Pembelajaran Kimia-rev

BAHAN AJAR PLPG
PEMBELAJARAN KIMIA
DI SMA dan SMK

Oleh:
Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D
Dr. Munzil Arief, M.Si
Drs. Prayitno, M.Pd
Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed

Direview dan diolah kembali oleh:
Dr. Sutrisno, M.Si.

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115
2012

Pengantar dari Penyusun
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah s.w.t atas tersusunnya karya
tulis ini yakni sebuah Buku Ajar sebagai Bahan Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru untuk SMA dan SMK. Buku ini ini sengaja disusun dengan pola yang

relatif khusus dan spesifik, yakni berfokus pada uraian ringkas atas konsepkonsep dasar pada pembelajaran kimia. Hal ini dikarenakan untuk buku teks
maupun buku ajar sejenis yang bersifat universal sebagaimana umumnya isi
sebuah buku telah banyak berkembang. Buku ajar ini mencoba untuk mendekati
dengan lebih fokus, dengan harapan dapat digunakan oleh peserta Pendidikan
dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) atau yang sejenis dan para fasilitator untuk
tujuan yang sama dengan lebih mudah dan terarah, khususnya yang
diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang. Isi dari buku ini sangat
berbeda dengan buku ajar maupun buku teks tentang Pembelajaran Kimia pada
umumnya.
Buku ajar “Pembelajaran Kimia di SMA dan SMK” ini tersusun dalam 4
bagian dan merupakan karya tulis yang dikembangkan oleh Tim Dosen Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang seperti yang tercantum dalam halaman
sampul buku ajar ini. Selanjutnya naskah tersebut ditelaah, direview, dan ditata
oleh Dr. Surisno, M.Si. sehingga terwujudlah seperti yang ada seperti ini.
Kesemuanya diharapkan dapat membantu para pengguna untuk mencapai
maksud dan tujuan masing-masing.
Semoga karya yang sederhana dapat bermanfaat bagi para pengguna dan
pembaca. Saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan buku ajar sejenis sangat
diharapkan dari pembaca.
Malang, Mei 2012

Penyusun

DAFTAR ISI
Bagian

Halaman

Bagian 1

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia

1-1 s.d 1-33

Bagian 2

Pengembangan Media Pembelajaran
Kimia

2-1 s.d 2-18


Bagian 3

Penilaian Pembelajaran Kimia

3-1 s.d 3-43

Bagian 4

Penilitian Tindakan Kelas

4.1 s.d 4-29

BAGIAN 1
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
SAINS/KIMIA

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 115
Universitas Negeri Malang


Oleh:
Sri Rahayu, M.Ed., Ph.D
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Mei 2012
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-0

Bagian 1:
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SAINS/KIMIA
Kegiatan Belajar 1:
Teori-Teori Belajar dalam Sians/Kimia

1. Deskripsi isi:
Bagian

Teori-Teori


Belajar

dalam

Sains/Kimia

membahas

tentang

kharakteristik teori belajar; dan jenis-jenis teori belajar meliputi teori
behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada kharakteristik teori belajar; dan
jenis-jenis teori belajar.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada kharakteristik teori belajar; dan jenis-jenis

teori belajar.

I.

URAIAN SINGKAT

A. Kharakteristik Teori Belajar
Menurut Bruner, teori belajar bersifat preskriptif. Teori tersebut
memberikan arahan dan petunjuk agar pembelajaran menjadi efektif dan
memungkinkan guru dalam mengevaluasi teknik dan langkah-langkah
pembelajaran. Teori belajar juga bersifat normatif, yaitu lebih bersifat umum
dan tidak spesifik. Misalnya, teori belajar bisa memberikan beberapa kriteria
untuk pembelajaran kimia pada topik asam basa, tetapi tidak bisa
memberikan pedoman khusus tentang bagaimana cara mengajarkan materi
tersebut.

Teori

belajar


memiliki

empat

kharakteristik

yang

penting

(Trowbridge, Bybee & Powell, 2004: 21) untuk membantu guru dalam
menentukan:

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-1

a. Pengalaman yang paling efektif untuk meningkatkan belajar. Teori belajar
membantu guru dalam menentukan kegiatan yang dapat mendorong siswa
untuk belajar.

b. Cara yang paling efektif dalam menyusun pengetahuan untuk meningkatkan
belajar.

Teori belajar membantu guru dalam menentukan cara terbaik

dalam menyusun pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang studi kimia.
c. Langkah-langkah yang paling efektif dalam menyajikan materi. Teori belajar
membantu guru menentukan langkah-langkah dalam menyajikan materi
pelajaran sehingga semua siswa dapat mengembangkan pemahamannya
tentang kimia. Oleh karena itu, tujuan di setiap langkah pembelajaran
sebaiknya

dapat

memahami,

meningkatkan

mentrasformasi


kemungkinan

siswa

menerapkan

ide-ide,

dan

untuk
proses,

lebih
dan

ketrampilan.
d. Proses yang paling efektif untuk umpan balik dan penilaian. Teori belajar
membantu guru dalam menentukan cara dan waktu yang tepat dalam
memberikan umpan balik dan penilaian, dan memilih format penilaian

yang paling sesuai.

B. Jenis-Jenis Teori Belajar
1. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan

terjadi

melalui

rangsangan

(stimulus)

yang

menimbulkan


hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulus dalam hal ini adalah lingkungan belajar siswa, baik yang internal
maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respon adalah
akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti
penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (StimulusRespon).
Ciri dari teori belajar behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur
dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan

pembentukan

reaksi/

respon,

menekankan

pentingnya

latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku
yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkah laku siswa, yang merupakan reaksi terhadap lingkungan, merupakan
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-2

hasil belajar.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah

Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung pada beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran

yang

dirancang

dan

berpijak

pada

teori

behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind/pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh siswa.

2. Teori Kognitif
Teori Kognitif dilandasi oleh pemikiran bahwa perilaku yang tidak
tampak

dapat

dipelajari

secara

ilmiah.

Perilaku

yang

tidak

tampak

merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. David
Ausubel berpendapat bahwa belajar itu terjadi dalam organisme manusia
melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa baru pada
aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi
merupakan

pengalaman

sadar

yang

diartikulasikan

secara

jelas

dan

dibedakan secara tepat. Hal tersebut dapat muncul manakala tanda,
lambang, konsep, atau proposisi yang bermakna dikaitkan dan dipadukan
dalam struktur kognitif individual yang berasal dari basis substansial dan
nonkebiasaan.
Menurut teori kognitif, setiap proses pembelajaran haruslah bermakna
dan mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat
bermakna apabila pebelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang
bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang
sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna
bagi pebelajar.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-3

Menurut Piaget dalam teori perkembangan kognitif (Trowbridge, Bybee
& Powell, 2004), pertama, belajar terjadi karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungan. Interaksi ini digambarkan sebagai siswa
mengasimilasikan informasi dan ide-ide baru dari berbagai pengalaman
pendidikan dan akomodasi informasi baru dengan informasi yang telah
dimilikinya untuk menetapkan konsistensi antara struktur kognitifnya
dengan pengalamanan sehari-hari. Kedua, tiap individu melewati tahap
perkembangan yang berbeda dan tahap perkembangan yang paling relevan
dengan pendidikan sains adalah penalaran konkrit dan formal (abstrak).
Namun, konsep tahap berfikir konkrit dan formal ini telah banyak dikritik dan
direvisi.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika diukur performans
siswa pada tugas-tugas kognitif, kebanyakan siswa sekolah menengah
menunjukkan masih berada pada tahap berfikir konkrit. Ada juga bukti yang
menyebutkan bahwa performans pada tugas semacam itu sangat dipengaruhi
oleh konteks, ragamnya, bahasa dalam penyajian tugas dan materi pelajaran.
Penelitian lain bahkan menunjukkan bahwa anak kecil mampu berfikir
abstrak dalam situasi tertentu.
Karena sebagian besar siswa sekolah menengah masih berada pada
tahap berfikir konkrit, guru seyogyanya berhati-hati dalam mengenalkan
tugas yang membutuhkan berfikir formal atau abstrak. Namun bukan berarti
siswa tidak dapat belajar dan mengembangkan penalaran yang lebih
memadai. Siswa yang jauh lebih muda dari siswa sekolah menengah mampu
bernalar dan berfikir logis dalam kondisi tertentu. Pengalaman dan konteks
yang cocok yang berkembang dari penalaran konkrit ke

abstrak

dapat

mendorong kemampuan bernalar yang diperlukan untuk memahami berbagai
konsep sains.

3. Teori Konstruktivistik
Perkembangan terbaru dalam psikologi kognitif adalah konstruktivisme
yang banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jean Piaget dan Lev Vygotsky (Kauchak
& Eggen, 2007: 9). Menurut teori belajar konstruktivistik pebelajar/siswa
merespon

pengalaman-pengalaman

panca

indera

dengan

membangun/mengkonstruksi suatu skema atau struktur kognitif dalam otak.
Struktur kognitif merupakan suatu pikiran (keyakinan, pengertian) yang juga
merupakan pengetahuan subyektif seseorang tentang alam semesta. Pokok
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-4

pikiran pandangan konstruktivisme (Piaget dalam Bodner, 1986) adalah
bahwa pengetahuan diperoleh sebagai akibat dari proses konstruksi yang
terus menerus dimana kita mencoba mengatur, menyusun dan menata
kembali pengalaman-pengalaman kita dikaitkan dengan struktur kognitif
yang dimiliki sehingga struktur kognitif tersebut sedikit demi sedikit
dimodifikasi dan dikembangkan. Oleh karena pengetahuan diciptakan dalam
pikiran siswa sebagai hasil dari interaksi pancaindera siswa dengan
dunianya, maka pengetahuan tidak dapat semata-mata diucapkan atau
ditransfer oleh guru kepada siswa.
Teori konstruktivistik tentang belajar juga memiliki dimensi sosial
(Tobin, 1990). Menurut teori konstruktivistik sosial, pengetahuan bukan
merupakan

pikiran

seseorang

yang

terpisah

dari

orang

lain

dalam

masyarakat, melainkan hasil dari kepemilikan budaya, mencoba mengerti
kehidupan dalam budaya tersebut, menggunakan bahasa dan konsep-konsep
yang muncul dari proses ini untuk membangun model-model teoritis dalam
domain sains/kimia. Walaupun tanggung jawab untuk belajar dan memahami
apa yang terjadi terletak pada pebelajar sendiri, ia juga perlu waktu untuk
mengalami, merefleksikan pengalaman dikaitkan dengan pengetahuan awal
mereka, dan memecahkan berbagai masalah yang muncul. Hal ini berarti
bahwa pebelajar memerlukan waktu untuk mengklarifikasi, mengelaborasi,
mendeskripsikan, membandingkan, menegosiasikan dan mencapai konsensus
mengenai makna suatu pengalaman bagi mereka. Esensi dari pembelajaran
berbasis konstruktivistik adalah pembelajaran berorientasi pada siswa
(student-centered). Peran guru yang konstruktivistik adalah menciptakan
sebuah konteks yang dapat memotivasi siswa untuk belajar termasuk
menyediakan materi dan sumber belajar, mengajukan permasalahan dan
pertanyaan yang relevan pada saat yang tepat (Wheatley, 1991: 14) dan
mengaitkan sumber-sumber dan pertanyaan tersebut dengan pengetahuan
awal siswa.

II. RANGKUMAN
Teori belajar membantu guru sains/kimia dalam menjelaskan berbagai
strategi untuk meningkatkan belajar dan mengelola pembelajaran di kelas.
Melalui teori belajar keefektivan pembelajaran dapat ditingkatkan dengan cara
meresepkan

motivasi,

menyusun

materi,

membuat

langkah-langkah

pembelajaran dan membuat umpan balik. Menurut teori belajar behavioristik,
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-5

belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukumhukum mekanistik. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa
tingkah laku siswa, yang merupakan reaksi terhadap lingkungan, merupakan
hasil belajar.
Teori kognitivistik berpendapat bahwa belajar terjadi dalam organisme
manusia melalui proses yang bermakna yang menghubungkan peristiwa baru
pada aspek kognitif yang ada. Makna bukanlah respon yang tersirat tetapi
merupakan

pengalaman

sadar

yang

diartikulasikan

secara

jelas

dan

dibedakan secara tepat. Dengan kata lain, belajar terjadi karena adanya
interaksi antara individu dengan lingkungan, yaitu siswa mengasimilasikan
informasi dan ide-ide baru dari berbagai pengalaman pendidikan dan
akomodasi informasi baru dengan informasi yang telah dimilikinya untuk
menetapkan konsistensi antara struktur kognitifnya dengan pengalaman
sehari-hari.
Menurut

teori

belajar

konstruktivistik

pebelajar/siswa

merespon

pengalaman-pengalaman pancaindera dengan membangun suatu skema atau
struktur kognitif dalam otak. Proses konstruksi berlangsung terus menerus
dimana kita mencoba mengatur, menyusun dan menata kembali pengalamanpengalaman kita dikaitkan dengan struktur kognitif yang dimiliki sehingga
struktur

kognitif

dikembangkan.
mengelaborasi,

tersebut

Pebelajar

sedikit

demi

memerlukan

mendeskripsikan,

sedikit

waktu

dimodifikasi

untuk

membandingkan,

dan

mengklarifikasi,

menegosiasikan

dan

mencapai konsensus mengenai makna suatu pengalaman bagi mereka.

III. LATIHAN
1. Jelaskan kharakteristik teori belajar!
2. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam teori belajar behavioristik!
3. Jelaskan pokok pikiran dalam teori belajar kognitivistik!
4. Jelaskan pokok-pokok pikiran dalam teori belajar konstruktivistik!

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-6

Kegiatan Belajar 2:
Model, Pendekatan, Strategi, Metode, dan Teknik dalam
Pembelajaran Sains/Kimia
1. Deskripsi isi:
Bagian

Model,

Pembelajaran

Pendekatan,
Sains/Kimia

Strategi,
membahas

Metode,

dan

tentang

Teknik

dalam

pengertian

model

pembelajaran; rumpun model pembelajaran; dan perbedaan model,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian model pembelajaran;
rumpun model pembelajaran; dan perbedaan model, pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian model pembelajaran; rumpun
model pembelajaran; dan perbedaan model, pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran.

I.

URAIAN SINGKAT

A. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam konteks pembelajaran atau proses belajar mengajar terdapat
dua komponen yang penting yaitu guru dan siswa yang saling berinteraksi.
Pembelajaran

itu

sendiri

didefinisikan

sebagai

pengorganisasian

atau

penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya
yang memungkinkan terjadinya belajar pada pebelajar. Dalam melaksanakan
pembelajaran

tersebut,

guru

memerlukan

model

pembelajaran.

Model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar siswa untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar (Gunter, et al, 1990; Joyce & Weil, 1980). Model
pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan
strategi pembelajaran.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-7

Menurut Joyce & Weil (1980) model pembelajaran memiliki lima unsur
dasar: (1) sintaks, yaitu langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (2) sisem
sosial, adalah bentuk kerjasama guru dan siswa dalam pembelajaran atau
peran-peran guru dan siswa dan hubungan satu dengan lainnya serta jenisjenis aturan yang harus diterapkan, (3) prinsip reaksi, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon
siswa,

(4)

pendukung,

sistem

menggambarkan

kondisi-kondisi

yang

diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk
sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru dan siswa
dan (5) Dampak pembelajaran langsung dan iringan, merupakan hasil belajar
yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional
effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

B. Rumpun Model Pembelajaran
Joice and Weil (1983) mengenal empat orientasi berbeda tentang
bagaimana siswa belajar dan mengelompokkan model pembelajaran menjadi
empat rumpun, yaitu:
(1) Model pemrosesan informasi. Model-model pembelajaran dalam rumpun
pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan
informasi, yaitu merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani
rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan symbolsimbol. Beberapa contoh model pembelajaran dalam rumpun ini beserta
tokohnya adalah Berfikir Induktif (Hilda Taba), Latih Inkuiri (Richard
Suchman), Pembentukan Konsep (Jerume Bruner), Perkembangan Kognitif
(Jean

Piaget), Advance

Organizer (David Ausubel)

dan

Mnemonics

(Pressley, Levin, Delaney).
(2) Model

Personal/Pribadi.

Model-model

pembelajaran

yang

termasuk

rumpun ini menekankan pada pengembangan pribadi, yaitu menekankan
pada proses membangun dan mengorganisasi realita, yang memandang
bahwa manusia sebagai pembuat makna. Fokus pembelajaran rumpun ini
adalah perhatian pada kehidupan emosional, yaitu dengan membantu
individu

dalam

lingkungannya

dan

mengembangkan
untuk

melihat

hubungan
dirinya

individu

sendiri.

Contoh

dengan
model

pembelajaran Personal adalah Pengajaran Non Direktif (Carl Roger), Latih
Kesadaran (William Schutz), Pertemuan Kelas (William Glasser).
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-8

(3) Model

interaksi

sosial.

Model-model

pembelajaran

interaksi

social

menekankan pada hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
Fokus model pembelajaran ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk
meningkatkan proses demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat
secara

produktif.

kelompok/Group

Contoh

model

Investigation

pembelajaran

(John

Dewey),

ini

Inkuiri

adalah
Sosial

Kerja
(Byron

Massialas), Jurisprudential (Donal Oliver), Role Playing (Fannie Shaftel).
(4) Model sistem tingkah laku. Model-model pembelajaan ini didasarkan pada
suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, teori belajar,
modifikasi

perilaku.

Rumpun

model

ini

mementingkan

penciptaan

lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku
secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang diinginkan. Yang
termasuk jenis model-model ini misalnya Contingency Management
(B.F.Skinner), Assertive Training(Wolve, Lazarus, Salter).

C. Perbedaaan Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik
Pembelajaran
Gambar 1 menunjukkan perbedaan antara model, strategi, metode dan
teknik pembelajaran:
a.

Pendekatan pembelajaran: merupakan titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalalamnya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatarbelakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teori tertentu.
Contoh : Pendekatan berpusat pada siswa (student-centered approach)
Pendekatan berpusat pada guru (teacher-centered approach)

b. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran masih bersifat suatu rencana
untuk mencapai sesuatu (a plan of achieving something). Strategi memiliki
empat unsur, yaitu:
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-9

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan
atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

UMUM
Model

MODEL
Pemrosesan
Informasi

Strategi
STRATEGI
Tidak
Langsung

Sistem
Tingkah
Laku

Langsung

Eksperimen

Ceramah

Interaktif
Personal

Metho
d

TEKNIK
Inkuiri

Belajar
Mandiri

Interaksi
Sosial

METODE
Merencanaka
n
Mengevaluasi
Menyajikan
Mengarahkan

Teknik

Diskusi

Pengalaman

KHUSUS
Gambar 1. Perbedaan Model, Starategi, Metode fan teknik Pembelajaran
(Dimodifikasi dari Saskatchewan Education, 2012)
Contoh strategi pembelajaran seperti yang Nampak pada Gambar 1
adalah:
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)
Pembelajaran Interaktif (Interactive)
Pembelajaran dgn Pengalaman (Experiential)
Pembelajaran Mandiri (Independent Study)
c. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran atau “a
iway in achieving something”. Contoh metode pembelajaran adalah
ceramah, simulasi, eksperimen, diskusi.
d. Teknik pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sedangkan
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-10

taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

II. RANGKUMAN
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar
yaitu sintaks, sisem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak
pembelajaran langsung dan iringan. Ada empat rumpun model pembelajaran
menurut Joice and Weil yaitu model pemrosesan informasi, model personal,
model

interaksi

social,

dan

model

sistem

tingkah

laku.

Pendekatan

pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan
teori tertentu. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara

efektif

pembelajaran

dan

efisien

diartikan

dan
sebagai

masih

berupa

cara

yang

perencanaan.

Metode

digunakan

untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik
pembelajaran diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.

III. LATIHAN
1. Jelaskan pengertian model pembelajaran sains/kimia!
2. Jelaskan macam model pembelajaran sains/kimia
3. Apakah perbedaan antara model, pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran?

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-11

Kegiatan Belajar 3:
Model Pembelajaran Inkuiri
1. Deskripsi isi:
Bagian Model Pembelajaran Inkuiri membahas tentang pengertian inkuiri;
mitos dan miskonsepsi tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri;
model pembelajaran berbasis inkuiri; dan model pembelajaran PBL.

2. Kompetensi:
Menguasai konsep-konsep dasar pada pengertian inkuiri; mitos dan
miskonsepsi

tentang

pembelajaran

sains

berbasis

inkuiri;

model

pembelajaran berbasis inkuiri; dan model pembelajaran PBL.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian inkuiri; mitos dan miskonsepsi
tentang pembelajaran sains berbasis inkuiri; model pembelajaran berbasis
inkuiri; dan model pembelajaran PBL.

I.

URAIAN SINGKAT

A. Pengertian Inkuiri
Ada beberapa pengertian inkuiri:
a. Menurut eksploratorium (1998 dalam Llewellyn, 2002: 5) inkuiri adalah
pendekatan pengajaran yang mencakup kegiatan mengeksplorasi alam
semesta yang mengarah pada kegiatan mengajukan pertanyaan dan
membuat

penemuan-penemuan

dalam

mencari

pemahaman

baru.

Sedangkan inkuiri dalam sains lebih mencerminkan pada upaya-upaya
melakukan aktivitas sains yang sebenarnya.
b. Menurut National Science Education Standard (NRC, 1996: 23), inkuiri
adalah

kegiatan yang mencakup banyak aspek seperti kegiatan

pengamatan; mengajukan pertanyaan; mengkaji buku atau sumbersumber informasi lainnya untuk melihat apa yang sudah diketahui
berhubungan dengan bukti-bukti eksperimen; menggunakan alat untuk
mengumpulkan,

menganalisis

dan

menginterpretasikan

data;

mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi; dan mengkomunikasikan
hasil. Selain itu, inkuiri memerlukan pengidentifikasian asumsi-asumsi,
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-12

penggunaan berfikir kritis dan logis, dan mempertimbangkan penjelasan
alternatif.
Secara singkat, semua kegiatan inkuiri di atas menggambarkan cara
yang dilakukan oleh ilmuwan dalam mempelajari alam semesta dan
mengusulkan penjelasan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari kerja
mereka. Inkuiri juga mengacu pada kegiatan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman tentang ide-ide ilmiah, juga pemahaman
tentang bagaimana ilmuwan mempelajari alam semesta ini (Trumbull, Bonney
& Grudens-Schuck, 2005).

B. Beberapa Mitos dan Miskonsepsi Tentang Pembelajaran Sains Berbasis
Inkuiri
Berikut ini adalah beberapa mitos dan miskonsepsi tentang inkuiri
(Llewellyn, 2002: 7-10):


Melakukan aktivitas sains hands-on adalah sama dengan melakukan
inkuiri.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
sains hands-on tidak selalu berarti mereka sedang melakukan kegiatan
inkuiri. Walaupun kebanyak kegiatan inkuiri adalah hands-on, namun
tidak semua kegiatan hands-on berorientasi inkuiri.



Inkuiri menggunakan metode ilmiah.
Kegiatan inkuiri tidak selalu mengikuti langkah-langkah metode
ilmiah. Inkuiri menggunakan logika pemecahan masalah yang berasal
dari metode ilmiah namun tidak selalu menggunakan langkah-langkah
spesifik yang tercermin dalam metode ilmiah.



Inkuiri tidak terstruktur dan kacau.
Ketrampilan mengelola kelas dalam pembelajaran berbasis inkuiri
sangat diperlukan dan penting, namun kelas yang aktif dan berpusat
pada siswa tidak bisa disamakan dengan kelas yang kacau dan tidak
terstruktur.



Inkuri adalah mengajukan banyak pertanyaan pada siswa.
Miskonsepsi yang paling umum dalam diri guru adalah bahwa
pengajaran inkuiri adalah mengajukan banyak pertanyaan.



Jika saya mengajak siswa berinkuiri, guru harus siap menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh siswa.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-13

Pembelajaran berbasis inkuiri bukan hanya mencari jawaban yang
benar, namun juga mencari pertanyaan yang benar. Oleh karena itu
peran guru dalam kegiatan inkuiri adalah sebagai fasilitator dan bukan
sebagai sumber informasi.


Inkuiri hanya bisa dilakukan di level SD dan SMP, namun guru-guru
level SMA tidak memiliki waktu ekstra untuk melakukan inkuiri.
Pembelajaran

inkuiri

membutuhkan

banyak

waktu,

namun

mengembangkan ketrampilan berfikir tingkat tinggi, mengajak siswa
untuk

mengajukan

pertanyaan,

merencanakan

pemecahannya,

mengumpulkan dan menyusun data merupakan ketrampilan yang
harus diasah sepanjang waktu.


Pembelajaran berbasis inkuiri sulit untuk dinilai.
Seperti halnya menilai konsep atau topik dalam sains/kimia, maka
kemajuan siswa dalam pembelajaran berbasis inkuiri dapat dinilai
dengan metode evaluasi alternatif seperti portofolio, jurnal, evaluasi
diri atau rubrik.



Inkuiri diperuntukkan siswa yang pandai dan bukan bagi siswa yang
memiliki kesulitan belajar.
Kemampuan berfikir kreatif dan kritis bukan semata-mata untuk siswa
yang pandai. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis inkuiri harus
dilakukan secara adil di semua level pendidikan dan untuk semua
siswa.

C. Beberapa Macam Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Ada beberapa macam penerapan model pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Model Pembelajaran Inkuiri Umum
Di dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri,
belajar adalah kegiatan menumbuhkan keinginan siswa secara alamiah untuk
mengajukan pertanyaan tentang dunia di sekitarnya. Proses inkuiri dasar
adalah serupa di semua level/usia dan di semua kelompok bidang studi
(Llewellyn, 2002), yaitu siswa:


Mengajukan pertanyaan dan mengeksplorasi cara mencari jawabannya.



Menemukan dan mengatur informasi dari berbagai sumber.



Memproses dan mensintesis penemuan mereka.



Berbagi penemuan mereka selama proses berlangsung dan

saling

mendukung satu dengan lainnya dalam kegiatan penyelidikan mereka.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-14



Merefleksikan dan merayakan penemuan inkuiri mereka dengan
komunitas audien.
Dalam implementasinya, pembelajaran inkuiri bisa direncanakan

secara singkat, misalnya menyelesaikan masalah dengan menggali informasi
di perpustakaan atau internet, atau berlangsung dalam jangka panjang
sampai setahun atau lebih, misalnya dengan mengajak siswa untuk
melakukan menyelidikan secara mendalam tentang suatu masalah. Dengan
membangun kelas berbasis inkuiri maka siswa akan lebih terlibat dalam
proses dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri.
Ada beberapa langkah yang pada umumnya nampak dalam siklus inkuiri
seperti yang digambarkan dalam Gambar 2.
Bertanya:
Mengawali
pertanyaan yang
akan diselidiki
Berbagi:
Berbagi dan
mengkomunikasikan
hasil

Brainstorming:
“curah gagasan” ttg
pemecahan masalah

Siklus
inkuiri
Prediksi:
Memilih pernyataan
untuk diuji

Kesimpulan:
Mengumpulkan
bukti dan menarik
kesimpulan
Aplikasi:
Mendesain dan
melaksanakan
rencana

Gambar 2. Siklus inkuiri (Diadopsi dari Llewellyn, 2002: 15)
Seberapa besar keterlibatan siswa dalam kegiatan penyelidikan berbasis inkuiri
tergantung pada pengalaman siswa dalam melakukan kegiatan ini. Jika
ketrampilan siswa berinkuiri semakin berkembang maka bantuan yang mereka
dapatkan dari guru menjadi semakin berkurang sampai akhirnya mereka dapat
melakukan kegiatan inkuiri sendiri.

2. Model Pembelajaran Inkuiri Konstruktivistik

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-15

Prinsip-prinsip konstruktivistik yang menjelaskan bagaimana siswa
belajar dan siklus inkuiri yang menggambarkan bagaimana seorang ilmuwan
bekerja secara ilmiah dapat dipadukan dalam model pembelajaran siklus
inkuiri konstruktivistik seperti gambar 3 berikut.

3. Model Pembelajaran Learning Cycle
Learning cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis
inkuiri dan konstruktivistik. Model ini dikembangkan oleh J. Myron Atkin,
Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study),
di Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1970-an
(Trowbridge & Bybee, 1996). Pada awalnya learning cycle dikembangkan
kedalam 3 fase pembelajaran, yaitu fase Exploration, fase Invention, dan fase
Discovery, yang kemudian istilahnya diganti menjadi Exploration, Concept
Introduction dan Concept Application ( E-I-A). Walaupun istilah yang digunakan
untuk ketiga fase ini berbeda, akan tetapi tujuan dan pedagoginya masih
tetap sama. Model ini kemudian dikembangkan dan dirinci lagi menjadi lima
fase, yang dikenal dengan sebutan 5E (Engagement, Exploration, Explanation,
Elaboration/Extention,

Evaluation).

Selanjutnya

model

learning

cycle

dikembangkan lagi menjadi tujuh fase yang dikenal dengan nama 7E (Excite,
Explore, Explain, Expand, Extend, Exchange, dan Examine). Setiap fase dalam
model ini memiliki fungsi khusus yang dimaksudkan untuk menyumbang
proses belajar dikaitkan dengan asumsi tentang aktifitas mental dan fisik
siswa serta strategi yang

digunakan

guru.

Gambar 4 menunjukkan

perkembangan model learning cycle 3E menjadi 7E. Tujuan learning cycle

5E dan kegiatan siswa dan guru dalam Learning cycle 5E dijelaskan
sebagai berikut:
Engage
Fase engage dimaksudkan untuk menarik perhatian siswa, memunculkan
rasa ingin tahu, mengases latar belakang dan kesiapan siswa, dan
menetapkan arah pembelajaran. Selama fase pembelajaran ini, siswa
dikenalkan dengan topik pelajaran dan dibantu untuk membuat hubungan
antara apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang dapat dikerjakan.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-16

Mengatur data
dan menemukan
hubungan
Mengumpulkan bukti
dan data

Menarik
kesimpulan dari data

Mengkomunikasikan
danberbagi hasil

Membandingkan
pengetahuan baru
dengan pengetahuan
awal

Mendesain dan
melaksanakan rencana

Siklus Inkuiri
Konstruktivistik
Memilih
pernyataan untuk diuji

Menerapkan
pengetahuan baru
pada situasi baru

Brainstorming
pemecahan masalah

Menyatakan
pertanyaan yang
diselidiki

Memilih dan
merevisi
pertanyaan

Mengemukakan
dan mencatat
pertanyaan

Menyediakan
eksplorasi

Mengases
pengetahuan awal

Mengenalkan
topik

Gambar 3. Siklus inkuiri (Diadopsi dari Llewellyn, 2002: 47)

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-17

Atkin dan Karplus-E-I-A

Bybee-5E

Eisenkraft-7E
Elicit

Engage
Engage
Explore

Explore

Explore

Invention

Explain

Explain
Elaborate

Elaborate

Discovery

Evaluate
Elaborate
Extend
Gambar 4. Model Pembelajaran Learnng Cycle 3E, 5E dan 7E
(Gallagher, 2007: 45)
Kegiatan guru: membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
topik yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan dan
menggali respon tentang apa yang diketahui oleh siswa tentang
topik/konsep tersebut.
Kegiatan siswa: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan topik
dan menunjukkan minat terhadap topik.

Explore
Fase ini melibatkan siswa dalam pengalaman bermakna yang relevan dengan
topik yang diajarkan. Siswa memperoleh landasan pengalaman melalui
eksplorasi

langsung

materi

pelajaran.

Yakinkan

siswa

telah

terlibat

pikirannya sebelum menggali ide-ide tentang materi pelajaran.
Kegiatan guru: Mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa pengarahan
langsung dari guru, mengamati dan mendengarkan siswa saat
mereka berinteraksi, mengajukan pertanyaan penyelidikan
untuk

mengarahkan

investigasi

siswa

jika

diperlukan,

memberikan waktu pada siswa untuk berteka-teki melalui
permasalahan dan berperan sebagai konsultan bagi siswa.

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-18

Kegiatan siswa: berfikir bebas tetapi dalam lingkup aktifitas yang dilakukan,
menguji

prediksi

atau

hipotesis,

membuat

prediksi

dan

hipotesis baru, mencoba alternatif dan mendiskusikannya
dengan teman lainnya, mencatat pengamatan dan ide-ide dan
menangguhkan pendapat/keputusan.

Explain
Dalam fase ini siswa mengkomunikasikan ide-ide mereka berdasarkan hasil
observasi dalam kegiatan fase eksplorasi. Siswa menjelaskan pemahamannya
tentang konsep-konsep yang mereka pelajari. Melalui sederet pertanyaan yang
disusun dengan cermat, guru membantu mengklarifikasi pemahaman siswa
dengan mengkaitkan pengalaman belajar siswa menuju

konsep (bergerak

dari konkrit ke abstrak) dan mengenalkan konsep-konsep baru atau istilah
baru.
Kegiatan guru: Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi
dalam bahasa mereka sendiri, meminta pembenaran/justifikasi
(bukti-bukti) dan klarifikasi dari siswa, memberikan definisi
formal, penjelasan dan label baru, menggunakan pengalaman
siswa terdahulu sebagai dasar untuk menjelaskan konsep.
Kegiatan siswa: menjelaskan pemecahan atau jawaban yang mungkin pada
teman lainnya, mendengarkan penjelasan orang lain dengan
kritis, mempertanyakan penjelasan orang lain, mendengarkan
dan mencoba memahami penjelasan yang diutarakan guru,
mengacu pada aktifitas sebelumnya, menggunakan pengamatan
yang dicatat dalam penjelasan.

Elaborate
Siswa menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh pada situasi baru.
Mereka

meneruskan

menggunakan

membangun

pengalaman

baru

pemahaman

konsep

untuk memperluas

mereka

dan

pengetahuan

dan

ketrampilan
Kegiatan guru:

meminta siswa untuk menggunakan label formal, definisi

dan penjelasan yang telah diberikan sebelumnya, mendorong
siswa

untuk

menerapkan

dan

memperluas

konsep

dan

ketrampilan dalam situasi baru, mengingatkan siswa pada
penjelasan-penjelasan alternatif.
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-19

Kegiatan siswa:

menerapkan label, definisi dan ketrampilan yang baru

diperoleh ke dalam situasi yang baru dan mirip, menggunakan
informasi

sebelumnya

untuk

mengajukan

pertanyaan,

mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, mendesain
percobaan, menggambarkan kesimpulan yang masuk akal dari
bukti-bukti

yang

diperoleh,

mencatat

pengamatan

dan

penjelasan dan mengecek pemahaman diantara siswa.

Evaluate
Siswa mengases pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan mereka. Guru
dapat menggunakan hasil belajarnya untuk mengevaluasi kemajuan siswa.
Evaluasi dapat dilakukan disetiap fase pembelajaran.
Kegiatan guru:

mengamati siswa ketika siswa menerapkan konsep dan

ketrampilan yang baru, menilai pengetahuan siswa dan/atau
ketrampilan siswa, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah
pikiran dan tingkah laku mereka, memberi kesempatan pada
siswa

untuk

menilai

belajarnya

dan

ketrampilan

proses

kelompok.
Kegiatan siswa:

menjawab pertanyaan terbuka dengan menggunakan

pengamatan dan bukti-bukti dan penjelasan sebelumnnya yang
diterima, menunjukkan pemahaman atau pengetahuan konsep
atau ketrampilan, mengevaluasi kemajuan dan pengetahuan
mereka sendiri, mengajukan pertanyaan terkait yang dapat
mendorong investigasi selanjutnya.

4. Model Pembelajaran PBL (Problem-Based Learning)
Problem-Based Learning (PBL) dikembangkan di sekolah medis di awal
tahun 1970an (Savery & Duffy, 1995). Menurut Boud and Feletti (1991:14)
PBL adalah “a way of constructing and teaching courses using problems as the
stimulus and focus for learner activity. It is not simply the addition of problemsolving activities to otherwise discipline centered curricula, but a way of
conceiving of the curriculum which is centered around key problems in
professional practice”. PBL merupakan model pembelajaran berpusat pada
siswa dan berbasis inkuiri.

Proses inkuiri dicirikan oleh aktivitas mencari

jawaban terhadap pertanyaan, rasa ingin tahu, keraguan, dan ketidakpastian
suatu fenomena dalam kehidupan. Sedangkan masalah merupakan suatu
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-20

keraguan, kesulitan atau ketidakpastian yang membutuhkan pemecahan.
Oleh karena itu, kegiatan inkuiri yang dilakukan oleh siswa merupakan
bagian yang penting dalam PBL dan pemecahan masalah (Barell, 2007: 3).
PBL mengajarkan materi dan ketrampilan dalam domain pengetahuan dengan
menggunakan tantangan atau

masalah-masalah

otentik yang

dirancang

dengan teliti dan substantif (Savery and Duffy, 1995) sebagai stimulus dan
fokus untuk aktivitas siswa yang kolaboratif dan mandiri (self directed) (Boud
and Feletti, 1991). Jadi secara ringkas ciri-ciri PBL adalah sebagai berikut:


Memfokuskan pada masalah, yaitu siswa mengawali belajar dengan
melakukan simulasi untuk masalah otentik dan tidak terstruktur.
Materi dan ketrampilan yang dipelajari disusun seputar masalah,
bukan dalam bentuk daftar topik yang hirarkis sehinga ada hubungan
timbal

balik

antara

pengetahuan

dan

masalah.

Membangun

pengetahuan didorong oleh masalah dan diterapkan kembali pada
masalah.


Berpusat pada siswa, oleh karena itu fasilitator tidak bisa mendikte
belajar.



Mandiri,

misalnya

siswa

secara

individual

dan

kolaboratif

mengasumsikan tanggungjawab untuk menghasilkan isu-isu dan
proses belajar melalui penilaian diri dan penilaian teman sendiri dan
mengakses bahan ajarnya sendiri.


Refleksi diri, yaitu siswa memonitor pemahamannya dan belajar
mengatur strategi belajarnya.



Guru adalah fasilitator (bukan pendesiminasi pengetahuan) yang
mendukung dan memodelkan proses penalaran, memfasilitasi proses
kelompok dan dinamika antar siswa, menggali pemahaman siswa
secara mendalam, dan tanpa pernah menyelipkan materi atau
memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa.

Dalam menerapkan PBL ada 7 fase yang harus diikuti (Ramsay & Sorrel,
2006), yaitu:
1. Kasus atau Pernyataan Masalah: Fasilitator menyajikan pendahuluan
untuk suatu masalah. Tujuan tahap ini adalah untuk membangun
hubungan pribadi antara masalah dengan siswa mereka. Contoh kegiatan
yang dilakukan misalnya mendatangkan pembicara tamu, memutar video,
membaca cerita di koran, mengamati foto atau kasus yang ditulis. Tahap
ini memberikan latar belakang informasi yang diperlukan agar siswa dapat
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-21

menempatkan pentingnya konteks masalah dan hasil dalam peernyataan
masalah yang kurang terstruktur.
Contoh masalah dalam kimia:
Jika titik leleh dan titik didih molekul yang terdiri dari atom-atom
yang sama atau berbeda dalam tabel periodik diperiksa, maka
tampak ada perbedaan yang menarik. Titik leleh dan titik didih
untuk molekul HCl yang tersusun dari unsur H dan Cl adalah
−114°C dan −85°C, sedangkan nilai ini untuk molekul NO yang
tersusun dari N dan O berturut-turut adalah −163°C dan −151°C.
Dengan melihat data ini, bagaimanakah gaya tarik antar molekulmolekulnya, yang berada dalam fase gas pada suhu kamar,
memungkinkan partikel itu dalam fase cair atau padat pada suhu
rendah?
Hal serupa, seperti terlihat dalam tabe di bawah, titik leleh dan titik
didih untuk molekul F2, Cl2, Br2, I2, yang terdiri dari unsur
golongan 7A, berbeda satu dengan lainnya: gas F2 dan Cl2 gas, Br2
cair, dan I2 padat pada suhu ruang. Bagaimanakah menjelaskan
perbedaan ini?
Zat

F2

Cl2

Br2

I2

Titik leleh (°C)

−220

−101

−7

114

Titk didih (°C)

−188

−29

59

184

(Dikutip dari Tarhan, dkk. 2008)

2. Pertanyaan:

Guru/Fasilitator akan mengarahkan diskusi kelas untuk

menentukan jawaban dari pertanyaan di bawah ini.


Apakah yang sudah kita ketahui? (Fakta-fakta tentang kasus itu)



Apa yang perlu kita ketahui? (Fakta lain yang hilang pada poin ini)



Apakah yang perlu kita pelajari lagi? (Konsep sains/kimia yang perlu
diteliti lagi, dielaborasi atau didefinisikan).

Sebelum melakukan diskusi kelas, guru mungkin meminta siswa untuk
berdiskusi di dalam kelompok masing-masing yang terdiri dari 3-5 orang
siswa. Dari contoh masalah kimia di atas, kemungkinan pertanyaan yang
dinyatakan adalah:


Apakah pengaruh perbedaan keelektronegativan, jumlah elektron
dan ukuran atom pada titik leleh dan titik didih?

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-22



Mengapa

meningkatnya

titik

leleh

dan

titik

didih

dapat

meningkatkan perbedaan keelektronegativan dan polaritas dalam
molekul HCl dan NO?


Mengapa meningkatnya titik leleh dan titik didih molekul non polar
seperti F2, Cl2, Br2, dan I2, yang tidak memiliki perbedaan
keelektronegativan,

dibarengi

dengan

meningkatkan

jumlah

elektron dan ukuran molekul?
3. Rencana Tindakan:

Siswa dalam kelompok membuat perencanaan

tentang bagaimana mereka akan menemukan informasi yang diperlukan.
Misalnya, membuat perencanaan dengan cara membuat daftar sumbersumber yang dapat membantu penyelidikan, baik berupa buku, artikel,
anggota komunitas atau internet.
4. Penyelidikan:

siswa

dalam

kelompoknya

melaksanakan

rencana

tindakannya. Fasilitator dapat memilih aktivitas apa yang akan dilakukan
siswa yang memberikan informasi atau elaborasi tentang konsep-konsep
dasar yang diidentifikasi dalam fase pertanyaan. Langkah ini seringkali
disebut sebagai ‘metakognisi’.
5. Meninjau kembali kasus - Evaluasi: ketika kegiatan kelompok selesai,
kelompok berkumpul kembali untuk melaporkan dan mengkaji kembali
pertanyaan. Penyelidikan lebih lanjut mungkin saja masih diperlukan.
6. Produk akhir atau Kinerja: setiap kasus menyimpulkan dengan produk
atau kinerja kelompok, atau bagian dari kelompok. Fasilitator sebaiknya
menyediakan tim investigasi dengan beberapa pilihan produk atau kinerja.
Ini bisa termasuk rencana untuk tindakan selanjutnya.
7. Evaluasi Akhir & Umpan Balik. Siswa penginvestigasi mengevaluasi
kinerjanya, kinerja tim, dan kualitas masalah itu sendiri. Guru meminta
siswa untuk menyampaikan apa yang dapat terlaksana dengan baik dan
apa yang tidak.

II. RANGKUMAN
Inkuiri adalah kegiatan yang mencakup banyak aspek seperti kegiatan
pengamatan; mengajukan pertanyaan; mengkaji buku atau sumber-sumber
informasi; menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data; mengusulkan jawaban, penjelasan dan prediksi;
dan mengkomunikasikan hasil. Ada beberapa mitos dan miskonsepsi tentang
inkuiri yaitu: melakukan aktivitas sains hands-on adalah sama dengan
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-23

melakukan inkuiri; inkuiri menggunakan metode ilmiah; inkuiri tidak
terstruktur dan kacau; inkuri adalah mengajukan banyak pertanyaan pada
siswa; jika saya mengajak siswa berinkuiri, guru harus siap menjawab semua
pertanyaan yang diajukan oleh siswa; inkuiri hanya bisa dilakukan di level
SD dan SMP, namun guru-guru level SMA

tidak memiliki waktu ekstra

untuk melakukan inkuiri; pembelajaran berbasis inkuiri sulit untuk dinilai;
inkuiri diperuntukkan siswa yang pandai dan bukan bagi siswa yang
memiliki kesulitan belajar. Ada beberapa macam model pembelajaran
berbasis

inkuiri,

yaitu:

model

pembelajaran

inkuiri

umum,

model

pembelajaran inkuiri konstruktivistik, model pembelajaran learnig cycle 5E
dan model pembelajaran PBL.

III. LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran inkuiri!
2. Jelaskan beberapa mitos dan miskonsepsi tentang pembelajan inkuiri!
3. Bagaimanakah cirri model pembelajaran inkuiri yang umum?
4. Bagaimanakah ciri model pembelajaran inkuiri konstruktivistik?
5. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran dalam model learning cycle
5E?
6. Bagaimanakah ciri-ciri model pembelajaran PBL (Problem-Based
Learning)?
7. Bagaimanakah langkah-langkah dalam model pembelajaran PBL?

Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-24

Kegiatan Belajar 4:
Model Pembelajaran Kooperatif
1. Deskripsi isi:
Bagian Model Pembelajaran Kooperatif membahas tentang pengertian
pembelajaran kooperatif; langkah-langkah umum dalam menerapkan
pembelajaran kooperatif; dan model pembelajaran kooperatif.

2. Kompetensi:
Menguasai

konsep-konsep

dasar

pada

pengertian

pembelajaran

kooperatif; langkah-langkah umum dalam menerapkan pembelajaran
kooperatif; dan model pembelajaran kooperatif.

3. Tujuan:
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menguasai
konsep-konsep dasar pada pengertian pembelajaran kooperatif; langkahlangkah umum dalam menerapkan pembelajaran kooperatif; dan model
pembelajaran kooperatif.

I.

URAIAN SINGKAT

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model

pembelajaran

kooperatif

merupakan

model

pembelajaran

berbasis konstruktivistik. Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai siswa
belajar bersama dalam kelompok kecil (@ 3-4 orang siswa) sehingga setiap
individu dapat berpartisipasi secara aktif dalam tugas-tugas kolektif yang
sudah ditentukan tanpa pengawasan langsung dari guru (Cohen, 1994:3).
Siswa dalam kelompok saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai fasilitator dalam
membimbing siswa menyelesaikan materi tugas dan mengatur siswa kedalam
kelompok belajar yang benar-benar kooperatif. Agar kondisi tersebut benarbenar terjadi, maka guru harus memahami lima unsur dasar yang harus ada
dalam belajar kooperatif yaitu:
a) Saling ketergantungan positif (positive inter-dependence). Siswa harus
merasa bahwa mereka saling tergantung secara positif dan saling terikat
antar sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila
Model-Model Pembelajaran Sains/Kimia PLPG-2012 Rayon 115 UM

1-25

siswa lain juga tidak sukses. Dengan demikian, materi tugas haruslah
mencerminkan aspek saling ketergantungan seperti dalam hal tujuan
belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan;
b) Interaksi langsung (face-to-face interaction) antar siswa. Hasil belajar yang
terbaik dapat diperoleh dengan cara adanya komunikasi verbal antar
siswa

yang

didukung

oleh

saling

ketergantungan

positif.

Belajar

kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu dengan
lai