Model Pembelajaran Teknik-rev

(1)

MODEL MODEL PEMBELAJARAN

DR. H. AMAT NYOTO, M.Pd DRS. MADE WENA, M.Pd., M.T

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PANITIA SERTIFIKASI GURU (PSG) RAYON 115 2012


(2)

PRAKATA

Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah dalam usaha peningkatan kualitas pendidiklan, namun sampai saat semua usaha-usaha tersebut belum menampakkan hasil yang maksimal. Salah satu usaha peningkatan kualitas pendidikan yang kini dilakukan pemerintah adalah peningkatan kualitas guru dan dosen, melalui program sertifikasi. Melalui program ini para guru dan dosen diharapkan betul-betul memiliki kemampuan profesional, yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu.

Salah satu kemampuan dan keahlian profesional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran. Seorang guru dan dosen tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik. Oleh karena itu, bahan ajar dengan Judul „ Model-Model Pembelajaran“, ini penting artinya bagi guru dan dosen untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran. Disamping itu bahan ajar ini juga sangat berguna bagi para mahasiswa kependidikan, khususnya yang berhubungan dengan matakuliah belajar pembelajaran yang merupakan matakuliah wajib bagi calon-calon guru.

Bahan ajar ini dibagi menjadi 3 bab, yaitu bab 1: Pendahuluan: Konsep Belajar dan Pembelajaran, bab 2: Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Model Dan Disain Pembelajaran, dan bab 3: Model-Model Pembelajaran yang Efektif.

Dalam penyusunan bahan ajar ini kami telah berusaha melakukan pengkajian dan penelusuran yang mendalam serta berusaha untuk menyampaikan materi secara lengkap dan sistematis, namun tentunya setiap karya tidaklah ada yang benar-benar sempurna. Oleh karena itu kami sangat terbuka atas saran maupun kritik yang bertujuan untuk menyempurkan isi bahan ajar ini. Harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan serta pengetahuan pembaca, khususnya dalam bidang strategi pembelajaran. Malang, Mei 2012


(3)

DAFTAR ISI

PRAKATA ……… i

DAFTAR ISI ………... ii

BAB I PENDAHULUAN: KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Aliran Filsafat ………... 2

B. Madzhab Pendidikan ……… 3

C. Definisi Belajar ………... 4

D. Teori Belajar ……… 5

E. Ciri-Ciri Belajar ……….. 11

F. Tujuan dan Unsur-Unsur Dinamis Belajar ……… 13

G. Bentu-Bentuk Belajar ……… 21

H. Pertanyaan Evaluatif ……… 30

BAB II PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, MODEL DAN DISAIN PEMBELAJARAN A. Pendekatan Pembelajaran ………. 34

B. Strategi Pembelajaran ……… 35

C. Metode Pembelajaran ………. 37

D. Teknik Pembelajaran ……….. 41

E. Taktik Pembelajaran ……… 41

F. Model Pembelajaran ………... 41

G. Disain Pembelajaran ……….. 46

H. Pertanyaan Evaluatif ……….. 49

BAB III MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF A. Pembelajaran Kontekstual ………. 51

B. Pakem ……… 55

C. Pembelajaran Kooperatif ……….. 59

D. Pembelajaran Berbasis Tugas ……….. 62

E. Pembelajaran Berbasis Masalah ……… 63

F. Contoh Langkah-Langkah Model pembelajaran ……….. 67

G. Pertanyaan Evaluatif……….. 97


(4)

1

PENDAHULUAN

KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

EPITOME K O N S E P B E L A J A R & P E M B E L A J A R A N ALIRAN FILSAFAT MADZHAB PENDIDIKAN DEFINISI BELAJAR TEORI BELAJAR CIRI-CIRI BELAJAR TUJUAN & UNSUR –UNSUR DINAMIS BELAJAR IDEALISME RASIONALISME REALISME EMPERISME NATIVISME KONVERGENSI Ernes, Walker, Winkel, Cronbach, Degeng, dsb

BEHAVIORISTIK KOGNITIF HUMANISTIK SIBERNISTIK KEMATANGAN BENTUK BENTUK BELAJAR TUJUAN BELAJAR UNSUR DINAMIS

A DE BLOCK VAN VARREREN

GAGNE ROBERT H DAVIS

A B C D E F G GAGNE BLOOM SISTEM PEMYAJIAN FISIOLOGIS PSIKOLOGIS LINGKUNGAN BEL.


(5)

2 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat: 1. Membedakan pengertian berbagai aliran filsafat

2. Membedakan pengertian belajar ditinjau dari tiga madzhab psikologi pendidikan 3. Menjelaskan berbagai definisi belajar

4. Menjelaskan pengertian belajar dari berbagai perspektif teori belajar 5. Menjelaskan ciri-ciri belajar

6. Menjelaskan macam-macam tujuan belajar menurut Bloom dan Gagne 7. Menjelaskan berbagai macam-macam bentuk belajar

8. Menjelaskan macam-macam bentuk belajar

A.

ALIRAN FILSAFAT

ALIRAN FILSAFAT

IDEALISME

(PLATO)

REALISME ARISTOTELES

RASIONALISME RENE DESCARTES

EMPIRISME THOMAS HOBBES JOHN LOCKE

Ada empat aliran filsafat yaitu: idealisme, realisme, rasionalisme, dan empirisme. Idealisme (Plato) menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada (realita) hanyalah ide


(6)

3

(gagasan) murni yang ada dalam alam fikiran. Realisme (Aristoteles) menyatakan bahwa keadaan itu ada di alam nyata, tidak di konsepkan dari alam fikiran. Rasionalisme, menyatakan bahwa pengembangan dari aliran Idealisme dan lebih bersifat rasional (Rene Descartes): pengetahuan ilmiah tidak berdasarkan pengalaman karena hal yang kita alami selalu berubah-ubah dan tidak bisa menjadi dasar dari pengetahuan. Konsep pengetahuan bersifat idea dasar yang dikembangkan melalui proses penalaran deduktif. Sedangkan Empirisme (Thomas Hobbes dan dikembangkan oleh John Locke yang selanjutnya

dikenal dengan teori Tabula Rasa atau kertas kosong), menyatakan bahwa sumber harus di cari dalam dunia dan legistimitas dalam demonstrasi.

ALIRAN FILSAFAT

IDEALISME PLATO

REALISME ARISTOTELES

RASIONALISME RENE DESCARTES

EMPIRISME

THOMAS HOBBES JOHN LOCKE

! "#$ % & ' ( # ) * + &(%+,&( &(- . - (, ! %& . % %& & $ (#"& $ $ (, "#% / % * % $ . (0&. ((-

/# "0/+1 (/+#

B.

TIGA MADZHAB PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Nativisme, bahwa belajar bersumber dari bawaan atau faktor indogin. Artinya apa yang terjadi pada diri manusia memang sudah ada bakat dalam penciptaannya (Arthur Schovenhour).

2. Empirisme, bahwa belajar tergantung pengaruh lingkungan atau faktor exogin (John Locke). Ide terkenal yang dicetuskan John Locke adalah “tabula rasa” yang berarti buku tulis putih yang kosong atau lembaran yang kosong. Anak yang baru lahir


(7)

4

bagaikan kertas putih yang bersih (belum tertulisi) sebagai obyek untuk diperlakukan sesuai dengan kondisi lingkungan (subyek).

! "#$ % & ' ( # ) * + &(%+,&( &(- . - (, ! %& . % %& & $ (#"& $ $ (, "#% / % * % $ . (0&. ((-

/# "0/+1 (/+#

! , ( #(, . (, #/ &(,*#(, ( # ) * + 2+,&( !+/( +0* &% * ( - (, %&0 #"* ( !+/( +0* % / 3 # " 4 - (, & #*# # &" .# &/ - (, *+"+(, # $ ( - (, *+"+(, ( * - (, # /& , &* ( * " .# &/ - (, "&/ #$ # &"& " , & + - * #( #* %&. *#* ( " "# & % (, ( *+(%&"& &(,*#(, (

"# - *

( 5 6 7

6

3. Konvergensi merupakan gabungan dua kutub paham yang berbeda antara Nativisme dan Empirisme, dan menyatakan bahwa belajar adalah hasil interaksi antara

pembawaan dan lingkungan manusia (William Sternt).

C.

DEFINISI BELAJAR

Ernes ER. Hilgard: “learning is the process by which an activity originates or is charged throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural

environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training”

Walker: belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan


(8)

5

rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dala situasi stimulus atau factor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Winkel: belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan , yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Cronbach: belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu mempergunakan panca indera.

Gagne: belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan, belajar merupakan peristiwa yang terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yg dapat diamati, diubah dan dikontrol. Kimpley: belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas

pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

Degeng (1997:3): belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan

pengetahuan yang baru.

D.

TEORI BELAJAR

1. Teori Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon (Gredler, Margaret Bell, 1986: 42). Menurut behavorisme, reaksi yang begitu kompoleks akan menimbulkan tingkah laku, sebagaimana pendapat R.G Bouring, bahwa: (1) complex system of

responses which depend upon meaning involved are better called behavior. (2) Respon is property correlated with stimulus , behaviour with situation. Prinsip-prinsip behaviorisme


(9)

6

adalah: (1) objek psikologi adalah tingkah laku (2) semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek, dan (3) belajar mementingkan terbentuknya kebiasaan.

Edward L. Thorndike (1911) dari Amerika Serikat (dalam teori conectionisme), menyatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon( yang juga berupa pikiran, perasaan

atau gerakan). Dasar dari belajar adalah assosiasi antara kesan pancaindera (sense

impression) dan impuls untuk bertindak (impuls to action) atau terjadinya hubungan antara stimulus (S) dan Response ( R ) disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. Di dalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer (Law of Readiness, Law of Exercise and Repetation, dan Law of Effect) dan hukum sekunder (Law of Multiple Response, Law of Assimilation, dan Law of Partial Activity)

Watson sebagai pelopor lain yang datang sesudah Torndike, berpendapat bahwa stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable) (Gredler, Margaret Bell, 1986: 49). Dia mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan mengganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak

memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting.

Clarh Hull (1943) mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup, karena di dalam teori Hull kebutuhan biologis dan pemuasan

kebutuhannya menempati posisi sentral. Kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar. Haus, tidur dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dengan kebutuhan

biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya.

Edwin Guthri (1952) mengemukakan teori kontiguiti yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya dia berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi


(10)

7

kebiasan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus. Sebagai contoh, orang yang mempunyai kebiasaan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam stimulus (misalnya kenikmatan merokok). Tetapi juga dengan stimulus-stimulus lain seperti minum kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak gagah dan lain-lain.

MENURUT BEHAVORISME, REAKSI YANG BEGITU KOMPOLEKS AKAN MENIMBULKAN TINGKAH LAKU

MENURUT TEORI KOGNITIF , BELAJAR TIDAK HANYA SEKEDAR MELIBATKAN HUBUNGAN ANTARA STIMULUS DAN RESPON, LEBIH DARI ITU BELAJAR MELIBATKAN PROSES BERFIKIR YANG SANGAT KOMPLEKS

TEORI HUMANISTIK LEBIH TERTARIK PADA IDE BELAJAR DALAM BENTUKNYA YANG PALING IDEAL DARI PADA BELAJAR SECARA APA ADANYA, SEPERTI APA YANG BIASA KITA AMATI DALAM DUNIA KESEHARIAN

MENURUT TEORI SIBERNETIK, ITU BELAJAR ADALAH PENGELOLAAN INFORMASI

2. Teori Kognitif

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat berkaitan dengan teori Sibernetik. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetap mengalir, bersambung-sambung menyeluruh. Beberapa pendapat ahli adalah sebagai berikut.

a. Jean Piaget

Menurut Jean Piaget (1975) proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu 1) asimilasi, 2) akomodasi, 3) equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam


(11)

8

benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. b. Model Gestalt

Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr (1880 – 1943) yang meneliti tentang pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.

c. Teori “Cognitive-Field” dari Lewin

Kurt Lewin mengembangkan suatu teori belajar Cognitive- field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing individu berada di dalam satu medan kekuatan, bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu beraksi disebut “Life Space” yang mencakup perwujudan lingkungan di mana individu beraksi. Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan yaitu satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih pada motivasi daripada Reward.

d. Teori Discovery Learning dari Jerome Bruner

Yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebut Discovery Learning. Yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Banyak pendapat yang mendukung Discovery Learning itu diantaranya J. Dewey (1993) dengan Complete Art Reflective Activity atau dikenal dengan Problem Solving. Ide Bruner ini di tulis dalam bukunya Process of Education. Didalam buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science, ahli sekolah/ pengajar dan pendidik tentang pengajaran science dalam hal ini ia berpendapat bahwa mata pelajaran dapat


(12)

9

diajarkan secara efektif dalam membentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna. Dan makin meningkat ke arah abstrak.

e. David P. Ausubel

Menurut Ausubel, belajar menerima dan menemukan masing-masing dapat merupakan hafalan atau bermakna, tergantung pada situasi terjadinya belajar. Yang jelas bahwa belajar dengan hafalan berbeda dengan belajar bermakna. Menghafal sebenarnya mendapatkan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam struktur kognitif belajar hafalan adalah suatu proses belajar yang dlakukan dengan mengingat kata demi kata. Sedangkan belajar bermakna merupakan rangkain proses belajar yang memberikan hasil yang

bermakna. Belajar dikatakan bermakna jika informasi yang dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif siswa, sehingga siswa dapat mengkaitkan pengetahuan baru tersebut dengan struktur kognitifnya.

Menurut Ausubel (1968) siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “pengatur kemajuan (belajar)” (advance organizers) didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.

3. Teori Humanistik

Semangatnya, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori belajar yang ada (behavioristik, kognitif, humanistik, dan sibernetik) teori humanislah yang paling abstrak, dianggap paling mendekat dunia filsafat dari pada dunia pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar secara apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) itu dapat tercapai.


(13)

10

Dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu:

(1) Kognitif yang terdiri dari enam tingkatan, meliputi: Pengetahuan mengingat (menghafal); Pemahaman (menginterprestasikan); Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah); Analisis (menjabarkan suatu konsep); Sintesis (menggabungkan bagian –bagian konsep menjadi suatu konsep utuh); Evaluasi (membandingkan nilai-nilai , ide, metode dan sebagainya).

(2) Psikomotor yang terdiri dari lima tingkatan, meliputi: Peniruan (menirukan gerak ); Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak); Ketepatan (melakukan gerak dengan benar); Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar); Naturalisasi( melakukan gerak secara wajar)

(3) Afektif, yang terdiri dari lima tingkatan, meliputi: Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu); Merespon (aktif berpartisipasi); Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu); Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai); Pengamalan (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat, yaitu: (1) Pengalaman kongkrit; (2) Pengamatan aktif dan reflektif; (3) Konseptualisasi; dan (4) Eksperimentasi aktif.

Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakekat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian terjadi seperti itu. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar. Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu. Serta mulai

berusaha memikirkan dan memahaminya. Inilah yang kurang lebih terjadi pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan –aturan umum (generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun nampak berbeda-beda tetapi mempunyai landasan aturan yang sama. Pada tahap akhir

(ekperimentasi aktif) siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.


(14)

11

Menurut Kolb, siklus belajar semacam itu terjadi secara kesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran siswa. Dengan kata lain, meskipun dalam teorinya kita mampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan tahap lainnya itu sering kali terjadi begitu saja, sulit kita menentukan kapan beralihnya.

Untuk siswa yang bertipe reflektor, sebaliknya cenderung sangat berhati-hati dalam mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa tipe ini cenderung “konservatif” dalam arti mereka lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruk suatu keputusan. Sedang siswa yang bersifat teoris biasanya sangat kritis, senang

menganalisis dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Bagi mereka berfikir secara rasional adalah suatu yang sangat penting. Mereka biasanya juga sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang berisfat spikulatif. Dan siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Teori

memang penting, namun bila teori tidak bisa dipraktekkan, untuk apa ? kebanyakan siswa dari tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek teoritis filosofis dari sesuatu. Bagi mereka sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika bisa dipraktekkan. 4. Teori Sibernetik

Teori belajar sibernetik adalah teori belajar yang dianggap paling baru. Teori berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori itu belajar adalah pengelolaan informasi. Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu. Informasi inilah yang akan menetukan proses.

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa. Maka sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

E.

CIRI-CIRI BELAJAR

Manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan tersebut bersurnber dari peristiwa


(15)

12

kematangan (maturation) dan belajar (learning) atau kombinasi dari kedua peristiwa tersebut.

Kematangan adalah proses perkembangan yang di dalamnya orang dari waktu ke waktu menunjukkan berbagai ciri-ciri yang berbeda bersumber dari cetak biru (blueprint) yang telah dibawanya sejak masa konsepsi masa bertemunya ovum dan spermatozoa. Pada pertumbuhan yang nornal, bayi berusia I tahun, berdiri dan berjalan dengan sendirinya; sebaliknya kita tidak dapat memaksakan bayi baru lahir untuk berdiri dan berjalan. Ke-cenderungan tertarik dengan lawan jenis pada usia sekitar 12 tahun, sejalan dengan cetak birunya bahwa pada usia tersebut telah terjadi perkembangan organ dan fungsi seksual. Orangtua dapat memaksakan anaknya yang masih usia kanak-kanak untuk dikawinkan, namun mereka tidak akan melaksanakan tugas-tugas sebagaimana layaknya suami-isteri. Contoh-contoh itu merupakan bukti bahwa kematangan sebagai determinan dari peristiwa perkembangan manusia.

Belajar sebagai kebalikan dari kematangan, perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan individu tidak diwariskan dari genetika. Perubahan-perubahan dapat berupa pengertian, tingkah laku, persepsi, motivasi atau kombinasi dari unsur-unsur itu dan selalu menunjukkan perubahan yang sistematis dalam tingkahlaku atau disposisi

tingkahlaku yang terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman dalam situasi tertentu. Secara definitif terdapat sejumlah pengertian tentang belajar. Pada umumnya orang mengartikan belajar sebagai proses-perubahan tingkahlaku atau perubahan dari tidak tahu/mengerti menjadi tahu/mengerti. Beberapa perbedaan cara pandang mengenai

pengertian belajar dapat difahami sebagai akibat dari pandangan tentang hakekat manusia dan lingkungannya.

Dalam kehidupan sehari-hari kedua konsep kematangan dan belajar tidak dapat dipisahkan secara kaku. Banyak perubahan tingkahlaku yang merupakan kombinasi dari kedua peristiwa tersebut. Dalam banyak pembahasan mengenai perkembangan individu disebutkan bahwa perkembangan suatu aspek atau ciri-ciri pribadi tertentu akan mencapai optimal, kalau ia ada pada masa kematangannya dan disertai dengan belajar yang tepat dan sistematis.


(16)

13

F.

TUJUAN DAN UNSUR-UNSUR DINAMIS BELAJAR

1. Tujuan Belajar

Perumusan tujuan belajar lebih banyak terkait dengan teknik mengajar dari sudut pandang behavioristik dan kognitif. Ada tiga alasan pokok mengapa tujuan belajar

dinyatakan yaitu: 1) guru menyatakan tujuan belajar bila ingin siswanya berhasil, 2) memotivasi dan membantu siswa agar dapat lebih efektif dalam belajar, dan 3) evaluasi bagaimana pencapaian tujuan yang baik dan mengambil langkah untuk mengadakan pengajaran remidial bagi yang membutuhkan.

Tujuan perlu diberitahukan kepada siswa. Dalam hal ini Mager menyatakan bahwa sekali seorang guru mengambil keputusan untuk mengajarkan sesuatu,

pertama-tama ia harus memutuskan tujuan yang hendak dicapai. Selanjutnya ia memilih prosedur, isi, dan metode yang sesuai dengan tujuan tersebut. Oleh karena siswa harus berpartisipasi aktif dan merasa turut memiliki mata ajaran tersebut, maka ia harus diberitahu. Ada tiga hal yang harus dilakukan 1) uraikan apa yang anda inginkan dari siswa, apa yang dapat mereka perbuat bila menyelesaikan satu pokok bahasan, 2) berikan motivasi dan petunjuk pada siswa, informasi dan keterampilan apa yang harus mereka


(17)

14

miliki, dan 3) biarkan siswa menentukan apa yang harus mereka selidiki mengenai informasi dan keterampilan yang diperlukan. Dengan prosedur yang baik ini guru harus memiliki gagasan nyata dalarn memulai suatu ajaran tentang apa yang siswa dapat perbuat.

ADA TIGA HAL YANG HARUS

DILAKUKAN MENURUT

MAGER

membiarkan siswa menentukan apa yang harus mereka selidiki

mengenai informasi dan keterampilan yang

diperlukan

menguraikan apa yang anda inginkan dari siswa, apa yang

dapat mereka perbuat bila menyelesaikan satu

pokok bahasan

memberikan motivasi dan petunjuk pada siswa,

informasi dan keterampilan apa yang harus mereka

miliki,

Gagne (1977) membagi lima kategori pokok dari kapabilitas yang harus dipelajari manusia. Kapabilitas itu terdiri atas 1) keterampilan intelektual, 2) strategi kognitif 3) informasi verbal, 4) keterampilan motor, dan 5) sikap.

Keterampilan Intelektual. Keterampilan ini merupakan kapabilitas yang membuat orang kompeten. la memungkinkan seseorang merespon konseptualisasi lingkungan. Dalam perkembangannya ia dipengarubi oleh kondisi internal dan ekstemal. Wujud dari keterampilan ini dalam diri seseorang berupa kaidah (rule) yang terdiri atas diskriminasi, konsep, kaidah, dan kaidah dalam tataran yang tinggi (problem solving). Ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu 1) karakteristik keterampilan intelektual yang


(18)

15

dipelajari sebelumnya, 2) ada perbedaan penting dalam kondisi belajar yang diperlukan untuk setiap tipe keterampilan intelektual.

Strategi Kognitif merupakan keterampilan internal yang terorganisir tentang memilih dan mengarahkan proses internal yang limit dalam memutuskan dan memecahkan masalah-masalah baru. Kapabilitas ini dipengaruhi pula oleh kondisi internal dan ekstemal. Kunci dari kapabilitas ini ada pada kemampuan manusia untuk mengelola dirinya.

Informasi Verbal adalah suatu kapabilitas untuk menyimpan informasi yang didapat dalam belajar yang akan dikeluarkan kembali jika diperlukan. Informasi ini sangat penting karena 1) untuk mengetahui kenyataan atau fakta tertentu, 2) merupakan bantuan dan yang menyertai belajar, dan 3) sebagai penspesialisasian pengetahuan.

Keterampilan Motor merupakan satu atau beberapa kapabilitas pada manusia yang nyata untuk mengamati dan menjalankan atau mengoperasikan sesuatu.

Sikap merupakan kapabilitas yang dimiliki siswa tentang memilih

bermacam-macam aktivitas. Komponen yang termasuk sikap terdiri atas komponen afektif, aspek kognitif, dan konsekuensi perilaku.


(19)

16

Benyarnin S. Bloom membagi tujuan pendidikan atas tiga ranah (domain) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan yaitu 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6) evaluasi. Ranah afektif meliputi sikap dan nilai- nilai terdiri atas 1) penerimaan. (perhatian), 2) responding, 3) valuing, 4) organisasi, 5) karakterisasi melalui suatu nilai atau kompleks nilai. Terakhir, ranah psikomotor terdiri atas 1) persepsi, 2) set 3) respon terkendali, 4) mekanisme, 5) respon kentara yang kompleks, 6) adaptasi, dan 7) keaslian.

! "

#! $!

% & "

'! % "

(!

% )

% % "

*! & " & +!

% ,

-

)

,

-KOGNITIF PSIKOMOTORIK AFEKTIF

! ,

. / !" #! & " $! "

'! "

(! % %

% %

! / "

#! / "

$! % " '! " (! " & *!

Ada beberapa saran apabila kita bermaksud mengembangkan tujuan belajar. Tujuan kognitif akan lebih tepat bila dapat menjawab: Untuk siapakah dan dalam kondisi yang bagaimana kah tujuan seringkali meningkatkan belajar? Melton (1978)

menyimpulkan 1) Tujuan akan berfungsi baik jika anak menyadarinya sebagai arah untuk mempelajari bagian-bagian tertentu dan merasa bahwa tujuan itu membantu dirinya; 2) Anak-anak dengan kemampuan rata-rata akan lebih diuntungkan ketimbang anak dengan kernampuan tinggi atau rendah; 3) Tujuan mungkin akan kurang menguntungkan bagi anak yang penurut atau sebaliknya yang termotivasi secara internal; 4) Tujuan akan berfungsi baik jika ditulis secara jelas dan tugas-tugas belajarnya tidak terlalu sulit atau terlalu mudah; 5) Jumlah tujuan tidak harus terlalu banyak; 6) Tujuan belajar yang baik


(20)

17

harus dapat menjawab pertanyaan secara tepat yang berkaitan secara langsung dengan tujuan yang direncanakan; 7) Anak yang diberi tujuan cenderung menggunakan waktu lebih untuk mempelajari materi yang cocok dengan tujuan.

Saran terhadap pengajaran yang menggunakan tujuan kognitif 1) Ketika merencanakan setiap unit belajar, siapkan daftar istilah dan fakta yang perlu diketahui siswa; 2) Pusatkan- perhatian pada dalil dan rumus yang membantu anak beIajar dan mememhkan masalah; 3) Telaah bab atau unit belajar untuk menentukan kecenderungan dan unsurnya sehingga dapat dijabarkan; 4) Pusatkan perhatian pada teknik

mengklasifikasi intonasi atau untuk menghubungkan antar orang, obyek dan kejadian dengan menempatkan menurut kategorinya; 5) Jika anda menyuruh siswa membuat penilaian, berikan kreterianya yang memungkinkan mereka gunakan untuk menentukan kualitas dan efektifitas serta nilai; 6) Bila mengajar siswa yang lebih tua, pusatkan perhatian pada prinsip, hukum, teori, dan bagaimana mereka membuat pemahaman atas berbagai kejadian; 7) Bukti usaha sistematik sebagai cara mendorong siswa

menterjemahkan, menginterpretasi, menganalisis, mensintesis, eksuvolasi, dan mengevaluasi.

Untuk tujuan afektif tidak banyak penelitian tentang hal ini namun ranah ini penting karena, akan tampak dalarn tingkahlaku. Beberapa pendidik menganggap bahwa tujuan afektif harus ditekankan sekurang-kurangnya sebanyak tujuan kopitif. Sejalan dengan perkembangan pendidikan humanistik yang menonjol tahun 60-an dan 70-an, maka tujuan afektif menjadi penting. Terhadap tujuan afektif, saran yang diajukan: 1) Bila tepat, doronglah anak untuk menjadi sadar dan mengapresiasi detail-detail; 2) Coba dorong anak untuk menerima ide-ide baru dan toleran terhadap perbedaan; 3) Dorong disiplin diri, barangkali dengan menggunakan teknik pengubahan tingkahlaku; 4) Cobalah untuk mendorong sikap positif ke arah belajar pada umumnya dan ke arah mata pelajaran pada khususnya, melalui (a) komunikasikan perasaan bahwa anda mempercayai bahwa setiap siswa dalam kelas itu dapat belajar dan bahwa anda ingin mereka belajar, dan (b) cobalah untuk meningkatkan pendekatan agar siswa merespon ke arah mata tajam yang anda ajarkan.


(21)

18

Saran terhadap penggunaan tujuan psikomotor:

1). Kapan saja mungkin dan cocok, analisislah sebuah keterampilan untuk memanfaatkan kemampuan psikomotor tertentu yang perlu untuk ditampilkan, selanjutnya susunlah komponen kemampuan agar dapat membantu siswa menguasai keterampilan tersebut sesuai dengan unitnya.

2). Ajarkan demonstrasi (seperti halnya praktek siswa) dan berikan bimbingan verbal untuk penguasaan keterampilan milih secara tuntas. Tahapan ini meliputi (a) Demontrasikan seluruh prosedur, kemudian urutkan langkah - langkah secara unit untuk diikuti, dan akhimya demonstrasikan keterampilan sekali lagi langkah demi langkah; (b) Sediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk berlatih dengan segera begitu demonstrasi selesai; (c) Berilah bimbingan secara verbal atau dengan suatu cara yang memungkinkan siswa untak menampilkan keterampilan mereka sendiri; (d) Berilah bimbingan dalam suasana yang santai, tanpa kritik dan dalam bentuk yang positif.

3) Bila menyajikan sebuah keterampilan baru, berilah bantahan dan dorongan ekstra bagi pemula-pemula yang lamban; 4) Buatlah (pertama-tama) agar siswa sangat berminat dan bersemangat. Bila minat (perhatian) atau kemajuan siswa mendatar, dorong dengan terus berlatih untak mempertahankan keterampilan atau membantu siswa menguasai teknik-teknik yang lebih maju.

Banyak pertanyaan muncul mengenai cara menyatakan tujuan. Robert Mager menyatakan 1) pernyataan tujuan harus mengandung kata-kata atau simbol-simbol yang menggambarkan sesuatu yang sungguh-sungguh dari pendidikan; 2) agar kesungguhan tercapai, rancanglah sesuatu yang dapat dilakukan; 3) rancanglah suatu terminal tingkahlaku; 4) tulislah sejumlah pernyataan untuk setiap tujuan, dan 5) jika sedang memberi pelajaran, berilah catatan mengenai tujuan.

Gronlund menyarankan bahwa cara, yang diajukan Mager itu hanya cocok untuk mengajar yang sifatnya khusus. la menyatakan bahwa tujuan adalah yang pertama dan pen-jelasan yang menjadi titik pokok adalah prinsip-prinsip umum. Untuk itu ia.


(22)

19

tujuan umum suatu daftar hasil belajar khusus; 3) Daftar hasil belajar khusus perlu

diperiksa kembali; hati-hati untuk tidak menghilangkan tujuan yang kompleks karena sukar untuk menentukan tingkahlaku yang spesifik; 5) Konsultasikan alat untuk membantu mengidentifikasi tipe-tipe tingkahlaku yang khusus yang paling layak untuk menjelaskan tujuan kompleks.

Ojemann cenderung melibatkan siswa dalam penulisan tujuan. Sarannya terhadap pernyataan tujuan: 1) Gunakan pendekatan kontrak dengan melibatkan siswa, tertentu dalam menetapkan tujuan.individu dan prosedur evaluasi; 2) Bila. pelajaran

menitikberatkan informasi pertimbangkan urutan di atas; 3) Bila pelajaran

menitikberatkan konsep, prinsip, dan dalil-dalil maka perhatikan pendapat Gronlund di atas; 4) Jika pelajaran menginginkan agar siswa berani dalarn mengembangkan

kemampuan persepsi mereka, buat diskusi tentang mengapa alat-alat dan materi itu penting dalam belajar; 5) Cobalah untuk menyadari kembali mengenai luasnya belajar yang kamu kontrol. Hal ini akan memungkinkan untuk membantu anak dalam membuat pilihan dan dalam mengelola belajar mereka; dan 6) Sesudah mendaftar tujuan kognitif dalarn suatu pelajaran periksa tujuan yang paling baik dalarn rancangan tersebut.

Cara merumuskan tujuan yang paling memadai hendaknya kita memandang manusia sebagai kebulatan yang utuh (fully finctional person). Walaupun kita memandang bahwa padanya terdapat aspek-aspek khusus (kognitif, afektif, dan psikomotor) mereka harus diperlakukan secara terpadu. Atas dasar pandangan terhadap manusia ini maka perumusan tujuan mempersyaratkan: 1) kita berdiri pada posisi tertentu (pendekatan kognitif, pendekatan afektif, atau pendekatan psikomotor) dalam merumuskan tujuan; 2) Ketika merumuskan suatu tuJuan belajar, misalkan kognitif, kita mengaitkan rumusan tujuan itu dengan aspek lain yang berdekatan tujuan ini diranah afektif atau psikomotor, 3) Ridses perumusan dirancang bersama siswa agar kemauan mereka untuk mencapainya lebih tinggi; 4) Masih dimungkinkan revisi tujuan sejalan dengan perkembangan belajar, ketika pencapaian tujuan itu sendiri sedang berproses.

Rumusan tujuan setidaknya mengandung A B C D. A kependekan dari Audience artinya rumusan itu harus jelas sasarannya yakni subyek siapa yang akan melaksanakan atau, menguasai tujuan tersebut B kependekan dari behavior yaitu kata-kata tingkahlaku


(23)

20

yang spesifik, dapat diukur dari tujuan belajar. C adalah conditions yaitu dengan cara begaimana dan dalam situasi apa tingkahlaku yang dimaksud dapat dicapai. D kependekan dari. degree yaitu seberapa jauh secara minimal tingkahlaku itu dikuasai audience. Sebagai contoh dikemukakan rumusan tujuan sebagai berikut:

Ranah kognitif: Membaca bacaan tentang aeromodeling siswa (A) dapat menemukan Kalimat inti (B) dari setiap paragraf tanpa ada satu paragrafpun yang salah (W).

Ranah afektif : Menaiki kendaraan bermotor di jalan raya (C), siswa (A) memilih untuk memakai sabuk pengaman (B) untuk menjaga keselamatan diri dari kecelakaan (D). Ranah psikomotor: Menggunakan jangka (C), siswa (A) menggambar Q lingkaran dengan tepat

2. Unsur-Unsur Dinamis Belajar

UNSUR-UNSUR

DINAMIS BELAJAR

Dalam peristiwa belajar terdapat sejumlah unsur yang berpengaruh menjadi pendukung atau sebaliknya menjadi penghambat. Secara garis besar unsur belajar yang dimaksud adalah faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal ialah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa/mahasiswa sedangkan faktor eksternal bersumber dari luar diri siswa/mahasiswa


(24)

21

PENDENGARAN FISIOLOGIS PENGLIHATAN

KONDISI FISIK KECERDASAN/BAKAT

MOTIVASI PSIKOLOGIS PERHATIAN

BERPIKIR INGATAN LINGKUNGAN INT DALAM KAMPUS

BELAJAR EKS LUAR KAMPUS KURIKULUM SISTEM PENYAJIAN BAHAN BELAJAR

METODE

UNSUR-UNSUR DINAMIS BELAJAR

Dalam peristiwa belajar terdapat sejumlah unsur yang berpengaruh menjadi pendukung atau sebaliknya menjadi penghambat. Secara garis besar unsur belajar yang dimaksud adalah faktor intemal dan faktor ekstemal. Faktor internal ialah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa/mahasiswa sedangkan faktor ekstemal bersumber dari luar diri siswa/mahasiswa.

G.

BENTUK-BENTUK BELAJAR

1. Belajar menurut A.de Block

Bentuk belajar menurut A. De Block dibedakan menjadi tiga , yaitu : (a) Bentuk belajar menurut fungsi psikis; (b) Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari; (3) Bentuk belajar yang tidak begitu disadari.

a. Belajar dinamik

Bentuk belajar ini ciri khasnya terletak dalam belajar menghendaki sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak sembarang menghendaki dan juga tidak menghendaki


(25)

22 b. Belajar afektif

Ciri khas belajar ini adalah menghayati nilai dari obyek –obyek yang diadapi melalui alam perasaan , baik berupa orang , benda, maupun peristiwa. Ciri yang melalui alam perasaan , baik berupa orang , benda maupun peristiwa. Ciri yang lain adalah belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Perasaan seseorang dapat berupa senang atau tidak senang, kemudian orang tersebut mendekati apa yang disenangi atau menjauhi apa yang tidak di senangi. Selanjutnya fungsi dinamik dan afektif

merupakan dua hal yang berkaitan , karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan.

c. Belajar kognitif

Dalam belajar kognitif, orang belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi, baik itu orang , benda maupun peristiwa. Obyek ini dipresentasikan dalam diri orang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang.

Bentuk belajar menurut A. De Block

Bentuk belajar menurut fungsi psikis

Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari

Bentuk belajar yang tidak sebegitu disadari

a. Belajar dinamik b. Belajar afektif c. Belajar kognitif d. Belajar sensori

motorik

e. Belajar teoritis f. Belajar teknis

g. Belajar sosial h. Belajar estetis

i. Belajar insidental j. Belajar dengan

mencoba-coba k. Belajar


(26)

23

Menurut Winkel (1991) , dalam belajar kognitif didapatkan dua aktifitas kognitif yaitu mengingat dan berfikir.

Lebih lanjut Winkel menyatakan ada dua bentuk mengingat , yaitu : (a) mengenal kembali; (b) Mengingat Kembali. Adapun berfikir , Winkel menyatakan bahwa manusia berhadapan dengan obyek –obyek yang mewakili dalam kesadaran , jadi obyek hadir dalam bentuk suatu representasi.

Dan menurut Sumadi(1998), terdapat tiga langkah dalam berfikir , yaitu: (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, (3) penarikan kesimpulan.

d. Belajar sensori motorik

Ciri khas belajar terletak pada belajar menghadapi dan menangani obyek-obyek secara fisik , termasuk kejasmanian manusia sendiri. Dalam belajar ini baik aktivitas mengamati melalui alat-alat indera (sensorik), maupun bergerak dan menggerakkan (motorik) memegang peranan penting, sehingga gangguan pada alat indera menimbulkan kesulitan dalam mengamati dan bergerak.

e. Belajar teoritis

Jenis belajar ini bertujuan untuk mendapatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti pada bidang studi ilmiah. Cakupan dalam belajar ini meliputi: (1) konsep, (2) relasi, (3)struktur hubungan.

f. Belajar teknis

Belajar ini mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serta menyusun bagian-bagian materi menjadi keseluruhan. Belajar ini juga disebut belajar motorik.

Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode. g. Belajar sosial


(27)

24

Belajar ini bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan spontan , demi kehidupan bersama dan memberikan kelonggaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Syah (1991) menyatakan proses belajar perkembangan sosial perlu ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons (conditioning) dan peniruan (imitation). Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

h. Belajar estetis

Belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian. Cakupan dalam belajar ini meliputi : fakta, konsep, struktur, dan metode.

i. Bentuk Belajar Yang Tidak Begitu Disadari

Sebagai manusia , tentunya bergaul dengan lingkungannya, manusia belajar banyak hal yang berguna untuk mengatur kehidupannya. Dalam jenis belajar ini menurut Winkel (1991), meliputi: (1) belajar insidental, (2) belajar tersembunyi, (3) belajar mencoba-coba.

j. Belajar insidental

Belajar berlangsung bila orang mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu tetapi di samping itu juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasarannya.

Misalnya seorang membaca Koran bekas , namun terasa tidak direncanakan , tiba-tiba mereka menemukan artikel yang menarik , sehingga berguna menambah wawasan. k. Belajar bersembunyi

Belajar dapat terjadi bila guru merencanakan supaya siswa belajar sesutau tanpa mereka menyadari sedang belajar yang dimaksud oleh guru.

Misalnya, belajar melalui upacara bendera, siswa secara implisit dilatih belajar disiplin.

l. Belajar dengan mencoba-coba

Belajar mencoba-coba juga dikenal dengan belajar “trial and error”, seperti pada eksperimen Thorndike terhadap kucing.


(28)

25

Dalam eksperimen tersebut kucing belajar, yaitu membuat assosiasi antar perangsang dan reaksi.

Dengan demikian , hakekat belajar mencoba-coba adalah melakukan kegiatan belajar dengan sifat trial and error yang pada akhirnya menemukan hasil, yang semua tidak seberapa disadari.

Contoh lain dari belajar ini adalah: Seseorang mengutak-atik jam dinding di kelas yang mengalami ganguan, lama kelamaan orang tersebut menemukan jawaban dari

masalah jam tersebut, sehingga orang tersebut dapat membetulkan jam dinding yang serupa tanpa coba-coba lagi.

2. Belajar Menurut Van Parreren a. Belajar membentuk otomatisme

Jenis belajar ini meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi juga dapat meliputi belajar kognitif. Winkel (1991) menyatakan ciri khas dari hasil belajar ini terletak pada otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir satu sama lain, seperti dalam mengoperasikan komputer.

Pada belajar tersebut , fase kognitif dimana orang mulai mengetahui macam-macam hal mengenai keterampilan, serta fase latihan dimana orang akan berlatih intensif keterampilan tersebut. Keuntungan dari mempunyai kemampuan yang telah menjadi suatu otomatisme adalah orang dapat mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik.

b. Belajar Insidental

Orang belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tersebut, dan tidak direncanakan sebelumnya.

c. Belajar Menghafal

Bentuk belajar ini peran memori jangka panjang. Orang menanamkan kembali secara harfiah sesuai dengan materi yang asli. Di samping itu, dalam menghafal orang yang dapat menciptakan skema kogniti, di mana dalam ingatan, seseorang yang telah


(29)

26

menghafal tersimpan semacam program informasi yang dapat diputar kembali saat dibutuhkan.

Misalnya: dalam menghafal barisan bilangan , orang memanfaatkan kaidah yang terandung di dalamnya.

Syarat lain dalam menghafal adalah mengulang kembali materi hafalan, sehingga tertanam dalam ingatan. Menurut Dimyati dan Haryono (1999). Dengan pengadaan pegulangan daya-daya (daya mengamati, mengingat, berfikir , merasakan, dan lain-lain) akan menjadi sempurna.

d. Belajar Pengetahuan

Melalui bentuk belajar ini orang dapat mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang . ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dalam kata-kata sendiri.

Menurut Van Patreren (dalam Winkel, 1991) pengetahuan dibedakan antara pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja. Untuk itu disarankan selama proses belajar pengetahuan perlu diusahakan agar pengetahuan yang baru di

hubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki , sehingga pengetahuan yang dimiliki bersifat fungsional.

Hal ini senada dengan Wayan Seregeg(1989), hendaknya dalam belajar

pengetahuan perlu mengkonseptualisasikan informasi yang baru dengan konsep yang telah dimiliki, agar belajar anak menjadi penuh kebermaknaan (meaning verbal leraning)

Dalam belajar pengetahuan perlu juga diperhatikan perkembangan intelektual anak, sebab pengetahuan dibentuk oleh individu karena indivdu berinteraksi terus menerus dengan lingkungan

Adapun tahap perkembangan intelektual menurut Piaget adalah sebagai berikut: (1) Sensori motorik(0-2 tahun) , anak mengenal lingkungan dengan penglihatan ,

penciuman, dan pendengaran; (2) Pra operasional (2-7 tahun), anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, dan menggolongkan; (3) Operasi konkret (7-11 tahun) , dapat mengembangkan pikiran logis, mengikuti penalaran logis, kadang-kadang memecahkan masalah dengan trial and


(30)

27

error; (4) Operasi formal (11 tahun keatas), dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.

e. Belajar arti kata-kata

Dalam belajar ini orang dapat menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

f. Belajar konsep

Dalam belajar ini orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda kejadian, dan orang , yang ditinjau pada aspek-aspek tertentu saja.

Konsep menurut Winkel (1991), adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Dengan demikian belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Contoh, prisma adalah bangun ruang yang memiliki atap dan alas sama panjang.

g. Belajar memecahkan problem melalui pengamatan

Dalam belajar ini , orang juga diharapkan pada suatu problem yang harus

dipecahkan dengan mengamati baik-baik, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur di dalam problem. Berdasarkan melalui perubahan dalam pengamatan lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem. h. Belajar berfikir

Pada jenis belajar ini, orang juga dihadapkan pasa suatu problem yang harus dipecahkan , namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya mempergunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu

Misalnya, anak diminta melengkapi dua bilangan berkutnya setelah bilangan 1-4-7-10, maka anak menemukan kaidah +3, sehingga dengan mudah mendapatkan bilangan berikutnya.


(31)

28

Proses belajar seseorang yang sangat menyadari tuntutan dalam belajar, sekaligus caranya dia bekerja, sehingga orang tersebut melakukan serangkaian kegiatan sistematis yang meliputi, orientasi bacaan, dan membuat langkah-langkah untuk memecahkan maslah. Setelah hasilnya, orang tersebut mengadakan refleksi tepat atau tindakan langkah tersebut. Kalau tidak tepat dianalisa jangan sampai terulang kembali langkah tersebut. Dan bila tepat ditinjau lagi apa yang membuat tepat ,sehingga orang dapat menghubungkan hasil yang baru diperoleh dengan apa yang dipahaminya.

j. Belajar dinamik

Bentuk belajar ini dibentuk kemauan, sikap, motif, dan modalitas perasaan yang semuanya, mengambil bagian dalam pembentukan watak, di mana kemauan, sikap, motif, dan perasaan merupakan sumber energi yang mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan / aktivitas , yang didalamnya termasuk belajar.

5. Belajar Menurut Gagne

Gagne menyusun bentuk belajar yang semula delapan tipe belajar kemudian menjadi lima bentuk belajar. Kedelapan tipe belajar tersebut adalah:

TIPE BELAJAR

HASIL BELAJAR (KEMAMPUAN

INTERNAL)

CONTOH PRESTASI (BERDASARKAN KEMAMPUAN INTERNAL) VIII Belajar

memecahkan problem(proble m solving) Menggabungkan beberapa kaidah menjadi prinsip pemecahan

Menemukan cara mencegah sebuah bola berguling pada alas yang miring

Menemukan cara memeperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup

VII Belajar kaidah

(Rule learning)

Menghubungkan beberapa konsep

“Benda yang bulat berguling pada alas bidang miring”

“2 x 8 = 16 (dua kali delapan sama dengan enam belas)”

VI Belajar konsep

(concept learning)

Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu (klasifikasi)

“Manusia, ikan paus, kera anjing, adalah hewan menyusui”

“Pensil, spidol, pulpen, ballpoin adalah alat-alat tulis”

V Belajar

diskriminasi yang jamak (multiple discrimination)

Memberikan reaksi yang berbeda pada stimulus –stimulus yang mempunyai kesamaan . kemiripan.

Menyebutkan merk mobil-mobil yang lewat dijalan

“inilah beras C; yang ini beras B & yang ini beras Rajalele; yang ini beras merah

IV Belajar asosiasi

verbal (chaining

Memberikan reaksi verbal pada suatu

“Meja “ dalam bahasa inggris apa?”table” Nomor teleponmu? “031 786352”


(32)

29

verbal) - cap verbal - rangkaian

verbal

stimulus / perangsang

“Ini gambar apa? “boneka”orang”

III Belajar membentuk rangkaian gerak-gerik(chaining motorik) Menghubungkan gerakan yang satu dengan yang lain

Membuka pintu mobil – duduk- kontrol porseneling-menghidupkan mesin-menekan kopling-pasang porseneling 1 –menginjak gas Memegang jangka bagian atas , jangka dibuka – dibuat lingkaran dilepaskan- ditutup kemabli-diletakkan.

II Belajar

Perangsang-Reaksi, Dengan Mendapat Penguatan Peneguhan (Conditioning ala Skinner) Memberikan reaksi pada perangsang (S-R)

Burung merpati mematuk lingkaran –diberi makan. akan diulang-ulang

“coba salaman dengan paman”-mendapat senyuman. Akan diulang-ulang

Guru memuji tindakan anak-anak –cenderung mengulang

I Belajar sinyal

(Conditioning ala Pavlov)

Memberikan reaksi pada perangsang (S-R)

Bunyi bel sebagai tanda akan disajikan makanan –mulut siap dengan air liur

Kilat sebagai tanda akan suara guntur – jntung berdebar-debar

Guru sejarah yang galak ditakuti murid-murid tidak senang dengan sejarah

Dari tipe-tipe belajar tersebut, tipe I s/d IV oleh Gagne dianggap tidak begitu relevan bagi belajar di sekolah. Ini berarti, bahwa keempat tipe sama sekali tidak berperan di sekolah. Tipe V s/d VIII lebih menonjol di dalam belajar pada bidang kognitif , yang memang diutamakan di sekolah.

6. Belajar Menurut Robert H. Davis, Dkk a. Belajar konsep

Definisi konsep seperti dijelaskan sebelumnya, yaitu satuan arti yang dimilki sejumlah obyek yang ciri sama adalah satu dari sekian definisi yang ada. Beberapa ahli mendefinisikan konsep sebagai pengalaman mental , abstraksi dari pengalaman di dunia, ide, dan stimuli.

Dengan belajar konsep, manusia akan dapat dengan mudah menamai obyek/ sesuatu dengan baik. Kapasitas manusia dalam mengungkapkan dengan kata-kata ,


(33)

30 b. Belajar prinsip

Dengan belajar konsep, diatas , orang dapat mengklasifikasikan macam-macam fenomena yang ada. Selanjutnya dengan prinsip yang berasal dari kombinasi kaidah-kaidah (seperti penjelasan diatas), dapat memperkirakan , menjelaskan dan mengontrol fenomena.

Dengan kata lain , kaidah-kaidah yang tersusun dalam suatu pernyataan dapat dijelaskan dengan beberapa bentuk lain, misalnya:

“seorang guru marah-marah ketika semua siswa dikelas ramai prinsipnya dapat dijelaskan guru tersebut marah karena siswa ramai.”

c. Pemecahan masalah

Belajar ini membutuhkan bentuk belajar sebelumnya, yaitu konsep, kaidah dan prinsip, sebab jenis belajar ini merupakan kompleksitas dari penggunaan belajar

sebelumnya. Secara umum proses pemecahan masalah diawali dari memahami masalah yang ada merencanakan pemecahanya tindakan pemecahan hasil .

d. Kemampuan motor perceptual

Kemampuan motor-perseptual diartikan sebagai pengkoordinasian otot-otot untuk sebuah tindakan secara baik/ sukses. Atau perseptual sendiri diartikan kepada sebuah proses yang kompleks. Contoh : seorang dewasa akan lebih dapat mengatur (menentukan ukuran dan ketepatannya) dengan baik sebuah ruangan dari pada seorang anak.

H. PERTANYAAN EVALIATIF

1. Setelah mempelajari konsep/pengertian tentang belajar dari berbagai pakar, menurut anda apakah sebenarnya hakekat dari belajar?

2. Jelaskan perbedaan antara teori belajar Behavioristik, kognitif dan humanistic 3. Jelaskan manfaat penyampaian tujuan pembelajaran bagi siswa maupun guru, pada

setiap proses pembelajaran.

4. Bedakan pengertian belajar ditinjau dari tiga madzhab psikologi pendidikan 5. Jelaskan pengertian belajar dari berbagai perspektif teori belajar


(34)

31

6. Jelaskan ciri-ciri belajar berdasar usia dan kematangan

7. Jelaskan macam-macam tujuan belajar menurut Bloom dan Gagne 8. Jelaskan berbagai macam-macam bentuk belajar


(35)

32

PENGERTIAN PENDEKATAN,

STRATEGI, METODE, TEKNIK,

TAKTIK, MODEL, DAN DISAIN

PEMBELAJARAN

EPITOME PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, MODEL, DAN DISAIN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PMBELAJARAN STRATEGI PEMBELAJARAN METODE PEMBELAJARAN TEKNIK PEMBELAJARAN TAKTIK PEMBELAJARAN MODEL PEMBELARAN DISAIN PEMBELAJARAN

BERPUSAT PADA SISWA BERPUSAT PADA GURU

PENGORGANISASIAN PENYAMPAIAN PENGELOLAAN Ceramah,, Demontrasi, Diskusi,

Diskusi Kelompok, Simulasi , Pengalaman Lapangan, Curah Pendapat, Bermain Peran, dan

Permainan PENGOLAHAN INFORMASI PRIBADI/INDIVIADULA INTERAKSI SOSIAL PERILAKU A B C D E F G


(36)

33 TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat: 1. Menjelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran 2. Menjelaskan pengertian strategi pembelajaran

3. Menjelaskan berbagai macam metode pembelajaran 4. Menjelaskan pengertian teknik pembelajaran 5. Menjelaskan pengertian taktik pembelajaran

6. Membedakan empat jenis model pembelajaran menurut Joice and Weil 7. Menjelaskan pengertian disain pembelajaran

MATERI

Pada bagian ini akan dibahas beberapa istilah dalam pembelajaran yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut antara lain adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi

pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran (Sudradjat), serta (7) disain pembelajaran. Posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

d Disain


(37)

34

Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Yaitu semakin digunakannya berbagai pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, model pembelajaran dan disain pembelajaran. Sebagaimana digambarkan di bawah ini, pencapaian hasil pembelajaran siswa semakin meningkat seiring dengan semakin

kompleks dan optimalnya kombinasi berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, model, dan disain pembelajaran yang digunakan, untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

The Learning Pyramid

Teach others Lecture

Discussion group Demonstration

Audiovisual Reading

Practice by doing

5% 10% 20% 30% 50% 75% 80% Average Retention Rate

National Training Laboratories, Bethel, Maine, USA

A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Pendekatan pembelajaran merujuk pada peristiwa tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, yang didalamnya mewadahi, menginsiprasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari rancangan keaktifan antara guru-siswa, pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).


(38)

35 B. STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran diartikan sebagai cara-cara, sehinga terwujud suatu -urutan langkah prosedural yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi pembelajaran yang optimal. Degeng (1997),

mengutarakan bahwa, strategi pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian yaitu strategi pengorganisasian, strategi penyampaian isi pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.

Strategi pengorganisasian isi pembelajaran, mengacu pada penataan cara-cara pengurutan isi bidang studi (mata pelajaran) agar terjadi keterkaitan antara topik satu dengan topik yang lain yang terdapat dalam bidang studi tersebut. Keterkaitan antara topik yang satu dengan topik yang lain akan lebih memberikan makna pada siswa. Strategi penyampaian isi pembelajaran, mengacu pada cara-cara untuk menentukan metode pembelajaran sekaligus untuk merespon masukan siswa serta penataan cara-cara

menentukan bentuk belajar mengajar. Strategi pengelolaan pembelajaran, mengacu pada penataan cara-cara untuk terjadinya suatu interaksi antara siswa dengan guru dan dengan


(39)

36

komponen strategi lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivation, serta kontrol belajar (Merrill).

POSISI STRATEGI PEMBELAJARAN

ANALISIS KOMPETENSI

ANALISIS SUMBER BELAJAR PENETAPAN

TUJUAN/ KOMPETENSI

& ISI ANALISIS

SISWA

STRATEGI

PENATAAN

(BUKU/MEDIA)

PENGUKURAN HASIL

STRATEGI

PENGELOLAAN

(JADWAL/KELAS)

STRATEGI

PENYAMPAIAN (METODE)

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan mengatur kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Senjaya, W.: 2008). Dikatakan begitu, karena dalam strategi terdapat empat unsur sebagai berikut: (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik; (2) mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang


(40)

37

paling efektif; (3) mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN: Mengacu pada pola

dominasi keaktifan orang2 yang terlibat didalamnya. Dikenal ada dua dari sisi keaktifan guru siswa, dikenal sebagai: (teacher centered dan learner centered). Kooperatif dan kolaboratif masuk sebagai sub pendekatan learner centered.

STRATEGI PEMBELAJARAN: Mengacu pada tata cara

penyiapan dan pelaksanaan pembelajaran, sehingga dikenal ada 3 strategi yaitu: strategi penataan isi, strategi pengelolaan, dan strategi penyampaian.

METODE PEMBELAJARAN: Mengacu pada satuan

cara mengajar misal : diskusi, ceramah, tanya jawab, penugasan, pencarian, demonstrasi, dll.

C.METODE PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara (dari berbagai macam cara) yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran, baik sendiri, maupun dikombinasi dengan motode lainnya, yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) permain, dan sebagainya.

1. Metode ceramah

Yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),


(41)

38

transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

2. Metode demonstrasi

Metode demonstrasiadalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.

3. Metode diskusi

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain.

4. Metode diskusi kelompok

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah

mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno.


(42)

39

Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok. 5. Metode simulasi

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini

memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok

dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.

6. Metode pengalaman lapangan

Metode ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan.

7. Metode curah pendapat (brain storming)

Metode brain storming adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau


(43)

40

tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi

(kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

8. Bermain peran (roll playing)

Pada prinsipnya roll playing merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan

kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.

9. Permainan (games)

Metode ini populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau

penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.


(44)

41 D. TEKNIK PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas dapat dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

E.TAKTIK PEMBELAJARAN

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi yang kurang memiliki sense of humor, lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat). F. MODEL PEMBELAJARAN

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh teknisi pembelajaran (guru) mengikuti apa yang telah dirancang oleh teknolog


(45)

42

TEKNIK MENGAJAR: Mengacu pada cara-cara

mengajar untuk mendapatkan hasil atau maksud tertentu dengan mengupayakan atau memanfaatkan segala taktik yang dikuasainya (misal mengajak anak dalam suasana tertentu untuk mendapatkan suasana emosi tertentu).

TAKTIK MENGAJAR: Mengacu pada persatuan cara

mengajar untuk membangkitkan efek tertentu dalam serangkaian kegiatan pembelajaran (misal menggunakan nyanyian, analogi-analogi, dll).

MODEL PEMBELAJARAN: Adalah tata kelola urutan

pembelajaran, yang telah dibuat oleh seseorang/

organisasi, yang harus diikuti jika mau menggunakannya, tidak boleh memodifikasi atau mengadaptasinya untuk tetap menggunakan nama model tersebut.

Model pembelajaran, merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang telah dirancang oleh seorang atau kelompok, yang dapat diikuti langkah-langkah dan persyaratannya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.

Joyce dan Weil (1980,1992) dalam bukunya Models of Teaching menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun. Keempat rumpun model

pembelajaran tersebut adalah: (1) rumpun model pembelajaran pemrosesan/pengolahan informasi; (2) rumpun model pembelajaran personal-humanistik; (3) rumpun model pembelajaran interaksi sosial; dan (4) rumpun model pembelajaran modifikasi perilaku. 1. Rumpun model pembelajaran pemrosesan/pengolahan informasi.

Model-model pembelajaran dalam rumpun Pemrosesan Informasi bertitik tolak dari prinsip- prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Beberapa model pembelajaran dalam rumpun ini berhubungan dengan kemampuan pebelajar (peserta didik) untuk memecahkan masalah, dengan demikian peserta didik dalam belajar


(46)

43

berhubungan dengan kemampuan intelektual secara umum, dan sebagian lagi menekankan pada konsep dan informasi yang berasal dari disiplin ilmu secara akademis. Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pemrosesan informasiini adalah seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 1. Model- Model Pembelajaran Rumpun Pemrosesan Informasi

No. Nama Model

Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat

1 Berpikir Induktif Hilda Taba Ditujukan secara khusus untuk

pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. Model ini memiliki keunggulan melatihkan kemampuan menganalisis informasi dan membangun konsep yang berhubungan dengan kecakapan berpikir.

2. Pembentukan konsep Jerome Bruner, Goodnow, dan Austin

Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, peserta didik dilatih mempelajari konsep secara efektif.

3 Latihan inkuari Richard

Suchman

Sama dengan model berpikir induktif, model ini ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya.

4 Perkembangan kognitif Jean Piaget, Irving Sigel, Edmun Sullivan, Lawrence dan Kohlberg

Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir/pengembangan intelektual pada umumnya, khususnya berpikir logis, meskipun demikian kemampuan ini dapat diterapkan pada kehidupan sosial dan pengembangan moral.

5 Advance

organizer

David Ausubel

Dirancang untuk meningkatkan

kemampuan mengolah informasi melalui penyajian materi beragam (ceramah, membaca, dan media lainnya) dan menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah ada.

6 Mnemonics Pressley,

Levin, Delaney

Strategi belajar untuk mengingat dan mengasimilasi informasi.


(47)

44 2. Rumpun model-model Pribadi/individual

Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun model-model personal-humanistik menekankan pada pengembangan pribadi. Model-model pembelajaran ini menekankan pada proses dalam “membangun/mengkonstruksi” dan mengorganisasi realita, yang memandang manusia sebagai pembuat makna. Model-model pembelajaran rumpun ini memberikan banyak perhatian pada kehidupan emosional. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan individu dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri.

Tabel 3.2. Model-Model Pembelajaran Personal-Humanistik

No. Nama Model

Pembelajaran Tokoh Misi/tujuan/manfaat

1 Pengajaran Non Direktif

Carl Rogers Penekanan pada pembentukan

kemampuan belajar sendiri untuk

mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri. Model ini menekankan pada hubungan guru-peserta didik. 2. Latihan Kesadaran Fritz Perls William Schutz

Pembentukan kemampuan menjajagi dan menyadari pemahaman diri sendiri.

3 Sinektik William

Gordon

Pengembangan individu dalam hal kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

4 Sistem

Konseptual

David Hunt Didisain untuk meningkatkan

kompleksitas pribadi dan fleksibilitas.

5 Pertemuan kelas William

Glasser

Pengembangan pemahaman diri dan tanggungjawab pada diri sendiri dan kelompok sosial lainnya.

3. Rumpun model-model Interaksi Sosial

Model-model pembelajaran yang termasuk dalam rumpun Sosial ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan pada proses di mana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran dalam kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk


(1)

93 56. TARI BAMBU

Model pembelajaran ini memberuikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa berdiri berjajar di depoan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa opertama, siswa yang berhadapan berbagi pengalkaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satui jajaran pindah ke ujunug lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai informasi.

57.TALKING STICK

Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi.

Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi.

58. STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.


(2)

94 59. COURSE REVIEW HORAY

Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

60.PAIR CHECKS

Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

61. LAPS-HEURISTIK

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bertisfat tuntunan dalam rangaka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana, solusi, dan pengecekan.

62. IMPROVE

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning,

Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa latian dan bertanya, balikan-perbnaikan-pengayaan-interaksi.


(3)

95 63. GENERATIF

Basi gneratif adalah konstruksivisme dengan sintaks orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restruturisasi sajiankonsep, aplikasi, ranguman, evaluasi, dan refleksi.

64.CIRCUIT LEARNING

Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan focus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi.

65.COMPLETE SENTENCE

Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintakas: sisapkan blanko isian berupa aparagraf yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok melengkapi, presentasi.

66. CONCEPT SENTENCE

Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tia kelompok membeuat kalimat berdasarkankata kunci, presentasi.


(4)

96 67. SUPERITEM

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa opemecahan masalah. Sintaksnya adalah

ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

68.HIBRID

Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan computer-internet.

69. TREFFINGER

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap. Sintaks: keterbukaan-urun ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama, kebebasan-terbuka, reward.

70. KUMON

Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan, kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah: sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai, jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima kali salah guru membimbing.


(5)

97 71. QUANTUM

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat

generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.

G. PERTANYAAN EVALUATIF

1. Jelaskan komponen-komponen model pembelajaran kontekstual. 2. Jelaskan ciri-citi PAKEM

3. Jelaskan macam-macam pendekatan pembelajaran Kooperatif 4. Jelaskan karatreitik pembelajaran berbasis tugas

5. Jelaskan ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah


(6)

98

DAFTAR PUSTAKA

Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.

Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan

University.

Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.

Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.

De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.

Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.

Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:

JICA-FPMIPA.

Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple Ilntelligences. New York: Basic Bools.

Goleman, Daniel (1995). Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.

Sumber: Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol. 5, No. 2