – 1 dan dk penyebut n – 1 dan menggunakan taraf kesalahan 5% sehingga dari perbandingan tersebut dapat ditentukan homogen atau tidak variannya dengan tujuan untuk penentuan rumus. Kriteria pengujian homogenitas pada jumlah sampel yang berbeda ialah:

Jika > , maka varian tidak homogen Jika < , maka varian homogen. 2. Pengolahan data hasil observasi

Pengolahan data hasil observasi ini mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran penerapan model Problem Based Learning. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran penerapan model Problem Based Learning, yaitu:


(2)

48

1) Menjumlah skor seluruh kegiatan pembelajaran penerapan model Problem Based Learning.

2) Menentukan persentase tiap tahap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning.

P(%)=

x100%

3) Menentukan Kriteria kemampuan pelaksanaan pembelajaran pembelajaran dengan penerapan model Problem Based Learning.

Tabel 3.5 Kategori Kemampuan Keterlaksanan Penerapan Model PBL Persentase (%) Kategori

90-100 Sangat baik

75-89,99 Tinggi

55-74,99 Sedang

30-54,99 Rendah

0-29,99 Sangat rendah (Panggabean, 1996: 29)


(3)

Rizqi Riandi, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti terhadap penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menggambarkan bahwa hasil belajar yang menerapkan model

Problem Based Learning (PBL) lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan model Konvensional (Ceramah).

2. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan pada mata palajaran Reproduksi Ternak antara yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dibandingkan dengan penerapan model Konvensional dengan metode ceramah.

B. Saran

1. Untuk peneliti

Penulis menyarankan untuk meneliti penerapan model Problem Based Learning dalam tiga ranah dalam teori Bloom.

2. Untuk pengajar

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak dapat meningkatkan hasil belajar


(4)

62

siswa. Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata Pelajaran Reproduksi Ternak juga dapat menciptakan suasana belajar siswa yang lebih kondusif, berperan aktif dalam proses pembelajaran, lebih mandiri, mampu memberi aspirasi, kerjasama dalam kelompok, berkomunikasi, sehingga siswa termotivasi untuk lebih aktif. Didasari oleh hal tersebut, maka model PBL ini sesuai dengan tuntutan mata pelajaran Reproduksi Ternak dengan proses pembelajaran berpusat pada siswa dan dituntut untuk belajar memecahkan suatu masalah, sehingga peneliti menyarankan bahwa penerapan PBL dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Reproduksi Ternak.

3. Untuk sekolah

Mengacu pada hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan, peneliti menyarankan kepada pihak sekolah untuk lebih memfasilitasi pengajar untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas maupun di lapangan.


(5)

Rizqi Riandi, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Reproduksi Ternak Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK Peternakan Negeri Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abbas, N. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU.[online]Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/jurnal/51/040429%20-ed-20%nurhayati-penerapan%20%model%20pembelajaran.pdf”.[09 -11-2012]

Amir, M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung: PT. Bumi Aksara.

Dasna, I.W. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online]. Tersedia:

http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaranberbasismasal ah/ [12 Mei 2012]

Erlangga, R.A. (2012). Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Glazer, E. (2001). Problem Based Instruction. [Online]. Tersedia: http://www.coe.uga.edu/epltt/ProblemBasedInstruct.html [12 - 8- 2012] Hadi, S. (2000). Statistik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/hake [17-11-2012].

Husnawati, N.R. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Lie, A. (2005). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional. (1996). “Konsep Sistem Ganda Pada

Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia”. Jakarta: Depdikbud.[5 -11-2012]


(6)

64

Maulana, I.K. (2011). Analisis Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Konsep Sistem Ekskresi di SMA Pasundan 8 Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nasibah, E.Y. (2010). Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Melalui Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Panggabean, L.P. (1996). Penelitian Pendidikan (Diktat). Bandung: Juurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Riyadi, I. (2010). Analisis Pengaruh Kompetensi dan Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Dosen Akademi Pariwisata Medan.[online].Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28054/3/Chapter%20II.pd f [9-11-2012]

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group

Setiawan, J. (2012). Analisis Aspek Kognitif Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Pokok Sifat-Sifat Koloid disalah satu SMA di Bandung. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudrajad, A. (2009). Standar Proses untuk Pendidikan Dasar Dan Menengah. [online].Tersedia:http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/stan dar-proses-_permen-41-2007_.pdf [9 November 2012]

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta

Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.