MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xxix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Definisi Variabel ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Anggaran Dasar ... 12

G. Alur Penelitian ... 14

BAB II KERANGKA TEORETIS ... 15

A. Teori-Teori Pembelajaran ... 15

B. Pendekatan Belajar Bahasa ... 32

C. Penguasaan Berbahasa: Pemerolehan dan Pembelajaran ... 37

D. Keterampilan Berbahasa ... 38

E. Hubungan Keempat Keterampilan Berbahasa ... 44

F. Menulis dan Kreativitas ... 48

G. Proses Kreatif dan Berpikir Kreatif ... 49

H. Individu Kreatif dan Kebiasaan Membaca ... 52

I. Menulis dan Pembentukan Kebiasaan ... 54

J. Artikel Koran sebagai Tulisan Kreatif ... 56

K. Karakteristik dan Model Artikel Koran ... 57

L. Menulis dan Berpikir Divergen serta Aktivitas seluruh Otak ... 61

M. Teknik Menghilangkan Hambatan Menulis ... 63

N. Tahap-Tahap Proses Penulisan yang Lengkap ... 69

O. Workshop dan Kolaborasi dalam Menulis Artikel ... 73

P. Model Teoretis Pembelajaran ... 74

Q. Model Teoretis Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop dan Kolaborasi ... 79

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 88

A. Pendekatan Penelitian ... 88

B. Rancangan Penelitian ... 89


(2)

1. Prapenelitian (Preresearch) ...91

2. Penelitian Sesungguhnya ... 99

D. Teknik Pengumpulan Data ... 100

E. Instrumen Penelitian ... 101

F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian ... 104

G. Teknik Penganalisisan ... 108

H. Penafsiran/Interpretasi ... 108

BAB IV UJI COBA PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL DAN PENGANALISISANNYA ... 109

A. Rancangan Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop dan Kolaborasi ... 109

B. Problematik yang Muncul Selama Pembelajaran menulis Artikel Berlangsung ... 120

C. Aspek-Aspek Pendukung yang Dapat Diamati Selama Pembelajaran Menulis Artikel Berlangsung ... 124

D. Deskripsi Hasil Analisis Angket ... 131

E. Deskripsi Hasil Artikel Mahasiswa ... 142

F. Efektivitas Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop dan Kolaborasi ... 428

G. Evaluasi terhadap Hasil Uji Coba Pembelajaran Menulis Artikel ...432

BAB V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI ... 436

A. Tujuan Pembelajaran ... 438

B. Kegiatan Instruktur/Dosen ... 438

C. Kegiatan Peserta/Mahasiswa ... 441

D. Materi Pembelajaran ... 443

E. Sistem Evaluasi ... 450

F. Umpan Balik ... 451

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 459

A. Simpulan ... 459

B. Rekomendasi ... 462

DAFTAR PUSTAKA ... 463

DAFTAR LAMPIRAN ... 468


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Hasil pengajaran menulis yang belum menggembirakan kalangan pendidik di semua jenjang pendidikan, termasuk di perguruan tinggi, merupakan indikasi kekurangberhasilan pengajaran menulis selama ini. Disinyalir oleh Badudu (1993) bahwa pengajaran bahasa Indonesia, termasuk menulis, selama ini terlalu menekankan aspek teori; guru lebih banyak mengajarkan tentang bahasa daripada menggunakannya. Hal yang hampir sama juga dikemukakan Syamsuddin (1994) bahwa pengajaran bahasa di sekolah sampai sekarang bersifat teoretis normatif. Kurang berkaitan dengan keperluan berbahasa siswa, baik untuk keperluan berbahasa di masyarakat maupun untuk keperluan melanjutkan sekolah. Pengajaran bahasa terlalu menekankan penguasaan istilah-istilah ilmu bahasa bukan kepada penguasaan ketepatan penampilan berbahasa berdasarkan tuntutan kebutuhan di lapangan dan lingkungan siswa.

Selain itu, Akhadiah dkk (1995) menjelaskan bahwa kurang memadainya kemampuan menulis mahasiswa tersebut, antara lain disebabkan kurangnya pembinaan kemampuan menulis, baik di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun di perguruan tinggi. Beberapa hasil penelitian pun membuktikan bahwa kemampuan menulis di kalangan mahasiswa masih lemah. Suriamiharja (1985) dalam salah satu temuan penelitiannya (tesis) menyimpulkan bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, angkatan 1984 IKIP Bandung


(4)

(sekarang UPI), sebagian besar hasil tulisan mereka tidak menunjukkan hasil latihan, atau dengan kata lain, kemampuan menulis mereka masih belum menggembirakan.

Sesungguhnya, belajar dan menguasai bahasa, terutama menulis, dapat melalui berlatih dan mempraktikkannya. Hal ini seperti yang tecermin dalam pernyataan Senator Richard L. Neuberger bahwa nasihat khusus yang dapat kuberikan kepada para penulis yaitu hendaknya mereka itu menulis, seperti halnya seorang pemain piano giat berlatih piano atau seorang pegolf bermain golf (dalam Nadeak, 1994). Dengan kata lain, siswa/mahasiswa akan beroleh kemampuan dan keterampilan menulis yang optimal melalui perbuatan karena beroleh pengalaman langsung. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses atau kecakapan proses, yakni melalui proses pembelajaran diharapkan siswa/mahasiswa mampu menemukan dan memiliki konsep secara simultan melalui proses yang dilakukan atau dialaminya (Hardhy ed., 2002). Selain itu, hal tersebut juga sejalan dengan pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif (communicative language teaching) yang lebih menekankan kepada kemahiran/keterampilan berbahasa (McKnight, 1994).

Hasil kuesioner mengenai pengajaran menulis di perguruan tinggi, terutama menyangkut kemampuan menulis yang masih rendah di kalangan mahasiswa juga terungkap dalam penelitian Alwasilah (1999). Sebab-sebab kemampuan menulis mahasiswa yang rendah menurut responden (mahasiswa Pascasrjana UPI Bandung) sebagai berikut ini. Tulisan mahasiswa tidak mendapat umpan balik dari dosen (68,9%); dosen lebih banyak mengajarkan teori ketimbang praktik menulis (55,2%);


(5)

Berdasarkan temuan tersebut ada dua hal substansial yang dapat dicermati yaitu bahwa koreksi dari pihak dosen atas tulisan mahasiswa yang ditugaskannya sangat penting guna mengetahui dan mengukur tulisan mahasiswa; dan di perguruan tinggi pun ternyata teori tentang menulis lebih banyak diberikan ketimbang praktik, padahal untuk jenjang perguruan tinggi dapat dipastikan mahasiswa relatif telah ”menguasai” teori tentang menulis. Sementara itu, kendala internal dari mahasiswa yaitu kurang menyadari pentingnya menulis, dan faktor eksternal, yakni tentang kompetensi pengajar (dosen) juga turut andil memperparah rendahnya keterampilan menulis mahasiswa.

Selain itu, rendahnya kemampuan dan keterampilan menulis siswa dan mahasiswa disebabkan oleh rendahnya tingkat kemampuan membaca mereka. Berbagai penelitian terkait menunjukkan bahwa mereka yang mampu menulis adalah mereka yang memiliki latar belakang berikut: (1) di rumahnya banyak bahan bacaan, dan (2) banyak atau gemar membaca (Alwasilah, 2000:169). Penelitian sejenis, yang di antaranya dilakukan oleh Donalson terhadap siswa SMU; dan Ryan terhadap mahasiswa baru (dalam Krashen, 1984) berkesimpulan bahwa penulis yang efektif dan penulis yang baik yaitu mereka yang lebih banyak membaca dan lebih banyak memiliki sumber bacaan. Berdasarkan beberapa temuan penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa ketidakmampuan atau ketidakterampilan siswa atau mahasiswa dalam menulis dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat membaca dan kurangnya bahan bacaan mereka.

Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian pendahuluan (preresearch) peneliti ditemukan bahwa persepsi mahasiswa S-1 Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Garut tahun akademik 2000-2001 terhadap menulis yaitu positif.


(6)

Temuan ini diperoleh melalui analisis angket dengan menggunakan skala Likert terhadap 30 responden. Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh skor sebesar 730 dari skor maksimal 900. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap menulis berada pada rentangan positif (601-900). Walaupun secara umum persepsi mahasiswa terhadap menulis positif, tetapi sekitar 22 responden (74%) menyatakan bahwa menulis itu sulit.

Dalam konteks prauniversitas di Amerika Serikat, penelitian Applebee (1981) menghadirkan simpulan penting antara lain sebagai berikut: (1) belajar menulis yang paling efektif terjadi manakala konsep diaplikasikan, atau informasi bidang studi akan dikuasai penuh jika diaplikasikan dalam konteks pengalaman individu, (2) modus utama dalam mengajarkan menulis adalah melalui komentar dan koreksi pada gagasan yang dituliskan, (3) guru bahasa lebih banyak membantu siswa dalam pelajaran menulis daripada guru IPA, IPS, dan Matematika yang cenderung berfokus pada ketepatan informasi dan keabsahan konklusi, dan (4) kelas pelajaran menulis terbaik dicirikan, antara lain, jika menulis dianggap sebagai alat untuk belajar dan muncul secara alami dari kegiatan-kegiatan lain. Hal yang sama tampaknya berlaku pula dalam konteks pengajaran menulis di perguruan tinggi.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan model pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan tertentu, sehingga memungkinkan pembelajar (mahasiswa) lebih banyak menggunakan bahasa daripada menguasai teori bahasa semata. Hal ini sangat penting guna mencari solusi atas ”kegagalan” pembelajaran menulis di semua jenjang pendidikan, termasuk di perguruan tinggi.


(7)

antaranya yaitu teori pembelajaran behaviorisme, teori belajar/perkembangan kognitif, dan teori belajar sosial.

Teori belajar behavioristik terfokus hanya pada ciri-ciri luaran dan bersifat mekanistis. Teori belajar bahasa yang didasari teori belajar behavioristk misalnya strukturalisme. Strukturalisme ternyata tidak mampu menjawab persoalan yang menyangkut aspek dalam suatu bahasa atau meminjam istilah Chomsky yaitu deep structure. Sementara itu, teori belajar kognitif terfokus pada aspek mental semata sehingga bersifat mentalis. Teori belajar bahasa yang didasari teori belajar kognitif ini dipelopori Chomsky sekitar tahun 1960-an dengan menghadirkan istilah deep structure dan surface structure. Pengembangan belajar bahasa yang menggunakan dasar teori belajar kognitif di antaranya yaitu metode belajar guru diam, metode belajar bahasa secara berkelompok, dan suggestopedia.

Kedua kutub teori belajar tersebut hendaknya tidak dipandang secara ”kontradiktif”, tetapi sebagai dua hal yang komplementer. Berdasarkan pandangan inilah Bandura (1977) mencoba mengembangkan suatu teori belajar yang dapat ”menengahi” kedua kutub teori belajar tersebut. Teori belajar yang dikembangkan Bandura tersebut yaitu teori belajar sosial (social learning theory), sesungguhnya perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori belajar sosial ini menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi juga memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Dengan demikian, dalam teori ini kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Melalui observasi tentang dunia sosial kita, melalui interpretasi kognitif


(8)

dari dunia itu, banyak informasi dan penampilan keahlian yang kompleks dapat dipelajari, termasuk menulis tentunya.

Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidaklah acak, tetapi dipilih dan diubah oleh yang bersangkutan melalui perilakunya. Perspektif belajar sosial menganalisis hubungan kontinu antara variabel-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan perilaku terbuka dan tertutup seseorang. Perspektif ini menyediakan interpretasi-interpretasi tentang bagaimana terjadi belajar sosial, dan bagaimana kita mengatur perilaku kita sendiri. Dalam teori belajar sosial dikenal beberapa konsep seperti pemodelan (modeling), fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi (Bandura, 1977:23; Dahar, 1991:28).

Teori belajar sosial tersebut dengan beberapa konsep yang dihadirkannya tampaknya relevan untuk dijadikan ”payung” dalam menerapkan pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan proses melalui workshop dan kolaborasi. Menulis kita ketahui sebagai suatu kemahiran atau keterampilan yang harus melibatkan aspek kognitif dan juga aspek psikomotorik (perilaku/perbuatan) secara simultan. Sementara itu, teori belajar sosial pun mencoba menyelaraskan antara aspek eksternal lingkungan dan aspek kognitif internal. Aspek eksternal lingkungan dalam konteks menulis dapat berupa bahan bacaan, tulisan-tulisan orang lain atau para ahli yang telah dimuat di media massa (koran dan majalah) yang dapat dijadikan contoh; sedangkan aspek kognitif internal yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang (siswa/mahasiswa), baik menyangkut topik bahasan maupun masalah kebahasaan.


(9)

Pendekatan proses dalam pengajaran menulis menurut Langer dan Applebee (1987) dianggap sebagai pendekatan mutakhir yang sangat relevan dengan peran menulis dalam konteks akademis. Sementra itu, workshop menulis seperti yang pernah dilakukan Alwasilah (1999) menghasilkan beberapa temuan, di antaranya menyadarkan responden akan kompleksitas proses menulis; inovatif, integratif, dan efektif untuk berlatih menulis bahasa Indonesia dan Inggris; dan lebih berkonsentrasi pada proses menulis. Selain itu, melalui workshop menulis responden terdorong untuk menulis secara profesional, dan adanya feedback karena dalam workshop tulisan pembelajar betul-betul dikoreksi.

Hasil prapenelitian yang dilakukan peneliti pun membuktikan bahwa melalui kegiatan workshop menulis (71,88%) responden menyatakan termotivasi untuk menulis. Menurut Tiedt et. al (1989) melalui workshop juga dapat dibentuk tanggung jawab untuk masing-masing pelajar dalam bekerja sama. Oleh karena itu, untuk mengatasi ”kebuntuan” hasil pengajaran menulis selama ini, tampaknya perlu dicobaterapakan dan dianalisis secara seksama pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan proses melalui workshop dan kolaborasi yang dikembangkan dari teori belajar sosial.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut ini.

1. Bagaimanakah rancangan pembelajaran menulis artikel berdasarkan pendekatan teori belajar sosial itu?


(10)

pembelajaran menulis artikel melalui workhsop dan kolaborasi berlangsung? 3. Aspek-aspek apa sajakah, yang dapat diamati, yang turut mendukung dan

mempermudah proses pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi?

4. Adakah perbaikan hasil tulisan mahasiswa setelah dilakukan pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi?

5. Bagaimanakah model pembelajaran menulis artikel yang dapat mengembangkan keterampilan menulis bagi mahasiswa?

C. Definisi Variabel

Definisi variabel digunakan untuk membatasi dan menjelaskan variabel- variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Selain itu, definisi variabel berguna untuk menyamakan persepsi tentang variabel yang terdapat dalam penelitian.

1. Model pembelajaran menulis

Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain bahan pembelajaran dan petunjuk pengajaran di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Joyce and Weil (1980:1) seperti berikut: A model of teaching is a plan or patten that can be used to shape curriculums (long-term courses of studied), to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other setting.

Istilah model dalam penelitian ini mengarah kepada pengertian pola atau kerangka umum yang disertai dengan langkah-langkah secara rinci. Dengan


(11)

pembelajaran menulis berdasarkan teori dan pendekatan tertentu, disertai langkah-langkah implementasinya.

2. Artikel

Artikel ialah tulisan tentang suatu masalah berikut pendapat dan pendirian penulisnya tentang masalah tersebut. Artikel dapat pula diartikan tulisan tentang masalah berikut sikap atau pendirian penulisnya, atau berupa petunjuk pelaksanaan tentang suatu keterampilan menurut versi penulisnya (Soeseno, 1993)

Artikel biasanya ditulis lebih panjang dan mendalam mengenai suatu masalah berikut sikap atau pendirian penulisnya, berdasarkan studi literatur tentang masalah yang sama dan pemecahannya sesuai hasil pemikiran yang mendalam. Biasanya hasil pemikiran pakar bidang keilmuan yang bersangkutan.

Yelland et.al (1983) mengartikan artikel sebagai berikut ini. ”Article, a term of vague connotation, applied generally to prose composition in journals, megazines, newpapers, encyclopedias ets. Almost any prose contribution to such publications may be called an article.”

Berdasarkan pengertian artikel di atas maka dapat dijelaskan bahwa artikel biasanya digunakan untuk komposisi prosa dalam jurnal, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Hampir setiap prosa untuk kontribusi publikasi biasanya disebut artikel. Termasuk kategori artikel, yaitu pernyataan faktual (factual statement), dan komentar kritis (critical comment).

3. Workshop

Istilah workshop dalam penelitian ini mengandung pengertian suatu aktivitas menulis secara langsung melalui praktek dan latihan. Secara etimologis workshop


(12)

berasal dari kata work yang berarti ’kerja’ dan shop yang berarti ’bengkel’. Dengan demikian, workshop dapat diartikan sebagai tempat/lingkungan kerja yang dapat memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan hasil pekerjaan. Dalam konteks menulis, workshop berarti tempat memperbaiki tulisan yang masih kurang, meningkatkan keterampilan menulis yang sudah baik, dan mengembangkan keterampilan menulis dari hasil yang sudah ada selama ini. Kemudian, hasil tulisan tersebut langsung dikoreksi dan diperbaiki pada kegiatan yang sama, baik oleh teman maupun oleh instruktur/dosen, misalnya melalui proses kolaborasi, tanya jawab, dan diskusi. Hal ini sebagai feedback yang berguna dalam tahap revisi yang merupakan bagian terpenting dalam keseluruhan proses penulisan.

4. Kolaborasi .

....By collaboration, I refer both to collaboration of the language art, particularly of writing and reading, in scool, and to the collaboration of people through language use. For literacy is a tool that allows people -- writers and readers -- to join together, even acros expanses of time and space. (Dyson, 1989:3)

Kolaborasi pada dasarnya merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menulis dan membaca. Dalam konteks ini, antara penulis dan pembaca pun dapat dilakukan kolaborasi. Kolaborasi dapat digunakan untuk pengajaran bahasa dalam cakupan yang lebih luas seperti menulis, membaca, dan berbicara.

Berkaitan dengan penelitian ini, kolaborasi diartikan sebagai proses penggabungan menulis dan membaca melalui pengoreksian terhadap tulisan artikel yang dilakukan secara berulang-ulang (multiple dafts) sehingga tercapai tulisan


(13)

diartikan sebagai kegiatan yang menekankan pada aspek kerja sama, kemitraan dari berbagai komponen, baik komponen subjek maupun komponen objek. Seperti halnya penulis dan pembaca (subjek dan subjek) atau tulisan dan bacaan (objek dan objek). Melalui kegiatan kolaborasi, kita dituntut untuk membaca tulisan orang lain, begitu sebaliknya. Dengan demikian, kita akan memiliki keuntungan dengan membaca bermacam tulisan orang lain dan bagaimana mereka mengembangkan gagasan melalui tulisan mereka. Hal ini seperti dikemukakan oleh Tiedt et. al (1989: 86) sebagai berikut: ”Reader each other’s writing proves beneficial to both reader and writer. Student learn more about writing as they see the kinds of ideas other students have and how they develop them.”

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah kolaborasi dalam penelitian ini diartikan sebagai kerja sama sesama teman dalam kelompok pada proses penulisan artikel melalui kegiatan menulis, membaca, dan mengoreksi secara berulang-ulang, dalam bentuk berdiskusi, tanya jawab, dan komentar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. menghasilkan rancangan pembelajaran menulis artikel;

2. mengidentifikasi problematik yang muncul selama proses pembelajaran menulis artikel berlangsung;

3. mengetahui aspek-aspek yang turut mendukung/meningkatkan hasil pembelajaran menulis artikel;


(14)

pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi;

5. menciptakan model pembelajaran menulis artikel yang dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. dapat menghasilkan rancangan pembelajaran menulis artikel;

2. menemukan problematik yang muncul selama proses pembelajaran menulis artikel berlangsung;

3. menemukan aspek-aspek yang dapat mendukung/meningkatkan hasil pembelajaran menulis artikel;

4. mengetahui adanya perubahan hasil tulisan artikel mahasiswa setelah diberikan pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi;

5. menemukan model pembelajaran menulis artikel yang efektif guna meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Secara empiris pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, termasuk menulis, di berbagai jenjang pendidikan masih diajarkan secara teoretis. Pembelajaran semacam ini lebih dilandasi pendekatan kognitif. Hasil pembelajaran bahasa yang menekankan aspek teoretis selama ini ternyata


(15)

2. Berdasarkan pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, termasuk menulis, harus menekankan pada aspek keterampilan berbahasa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa harus diarahkan kepada aspek performansi atau penggunaan bahasa secara nyata. Selain itu, pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif didasarkan pada kontekstualisasi sebagai landasan utama (McKnight, 1994).

3. Pendekatan proses dalam pembelajaran menulis dianggap sebagai pendekatan mutakhir yang sangat relevan dengan peran menulis dalam konteks akademis (Langer dan Applebee (1987).

4. Workshop menulis dapat dikatakan sebagai sarana mengimplementasikan pendekatan proses, mengingat implementasi pendekatan proses dalam pembelajaran menulis

menawarkan sejumlah alternatif kegiatan seperti diskusi kecil (conferencing), respons sejawat (peer response), draf berulang (multiple drafts), dan kolaborasi (collabora tion ), yang hal ini biasa terjadi dalam workshop.

5. Kolaborasi merupakan kegiatan yang menekankan aspek kerja sama dari semua komponen yang terlibat, baik subjek maupun objek, terutama dalam kegiatan menulis dan membaca. Dalam pembelajaran menulis berdasarkan proses, kolaborasi atau bekerja sama sesama teman (pembelajar) merupakan hal yang penting.


(16)

G. Alur Penelitian

Paradigma penelitian ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut ini. TEORI BELAJAR SOSIAL

(Albert Bandura)

. Peristiwa Fase Fase Fase Fase Penampilan Model Perhatian Retensi Reproduksi Motivasi

PENDEKATAN PROSES MELALUI ”WORKSHOP” DAN KOLABORASI

PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI ”WORKSHOP”

DAN KOLABORASI (Secara Empiris)

IDENTIFIKASI ASPEK-ASPEK YANG TERKAIT DENGAN

PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL: - HAMBATAN/PROBLEMATIK

- PENDUKUNG

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL HASIL TULISAN MELAUI ”WORKSHOP” DAN KOLABORASI ARTIKEL

(Setalah Dilakukan Uji Coba dan Revisi)


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Ihwal kerangka kerja penelitian dijelaskan dalam bab ini. Kerangka kerja ini sangat penting dalam upaya mengklasifikasi data, menentukan data, menganalisisnya dan menginterpretasikannya; apa yang menjadi sumber data dan sebagainya. Selain itu, perlu dideskripsikan rancangan penelitian yang digunakan dalam rangka pendekatan kuantitatif.

Untuk sampai pada suatu hasil analisis yang akurat diperlukan ”pisau” analisis yang tepat. Oleh karena itu, pendekatan dan metode penganalisisan yang tepat dan benar akan sangat menentukan seluruh rangkaian kerja dan hasil penelitian ini.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan kedua pendekatan penelitian ini sesuai dengan substansi permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Terdapat dua masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: Pertama, hal-hal yang menyangkut analisis kualitatif tentang pelaksanaan pembelajaran menulis melalui workshop dan kolaborasi. Hal ini sangat relevan ditelusuri dengan menggunakan pendekatan kualitatif sehingga menghasilkan rincian identifikasi permasalahan, klasifikasi aspek-aspek pendukung, dan rincian informasi-informasi lain yang secara langsung diperoleh dalam proses penelitian. Kedua, hal-hal yang menyangkut efektivitas hasil pembejaran menulis artikel yang diperoleh melalui workshop dan kolaborasi.


(18)

Substansi persoalan ini jelas lebih mengena ditelaah dengan menggunakan pendekatan kuntitatif, meskipun lebih lanjut dapat dianalisis lebih mendalam secara kualitatif.

B. Rancangan Penelitian

Mengingat dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan kuantitatif, maka perlu dibuat suatu rancangan penelitian. Rancangan penelitian dimaksud adalah The One Group Pretest-Postest Design (Fraenkel & Wallen, 1993) sebagai berikut ini.

O X O

Pretest Treatment Posttest

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian: The Group Pretest-Posttest Design Keterangan Gambar:

O = Pretest (tes awal)

X = Treatment (perlakuan); pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi

O = Posttest (tes akhir)

Tujuan penggunaan rancangan ini yaitu untuk mengukur selisih rata-rata nilai tes awal (pretest) dengan rata-rata nilai tes akhir (posttest). Tes awal berupa tulisan artikel yang ditulis tangan dan dikerjakan di dalam kelas selama 120 menit. Sementara itu, tes akhir (posttest) berupa tulisan artikel dari draf I sampai dengan draf IV yang masing-masing draf mengukur aspek tertentu; seperti draf I untuk aspek mekanika, draf II untuk aspek tata bahasa, draf III untuk aspek retorika, dan draf IV


(19)

untuk aspek pengorganisasian isi tulisan. Oleh karena itu, uji beda rata-rata nilai tes awal (pretest) dengan tes akhir (posttest) ini menyangkut aspek:

1. mekanika yang meliputi: penulisan huruf kapital; pemenggalan kata; dan penggunaan tanda baca;

2. tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata; tata bentukan kalimat; dan kata depan (preposisi);

3. retorika yang meliputi: pilihan kata (diksi); gaya bahasa; dan gaya penulisan; 4. pengorganisasian/isi tulisan yang meliputi: kesesuaian judul dengan isi;

kepaduan antarkalimat kalimat; kepaduan antarparagraf; dan kelogisan alur pemikiran;

Uji beda rata-rata tes awal (pretest) dengan tes akhir (posttest) tersebut dapat dijadikan sebagai indikator keefektivan perlakuan. Perlakuan dimaksud yaitu menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi.

Kelompok atau kelas yang akan diberikan perlakuan (treatment) ditentukan secara purposive dengan jumlah mahasiswa sebagaimana adanya. Jumlah mahasiswa yaitu sebanyak 30 orang, yakni mahasiswa JPBSI yang telah lulus mata kuliah Menulis I.

C. Sampel Penelitian

1. Prapenelitian (Preresearch)

Guna menemukan pola atau model penelitian yang ideal, sebelum dilakukan penelitian sesungguhnya, peneliti melakukan penelitian pendahuluan atau prapenelitian (preresearch). Penelitian pendahuluan ini dilakukan di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Garut, Program Studi Pendidikan Bahasa


(20)

dan Sastra Indonesia, yang dilaksanakan pada 10 November 2000 hingga 12 Januari 2001.

Adapun sampelnya ditentukan secara purposive sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini sampel penelitian yaitu sebanyak 34 orang (satu kelas), mahasiswa yang telah mengambil dan lulus mata kuliah Menulis I. Dalam penelitian pendahuluan ini diadakan perlakuan (treatment) sebanyak 10 kali dalam bentuk kegiatan workshop menulis, dari 10 November 2000 sampai dengan 12 Januari 2001, dengan pertemuan satu minggu sekali selama 200 menit. Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) berupa membuat tulisan dengan tema bebas. Sesudah serangkaian perlakuan selesai diberikan, tulisan jadi (artikel) dianggap sebagai tes akhir (posttest). Pretest dan posttest tersebut diperlukan guna mengukur tingkat pengaruh atau hasil yang diperoleh sampel selama perlakuan (treatment) diberikan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa harga t hitung lebih besar dari t tabel; dengan t 0,05 harga t = 2,04 sedangkan t hitung = 5,19 (t hitung =5,19 > t tabel = 2,04). Dengan demikian, perbedaan antara hasil pretest dan posttest adalah signifikan. Dengan kata lain hasil perlakuan (treatment) berupa pembelajaran menulis melalui workshop memberikan andil dalam peningkatan keterampilan menulis mahasiswa.

Selain itu, guna menjaring data secara kualitatif disebarkan juga angket dan dilakukan wawancara kepada sampel (responden). Angket diberikan sebanyak dua kali. Yang pertama diberikan sebelum perlakuan (treatment) diadakan. Angket pertama ini berkaitan dengan persepsi mahasiswa terhadap menulis. Yang kedua


(21)

diperlukan. Angket ini dikembangkan dari model angket ”Alwasilah’s Writing Workshop” (Pascasarjana IKIP/UPI, Bandung, 1999). Oleh karena itu, validitas isinya (content validity) angket ini telah memnuhi syarat, termasuk sudah mendapat penilaian ahli (expert judgement)

Beberapa hasil temuan penting dalam penelitian pendahuluan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut ini.

a. Rancangan Pembelajaran Menulis Artikel melalui Workshop

Hal-hal penting menyangkut rancangan pembelajaran menulis artikel melalui workshop adalah sebagai berikut ini.

1) Perlu disediakan sejumlah artikel yang sudah dimuat guna dijadikan contoh pembuatan artikel oleh pembelajar. Hal ini sejalan dengan hasil temuan dalam analisis angket yaitu bahwa menurut seluruh responden (100%) contoh tulisan artikel yang sudah dimuat di media massa sangat bermanfaat sebagai contoh. Hal ini juga terungkap dari hasil wawancara terhadap responden bahwa tulisan artikel yang telah dimuat itu dapat digunakan sebagai model dengan cara dibaca berulang-ulang.

2) Pembelajar sebanyak mungkin dilatih menulis artikel secara berulang-ulang dan mencoba mengoreksinya sesama teman melalui kolaborasi. Hal ini sejalan dengan temuan dalam analisis angket bahwa penulisan secara berulang oleh sebagian besar responden (71,88%) dianggap sebagai sesuatu yang sangat bermanfaat, dan membuat tulisan artikel sebagian besar responden (75%) semakin baik. Sementara itu, kolaborasi sesama teman guna mengoreksi tulisan oleh sebagian besar responden (71,88%) dirasakan sangat bermanfaat, terutama dalam hal memahami kelemahan tulisan sendiri.


(22)

3) Pembelajar harus melakukan diskusi (conferencing) guna membahas koreksian sesama teman maupun dari instruktur/dosen. Hal ini sejalan dengan temuan dalam analisis angket bahwa kolaborasi melalui diskusi dan konsultasi dengan instruktur menurut sebagian besar responden (81,25%) yaitu berguna untuk perbaikan tulisan.

b. Pengaruh Pembelajaran Menulis melalui Workshop terhadap Keterampilan Menulis

Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan posttest. Dengan tingkat kepercayaan 95% ternyata dihasilkan t hitung = 5,194 > t tabel = 2,04. Hal ini dapat diartikan atau ditafsirkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan berupa workshop menulis dan keterampilan menulis pembelajar/mahasiswa. Dengan kata lain, pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan proses melalui workshop efektif guna meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa.

c. Problematik yang Muncul Selama Workshop Menulis Berlangsung

Secara umum, problematik yang muncul selama workshop berlangsung, yang dapat diamati, juga berdasarkan hasil verifikasi melalui angket dan wawancara adalah sebagai berikut ini.

1) Menurut sebagian besar responden (56,7%) kelemahan workshop menulis yaitu koreksi melalui kolaborasi sesama teman membingungkan karena tidak ada kepastian.


(23)

2) Komentar dan koreksi teman yaitu bahwa keseluruhan komentar dan koreksi teman pada draf tulisan menurut sebagian besar responden (59,38%) yaitu kadang-kadang sulit dipahami.

3) Menurut sebagain besar responden (75%) yaitu bahwa kelemahan utama dalam konsultasi dengan instruktur/dosen adalah keterbatasan waktu.

d. Aspek-aspek yang Mendukung Proses Menulis Selama Workshop Berlangsung Secara umum, aspek-aspek yang mendukung proses menulis selama workshop berlangsung, yang dapat diamati, juga berdasarkan hasil verifikasi melalui angket dan wawancara adalah sebagai berikut ini.

1) Menurut sebagian besar responden (71,88%) dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang responden kenal, workshop menulis ternyata membuat responden lebih termotivasi untuk menulis.

2) Secara keseluruhan kolaborasi sesama teman menurut sebagian besar responden (71,88%) sangat bermanfaat.

3) Komentar dan penjelasan instruktur/dosen tentang aspek yang akan dikoreksi sebelum dilakukan pengoreksian sesama teman oleh sebagian besar (84,38%) dirasakan sangat bermanfaat.

4) Penulisan secara berulang (multiple drafts) oleh sebgian besar responden (75%) dianggap dapat memperbaiki tulisan.


(24)

e. Rancangan Model Pembelajaran Menulis melalui Workshop Menulis 1) Tujuan umum

Tujuan umum yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis melalui workshop menulis adalah:

a) menumbuhkan motivasi untuk menulis;

b) memberikan kebebasan dan kemandirian dalam menulis; c) menumbuhkan semangat bekerja sama;

d) menumbuhkan rasa keberanian untuk dikoreksi orang lain. 2) Tujuan khusus

Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis melalui workshop menulis adalah:

a) meningkatkan kemampuan mengoreksi tulisan, baik tulisan teman maupun tulisan sendiri;

b) meningkatkan keterampilan menulis, baik dalam penggunaan ejaan, tata bentukan kata, tata kalimat, pemilihan kata, gaya penulisan maupun pengorganisasian isi tulisan.

3) Kegiatan Instruktur/Dosen

a) menyediakan sejumlah artikel yang sudah dimuat di media massa cetak/koran sebagai model dengan tema tulisan: pendidikan, kebahasaan, dan kesastraan;

b) menyuruh peserta/mahasiswa membaca sejumlah artikel yang sudah dimuat di media massa cetak (koran) sebagai model atau acuan;


(25)

c) menyuruh peserta/mahasiswa menganalisis sejumlah artikel yang sudah dimuat dimedia massa cetak (koran), dari judul, paragraf pembuka, pengoraganisasian isi hingga gaya (retorika) penulisannya;

d) menyuruh peserta/mahasiswa membuat tulisan artikel dengan tulis tangan yang dikerjakan di dalam kelas; hal ini guna mengukur kemampuan awal, (dianggap sebagai pretest);

e) menyuruh peserta/mahasiswa menyalin artikel yang telah dibuat di dalam kelas dengan diketik komputer dan memperbaikinya; tulisan ini sebagai (draf I);

f) mengoreksi dan mengomentari (draf I) pada aspek mekanika tulisan, tata bahasa, retorika, dan isi/pengoraganisasian tulisan seta mengembalikan draf I kepada peserta/mahasiswa;

g) menyuruh menulis kembali (memperbaiki draf I) sampai empat kali (multiple drafts), dan mengadakan kolaborasi sesama teman kepada peserta/mahasiswa:

(1) Kolaborasi pada tahap pertama yaitu mengoreksi atau mengomentari aspek menika tulisan yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf kapital, dan penggunaan tanda baca. (Perbaikan draf I)

(2) Kolaborasi pada tahap kedua yaitu mengoreksi atau mengomentari aspek tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi), tata bentukan kalimat (sintaksis), dan preposisi atau kata depan. (Draf II)


(26)

(3) Kolaborasi pada tahap ketiga yaitu mengoreksi atau mengomentari aspek retorika yang meliputi: diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, dan gaya penulisan. (Draf III)

(4) Kolaborasi pada tahap keempat yaitu mengoreksi atau mengomentari aspek isi tulisan/pengorganisasian isi yang meliputi: kesesuaian antara judul dan isi serta paragraf pembuka, organisasi tulisan dengan indikator kepaduan antarkalimat dan kepaduan antarparagraf (termasuk penggunaan kata/frase transisi secara tepat), dan logika tulisan dengan indikator penguasaan terhadap topik/tema tulisan. (Draf IV );

h) menyuruh peserta/mahasiswa melakukan diskusi kecil (conferencing) guna membahas komentar atau koreksi teman di sela-sela proses kolaborasi berlangsung;

i) melakukan dialog ihwal penulisan artikel antara penulis berpengalaman

(profesional) dan peserta/mahasiswa serta diskusi secara langsung antara penulis profesional dan peserta/mahasiswa menyangkut pengalaman praktis tentang tulis menulis artikel guna konsumsi media massa cetak (koran atau majalah);

j) mengajak peserta/mahasiswa melakukan kegiatan editing di ruang komputer sehingga tulisan artikel dianggap selesai sebagai tulisan jadi yang siap dikirimkan ke media massa cetak (koran atau majalah);

k) Instruktur/dosen mengadakan penilaian terhadap tulisan artikel yang sudah jadi dengan kriteria yang telah ditetapkan (ini dianggap posttest);


(27)

l)Instruktur/dosen melaksanakan wawancara dengan peserta/mahasiswa workshop dan memberikan angket berkaitan dengan seluruh pelaksanaan workshop menulis artikel.

4) Materi Workshop

Materi workshop yaitu ihwal artikel dan disajikan secara fleksibel sehingga dapat dikembangkan dalam proses pelaksanaan. Secara garis besar, materi workshop dapat dijabarkan sebagai berikut ini.

a) Sejumlah artikel yang telah dipublikasikan dengan tema tulisan: pendidikan, kebahasaan, dan kesastraan;

b) Karakteristik dan model tulisan artikel 5) Kegiatan Peserta/Mahasiswa

a) membaca sejumlah artikel yang sudah disediakan instruktur/dosen dengan tema: pendidikan, kebahasaan, dan kesastraan. (Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan membaca sejumlah artikel di rumah dengan tema bebas sesuai dengan yang dikehendaki peserta/mahasiswa);

b) menganalisis artikel dari segi judul, paragraf pembuka, pengorganisasian isi, dan retorika;

c) menulis artikel dengan tulis tangan dikerjakan di dalam kelas selama 120 menit; d) menyalin dan memperbaiki draf tulisan tangan ke dalam ketikan komputer

(dapat dikerjakan di luar kelas);

e) menelaah hasil koreksian dari instruktur/dosen lalu memperbaiki tulisan melalui kolaborasi sesama teman;

(1) Kolaborasi tahap pertama memperbaiki aspek mekanika yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf kapital, dan penggunaan tanda baca


(28)

(2) Kolaborasi tahap kedua memperbaiki aspek tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi).

(3) Kolaborasi tahap ketiga memperbaiki aspek retorika: diksi/pilihan kata, gaya bahasa, dan gaya penulisan.

(4) Kolaborasi tahap keempat memperbaiki aspek pengoraganisasian isi: kesesuaian antara judul dan isi serta paragraf pembuka, kepaduan antarkalimat, kepaduan antartarparagraf, dan alur logika/kelogisan.

f) mengadakan kegiatan diskusi (conferencing) membahas hasil koreksi dan komentar sesama teman dalam kolaborasi;

g) mengadakan dialog dengan penulis profesional ihwal tulis-menulis artikel, terutama menyangkut pengalaman praktis dari penulis profesional itu;

h) melakukan penyempurnaan tulisan artikel atau editing di ruang komputer;

i) melaksanakan wawancara dan mengisi angket yang diberikan oleh instruktur mengkut ihwal pelaksanaan workshop menulis dan kolaborasi.

2. Penelitian Sesungguhnya

Populasi untuk penelitian sesungguhnya yaitu seluruh mahasiswa S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (JPBSI) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tahun akademik 2001/2002. Sementara itu, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sesuai dengan tujuan penelitian ini. Hal ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut. Pertama, sampel haruslah mahasiswa yang telah mengambil dan lulus mata kualiah Menulis I, dengan asumsi mereka telah


(29)

demikian, sampel penelitian ini yaitu mahasiswa S-1 JPBSI UPI Bandung tahun akademik 2001/2002 yang telah lulus dalam mata kualiah Menulis I.

Penelitian sesungguhnya ini akan menggunakan langkah-langkah dan pola yang relatif sama seperti yang dilakukan pada penelitian pendahuluan. Perbedaannya terletak pada jumlah sampel, perlakuan yang lebih lama, serta kedalaman dalam aspek koreksi dan komentar teman maupun instruktur/dosen. Namun, semua itu masih dalam koridor prosedur sebagaimana dipersyaratkan dalam suatu penelitian, di antaranya sampel memiliki karakteristik yang sama.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dijaring dalam penelitian ini yaitu: (1) data kemampuan awal mahasiswa dalam menulis, (2) data selama pelaksanaan perlakuan, dan (3) data prestasi belajar menulis mahasiswa atau akhir dari perlakuan.

Data kemampuan awal mahasiswa dalam menulis meliputi kemampuan menulis. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyuruh mahsiswa menulis sebuah artikel dengan tema bebas dikerjakan di dalam kelas dengan menggunakan tulisan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keotentitan tulisan. Tulisan ini dianggap sebagai pretest.

Data pelaksanaan selama perlakuan diperlukan guna memonitor variabel-variabel lainnya yang dikontrol. Data ini juga dapat dijaring melalui analisis kualitatif. Sementara itu, data prestasi belajar yakni berupa hasil pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaboarsi dijaring melalui hasil akhir berupa tulisan lengkap mahasiswa (tulisan artikel).


(30)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga macam instrumen, yaitu (1) instrumen pengumpulan data, (2) instrumen perlakuan, dan (3) instrumen pedoman penilaian/koreksi.

Instrumen pengumpulan data penelitian ini terdiri atas tiga jenis yaitu (1) instrumen guna mengumpulkan data kemampuan awal, (2) instrumen untuk mengumpulkan data selama pelaksanaan perlakuan, dan (3) instrumen untuk mengumpulkan data prestasi hasil belajar mahasiswa setelah mengadakan workshop menulis.

1. Instrumen Kemampuan Awal Mahasiswa

Instrumen ini yaitu berupa kemampuan awal menulis mahasiswa. Instrumen ini yaitu berupa sayarat-syarat tulisan yang baik, baik kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, maupun pengorganisasian isi tulisan secara logis serta penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan secara tepat.

2. Instrumen Perlakuan

Instrumen ini digunakan untuk memonitor dan mengidentifikasi berbagai masalah selama pelaksanaan perlakuan. Oleh karena itu, instrumen ini dikembangkan dalam bentuk observasi berupa angket atau pengamatan langsung peneliti.

3. Instrumen Prestasi Hasil Belajar Menulis Artikel Mahsiswa

Instrumen ini prinsipnya sama dengan instrumen kemampuan awal. Namun, instrumen prestasi hasil belajar ini lebih kompleks karena menyangkut kriteria tulisan yang lengkap, dalam hal ini tulisan artikel.


(31)

4. Instrumen Pedoman Penilaian

Instrumen ini digunakan untuk memeriksa data kemampuan menulis awal mahasiswa dan data prestasi hasil belajar (workshop menulis artikel) mahasiswa yang berupa tulisan ”artikel jadi”. Instrumen ini dapat berupa kriteria tulisan artikel yang baik dan benar. Adapaun, indikator pedoman penilaian meliputi aspek sebagai berikut ini.

a. Mekanika tulisan, meliputi: 1) penggunaan huruf kapital; 2) pemenggalan kata; 3) penggunaan tanda baca. b.Tata bahasa, meliputi: 1) tata bentukan kata; 2) tata bentukan kalimat; 3) kata depan (preposisi). c. Retorika, meliputi: 1) pilihan kata (diksi); 2) gaya bahasa; 3) gaya penulisan.

d. Pengorganisasian/isi tulisan, meliputi:

1) kesesuaian antara judul dan isi tulisan serta kemenarikan paragraf pembuka; 2) kepaduan antarkalimat;

3) kepaduan antarparagraf; 4) kelogisan alur pemikiran.


(32)

Para peserta workshop menulis, melalui tulisan mereka, setelah dinilai/dianalisis berdasarkan kriteria pedoman penilaian tersebut, maka dapat dikategori penulis matang dengan nilai B (70-79) dan A (80-100), penulis sedang dengan nilai C (56-69), dan penulis lemah dengan nilai E (0-44) dan D (45-55).

F. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan pada Senin, 6 Januari 2001 dengan mengadakan observasi kepada kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Kegiatan ini sebagai observasi awal guna menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan penelitian (perlakuan). Yang melaksanakan kegiatan workshop menulis artikel ini adalah seorang dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mata kuliah Menulis bernama Drs. Kholid A.Harras, yang juga penulis artikel di beberapa media massa dan ketua penyunting Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa, Sastra dan Seni Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Pelaksanaan workshop oleh pihak lain (tidak oleh peneliti) ini dimaksudkan guna menghindari bias atau adanya kecenderungan subjektif agar pelaksanaan workshop berhasil optimal.

Sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) berupa membuat tulisan artikel dengan tema bebas dan ditulis tangan yang dikerjakan di dalam kelas, ruang 0075, gedung Pentagon UPI Bandung. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 120 menit, pada Senin, 12 Februari 2001. Kegiatan ini juga dianggap sebagai perlakuan pertama.


(33)

pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca. Perlakuan kedua ini dilaksanakan pada Selasa 13 Februari 2001.

Perlakuan ketiga mahasiswa (peserta workshop) melakukan pengoreksian sesama teman tentang aspek tata bahasa yang meliputi tata bentukan kata (morfologi), tata bentukan kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi). Perlakuan ini dilaksanakan pada Senin, 19 Februari 2001.

Perlakukan keempat mahasiswa (peserta workshop) melakukan pengoreksian sesama teman tentang aspek retorika yang meliputi pilihan kata (diksi), gaya bahasa, dan gaya penulisan. Perlakuan keempat ini dilaksanakan pada Selasa, 20 Februari 2001.

Perlakuan kelima mahasiswa (peserta workshop) melakukan pengoreksian sesama teman tentang aspek pengorganisasian isi tulisan yang meliputi kesesuaian judul dengan isi dan paragraf pembuka, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan kelogisan alur pemikiran. Perlakuan kelima ini dilaksanakan pada Senin, 26 Februari 2001.

Selama kolaborasi pengoreksian sesama teman, masing-masing tulisan dikoreksi oleh empat pengoreksi. Dengan masing-masing pengoreksi menggunakan simbol pengoreksian sebagai berikut.

Pengoreksi I : Pengoreksi II :

Pengoreksi III : Pengoreksi IV :


(34)

Artinya, misalnya mekanika berkaitan dengan penulisan huruf besar suatu kata dianggap salah oleh pengoreksi I juga oleh pengoreksi lainnya (II, III, dan IV), maka pada kata yang bersangkutan ditandai oleh keempat simbol pengoreksian tersebut. Setiap tahap kolaborasi guna pengoreksian aspek tertentu dibentuk kelompok yang berbeda sehingga tiap anggota kelompok memperoleh pengalaman yang berbeda setiap kali kolaborasi berlangsung.

Perlakuan keenam yaitu mendatangkan dosen tamu, mahasiswa mendapat penjelasan dan bertanya jawab dengan dosen tamu bernama Wawan Darmawan dengan latar belakang pendidikan Jurusan Teknik Bangunan IKIP/UPI Bandung. Guna memperoleh pengalaman langsung dalam tulis-menulis artikel guna konsumsi media massa cetak (koran, majalah). Dosen tamu tersebut sengaja diambil bukan yang berlatar belakang Jurusan Bahasaa (Indonesia) agar dapat memberikan pengalaman secara khusus ihwal masalah kebahasaan, di samping masalah lainnya, dalam kegiatan tulis-menulis artrikel kepada peserta/mahasiswa. Perlakuan ini dilaksanakan pada Selasa, 27 Februari 2001.

Pada Jumat, 9 Maret 2001 diadakan perlakuan ketujuh yaitu berupa editing secara keseluruhan tulisan artikel. Mahasiswa (peserta workshop) melakukan editing di ruang komputer UPI Bandung hingga tulisan artikel mereka dianggap selesai.

Pada Senin, 12 Maret 2001 seluruh tulisan mahasiswa (peserta workshop) dikumpulkan sebagai tulisan artikel yang sudah jadi (siap dikirimkan) ke berbagai media massa cetak (koran, majalah). Pada pertemuan ini juga diberikan angket tentang pelaksanaan workshop dan berbagai aspek selama kegiatan berlangsung,


(35)

seperti kolaborasi sesama teman berkaitan dengan pengoreksian, diskusi kecil, kendala menyangkut workshop menulis, dan sebagainya. Selain itu diadakan pula wawancara dengan seluruh peserta workshop guna meraih data secara langsung dari peserta workshop.

Sesudah serangkaian perlakuan selesai diberikan, diadakan semacam tes akhir (posttest), dalam hal ini tulisan ”artikel jadi” dianggap sebagai hasil posttest. Pretest dan posttest tersebut diperlukan guna mengukur tingkat efektivitas penyelenggaraan workshop menulis artikel atau perlakuan (treatment).

Langkah terakhir setelah keseluruhan kegiatan penelitian selesai yaitu diadakan penilaian oleh pelaksana workshop menulis. Penilaian sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Namun, kriteria penilaian sebelumnya ditetapkan bersama antara pelaksana workshop menulis dan peneliti. Kriteria penilaian dimaksud misalnya aspek mekanika yang meliputi unsur: penggunaan huruf besar, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca; masing-masing unsur tersebut diberi rentang nilai (0,1 s.d. 4.0) sehingga jika subjek X mendapat nilai minimal dari aspek mekanika, maka perhitungannya yaitu: 0,1 + 0,1 + 0,1 : 3 = 0,1 ; jika subjek X mendapat nilai maksimal dari aspek mekanika, maka perhitungannya yaitu: 4,0 + 4,0 + 4,0 : 3 = 4,0; angka pembagi (3) diperoleh dari aspek mekanika yang meliputi tiga unsur (penggunaan huruf besar, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca). Dengan kriteria rentang angka penilaian yang sama, penilaian dapat diberlakukan juga pada aspek tata bahasa yang meliputi unsur: tata bentukan kata, tata bentukan kalimat, dan kata depan (preposisi); aspek retorika yang


(36)

meliputi unsur: pilihan kata (diksi), gaya bahasa, dan gaya penulisan; aspek pengorganisasian isi tulisan yang meliputi unsur: kesesuaian judul dan isi serta paragraf pembuka, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan kelogisan alur pemikiran.

G. Teknik Penganalisisan

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji data-data yang harus dikaji secara kualitatif. Misalnya, hasil observasi, angket, dan wawancara. Sementara itu, analisis melalui penghitungan kuantitatif digunakan untuk mengetahui selisih rata-rata nilai pretest dengan posttest untuk masing-masing aspek yang dinilai sebagai indikator efektivitas perlakuan, berupa pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi. Keduanya tentu lebih lanjut harus diinterpretasikan sehingga meghasilkan suatu simpulan yang komprehensif, benar, dan, akurat.

I. Penafsiran (Interpretasi)

Penafsiran dilakukan setelah hasil keseluruhan analisis dan uji hipotesis dilakukan. Dengan demikian, dalam penafsiran ini dihasilkan suatu tafsiran yang komprehensif dan mencakup aspek kedalaman dan keluasan arti, ehingga dapat terangkat ”jiwa” di balik hasil analisis dan uji hipotesis tersebut.

Berdasarkan hasil penafsiran ini juga model pembelajaran menulis artikel yang telah diujicobakan dapat di revisi, sehingga diperoleh model pembelajaran menulis artikel yang “ideal” sebagai model akhir. Model pembelajaran menulis


(37)

artikel hasil revisi ini direkomendaskan untuk dipergunakan dalam mata kuliah Menulis di perguruan tinggi.


(38)

BAB V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS ARTIKEL MELALUI WORKSHOP DAN KOLABORASI

Berdasarkan temuan penelitian yang dideskripsikan pada bab IV, maka pada bab V ini diketengahkan model pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi yang telah direvisi berdasarkan hasil uji coba secara empiris. Model ini muncul setelah dilakukan serangkaian kajian teoretis, perlakukan secara empirik, analisis dan penafsiran secara kritis. Model pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi ini menekankan aspek praktek melalui kerja sama atau kemitraan, baik sesama mahasiswa, antara mahasiswa dan instruktur/dosen, maupun antara mahasiswa dan penulis profesional (dosen tamu).

Gambaran umum tentang model pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi adalah sebagai berikut ini.

1. Mahasiswa disuruh membaca artikel yang telah dimuat di media massa cetak (koran) sebanyak-banyaknya; kegiatan ini dapat dilakukan di dalam kelas maupun di rumah.

2. Mahasiswa disuruh mengamati tulisan-tulisan artikel yang telah dibacanya, baik dari aspek judul, diksi, paragraf pembuka, tata bahasa, pengoraganisasian/komposisi tulisan dan sebagainya.

3. Mahasiswa disuruh menulis artikel dengan tema bebas di dalam kelas dengan ”mengacu” pada tulisan yang telah dicermatinya.


(39)

5. Mahasiswa dibagi atas beberapa kelompok; setiap kelompok terdiri atas empat orang. Pembagian kelompok ini dilakukan guna mengefektifkan kegiatan kolaborasi.

6. Mahasiswa berdasarkan kelompok mereka masing-masing mengadakan kolabora melalui diskusi, bertanya jawab, saling berargumentasi, dan sebagainya mengenai tulisan

artikel yang telah mereka buat.

7. Mahasiswa secara individual menginventarisasi sejumlah persoalan yang tidak dapat dipecahkan melalui kegiatan kolaborasi, seperti yang dilakukan pada butir (6).

8. Mahasiswa, baik secara individual atau kelompok, mengadakan kolaborasi dengan instruktur/dosen melalui kegiatan tanya jawab atas sejumlah persoalan yang dihadapi.

9. Mahasiswa mengadakan kolaborasi dengan kegiatan seperti pada butir (1) sampai dengan butir (5) secara berulang, selama empat kali atau lebih sesuai dengan aspek

yang akan dikoreksi dan didiskusikan seperti: mekanika, tata bahasa, retorika, dan isi tulisan; perlu juga dibahas bagaimana membuat judul artikel dan paragraf pembu-

ka yang menarik dan sensasional.

10. Mahasiswa mengadakan kolaborasi dengan penulis berpengalaman (sebagai dosen tamu) melalui kegiatan menyimak penjelasan dari penulis, berdialog ihwal penulisan artikel dan berbagi pengalaman dalam mengatasi hambatan dalam proses penulisan artikel.


(40)

11.Mahasiswa mengadakan kolaborasi kembali sesama teman sekelompok guna perbaikan dan penyempurnaan tulisan artikelnya masing-masing.

12.Mahasiswa diajak ke ruang komputer guna mengadakan pengeditan yang merupakan tahapan akhir dalam penyempurnaan tulisan masing-masing.

13. Mahasiswa diberi kesempatan untuk menyempurnakan tulisannya dengan batas waktu tertentu setelah instruktur/dosen mengetahui tulisan terakhir yang dikerjakan masing-masing. Hal ini guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan atau pergantian tulisan yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan kata lain, keotentikan tulisan mahasiswa tetap terjaga.

Gambaran lebih rinci dari model pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi adalah sebagai berikut ini.

A. Tujuan Pembelajaran

Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi ini adalah sebagai berikut ini.

1. Mahasiswa dapat menemukan karakteristik tulisan artikel;

2. Mahasiswa dapat membuat tulisan artikel yang layak untuk dikirimkan ke media massa cetak; dan

3. Mahasiswa dapat mengoreksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan tulisan artikel teman, baik dari segi mekanika, tata bahaha, retorika, dan isi tulisan.

B. Kegiatan Instruktur/Dosen


(41)

1. Menyediakan sejumlah artikel yang telah dimuat di media massa cetak (koran) sebagai model yang akan dibaca dan dianalisis oleh mahasiswa.

2. Menyuruh mahasiswa untuk menganalisis tulisan artikel yang dibaca mereka, dari berbagai aspek, di antaranya judul, paragraf pembuka, diksi, komposisi tulisan, dan isi.

3. Menyuruh dan memandu mahasiswa dalam proses penulisan artikel yang dilakukan di dalam kelas.

4. Menjelaskan tentang kolaborasi atau kerja sama dalam mengoreksi tulisan artikel masing-masing.

5. Menyuruh mahasiswa untuk membuat kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat orang.

6. Menjelaskan secara garis besar tentang proses pengoreksian dan simbol yang digunakan oleh masing-masing pengoreksi; setiap pengoreksi menggunakan simbol yang berbeda, misalnya pengoreksi pertama menggunakan simbol ; pengeoreksi ke dua menggunakan simbol ; pengoreksi ke tiga menggunakan simbol ; dan pengoreksi ke empat menggunakan simbol 7. Menyuruh mahasiswa menginventarisasi sejumlah persoalan yang tidak dapat

dipecahkan dalam kegiatan kolaborasi sesama kelompok.

8. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengajukan persoalan yang dihadapi melalui kegiatan tanya jawab.

9. Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman mengenai aspek mekanika yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf besar, dan penggunaan tanda baca.


(42)

10.Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman mengenai aspek tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi), tata bentukan kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi).

11.Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman mengenai aspek retorika yang meliputi: pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa. 12.Memberi penjelasan tentang proses pengoreksian tulisan artikel sesama teman

mengenai aspek isi tulisan atau pengorganisasian isi yang meliputi: kesesuaian antara judul dan isi, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan penguasaan topik atau tema tulisan.

13.Memperkenalkan penulis profesional (dosen tamu) guna dijadikan nara sumber dan bekerja sama dalam berbagai hal menyangkut ihwal penulisan artikel.

14.Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk saling berdialog dan berdiskusi sesama teman setelah mendapatkan sejumlah informasi dan berbagi pengalaman dengan penulis profesional (dosen tamu).

15.Memberi kesempatan untuk memperbaiki atau menyempurnakan tulisan artikel selama waktu tertentu sehingga tulisan akhir dianggap sebagai tulisan yang telah jadi.

Dalam keseluruh kegiatan yang dilakukan instruktur/dosen tentu tersirat kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa. Walaupun demikian, kegiatan mahasiswa secara eksplisit perlu dideskripsikan.


(43)

C. Kegiatan Mahasiswa

Kegiatan mahasiswa berkaitan dengan pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi adalah sebagai berikut ini.

1. Membaca sejumlah artikel yang disediakan oleh instruktur/dosen dan diteruskan dengan membaca artikel yang sudah dimuat di surat kabar sebanyak-banyaknya di rumah.

2. Menganalisis artikel-artikel yang sedang dibacanya, baik dari aspek judul, diksi, komposisi tulisan, dan sebagainya.

3. Menulis artikel di dalam kelas (dengan tema bebas) dan selalu memperhatikan aspek-aspek yang telah dianalisis dari sejumlah artikel yang sudah dibaca.

4. Menyimak penjelasan instruktur/dosen tentang konsep dan implementasi kolaborasi, terutama menyangkut pengoreksian tulisan artikel yang telah dikerjakan.

5. Membentuk kelompok guna mengadakan pengoreksian sesama teman; kelompok dapat berbeda setiap pertemuan dan setiap aspek yang dikoreksi sehingga terjadi variasi anggota kelompok dalam kelas.

6. Menyimak penjelasan instruktur/dosen tentang prosedur pengoreksian; berdialog dengan instruktur/dosen apabila ada hal yang belum dipahami.

7. Menginventarisasi sejumlah persoalan yang belum dapat dipecahkan pada kolaborasi sesama teman sekelompok maupun antarkelompok.

8. Bertanya jawab dengan instruktur/dosen atas sejumlah persoalan yang dihadapi masing-masing mahasiswa sebagai tindak lanjut dari kolaborasi sesama teman sekelompok maupun antarkelompok.


(44)

9. Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang aspek mekanika yang meliputi: pemenggalan kata, penggunaan huruf besar, dan penggunaan tanda baca.

10.Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang aspek tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata (morfologi), tata bentukan kalimat (sintaksis), dan kata depan (preposisi).

11. Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang aspek retorika yang meliputi: pilihan kata atau diksi dan gaya bahasa.

12. Mengadakan kegiatan pengoreksian sesama teman dalam kelompok tentang aspek isi tulisan atau pengorganisasian isi yang meliputi: kesesuaian antara judul dan isi, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan penguasaan topik atau tema tulisan. Selain itu, pembuatan judul dan paragraf pembuka yang menarik (spesifik dan sensasional) perlu mendapat perhatian dan pengoreksian yang serius karena kedua hal itu bagian yang penting dalam tulisan artikel.

13. Menyimak dan berdialog dengan penulis profesional (dosen tamu) sebagai narasumber dalam berbagai hal menyangkut ihwal penulisan, termasul tulisan artikel.

14. Berdialog dan berdiskusi sesama teman setelah mendapatkan sejumlah informasi dan berbagi pengalaman dengan penulis berpengalaman (dosen tamu).

15. Menyempurnakan tulisan artikel dengan bekal pengalaman, baik selama berkolaborasi sesama teman, bertanya jawab dan berdialog dengan instruktur/dosen, maupun bertanya jawab dan berdialog serta berbagi


(45)

Keseluruhan kegiatan mahasiswa itu tentu dilakukan di dalam kelas dan di bawah pengawasan instruktur/dosen, kecuali kegiatan pada butir (15), dan pada butir (1) selain dilakukan di dalam kelas juga dilakukan di luar kelas.

D. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran ini berisi ihwal karakteristik tulisan artikel. Karakteristik yang dimaksud yaitu meliputi: (1) judul, (2) topik, (3) organisasi karangan, (4) retorika (termasuk diksi), (5) gaya dan nada tulisan artikel, (6). ukuran, (7) waktu pemuatan, (8). tata letak, dan (9) model penulisan artikel.

1. Judul

Karakteristik judul artikel koran yaitu singkat (sekitar 3-7 kata), informal berupa frase, spesifik, dan sensasional.

Contoh: ”Bahasa dalam Konteks Industrialisasi” (Alwasilah, Kompas, 8-10-1993)

”Wanita atau Perempuan Mana yang Cantik?” (Badudu, Pikiran Rakyat, 17-6-1995)

”Ketika Sharon Stone Berbahasa Indonesia” (Oetomo, Republika, 27-5-1996)

”Pendidikan dengan Paradigma Kualitas” (Hasim, Media Indonesia, 31- 8-1999)

”Bahasa Indonesia di Era Globalisasi” (Hasim, Pikiran Rakyat, 30-10- 1999)


(46)

2. Topik

Topik tulisan artikel bersifat aktual dan menarik, yakni berkaitan dengan masalah yang sedang hangat dibicarakan banyak orang. Topik tulisan dapat berupa gagasan orsinal maupun gagasan lanjutan berupa tulisan tanggapan.

Contoh: 1. Persoalan mengenai kesastraan (Sumardjo, ”Bagaimana Mencintai Kesusastraan”, Pikiran Rakyat, 21-4-1996)

2. Keotentikan sebuah karya (Anwar, ”Pengaruh dan Otentisitas Sebuh Karya”, Pikiran Rakyat, 21-6-1996)

Contoh nomor (1) merupakan contoh topik yang aktual dan orisinal karena persoalan tersebut sedang diperbincangkan banyak kalangan dan gagasan yang disodorkan penulisnya relatif baru. Sementara itu, contoh nomor (2) merupakan contoh topik yang aktual karena topik itu sedang hangat dipersoalkan, tetapi tidak termasuk orsinal karena berupa tulisan tanggapan sehingga gagasan yang terkandung di dalamnya merupakan lanjutan dari gagasan sebelumnya.

3. Organisasi karangan

Karakteristik organisasi tulisan artikel yaitu secara implisit memiliki bagian pendahuluan, isi, dan penutup; perbandingan yang ideal yaitu 20% : 70% : 10%. Tulisan artikel dapat dibuat tanpa menggunakan subtopik, dan yang menggunakan beberapa subtopik. Misalnya, tulisan artikel yang berjudul ”Ketika Sharon Stone Berbahasa Indonesia” memiliki subtopik sebagai berikut: Soal paham dan tidak paham; Orang asing berbahasa Indonesia?; Yang terganggu dan tak terganggu; dan Politik bahasa Orde Baru.


(47)

Bagian awal tulisan artikel (paragraf pembuka) pada umumnya memiliki daya tarik yang kuat atau sensasional. Pada bagian ini dapat berisi kutipan pernyataan birokrat/pejabat tinggi atau pakar, anekdote, atau pun sari tulisan terdahulu yang akan ditanggapi.

Contoh bagian awal/paragraf pembuka tulisan artikel yang mengutip pernyataan pejabat:

Kepala negara saat membuka Simposium Nasional ke-3 Cendekiawan Indonesia di Istana negara pada 27-8-1996 yang lalu menyatakan bahwa Pemerintah Orde Baru menghormati pandangan-pandangan kritis kaum cendekiawan yang dilakukan dengan niat murni demi kebaikan dan kepentingan bersama (Alwasilah, ”Tanggung Jawab Cendekiawan Ilmu-Ilmu Sosial”, Media Indonesia, 3-9-1996)

Contoh bagian awal/paragraf pembuka tulisan artikel yang menggunakan anekdote: Ah, kalau anggota kaum hawa ini cantik, disebut wanita atau perempuan, ya cantiknya tetap saja, bukan? (Badudu, ”Wanita atau Perempuan Mana yang Cantik? Pikiran Rakyat, 17-6-1995)

Contoh bagian awal/paragraf pembuka tulisan artikel yang menggunakan sari tulisan terdahulu (yang akan ditanggapi):

Bermula dari tulisan Satmoko Budi Santoso (”PR”, 7-4-1996) tentang adanya ”pembocoran teks” (?) lain terhadap karya sastra seseorang, Tirto Suwondo (”PR”, 12-5-1996) memberikan tanggapan dengan melakukan investigasi terhadap lingkup wilayah kebocoran itu sendiri. Apakah lingkup pembocoran itu, demikian lanjut Tirto, menyangkut wilayah ide, konsep, tema, warna, style, atau teks (kata-kata atau bahasa)? Menurutnya, bila pembocoran itu menyangkut kata-kata -- dicuri curi secara persis misalnya -- maka dapat disebut pembocoran bukan ”pelecehan”.


(48)

Tetapi bila hanya menyangkut tema, ide, konsep, gaya, latar, barangkali sebutan pembocoran belum pantas. (Anwar, ”Pengaruh dan Otentisitas Sebuah Karya”, Pikiran Rakyat, 21-6-1996)

Sementara itu, bagian isi pada umumnya dibuat secara berimbang dengan bagian pendahuluan dan penutup, serta memiliki karakteristik sebagai berikut ini. Jika bagian pendahuluan mengajukan persoalan, maka bagian isi tulisan berisi jawaban atas persoalan tersebut. Jika bagian pendahuluan berisi paparan atau informasi, maka bagian isi berisi penegasan atau uraian lebih rinci atas paparan atau informasi tersebut.

Bagian penutup pada tulisan artikel memiliki karakteristik sebagai berikut: memberi solusi, menyarikan bagian isi, mengajukan persoalan untuk dicermati/direnung- kan atau berupa simpulan yang mengejutkan.

Contoh penutup dengan memberikan solusi:

”Menurut pendapat saya, kata perempuan dapat saja terus dipakai di samping kata wanita. Masing-masing digunakan sesuai dengan situasi dan tidak ada yang lebih sopan yang satu dari yang lain.” (Badudu, ”Wanita atau Perempuan Mana yang Cantik?”, Pikiran Rakyat, 17-6-1995)

Contoh penutup dengan menyarikan bagian isi:

”Di Indonesia, untuk membantu masyarakat pelajar dan orang tua murid Depdikbud misalnya, mengelola Balai Pustaka (PB) sebagai wahana pencentaka dan penerbitan buku-buku wajib. Sebagai wahana pencentakan buku wajib untuk kepentingan anak didik kita, tentu BP tengah menghadapi berbagai pilihan sehubungan dengan kenaikan harga kertas. Mudah-mudahan Depdikbud dapat mempertahankan jumlah buku yang direncanakan akan dicetak per tahun dengan harga tidak mengalami kenaikan.” (Sudarwan, ”Mahalnya Buku, Dilema Edukasi Masyarakat Berperadaban”, Media Indonesia, 3-5-1995)

Contoh penutup dengan pernyataan yang perlu direnungkan atau pernyataan yang mengejutkan:


(49)

memperjuangkannya bukan tidak ada gunanya.” (Harras, ”Masa Depan LPTK dan LPTK Masa Depan”, Kompas, 19-12-1992)

4. Retorika

Karakteristik retorika tulisan artikel yaitu ditandai dengan penggunaan bahasa yang lancar dan lugas serta menarik; digunakan pula kata, frase, atau ungkapan khusus (tipikal) penulisnya.

Contoh:

”Tulisan ini dirakit pada saat kita sedang bergolak mengolah pembangunan memasuki era tinggal landas dengan jargon prosperity approach, di mana (sic!) SDM Indonesia diidentifikasi sebagai modal dasarnya, sebagai termuat di dalam GBHN.” (Sudarwan, ”Mahalnya Buku, Dilema Edukasi Masyarakat Berperadaban” Media Indonesia, 3-5-1995)

5. Gaya dan nada tulisan

Karakteristik gaya tulisan artikel yaitu bersifat serius, sedangkan nada tulisan bersifat informatif, argumentatif, maupun kritis.

Contoh:

Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing kini telah diajarkan hampir di seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Rusia, Jerman, Australia, Jepang, dan negara-negara Asia lainnya, termasuk Thailan Selatan.

Di Australia, bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan di tingkat perguruan tinggi melainkan sudah merambah ke tingkat sekolah dasar. Bahkan, mulai tahun 2000 pemerintah Victoria di Australia telah menempatkan kebijakan memprioritaskan delapan bahasa asing -- termasuk bahasa Indonesia -- untuk diajarkan di sekolah-sekolah tingkat persiapan (Prep School) (Nenden, 1999). (Hasim, ”Bahasa Indonesia di Era Globalisasi”, Pikiran Rakyat, 30-10-1999)

6. Ukuran

Karakteristik tulisan artikel dari segi jumlah kata (ukuran) yaitu berkisar 1000 hingga 2000 kata; sekitar 12-15 kilobait ketik komputer, atau 5 - 6 halam kuarto dengan jarak ketik dua spasi. Hal ini sesuai dengan ruang/rubrik yang tersedia untuk kolom opini yang relatif terbatas.


(50)

Waktu pemuatan tulisan artikel bergantung dari topik tulisan. Topik tulisan yang sesuai dengan calender of event, dapat dimuat sesuai dengan event yang sedang berlangsung, misalnya hari Pahlawan (setiap 10 November), hari Pendidikan (setiap 2 Mei), atau hari-hari besar keagamaan. Selain itu, topik tulisan yang tidak sesuai dengan calender of event, secara prinsip dapat dimuat kapan saja sesuai dengan pertimbangan redaktur. Tulisan seperti ini disebut tulisan ekslusif.

Sekadar contoh berikut ini dikemukakan sejumlah contoh judul artikel yang dimuat sesuai dengan calender of event:

1. ”Guru dalam Era Kejayaan Materialisme” (Hasim, Pikiran Rakyat, 25-11-2000); bertepatan dengan peringatan hari Guru Nasional.

2. ”Pendidikan Berwawasan Multikultural” (Hasim, Media Indonesia, 2-5-2001); bertepatan dengan peringatan hari Pendidikan Nasional.

8. Tata letak

Penempatan tulisan artikel memiliki karakteristik sebagai berikut ini. Jika tulisan artikel tersebut mengangkat topik yang bersesuaian dengan calender of event, maka pada umumnya akan diletakkan pada kolom opini, sedangkan jika topiknya tidak bersesuaian dengan calender of event, maka dapat diletakkan di luar kolom opini.

9. Model penulisan

Karakteristik model penulisan dapat dibagai atas: model piramida terbalik dengan penelaran deduktif, dan model piramida biasa dengan penalaran induktif.


(51)

Contoh:

Mencermati perubahan tatanan dunia yang kian menggelobal terpaksa menyeret kita pada ”pemahaman baru” bahwa kita -- bangsa Indonesia -- tidak mesti lagi berpandangan purisme terhadap bahasa Indonesia. Ia harus tumbuh dan berkembang searah dengan pertumbuhan dan perkembangan tatanan dunia dewasa ini.

Tak patut lagi kita mempersoalkan, misalnya suatu kata itu asli bahasa Indonesia atau bukan. Pandanagan purisme yang selalu menuntut ”keaslian” justru akan terperangkap pada lingkaran setan, terutama dalam soal bahasa Indonesia.

Mengingat, mempersoalkan keaslian bahasa Indonesia akan menyeret kita pada perdebatan kapan bahasa Indonesia ada.... (Hasim, ”Bahasa Indonesia di Era Globalisasi”, Pikira Rakyat, 30-10-1999).

Tulisan dengan model piramida biasa biasanya dimulai dengan menyajikan pernyataan atau informasi yang agak khusus pada bagian awal tulisan, lalu diikuti pernyataan berikutnya yang lebih bersifat umum.

Contoh:

Ah, kalau anggota kaum hawa ini cantik, disebut wanita ataukah perempuan ya cantiknya tetap saja, bukan? Tetapi bukan itu yang menjadi masalah di sini. Anda masih ingat ketika Mariane Katopo pengarang novel Raumanen itu melontarkan dalam surat kabar -- Kompas kalau tidak salah -- beberapa waktu yang lalu bahwa kata perempuan lebih bagus artinya daripada kata wanita, lalu mengusulkan agar kata wanita sebaiknya diganti saja dengan perempuan? Waah, maka ributlah kaum hawa itu memperdebatkan usul Mariane itu.

Ada yang setuju dengan usulnya itu, tetapi ada pula yang menolak. Kalau ditakar mana yang lebih berat timbangannya pihak yang setuju daripada yang tidak setuju, tidak diketahui mana yang lebih. Mengapa demikian? Jawabnya karena tidak ada yang melakukan penelitian lanjutan.... (Badudu, ”Wanita atau Perempuan Mana yang Cantik?”, Pikiran Rakyat, 17-6-1995)

Sementara itu, materi atau bahasan menyangkut aspek mekanika, tata bahasa, retorika, dan pengorganisasian isi sebagai pokok bahasan dalam pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi merupakan bahasan yang inklusif hadir dalam pembahasan tentang karakteristik artikel tersebut.


(52)

E. Sistem Evaluasi

Sistem evaluasi hakikatnya dilakukan secara kontinu sejak tulisan artikel mahasiswa dikoreksi sesama teman. Pengoreksian itu menyangkut aspek mekanika yang meliputi: penggunaan huruf besar, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca; tata bahasa yang meliputi: tata bentukan kata, tata bentukan kalimat, dan kata depan; retorika yang meliputi: pilihan kata, gaya bahasa, dan gaya penulisan; dan organisasi isi yang meliputi: kesesuaian judul dan isi, kepaduan antarkalimat, kepaduan antarparagraf, dan kelogisan alur pemikiran. Masing-masing subaspek itu diberi skala penilaian dari 0,1 hingga 4,0. Dengan demikian, total nilai setiap aspek merupakan hasil penjumlahan nilai subaspek dibagi sejumlah subaspek. Misalnya nilai subjek X dalam aspek mekanika yaitu nilai subaspek penggunaan huruf besar = 2,5 ditambah nilai subaspek pemenggalan kata = 2,5 dan ditambah penggunaan tanda baca = 2,5 hinga nilai aspek mekanika subjek X yaitu (2,5 + 2,5 + 2,5) : 3 = 2,5.

Setelah tulisan artikel itu selesai atau jadi, maka instruktur/dosen memberikan nilai akhir dengan kategori sebagai berikut: penulis matang (dengan nilai A= 3,5 - 4,0 dan B = 2,5 - 3,49), penulis sedang (dengan nilai C = 2,0 - 2,49), dan penulis rendah (dengan nilai D= 1,0 - 1,99 dan E = 0 - 0,99).


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S., Maidar G. A., dan Sakura H. R. (1995). Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga

Alwasilah, A. C. (1994). Dari Cicalengka Sampai Chicago: Bunga Rampai Pendidikan Bahasa. Bandung: Angkasa

Alwasilah, A. C. (1999). Respons Penulis terhadap Koreksi Pembaca: Studi Kasus Tulisan Mahasiswa Pascasarjana IKIP Bandung. PPs: IKIP Bandung

Alwasilah, A. C. (2002). Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya

Anwar, R. (1991). Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Jakarta: Pradnya Paramita Arikunto,S.(1991).ProsedurPenelitian:SuatuPendekatanPraktis.Jakarta:Rineka Cipta Assegaf, D. (1983). Jurnalistik Masa Kini: Pengantar ke Praktek Kewartawanan.

Jakarta: Ghalia Indonesia

Applebee, A. N. (1981). Writing in Secondary School: English and the Content Areas. NCTE Research Report No.21.

Badudu, J.S.(1993).Cakrawala Bahasa Indonesia I.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Badudu,J.S.(1992).Cakrawala Bahasa Indonesia II.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Badudu, J.S. (1993). Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar (III). Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Badudu, J. S. (1994). Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima

Bandura, A. (1997). Social Learning Theory. London: Prentice Hall International,Inc.

Bloomfield, L. (1979). Language. London: George Allen & Unwin, ed. Fourteenth Bogdan, R. C. and Biklen, S. K. (1982). Qualitative Research for Education: An

Introduction To Theory and Method. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Brotowidjoyo, M.D. (1993). Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademi Pressindo


(2)

Capra, F.(Thoyibi, M. [penerjemah]).1999. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Dahar. R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Dahlan, M.D.(ed). (1990). Beberapa Alternatif Interaksi Belajar-Mengajar: Model-Model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

DePorter, B. Mark Reardason, & Sarah Singer-Nourie. (1999). Quantum Teaching: Orchestrating Student Succes. Boston: Allyn and Bacon.

DiYanni, R.and Hoy Il P. C. (1995). The Sciribner Handbook for Writer. Boston: Allyn and Bacon.

Dyson, A. H. (1989). Collaboration through Writing and Reading: Exploring Possibilities. Illinois: National Council of Teachers of English

Eneste, P. (eds). (1983). Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang. Jakarta: PT Gramedia

Fairfax, J. (1989). Creative Writing: Word Games and Exercise to Help You Started. London: Elm Tree Books.

Freedman, A. Pringle, I. and Yalden J. (ed). (1983). Learning to Write: First Language/Second Language. London. Bulter & Tanner Ltd

Gaffar, M. F.et.al.2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung. Depdiknas UPI

Hasim, A. (1997). Karakteristik dan Model Artikel Koran sebagai Alternatif Bahan Ajar Mata Kuliah Menulis: Sebuah Studi Deskriptif Analitis. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.


(3)

Hernowo. (2001). Mengikat Makna: Mengubah Paradigma Membaca dan Menulis Secara Radikal. Bandung: Mizan Media Utama

Joyce, B. And Marsha Weil. (1980). Models of Teaching (Second Edition). London. Prentice/Hall International, Inc

Keraf, G. (1984). Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah Keraf, G. (1985). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Krashen, S.D. (1984). Writing: Research, Theory, and Aplications. New York: Pergamon Institute of English

Latif, Y. dan Ibrahim I.S. (1996). Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan

Mappatopo, A. B. (1995).(1993). Siaran Pers: Suatu Kiat Penulisan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

McKnight, A., Henry, P. and Turner, L. (1994). Foundation for Language Teaching. Australia: Deakin University

Meier, D. (2000). The Accelerated Learning: Handbook. New York: McGraw-Hill Miles, M.B. dan Huberman A.M. (penerjemah Rohidi, Tj.R.). (1992). Qualitative

Data Analysis (Analisis Data Kualitatif). Jakarta: UI Press

Munandar, S.C.U. (1982). Pemandu Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajakan. Jakarta: Rajawali

Munandar, S. C.U. (1995). Bunga Rampai Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Nunan, D. (1991) Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. Englewood Clifft: Prentice Hall Inc


(4)

Murray, D. M. et.al. (1995). Writing for Many Roles. New Jersey: Boyton/Cook Publisher, inc

Nadeak, W. (1994). Bagaimana Menjadi: Penulis yang Sukses. Bandung: Pustaka Wina

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Oller, J. W. (1983). Issues in Language Testing Research. Tokyo: Newbury House

Publisher, Inc

Rakhmat, J. (1998). Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Reason, P. and Rowan, J. (eds). (1981). Human Inquiry: A Sourcebook of Paradigm Research. Toronto: John Wiley & Sons

Rothstein, H. M. et.al. (1996). Composition Workshop. New York: Sadlier-Oxford A Division of William H Sadlier, Inc

Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro

Silva, T. (1990). Second Language Composition Instruction, dalam Kroli (eds). Second Language Writing: Research Insight for The Classroom. Cambridge University

Slavin, R. E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon Press

Soeseno, S. (1993). Teknik Penulisan Ilmiah Populer: Kiat Menulis Nonfiksi untuk Majalah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


(5)

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta

Surya, M. (1997). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: IKIP Bandung Suryasubrata, S. (1992). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali

Syamsuddin. (1994). Pengajaran Bahasa Indonesia (dalam Konvensi Pendidikan Indonesia II: Kurikulum untuk Abad ke-21). Jakarta: Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia

Tarigan, H. G. (1992). Menulis: sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tiedt, I. M. (1989). Writing from Topic to Evaluation. London: Allyn and Bacon Wonohito, M. (1997). Teknik Jurnalistik dan Siaran Pers Pancasila. Jakarta:

Departemen Penerangan

Yelland, H. L. et.al. (1993). A Handbook of: Literry Terms. Sydney: Angus & Robertson Publisher

Zohar, D. and. Ian Marshal. (2000). Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligance: SQ. London: Bloomsburry Publishing, Plc

SURAT KABAR:

Alwasilah, A. C. (1993). Bahasa dalam Konteks Industrialisasi. Kompas (8 Oktober) Alwasilah, A. C. (1996). Tanggung Jawab Cendekiawan Ilmu-Ilmu Sosial. Media

Indonesia (3 September)

Anwar, W. M. (1996). Pengaruh dan Otentitas Sebuah Karya. Pikiran Rakyat (21 Juni)


(6)

Badudu, J. S. (1995). Wanita atau Perempuan Mana yang Cantik?. Pikiran Rakyat (17 Juni)

Mutrofin. (1995). Indikator Mutu Pendidikan Tinggi. Kompas (30 Mei)

Harras, K. A. (1992). Masa Depan LPTK dan LPTK Masa Depan. Kompas (19 Desember)

Hasim, A. (1999). Bahasa Indonesia di Era Globalisasi. Pikiran Rakyat (30 Oktober)

Hasim, A. (2000). Ketika Guru Menggugat. Media Indonesia (17 April)

Oetomo, D. (1996). Ketika Sharon Stone Berbahasa Indonesia. Republika (27 Mei) Sudarwan. (1995). Mahalnya Buku, Dilema Edukasi Masyarakat Berperadaban.

Media Indonesia (3 Mei)

Sumardjo, J. (1996). Bagaimana Mencintai Kesusastraan. Pikiran Rakyat (21 April) Surya, M. (2001). Kembalikan Ebtanas ke Habitatnya. Pikiran Rakyat (11 Juni) Supriyoko. (1996). Pencabutan Ijazah di Perguruan Tinggi. Pikiran Rakyat (25