ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH Asertivitas dalam Pemilihan Studi Lanjut Siswa Kelas XII SMA Ditinjau dari Persepsi terhadap Pola Asuh Orangtua.
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
SALINDRI KUSUMASTUTI
F 100 110 045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
SALINDRI KUSUMASTUTI
F 100 110 045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
Salindri Kusumastuti
salindri.kusumastuti@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Siti Nurina Hakim
Abstrak
Pemilihan studi lanjut sering kali menjadi permasalahan yang ditemui oleh
siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA). Penyebabnya antara lain
rendahnya perilaku asertif, ikut-ikutan teman saat mendaftar kuliah, dan
keterpaksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asertivitas dalam
pemilihan studi lanjut pada siswa kelas XII SMA ditinjau dari pola asuh orangtua
dan melihat perbandingan asertivitas antar pola asuh. Peneliti menggunakan
metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu yang berjumlah 113 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling dan
menggunakan empat kelas sebagai sampel. Alat ukur yang digunakan untuk
mengungkap variabel-variabel penelitian antara lain : Skala Asertivitas, dan Skala
Pola Asuh Orangtua. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Anova Satu
Jalur.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam
pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter.
Perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi
lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Tidak ada
perbedaan signifikan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh
otoriter dengan pola asuh permisif. Berdasarkan hasil tersebut, maka orangtua
disarankan untuk menerapkan pola asuh demokratis kepada anak agar anak dapat
berperilaku asertif. Meningkatkan asertivitas dengan aktif berkomunikasi pada
orang lain tentang perasaan dan pemikiran yang dimiliki. Peneliti selanjutnya
akan meneliti tentang asertivitas sebaiknya menambahkan faktor lain seperti
kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya.
Kata kunci : asertivitas dalam pemilihan studi lanjut, pola asuh orangtua
(demokratis, otoriter, permisif)
v
Kemampuan seseorang secara
PENDAHULUAN
Saat ini masih terdapat orang orang
tidak
jujur
dan
terbuka
menyatakan
mampu
untuk
kebutuhan, perasaan maupun pikiran
pendapatnya
secara
apa adanya, mempertahankan hak
terbuka karena takut menyinggung
pribadi, serta menolak permintaan
perasaan
Misalnya
orang lain yang tidak diinginkan
mengemukakan pendapat saat diskusi
termasuk tekanan yang datang dari
perkuliahan yang tidak ada interaksi
suatu kelompok biasa disebut dengan
timbal balik antara mahasiswa dengan
asertivitas (Rathus dan Nevis dalam
dosen. Mahasiswa cenderung setuju
Hapsari, 2007). Seseorang dengan
dengan perkataan dosen tanpa adanya
perilaku asertif dapat mengurangi
upaya untuk menyanggah pendapat
atau menghilangkan kecemasan dan
tersebut. Selain itu, faktor lain seperti
meningkatkan rasa hormat serta harga
takut salah dan tidak disetujui oleh
diri.
orang
Zulkaida, 2005), kemampuan untuk
menyatakan
orang
lain
lain.
menjadi
penyebab
Menurut
Cawood
(dalam
seseorang memendam perasaan dan
meminta
pendapatnya di dalam hati. Padahal
kepada orang lain, kemampuan untuk
dengan mengatakan pendapat dengan
menyatakan
jujur dan terbuka, seseorang dapat
positif
belajar untuk mengungkapkan ide
kemampuan untuk keputusan “ya”
yang ia punya dan mengetahui saran
atau “tidak”, dan kemampuan untuk
yang diberikan oleh orang lain.
memberikan kritik atau pujian kepada
1
informasi
atau
perasaan,
maupun
bantuan
baik
yang
yang
negatif,
orang lain merupakan aspek-aspek
berpegang teguh pada pendiriannya.
dalam asertivitas.
Perbedaan
Salah
satu
contoh
pendapat
yang
terjadi
yang
antara anak dan orangtua tersebut
berkaitan dengan sikap asertif adalah
dapat menjadi konflik yang tak
pemilihan jurusan kuliah. Pemilihan
kunjung usai.
studi lanjut sering kali menjadi
Berita
dari
okezone.com
oleh
(24/2/14), Educational Psychologist
baik
Sekolah
dari Integrity Development Flexibility
(SMA)
maupun
(IDF)
Irene
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
bahwa
terdapat
Beberapa
Indonesia salah jurusan saat kuliah.
permasalahan
yang
siswa
XII
kelas
Menengah
Atas
penyebab
ditemui
siswa
salah
Guntur
87%
mahasiswa
memilih jurusan kuliah diantaranya
Psikolog
adalah belum mengetahui minat yang
menambahkan
diinginkan sehingga hanya ikut-ikutan
dampak dari salah jurusan adalah
teman saat mendaftar kuliah, hanya
meningkatnya jumlah penggangguran.
melihat prospek kerja yang bagus
Siswa yang salah memilih jurusan
namun tidak diimbangi dengan minat
kuliah saat bekerja yang tidak sesuai
yang ada, tergiur dengan peluang
dengan minat jurusannya maka hati
diterima salah satu fakultas tanpa
dan skill yang dimilikinya tidak akan
didasari
dan
berkembang.
kerap
Siswa
dengan
keterpaksaan.
memaksa
minat,
Orangtua
kehendaknya
pilihan
namun
banyak anak yang tetap keukeuh atau
pendidikan
mengatakan
studi
bahwa
dalam
pada
tersebut
salah
satu
menentukan
umumnya
memikirkan secara matang agar kelak
2
tidak kecewa. Siswa dituntut agar
N 1 Colomadu, ditemukan data
dapat
bahwa mereka mengaku sulit untuk
menyuarakan
pendapatnya
secara jujur dan terbuka agar orang
mengeluarkan
lain dapat mengetahui minat yang
siswa
mereka
dengan
inginkan
sehingga
dapat
pendapatnya.
manut
(patuh)
orangtua
padahal
cenderung
pilihan
Para
memberikan masukan yang efektif.
pilihan tersebut sebenarnya tidak
Pemilihan studi lanjut seharusnya
sesuai dengan keinginan mereka. Hal
melibatkan semua pihak seperti anak,
tersebut membuat para siswa tidak
orangtua,
Terdapat
sepenuh hati atau terpaksa dalam
beberapa cara yang dilakukan oleh
melanjutkan studinya sehingga hasil
para siswa, diantaranya berkonsultasi
yang diperoleh tidak maksimal. Jika
dengan orangtua, sharing atau tukar
para siswa tidak senang dengan
pendapat kepada teman, meminta
pilihan orangtua, seharusnya siswa
pendapat guru, dsb. Beberapa pilihan
tersebut
studi
memberikan argumen tentang pilihan
yang
dan
guru.
diminati
berdasarkan
dapat
menolak
informasi yang diperoleh dari guru,
mereka
teman maupun internet hendaknya
memaksakan kehendaknya.
langsung
dikomunikasikan
sehingga
orangtua
dan
tidak
pada
Pola asuh keluarga sangat
orangtua sehingga orangtua dapat
berperan dalam pembentukan sikap
memberikan
asertif
masukan
mengenai
pilihan studi tersebut.
bagi
remaja.
Pola
asuh
orangtua merupakan proses interaksi
Berdasarkan hasil wawancara
antara orangtua dengan anak yang
pada tiga orang siswa kelas XII SMA
bertujuan
3
untuk
membentuk
kepribadian anak. Menurut Hamidah
Hamidah (2002), menilai bahwa pola
(2002),
orangtua
asuh orangtua akan lebih tepat jika
mengharapkan anaknya menjadi anak
menggunakan persepsi anak tentang
yang baik sesuai dengan harapan
pola
orangtua
dan
orangtuanya. Cara untuk mengetahui
masyarakat pada umumnya., taat dan
persepsi pola asuh orangtua adalah
patuh pada nilai-nilai yang berlaku
meminta anak untuk memberikan
bagi masyarakat dan menjadi orang
penilaian
yang bermanfaat baik bagi dirinya,
kebiasaan dan sikap orangtua dalam
keluarganya, dan lingkungannya. Hal
mengasuh
ini
individu
hampir
pada
mendorong
setiap
khususnya
orangtua
untuk
memberikan yang terbaik kepada
asuh
kemampuan
pendapat
yang
diterima
terhadap
dirinya
yang
dari
kebiasaan-
yaitu
sebagai
mengasuh
secara
langsung.
anaknya berdasarkan pengetahuan,
pemahaman,
yang
Pola asuh orangtua dipandang
serta
sebagai
suatu
respon
yang
di
dimilikinya.
dalamnya terkandung suatu penilaian,
Sayangnya hal yang dianggap baik
kesan, pendapat ataupun perasaan
menurut orangtua belum tentu sesuai
anak
dengan keinginan anak. Hal tersebut
diberikan oleh orangtua. Jadi dapat
membuat orangtua bingung dalam
dikatakan
menghadapi perbedaan dengan anak
terhadap pola asuh orangtua tersebut
yang kemudian orangtua cenderung
sifatnya sangat subyektif. Faktor yang
memaksakan
lebih
kehendaknya
kepada
anak. Melihat kenyataan di atas maka
terhadap
pola
bahwa
asuh
persepsi
berpengaruh
yang
anak
terhadap
perkembangan anak adalah tidak
4
hanya pola asuhnya saja melainkan
pengendalian tingkah laku melalui
persepsi
kontrol eksternal. Pola asuh permisif
anak
tentang
cara
pengasuhan dari orangtua tersebut.
asuh
memiliki ciri-ciri kontrol orangtua
Menurut Hurlock (2000) pola
kurang, bersifat longgar atau bebas,
dibagi
anak
menjadi
tiga
yaitu
kurang
dibimbing
dalam
demokratis, otoriter, dan permisif.
mengatur
Pola asuh demokratis memiliki ciri-
menggunakan
ciri
diberi
diijinkan membuat keputusan sendiri
dan
dan dapat berbuat sekehendaknya
diantaranya
kesempatan
anak
untuk
mengembangkan
mandiri
kontrol
internal,
dirinya,
hampir
hukuman,
tidak
anak
sendiri.
anak diakui sebagai pribadi oleh
Penelitian dengan tema seperti
orangtua dan turut dilibatkan dalam
ini sebelumnya juga pernah dilakukan
pengambilan
yakni
keputusan,
serta
penelitian
dengan
judul
menetapkan peraturan serta mengatur
“Perbedaan Perilaku Asertif pada
kehidupan anak. Ciri-ciri pola asuh
Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
otoriter anak harus tunduk dan patuh
Orangtua”
pada
skripsi oleh mahasiswa dari Fakultas
kehendak
orangtua,
yang dilakukan
pengontrolan orangtua pada tingkah
Psikologi
laku anak sangat ketat hampir tidak
Soegijapranata Semarang.
pernah
memberi
Katholik
sering
Berdasarkan hasil penelitian
jika
dari Sari (2007), menunjukkan bahwa
terjadi kegagalan memenuhi standar
remaja dengan pola asuh demokratis
yang telah ditetapkan orangtua, dan
lebih berperilaku asertif daripada
memberikan
pujian,
Universitas
untuk
hukuman
fisik
5
remaja dengan pola asuh otoriter dan
siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu
permisif. Remaja dengan pola asuh
berjumlah
demokratis mempunyai sikap terbuka
pengambilan sampel yang digunakan
dan jujur kepada orang lain terhadap
dalam penelitian ini adalah cluster
permasalahan
random
yang
dihadapinya,
113
orang.
sampling
Teknik
yaitu
sedangkan remaja dengan pola asuh
pengambilan
otoriter memendam perasaan dan
sehingga didapatkan empat kelas
pikirannya kepada orang lain. Remaja
sebagai sampel penelitian ini. Alat
tersebut menjadi tertutup dan jarang
ukur
melakukan
mengungkap
komunikasi
kepada
sampel
teknik
yang
secara
digunakan
acak
untuk
variabel-variabel
dimarahi.
penelitian ada dua macam alat ukur,
Remaja dengan pola asuh orangtua
yaitu Skala Asertivitas, dan Skala
permisif, bersikap sesuka hati tanpa
Pola
mempedulikan perasaan orang lain
menggunakan uji product moment
dan cenderung berperilaku agresif.
Pearson.
METODE PENELITIAN
berdasarkan
orangtua
karena
takut
Asuh
Orangtua
Skala
ini
dengan
disusun
komponen-komponen
Penelitian ini menggunakan
asertivitas yang dikemukakan oleh
dua variabel, yaitu asertivitas dalam
Alberti dan Emmons (Wijaya, 2010)
pemilihan
variabel
studi
tergantung
lanjut
sebagai
yang terdiri dari: kesertaan, bertindak
dan
persepsi
menurut kebutuhan sendiri, membela
terhadap pola asuh sebagai variabel
diri
bebas.
perasaan,
Subjek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
sendiri,
mengekspresikan
mempertahankan
hak
pribadi, dan tidak merugikan hak
6
orang lain. Terdapat 24 aitem valid
bergerak dari 0,353 sampai 0,774
dan 6 aitem gugur. Aitem valid
dengan koefisien reliabilitas Alpha
mempunyai
correlation
sampai
corrected
bergerak
0,668
(α) sebesar 0,903.
item-total
dari
dengan
0,396
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data
koefisien
dengan menggunakan teknik Anova
reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,868.
Satu Jalur diperoleh nilai F = 46,427
Skala Pola Asuh Orangtua
dengan p = 0,000 (p
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
SALINDRI KUSUMASTUTI
F 100 110 045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan Oleh:
SALINDRI KUSUMASTUTI
F 100 110 045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS
XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANGTUA
Salindri Kusumastuti
salindri.kusumastuti@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Siti Nurina Hakim
Abstrak
Pemilihan studi lanjut sering kali menjadi permasalahan yang ditemui oleh
siswa kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA). Penyebabnya antara lain
rendahnya perilaku asertif, ikut-ikutan teman saat mendaftar kuliah, dan
keterpaksaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asertivitas dalam
pemilihan studi lanjut pada siswa kelas XII SMA ditinjau dari pola asuh orangtua
dan melihat perbandingan asertivitas antar pola asuh. Peneliti menggunakan
metode kuantitatif untuk mencapai tujuan penelitian. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu yang berjumlah 113 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling dan
menggunakan empat kelas sebagai sampel. Alat ukur yang digunakan untuk
mengungkap variabel-variabel penelitian antara lain : Skala Asertivitas, dan Skala
Pola Asuh Orangtua. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Anova Satu
Jalur.
Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam
pemilihan studi lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh otoriter.
Perbedaan yang sangat signifikan dalam hal asertivitas dalam pemilihan studi
lanjut antara pola asuh demokratis dengan pola asuh permisif. Tidak ada
perbedaan signifikan asertivitas dalam pemilihan studi lanjut antara pola asuh
otoriter dengan pola asuh permisif. Berdasarkan hasil tersebut, maka orangtua
disarankan untuk menerapkan pola asuh demokratis kepada anak agar anak dapat
berperilaku asertif. Meningkatkan asertivitas dengan aktif berkomunikasi pada
orang lain tentang perasaan dan pemikiran yang dimiliki. Peneliti selanjutnya
akan meneliti tentang asertivitas sebaiknya menambahkan faktor lain seperti
kepribadian, kepercayaan diri, jenis kelamin, pendidikan, sosial dan budaya.
Kata kunci : asertivitas dalam pemilihan studi lanjut, pola asuh orangtua
(demokratis, otoriter, permisif)
v
Kemampuan seseorang secara
PENDAHULUAN
Saat ini masih terdapat orang orang
tidak
jujur
dan
terbuka
menyatakan
mampu
untuk
kebutuhan, perasaan maupun pikiran
pendapatnya
secara
apa adanya, mempertahankan hak
terbuka karena takut menyinggung
pribadi, serta menolak permintaan
perasaan
Misalnya
orang lain yang tidak diinginkan
mengemukakan pendapat saat diskusi
termasuk tekanan yang datang dari
perkuliahan yang tidak ada interaksi
suatu kelompok biasa disebut dengan
timbal balik antara mahasiswa dengan
asertivitas (Rathus dan Nevis dalam
dosen. Mahasiswa cenderung setuju
Hapsari, 2007). Seseorang dengan
dengan perkataan dosen tanpa adanya
perilaku asertif dapat mengurangi
upaya untuk menyanggah pendapat
atau menghilangkan kecemasan dan
tersebut. Selain itu, faktor lain seperti
meningkatkan rasa hormat serta harga
takut salah dan tidak disetujui oleh
diri.
orang
Zulkaida, 2005), kemampuan untuk
menyatakan
orang
lain
lain.
menjadi
penyebab
Menurut
Cawood
(dalam
seseorang memendam perasaan dan
meminta
pendapatnya di dalam hati. Padahal
kepada orang lain, kemampuan untuk
dengan mengatakan pendapat dengan
menyatakan
jujur dan terbuka, seseorang dapat
positif
belajar untuk mengungkapkan ide
kemampuan untuk keputusan “ya”
yang ia punya dan mengetahui saran
atau “tidak”, dan kemampuan untuk
yang diberikan oleh orang lain.
memberikan kritik atau pujian kepada
1
informasi
atau
perasaan,
maupun
bantuan
baik
yang
yang
negatif,
orang lain merupakan aspek-aspek
berpegang teguh pada pendiriannya.
dalam asertivitas.
Perbedaan
Salah
satu
contoh
pendapat
yang
terjadi
yang
antara anak dan orangtua tersebut
berkaitan dengan sikap asertif adalah
dapat menjadi konflik yang tak
pemilihan jurusan kuliah. Pemilihan
kunjung usai.
studi lanjut sering kali menjadi
Berita
dari
okezone.com
oleh
(24/2/14), Educational Psychologist
baik
Sekolah
dari Integrity Development Flexibility
(SMA)
maupun
(IDF)
Irene
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
bahwa
terdapat
Beberapa
Indonesia salah jurusan saat kuliah.
permasalahan
yang
siswa
XII
kelas
Menengah
Atas
penyebab
ditemui
siswa
salah
Guntur
87%
mahasiswa
memilih jurusan kuliah diantaranya
Psikolog
adalah belum mengetahui minat yang
menambahkan
diinginkan sehingga hanya ikut-ikutan
dampak dari salah jurusan adalah
teman saat mendaftar kuliah, hanya
meningkatnya jumlah penggangguran.
melihat prospek kerja yang bagus
Siswa yang salah memilih jurusan
namun tidak diimbangi dengan minat
kuliah saat bekerja yang tidak sesuai
yang ada, tergiur dengan peluang
dengan minat jurusannya maka hati
diterima salah satu fakultas tanpa
dan skill yang dimilikinya tidak akan
didasari
dan
berkembang.
kerap
Siswa
dengan
keterpaksaan.
memaksa
minat,
Orangtua
kehendaknya
pilihan
namun
banyak anak yang tetap keukeuh atau
pendidikan
mengatakan
studi
bahwa
dalam
pada
tersebut
salah
satu
menentukan
umumnya
memikirkan secara matang agar kelak
2
tidak kecewa. Siswa dituntut agar
N 1 Colomadu, ditemukan data
dapat
bahwa mereka mengaku sulit untuk
menyuarakan
pendapatnya
secara jujur dan terbuka agar orang
mengeluarkan
lain dapat mengetahui minat yang
siswa
mereka
dengan
inginkan
sehingga
dapat
pendapatnya.
manut
(patuh)
orangtua
padahal
cenderung
pilihan
Para
memberikan masukan yang efektif.
pilihan tersebut sebenarnya tidak
Pemilihan studi lanjut seharusnya
sesuai dengan keinginan mereka. Hal
melibatkan semua pihak seperti anak,
tersebut membuat para siswa tidak
orangtua,
Terdapat
sepenuh hati atau terpaksa dalam
beberapa cara yang dilakukan oleh
melanjutkan studinya sehingga hasil
para siswa, diantaranya berkonsultasi
yang diperoleh tidak maksimal. Jika
dengan orangtua, sharing atau tukar
para siswa tidak senang dengan
pendapat kepada teman, meminta
pilihan orangtua, seharusnya siswa
pendapat guru, dsb. Beberapa pilihan
tersebut
studi
memberikan argumen tentang pilihan
yang
dan
guru.
diminati
berdasarkan
dapat
menolak
informasi yang diperoleh dari guru,
mereka
teman maupun internet hendaknya
memaksakan kehendaknya.
langsung
dikomunikasikan
sehingga
orangtua
dan
tidak
pada
Pola asuh keluarga sangat
orangtua sehingga orangtua dapat
berperan dalam pembentukan sikap
memberikan
asertif
masukan
mengenai
pilihan studi tersebut.
bagi
remaja.
Pola
asuh
orangtua merupakan proses interaksi
Berdasarkan hasil wawancara
antara orangtua dengan anak yang
pada tiga orang siswa kelas XII SMA
bertujuan
3
untuk
membentuk
kepribadian anak. Menurut Hamidah
Hamidah (2002), menilai bahwa pola
(2002),
orangtua
asuh orangtua akan lebih tepat jika
mengharapkan anaknya menjadi anak
menggunakan persepsi anak tentang
yang baik sesuai dengan harapan
pola
orangtua
dan
orangtuanya. Cara untuk mengetahui
masyarakat pada umumnya., taat dan
persepsi pola asuh orangtua adalah
patuh pada nilai-nilai yang berlaku
meminta anak untuk memberikan
bagi masyarakat dan menjadi orang
penilaian
yang bermanfaat baik bagi dirinya,
kebiasaan dan sikap orangtua dalam
keluarganya, dan lingkungannya. Hal
mengasuh
ini
individu
hampir
pada
mendorong
setiap
khususnya
orangtua
untuk
memberikan yang terbaik kepada
asuh
kemampuan
pendapat
yang
diterima
terhadap
dirinya
yang
dari
kebiasaan-
yaitu
sebagai
mengasuh
secara
langsung.
anaknya berdasarkan pengetahuan,
pemahaman,
yang
Pola asuh orangtua dipandang
serta
sebagai
suatu
respon
yang
di
dimilikinya.
dalamnya terkandung suatu penilaian,
Sayangnya hal yang dianggap baik
kesan, pendapat ataupun perasaan
menurut orangtua belum tentu sesuai
anak
dengan keinginan anak. Hal tersebut
diberikan oleh orangtua. Jadi dapat
membuat orangtua bingung dalam
dikatakan
menghadapi perbedaan dengan anak
terhadap pola asuh orangtua tersebut
yang kemudian orangtua cenderung
sifatnya sangat subyektif. Faktor yang
memaksakan
lebih
kehendaknya
kepada
anak. Melihat kenyataan di atas maka
terhadap
pola
bahwa
asuh
persepsi
berpengaruh
yang
anak
terhadap
perkembangan anak adalah tidak
4
hanya pola asuhnya saja melainkan
pengendalian tingkah laku melalui
persepsi
kontrol eksternal. Pola asuh permisif
anak
tentang
cara
pengasuhan dari orangtua tersebut.
asuh
memiliki ciri-ciri kontrol orangtua
Menurut Hurlock (2000) pola
kurang, bersifat longgar atau bebas,
dibagi
anak
menjadi
tiga
yaitu
kurang
dibimbing
dalam
demokratis, otoriter, dan permisif.
mengatur
Pola asuh demokratis memiliki ciri-
menggunakan
ciri
diberi
diijinkan membuat keputusan sendiri
dan
dan dapat berbuat sekehendaknya
diantaranya
kesempatan
anak
untuk
mengembangkan
mandiri
kontrol
internal,
dirinya,
hampir
hukuman,
tidak
anak
sendiri.
anak diakui sebagai pribadi oleh
Penelitian dengan tema seperti
orangtua dan turut dilibatkan dalam
ini sebelumnya juga pernah dilakukan
pengambilan
yakni
keputusan,
serta
penelitian
dengan
judul
menetapkan peraturan serta mengatur
“Perbedaan Perilaku Asertif pada
kehidupan anak. Ciri-ciri pola asuh
Remaja Ditinjau dari Pola Asuh
otoriter anak harus tunduk dan patuh
Orangtua”
pada
skripsi oleh mahasiswa dari Fakultas
kehendak
orangtua,
yang dilakukan
pengontrolan orangtua pada tingkah
Psikologi
laku anak sangat ketat hampir tidak
Soegijapranata Semarang.
pernah
memberi
Katholik
sering
Berdasarkan hasil penelitian
jika
dari Sari (2007), menunjukkan bahwa
terjadi kegagalan memenuhi standar
remaja dengan pola asuh demokratis
yang telah ditetapkan orangtua, dan
lebih berperilaku asertif daripada
memberikan
pujian,
Universitas
untuk
hukuman
fisik
5
remaja dengan pola asuh otoriter dan
siswa kelas XII SMA N 1 Colomadu
permisif. Remaja dengan pola asuh
berjumlah
demokratis mempunyai sikap terbuka
pengambilan sampel yang digunakan
dan jujur kepada orang lain terhadap
dalam penelitian ini adalah cluster
permasalahan
random
yang
dihadapinya,
113
orang.
sampling
Teknik
yaitu
sedangkan remaja dengan pola asuh
pengambilan
otoriter memendam perasaan dan
sehingga didapatkan empat kelas
pikirannya kepada orang lain. Remaja
sebagai sampel penelitian ini. Alat
tersebut menjadi tertutup dan jarang
ukur
melakukan
mengungkap
komunikasi
kepada
sampel
teknik
yang
secara
digunakan
acak
untuk
variabel-variabel
dimarahi.
penelitian ada dua macam alat ukur,
Remaja dengan pola asuh orangtua
yaitu Skala Asertivitas, dan Skala
permisif, bersikap sesuka hati tanpa
Pola
mempedulikan perasaan orang lain
menggunakan uji product moment
dan cenderung berperilaku agresif.
Pearson.
METODE PENELITIAN
berdasarkan
orangtua
karena
takut
Asuh
Orangtua
Skala
ini
dengan
disusun
komponen-komponen
Penelitian ini menggunakan
asertivitas yang dikemukakan oleh
dua variabel, yaitu asertivitas dalam
Alberti dan Emmons (Wijaya, 2010)
pemilihan
variabel
studi
tergantung
lanjut
sebagai
yang terdiri dari: kesertaan, bertindak
dan
persepsi
menurut kebutuhan sendiri, membela
terhadap pola asuh sebagai variabel
diri
bebas.
perasaan,
Subjek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
sendiri,
mengekspresikan
mempertahankan
hak
pribadi, dan tidak merugikan hak
6
orang lain. Terdapat 24 aitem valid
bergerak dari 0,353 sampai 0,774
dan 6 aitem gugur. Aitem valid
dengan koefisien reliabilitas Alpha
mempunyai
correlation
sampai
corrected
bergerak
0,668
(α) sebesar 0,903.
item-total
dari
dengan
0,396
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data
koefisien
dengan menggunakan teknik Anova
reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,868.
Satu Jalur diperoleh nilai F = 46,427
Skala Pola Asuh Orangtua
dengan p = 0,000 (p