PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROPINSI RIAU : Studi Kasus Pada (3) Gugus SD di Kecamatan Keritang.
PENGEi-OLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR
Dl KABUPATEN INDRAGIRI HIUJVPROPTNSI RIAU
( Studi Kasus Pada 3 (Tiga ) Gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Keritang )
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Dalam Bidang Administrasi Pendidikan
CO
*x
±:t
o
o
n^^"
0)©|)
N A
S
R
wu ft
'^'Ste.'r*
I
NOMOR POKOK : 979699
•'•i.
>:
^
i •
V
PROGRAM PASCASARJANA ( S2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ( UPI)
BANDUNG
2000
LEMBARAN PENGESAHAN
DISETUJUl OLEH PEMBIMBING TESIS
PROF. DR. HE. KUSMANA, MPd
PEMBIMBING 1
PROF. DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A
PEMBIMBING II
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ( UPI)
BANDUNG
2000
MENGETAHUI
KOORDINATOR
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA ( S2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ( UPI)
BANDUNG
PROF. DR .H. TB. ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN, MA.
PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR
Dl KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROPINSI RIAU
(Studi Kasus Pada (3) Gugus SD di Kecamatan Keritang )
ABSTRAK
Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan formal yang pertama pada
jenjang pendidikan Dasar sangatiah penting bagi usaha awal pembinaan dan
pengembangan SDM. Selaras dengan ketentuan yang dituangkan dalam UndangUndang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
menyatakan bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
Jelas di sini bahwa Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang
menanamkan Basic Fundamental bagi peserta didik, terutama dalam koridor
pengembangan budaya belajar, budaya bekerja dan budaya membangun. Untuk
mewujudkan visi tersebut diawali dengan peningkatan kualitas kemampuan guru
yang dilaksanakan melalui Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar.
Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar merupakan satu bentuk sistem
on-service training dengan pola utama dialogis yang dipandu oleh mitra kerja dari
satuan pendidikan yang lebih tinggi atau guru SD senior, termasuk para guru yang
memiliki latar belakang pendidikan melebihi standar guru SD.
Dalam praktek operasional pada 3 (tiga) Gugus Sekolah yang diamati
melalui kegiatan prasurvey ditemui berbagai fenomena yang diduga menghambat
pelaksanaan Pembinaan Sistem Gugus SD secara efektif dan efisien. Fenomena
tersebut antara lain: (1) perencanaan Gugus SD belum berdasarkan kepentingan
SD secara keseluruhan dalam Gugus, (2) belum menerapkan prinsip dialogis, (3)
penunjukan Pengurus Kelompok Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru belum
didasarkan pada tingkat kemampuan dan relevansi pendidikan. (4) Selalu terjadi
"over leaving" antara tugas-tugas anggota pengurus, (5) banyak kebijakan yang
berubah dan tidak konstan, (6) Banyak di antara guru setempat yang enggan
mengikuti pertemuan KKG, (7) sistem pengawasan yang dilakukan selama ini
belum berjalan optimal, masih adanya status quo yang mencari kesalahan, bukan
perbaikan. Berangkat dari gejala tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat
kepermukaan, terutama mencari akar permasalahan serta memberikan solusi
praktis berdasarkan kerangka teoritis yang relevan.
Permasalahan yang dirumuskan tersebut yakni: Bagaimana efektivitas
Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang dilakukan di lingkungan Kandep
Dikbud Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau?
Berdasarkan temuan penelitian lapangan dan dianalisis dengan
pendekatan deskriptif kualitatif yang membanding berbagai teori manajemen
antara lain: (1) Konsep Manajemen, (2) Ruang Lingkup Manajemen, (3) Kriteria
Manajemen yang Efektif, (4) Urgensi TQM dalam Gugus SD, serta (5) Petunjuk
Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gugus Sekolah Dasar dari Ditjen
Dikmenum, Kakanwil Depdikbud Propinsi Riau, serta dari Kandep Dikbud
setempat, diperoleh kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian ini meliputi:
Secara umum Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Keritang
Kabupaten Indragiri Hilir dikategorikan belum efektif, baik dalam implementasi
penyelenggaraan KKPS, KKKS, KKG, maupun PKG. Namun dari 3 (tiga) Gugus
Sekolah yang diteliti (Gugus SD 005 Kota Baru, Gugus SD 010 Selensen dan
Gugus SD 032 Pebenaan) yang diklasifikasikan dalam Gugus Kota, IDT dan
Terpencil/Sulit, terdapat Forum kegiatan yang dinilai cukup baik. Seperti halnya
pelaksanaan program pada forum KKPS bagi Gugus SD 005 Kota Baru yang
dinilai menggembirakan untuk dijadikan pilot bagi Gugus SD sekitamya.
Melihat volume kelemahan yang mewamai praktek Pengelolaan Gugus SD
dapat menghambat pelaksanaan Gugus SD setempat dengan muatan harapan
peningkatan kualitas kemampuan profesional guru, maka perlu agenda
rekomendasi antara lain: (1) Frekwensi kunjungan Pengawas ditingkatkan,
minimal sesuai dengan kalender yang ditentukan. (2) Manajemen setiap forum
hendaknya mengacu kepada konsep TQM (total kualiti manajemen) yang
memperhatikan aspek kebersamaan dengan upaya melakukan perbaikan terus
menerus disetiap aspek dan lini kerja. Dituntut komitmen pengurus sebagai tim
leader memprioritaskan inovasi sebab di depan tugas dan permasalahan
kependidikan sangat berat, apalagi menghadapi implementasi Riau sebagai
Negara Federal atau otonomi yang seluas-luasnya.(3) Kekuasaan yang lebih luas
perlu diberikan kepada guru dalam membenahi manajemen KKG, terutama
bersama Kepala SD menetapkan SD Inti sesuai dengan keinginan bersama dan
bukan penetapan dari atasan yang mengandung adanya tendensi kolusi dan
nefotisme. (4) Diciptakan hubungan yang baik dengan lembaga dan perusahaan
setempat, guna membantu penyelenggaraan kegiatan gugus dan memberikan
pengertian bahwa tugas-tugas kependidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, masyarakat dan orang tua, serta (5) Upaya menegakkan
disiplin yang monoton perlu dikurangi dengan memperhatian aspek psikologis
manusiawi lainnya, sehingga keenggan guru mengikuti forum dapat diatasi melalui
kesadaran akan tugas bersama.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
I
MOTTO
...
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
xvM
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
jv
v
viii
xjj
xjv
-j
Latar Belakang Masalah
Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Berpikir
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1
13
15
17
18
26
A. Gugus Sekolah Sebagai Suatu Organisasi
26
B. Konsep Pengolahan Gugus Sekolah Dasar
32
1. Kepemimpinan Manajerial Dalam Pengolaan
GugusSekolah Dasar
a. Perencanaan Gugus Sekolah Dasar
b. Pelaksanaan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
c. Pengawasan Gugus Sekolah Dasar
31
37
45
48
2. Manajemen Partisifatif Dalam Praktek Pengolahan
GugusSekolah Dasar
54
3. Konsep TQM Dalam Pengolahan Gugus Sekolah
C. Efektifitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar
57
62
1. Pengertian Efektifitas
2. Pengukuran Pengolaan Gugus Sekolah Dasar
Yang Efektif
62
D. Indikator Kinerja Guru Yang Berkualitas
E. Hasil Belajar Siswa
F. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan
XIV
64
68
71
73
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
76
A. Data Yang Diperlukan
76
D. Alat Pengumpulan Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Ekplorasi
7g
80
82
82
83
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
C. Metode Penelitian
3. Tahap Pengecekan
G. Teknik Analisis Data
H. Pengujian Tingkat Validitas Data
1. Kredibilitas
2. Transfebilitas
3. Dependenbilitas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Lapangan
77
'
84
84
86
86
86
87
88
88
1. Keadaan Geografis Gugus Sekolah Dasar
di Wilayah Kecamatan Keritang
2. Kelembagaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
a. Kepengurusan Gugus Sekolah Dasar
b. Pemberdayaan Guru dan'Fasilitas
Gugus Sekolah Dasar
c. Pendanaan Gugus Sekolah Dasar
3. Manajemen Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
a. Perencanaan Program Gugus Sekolah Dasar
89
96
96
102
107
b. Pelaksanaan Program Gugus Sekojah Dasar
111
111
114
c. Pengawasan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
119
d. Dampak Gugus Sekolah Dasar Terhadap
KualitasPBM
B. Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan
122
Subtansi Masalah
126
1. Profil Kelembagaan Gugus Sekolah Dasar didi Kecamatan Keritang
a. Kepengurusan Gugus Sekolah Dasar
127
127
b. Pemberdayaan Fasilitas Gugus Sekolah Dasar
130
c. Sumber Dana Gugus Sekolah Dasar
dan Realisasi
131
2. Efektivitas Pengelolahaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
a. Perencanaan Program Gugus Sekolah Dasar
xv
133
134
(1). Visi, Misi dan Straregi Pengelolaan
Gugus Sekolah Dasar
134
(2) Orientasi Program Peningkatan Kemampuan
Guru dan Kebutuhan Pembelajaran
(3) Program Utama dan Prioritas Pembinaan
Pengembangan Kualitas Kinerja dan
Program Inovasi
b. Pelaksanaan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
136
137
139
(1) Relevansi Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
Dengan Harapan dan Kebutuhan
Pengajaran
140
(2) Efektivitas Koordinasi Forum dengan Instansi
Terkait
141
(3). Potensi.Kekuatan, Kelemahan, Ancaman,
dan Kendala Dalam Gugus Sekolah Dasar
c. Pengawasan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar di
Kecamatan Keritang
143
148
(1) Bentuk dan Strategi Pengawasan Gugus
Sekolah Dasar
148
(2) Relevansi Pengawasan Terhadap Fungsi
danAturan
150
(3) Manfaat Hasil Temuan pengawasan
Bagi Peningkatan Kualitas Kinerja
GugusSekolah Dasar
151
d. Dampak Pengelolaan Gugus SD Terhadap Kualitas
PBMdi Kecamatan Keritang
C. Kriiteria Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar
Yang Efektif
BAB V PENUTUP
153
154
159
A. Kesimpulan
15g
1.Kelembagaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
2.Efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
3. Dampak Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Terhadap
Kualitas PBM di Kecamatan Keritang
B. Rekomendasi
159
160
161
161
DAFTAR PUSTAKA
164
RIWAYAT HIDUP
170
XVI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
17*
Lampiran 1Kisi-kisi Efektivitas Pengelolaan Guqus SD
Lampiran 2Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Pedoman Observasi
9
173
175
pI^Tu
1Pnd0man Peni,aian Dokumen
Photo-Photo Penelitian
177
Lampiran 5surat Keterangan Penelitian
183
XVII
^
Ill
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Struktur dan Mekanisme Organisasi Gugus Sekolah
20
2. Kerangka Berpikir
24
3. Sikfus Perertdanaan
42
4. Proses Perencanaan Sistem
44
5. Langkah-Langkah Qasar Proses Pengawasan
49
6. Optimalisasi Peningkatan Hasil
56
7.Manajemen Pelatihan
66
8, Peta Pendidikan Wilayah Kecamatan Keritang
95
XVIII
t^^Ufr
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tatanan kehidupan bangsa yang goyah akibat landasan sistem
perekonomian yang tidak kuat, sebenarnya bersumber dari kualitas,
kemampuan dan semangat kerja yang masih rendah. Bila kita jujur
berbicara, bangsa ini masih belum mampu mandiri dan terlalu banyak
intervensi dari pihak asing. Agenda reformasi terus dilakukan untuk
memperbaiki sendi-sendi kekuatan dengan menetapkan prioritas tertentu.
Akan tetapi proses reformasi belum berlangsung secara komprehensif dan
hanya pada tahap mencari siapa bersalah. Dari sisi nil, kekuatan reformasi
itu justru berasal dari sumber daya manusia berkualitas yang mempunyai
visi, transparansi dan dapat direalisasikan. Tegasnya, sumber daya
manusia merupakan asset nasional yang dijadikan sebagai penentu utama
dalam mencapai tujuan pembangunan bangsa.
Sebagai
penentu keberhasilan pembangunan, pada tempatnya
kualifikasi SDM ditingkatkan melalui program pendidikan dan pelatihan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepada
tingkat
kepentingan
yang
selalu
mengacu
pada
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dari pemyataan ini mengisyaratkan bahwa
dua
pekerjaan
yang
hams
dilaksanakan
secara
simultan
memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM.
yakni
Secara gamblang telah dijelaskan dalam GBHN (1998-1999) bahwa
" Pendidikan nasional perlu ditata, dikembangkan dan dimantapkan secara
terpadu dan serasi, baik antar berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan
maupun antar sektor dengan sektor pembangunan lainnya". Implikasi
"statement" tersebut mewujudkan suatu proses penataan pendidikan yang
berorientasi kualitas dan tuntutan dunia kerja yang diharapkan oleh "stoke
holder" maupun "costomer". Sesungguhnya proses penataan pendidikan
yang optimal akan diimplementasikan melalui empat strategi dasar yang
mencakup: (1) pemerataan, (2) relevansi, (3) kualitas, dan (4) efisiensi.
Suatu kebijakan yang telah berhasil diselesaikan pemerintah
melaluii jajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka
meningkatkan kualitas lulusan adalah menata sekolah, dimulai dari
penetapan visi, misi melalui perbaikan dan peningkatan sarana prasarana,
kurikulum,
hingga penyesuaian tingkatan dan
nama sekolah yang
diberikan bagi suatu satuan pendidikan. Dunia pendidikan Indonesia
mengenal tiga jenjang pendidikan yakni pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Sementara itu, di sisi lain penataan sekolah terus berlangsung,
dalam pandangan Bienayme (Conny R. Semiawan 1989 : 5) yang
mengatakan bahwa pendidikan dewasa ini mengalami empat masalah
kemunduran antara lain: (1) secara kualitatif tidak sesuai dengan tugas
anak muda untuk mempersiapkan kehidupannya pada usia dewasa, (2)
kekurangan dana dalam memenuhi tekanan dan tuntutan masyarakat, (3)
kekurangan
kapasitas penyebaran,
pemilikan spesialisasi guru dan
perlengkapan untuk memperbaiki tingkah laku,
dan (4) mengalami
kesulitan dalam mengatasi nilai-nilai tradisional yang turun temurun.
Bila dikaitan dengan program pendidikan dasar yang merupakan
"public goods" (Ace Suryadi, 1994) persoalan di atas merupakan agenda
substantif yang menunjukkan suatu kemunduran pendidikan yang menjadi
dilema untuk dijawab sesuai dengan tujuan setiap jenjang pada satuan
pendidikan dasar. Secara umum misi pendidikan dasar merupakan
penjabaran misi yang dituangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional
dengan UU No. 2/1989, paling tidak dapat diidentifikasikan menjadi tiga
fungsi
mendasar,
yaitu
(1)
mencerdaskan
kehidupan
bangsa;
(2)
mempersiapkan lulusan yang memiliki kemampuan membaca, menulis dan
menghitung, dan (3) mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan lanjutan.
Melihat tugas dan tanggung jawab satuan pendidikan dalam pendidikan
dasar ini cukup berat dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas,
wajar jika dikelola dengan baik melalui kegiatan manajemen yang
profesional.
Lebih lanjut dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No
2 /1989, pasal 27 dijelaskan bahwa tugas, ruang lingkup, wewenang dan
sebutan tenaga kependidikan antara lain:
(1)tenaga kependidikan bertugas meyelenggarakan kegiatan mengajar,
mana peran dan fungsi yang membuat ia hams bertanggung jawab penuh
atas terselenggaranya kegiatan pendidikan yang diaplikasikan ke dalam
fungsi manajerial dan fungsi operasional dengan pola pembagian tugas,
pendelegasian wewenang, dan lain sebagainya.
Memahami volume kerja di atas, kompleksitas tugas dan tanggung
jawab itu seiring dengan dinamika sekolah yang menumbuhkan asumsi
antara lain: pertama semakin banyak peserta didik yang diterima di
sekolah-sekolah tertentu semakin banyak pula volume kerja yang perlu
ditata untuk melayani kepentingan peserta didik. Kedua seiring dengan
meningkatnya aspirasi orang tua terhadap mutu pendidikan anak, maka
setiap sekolah dituntut untuk mengakomodasikannya ke dalam kegiatan-
kegiatan pembelajaran siswa, dan pada gilirannya menambah volume
kerja. Ketiga krisis ekonomi yang melanda sendi-sendi kehidupan bangsa
membawa dampak meningkatkan angka drop out sehingga hams dijadikan
pokok-pokok pikiran baru bukan untuk dibicarakan saja melainkan
implementasi kebijkan yang rasional dan segera direalisasikan. Keempat
keterbatasan dana, sarana dan prasarana maupun paket penataran
tertentu membuka peluang bagi pengelolaan Gugus SD menjadi prioritas.
Konsekwensi dari asumsi tersebut jelas menuntut keterampilan dan
kemampuan Kepala Sekolah dalam memacu dan meningkatan kualitas
guru sebagai pelaku utama dalam pembelajaran siswa.
Pemyataan di atas memberikan isyarat kepada pelaku pendidikan
bahwa tugas dan tanggung jawab utama dari Kepala Sekolah yakni
menyelaraskan kepentingan masyarakat dengan keputusan-keputusan
pemerintah dalam memacu peningkatan kualitas pembinaan sekolah
melalui pendekatan persuasif dan musyawarah. Akan tetapi jika dilihat
lebih dekat pada beberapa sekolah, pemyataan pembagian tugas dan
pendelegasian
wewenang
selalu
didengar
dengan
segala
bentuk
permasalahannya. Hal ini wajar, karena muara dari kegiatan tersebut
cendrung dikaitkan dengan bentuk kesejahteraan khusus, seperti faktor
finansial. Padahal, sebenarnya fungsi manajerial, tanggung jawab dan
wewenang kepala sekolah bukan hanya dalam pembagian tugas dan
pendelegasian wewenang, melainkan juga menciptakan "team work" yang
terpadu, mengupayakan terwujudnya disiplin kerja, dan memberikan
penghargaan serta sanksi kepada tenaga kependidikan yang berprestasi
dan indisipliner.
Memang diakui, banyak kebijakan-kebijakan di sekolah-sekolah,
yang
bersifat
menekan,
kadangkala
bertentangan
dengan
kondisi
setempat, namun diakui juga bahwa terdapat sejumlah kebijakan yang
sangat efektif dan justru turut mempengaruhi proses belajar mengajar
maupun sebagai program penunjang keberhasilan KBM. Jelas, dengan
adanya kebijakan tersebut menambah volume kerja di sekolah, terutama
bagi kepala sekolah, dan tidak dapat diingkari lagi bahwa upaya
menyukseskan tugas berat tersebut menuntut keahlian tertentu.
Perlu dipaparkan sebuah kondisi yang dapat diangkat sebagai
paket dilema di lapangan, yakni mayoritas kepala sekolah, khususnya di
SD hanya memiliki latar belakang pendidikan SPG sederajat saja sudah
diberikan untuk memangku jabatan sebagai pemimpin sekolah. dengan
tidak mengecilkan arti dan kualitas mereka, oleh berbagai kalangan dinilai
hanya memiliki kemampuan memimpin masih dikategorikan rendah..
Sedangkan di sisi lain wajar kita katakan bahwa perubahan dan hadirnya
kebijakan-kebijkan baru tersebut membutuhkan tenaga pimpinan yang
profesional. Seyogianya bila tuntutan kualifikasi tenaga pendidik (gum)
untuk saat ini dengan latar belakang pendidikan D-ll, dan sehamsnya
pimpinan (kepala sekolah) memiliki latar belakang pendidikan minimal D-ll
atau Sarjana, Sedangkan untuk jabatan pengawas memiliki kualifikasi
sarjana ke atas. Dengan adanya perbedaan latar belakang pendidikan
tersebut memberikan isyarat bahwa keberhasilan itu akan dapat dicapai
melalui penempatan secara tepat, terutama didukung oleh komitmen yang
tinggi dari setiap komponen pendidikan.
Upaya mewujudkan komitmen dan meningkatkan kualitas sekolah
merupakan tanggung jawab bersama di kalangan tenaga kependidikan
tersebut, khususnya pelaku utama di lapangan seperti yang disebut-sebut;
pengawas, kepala sekolah dan guru. Untuk itu mereka hams memiliki
kompetensi
yang
perlu
terus
dikembangkan
secara
terprogram,
berkelanjutan melalui suatu sistem pembinaan yang dapat meningkatkan
kualitas kinerja. Sistem pembinaan profesional yang diharapkan justru pola
pembinaan yang mampu meningkatkan, mendorong tenaga kependidikan
tersebut untuk belajar, dan senantiasa mengembangkan diri untuk
meningkatkan
memberikan
keterampilan,
dampak
pengetahuan
positif dalam
maupun
melaksanakan
sikap
sehingga
kegiatan
belajar
mengajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Strategi pembinaan yang telah dilakukan selama ini antara lain melalui
pengarahan atasan, pendidikan dan pelatihan, penataran, studi banding
serta melalui temu kelompok dan komunikasi antar pengawas, kepala
sekolah dan guru sejenis.
Pola pembinaan komunikasi yang profesional antar ketiga unsur di
atas mengacu pada tuntutan efektivitas pelaksanaan tugas mengajar.
Karena satu sama lainnya terkait erat dalam suatu ikatan profesional. Dan
paling menonjol justru memupuk rasa kebersamaan dalam suatu langkah
yang harmonis sesuai peran dan fungsi masing-masing dalam mengisi
usaha-usaha peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Dalam
kaitan ini tentunya setiap unsur dimaksud selalu mengembangkan sikap
profesional melalui pertemuan forum dalam Gugus Sekolah yang dilandasi
suatu cita-cita untuk maju bersama.
Depdikbud (1988 : 3) memberikan takaran kemampuan profesional
tenaga kependidikan di sekolah dasar antara lain:
(1)Gum memiliki kemampuan profesional dalam tugas kegiatan belajar
mengajar,
(2) Kepala
Sekolah
Dasar memiliki kemampuan
profesional
dalam
melakukan manajemen sekolah dan supervisi kelas, dan
(3) Pengawas memiliki kemampuan profesional dalam tugas pembinaan
serta pengawasan sekolah.
Sementara itu, dengan diterbitkannya kebijakan pemerintah tentang
otonomi daerah yang dituangkan dalam PP No. 8 tahun 1995 memberi
nuansa baru pada sistem persekolahan yang menuntut kemampuan
mandiri
dan
management'.
peluang
Peluang
untuk
yang
mengembangkan
dapat
"school
dimanfaatkan
dalam
based
sektor
pendidikan, antara lain pemberdayaan Gugus Sekolah secara optimal
melalui program SPP (sistem pembinaan profesional) melalui forum PKG,
KKPS, KKKS dan KKG.
Sesungguhnya Program SPP tersebut menumbuhkan proses
dialogis antar tenaga kependidikan di sekolah dasar telah dilaksanakan
sejak beberapa tahun belakangan ini. Implementasi kebijakan tersebut
dilegitimasi dengan SK Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep/l/1993, tanggal
7 April 1993. dengan sasaran akhir pembinaan terhadap kualitas profesi
guru untuk menghadapi tugas-tugas ke depan yang selaras dengan
berbagai tuntutan masyarakat antara lain:
(1) berkaitan dengan tugas pokok meliputi; Pembinaan yang berorientasi
pada perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi, Iman dan
Taqwa,
pembahan sosial kemasyarakatan,
pembaharuan dan
pengembangan kurikulum yang diikuti ketersediaan fasilitas penunjang
lainnya, biaya pendidikan, serta peningkatan kemampuan profesional
pada setiap jenis profesi dan pekerjaan.
(2) berkaitan prestasi dan kelulusan siswa, meliputi; masih ditemukan
sejumlah siswa yang mengulang, nilai mata pelajaran tertentu yang
belum
memadai
serta
para
lulusan
SD
yang
belum
memiliki
keterampilan baca-tulis-hitung.
(3) berkaitan dengan prasarana yang masih terbatas dalam menunjang
proses belajar mengjar.
Bila dialihkan fokus ini kepada salah satu pengelolaan Gugus
Sekolah
di
keunggulan,
Kecamatan
pada
Keritang
prinsipnya
dengan
belum
segala
berjalan
kelemahan
sebagaimana
dan
yang
diharapkan. Kondisi ini terlihat dari banyaknya forum pertemuan guru di SD
Inti belum dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran.
Jika dikaitkan dengan kondisi sebelum adanya forum tersebut, proses
pengajaran yang dilakukan guru dalam KBM
selalu monoton dan
berpandu pada kegiatan kebiasaan sebelumnya. Harapan yang dicapai
dengan forum tersebut tentunya adanya saling "take and give" antara
sesama guru yang lebih memahami materi pengajaran atau aspek-aspek
lainnya dalam kontek pengajaran.
Padahal benang merah implementasi gugus sekolah dasar menurut
10
Djam'an Satori (1997),
Akdon Cs (1997) dan Khairanis (1994)
memberikan kontribusi dalam peningkatkan kualitas kemampuan guru,
terutama tumbuhnya sikap saling memperbaiki kelemahan pengajaran dan
bempaya mencari solusi terbaik dalam menumbuh kembangkan kreativitas
belajar anak.
Dengan
hadirnya
program
Gugus SD
ini telah
membentuk
paradigma baru dalam menyelesaikan berbagai persoalan bagi kalangan
tenaga kependidikan di lapangan, baik dalam menyelesaikan kendala
kegiatan
belajar
mengajar,
manajemen
maupun
supervisi
dan
pengawasan. Akan tetapi dari hasil prasurvey yang penulis lakukan
pertengahan Oktober 1998 , berdasarkan Izin Direktur Pascasarjana IKIP
Bandung No. 835/K04.7PL.-06.05/1998, tanggal 08 Oktober 1998, terlihat
kelemahan yang merupakan gejala timbulnya permasalahan dalam
pelaksanaan program Gugus SD di sana. Diduga,
kelemahan tersebut
dapat mengakibatkan "mismanagement di masa mendatang. Adapun
kelemahannya diungkapkan berikut ini:
(1) ada di antara kelompok Gugus SD yang membuat rencana kerja
berdasarkan kepentingan SD tertentu, dan belum menerapkan prinsip
dialogis (pandangan umum antar sekolah).
(2) penunjukan pengurus kelompok pengawas, kepala sekolah, dan guru
belum didasarkan pada tingkat kemampuan dan relevansi pendidikan.
Penunjukkan lebih didominasi oleh praktek manajemen yang diarahkan
n
V
dari atas, sehingga nuansa diskriminasi masih terlihat jelas.
(3) selalu terjadi "over leaving" antara tugas-tugas anggota pengurus.
(4) banyak kebijakan yang berubah dan tidak konsistan.
(5) dalam kegiatan pembelajaran, mayoritas guru SD di sana berpegang
teguh pada buku teks, sehingga alat bantu lainnya tidak dimanfaatkan
secara optimal.
(6) masih banyak di antara guru setempat yang enggan mengikuti
^
pertemuan KKG, karena setiap kali pertemuan diwamai kegiatan yang
tidak terarah, sesuai kehendak sepihak (pengurus).
(7) sistem pengawasan yang dilakukan selama ini belum berjalan optimal,
i/'
masih adanya status quo yang mencari kesalahan, bukan perbaikan.
Fenomena yang dipaparkan sebelumnya merupakan indikasi bahwa
kualitas pengelolaan Gugus SD di sana belum optimal, sehingga substansi
yang dianggap dominan selalu tidak dijadikan agenda pembahasan forum.
Hal ini diduga sebagai dampak penjabaran kebijakan oleh pengurus Gugus
SD setempat sangat kaku dan masih kentalnya budaya "status quo".
Pokok-pokok
persoalan
yang
menyebabkan
rendahnya
kualitas
pengelolaan Gugus SD tersebut dijadikan alasan betapa pentingnya
masalah ini diteliti. Di samping Pengelolaan gugus sekolah memiliki materi
yang sangat relevan dengan Program Studi Administrasi Pendidikan yang
penulis tekuni saat ini, pada sisi lain justru sangat menarik untuk dikaji
dengan menemukan keyakinan bahwa kedalaman aspek masalah itu
12
-.up menantang, dilematis dan ^ ^
^
^
^
yang perlu direformasi.
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
P-n,ng yang harus djdayagunakan ^
^
^
Kepemimpinan manajen„ da|am upayg memacu penjngka(an ^ ^
™ «, iingkup permasalahan yang ^ ^ ^ ^
W* bila dikatakan tehwa penge|Q|aan Qugus sd ^ dikeiQ|a ^
** atau setidaknya be,. sesuai de„ga„ aspirasi kebutuhan seko|ah
dapat mengakibatkan teriadinva
enaainya ke«.iah=„
kesalahan manajemen atau kesalahan
persepsi terhadap keberadaan Gugus Sekolah Dasar.
Oleh karena Ku. pengelolaan yang efektl, dan efisien sanga,
d.harapkan menginga, kontek permasalahan Gugus SD memiliki .ang
"n9kUP
yan9
-"'
•
™°
^-Pai
n
i
,
akan
diangkat
kepermukaan inti permasalahan yang sedang ^ ^ ^
penge,o,aan Gugus SD denga
san ^
:eaga/ma/)a ^ ^
P*naflolaan Gugus SekQlah ^ ^ dnakukan ^^^
Kandep Dikbud Kecamatan nentang
Keritann Kabupaten
K*h . Indragiri Hilir
Propinsi Riau?
Untuk menJawab pem.salahan tersebu, diajukan per,anyaan
penelitian dengan rincian sebagai berikut:
13
1. Bagaimana profil kelembagaan Gugus SD di Kecamatan Keritang ?
Fokos kajian di sini mencakup:
a.
Bagaimana kondisi kepengurusan Gugus SD?
b. Bagaimana pula pemberdayaan fasilitas Gugus SD?
c. Dari mana
sumber
dana
yang dapat dimanfaatkan dalam
pengelolaan Gugus SD dan bagaimana realisasinya?
2. Bagaimana efektivitas pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang?
Problematik ini dikembangkan menjadi masalah yang mencakup:
a. Perencanaan program Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1) Apa visi, misi dan bagaimana strategi untuk mengefektifkan
pengelolaan Gugus SD?
(2) Apakah
program yang
peningkatan
kemampuan
telah disusun
guru
berorientasi pada
dan
kebutuhan
pembelajaran siswa?
(3). Hal-hal apakah yang menjadi prioritas dalam meningkatkan
pembinaan dan pengembangan kualitas kinerja dari sudut
harapan program inovasi?
b. Pelaksanaan kegiatan Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1). Apakah pelaksanaan kegiatan Gugus SD yang dilakukan selama
ini
berjalan sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan
maupun tuntutan profesi dan pengajaran ?
14
program
(2). Adakah terjalin koordinasi yang antara forum dan instansi terkait
lainnya?
(3).Potensi, kekuatan, kelemahan, ancaman dan kendala apa yang di-
hadapi dalam melaksanakan kegiatan Gugus SD,
bagaimana
mewujudkan kegiatan yang efektif?
c. Pengawasan kegiatan Gugus Sekolah Dasar.
(1) Bagaimana bentuk dan strategi pengawasan yang dilakukan untuk
mengontrol pelaksanaan program Gugus SD?
(2) Apakah pengawasan dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan aturan
yang telah ditetapkan?
(3)Apakah hasil temuan pengawasan dimanfaatkan dalam menunjang
perbaikan kinerja Gugus SD?
d. Bagaimana dampak pengelolaan Gugus SD terhadap kualitas PBM?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu
pada
problematik yang
dipaparkan
pada
halaman
sebelumnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
profil pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
Hilir Propinsi Riau serta dampaknya terhadap pelaksanaan tugas guru
dalam upaya mengelola kegiatan belajar mengajar yang efektif sebagai
kunci penentu keberhasilan pendidikan di sekolah.
Tujuan khusus penelitian ini yakni
menemukan hal-hal sebagai berikut:
15
menghimpun data untuk
1. Profil kelembagaan Gugus SD di Kecamatan Keritang Kabupaten
Indragiri Hilir Propinsi Riau mencakup:
a.
Kepengurusan Gugus Sekolah Dasar.
b.
Pemberdayaan fasilitas Gugus Sekolah Dasar.
c.
Sumber dana yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan Gugus
Sekolah dasar dan realisasinya.
2. Efektivitas pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang mencakup
hal berikut:
a. Perencanaan program Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1) visi, misi dan strategi mengefektifkan pengelolaan Gugus SD.
(2) Orientasi program pada peningkatan kemampuan guru dan
kebutuhan pembelajaran siswa.
(3) Hal-hal apa yang
menjadi prioritas dalam pembinaan dan
pengembangan kualitas kinerja harapan program dan inovasi
b. Pelaksanaan kegiatan Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1) Relevansi kegiatan Gugus SD dengan harapan dan kebutuhan
pengajaran.
(2) Koordinasi antar forum dan instansi terkait.
(3).Potensi,
kekuatan,
kelemahan,
ancaman
dan
kendala
dalam
kegiatan Gugus SD.
c. Pengawasan kegiatan Gugus SD.
(1) Bentuk dan strategi pengawasan yang dilakukan untuk mengontrol
16
pelaksanaan program Gugus SD.
(2) Relevansi pengawasan terhadap fungsi dan aturan.
hasil temuan pengawasan terhadap perbaikan kinerja
(3) Manfaat
Gugus SD.
d.
Dampak
pengelolaan
Gugus SD terhadap kualitas proses belajar
mengajar di Kecamatan Keritang.
Sementara itu, keluaran yang diharapkan dari studi ini dapat mem
berikan masukan dan perbandingan dalam meningkatkan intensitas
pengelolaan Gugus SD melalui rangkaian kegiatan forum (PKG, KKPS,
KKKS dan KKG) yang efektif, terutama pada saat kondisi negara yang
dilanda
krisis
ekonomi
dan
kerusuhan
diberbagai
daerah.
Upaya
menciptakan budaya dialogis ini selalu berangkat dari kebersamaan.
Artinya setiap guru berada dalam kepentingan yang sama, sekalipun
mereka dipisahkan lokasi tugas. Perkembangan budaya dialogis yang
berorientasi pada kebutuhan pengajaran merupakan pokok kajian yang
dinamis dan perlu diteliti melalui studi lain dengan substansi yang sama.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dari penelitian ini. dapat diambil manfaat bagi
pengembangan konseptual dengan mengacu pada kerangka teori-teori
yang relavan yang pada giliranya dapat memberikan rekomendasi untuk
meningkatkan
diharapkan
kinerja
mampu
Gugus
SD
secara
koprehensif.
memberikan sumbangan dalam
17
Selanjutnya
pengembangan
konseptual bagi disiplin ilmu administrasi pendidikan yakni memberikan
alternatif rekomendasi mengenai pola pengelolaan pembinaan profesional
melalui pertemuan dialogis antara guru sejenis.
Manfaat praktisnya antara lain: (1) menambah wawasan penulis
dalam melakukan penelitian kualitatif dalam bidang sosial, (2) dari hasil
studi
ini dapat
dijadikan
pedoman
mengatasi
kelemahan
praktek
pengelolaan Gugus SD yang dilakukan selama ini, dengan harapan dapat
dijadikan agenda pedoman, dan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
produktivitas forum komunikasi serta kualitas sekolah.
E. Kerangka Berpikir
Sebelum menggambarkan kerangka berpikir sebagai pedoman
dalam memahami penenlitian ini, akan diketengahkan terlebih dahulu
visualisasi tentang mekanisme pembinaan gum dalam sistem Gugus SD,
sebagai organisasi fungsional, didalamnya terdapat pihak yang turut
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Apabila pihak-pihak terkait
memberikan yang terbaik untuk rekan guru, maka peluang peningkatan
kinerja guru akan terbuka. Pihak-pihak itu meliputi
: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota Madya, Kantor Departemen
Pendidikan dan Kebudyaan Kecamatan, dan Pengawas TK/SD. Menurut
fungsi dan wewenangnya, pihak tersebut berperan aktif dalam menentukan
keberhasilan program pengelolaan yang pada gilirannya memberikan
kontribusi terhadap kualitas kinerja guru dan prestasi siswa bila semua
18
memDeriKan solusi untuk melakukan yang terbaik sehubungan dengan
kendala pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu. Untuk melihat
struktur dan mekanisme pembinaan guru sekolah dasar akan digambarkan
Gambar -1
Mekanisme Pembinaan Guru dalam Sistem Gugus
Kantor Depdikbud
Kabupaten/Kodya
Seksi
Pendidikan Dasar
Kantor Depdikbud
Kecamatan
Pengawasan
KPPS
Gugus Sekolah
Gugus Sekolah
Gugus Sekolah
PKG,KKG,KKKS
PKG,KKG,KKS
PKG,KKG,KKKS
SD Inti
SD Inti
SD Inti
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
Keteransan
: Pembinaan Struktural
: Pembinaaan Fungsional/Pofesional
20
Program sistem pembinaan profesional guru sekolah dasar melalui
Gugus Sekolah merupakan salah satu bentuk forum yang mendapat
perhatian serius untuk dilaksanakan secara efektif. Implementasi kebijakan
ini sangat
beralasan
di
mana
tuntutan
perkembangan
kemajuan
pengetahuan dan teknologi semakin pesat yang telah masuk ke tengah-
tengah kehidupan organisasi sekolah mengharuskan seluruh tenaga
kependidikan yang terkait dalam pengelolaan sekolah dasar meningkatkan
kemampuan profesional. Dengan demikian pentingnya untuk mengkaji
kebijakan Pengelolaan Gugus SD berangkat dari berbagai dasar antara
lain: (1) pengelolaan sistem pendidikan nasional atas kebijakan nasional
berkenaan
dengan
sistem
pengembangan
profesional
tenaga
kependidikan pada setiap cabang ilmu pengetahuan, (2) pengelola satuan
pendidikan bertanggung jawab untuk memberikan kesempatan kepada
tenaga kependidikan dalam mengembangkan kemampuan profesional
masing-masing, baik melalui paket kebijakan pemerintah mapun kebijakan
internal dan mandiri, (3) percepatan arus pembaharuan pendidikan yang
dibawah oleh guru dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang efektif.
agar dapat dilaksanakan oleh guru secara keseluruhan diperlukan paket
musyawarah atau pertemuan dialogis, (4) pertumbuhan budaya inovatif
dan kreatif dapat diwujudkan melalui wadah yang terorganisir secara baik.
Dari pemyataan di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan
program Gugus SD melibatkan berbagai pihak, terutama mereka yang
21
memiliki kebutuhan terhadap sekolah. Oleh karena itu, pihak pengelola
satuan pendidikan, terutama para tenaga pengajar di SD Inti dituntut untuk
memiliki komitmen yang tinggi dalam paket penyuksesan program Gugus
SD dan secara simultan selalu meningkatkan kemampuan profesional,
terutama memberikan masukan dalam permasalahan pengajaran guru
kelas lainnya termasuk upaya mengefektifkan pendayagunaan fasilitas
sekolah.
Di sisi lain, masih terlihat aneka doktrin klasik paedagogik yang
mewarnai praktek pengelolaan Gugus SD dasar yaitu; "kita tidak dapat
mengajarkan gpa yang kita ketahui, kita tidak dapat mengajarkan apa yang
kita kehendaki, kita hanya dapat mengajarkan apa yang memang ada
dalam diri kita". Padahal menurut Achmad Sanusi (1998 : 36) secara
gamblang dinyatakan bahwa manusia (murid atau peserta forum) didorong
untuk
mempertajam,
memperluas,
memperkaya,
dan
kemudian
menstrukturkan kembali informasi yang diperoleh sesuai dengan logika
yang dibangunnya sendiri.
Perkembangan dan
peningkatan
kualitas
kinerja
Gugus
SD
membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan terampil yang akan membawa
berbagai
kebijakan forum
untuk
mewujudkan tenaga kependidikan
profesional melalui pembahan sistem intervensi pihak atasan yang terkait
ke dalam sistem desentralistik dialogis. Isu tentang masih rendahnya kadar
pengelolaan Gugus SD dalam mempersiapkan tenaga kependidikan yang
22
profesional mengharuskan untuk membina unjuk kerja pengurus. Dalam
kontek ini ada pedoman yang cukup strategis seperti dikemukakan dalam
konsep H.E. Kusmana (1998 : 30)
melalui pemaduan antara integritas
pribadi, integritas akademik, integritas pengabdian, dan berorientasi masa
depan. Di mana pengurus forum itu adalah insan-insan yang hams
tertanam dalam dirinya untuk maju dan berkembang serta memiliki
kemauan untuk memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya. Persyaratan
umum yang dimiliki berkenaan dengan
keahlian
dalam
organisasi,
pengajaran serta kepemimpinan.
Dari keseluruhan rangkaian materi Gugus SD, terdapat banyak
aspek yang diteliti dan ternyata sangat menarik dalam lingkup pengajaran,
namun pada bagian ini akan dikaji dari dimensi pengelolaan. Pengelolaan
Gugus SD yang efektif tentunya sesuai dengan Juklak dan Juknis yang
mengacu kepada Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
teori-teori serta kebutuhan pengajaran setempat. Guna memahami agenda
permasalahan penelitian yang bersumber dari pemyataan di atas, dapat
dilihat kerangka berfikir seperti tertuang berikut.
23
GAMBAR- 2
KERANGKA BERPIKIR
GUGUS SEKOLAH
(SD INTI • SD IMBAS)
SK. Dirjen Dikdasmen
No. 079/C/KEP/I/1993
PENGELOLAAN GUGUS SD
1. Kelembagaan Gugus SD
a. Kepengurusan
b. Fasilitas
c. Pembiayaan
2. Pengelolaan Operasional
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengawasan
3. Dampak terhadap PBM
ANALISIS SWOT
I
KELUARAN
(Peningkatan)
Kualitas Kemampuan Guru
~ Prestasi Belajar
24
Secara umum gambar Kerangka Berpikir yang dilukiskan di atas
dapat dijelaskan bahwa Gugus SD merupakan kelompok sekolah yang
terdiri dari sekolah inti sebagai pusat kegiatan dan pengembangan, dan
sekolah imbas anggota kelompok. Opersional kegiatan Gugus Sekolah
berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/KEP/1993,
dalam gambar tersebut berada pada lingkaran paling atas, dan selanjutnya
dapat dilihat upaya mengkaji efektif tidaknya kegiatan pengelolaan yang
dinilai dari kumpulan data kelembagaan antara lain kepengurusan, fasilitas
dan pembiayaan. Selanjutnya manajemen operasional mencakup kegiatan
yang dilaksanakan dalam forum PKG, KKPS, KKKS dan KKG antara lain
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Harapan dari pelaksanaan
Gugus Sekolah tentunya adanya peningkatan kualitas kemampuan,
prestasi belajar dan perbaikan lain dalam proses belajar mengajar.
Akhimya segala bentuk temuan unggulan dan kelemahan dijadikan
informasi untuk memperbaiki kondisi pengelolaan Gugus Sekolah di masa
mendatang.
25
*k^L&
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Pada bagian bab III menyajikan prosedur penelitian yang memuat
tentang data-data yang diperlukan antara lain : lokasi, subjek, metode
penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan penelitian, teknik
analisis dan penafsiran data, serta pengujian tingkat validitas data.
Penjelasan lebih lanjut dipaparkan berikut ini.
A. DataYang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini, berdasarkan pokok-
pokok permasalahan yang difokuskan pada bab pendahuluan. Adapun
data yang dimaksud berupa pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang
dilakukan di Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau
dengan kelompok sebagai berikut:
1. Profil kelembagaan Gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Keritang
Kabu-paten
Indragiri
Hilir
Propinsi
Riau
mencakup
data-data
kepengurusan Gugus SD, pemberdayaan fasilitas Gugus SD, dan
sumber dana yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan Gugus SD
dan realisasinya.
2. Efektivitas pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang Kabupaten
Indragiri Hilir Propinsi Riau memuat data: (a) Perencanaan program
Gugus Sekolah Dasar dengan rincian tentang visi, misi dan strategi
mengefektifkan pengelolaan Gugus Sekolah Dasar, Orientasi program
76
pada peningkatan kemampuan guru dan
siswa, hal-hal yang
kebutuhan pembelajaran
menjadi perhatian utama dan
pembinaan dan pengembangan
prioritas dalam
kualitas kinerja dari sudut harapan
program inovasi. (b) Pelaksanaan kegiatan Gugus Sekolah Dasar di
Kecamatan Keritang tentang relevansi kegiatan Gugus Sekolah Dasar
dengan harapan dan kebutuhan pengajaran, Koordinasi antara forum
dan instansi terkait, dan potensi, kekuatan, kelemahan, ancaman dan
kendala dalam
kegiatan Gugus Sekolah Dasar: (c) Pengawasan
kegiatan Gugus Sekolah Dasar memuat data bentuk dan strategi
pengawasan yang dilakukan untuk mengontrol pelaksanaan program
Gugus Sekolah Dasar, Relevansi pengawasan terhadap fungsi dan
aturan, dan Manfaat
hasil temuan pengawasan terhadap perbaikan
kinerja Gugus Sekolah Dasar.
3. Dampak pengelolaan Gugus Sekolah Dasar terhadap kualitas proses
belajar mengajar di Kecamatan Keritang.
Selanjutnya seluruh data yang dihimpun tersebut akan dilihat
dimensi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman, terutama dalam
rangka pemberian makna dari temuan penelitian dengan melakukan
analisis atau menafsir berdasarkan
komparasi teoritis sebagaimana
disajikan pada bagian sebelumnya.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Propinsi Riau, tepatnya di
Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir dengan wilayah yang terbagi
77
menjadi daerah perkotaan, tertinggal dan daerah sulit. Sementara itu
subjek penelitian adalah para pengelola Gugus Sekolah Dasar yang terdiri
dari Pengurus dan sebagian anggota Forum PKG, KKPS, KKKS dan KKG.
Secara operasional pelaksanaan kegiatan Gugus SD ini dikoordinir oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan setempat. Data
selanjutnya akan meminta keterangan dari Kakandep Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan, terutama data skunder.
Komposisi sementara yang dijdikan subjek penelitian beserta lokasi
Pengelolaan Gugus SD tersebut dicantumkan pada tabel berikut ini:
Tabel-2
Lokasi dan Subjek Penelitian
LOKASI
N
SUBJEK PENELITIAN
FORUM
JUMLAH
0
1
Gugus SD 005
Kota Baru
PKG
KKPS
KKKS
KKG
2
Gugus SD 010
Silensen
3
Gugus SD 032
Pebenaan
PKG
KKPS
KKKS
KKG
PKG
KKPS
KKKS
KKG
Pengurus
Pengawas Tk/SD
Pengurus & Kepala SD
Pengurus & Guru
2
2
3
9
Pengurus
Pengawas Tk/SD
Pengurus & Kepala SD
Pengurus & Guru
2 Orang
2 Orang
Pengurus
Pengawas Tk/SD
Pengurus & Kepala SD
Pengurus & Guru
2
2
3
9
Jumlah
IOrang
78
Orang
Orang
Orang
Orang
3 Orang
9 Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
48
C. Metode Penelitian
Berangkat dari tujuan utama penelitian yang dilakukan yakni
mengungkapkan kualitas kinerja pengelolaan Gugus SD dalam rangka
pembinaan
kemampuan
profesional guru,
pendekatan kualitatif dipilih dengan
maka ditegaskan
bahwa
pertimbangan masalah kinerja
manusia merupakan masalah sosial. Oleh karenanya penelitian tentang
objek yang alami ini menggunakan metode deskriptif-evaluatif.
Dipilihnya
menemukan
metode
deskriptif-evaluatif
alternatif jawaban
yang
dimaksudkan
dikembangkan
dari
untuk
masalah,
terutama menilai efektivitas kegiatan dari unsur-unsur dalam komposisi
pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang. Artinya di samping
mendeskripsikan juga melakukan evaluasi terhadap kinerja forum dalam
rangka membina kemampuan profesional guru.
D. Alat Pengumpulan Data
Data dan informasi yang akan dikumpulkan dengan menggunakan
seperangkat pedoman penilaian dokumen,
pedoman observasi, dan
pedoman wawancara. Pedoman penilaian dokumen digunakan untuk
melihat program kerja setiap Forum baik program kerja PKG, KKPS, KKKS
maupun KKG dalam wilayah Kecamatan Keritang. Studi dokumentasi ini
bertujuan untuk mengungkapkan pola dan strategi pembinaan kemampuan
profesional yang diterapkan selama ini.
79
Sedangkan pedoman observasi digunakan untuk melihat situasi dan
kondisi yang terjadi dalam rangkaian pembinaan kemampuan profesional
guru. Pengamatan lebih diarahkan pada proses pelaksanaan dan proses
pengawasan kegiatan forum, baik kegiatan pengurus maupun anggota
lainnya.
Pedoman wawancara digunakan untuk memandu pelaksanaan
kegiatan wawancara, terutama memandu menghimpunan data kinerja
Pengurus PKG, KKPS, KKKS dan KKG.
Daftar isian yang sudah dipersiapkan bertujuan untuk menghimpun
data yang belum ter"cover" dalam alat lainnya. Daftar isian ini diberikan
kepada subjek penelitian terutama untuk mengungkapkan hal-hal yang
berkaitan dengan perlakuan tertentu yang diterima guru dalam upaya
pembinaan kemampuan profesional.
Alat-alat tersebut telah selesai sebelum penelitian dilaksanakan dan
contoh alat pengumpulan data dimaksud antara lain pedoman penilaian
dokumen, pedoman observasi, pedoman wawancara terlampir dalam
lampiran penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
dalam Pengelola Forum Gugus SD di Kecamatan Keritang dilakukan
melalui studi dokumenter, observasi dan wawancara.
80
Melalui penilaian dokumen, peneiiti menemukan program kerja
setiap forum, baik menyangkut pembinaan kinerja guru maupun visi, misi
serta strategi yang dilakukan, demikian juga sumber-sumber lainnya
seperti pendanaan. Di samping itu peneiiti menggunakan pendekatan
humanistik dengan para pengelola forum maupun anggota lainnya. Data
dan informasi dalam kegiatan berupa dasar kebijakan yang dituangkan
dalam
program
forum
tersebut diolah
sesuai
dengan
kepentingan
penelitian.
Teknik selanjutnya melalui pengamatan (observasi),
di mana
peneiiti melakukan pendekatan situasional menyatu dengan pengurus dan
anggota forum dan pada saat yang sama mengamati aktivitas pengurus
serta anggota lainnya. Pada kesempatan lain yang tidak diketahui oleh
mereka, peneiiti juga mengamati dari kejauhan prilaku dengan sasaran
utama semua data yang berkenaan dengan masalah dapat dikumpulkan
dengan baik.
Teknik wawancara, dilaksanakan melalui strategi obrolan akrab dan
dimaksudkan tidak diketahui oleh subjek penelitian bahwa ia sedang
diteliti. Tujuan utamanya agar permasalahan yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat mereka ungkapkan dengan lugas dan tidak merasa
dipaksa atau adanya unsur rekayasa.
Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di
samping itu pada kesempatan pertama penetapan subjek penelitian hanya
bersifat sementara, oleh karenanya dilakukan proses wawancara yang
81
menggunakan konsep "snowball sampling". Artinya bila subjek pertama
belum memberikan data dan informasi secara lengkap sesuai dengan
harapan, maka akan dihimpun melalui subjek lain dengan karakteristik
yang sama.
F. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tentang "Efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar"
dalam wilayah Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni (1) tahap orientasi, (2) tahap
eksplorasi, dan (3) tahap pengecekan. Rincian kegiatan tahapan dimaksud
disajikan berikut ini:
1. Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi dilakukan penjajakan lapangan guna mempermudah menentukan permasalahan yang akan diteliti. Hal-hal yang
dilakukan dalam kepentingan ini sebagai berikut:
(1) melakukan prasurvey terhadap proses pembinaan kemampuan pro
fesional guru melalui Forum Gugus SD yang dilakukan di Kecamatan
Keritang
dijadikan
Kabupaten
embrio
Indragiri
Hilir Propinsi
permasalahan
dalam
Riau.
Fenomena ini
pembuatan
rancangan
penelitian.
(2) memilih wilayah untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan
mencari tingkat permasalahan yang paling serius;
82
(3) menyusun rancangan penelitian sebagai salah satu persyaratan dan
merupakan langkah awal persiapan menghadapi seminar desain;
(4) menentukan tenaga bantuan untuk mempermudah pelaksanaan pene
litian lapangan, seperti pihak lain yang dianggap layak;
(5) menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti pedoman penilaian
dokumen observasi, pedoman wawancara serta alat bantu lain seperti
alat perekam dan kamera.
(6) mengums izin penelitian dari IKIP Bandung, Dinas P dan K Propinsi
Dati I Riau, Dinas P dan K Dati II Indragiri Hilir, Kacabdis P dan K
Kecamatan Keritang, Kandep Dikbud Kecamatan Keritang dan Kepala
Sp setempat untuk legitimasi dan memudahkan pengambilan data dan
tidak terjadi salah penafsiran dari pihak-pihak tertentu.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini dikumpulkan semua data sehubungan dengan
Efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sesuai dengan ketentuan
penelitian kualitatif serta saran pembimbing. Kegiatan yang dilakukan
meliputi:
(1) mengumpulkan data tentang program kerja, program budget Forum
Gugus Sekolah Dasar.
(2) mengobservasi efektivitas pelaksanaan pengelolaan Gugus SD yang
berorientasi
pada
pembinaan
kemampuan
mencapai tingkat profesional;
83
guru
dalam
rangka
(3) melakukan wawancara dengan subjek penelitian dalam situasi obrolan
santai baik di dalam kelas, di ruang majelis guru, atau di pekarangan
dan berakhir jika seluruh data dan informasi telah terkumpul.
3. Tahap Pengecekan
Pengecekan data yang telah dikumpulkan diperlukan untuk memantapkan kepercayaan sebagai agenda kebenaran fakta tanpa keraguan.
Pengecekan data-data ini dilakukan dengan kegiatan antara lain:
(1) mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data yang
bersumber dari dokumen maupun data yang diperoleh
melalui
pengamatan dan wawancara;
(2) meminta data dan informasi ulang kepada subjek penelitian apabila
ternyata data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap dan belum
akurat. Proses pengumpulan dilakukan dengan wawancara langsung
atau melalui telepon kepada sumber data serta kepada perantara lain;
(3) meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait (stake holders) tentang
pengelolaan Gugus SD melalui paket PKG, KKPS, KKKS dan KKG
dalam rangka membina kemampuan profesional guru.
G. Teknik Analisis Data
Telah disinggung
bahwa peneltian ini menggunakan
metode
deskriptif evaluatif, maka dalam upaya menganalisis dan menafsirkan data
dilakukan dengan membandingkan teori-teori yang relevan serta Pedoman
Pen
Dl KABUPATEN INDRAGIRI HIUJVPROPTNSI RIAU
( Studi Kasus Pada 3 (Tiga ) Gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Keritang )
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Dalam Bidang Administrasi Pendidikan
CO
*x
±:t
o
o
n^^"
0)©|)
N A
S
R
wu ft
'^'Ste.'r*
I
NOMOR POKOK : 979699
•'•i.
>:
^
i •
V
PROGRAM PASCASARJANA ( S2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ( UPI)
BANDUNG
2000
LEMBARAN PENGESAHAN
DISETUJUl OLEH PEMBIMBING TESIS
PROF. DR. HE. KUSMANA, MPd
PEMBIMBING 1
PROF. DR. H. DJAM'AN SATORI, M.A
PEMBIMBING II
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ( UPI)
BANDUNG
2000
MENGETAHUI
KOORDINATOR
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA ( S2 )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ( UPI)
BANDUNG
PROF. DR .H. TB. ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN, MA.
PENGELOLAAN GUGUS SEKOLAH DASAR
Dl KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROPINSI RIAU
(Studi Kasus Pada (3) Gugus SD di Kecamatan Keritang )
ABSTRAK
Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan formal yang pertama pada
jenjang pendidikan Dasar sangatiah penting bagi usaha awal pembinaan dan
pengembangan SDM. Selaras dengan ketentuan yang dituangkan dalam UndangUndang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
menyatakan bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat.
Jelas di sini bahwa Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang
menanamkan Basic Fundamental bagi peserta didik, terutama dalam koridor
pengembangan budaya belajar, budaya bekerja dan budaya membangun. Untuk
mewujudkan visi tersebut diawali dengan peningkatan kualitas kemampuan guru
yang dilaksanakan melalui Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar.
Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar merupakan satu bentuk sistem
on-service training dengan pola utama dialogis yang dipandu oleh mitra kerja dari
satuan pendidikan yang lebih tinggi atau guru SD senior, termasuk para guru yang
memiliki latar belakang pendidikan melebihi standar guru SD.
Dalam praktek operasional pada 3 (tiga) Gugus Sekolah yang diamati
melalui kegiatan prasurvey ditemui berbagai fenomena yang diduga menghambat
pelaksanaan Pembinaan Sistem Gugus SD secara efektif dan efisien. Fenomena
tersebut antara lain: (1) perencanaan Gugus SD belum berdasarkan kepentingan
SD secara keseluruhan dalam Gugus, (2) belum menerapkan prinsip dialogis, (3)
penunjukan Pengurus Kelompok Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru belum
didasarkan pada tingkat kemampuan dan relevansi pendidikan. (4) Selalu terjadi
"over leaving" antara tugas-tugas anggota pengurus, (5) banyak kebijakan yang
berubah dan tidak konstan, (6) Banyak di antara guru setempat yang enggan
mengikuti pertemuan KKG, (7) sistem pengawasan yang dilakukan selama ini
belum berjalan optimal, masih adanya status quo yang mencari kesalahan, bukan
perbaikan. Berangkat dari gejala tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat
kepermukaan, terutama mencari akar permasalahan serta memberikan solusi
praktis berdasarkan kerangka teoritis yang relevan.
Permasalahan yang dirumuskan tersebut yakni: Bagaimana efektivitas
Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang dilakukan di lingkungan Kandep
Dikbud Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau?
Berdasarkan temuan penelitian lapangan dan dianalisis dengan
pendekatan deskriptif kualitatif yang membanding berbagai teori manajemen
antara lain: (1) Konsep Manajemen, (2) Ruang Lingkup Manajemen, (3) Kriteria
Manajemen yang Efektif, (4) Urgensi TQM dalam Gugus SD, serta (5) Petunjuk
Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gugus Sekolah Dasar dari Ditjen
Dikmenum, Kakanwil Depdikbud Propinsi Riau, serta dari Kandep Dikbud
setempat, diperoleh kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian ini meliputi:
Secara umum Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Keritang
Kabupaten Indragiri Hilir dikategorikan belum efektif, baik dalam implementasi
penyelenggaraan KKPS, KKKS, KKG, maupun PKG. Namun dari 3 (tiga) Gugus
Sekolah yang diteliti (Gugus SD 005 Kota Baru, Gugus SD 010 Selensen dan
Gugus SD 032 Pebenaan) yang diklasifikasikan dalam Gugus Kota, IDT dan
Terpencil/Sulit, terdapat Forum kegiatan yang dinilai cukup baik. Seperti halnya
pelaksanaan program pada forum KKPS bagi Gugus SD 005 Kota Baru yang
dinilai menggembirakan untuk dijadikan pilot bagi Gugus SD sekitamya.
Melihat volume kelemahan yang mewamai praktek Pengelolaan Gugus SD
dapat menghambat pelaksanaan Gugus SD setempat dengan muatan harapan
peningkatan kualitas kemampuan profesional guru, maka perlu agenda
rekomendasi antara lain: (1) Frekwensi kunjungan Pengawas ditingkatkan,
minimal sesuai dengan kalender yang ditentukan. (2) Manajemen setiap forum
hendaknya mengacu kepada konsep TQM (total kualiti manajemen) yang
memperhatikan aspek kebersamaan dengan upaya melakukan perbaikan terus
menerus disetiap aspek dan lini kerja. Dituntut komitmen pengurus sebagai tim
leader memprioritaskan inovasi sebab di depan tugas dan permasalahan
kependidikan sangat berat, apalagi menghadapi implementasi Riau sebagai
Negara Federal atau otonomi yang seluas-luasnya.(3) Kekuasaan yang lebih luas
perlu diberikan kepada guru dalam membenahi manajemen KKG, terutama
bersama Kepala SD menetapkan SD Inti sesuai dengan keinginan bersama dan
bukan penetapan dari atasan yang mengandung adanya tendensi kolusi dan
nefotisme. (4) Diciptakan hubungan yang baik dengan lembaga dan perusahaan
setempat, guna membantu penyelenggaraan kegiatan gugus dan memberikan
pengertian bahwa tugas-tugas kependidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, masyarakat dan orang tua, serta (5) Upaya menegakkan
disiplin yang monoton perlu dikurangi dengan memperhatian aspek psikologis
manusiawi lainnya, sehingga keenggan guru mengikuti forum dapat diatasi melalui
kesadaran akan tugas bersama.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
I
MOTTO
...
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
xvM
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
jv
v
viii
xjj
xjv
-j
Latar Belakang Masalah
Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Berpikir
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1
13
15
17
18
26
A. Gugus Sekolah Sebagai Suatu Organisasi
26
B. Konsep Pengolahan Gugus Sekolah Dasar
32
1. Kepemimpinan Manajerial Dalam Pengolaan
GugusSekolah Dasar
a. Perencanaan Gugus Sekolah Dasar
b. Pelaksanaan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
c. Pengawasan Gugus Sekolah Dasar
31
37
45
48
2. Manajemen Partisifatif Dalam Praktek Pengolahan
GugusSekolah Dasar
54
3. Konsep TQM Dalam Pengolahan Gugus Sekolah
C. Efektifitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar
57
62
1. Pengertian Efektifitas
2. Pengukuran Pengolaan Gugus Sekolah Dasar
Yang Efektif
62
D. Indikator Kinerja Guru Yang Berkualitas
E. Hasil Belajar Siswa
F. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan
XIV
64
68
71
73
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
76
A. Data Yang Diperlukan
76
D. Alat Pengumpulan Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Ekplorasi
7g
80
82
82
83
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
C. Metode Penelitian
3. Tahap Pengecekan
G. Teknik Analisis Data
H. Pengujian Tingkat Validitas Data
1. Kredibilitas
2. Transfebilitas
3. Dependenbilitas
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Lapangan
77
'
84
84
86
86
86
87
88
88
1. Keadaan Geografis Gugus Sekolah Dasar
di Wilayah Kecamatan Keritang
2. Kelembagaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
a. Kepengurusan Gugus Sekolah Dasar
b. Pemberdayaan Guru dan'Fasilitas
Gugus Sekolah Dasar
c. Pendanaan Gugus Sekolah Dasar
3. Manajemen Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
a. Perencanaan Program Gugus Sekolah Dasar
89
96
96
102
107
b. Pelaksanaan Program Gugus Sekojah Dasar
111
111
114
c. Pengawasan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
119
d. Dampak Gugus Sekolah Dasar Terhadap
KualitasPBM
B. Pembahasan Temuan Penelitian Berdasarkan
122
Subtansi Masalah
126
1. Profil Kelembagaan Gugus Sekolah Dasar didi Kecamatan Keritang
a. Kepengurusan Gugus Sekolah Dasar
127
127
b. Pemberdayaan Fasilitas Gugus Sekolah Dasar
130
c. Sumber Dana Gugus Sekolah Dasar
dan Realisasi
131
2. Efektivitas Pengelolahaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
a. Perencanaan Program Gugus Sekolah Dasar
xv
133
134
(1). Visi, Misi dan Straregi Pengelolaan
Gugus Sekolah Dasar
134
(2) Orientasi Program Peningkatan Kemampuan
Guru dan Kebutuhan Pembelajaran
(3) Program Utama dan Prioritas Pembinaan
Pengembangan Kualitas Kinerja dan
Program Inovasi
b. Pelaksanaan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
136
137
139
(1) Relevansi Kegiatan Gugus Sekolah Dasar
Dengan Harapan dan Kebutuhan
Pengajaran
140
(2) Efektivitas Koordinasi Forum dengan Instansi
Terkait
141
(3). Potensi.Kekuatan, Kelemahan, Ancaman,
dan Kendala Dalam Gugus Sekolah Dasar
c. Pengawasan Kegiatan Gugus Sekolah Dasar di
Kecamatan Keritang
143
148
(1) Bentuk dan Strategi Pengawasan Gugus
Sekolah Dasar
148
(2) Relevansi Pengawasan Terhadap Fungsi
danAturan
150
(3) Manfaat Hasil Temuan pengawasan
Bagi Peningkatan Kualitas Kinerja
GugusSekolah Dasar
151
d. Dampak Pengelolaan Gugus SD Terhadap Kualitas
PBMdi Kecamatan Keritang
C. Kriiteria Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar
Yang Efektif
BAB V PENUTUP
153
154
159
A. Kesimpulan
15g
1.Kelembagaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
2.Efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar
di Kecamatan Keritang
3. Dampak Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Terhadap
Kualitas PBM di Kecamatan Keritang
B. Rekomendasi
159
160
161
161
DAFTAR PUSTAKA
164
RIWAYAT HIDUP
170
XVI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
17*
Lampiran 1Kisi-kisi Efektivitas Pengelolaan Guqus SD
Lampiran 2Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Pedoman Observasi
9
173
175
pI^Tu
1Pnd0man Peni,aian Dokumen
Photo-Photo Penelitian
177
Lampiran 5surat Keterangan Penelitian
183
XVII
^
Ill
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Struktur dan Mekanisme Organisasi Gugus Sekolah
20
2. Kerangka Berpikir
24
3. Sikfus Perertdanaan
42
4. Proses Perencanaan Sistem
44
5. Langkah-Langkah Qasar Proses Pengawasan
49
6. Optimalisasi Peningkatan Hasil
56
7.Manajemen Pelatihan
66
8, Peta Pendidikan Wilayah Kecamatan Keritang
95
XVIII
t^^Ufr
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tatanan kehidupan bangsa yang goyah akibat landasan sistem
perekonomian yang tidak kuat, sebenarnya bersumber dari kualitas,
kemampuan dan semangat kerja yang masih rendah. Bila kita jujur
berbicara, bangsa ini masih belum mampu mandiri dan terlalu banyak
intervensi dari pihak asing. Agenda reformasi terus dilakukan untuk
memperbaiki sendi-sendi kekuatan dengan menetapkan prioritas tertentu.
Akan tetapi proses reformasi belum berlangsung secara komprehensif dan
hanya pada tahap mencari siapa bersalah. Dari sisi nil, kekuatan reformasi
itu justru berasal dari sumber daya manusia berkualitas yang mempunyai
visi, transparansi dan dapat direalisasikan. Tegasnya, sumber daya
manusia merupakan asset nasional yang dijadikan sebagai penentu utama
dalam mencapai tujuan pembangunan bangsa.
Sebagai
penentu keberhasilan pembangunan, pada tempatnya
kualifikasi SDM ditingkatkan melalui program pendidikan dan pelatihan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepada
tingkat
kepentingan
yang
selalu
mengacu
pada
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dari pemyataan ini mengisyaratkan bahwa
dua
pekerjaan
yang
hams
dilaksanakan
secara
simultan
memperbaiki sistem pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM.
yakni
Secara gamblang telah dijelaskan dalam GBHN (1998-1999) bahwa
" Pendidikan nasional perlu ditata, dikembangkan dan dimantapkan secara
terpadu dan serasi, baik antar berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan
maupun antar sektor dengan sektor pembangunan lainnya". Implikasi
"statement" tersebut mewujudkan suatu proses penataan pendidikan yang
berorientasi kualitas dan tuntutan dunia kerja yang diharapkan oleh "stoke
holder" maupun "costomer". Sesungguhnya proses penataan pendidikan
yang optimal akan diimplementasikan melalui empat strategi dasar yang
mencakup: (1) pemerataan, (2) relevansi, (3) kualitas, dan (4) efisiensi.
Suatu kebijakan yang telah berhasil diselesaikan pemerintah
melaluii jajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka
meningkatkan kualitas lulusan adalah menata sekolah, dimulai dari
penetapan visi, misi melalui perbaikan dan peningkatan sarana prasarana,
kurikulum,
hingga penyesuaian tingkatan dan
nama sekolah yang
diberikan bagi suatu satuan pendidikan. Dunia pendidikan Indonesia
mengenal tiga jenjang pendidikan yakni pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
Sementara itu, di sisi lain penataan sekolah terus berlangsung,
dalam pandangan Bienayme (Conny R. Semiawan 1989 : 5) yang
mengatakan bahwa pendidikan dewasa ini mengalami empat masalah
kemunduran antara lain: (1) secara kualitatif tidak sesuai dengan tugas
anak muda untuk mempersiapkan kehidupannya pada usia dewasa, (2)
kekurangan dana dalam memenuhi tekanan dan tuntutan masyarakat, (3)
kekurangan
kapasitas penyebaran,
pemilikan spesialisasi guru dan
perlengkapan untuk memperbaiki tingkah laku,
dan (4) mengalami
kesulitan dalam mengatasi nilai-nilai tradisional yang turun temurun.
Bila dikaitan dengan program pendidikan dasar yang merupakan
"public goods" (Ace Suryadi, 1994) persoalan di atas merupakan agenda
substantif yang menunjukkan suatu kemunduran pendidikan yang menjadi
dilema untuk dijawab sesuai dengan tujuan setiap jenjang pada satuan
pendidikan dasar. Secara umum misi pendidikan dasar merupakan
penjabaran misi yang dituangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional
dengan UU No. 2/1989, paling tidak dapat diidentifikasikan menjadi tiga
fungsi
mendasar,
yaitu
(1)
mencerdaskan
kehidupan
bangsa;
(2)
mempersiapkan lulusan yang memiliki kemampuan membaca, menulis dan
menghitung, dan (3) mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan lanjutan.
Melihat tugas dan tanggung jawab satuan pendidikan dalam pendidikan
dasar ini cukup berat dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas,
wajar jika dikelola dengan baik melalui kegiatan manajemen yang
profesional.
Lebih lanjut dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No
2 /1989, pasal 27 dijelaskan bahwa tugas, ruang lingkup, wewenang dan
sebutan tenaga kependidikan antara lain:
(1)tenaga kependidikan bertugas meyelenggarakan kegiatan mengajar,
mana peran dan fungsi yang membuat ia hams bertanggung jawab penuh
atas terselenggaranya kegiatan pendidikan yang diaplikasikan ke dalam
fungsi manajerial dan fungsi operasional dengan pola pembagian tugas,
pendelegasian wewenang, dan lain sebagainya.
Memahami volume kerja di atas, kompleksitas tugas dan tanggung
jawab itu seiring dengan dinamika sekolah yang menumbuhkan asumsi
antara lain: pertama semakin banyak peserta didik yang diterima di
sekolah-sekolah tertentu semakin banyak pula volume kerja yang perlu
ditata untuk melayani kepentingan peserta didik. Kedua seiring dengan
meningkatnya aspirasi orang tua terhadap mutu pendidikan anak, maka
setiap sekolah dituntut untuk mengakomodasikannya ke dalam kegiatan-
kegiatan pembelajaran siswa, dan pada gilirannya menambah volume
kerja. Ketiga krisis ekonomi yang melanda sendi-sendi kehidupan bangsa
membawa dampak meningkatkan angka drop out sehingga hams dijadikan
pokok-pokok pikiran baru bukan untuk dibicarakan saja melainkan
implementasi kebijkan yang rasional dan segera direalisasikan. Keempat
keterbatasan dana, sarana dan prasarana maupun paket penataran
tertentu membuka peluang bagi pengelolaan Gugus SD menjadi prioritas.
Konsekwensi dari asumsi tersebut jelas menuntut keterampilan dan
kemampuan Kepala Sekolah dalam memacu dan meningkatan kualitas
guru sebagai pelaku utama dalam pembelajaran siswa.
Pemyataan di atas memberikan isyarat kepada pelaku pendidikan
bahwa tugas dan tanggung jawab utama dari Kepala Sekolah yakni
menyelaraskan kepentingan masyarakat dengan keputusan-keputusan
pemerintah dalam memacu peningkatan kualitas pembinaan sekolah
melalui pendekatan persuasif dan musyawarah. Akan tetapi jika dilihat
lebih dekat pada beberapa sekolah, pemyataan pembagian tugas dan
pendelegasian
wewenang
selalu
didengar
dengan
segala
bentuk
permasalahannya. Hal ini wajar, karena muara dari kegiatan tersebut
cendrung dikaitkan dengan bentuk kesejahteraan khusus, seperti faktor
finansial. Padahal, sebenarnya fungsi manajerial, tanggung jawab dan
wewenang kepala sekolah bukan hanya dalam pembagian tugas dan
pendelegasian wewenang, melainkan juga menciptakan "team work" yang
terpadu, mengupayakan terwujudnya disiplin kerja, dan memberikan
penghargaan serta sanksi kepada tenaga kependidikan yang berprestasi
dan indisipliner.
Memang diakui, banyak kebijakan-kebijakan di sekolah-sekolah,
yang
bersifat
menekan,
kadangkala
bertentangan
dengan
kondisi
setempat, namun diakui juga bahwa terdapat sejumlah kebijakan yang
sangat efektif dan justru turut mempengaruhi proses belajar mengajar
maupun sebagai program penunjang keberhasilan KBM. Jelas, dengan
adanya kebijakan tersebut menambah volume kerja di sekolah, terutama
bagi kepala sekolah, dan tidak dapat diingkari lagi bahwa upaya
menyukseskan tugas berat tersebut menuntut keahlian tertentu.
Perlu dipaparkan sebuah kondisi yang dapat diangkat sebagai
paket dilema di lapangan, yakni mayoritas kepala sekolah, khususnya di
SD hanya memiliki latar belakang pendidikan SPG sederajat saja sudah
diberikan untuk memangku jabatan sebagai pemimpin sekolah. dengan
tidak mengecilkan arti dan kualitas mereka, oleh berbagai kalangan dinilai
hanya memiliki kemampuan memimpin masih dikategorikan rendah..
Sedangkan di sisi lain wajar kita katakan bahwa perubahan dan hadirnya
kebijakan-kebijkan baru tersebut membutuhkan tenaga pimpinan yang
profesional. Seyogianya bila tuntutan kualifikasi tenaga pendidik (gum)
untuk saat ini dengan latar belakang pendidikan D-ll, dan sehamsnya
pimpinan (kepala sekolah) memiliki latar belakang pendidikan minimal D-ll
atau Sarjana, Sedangkan untuk jabatan pengawas memiliki kualifikasi
sarjana ke atas. Dengan adanya perbedaan latar belakang pendidikan
tersebut memberikan isyarat bahwa keberhasilan itu akan dapat dicapai
melalui penempatan secara tepat, terutama didukung oleh komitmen yang
tinggi dari setiap komponen pendidikan.
Upaya mewujudkan komitmen dan meningkatkan kualitas sekolah
merupakan tanggung jawab bersama di kalangan tenaga kependidikan
tersebut, khususnya pelaku utama di lapangan seperti yang disebut-sebut;
pengawas, kepala sekolah dan guru. Untuk itu mereka hams memiliki
kompetensi
yang
perlu
terus
dikembangkan
secara
terprogram,
berkelanjutan melalui suatu sistem pembinaan yang dapat meningkatkan
kualitas kinerja. Sistem pembinaan profesional yang diharapkan justru pola
pembinaan yang mampu meningkatkan, mendorong tenaga kependidikan
tersebut untuk belajar, dan senantiasa mengembangkan diri untuk
meningkatkan
memberikan
keterampilan,
dampak
pengetahuan
positif dalam
maupun
melaksanakan
sikap
sehingga
kegiatan
belajar
mengajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Strategi pembinaan yang telah dilakukan selama ini antara lain melalui
pengarahan atasan, pendidikan dan pelatihan, penataran, studi banding
serta melalui temu kelompok dan komunikasi antar pengawas, kepala
sekolah dan guru sejenis.
Pola pembinaan komunikasi yang profesional antar ketiga unsur di
atas mengacu pada tuntutan efektivitas pelaksanaan tugas mengajar.
Karena satu sama lainnya terkait erat dalam suatu ikatan profesional. Dan
paling menonjol justru memupuk rasa kebersamaan dalam suatu langkah
yang harmonis sesuai peran dan fungsi masing-masing dalam mengisi
usaha-usaha peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Dalam
kaitan ini tentunya setiap unsur dimaksud selalu mengembangkan sikap
profesional melalui pertemuan forum dalam Gugus Sekolah yang dilandasi
suatu cita-cita untuk maju bersama.
Depdikbud (1988 : 3) memberikan takaran kemampuan profesional
tenaga kependidikan di sekolah dasar antara lain:
(1)Gum memiliki kemampuan profesional dalam tugas kegiatan belajar
mengajar,
(2) Kepala
Sekolah
Dasar memiliki kemampuan
profesional
dalam
melakukan manajemen sekolah dan supervisi kelas, dan
(3) Pengawas memiliki kemampuan profesional dalam tugas pembinaan
serta pengawasan sekolah.
Sementara itu, dengan diterbitkannya kebijakan pemerintah tentang
otonomi daerah yang dituangkan dalam PP No. 8 tahun 1995 memberi
nuansa baru pada sistem persekolahan yang menuntut kemampuan
mandiri
dan
management'.
peluang
Peluang
untuk
yang
mengembangkan
dapat
"school
dimanfaatkan
dalam
based
sektor
pendidikan, antara lain pemberdayaan Gugus Sekolah secara optimal
melalui program SPP (sistem pembinaan profesional) melalui forum PKG,
KKPS, KKKS dan KKG.
Sesungguhnya Program SPP tersebut menumbuhkan proses
dialogis antar tenaga kependidikan di sekolah dasar telah dilaksanakan
sejak beberapa tahun belakangan ini. Implementasi kebijakan tersebut
dilegitimasi dengan SK Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep/l/1993, tanggal
7 April 1993. dengan sasaran akhir pembinaan terhadap kualitas profesi
guru untuk menghadapi tugas-tugas ke depan yang selaras dengan
berbagai tuntutan masyarakat antara lain:
(1) berkaitan dengan tugas pokok meliputi; Pembinaan yang berorientasi
pada perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi, Iman dan
Taqwa,
pembahan sosial kemasyarakatan,
pembaharuan dan
pengembangan kurikulum yang diikuti ketersediaan fasilitas penunjang
lainnya, biaya pendidikan, serta peningkatan kemampuan profesional
pada setiap jenis profesi dan pekerjaan.
(2) berkaitan prestasi dan kelulusan siswa, meliputi; masih ditemukan
sejumlah siswa yang mengulang, nilai mata pelajaran tertentu yang
belum
memadai
serta
para
lulusan
SD
yang
belum
memiliki
keterampilan baca-tulis-hitung.
(3) berkaitan dengan prasarana yang masih terbatas dalam menunjang
proses belajar mengjar.
Bila dialihkan fokus ini kepada salah satu pengelolaan Gugus
Sekolah
di
keunggulan,
Kecamatan
pada
Keritang
prinsipnya
dengan
belum
segala
berjalan
kelemahan
sebagaimana
dan
yang
diharapkan. Kondisi ini terlihat dari banyaknya forum pertemuan guru di SD
Inti belum dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran.
Jika dikaitkan dengan kondisi sebelum adanya forum tersebut, proses
pengajaran yang dilakukan guru dalam KBM
selalu monoton dan
berpandu pada kegiatan kebiasaan sebelumnya. Harapan yang dicapai
dengan forum tersebut tentunya adanya saling "take and give" antara
sesama guru yang lebih memahami materi pengajaran atau aspek-aspek
lainnya dalam kontek pengajaran.
Padahal benang merah implementasi gugus sekolah dasar menurut
10
Djam'an Satori (1997),
Akdon Cs (1997) dan Khairanis (1994)
memberikan kontribusi dalam peningkatkan kualitas kemampuan guru,
terutama tumbuhnya sikap saling memperbaiki kelemahan pengajaran dan
bempaya mencari solusi terbaik dalam menumbuh kembangkan kreativitas
belajar anak.
Dengan
hadirnya
program
Gugus SD
ini telah
membentuk
paradigma baru dalam menyelesaikan berbagai persoalan bagi kalangan
tenaga kependidikan di lapangan, baik dalam menyelesaikan kendala
kegiatan
belajar
mengajar,
manajemen
maupun
supervisi
dan
pengawasan. Akan tetapi dari hasil prasurvey yang penulis lakukan
pertengahan Oktober 1998 , berdasarkan Izin Direktur Pascasarjana IKIP
Bandung No. 835/K04.7PL.-06.05/1998, tanggal 08 Oktober 1998, terlihat
kelemahan yang merupakan gejala timbulnya permasalahan dalam
pelaksanaan program Gugus SD di sana. Diduga,
kelemahan tersebut
dapat mengakibatkan "mismanagement di masa mendatang. Adapun
kelemahannya diungkapkan berikut ini:
(1) ada di antara kelompok Gugus SD yang membuat rencana kerja
berdasarkan kepentingan SD tertentu, dan belum menerapkan prinsip
dialogis (pandangan umum antar sekolah).
(2) penunjukan pengurus kelompok pengawas, kepala sekolah, dan guru
belum didasarkan pada tingkat kemampuan dan relevansi pendidikan.
Penunjukkan lebih didominasi oleh praktek manajemen yang diarahkan
n
V
dari atas, sehingga nuansa diskriminasi masih terlihat jelas.
(3) selalu terjadi "over leaving" antara tugas-tugas anggota pengurus.
(4) banyak kebijakan yang berubah dan tidak konsistan.
(5) dalam kegiatan pembelajaran, mayoritas guru SD di sana berpegang
teguh pada buku teks, sehingga alat bantu lainnya tidak dimanfaatkan
secara optimal.
(6) masih banyak di antara guru setempat yang enggan mengikuti
^
pertemuan KKG, karena setiap kali pertemuan diwamai kegiatan yang
tidak terarah, sesuai kehendak sepihak (pengurus).
(7) sistem pengawasan yang dilakukan selama ini belum berjalan optimal,
i/'
masih adanya status quo yang mencari kesalahan, bukan perbaikan.
Fenomena yang dipaparkan sebelumnya merupakan indikasi bahwa
kualitas pengelolaan Gugus SD di sana belum optimal, sehingga substansi
yang dianggap dominan selalu tidak dijadikan agenda pembahasan forum.
Hal ini diduga sebagai dampak penjabaran kebijakan oleh pengurus Gugus
SD setempat sangat kaku dan masih kentalnya budaya "status quo".
Pokok-pokok
persoalan
yang
menyebabkan
rendahnya
kualitas
pengelolaan Gugus SD tersebut dijadikan alasan betapa pentingnya
masalah ini diteliti. Di samping Pengelolaan gugus sekolah memiliki materi
yang sangat relevan dengan Program Studi Administrasi Pendidikan yang
penulis tekuni saat ini, pada sisi lain justru sangat menarik untuk dikaji
dengan menemukan keyakinan bahwa kedalaman aspek masalah itu
12
-.up menantang, dilematis dan ^ ^
^
^
^
yang perlu direformasi.
B. Permasalahan dan Pertanyaan Penelitian
P-n,ng yang harus djdayagunakan ^
^
^
Kepemimpinan manajen„ da|am upayg memacu penjngka(an ^ ^
™ «, iingkup permasalahan yang ^ ^ ^ ^
W* bila dikatakan tehwa penge|Q|aan Qugus sd ^ dikeiQ|a ^
** atau setidaknya be,. sesuai de„ga„ aspirasi kebutuhan seko|ah
dapat mengakibatkan teriadinva
enaainya ke«.iah=„
kesalahan manajemen atau kesalahan
persepsi terhadap keberadaan Gugus Sekolah Dasar.
Oleh karena Ku. pengelolaan yang efektl, dan efisien sanga,
d.harapkan menginga, kontek permasalahan Gugus SD memiliki .ang
"n9kUP
yan9
-"'
•
™°
^-Pai
n
i
,
akan
diangkat
kepermukaan inti permasalahan yang sedang ^ ^ ^
penge,o,aan Gugus SD denga
san ^
:eaga/ma/)a ^ ^
P*naflolaan Gugus SekQlah ^ ^ dnakukan ^^^
Kandep Dikbud Kecamatan nentang
Keritann Kabupaten
K*h . Indragiri Hilir
Propinsi Riau?
Untuk menJawab pem.salahan tersebu, diajukan per,anyaan
penelitian dengan rincian sebagai berikut:
13
1. Bagaimana profil kelembagaan Gugus SD di Kecamatan Keritang ?
Fokos kajian di sini mencakup:
a.
Bagaimana kondisi kepengurusan Gugus SD?
b. Bagaimana pula pemberdayaan fasilitas Gugus SD?
c. Dari mana
sumber
dana
yang dapat dimanfaatkan dalam
pengelolaan Gugus SD dan bagaimana realisasinya?
2. Bagaimana efektivitas pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang?
Problematik ini dikembangkan menjadi masalah yang mencakup:
a. Perencanaan program Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1) Apa visi, misi dan bagaimana strategi untuk mengefektifkan
pengelolaan Gugus SD?
(2) Apakah
program yang
peningkatan
kemampuan
telah disusun
guru
berorientasi pada
dan
kebutuhan
pembelajaran siswa?
(3). Hal-hal apakah yang menjadi prioritas dalam meningkatkan
pembinaan dan pengembangan kualitas kinerja dari sudut
harapan program inovasi?
b. Pelaksanaan kegiatan Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1). Apakah pelaksanaan kegiatan Gugus SD yang dilakukan selama
ini
berjalan sesuai dengan kebutuhan
dan tuntutan
maupun tuntutan profesi dan pengajaran ?
14
program
(2). Adakah terjalin koordinasi yang antara forum dan instansi terkait
lainnya?
(3).Potensi, kekuatan, kelemahan, ancaman dan kendala apa yang di-
hadapi dalam melaksanakan kegiatan Gugus SD,
bagaimana
mewujudkan kegiatan yang efektif?
c. Pengawasan kegiatan Gugus Sekolah Dasar.
(1) Bagaimana bentuk dan strategi pengawasan yang dilakukan untuk
mengontrol pelaksanaan program Gugus SD?
(2) Apakah pengawasan dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan aturan
yang telah ditetapkan?
(3)Apakah hasil temuan pengawasan dimanfaatkan dalam menunjang
perbaikan kinerja Gugus SD?
d. Bagaimana dampak pengelolaan Gugus SD terhadap kualitas PBM?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu
pada
problematik yang
dipaparkan
pada
halaman
sebelumnya, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
profil pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri
Hilir Propinsi Riau serta dampaknya terhadap pelaksanaan tugas guru
dalam upaya mengelola kegiatan belajar mengajar yang efektif sebagai
kunci penentu keberhasilan pendidikan di sekolah.
Tujuan khusus penelitian ini yakni
menemukan hal-hal sebagai berikut:
15
menghimpun data untuk
1. Profil kelembagaan Gugus SD di Kecamatan Keritang Kabupaten
Indragiri Hilir Propinsi Riau mencakup:
a.
Kepengurusan Gugus Sekolah Dasar.
b.
Pemberdayaan fasilitas Gugus Sekolah Dasar.
c.
Sumber dana yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan Gugus
Sekolah dasar dan realisasinya.
2. Efektivitas pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang mencakup
hal berikut:
a. Perencanaan program Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1) visi, misi dan strategi mengefektifkan pengelolaan Gugus SD.
(2) Orientasi program pada peningkatan kemampuan guru dan
kebutuhan pembelajaran siswa.
(3) Hal-hal apa yang
menjadi prioritas dalam pembinaan dan
pengembangan kualitas kinerja harapan program dan inovasi
b. Pelaksanaan kegiatan Gugus SD di Kecamatan Keritang.
(1) Relevansi kegiatan Gugus SD dengan harapan dan kebutuhan
pengajaran.
(2) Koordinasi antar forum dan instansi terkait.
(3).Potensi,
kekuatan,
kelemahan,
ancaman
dan
kendala
dalam
kegiatan Gugus SD.
c. Pengawasan kegiatan Gugus SD.
(1) Bentuk dan strategi pengawasan yang dilakukan untuk mengontrol
16
pelaksanaan program Gugus SD.
(2) Relevansi pengawasan terhadap fungsi dan aturan.
hasil temuan pengawasan terhadap perbaikan kinerja
(3) Manfaat
Gugus SD.
d.
Dampak
pengelolaan
Gugus SD terhadap kualitas proses belajar
mengajar di Kecamatan Keritang.
Sementara itu, keluaran yang diharapkan dari studi ini dapat mem
berikan masukan dan perbandingan dalam meningkatkan intensitas
pengelolaan Gugus SD melalui rangkaian kegiatan forum (PKG, KKPS,
KKKS dan KKG) yang efektif, terutama pada saat kondisi negara yang
dilanda
krisis
ekonomi
dan
kerusuhan
diberbagai
daerah.
Upaya
menciptakan budaya dialogis ini selalu berangkat dari kebersamaan.
Artinya setiap guru berada dalam kepentingan yang sama, sekalipun
mereka dipisahkan lokasi tugas. Perkembangan budaya dialogis yang
berorientasi pada kebutuhan pengajaran merupakan pokok kajian yang
dinamis dan perlu diteliti melalui studi lain dengan substansi yang sama.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis dari penelitian ini. dapat diambil manfaat bagi
pengembangan konseptual dengan mengacu pada kerangka teori-teori
yang relavan yang pada giliranya dapat memberikan rekomendasi untuk
meningkatkan
diharapkan
kinerja
mampu
Gugus
SD
secara
koprehensif.
memberikan sumbangan dalam
17
Selanjutnya
pengembangan
konseptual bagi disiplin ilmu administrasi pendidikan yakni memberikan
alternatif rekomendasi mengenai pola pengelolaan pembinaan profesional
melalui pertemuan dialogis antara guru sejenis.
Manfaat praktisnya antara lain: (1) menambah wawasan penulis
dalam melakukan penelitian kualitatif dalam bidang sosial, (2) dari hasil
studi
ini dapat
dijadikan
pedoman
mengatasi
kelemahan
praktek
pengelolaan Gugus SD yang dilakukan selama ini, dengan harapan dapat
dijadikan agenda pedoman, dan sumbangan pikiran dalam meningkatkan
produktivitas forum komunikasi serta kualitas sekolah.
E. Kerangka Berpikir
Sebelum menggambarkan kerangka berpikir sebagai pedoman
dalam memahami penenlitian ini, akan diketengahkan terlebih dahulu
visualisasi tentang mekanisme pembinaan gum dalam sistem Gugus SD,
sebagai organisasi fungsional, didalamnya terdapat pihak yang turut
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan. Apabila pihak-pihak terkait
memberikan yang terbaik untuk rekan guru, maka peluang peningkatan
kinerja guru akan terbuka. Pihak-pihak itu meliputi
: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota Madya, Kantor Departemen
Pendidikan dan Kebudyaan Kecamatan, dan Pengawas TK/SD. Menurut
fungsi dan wewenangnya, pihak tersebut berperan aktif dalam menentukan
keberhasilan program pengelolaan yang pada gilirannya memberikan
kontribusi terhadap kualitas kinerja guru dan prestasi siswa bila semua
18
memDeriKan solusi untuk melakukan yang terbaik sehubungan dengan
kendala pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu. Untuk melihat
struktur dan mekanisme pembinaan guru sekolah dasar akan digambarkan
Gambar -1
Mekanisme Pembinaan Guru dalam Sistem Gugus
Kantor Depdikbud
Kabupaten/Kodya
Seksi
Pendidikan Dasar
Kantor Depdikbud
Kecamatan
Pengawasan
KPPS
Gugus Sekolah
Gugus Sekolah
Gugus Sekolah
PKG,KKG,KKKS
PKG,KKG,KKS
PKG,KKG,KKKS
SD Inti
SD Inti
SD Inti
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
SD Imbas
Keteransan
: Pembinaan Struktural
: Pembinaaan Fungsional/Pofesional
20
Program sistem pembinaan profesional guru sekolah dasar melalui
Gugus Sekolah merupakan salah satu bentuk forum yang mendapat
perhatian serius untuk dilaksanakan secara efektif. Implementasi kebijakan
ini sangat
beralasan
di
mana
tuntutan
perkembangan
kemajuan
pengetahuan dan teknologi semakin pesat yang telah masuk ke tengah-
tengah kehidupan organisasi sekolah mengharuskan seluruh tenaga
kependidikan yang terkait dalam pengelolaan sekolah dasar meningkatkan
kemampuan profesional. Dengan demikian pentingnya untuk mengkaji
kebijakan Pengelolaan Gugus SD berangkat dari berbagai dasar antara
lain: (1) pengelolaan sistem pendidikan nasional atas kebijakan nasional
berkenaan
dengan
sistem
pengembangan
profesional
tenaga
kependidikan pada setiap cabang ilmu pengetahuan, (2) pengelola satuan
pendidikan bertanggung jawab untuk memberikan kesempatan kepada
tenaga kependidikan dalam mengembangkan kemampuan profesional
masing-masing, baik melalui paket kebijakan pemerintah mapun kebijakan
internal dan mandiri, (3) percepatan arus pembaharuan pendidikan yang
dibawah oleh guru dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang efektif.
agar dapat dilaksanakan oleh guru secara keseluruhan diperlukan paket
musyawarah atau pertemuan dialogis, (4) pertumbuhan budaya inovatif
dan kreatif dapat diwujudkan melalui wadah yang terorganisir secara baik.
Dari pemyataan di atas dapat dipahami bahwa pelaksanaan
program Gugus SD melibatkan berbagai pihak, terutama mereka yang
21
memiliki kebutuhan terhadap sekolah. Oleh karena itu, pihak pengelola
satuan pendidikan, terutama para tenaga pengajar di SD Inti dituntut untuk
memiliki komitmen yang tinggi dalam paket penyuksesan program Gugus
SD dan secara simultan selalu meningkatkan kemampuan profesional,
terutama memberikan masukan dalam permasalahan pengajaran guru
kelas lainnya termasuk upaya mengefektifkan pendayagunaan fasilitas
sekolah.
Di sisi lain, masih terlihat aneka doktrin klasik paedagogik yang
mewarnai praktek pengelolaan Gugus SD dasar yaitu; "kita tidak dapat
mengajarkan gpa yang kita ketahui, kita tidak dapat mengajarkan apa yang
kita kehendaki, kita hanya dapat mengajarkan apa yang memang ada
dalam diri kita". Padahal menurut Achmad Sanusi (1998 : 36) secara
gamblang dinyatakan bahwa manusia (murid atau peserta forum) didorong
untuk
mempertajam,
memperluas,
memperkaya,
dan
kemudian
menstrukturkan kembali informasi yang diperoleh sesuai dengan logika
yang dibangunnya sendiri.
Perkembangan dan
peningkatan
kualitas
kinerja
Gugus
SD
membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan terampil yang akan membawa
berbagai
kebijakan forum
untuk
mewujudkan tenaga kependidikan
profesional melalui pembahan sistem intervensi pihak atasan yang terkait
ke dalam sistem desentralistik dialogis. Isu tentang masih rendahnya kadar
pengelolaan Gugus SD dalam mempersiapkan tenaga kependidikan yang
22
profesional mengharuskan untuk membina unjuk kerja pengurus. Dalam
kontek ini ada pedoman yang cukup strategis seperti dikemukakan dalam
konsep H.E. Kusmana (1998 : 30)
melalui pemaduan antara integritas
pribadi, integritas akademik, integritas pengabdian, dan berorientasi masa
depan. Di mana pengurus forum itu adalah insan-insan yang hams
tertanam dalam dirinya untuk maju dan berkembang serta memiliki
kemauan untuk memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya. Persyaratan
umum yang dimiliki berkenaan dengan
keahlian
dalam
organisasi,
pengajaran serta kepemimpinan.
Dari keseluruhan rangkaian materi Gugus SD, terdapat banyak
aspek yang diteliti dan ternyata sangat menarik dalam lingkup pengajaran,
namun pada bagian ini akan dikaji dari dimensi pengelolaan. Pengelolaan
Gugus SD yang efektif tentunya sesuai dengan Juklak dan Juknis yang
mengacu kepada Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
teori-teori serta kebutuhan pengajaran setempat. Guna memahami agenda
permasalahan penelitian yang bersumber dari pemyataan di atas, dapat
dilihat kerangka berfikir seperti tertuang berikut.
23
GAMBAR- 2
KERANGKA BERPIKIR
GUGUS SEKOLAH
(SD INTI • SD IMBAS)
SK. Dirjen Dikdasmen
No. 079/C/KEP/I/1993
PENGELOLAAN GUGUS SD
1. Kelembagaan Gugus SD
a. Kepengurusan
b. Fasilitas
c. Pembiayaan
2. Pengelolaan Operasional
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengawasan
3. Dampak terhadap PBM
ANALISIS SWOT
I
KELUARAN
(Peningkatan)
Kualitas Kemampuan Guru
~ Prestasi Belajar
24
Secara umum gambar Kerangka Berpikir yang dilukiskan di atas
dapat dijelaskan bahwa Gugus SD merupakan kelompok sekolah yang
terdiri dari sekolah inti sebagai pusat kegiatan dan pengembangan, dan
sekolah imbas anggota kelompok. Opersional kegiatan Gugus Sekolah
berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/KEP/1993,
dalam gambar tersebut berada pada lingkaran paling atas, dan selanjutnya
dapat dilihat upaya mengkaji efektif tidaknya kegiatan pengelolaan yang
dinilai dari kumpulan data kelembagaan antara lain kepengurusan, fasilitas
dan pembiayaan. Selanjutnya manajemen operasional mencakup kegiatan
yang dilaksanakan dalam forum PKG, KKPS, KKKS dan KKG antara lain
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Harapan dari pelaksanaan
Gugus Sekolah tentunya adanya peningkatan kualitas kemampuan,
prestasi belajar dan perbaikan lain dalam proses belajar mengajar.
Akhimya segala bentuk temuan unggulan dan kelemahan dijadikan
informasi untuk memperbaiki kondisi pengelolaan Gugus Sekolah di masa
mendatang.
25
*k^L&
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
Pada bagian bab III menyajikan prosedur penelitian yang memuat
tentang data-data yang diperlukan antara lain : lokasi, subjek, metode
penelitian, teknik pengumpulan data, pelaksanaan penelitian, teknik
analisis dan penafsiran data, serta pengujian tingkat validitas data.
Penjelasan lebih lanjut dipaparkan berikut ini.
A. DataYang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini, berdasarkan pokok-
pokok permasalahan yang difokuskan pada bab pendahuluan. Adapun
data yang dimaksud berupa pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang
dilakukan di Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau
dengan kelompok sebagai berikut:
1. Profil kelembagaan Gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Keritang
Kabu-paten
Indragiri
Hilir
Propinsi
Riau
mencakup
data-data
kepengurusan Gugus SD, pemberdayaan fasilitas Gugus SD, dan
sumber dana yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan Gugus SD
dan realisasinya.
2. Efektivitas pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang Kabupaten
Indragiri Hilir Propinsi Riau memuat data: (a) Perencanaan program
Gugus Sekolah Dasar dengan rincian tentang visi, misi dan strategi
mengefektifkan pengelolaan Gugus Sekolah Dasar, Orientasi program
76
pada peningkatan kemampuan guru dan
siswa, hal-hal yang
kebutuhan pembelajaran
menjadi perhatian utama dan
pembinaan dan pengembangan
prioritas dalam
kualitas kinerja dari sudut harapan
program inovasi. (b) Pelaksanaan kegiatan Gugus Sekolah Dasar di
Kecamatan Keritang tentang relevansi kegiatan Gugus Sekolah Dasar
dengan harapan dan kebutuhan pengajaran, Koordinasi antara forum
dan instansi terkait, dan potensi, kekuatan, kelemahan, ancaman dan
kendala dalam
kegiatan Gugus Sekolah Dasar: (c) Pengawasan
kegiatan Gugus Sekolah Dasar memuat data bentuk dan strategi
pengawasan yang dilakukan untuk mengontrol pelaksanaan program
Gugus Sekolah Dasar, Relevansi pengawasan terhadap fungsi dan
aturan, dan Manfaat
hasil temuan pengawasan terhadap perbaikan
kinerja Gugus Sekolah Dasar.
3. Dampak pengelolaan Gugus Sekolah Dasar terhadap kualitas proses
belajar mengajar di Kecamatan Keritang.
Selanjutnya seluruh data yang dihimpun tersebut akan dilihat
dimensi kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman, terutama dalam
rangka pemberian makna dari temuan penelitian dengan melakukan
analisis atau menafsir berdasarkan
komparasi teoritis sebagaimana
disajikan pada bagian sebelumnya.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Propinsi Riau, tepatnya di
Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir dengan wilayah yang terbagi
77
menjadi daerah perkotaan, tertinggal dan daerah sulit. Sementara itu
subjek penelitian adalah para pengelola Gugus Sekolah Dasar yang terdiri
dari Pengurus dan sebagian anggota Forum PKG, KKPS, KKKS dan KKG.
Secara operasional pelaksanaan kegiatan Gugus SD ini dikoordinir oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan setempat. Data
selanjutnya akan meminta keterangan dari Kakandep Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan, terutama data skunder.
Komposisi sementara yang dijdikan subjek penelitian beserta lokasi
Pengelolaan Gugus SD tersebut dicantumkan pada tabel berikut ini:
Tabel-2
Lokasi dan Subjek Penelitian
LOKASI
N
SUBJEK PENELITIAN
FORUM
JUMLAH
0
1
Gugus SD 005
Kota Baru
PKG
KKPS
KKKS
KKG
2
Gugus SD 010
Silensen
3
Gugus SD 032
Pebenaan
PKG
KKPS
KKKS
KKG
PKG
KKPS
KKKS
KKG
Pengurus
Pengawas Tk/SD
Pengurus & Kepala SD
Pengurus & Guru
2
2
3
9
Pengurus
Pengawas Tk/SD
Pengurus & Kepala SD
Pengurus & Guru
2 Orang
2 Orang
Pengurus
Pengawas Tk/SD
Pengurus & Kepala SD
Pengurus & Guru
2
2
3
9
Jumlah
IOrang
78
Orang
Orang
Orang
Orang
3 Orang
9 Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
48
C. Metode Penelitian
Berangkat dari tujuan utama penelitian yang dilakukan yakni
mengungkapkan kualitas kinerja pengelolaan Gugus SD dalam rangka
pembinaan
kemampuan
profesional guru,
pendekatan kualitatif dipilih dengan
maka ditegaskan
bahwa
pertimbangan masalah kinerja
manusia merupakan masalah sosial. Oleh karenanya penelitian tentang
objek yang alami ini menggunakan metode deskriptif-evaluatif.
Dipilihnya
menemukan
metode
deskriptif-evaluatif
alternatif jawaban
yang
dimaksudkan
dikembangkan
dari
untuk
masalah,
terutama menilai efektivitas kegiatan dari unsur-unsur dalam komposisi
pengelolaan Gugus SD di Kecamatan Keritang. Artinya di samping
mendeskripsikan juga melakukan evaluasi terhadap kinerja forum dalam
rangka membina kemampuan profesional guru.
D. Alat Pengumpulan Data
Data dan informasi yang akan dikumpulkan dengan menggunakan
seperangkat pedoman penilaian dokumen,
pedoman observasi, dan
pedoman wawancara. Pedoman penilaian dokumen digunakan untuk
melihat program kerja setiap Forum baik program kerja PKG, KKPS, KKKS
maupun KKG dalam wilayah Kecamatan Keritang. Studi dokumentasi ini
bertujuan untuk mengungkapkan pola dan strategi pembinaan kemampuan
profesional yang diterapkan selama ini.
79
Sedangkan pedoman observasi digunakan untuk melihat situasi dan
kondisi yang terjadi dalam rangkaian pembinaan kemampuan profesional
guru. Pengamatan lebih diarahkan pada proses pelaksanaan dan proses
pengawasan kegiatan forum, baik kegiatan pengurus maupun anggota
lainnya.
Pedoman wawancara digunakan untuk memandu pelaksanaan
kegiatan wawancara, terutama memandu menghimpunan data kinerja
Pengurus PKG, KKPS, KKKS dan KKG.
Daftar isian yang sudah dipersiapkan bertujuan untuk menghimpun
data yang belum ter"cover" dalam alat lainnya. Daftar isian ini diberikan
kepada subjek penelitian terutama untuk mengungkapkan hal-hal yang
berkaitan dengan perlakuan tertentu yang diterima guru dalam upaya
pembinaan kemampuan profesional.
Alat-alat tersebut telah selesai sebelum penelitian dilaksanakan dan
contoh alat pengumpulan data dimaksud antara lain pedoman penilaian
dokumen, pedoman observasi, pedoman wawancara terlampir dalam
lampiran penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
dalam Pengelola Forum Gugus SD di Kecamatan Keritang dilakukan
melalui studi dokumenter, observasi dan wawancara.
80
Melalui penilaian dokumen, peneiiti menemukan program kerja
setiap forum, baik menyangkut pembinaan kinerja guru maupun visi, misi
serta strategi yang dilakukan, demikian juga sumber-sumber lainnya
seperti pendanaan. Di samping itu peneiiti menggunakan pendekatan
humanistik dengan para pengelola forum maupun anggota lainnya. Data
dan informasi dalam kegiatan berupa dasar kebijakan yang dituangkan
dalam
program
forum
tersebut diolah
sesuai
dengan
kepentingan
penelitian.
Teknik selanjutnya melalui pengamatan (observasi),
di mana
peneiiti melakukan pendekatan situasional menyatu dengan pengurus dan
anggota forum dan pada saat yang sama mengamati aktivitas pengurus
serta anggota lainnya. Pada kesempatan lain yang tidak diketahui oleh
mereka, peneiiti juga mengamati dari kejauhan prilaku dengan sasaran
utama semua data yang berkenaan dengan masalah dapat dikumpulkan
dengan baik.
Teknik wawancara, dilaksanakan melalui strategi obrolan akrab dan
dimaksudkan tidak diketahui oleh subjek penelitian bahwa ia sedang
diteliti. Tujuan utamanya agar permasalahan yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat mereka ungkapkan dengan lugas dan tidak merasa
dipaksa atau adanya unsur rekayasa.
Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di
samping itu pada kesempatan pertama penetapan subjek penelitian hanya
bersifat sementara, oleh karenanya dilakukan proses wawancara yang
81
menggunakan konsep "snowball sampling". Artinya bila subjek pertama
belum memberikan data dan informasi secara lengkap sesuai dengan
harapan, maka akan dihimpun melalui subjek lain dengan karakteristik
yang sama.
F. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tentang "Efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar"
dalam wilayah Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni (1) tahap orientasi, (2) tahap
eksplorasi, dan (3) tahap pengecekan. Rincian kegiatan tahapan dimaksud
disajikan berikut ini:
1. Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi dilakukan penjajakan lapangan guna mempermudah menentukan permasalahan yang akan diteliti. Hal-hal yang
dilakukan dalam kepentingan ini sebagai berikut:
(1) melakukan prasurvey terhadap proses pembinaan kemampuan pro
fesional guru melalui Forum Gugus SD yang dilakukan di Kecamatan
Keritang
dijadikan
Kabupaten
embrio
Indragiri
Hilir Propinsi
permasalahan
dalam
Riau.
Fenomena ini
pembuatan
rancangan
penelitian.
(2) memilih wilayah untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan
mencari tingkat permasalahan yang paling serius;
82
(3) menyusun rancangan penelitian sebagai salah satu persyaratan dan
merupakan langkah awal persiapan menghadapi seminar desain;
(4) menentukan tenaga bantuan untuk mempermudah pelaksanaan pene
litian lapangan, seperti pihak lain yang dianggap layak;
(5) menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti pedoman penilaian
dokumen observasi, pedoman wawancara serta alat bantu lain seperti
alat perekam dan kamera.
(6) mengums izin penelitian dari IKIP Bandung, Dinas P dan K Propinsi
Dati I Riau, Dinas P dan K Dati II Indragiri Hilir, Kacabdis P dan K
Kecamatan Keritang, Kandep Dikbud Kecamatan Keritang dan Kepala
Sp setempat untuk legitimasi dan memudahkan pengambilan data dan
tidak terjadi salah penafsiran dari pihak-pihak tertentu.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini dikumpulkan semua data sehubungan dengan
Efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sesuai dengan ketentuan
penelitian kualitatif serta saran pembimbing. Kegiatan yang dilakukan
meliputi:
(1) mengumpulkan data tentang program kerja, program budget Forum
Gugus Sekolah Dasar.
(2) mengobservasi efektivitas pelaksanaan pengelolaan Gugus SD yang
berorientasi
pada
pembinaan
kemampuan
mencapai tingkat profesional;
83
guru
dalam
rangka
(3) melakukan wawancara dengan subjek penelitian dalam situasi obrolan
santai baik di dalam kelas, di ruang majelis guru, atau di pekarangan
dan berakhir jika seluruh data dan informasi telah terkumpul.
3. Tahap Pengecekan
Pengecekan data yang telah dikumpulkan diperlukan untuk memantapkan kepercayaan sebagai agenda kebenaran fakta tanpa keraguan.
Pengecekan data-data ini dilakukan dengan kegiatan antara lain:
(1) mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data yang
bersumber dari dokumen maupun data yang diperoleh
melalui
pengamatan dan wawancara;
(2) meminta data dan informasi ulang kepada subjek penelitian apabila
ternyata data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap dan belum
akurat. Proses pengumpulan dilakukan dengan wawancara langsung
atau melalui telepon kepada sumber data serta kepada perantara lain;
(3) meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait (stake holders) tentang
pengelolaan Gugus SD melalui paket PKG, KKPS, KKKS dan KKG
dalam rangka membina kemampuan profesional guru.
G. Teknik Analisis Data
Telah disinggung
bahwa peneltian ini menggunakan
metode
deskriptif evaluatif, maka dalam upaya menganalisis dan menafsirkan data
dilakukan dengan membandingkan teori-teori yang relevan serta Pedoman
Pen