PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Perawat Profesional Dengan Perawat Vokasional Di Rumah Sakit Umum Kumala Siwi Kudus.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan kesehatan (UU kesehatan No.22 tahun 2014).
Perawat adalah komponen yang tak terpisahkan dari angkatan kerja dalam
sistem perawatan kesehatan, dan perawat lebih sering bersinggungan dengan
pasien oleh sebab itu kinerja mereka pasti sangat mempengaruhi kualitas
keseluruhan perawatan pasien di rumah sakit (Koesmono, 2007). Ada dua
kategori tenaga keperawatan menurut UU Praktik Keperawatan, yaitu perawat
vokasional dan perawat profesional. Perawat vokasional adalah seseorang yang
telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan lulusan
Program Diploma III Keperawatan. Perawat profesional adalah seseorang yang
lulus dari pendidikan tinggi keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners
generalis, ners spesialis dan ners konsultan (Depkes, 2011).
Perawat sendiri harus mempunyai landasan keilmuan yang kuat dan
sikap profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
(Asmadi, 2008), sehingga perawat mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam menjalankan profesinya. Berdasarkan tersebut perawat sangat mungkin
mengalami kecemasan. Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang
dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari. Biasanya ditandai dengan perasaan tegang yang
berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir,
takut, atau tidak menentu (Maramis, 2010).
Setiap hari, dalam melaksanakan pengabdiannya seorang perawat tidak
hanya berinteraksi dengan pasiennya, tetapi juga dengan keluarga pasien,
teman pasien, rekan kerja sesama perawat, berhubungan dengan dokter,
peraturan yang ada ditempat bekerja, beban kerja yang kadangkala dinilai
1
2
tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya. Kondisi ini dapat
menimbulkan stres kerja yang menyebabkan penyimpangan pada
fungsi
psikologis, fisik, dan tingkah laku individu yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari fungsi normal. Sementara Beehr (1985) menyebutkan
bahwa gangguan psikologis yang paling sering terjadi sebagai akibat stres kerja
adalah kecemasan dan depresi (Almasitoh, 2011).
Di Amerika Serikat sendiri, gangguan kecemasan mempengaruhi sekitar
40 juta orang dewasa berusia 18 tahun dan lebih tua (sekitar 18% dari populasi
itu) setiap tahun dan mempengaruhi sekitar 28,8% dari populasi Amerika
Serikat dalam waktu hidup mereka (Gao et al., 2012). Di Indonesia, berasarkan
Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007, menunjukan prevalensi
gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini yang
mengalami gangguan mental emosional (Supriyantoro, 2011).
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Gao, menunjukan bahwa,
secara umum, prevalensi kecemasan pada perawat adalah lebih tinggi dari
seluruh penduduk. Di Singapura, 21% dari perawat di sebuah rumah sakit
umum ditemukan menderita gangguan kecemasan, tetapi, yang menarik, hanya
sebagian kecil yang benar-benar meminta bantuan untuk masalah emosional
mereka (
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang
diperoleh melalui pendidikan kesehatan (UU kesehatan No.22 tahun 2014).
Perawat adalah komponen yang tak terpisahkan dari angkatan kerja dalam
sistem perawatan kesehatan, dan perawat lebih sering bersinggungan dengan
pasien oleh sebab itu kinerja mereka pasti sangat mempengaruhi kualitas
keseluruhan perawatan pasien di rumah sakit (Koesmono, 2007). Ada dua
kategori tenaga keperawatan menurut UU Praktik Keperawatan, yaitu perawat
vokasional dan perawat profesional. Perawat vokasional adalah seseorang yang
telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dan lulusan
Program Diploma III Keperawatan. Perawat profesional adalah seseorang yang
lulus dari pendidikan tinggi keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners
generalis, ners spesialis dan ners konsultan (Depkes, 2011).
Perawat sendiri harus mempunyai landasan keilmuan yang kuat dan
sikap profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
(Asmadi, 2008), sehingga perawat mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam menjalankan profesinya. Berdasarkan tersebut perawat sangat mungkin
mengalami kecemasan. Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang
dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari. Biasanya ditandai dengan perasaan tegang yang
berlebihan atau tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir,
takut, atau tidak menentu (Maramis, 2010).
Setiap hari, dalam melaksanakan pengabdiannya seorang perawat tidak
hanya berinteraksi dengan pasiennya, tetapi juga dengan keluarga pasien,
teman pasien, rekan kerja sesama perawat, berhubungan dengan dokter,
peraturan yang ada ditempat bekerja, beban kerja yang kadangkala dinilai
1
2
tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya. Kondisi ini dapat
menimbulkan stres kerja yang menyebabkan penyimpangan pada
fungsi
psikologis, fisik, dan tingkah laku individu yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan dari fungsi normal. Sementara Beehr (1985) menyebutkan
bahwa gangguan psikologis yang paling sering terjadi sebagai akibat stres kerja
adalah kecemasan dan depresi (Almasitoh, 2011).
Di Amerika Serikat sendiri, gangguan kecemasan mempengaruhi sekitar
40 juta orang dewasa berusia 18 tahun dan lebih tua (sekitar 18% dari populasi
itu) setiap tahun dan mempengaruhi sekitar 28,8% dari populasi Amerika
Serikat dalam waktu hidup mereka (Gao et al., 2012). Di Indonesia, berasarkan
Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007, menunjukan prevalensi
gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar
11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini yang
mengalami gangguan mental emosional (Supriyantoro, 2011).
Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Gao, menunjukan bahwa,
secara umum, prevalensi kecemasan pada perawat adalah lebih tinggi dari
seluruh penduduk. Di Singapura, 21% dari perawat di sebuah rumah sakit
umum ditemukan menderita gangguan kecemasan, tetapi, yang menarik, hanya
sebagian kecil yang benar-benar meminta bantuan untuk masalah emosional
mereka (