PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD.
008/S/PGSD-REG/9A/Juni/2015
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM
MATA PELAJARAN IPS SD SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh Ratna Ninggar
1103700
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
008/S/PGSD-REG/9A/Juni/2015
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM
MATA PELAJARAN IPS SD
Oleh Ratna Ninggar
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Guru Sekolah Dasar
©Ratna Ninggar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotocopi, atau cara lain tanpa ijin dari penulis
(3)
008/S/PGSD-REG/9A/Juni/2015
RATNA NINGGAR 1103700
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM
MATA PELAJARAN IPS SD
Disetujui Dosen Pembimbing I
Dr. Babang Robandi, M.Pd. NIP. 19610814 198603 1 001
Disetujui Dosen Pembimbing II
Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd. NIP. 19820426 201012 1 1005
Diketahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pengetahuan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. NIP. 19550927 198503 1 001
(4)
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD
Oleh Ratna Ninggar
1103700
Hasil pengamatan awal kompetensi pengetahuan siswa pada mata pelajaran IPS SD oleh siswa kelas IV SD masih tergolong rendah yang ditunjukan dengan skor 51,8. Kondisi tersebut disebabkan karena pembelajaran mata pelajaran IPS yang diterapkan oleh sekolah di salah satu kecamatan Sukasari, kelurahan Sarijadi, tepatnya di jalan Sarimanis Blok 17 masih bersifat satu arah, sehingga siswa sebagai peserta didik bersikap pasif khususnya berdampak pada kompetensi pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. Salah satunya adalah model Problem Based Learning. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan: (1) rancangan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat; (2) pelaksanaan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat; dan (3) deskripsi peningkatan perkembangan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD dengan menerapkan model Problem Based Learning pada materi masalah sosial di lingkungan setempat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti merancang suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, LKS (Lembar Kerja Siswa), dan tes evaluasi di akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru ataupun siswa. Pada siklus pertama skor rata-rata siswa mencapai 74,16, dan pada silkus kedua mengalami peningkatan dengan skor rata-rata mencapai 86,10. Ketuntasan siswa pun meningkat pada setiap siklusnya, pada siklus pertama mencapai 50% dan pada siklus kedua mencapai 94,73%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS materi masalah sosial di lingkungan setempat. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan model Problem Based Learning, yaitu (a) guru harus mampu memfasilitasi dan mendorong siswa dalam penyelidikan suatu masalah; (b) guru harus membiasakan siswa untuk berdiskusi kelompok; dan (c) guru harus mampu memilih media pembelajaran yang tepat agar materi dapat tersampaikan dengan baik.
Kata kunci: Model Problem Based Learning, Kompetensi Pengetahuan, Mata Pelajaran SD
ABSTRACT
MODEL APPLICATION FOR INCREASING PROBLEM BASED LEARNING COMPETENCE IN KNOWLEDGE OF STUDENT SUBJECT IPS SD
By Ratna Ninggar
(5)
Results of preliminary observations competence of students' knowledge on the subjects of IPS elementary fourth grade students is still relatively low which is indicated by a score of 51.8. The condition is caused due to learning social studies adopted by the school in one of the districts Sukasari, village Sarijadi, precisely in the way Sarimanis Block 17 is still a one-way, so the students as learners be passive in particular have an impact on the knowledge competence. Therefore, we need a model of learning that can improve the competence of students' knowledge. One is a model of Problem Based Learning. This study aimed to obtain: (1) the design of learning by applying a problem based learning model to improve the competence of student knowledge in elementary social studies on the material social problems in the local environment; (2) the implementation of problem based learning model to improve the competence of student knowledge in elementary social studies on the matter of social problems in the local environment; and (3) a description of the increase in competence development of students' knowledge in elementary social studies by applying the model of Problem Based Learning on the material social problems in the local environment. To achieve this goal, the researchers designed a classroom action research conducted in two cycles through the stages of planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques derived from observation sheet teacher activity, student activity observation sheet, LKS (Student Worksheet), and the evaluation test at the end of the cycle. The results showed an increase in learning activities that teachers or students. In the first cycle of the average score of students reached 74.16, and the second silkus increased by an average score reached 86.10. The completeness of students has increased in each cycle, the first cycle to 50% and in the second cycle reaches 94.73%. Based on the results of this study concluded that the problem based learning model can improve the competence of student knowledge in social studies material social problems in the local environment. However, there are some things that must be considered in applying the model teacher Problem Based Learning, namely (a) the teacher should be able to facilitate and encourage students in the investigation of a problem; (B) teachers should familiarize students for discussion groups; and (c) the teacher should be able to choose appropriate learning media so that the material can be conveyed properly.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7
1. Model PBL ... 7
a. Pengertian PBL (Problem Based Learning) ... 7
b. Landasan Teori yang Mendasari PBL ... 8
c. Tujuan Model PBL (Problem Based Learning) ... 10
d. Karakteristik PBL (Problem Based Learning) ... 10
e. Tahapan Model PBL (Problem Based Learning) ... 12
f. Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) ... 13
g. Peran Siswa dalam Model PBL (Problem Based Learning) ... 16
h. Peran Guru dalam Model PBL (Problem Based Learning) ... 18
i. Kelebihan Model PBL (Problem Based Learning) ... 19
2. Kompetensi Pengetahuan Siswa ... 20
a. Pengertian Kompetensi Pengetahuan Siswa ... 20
(7)
3. Mata Pelajaran IPS SD ... 25
a. Pengertian Mata pelajaran IPS SD ... 25
b. Tujuan Mata Pelajaran IPS SD ... 26
c. Ruang Lingkup IPS ... 26
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27
C. Kerangka Berpikir ... 30
D. Definisi Operasional ... 31
1. Model PBL (Problem Based Learning) ... 32
2. Kompetensi Pengetahuan Siswa ... 32
3. Mata Pelajaran IPS SD ... 32
4. Penerapan Model PBL untuk meningkatkan Kompetensi pengetahuan Siswa dalam Mata Pelajaran IPS SD ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35
B. Desain Penelitian ... 35
C. Lokasi Penelitian ... 36
D. Subjek Penelitian ... 36
E. Waktu Penelitian ... 37
F. Instrumen Penelitian ... 37
G. Prosedure Penelitian ... 38
H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Pra-Penelitian ... 53
... B. Hasil Penelitian dan Pembahasannya ... 55
1. Data Perkembangan Pembelajaran dan Pembahasan ... 55
a. Siklus I ... 55
b. Siklus II ... 62
2. Data Perkembangan Hasil Kompetensi Pengetahuan Siswa dan Pembahasannya ... 70
(8)
a. Siklus I ... 71
b. Siklus II ... 83
3. Peningkatan Kompetensi Pengetahuan Siswa dan Pembahasannya ... 92
a. Nilai Hasil Presentase Capaian Indikator Kompetensi Pengetahuan .. 92
b. Nilai Hasil Belajar dan Presentase Ketuntasan Belajar Kompetensi Pengetahuan Siswa ... 95
C. Keterbatasan Penelitian ... 98
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A Simpulan ... 100
B. Rekomendasi ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
(9)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang selama ini berlangsung di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pembelajaran yang bersifat ekspositori. Dimana siswa sebagai peserta didik dituntut menerima materi-materi yang disampaikan oleh guru secara satu arah. Biasanya metode ini menekankan dan berorientasi pada isi dan materi pelajaran, sehingga menimbulkan suasana kelas yang tidak kondusif bagi siswa. Siswa seharusnya memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik (kinerja), dan afektif (sikap). Umumnya, siswa belum mampu mengaplikasikan materi-materi mata pelajaran IPS yang telah dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapat nilai rata-rata siswa 51,8. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa umumnya belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 75,0. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD, terungkap kualitas proses dan hasil belajar siswa kelas IV SD dapat dikatakan kurang baik. Selain itu hasil identifikasi masalah berdasarkan hasil observasi di kelas diantaranya, diketahui hal-hal berikut.
1. Kurangnya kreativitas siswa dan rasa ingin tahu untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan secara luas.
2. Kurangnya kompetensi pengetahuan siswa merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Siswa malas berpikir atau menjawab pertanyaan yang disampaikan guru. Sehingga guru kesulitan mengajak siswa untuk menggali/mendapatkan informasi yang lebih luas.
4. Kurangnya minat berinteraksi/bekerja kelompok dengan teman untuk mendiskusikan suatu masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
5. Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, khususnya nomor dua dan nomor lima, tentang kurangnya kompetensi pengetahuan siswa merumuskan pertanyaan dalam proses
(10)
pembelajaran dan kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari merupakan masalah utama dari penyebab berkurangnya daya tarik belajar bagi siswa. Hal tersebut dapat dilihat melalui sikap yang ditunjukan langsung oleh siswa, salah satunya dari kurangnya kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi pelajaran yang disampaikan. Padahal banyaknya pertanyaan yang disampaikan oleh siswa akan membantu menggali pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Dengan bekal kemampuan pengetahuan tersebut akan meningkatkan kompetensi pengetahuan dalam memecahkan suatu masalah, sehingga nantinya siswa diharapkan akan memahami materi yang disampaikan. Kemampuan untuk memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh tingkat mengetahui atas sejumlah pengetahuan (knowledge). Begitupun tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi akan tercapai apabila siswa telah mencapai kompetensi yang berada ditahap sebelumnya yaitu tingkat mengetahui. Namun, guru merasa kesulitan dalam menggali pengetahuan siswa yang dimiliki sebelumnya untuk dapat dikembangkan pada tahap selanjutnya. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak terhadap kualitas dan hasil belajar siswa. Setelah dilakukan observasi lapangan, refleksi, wawancara dan studi dokumentasi, diketahui beberapa penyebabnya, diantaranya:
1. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi pelajaran.
2. Guru monoton dalam memberikan materi yang hanya menggunakan metode ceramah dan terpaku pada buku paket.
3. Setelah memberikan tugas, guru tidak melakukan umpan balik terhadap apa yang telah dikerjakan siswa, dan tugas hanya dikumpulkan.
Untuk itu, guru IPS khususnya di SD harus dapat mendesain kondisi (model) mata pelajaran yang demokratis-kreatif, di mana siswa terlibat langsung sebagai subjek maupun objek mata pelajaran atau dalam artian model pembelajaran yang digunakan guru haruslah memiliki kadar keterlibatan siswa setinggi mungkin sehingga hasil belajar dapat dicapai secara optimal. Salah satu cara yang bisa dipakai untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah adalah melalui model Problem Based Learning.
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan kompetensi pengetahuan dan situasi-situasi kehidupan nyata dengan bekerja secara diskusi kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah diberikan sebelum siswa mempelajari konsep atau materi dengan tujuan untuk mengikat rasa ingin tahunya. Problem Besed Learning membantu siswa
(11)
untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Hal ini didukung oleh pendapat Duch (dalam Riyanto, 2009, hlm. 285) menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan belajar untuk belajar. Selain itu model ini dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis, analitis dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang
sesuai untuk belajar”. Dengan menggunakan model Problem Besed Learning, diharapkan kompetensi pengetahuan siswa dapat ditingkatkan. Pada model Problem Besed Learning ini, kompetensi pengetahuan didapat dari kegiatan penyelesaian masalah tersebut. Menurut
Walton dan Matthews (dalam Riyanto, 2009, hlm. 290) mengatakan bahwa “kecenderungan
model tradisional yang lebih menekankan materi yang akan diingat, dan mengembangkan pembelajaran untuk mendapatkan kemampuan. Sedangkan dalam model PBL pembelajaran
dilakukan justru untuk mendapatkan pengetahuan atau pemahaman”. Walaupun model pembelajaran Problem Based Learning dilaporkan telah berhasil membantu meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah sosial namun dalam konteks yang berbeda seperti di Sekolah Dasar masih sangat jarang digunakan pada mata pelajaran IPS siswa kelas tinggi khusunya kelas IV Sekolah Dasar.
Dengan demikian, maka penelitian ini mengkaji lebih jauh tentang penggunaan model
“Problem Based Learning”. Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Pengetahuan Siswa dalam Mata pelajaran IPS
SD” kelas IV Sekolah Dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Umum
Bagaimana penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar?
2. Rumusan Khusus
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar?
(12)
b. Bagaimana aktivitas siswa dan guru dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar? c. Bagaimana perkembangan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS
SD setelah menerapkan model Problem Based Learning pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah penelitian secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk atau gambaran penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh bentuk perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar.
b. Mengetahui aktivitas siswa dan guru dengan menerapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar. c. Mengetahui perkembangan kompetensi pengetahuan siswa dalam mata pelajaran IPS
SD setelah menerapkan model Problem Based Learning pada materi masalah sosial di lingkungan setempat kelas IV sekolah dasar.
D. Manfaat
1. Teoritis
Secara teoritis pembahasan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai satu solusi untuk mengajarkan pelajaran IPS di sekolah dasar agar lebih menarik dan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa, serta dapat membantu meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah sosial pada materi pelajaran tersebut.
(13)
2. Praktis a. Bagi Guru
Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan solusi bagi para guru dalam mengajarkan IPS di sekolah sehingga mata pelajarannya lebih bervariasi dan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam memecahkan masalah sosial, serta meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
b. Bagi Siswa
Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, partisipasi belajar, dan meningkatkan tingkah laku yang positif, serta meningkatkan prestasi dan hasil belajar.
c. Bagi LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan)
Menambah model-model pembelajaran baru dari hasil penelitian sebagai perbandingan dengan model-model yang sudah ada untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kompetensi pengetahuan siswa secara optimal.
(14)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (dalam Taniredja, 2013, hlm. 15) mengartikan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”. Lebih lanjut
dalam buku Prosedur Penelitian dalam Pendekatan Praktik, Arikunto (dalam Taniredja, 2013, hlm. 16) mendifinisikan penelitian tindakan kels yang cukup sederhana bahwa “PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi
dalam sebuah kelas”. B. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu model Spiral. Model yang dikembangkan oleh Stephen kemmis dan Robbins Mc. Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, sehingga kelihatan masih sangat dekat dengan model Lewin. Menurut Depdiknas (dalam Taniredja, 2013, hlm. 24) mengatakan bahwa model Kemmis dan Mc. Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang keempatnya merupakan siklus.
(15)
Keterangan:
1. Perencanaan 1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Pengamatan/Observasi 3. Pengamatan/Observasi
4. Refleksi 4. Refleksi
Gambar 3.1 Model Spiral oleh Kemmis dan Mc. Taggart
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Dasar di desa/kelurahan Sarijadi, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah beberapa siswa kelas IV Sekolah Dasar Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 21 siswa, terdiri dari 15 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki.
Refleksi Awal
Refleksi Rencana
Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan Observasi
Observasi Rencana
Tindakan
(16)
E. Waktu Penelitian
Rencana penelitian dari tahap persipan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan, yakni mulai pertengahan februari hingga akhir Mei 2015.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran adalah alat atau perlengkapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang digunakan sebagai acuan dan pencatatan hasil penelitian. Dibawah ini instrument pembelajaran yang digunakan yaitu:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu langkah persiapan atau rencana pembelajaran yang matang supaya hasil pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisien. RPP ini dibuat sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, setelah guru mempelajari silabus.
b. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah yang digunakan untuk mendukung atau menunjang proses pembelajaran. Pada penelitian ini, siklus I menggunakan media gambar tentang bentuk-bentuk masalah sosial melalui “letter detective I”. Siklus II menggunakan media video tentang upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial dan menggunakan media“letter detective II”.
c. Lembar Kerja Siswa
LKS dalam penelitian ini merupakan tugas kelompok yang harus dikerjakan secara berdiskusi
d. Lembar Evaluasi
Lembar evaluasi digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus
I dan siklus II, khususnya materi “Masalah Sosial” dengan menggunakan model Problem Based Learning.
e. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan pedoman kegiatan atau catatan kegiatan siswa dan guru dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Lembar observasi ini diamati dan dicatat oleh observer.
(17)
Lembar hasil perolehan nilai siswa merupakan lembar daftar nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi individual, dengan rentan nilai 0-100.
2. Instrumen Pengungkapan Data Penelitian
Instrumen pengungkapan data penelitian ini menggunakan indikator kompetensi pengetahuan yang diadopsi dari kata kerja operasional Taksonomi Bloom pada kompetensi pengetahuan, diantaranya yaitu pada menjelaskan (C1), menyebutkan (C2), melakukan (C3), menganalisis (C4), dan menemukan hubungan (C5).
Berdasarkan indikator kompetensi pengetahuan tersebut, penilaian aspek-aspek mata pelajaran yang dapat dinilai dari siswa yaitu melalui instrumen bentuk tes. Tes menurut
Arikunto (dalam Khuswatun, 2013, hlm. 45) menyatakan bahwa “tes adalah alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Penelitian ini menggunakan tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda dan uraian.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan
a. Menentukan sekolah dan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian
b. Menghubungi pihak sekolah yang akan dilaksanakannya penelitian untuk mengurus surat perijinan pelaksanaan penelitian
c. Observasi awal pelaksanaan mata pelajaran untuk malakukan identifikasi masalah yang ada di kelas
d. Manganalisis masalah atau melihat hubungan antar masalah yang akan dikaji e. Merumuskan masalah (yang paling genting untuk segera dilakukan)
f. Studi literatur, hal ini dilakukan untuk memeroleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji
g. Malakukan alternatif tindakan terhadap permasalahan yang akan dikaji
h. Menetapkan tindakan yang akan dilakukan terhadap permasalahan yang akan dikaji i. Melakukan studi kurikulum mengenai pokok halaman yang dijadikan penelitian guna
memeroleh data mengenai standar kompetensi pengetahuan dan kompetensi pengetahuan dasar serta alokasi waktu yang diperlukan selama mata pelajaran
(18)
2. Pelaksanaan Tindakan
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri dari dua siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kompetensi pengetahuan yang telah dicapai siswa.
Siklus 1
a. Perencanaan
1) Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, metode, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa
2) Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan model Problem Based Learning
5) Mempersiapkan perangkat-perangkat mata pelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran LKS, lembaran evaluasi, lembaran observasi, dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan
6) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan mata pelajaran
b. Tindakan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus I
Langkah Kegiatan Pembelajaran Fase PBL Waktu
1. Pendahuluan
a. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengatur tempat duduk, memeriksa kelengkapan belajar siswa, memastikan siswa siap belajar
15 menit
(19)
b. Untuk motivasi, siswa dan guru bernyanyi bersama dengan judul nyanyian “Suka Hati” (Realisasi Prinsip Menyenangkan)
Kalau kau suka hati tepuk tangan Kalau kau suka hati tepuk tangan Kalau kau suka hati mari kita belajar Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati siapkan buku Kalau kau suka hati siapkan buku Kalau kau suka hati mari kita belajar Kalau kau suka hati siapkan buku
Kalau kau suka hati sorak hore…hore!
Kalau kau suka hati sorak hore…hore! Kalau kau suka hati mari kita belajar
Kalau kau suka hati sorak hore…hore!
Kalau kau suka hati semua gerak (tepuk tangan) (siapkan buku) hore! Kalau kau suka hati semua gerak (tepuk tangan) (siapkan buku) hore! Kalau kau suka hati mari kita belajar Kalau kau suka hati semua gerak (tepuk tangan) (siapkan buku) hore!
c. Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan berbagai aktivitas yang akan dilakukan serta evaluasi proses mata pelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
Fase 1: Memberik an
orientasi tentang permasala han
75 menit
(20)
Dalam kegiatan eksplorasi:
1)Guru memperlihatkan salah satu gambar contoh bentuk masalah sosial didepan kelas (M1-mengamati)
2)Guru menunjuk seorang siswa untuk bertanya, membacakan dan menuliskan salah satu contoh gambar masalah sosial tersebut (M2-menanya)
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyebutkan bentuk-bentuk masalah sosial lainnya (M3-mencoba)
4) Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pengertian masalah sosial
kepada siswa
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
1)Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5-6 siswa
2) Guru membagikan media “letter detective I” kepada masing-masing kelompok dan menugaskan siswa secara berkelompok untuk
mengamati media “letter detective I” tersebut
(M2-mengamati)
3) Siswa secara berkelompok melakukan pengamatan tentang bentuk masalah sosial
melalui media “letter detective I” (M3-mencoba/mengumpulkan informasi)
Fase 2: Mengorga nisasikan siswa untuk belajar
(21)
4) Guru bertanya kepada setiap kelompok bentuk masalah sosial yang didapat pada media “letter detective I”(M2-bertanya)
5) Siswa secara berdiskusi menganalisis
bentuk-bentuk masalah sosial pada media “letter detective I ” (M3-mencoba)
6) Siswa diminta mencari informasi mengenai bentuk masalah sosial yang terdapat dalam
media “letter detective I” (M3-Mencoba)
7) Siswa diminta menuliskan bentuk-bentuk masalah sosial berdasarkan pengamatan pada media “letter detective I”
8) Siswa diminta menemukan hubungan antar masalah sosial yang ada di media “letter detective I” dengan yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal (M3-mencoba)
9) Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, dalam melakukan pengamatan terhadap media “letter detective I”, dan mencari penjelasan serta solusi (M3-mencoba) Fase 3: Membant u penyelidik an mandiri dan kelompok
10) Guru mengkondisikan siswa untuk memeriksa kembali hasil karyanya yang disesuaikan dengan bentuk-bentuk masalah sosial melalui
media “letter detective I” (M4-memverifikasi laporannya berdasarkan kriteria yang sudah dibuatnya)
11) Masing-masing kelompok memajang hasil karyanya di depan kelas difasilitasi oleh guru
(M5-mengkomunikasikan informasi)
12) Siswa menyampaikan informasi yang didapat berdasarkan media “latter detective I” (M5-mengkomunikasikan informasi) Fase 4: Mengemb angkan dan memprese ntasikan artefak dan memamer kannya
(22)
13) Guru memberikan komentar terhadap hasil karya kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasil karyanya paling kreatif, rapi dan tepat sesuai dengan konsep bentuk-bentuk masalah sosial melalui media
“letter detective I” (M5-mengkomunikasikan informasi)
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
1) Guru bertanya kepada siswa, “ Apakah dengan belajar masalah sosial melalui media “letter detective I” menjadi mudah dimengerti?” (M2-menanya)
2) Guru menunjukkan bentuk-bentuk masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan gambar-gambar yang
dijadikan media dalam “letter detective I” (M3-mencoba/mengumpulkan informasi)
3) Siswa dan guru melakukan refleksi untuk mengulangi dan menguatkan materi yang telah dipelajari (M5-mengkomunikasikan informasi)
Fase 5: Menganal isis dan mengevalu asi
pemecaha n masalah
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup:
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang pengertian tentang masalah sosial, bentuk-bentuk masalah sosial, dan hubungan antar masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal b. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan dengan cara mengajak siswa untuk merenungkan kembali, bertanya, selanjutnya meminta saran dan masukan siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan
15 menit
(23)
c. Observasi
Pengamatan atau observasi berlangsung ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. Kegiatan ini terdiri dari pelaksanaan observasi peneliti oleh observer (guru kelas dan teman sejawat), serta pelaksanaan observasi siswa oleh peneliti dan observer.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas dan observer teman sejawat sebagai mitra peneliti. Kegiatan ini terdiri dari:
1) Melihat kembali aktivitas yang telah dilakukan berdasarkan lembar observasi guru selama mata pelajaran PBL.
2) Menentukan solusi masalah yang muncul berdasarkan hasil observasi dan temuan di kelas pada saat mata pelajaran berlangsung.
3) Merencanakan perbaikan di pertemuan selanjutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
1) Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, metode, model, dan media yang akan digunakan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa
2) Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan 3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan model Problem Based Learning
5) Mempersiapkan perangkat-perangkat mata pelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran LKS, lembaran evaluasi, lembaran observasi, dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan
6) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan mata pelajaran
b. Tindakan
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian siklus II ini, adalah sebagai berikut:
(24)
Tabel 3.2
Langkah Kegiatan Pembelajaran Siklus II
Langkah Kegiatan Pembelajaran Fase PBL Waktu
1. Pendahuluan
a. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti pembelajaran dengan cara mengatur tempat duduk, memeriksa kelengkapan belajar siswa, memastikan siswa siap belajar
b. Untuk motivasi, siswa dan guru bernyanyi bersama dengan judul nyanyian “Suka Hati” (Realisasi Prinsip Menyenangkan)
Kalau kau suka hati tepuk tangan Kalau kau suka hati tepuk tangan Kalau kau suka hati mari kita belajar Kalau kau suka hati tepuk tangan
Kalau kau suka hati siapkan buku Kalau kau suka hati siapkan buku Kalau kau suka hati mari kita belajar Kalau kau suka hati siapkan buku
Kalau kau suka hati sorak hore…hore! Kalau kau suka hati sorak hore…hore!
Kalau kau suka hati mari kita belajar
Kalau kau suka hati sorak hore…hore!
Kalau kau suka hati semua gerak (tepuk tangan) (siapkan buku) hore! Kalau kau suka hati semua gerak (tepuk tangan) (siapkan buku) hore! Kalau kau suka hati mari kita belajar Kalau kau suka hati semua gerak
15 menit
(25)
(tepuk tangan) (siapkan buku) hore!
c. Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan berbagai aktivitas yang akan dilakukan serta evaluasi proses mata pelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorai
Dalam kegiatan eksplorasi:
1) Guru memperlihatkan salah satu video contoh upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial (M1-mengamati)
2) Guru menunjuk seorang siswa untuk bertanya, membacakan dan menuliskan salah satu contoh upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial tersebut (M2-menanya)
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk meyebutkan 5 ( lima) upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial lainnya
(M3-mencoba)
4) Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang pengertian upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial Fase 1: Memberik an orientasi tentang permasala han kepada siswa 75 menit b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi:
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5-6 siswa
2) Guru membagikan media “letter detective II” kepada masing-masing kelompok dan menugaskan siswa secara berkelompok untuk
mengamati media “letter detective II” tersebut
Fase 2: Mengorga nisasikan siswa untuk belajar
(26)
(M2-mengamati)
3) Siswa secara berkelompok melakukan pengamatan terhadap media “letter detective II” (M3-mencoba/mengumpulkan informasi)
4) Guru bertanya kepada setiap kelompok tentang kelengkapan gambar pada media “letter detective II”(M2-bertanya)
5) Siswa diminta menempelkan gambar pada kertas hasil pengamatan dari media “letter
detective II”(M3-mencoba)
6) Siswa secara berdiskusi menganalisis hambatan yang terjadi dalam upaya pemerintah mengatasi permasalahan sosial yang terdapat pada media “letter detective II” (M3-mencoba)
7) Siswa diminta menemukan hubungan antar upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan hambatan dalam upaya mengatasi permasalahan sosial sesuai dengan gambar pada media “letter detective II” (M3-mencoba)
8) Siswa diminta menyimpulkan tentang upaya dan hambatan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial yang terdapat pada media
“letter detective II” (M3-Mencoba)
9) Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, dalam melakukan pengamatan terhadap media “letter detective II”, dan mencari penjelasan serta solusi (M3-mencoba) Fase 3: Membant u penyelidik an mandiri dan kelompok
10) Guru mengkondisikan siswa untuk memeriksa kembali hasil karyanya yang disesuaikan dengan upaya dan hambatan pemerintah dalam
Fase 4: Mengemb angkan
(27)
mengatasi permasalahan sosial, serta hubungan antar upaya dan hambatan pemerintah dalam mengatasi masalah sosial melalui media “letter detective II” (M4-memverifikasi laporannya berdasarkan kriteria yang sudah dibuatnya)
11) Masing-masing kelompok memajang hasil karyanya di depan kelas difasilitasi oleh guru
(M5-mengkomunikasikan informasi)
12) Siswa menyampaikan informasi yang didapat
berdasarkan media “latter detective II” (M5-mengkomunikasikan informasi)
13) Guru memberikan komentar terhadap hasil karya kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasil karyanya paling kreatif, rapi dan tepat sesuai dengan konsep upaya, hambatan dan hubungan antar upaya dan hambatan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial melalui media “letter detective II” (M5-mengkomunikasikan informasi) dan memprese ntasikan artefak dan memamer kannya c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi:
1) Guru bertanya kepada siswa, “ Apakah dengan belajar masalah sosial melalui media “letter detective II” menjadi mudah dimengerti?”
(M2-menanya)
2) Guru menunjukkan upaya, hambatan, dan hubungan antar upaya dan hambatan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan gambar-gambar yang
dijadikan media dalam “letter detective II”
Fase 5: Menganal isis dan mengevalu asi
pemecaha n masalah
(28)
(M3-mencoba/mengumpulkan informasi)
3) Siswa dan guru melakukan refleksi untuk mengulangi dan menguatkan materi yang telah dipelajari (M5-mengkomunikasikan informasi)
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup:
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial, pengertian tentang upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial, hambatan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial, dan hubungan antar upaya dan hambatan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial b. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan dengan cara mengajak siswa untuk merenungkan kembali, bertanya, selanjutnya meminta saran dan masukan siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilakukan
15 menit
H. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data 1. Pengolahan Data
Pengolahan dan analisis data merupakan tahap akhir setelah semua data terkumpul. Pengolahan data pada penelitian ini akan menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.
a. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi setiap siklus yang dilakukan oleh siswa, guru sebagai peneliti, dan teman sejawat serta guru kelas sebagai observer. Data-data yang akan diolah dari data kualitatif adalah lembar observasi mengenai aktivitas yang dilakukan oleh siswa dan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berupa
(29)
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari tes tertulis kompetensi pengetahuan siswa melalui lembar evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Data yang terkumpul dianalisis untuk melihat kelemahan-kelemahan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi siswa secara individu ditulis dalam bentuk tabel lalu hasil tersebut diolah untuk mencari rata-ratanya. Rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai dibagi dengan jumlah subjek. Berikut menurut Santoso (dalam Pratiwi, 2014, hlm. 48) untuk menghitung rata-rata (mean) hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
Keterangan:
x = Nilai rata-rata kelas
∑x = Total nilai yang diperoleh siswa n = Jumlah siswa
Untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan KKM (Kriteria ketuntasan Minimum) menurut Santoso (dalam Pratiwi, 2014, hlm. 48) maka dihitung menggunakan rumus:
Keterangan:
TB = Ketuntasan belajar
∑s ≥70 = Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan
∑n = Banyak Siswa
100% = Bilangan Tetap
2. Analisis Data
Analisis data merupakan kajian terhadap suatu data untuk dipahami struktur dari suatu situasi yang ditemukan pada saat penelitian. Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan peneliti. Dalam menjawab rumusan masalah peneliti menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.
(30)
1) Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru di setiap siklus. Lembar observasi tersebut, dijadikan rujukan untuk melaksanakan refleksi atau tindak lanjut setiap siklus agar kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki sehingga kinerja guru pada siklus berikutnya dapat meningkat. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif untuk menganalisis kompetensi pengetahuan dalam mata pelajaran IPS dengan model Problem Based Learning.
2) Analisis Data Kuantitatif
Kegiatan analisis data kuantatif dilakukan setelah data dari seluruh sumber terkumpul. Kegiatan dalam analisis data kuantitatif, yaitu mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh sumber data, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh sumber data, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Analisis data kuantitatif digunakan peneliti untuk menganalisis kualitas proses dan hasil belajar siswa. Data yang dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif yaitu nilai tes tertulis melalui bentuk pilihan ganda dan uraian.
(31)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini berkaitan tiga hal yang menjadi jawaban dari rumusan masalah , yaitu perencanaan, pelaksanaan penelitian, dan peningkatan kompetensi pengetahuan siswa.
1. Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan PBL pada materi masalah sosial di lingkungan setempat untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dilakukan mulai dari memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan memprsentasikan artefak dan memamerkannya, serta menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Seluruhnya diintegrasikan di RPP pada setiap siklusnya.
2. Pelaksanaan ppembelajaran dengan menggunakan model PBL pada materi masalah sosial di lingkungan setempat di kelas IV SD, dapat dilakukan dengan langkah-langkah guru mengajukan permasalahan nyata dan autentik yang berkitan dengan masalah social di lingkungan setempat. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan lembar permasalahan yang diajukan. Siswa pun melakukan diskusi dan interaksi secara berkelompok untuk melakukan penyelidikan melalui media pembelajaran yaitu “Letter Detective I & II”. Guru membimbing dan memfasilitasi siswa dalam proses penyelidikan masalah. Setelah selesai, siswa melaporkan hasil diskusinya di depan kelas, kemudian siswa dengan dibimbing guru membahas permasalahan melalui tanya jawab, berpendapat, dan lain-lain. Setelah itu, siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.
3. Pendekatan PBL terbukti dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa kelas IV SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat. Selain itu, aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung telah menunjukkan peningkatan. Hasil lembar observasi aktivitas siswa dan guru menunjukkan model PBL efektif untuk digunakan dalam pembelajaran.
(32)
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, ada beberapa saran bagi guru dan peneliti yang akan menerapkan pendekatan ini, adalah sebagai berikut.
1. Guru perlu menerapkan model Problem Based Leraning dalam mata pelajaran IPS SD, karena model ini terbukti efektif dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa pada materi masalah sosial di lingkungan setempat. Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan model PBL adalah (a) guru harus memfasilitasi dan mendorong siswa dalam penyelidikan suatu masalah, (b) guru harus kreatif dalam mengangkat sebuah masalah agar siswa termotivasi untuk melakukan penyelidikan, (c) guru harus membiasakan siswa untuk berdiskusi kelompok.
2. Peniliti selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan lagi proses belajar mengajar, seperti penggunaan media pembelajaran yang beragam sesuai dengan cakupan materi yang diajarkan untuk menstimulus pengetahuan siswa yang dimiliki sebelumnya. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan membiasakan siswa untuk kerjasama, sharing, dan kolaborasi antar siswa dalam kelompok, karena hal tersebut sangat penting dalam kegiatan penyelidikan untuk menyelesaikan suatu masalah.
(33)
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku:
Arends, Ricard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam. Jakarta: PT. Indeks
Heriawan dkk. 2012. Metodologi Pembelajaran Kajian Teoretis Praktis. Banten: LP3G (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru)
Hidayat, Ujang S. 2011. Model-Model Mata pelajaran Berbasis Paikem. Bandung: CV. Siliwangi & Co
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Mata pelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Mata pelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Rusmono. 2014. Strategi Mata pelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia
Taniredja dkk. 2013. Penelitian Tindakan Kelas untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
b. Dokumen atau Laporan:
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
c. Artikel Jurnal:
Gunantara dkk., Gd. (2014). Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Penerapan Model Mata pelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V, 2 (1), (tanpa halaman)
(34)
Pratiwi dkk., Ni Wyn.Wida Gian (2014). Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Model Mata pelajaran Problem Based Learning Berpengaruh terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan, (tanpa volume dan nomor), (tanpa halaman)
Y. Pandu, Leonardus Baskoro. (2013). Jurnal Tugas Akhir Skripsi. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (Kk6) Di Smk N 2 Wonosari Yogyakarta, (tanpa volume dan nomor), (tanpa halaman).
d. Skripsi:
Khuswatun, Evi N. (2013). Pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Bilangan Peacahan. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Pratiwi, Listriana. (2014). Implementasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SDN 2 Suntenjaya”. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Susanti, Feti. (2012). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Masalah Sosial melalui Pembelajaran IPS. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
e. Internet:
Andriani, T. 2008. Pengertian Kompetensi Menurut para Ahli (online). Diakses dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3650/BAB2a.doc?. Tanggal 12 Maret 2015. Pukul 03.00 WIB
Anonim. (tidak ada Tahun). Mata pelajaran IPS di Sekolah dasar (online). Diakses dari https://www.academia.edu/5714722/MATA PELAJARAN_IPS_DI_SEKOLAH_DASAR
(35)
Alliyah, H. (tidak ada tahun). Kompetensi Pengetahuan SD (online). Diakses dari http://www.slideshare.net/HosyatulAliyah/assesmentpanduan-penilaian-di-sekolah-dasar-versi-dirjen. Tanggal 23 Maret 2015. Pukul 10.30 WIB
Triwulan. D. Chandra. 2012. Hakikat Pembelajarn IPS. (online). Diakses dari hhtp://eprints.uny.ac.id/7673/3/bab%202%20-%2008108244013.pdf. Tanggal 18 Maret 2015. Pukul 03.20 WIB
Saputro, Andi. (tidak ada tahun). Kata Kerja Operasional Merumuskan Indikator. (online). Diakses dari www.academia.edu/5086834/Kata_Kerja_Operasional_Merumuskan_Indikator. Tanngal 3 Mei 2015. Pukul 11.30 WIB
(1)
1) Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan terhadap data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru di setiap siklus. Lembar observasi tersebut, dijadikan rujukan untuk melaksanakan refleksi atau tindak lanjut setiap siklus agar kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki sehingga kinerja guru pada siklus berikutnya dapat meningkat. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif untuk menganalisis kompetensi pengetahuan dalam mata pelajaran IPS dengan model Problem Based Learning.
2) Analisis Data Kuantitatif
Kegiatan analisis data kuantatif dilakukan setelah data dari seluruh sumber terkumpul. Kegiatan dalam analisis data kuantitatif, yaitu mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh sumber data, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh sumber data, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Analisis data kuantitatif digunakan peneliti untuk menganalisis kualitas proses dan hasil belajar siswa. Data yang dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif yaitu nilai tes tertulis melalui bentuk pilihan ganda dan uraian.
(2)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini berkaitan tiga hal yang menjadi jawaban dari rumusan masalah , yaitu perencanaan, pelaksanaan penelitian, dan peningkatan kompetensi pengetahuan siswa.
1. Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan PBL pada materi masalah sosial di lingkungan setempat untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dilakukan mulai dari memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan memprsentasikan artefak dan memamerkannya, serta menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Seluruhnya diintegrasikan di RPP pada setiap siklusnya.
2. Pelaksanaan ppembelajaran dengan menggunakan model PBL pada materi masalah sosial di lingkungan setempat di kelas IV SD, dapat dilakukan dengan langkah-langkah guru mengajukan permasalahan nyata dan autentik yang berkitan dengan masalah social di lingkungan setempat. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan lembar permasalahan yang diajukan. Siswa pun melakukan diskusi dan interaksi secara berkelompok untuk melakukan penyelidikan melalui media pembelajaran yaitu “Letter Detective I & II”. Guru membimbing dan memfasilitasi siswa dalam proses penyelidikan masalah. Setelah selesai, siswa melaporkan hasil diskusinya di depan kelas, kemudian siswa dengan dibimbing guru membahas permasalahan melalui tanya jawab, berpendapat, dan lain-lain. Setelah itu, siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.
3. Pendekatan PBL terbukti dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa kelas IV SD pada materi masalah sosial di lingkungan setempat. Selain itu, aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung telah menunjukkan peningkatan. Hasil lembar observasi aktivitas siswa dan guru menunjukkan
(3)
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, ada beberapa saran bagi guru dan peneliti yang akan menerapkan pendekatan ini, adalah sebagai berikut.
1. Guru perlu menerapkan model Problem Based Leraning dalam mata pelajaran IPS SD, karena model ini terbukti efektif dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa pada materi masalah sosial di lingkungan setempat. Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan model PBL adalah (a) guru harus memfasilitasi dan mendorong siswa dalam penyelidikan suatu masalah, (b) guru harus kreatif dalam mengangkat sebuah masalah agar siswa termotivasi untuk melakukan penyelidikan, (c) guru harus membiasakan siswa untuk berdiskusi kelompok.
2. Peniliti selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan lagi proses belajar mengajar, seperti penggunaan media pembelajaran yang beragam sesuai dengan cakupan materi yang diajarkan untuk menstimulus pengetahuan siswa yang dimiliki sebelumnya. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan membiasakan siswa untuk kerjasama, sharing, dan kolaborasi antar siswa dalam kelompok, karena hal tersebut sangat penting dalam kegiatan penyelidikan untuk menyelesaikan suatu masalah.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku:
Arends, Ricard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh/Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam. Jakarta: PT. Indeks
Heriawan dkk. 2012. Metodologi Pembelajaran Kajian Teoretis Praktis. Banten: LP3G (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru)
Hidayat, Ujang S. 2011. Model-Model Mata pelajaran Berbasis Paikem. Bandung: CV. Siliwangi & Co
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Mata pelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Mata pelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Rusmono. 2014. Strategi Mata pelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia
Taniredja dkk. 2013. Penelitian Tindakan Kelas untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
b. Dokumen atau Laporan:
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
c. Artikel Jurnal:
Gunantara dkk., Gd. (2014). Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Penerapan Model Mata pelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
(5)
Pratiwi dkk., Ni Wyn.Wida Gian (2014). Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Model Mata pelajaran Problem Based Learning Berpengaruh terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan, (tanpa volume dan nomor), (tanpa halaman)
Y. Pandu, Leonardus Baskoro. (2013). Jurnal Tugas Akhir Skripsi. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (Kk6) Di Smk N 2 Wonosari Yogyakarta, (tanpa volume dan nomor), (tanpa halaman).
d. Skripsi:
Khuswatun, Evi N. (2013). Pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Bilangan Peacahan. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Pratiwi, Listriana. (2014). Implementasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SDN 2 Suntenjaya”. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Susanti, Feti. (2012). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Masalah Sosial melalui Pembelajaran IPS. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
e. Internet:
Andriani, T. 2008. Pengertian Kompetensi Menurut para Ahli (online). Diakses dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3650/BAB2a.doc?. Tanggal 12 Maret 2015. Pukul 03.00 WIB
Anonim. (tidak ada Tahun). Mata pelajaran IPS di Sekolah dasar (online). Diakses dari https://www.academia.edu/5714722/MATA PELAJARAN_IPS_DI_SEKOLAH_DASAR
(6)
Alliyah, H. (tidak ada tahun). Kompetensi Pengetahuan SD (online). Diakses dari http://www.slideshare.net/HosyatulAliyah/assesmentpanduan-penilaian-di-sekolah-dasar-versi-dirjen. Tanggal 23 Maret 2015. Pukul 10.30 WIB
Triwulan. D. Chandra. 2012. Hakikat Pembelajarn IPS. (online). Diakses dari hhtp://eprints.uny.ac.id/7673/3/bab%202%20-%2008108244013.pdf. Tanggal 18 Maret 2015. Pukul 03.20 WIB
Saputro, Andi. (tidak ada tahun). Kata Kerja Operasional Merumuskan Indikator. (online). Diakses dari www.academia.edu/5086834/Kata_Kerja_Operasional_Merumuskan_Indikator. Tanngal 3 Mei 2015. Pukul 11.30 WIB