Prestasi Akademik Ditinjau Dari Pola Asuh Etnis

(1)

PRESTASI AKADEMIK DITINJAU DARI POLA ASUH ETNIS

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

HENI RAHMAYENI PUTRI 081301121

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis Heni Rahmayeni Putri dan Ade Rahmawati

ABSTRAK

Prestasi akademik adalah hasil belajar berupa pemecahan masalah lisan atau tulisan yang diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai rapor. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah pola asuh dan etnis. Pola asuh adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih sayang serta memberikan perhatian kepada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh authoritative, authoritarian, permissive dan uninvolved dan etnis, yaitu Tionghoa dan Non-Tionghoa.

Teknik sampel yang digunakan adalah simple random sampling dan melibatkan 120 kanak-kanak akhir usia 9 hingga 12 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah nilai rapor semester satu dan skala pola asuh. Data penelitian dianalisis menggunakan anova 2 jalur (two ways anova). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis dan tidak ada interaksi antara pola asuh dan etnis terhadap prestasi akademik.


(3)

Academic performance based on parenting style and ethnic Heni Rahmayeni Putri and Ade Rahmawati

ABSTRACT

Academic performance is the result of verbal or non-verbal problem-solving described in score or grade. Some of the factors that affect academic achievement are parenting style and ethnic. Parenting style is a pattern of interaction between parent and child include how parents provide the rules, punishment, love and attention to children. The purpose of this study was to determine the differences in academic performance based on parenting style namely authoritative, authoritarian, permissive and uninvolved and ethnic groups, namely Chinese and non-Chinese.

The sampling technique was simple ramdom sampling and involved 120 late childhood ages among 9 to 12 years. The instrument to collected data were the first semester grades and parenting style scale. Data were analyzed using two ways anova. The statistically analysis showed that there was no difference of academic performance based on parenting style and ethnic groups and no interaction between parenting style and ethnicity toward academic

Keywords : Academic performance, parenting style, ethnic,

performance. late childhood


(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

2. Kak Ade Rahmawati Siregar, M. Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan masukan hingga akhir penelitian ini

3. Ibu Dr. Wiwik Sulistyaningsih., psikolog selaku penguji pada sidang skripsi saya. Terimakasih atas saran dan masukan ibu sehingga penelitian saya menjadi lebih baik

4. Pak Zulkarnain, Ph. D, selaku penguji pada sidang skripsi saya. Terimakasih atas saran dan masukan bapak sehingga penelitian saya menjadi lebih baik

5. Ibu Rahmi, pak Eka, ibu Etty, kak Masyitah selaku dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu


(5)

peneliti, terima kasih atas bimbingan, saran, dan arahan yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bang Tarmidi, M. Psi, psikolog, selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih atas segala arahan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan

7. Ibu Lini, SE selaku kepala sekolah WR. Supratman 2 yang telah membantu peneliti dari awal hingga akhir penelitian yang dilakukan di sekolah 8. Kedua orang tua saya yaitu pak dr. H. Abd. Rahman Taj dan Ibu dr. Hj.

Suhartini DJ.S serta abang dan kakak saya yaitu Heti Rahmawati S. Si, dr. Fauzan Hafizar, dan Dedi Rahmawan ST, MSc. Yang telah memberikan kasih sayang dan perhatian kepada saya. Terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini

9. Sahabat terbaik saya yaitu Nanda, Jefri Sani, Ervi, Susi, Pipit, Fatma, Siti, Kiki dan Suci yang telah mendengarkan keluh kesah selama proses penelitian ini dan telah memberikan saran dan masukan untuk penelitian ini

10.Teman-teman 2008 yang telah memberikan semangat, nasehat, saran dan dorongan agar peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segera

11.Filicia Ayunani, yang dengan sabar membantu peneliti untuk mendapatkan izin dari pihak sekolah dengan menunggu dari pagi hingga sore walaupun dengan hasil yang kurang memuaskan


(6)

12.Siti Rahmah yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan izin dari pihak sekolah WR.Supratman 2 dan telah membantu dalam pengambilan data mengenai sekolah

13.Mutia Karmila, Asvilicia, Puspita Melia Mias yang tengah sabar membantu peneliti dalam pengambilan data di sekolah WR.Supratman 2 14.Yohana Sazlila dan kak Nana Zahara, atas nasehat dan saran-saran yang

diberikan yang membantu kelancaran penelitian ini

15.Teman satu penelitian yaitu kak Selfina dan kak Ina. Terima kasih karena telah mendengarkan keluh kesah selama proses penelitian dan memberikan dukungan kepada peneliti. Banyak hal yang terjadi selama penelitian ini. Sukses buat kita

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dengan ikhlas peneliti menerima saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan karya ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

Medan, Maret 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Akademik ... 9

1. Pengertian Prestasi Akademik... 9

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Akademik... 10

3. Ciri-ciri Individu yang Berprestasi... 17

B. Pola Asuh . ... 18

1. Pengertian Pola Asuh. ... 18

2. Dimensi Pola Asuh. ... 20

3. Aspek-aspek Pola Asuh... 20

4. Jenis-jenis Pola Asuh ... 21


(8)

D. Tionghoa dan non-Tionghoa ... 27

E. Prestasi Akademik ditinjau dari Pola Asuh dan Etnis ... 29

F. Hipotesa Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

1. Prestasi Akademik ... 34

2. Pola Asuh ... 34

3. Etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa ... 36

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 36

1. Populasi dan Sampel ... 36

2. Metode Pengambilan Sampel ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 37

E. Alat Ukur yang digunakan ... 40

1. Skala Pola Asuh ... 40

2.Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

a. Validitas Alat Ukur ... 40

b. Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 42

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 43

1. Permohonan Izin ... 43

2. Pembuatan Alat Ukur ... 44


(9)

4. Revisi Alat Ukur ... 44

5. Pelaksanaan Penelitian ... 45

6. Tahap Pengolahan Data ... 45

H. Metode Analisa Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ... 47

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 47

a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku ... 47

B. Penggolongan Subjek Penelitian ... 47

1. Penggolongan Subjek Penelitian Berdasarkan Prestasi Akademik 47 2. Penggolongan Subjek Penelitian Berdasarkan Pola Asuh ... 49

C. Hasil Analisa Data ... 52

1. Uji Asumsi ... 53

a. Normalitas ... 53

b. Homogenitas ... 53

2. Hasil Utama Penelitian ... 53

3. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1 Kesimpulan ... 58

2 Saran ... 58

a. Saran Metodologis ... 58

b. Saran Praktis ... 59


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kategorisasi Jenis Pola Asuh ... 21

Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem Skala Pola Asuh sebelum Uji Coba ... 40

Tabel 3. Distribusi Aitem Hasil Uji Coba Skala Pola Asuh ... 43

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Pola Asuh ... 43

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku ... 47

Tabel 6. Penggategorisasian ... 48

Tabel 7. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Nilai Rata-rata Rapor ... 48

Tabel 8. Kategorisasi Prestasi Akademik... 49

Tabel 9. Kategorisasi Skor Aspek Pola Asuh ... 51

Tabel 10. Kategorisasi Jenis Pola Asuh ... 52

Tabel 11. Kategorisasi Pola Asuh ... 52

Tabel 12. Deskripsi Pola Asuh ... 54

Tabel 13. Deskripsi Etnis ... 54


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Hasil Realiabilitas Skala Pola Asuh ………. 66

Lampiran B. Skala Pola Asuh dan Data Responden penelitian………..71

Lampiran C. Data Mentah Penelitian Skala Pola Asuh………...84


(12)

Prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis Heni Rahmayeni Putri dan Ade Rahmawati

ABSTRAK

Prestasi akademik adalah hasil belajar berupa pemecahan masalah lisan atau tulisan yang diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai rapor. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah pola asuh dan etnis. Pola asuh adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih sayang serta memberikan perhatian kepada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh authoritative, authoritarian, permissive dan uninvolved dan etnis, yaitu Tionghoa dan Non-Tionghoa.

Teknik sampel yang digunakan adalah simple random sampling dan melibatkan 120 kanak-kanak akhir usia 9 hingga 12 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah nilai rapor semester satu dan skala pola asuh. Data penelitian dianalisis menggunakan anova 2 jalur (two ways anova). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis dan tidak ada interaksi antara pola asuh dan etnis terhadap prestasi akademik.


(13)

Academic performance based on parenting style and ethnic Heni Rahmayeni Putri and Ade Rahmawati

ABSTRACT

Academic performance is the result of verbal or non-verbal problem-solving described in score or grade. Some of the factors that affect academic achievement are parenting style and ethnic. Parenting style is a pattern of interaction between parent and child include how parents provide the rules, punishment, love and attention to children. The purpose of this study was to determine the differences in academic performance based on parenting style namely authoritative, authoritarian, permissive and uninvolved and ethnic groups, namely Chinese and non-Chinese.

The sampling technique was simple ramdom sampling and involved 120 late childhood ages among 9 to 12 years. The instrument to collected data were the first semester grades and parenting style scale. Data were analyzed using two ways anova. The statistically analysis showed that there was no difference of academic performance based on parenting style and ethnic groups and no interaction between parenting style and ethnicity toward academic

Keywords : Academic performance, parenting style, ethnic,

performance. late childhood


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak akhir disebut juga sebagai usia sekolah dasar. Pada periode ini, anak dituntut untuk melaksanakan tugas belajar yang membutuhkan kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai dengan anak mampu menerima pelajaran secara sistematis dan berkelanjutan yang dapat dilihat selama proses belajar (Mubin, 2006). Belajar merupakan proses dalam memperoleh ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk menghasilkan perubahan dalam pemahaman, pengetahuan dan daya analisis. Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman anak dalam belajar dilakukan penilaian belajar, melalui pertanyaan secara lisan dan tertulis (Chairinniza, 2007).

Hasil dari penilaian belajar disebut dengan istilah prestasi akademik (Chaplin, 1997). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh anak yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka rapor yang membedakan antara anak yang berprestasi dan yang kurang berprestasi (Chaplin, 1997). Nilai atau angka rapor yang baik mengindikasikan keberhasilan anak di sekolah, sebaliknya apabila anak mendapatkan nilai rapor yang kurang baik mengindikasikan anak mengalami kegagalan. Prestasi akademik yang baik di sekolah biasanya dapat memotivasi anak untuk belajar lebih giat (Suryadinata, 1999). Peningkatan prestasi akademik yang diperoleh anak di sekolah salah satunya dipengaruhi oleh cara orang tua dalam mendidik anak, orang tua yang sangat berperan aktif


(15)

dalam aktifitas belajar anak akan menghasilkan prestasi akademik yang baik (Chairinniza, 2007).

Cara mendidik dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Latar belakang budaya yang berbeda akan menghasilkan cara mendidik yang berbeda sehingga menyebabkan prestasi akademik yang berbeda pada setiap budaya (Chao dalam Darling & Stenberg, 1993). Pada Masyarakat Tionghoa, keberhasilan atau prestasi akademik di sekolah merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dilatar belakangi oleh beberapa prinsip yang dipegang oleh Tionghoa, yaitu orang tua Tionghoa menuntut anak untuk bekerja keras dan lebih giat dalam belajar, ditambah lagi dengan disiplin terhadap waktu guna menghasilkan prestasi akademik yang baik. Prestasi akademik yang baik mengindikasikan keberhasilan orang tua Tionghoa dalam mendidik anak (Maloedyn, 2010). Prestasi akademik yang diperoleh anak Tionghoa diindikasikan sebagai kerja keras atau usaha yang dilakukan oleh anak (Santrock, 2003).

Sebaliknya, pada Non-Tionghoa orang tua cenderung bersikap pasif kepada anak sehingga anak sulit berpikir dan berinisiatif. Ditambah lagi dengan kurangnya keterlibatan orang tua dalam belajar dan kurangnya pemberian dorongan atau motivasi menyebabkan orang tua kurang memahami dan mengetahui kelemahan dan kelebihan anak dalam belajar sehingga menyebabkan prestasi akademik anak Non-Tionghoa cenderung lebih rendah dibandingkan dengan anak Tionghoa (Sugito, 2007).

Hal ini selaras dengan hasil penelitian international mathematic and science study repeat pada tahun 1999 yang menunjukkan bahwa anak


(16)

Non-Tionghoa mempunyai kemampuan lebih rendah dari anak Non-Tionghoa dalam bidang studi matematika sehingga prestasi akademik yang diperoleh anak Non-Tionghoa cenderung kurang baik (Gunarsa, 2004). Didukung juga oleh hasil olimpiade fisika Asia tahun 2008 yang menyatakan bahwa anak Tionghoa menduduki tingkat pertama dalam olimpiade tersebut (Mendiknas, 2012).

Selain pengaruh latar belakang budaya, prestasi akademik juga dipengaruhi oleh faktor keluarga. Keluarga dalam hal ini orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pencapaian prestasi akademik (Dalyono, 2007). Keluarga merupakan lembaga utama dalam mendidik dan membimbing anak untuk menjadikan anak menjadi pribadi yang cerdas (Chairinniza, 2007). Untuk mendukung hal ini, anak membutuhkan bantuan orang tua dalam mencapai keberhasilan anak di sekolah melalui peran aktif orang tua dalam aktivitas belajar anak dan mengajarkan disiplin terhadap waktu. Disiplin terhadap waktu ini dapat mendukung perkembangan kognitif dan prestasi akademik anak di sekolah (Gunarsa, 2004). Orang tua mempunyai peran yang penting dalam membentuk anak berprestasi karena orang tua merupakan salah satu potensi besar dan positif yang memberikan pengaruh pada prestasi anak, khususnya dalam hal mendorong potensi anak (Tu’u dalam kartika, 2008). Peran tersebut diterapkan oleh orang tua melalui pola asuh (Hurlock dalam Kartika, 2008).

Pola asuh adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua meliputi cara orang tua menunjukkan otoritasnya dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya (Kohn dalam


(17)

Tarmudji, 2001). Baumrind (dalam Hetherington & Parke, 1975) membagi pola asuh menjadi 3, yaitu pola asuh autoritarian, authoritative, dan permissive.

Pertama, pola asuh authoritarian menggambarkan orang tua yang berperilaku kasar, tidak resposif terhadap kebutuhan anak, dan memandang anak perlu untuk dikontrol. Kedua, pola asuh authoritative menggambarkan orang tua yang hangat, suportif, menuntut perilaku yang baik, tegas, terbuka, rasional. Ketiga, pola asuh permissive menggambarkan orang tua yang tidak konsisten terhadap kedisiplinan. Sementara Maccoby & Martin (dalam Papalia, 2008) menambahkan satu jenis pola asuh yaitu pola asuh uninvolved. Pola asuh ini menggambarkan orang tua yang hanya fokus pada kebutuhannya sendiri dibandingkan dengan kebutuhan anak.

Setiap orang tua, menerapkan pola asuh yang berbeda-beda (Chao dalam Darling & Stenberg, 2003). Menurut Baumrind (dalam Santrock, 1998) dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang tua menggunakan kombinasi dari semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan dari pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap budaya berbeda-beda termasuk cara mendidik anak yang dapat mempengaruhi prestasi akademik di sekolah (Parke & Gauvain, 2009).

Menurut Zhao (dalam Papalia, 2008) pola asuh yang diterapkan oleh keluarga Tionghoa adalah autoritarian yaitu orang tua menekankan kepada anak untuk hormat kepada yang lebih tua dan mengajarkan perilaku yang tepat secara sosial yang dilaksanakan dengan menggunakan kontrol yang ketat.


(18)

Orang tua juga memberikan perintah atau aturan-aturan kepada anak-anak agar anak berusaha sebaik mungkin untuk memperoleh hasil yang maksimal di sekolah (Amy, 2002). Sementara menurut Chao (dalam Parke & Gauvain, 1994) pola asuh yang diterapkan oleh keluarga Tionghoa adalah authoritative, yaitu orang tua berperan sebagai pengajar dan melatih anak dalam belajar. Orang tua juga memberikan kontrol kepada anak tetapi tidak mendominasi anak mereka.

Sebaliknya, pola asuh yang diterapkan oleh Non-Tionghoa adalah cenderung permissive. Hal ini didasarkan oleh hasil riset Geertz tahun 2007 yang menyatakan bahwa orang tua Non-Tionghoa cenderung memberikan aturan kepada anak tanpa ada alasan yang jelas, kurangnya usaha orang tua dalam mengembangkan inisiatif anak, membiasakan anak untuk mengambil keputusan secara pasif dan tidak memberikan dorongan emosional. Ditambah lagi dengan kurangnya keterlibatan orang tua dalam aktifitas belajar dan kedisiplinan waktu yang menyebabkan orang tua kurang memahami kelemahan anak dalam belajar (Sugito, 2007).

Sehubungan dengan hal diatas dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanak akhir merupakan masa usia sekolah dasar. Pada masa ini anak memandang bahwa nilai atau angka rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi akademik di sekolah. Prestasi akademik yang baik mengindikasikan anak berhasil di sekolah. Untuk mendukung hal ini dibutuhkan keterlibatan keluarga sebagai lembaga utama yang mendidik dan mengasuh anak, keluarga yang terlibat aktif dalam belajar anak akan mendukung keberhasilan anak di sekolah


(19)

(Gunarsa, 2004). Selain itu orang tua berperan penting untuk membentuk anak yang berprestasi. Peran tersebut melalui pola asuh orang tua (Hurlock dalam Kartika, 2008). Pola asuh yang berbeda akan menghasilkan prestasi akademik yang berbeda (Parke & Gauvain, 2009). Pola asuh dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang menyebabkan perbedaan prestasi akademik pada setiap budaya (Chao, 1994).

Hal ini menarik perhatian peneliti untuk melihat pengaruh pola asuh

permissive, authoritharian, authoritative, dan uninvolved terhadap prestasi akademik yang diraih oleh etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh

authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved dan etnis yaitu Tionghoa dan Non-Tionghoa

C. Tujuan Penelitian

Untuk melihat perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh

authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved dan etnis yaitu Tionghoa dan Non-Tionghoa


(20)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama Psikologi perkembangan terutama hal mengenai pola asuh yang diterapkan oleh etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa dalam prestasi akademik.

2. Manfaat praktis a. Orang Tua

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan informasi kepada orang tua agar orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat guna mendukung prestasi akademik yang baik

b. Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(21)

BAB II : Landasan Teori

Berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari pengertian prestasi akademik, faktor yang mempengaruhi prestasi akademik,ciri-ciri individu yang berprestasi,pengertian pola asuh, dimensi pola asuh, aspek-aspek pola asuh, jenis-jenis pola asuh, aspek perkembangan kanak-kanak akhir, praktik pengasuhan orang tua Tionghoa, praktik pengasuhan orang tua Non-Tionghoa, prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis serta hipotesa penelitian BAB III: Metode Penelitian

Berisi mengenai identifikasi variabel penelitian,populasi, sampel, pengambilan sampel, defenisi operasional, jumlah sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, Prosedur Pelaksanaan Penelitian, Metode analisa data

BAB IV: Hasil Analisis Data

Bab ini peneliti menjabarkan hasil dari analisis datanya kedalam bentuk penjelasan yang lebih terperinci dan runtut disertai dengan data yang mendukungnya.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan berisi jawaban dari pertanyaan penelitian sebagaimana yang dituangkan dalam perumusan masalah penelitian. Saran diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Prestasi Akademik

A.1. Pengertian Prestasi Akademik

Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kemampuan yang disebabkan karena proses belajar. Bentuk hasil proses belajar dapat berupa pemecahan tulisan atau lisan, keterampilan dan pemecahan masalah yang dapat diukur dan dinilai dengan menggunakan tes yang terstandar (Sobur, 2003). Hal ini didukung oleh pernyataan Soemantri (dalam Nurani, 2004) yang menyatakan prestasi akademik adalah hasil yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu pada mata pelajaran tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka dan dirumuskan dalam rapor. Menurut Setiawan (2000) prestasi akademik adalah tingkat pencapaian keberhasilan terhadap suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan secara optimal. Sementara prestasi akademik menurut Opit ( dalam Hawadi, 2001) adalah output sekolah yang merupakan alat untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil belajar berupa pemecahan masalah lisan atau tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah secara langsung yang diwujudkan dalam bentuk angka yaitu melalui rapor.


(23)

A.2. Faktor yang mempengaruhi prestasi akademik

Menurut Sobur (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu:

1) Faktor Endogen

Merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri atau personal, meliputi :

a. Fisik

Faktor fisik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok antara lain faktor kesehatan dan anak yang mengalami kebutuhan khusus. Anak yang kurang sehat memiliki daya tangkap yang kurang dalam belajar dibandingkan dengan anak yang sehat. Pada anak yang mengalami kebutuhan khusus, misalnya mengalami bisu, tuli dan menderita epilepsi menjadi hambatan dalam perkembangan anak untuk berinteraksi terhadap lingkungan dan menerima mata pelajaran, terutama pada anak yang duduk di bangku sekolah dasar. b. Psikis

Terdapat beberapa faktor psikis, yaitu: 1. Intelegensi atau Kemampuan

Anak yang memiliki intelegensi yang rendah mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran dan dapat tertinggal dari teman-temannya yang lain. Karena anak ini membutuhkan proses belajar yang lebih lambat dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar. Sebaliknya anak yang


(24)

memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih mudah untuk menangkap dan memahami pelajaran, lebih mudah untuk mengambil keputusan dan kreatif. 2. Perhatian atau minat

Bagi seorang anak, mempelajari sesuatu hal yang menarik bagi dirinya akan lebih mudah untuk diterima dan dipahami. Dalam hal minat, seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan mudah dalam mempelajari bidang tersebut.

3. Bakat

Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tertentu. Misalnya anak yang memiliki bakat dalam bidang studi matematika akan lebih mudah dalam memahami bidang studi tersebut. Kendalanya terkadang orang tua kurang memperhatikan bakat yang dimiliki anak, sehingga orang tua memaksakan anak untuk masuk pada keahlian atau bidang tertentu tanpa mengetahui bakat yang dimiliki anak.

4. Motivasi

Faktor motivasi memiliki peranan dalam proses belajar. Ketiadaan motivasi baik internal maupun eksternal akan menyebabkan kurang semangatnya anak dalam melakukan proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Jika orang tua atau guru memberikan motivasi kepada anak, maka timbul dorongan pada diri anak untuk belajar dan anak akan mengetahui manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai.


(25)

5. Kematangan

Kematangan adalah tingkat perkembangan yang dialami oleh individu sehingga sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam belajar, kematangan sangat menentukan. Oleh karena itu setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

6. Kepribadian

Kepribadian mempengaruhi keadaan anak dalam belajar. Dalam proses pembentukan kepribadian, terdapat beberapa fase yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangan anak. Seorang anak yang belum mencapai fase tertentu akan mengalami kesulitan jika orang tua menagajarkan sesuatu yang belum sesuai dengan fase tersebut kepribadinnya.

2) Faktor Eksogen

Merupakan faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan, meliputi :

a. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak dan juga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak karena keluarga merupakan tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungannya dengan interaksi sosial. Dalam hubungan dengan belajar, faktor keluarga memiliki hubungan yang sangat penting. Keadaan keluarga dapat menentukan berhasil atau tidaknya anak dalam belajar dan juga kondisi


(26)

atau suasana keluarga menentukan bagaimana anak dalam belajar dan usaha yang dicapai oleh anak. Faktor keluarga dapat dibagi menjadi 3 faktor, yaitu : 1. Kondisi ekonomi keluarga

Keluarga yang memiliki kondisi ekonomi yang kurang baik menjadi salah satu penyebab kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi. Selain itu, faktor ekonomi membuat suasana rumah menjadi kurang nyaman yang menyebabkan anak malas untuk belajar. Tetapi terkadang masalah ekonomi menjadi dorongan anak untuk berhasil.

2. Hubungan emosional orang tua dan anak

Hubungan emosional antara orang tua dan anak dapat mempengaruhi terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Suasana rumah yang selalu ribut dalam pertengkaran dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi anak dalam belajar, sehingga anak tidak dapat belajar dengan baik. Orang tua yang terlalu keras kepada anak dapat menyebabkan jauhnya hubungan antara keduanya yang dapat menghambat proses belajar anak.

3. Cara mendidik anak

Setiap keluarga memiliki caranya tersendiri dalam mendidik anak. Ada keluarga yang mendidik anak secara diktator militer, demokratis, pendapat anak diterima oleh orang tua tetapi ada keluarga yang kurang perduli dengan anggota keluarganya yang lain. Cara mendidik ini baik secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi belajar anak.


(27)

b. Faktor Sekolah

Faktor lingkungan sekolah seperti guru dan kualitas hubungan antara guru dan murid mempengaruhi semangat anak dalam belajar. Pada faktor guru, guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang rajin dapat mendorong anak untuk melakukan hal yang sama. Selain itu juga cara mengajar guru seperti sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki, bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan dapat menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Disisi lain, hubungan antara guru dan murid juga dapat menentukan keberhasilan dalam belajar. Seorang anak yang dekat dan mengagumi guru akan lebih mudah untuk menangkap pelajaran dan memahaminya.

c. Faktor Lingkungan Lain

Faktor lingkungan lain seperti kondisi keluarga, guru dan fasilitas sekolah. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang baik, bersekolah di sekolah yang memiliki guru dan fasilitas pelajaran yang baik belum tentu menjamin anak untuk dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar anak di sekolah. Selain itu juga, teman-teman anak di sekolah dan aktivitas yang dilakukan anak dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Aktivitas di luar sekolah dapat membantu perkembangan anak akan tetapi tidak semua aktivitas tersebut bisa membantu. Apabila anak banyak menghabiskan waktu pada aktivitas di luar sekolah dan diluar rumah, sementara anak kurang mampu dalam membagi waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut dapat menghambat anak dalam belajar.


(28)

Ditambah dengan pendapatnya Jimerson, Egeland & Teo (dalam papalia, 2008) bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, yaitu:

a) Keyakinan akan kecakapan diri dan motivasi akademik.

Anak yang memiliki kecakapan diri yang tinggi yakin bahwa mereka menguasai materi akademik dan mampu mengatur pembelajaran mereka sendiri yang cenderung berprestasi lebih besar dan sukses. Anak mampu menentukan target yang menantang dan menggunakan strategi yang tepat untuk mencapainya, berusaha keras, bertahan dihadapan kesulitan, dan mencari bantuan. Sebaliknya, anak yang tidak yakin untuk sukses cenderung frustasi dan tertekan.

Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu keyakinan, pengasuhan orang tua, status sosioekonomi dan teman sebaya dapat mempengaruhi prestasi anak. Orang tua yang secara ekonomi baik dan memiliki aspirasi yang tinggi untuk anak cenderung memiliki anak dengan prestasi yang tinggi

b) Penggunaan waktu.

Motivasi akademik dan keyakinan akan kecakapan diri mempengaruhi anak menggunakan waktu mereka. Anak yang berprestasi di sekolah memiliki rencana untuk pendidikan dikemudian hari, pernikahan, pekerjaan, dibandingkan dengan anak yang kurang berprestasi. Anak yang kurang aktif dan kurang terlibat dalam aktifitas kegiatan sekolah cenderung memiliki pendidikan dan rencana pekerjaan yang kurang baik dan kurang optimis.


(29)

c) Status sosioekonomis dan lingkungan keluarga.

Status sosioekonomi menjadi faktor yang kuat dalam prestasi akademik melalui pengaruhnya terhadap iklim keluarga, lingkungan keluarga, dan cara membesarkan anak (National Council dalam Papalia, 2008). Status sosioekonomi mempengaruhi kemampuan orang tua untuk menyediakan lingkungan yang mendukukung pembelajaran. Selain itu juga faktor orang tua yang selalu memberikan dorongan kepada anak memiliki motivasi intrinsik yang lebih baik dibandingan dengan anak yang kurang diberikan dorongan oleh orang tua.

d) Keterlibatan orang tua dan gaya pengasuhan.

Orang tua dapat mempengaruhi prestasi pendidikan anak dengan melibatkan diri dalam pendidikan anak: bertindak sebagai penasehat bagi anak dan memberi kesan pada guru dengan keseriusan terget pendidikan keluarga (Bandura dalam Papalia, 2008). Anak dengan orang tua yang amat terlibat biasanya menjadi siswa yang terbaik.

e) Faktor sekolah.

Faktor sekolah seperti kepala sekolah dan guru. Guru yang memiliki harapan yang tinggi kepada siswa, lebih menekankan akan kegiatan akademik dibandingkan dengan aktivitas kurikuler (Linney & Seidman dalam Papalia, 2008). Siswa yang menyukai lingkungan sekolah memiliki prestasi akademik lebih baik dan sekolah yang mampu menyesuaikan pengajaran sesuai kemampuan siswa akan mendapatkan hasil yang lebih baik


(30)

dibandingkan dengan sekolah yang mencoba mengajar seluruh siswa dengan cara yang sama.

f) Harapan Guru

Harapan guru menjadi suatu hal yang penting ketika anak mendekati dan memasuki masa remaja. Harapan guru yang tinggi memprediksi secara signifikan motivasi, tujuan, dan minat siswa. Persepsi siswa terhadap umpan balik yang negatif dan kurangnya dorongan memprediksi secara konsisten masalah akademik dan sosial.

g) Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan berpusat pada anak, artinya berfokus kepada minat anak. Sejumlah pendidikan dan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, dimulai dengan memperbanyak pekerjaan rumah hingga organisasi dan kurikulum. Pendidikan pengajaran pada tingkat awal berfokus terhadap bidang berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki oleh anak.

A.3. Ciri-ciri Individu yang berprestasi

Sobur (dalam Sahputra, 2006) menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki keinginan untuk memperoleh prestasi yang tinggi dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat standart tersebut dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi yang lampau, serta tugas yang harus dilakukan. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kegiatan yang dilakukan. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya, lebih baik atau lebih buruk. Menghindari tugas


(31)

yang terlalu sulit atau terlalu mudah,akan tetapi memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang. Inovatif, yaitu dalam melakukan pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari pada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara yang lebih baik dan menguntungkan dalam pencapaian tujuan. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, dan ingin merasakan kesuksesan atau kegagalan disebabkan oleh individu itu sendiri.

Dengan demikian individu yang memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi, memiliki tanggung jawab pribadi atas apa yang dilakukannya, individu tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau tindakan orang lain, individu suka bekerja pada tingkat kesulitan menengah dan realistis dalam pencapaian tujuannya, individu bersifat inovatif, dimana dalam melakukan tugas selalu dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian individu merasa lebih dapat menerima kegagalan atas apa yang dilakukannya.

B. Pola Asuh

B.1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga


(32)

meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam pendidikan karakter anak (Latifah, 2008).

Pola asuh menurut Handayani (2008) adalah konsep dasar tentang cara memperlakukan anak. Perbedaan dalam konsep ini adalah ketika anak dilihat sebagai sosok yang sedang berkembang, maka konsep pengasuhan yang diberikan adalah konsep psikologi perkembangan. Ketika konsep pengasuhan mempertahankan cara-cara yang tertanam di dalam masyarakat maka konsep yang digunakan adalah tradisional.

Menurut Nurani (2004) pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak dan memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Sementara pola asuh menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak boleh menghukum anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Orang tua melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih sayang serta memberikan perhatian kepada anak.


(33)

B.2 Dimensi pola asuh

Menurut Baumrind (dalam Damon & Lerner, 2006) pola asuh terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu:

1. Parental responsiveness

Orang tua bersikap hangat dan memberikan kasih sayang kepada anak. Orang tua dan anak terlibat secara emosi dan menghabiskan waktu bersama dengan anak.

2. Parental demanding

Orangtua memberikan kontrol terhadap anak mereka. Orang tua menggunakan hukuman untuk dengan tujuan untuk mengontrol anak mereka. Orang tua bersikap menuntut dan memaksa anak dan orang tua akan memberikan aturan kepada anak ketika anak tidak memenuhi tuntutan dari orang tua.

B.3 Aspek-aspek Pola Asuh

Menurut Baumrind (dalam Damon & Lerner, 2006) pola asuh terbagi beberapa aspek, yaitu:

a. Warmth

Orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anak, adanya keterlibatan emosi antara orang tua dan anak serta menyediakan waktu bersama anak. Orang tua membantu anak untuk mengidentifikasi dan membedakan situasi ketika memberikan atau mengajarkan perilaku yang tepat


(34)

b. Control

Orang tua menerapkan cara berdisiplin kepada anak, memberikan beberapa tuntutan atau aturan serta mengontrol aktifitas anak, menyediakan beberapa standar yang dijalankan atau dilakukan secara konsisten, berkomunikasi satu arah dan percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh kedisiplinan.

c. Communication

Orang tua menjelaskan kepada anak mengenai standar atau aturan serta pemberian reward atau punish yang dilakukan kepada anak. Orang tua juga mendorong anak untuk bertanya jika anak tidak memahami atau setuju dengan standar atau aturan tersebut

B.4. Jenis – jenis Pola Asuh

Jenis-jenis pola asuh terdiri dari authoritative, authoritarian, permissive, dan uninvolved (Baumrind, Maccoby & Martin dalam Papalia, 2008). Kategorisasi setiap jenis pola asuh berdasarkan tinggi atau rendahnya aspek pola asuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 1. Kategorisasi jenis pola asuh Aspek

Pola Asuh

Warm Tinggi Rendah

Control Tinggi Rendah

Communication Tinggi Rendah

Authoritative √ √ √

Authoritarian √ √ √ Permissive √ √ √ Uninvolved √ √ √


(35)

Menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) terdapat 3 jenis pola asuh, yaitu: a. Pola asuh authoritharian

Gaya yang membatasi, menghukum, memandang pentingnya kontrol dan kepatuhan tanpa syarat. Orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Menerapkan batas dan kendali yang tegas kepada anak dan meminimalisir perdebatan verbal serta memaksakan aturan secara kaku tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan amarah kepada anak (Santrock, 2003). Cenderung tidak bersikap hangat kepada anak. Anak dari orang tua otoriter seringkali tidak bahagia, ketakutan, minder ketika membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktifitas, memiliki kemampuan komunikasi yang lemah (Papalia, 2008).

b. Pola asuh authorithative

Pola asuh authorithative adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. Mendorong anak untuk mandiri namun menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka (Santrock, 2003). Orang tua memiliki keyakinan diri akan kemampuan membimbing anak-anak mereka, tetapi juga orang tua menghormati independensi keputusan, pendapat, dan kepribadian anak. Mereka mencintai dan menerima, tetapi juga menuntut


(36)

perilaku yang baik, dan memiliki keinginan untuk menjatuhkan hukuman yang bijaksana dan terbatas ketika hal tersebut dibutuhkan. Tindakan verbal memberi dan menerima, orang tua bersikap hangat dan penyayang kepada anak. Menunjukkan dukungan dan kesenangan kepada anak. Anak-anak merasa aman ketika mengetahui bahwa mereka dicintai dan dibimbing secara hangat (Papalia, 2008). Serta orang tua mengajarkan disiplin kepada anak agar anak dapat mengeksplorasi lingkungan dan memperoleh kemampuan interpersonal. Anak yang memiliki orang tua yang otoritatif bersifat ceria, bisa mengendalikan diri, berorientasi pada prestasi, mempertahankan hubungan dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dapat mengatasi stres dengan baik (Parke & Gauvain, 2009).

c. Pola asuh permissive

Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak, namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol. Membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan. Anak menerima sedikit bimbingan dari orang tua, sehingga anak sulit dalam membedakan perilaku yang benar atau tidak. Serta orang tua menerapkan disiplin yang tidak konsisten sehingga menyebabkan anak berperilaku agresif. Anak yang memiliki orang tua permissive kesulitan untuk mengendalikan perilakunya, kesulitan berhubungan dengan teman sebaya, kurang mandiri dan kurang eksplorasi ( Parke & Gauvain, 2009).


(37)

Kemudian Aleanor dan John Martin (dalam papalia, 2008) menambahkan satu jenis pola pengasuhan yaitu:

d. Pola asuh Uninvolved

Gaya pengasuhan dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan anak mereka. Lebih mementingkan akan kebutuhan mereka sendiri dibandingkan dengan kebutuhan anak. Anak dari orang tua yang mengasuh dengan cara

uninvolved maka memiliki keterampilan sosial yang rendah, kemandirian yang kurang baik, dan tidak termotivasi untuk berprestasi (Parke & Gauvain, 2009). C.Kanak-kanak Akhir

Masa kanak-kanak akhir dikenal dengan anak usia sekolah yang berada pada rentang usia 6 hingga 12 tahun. Masa ini ditandai dengan kondisi untuk menyesuaikan diri maupun sosial terhadap lingkungan (Hurlock, 1980). Terdapat beberapa label yang biasa digunakan untuk anak usia sekolah. Label yang sering dipergunakan orangtua, yaitu usia yang menyulitkan, usia tidak rapi, dan usia bertengkar. Label yang dipergunakan para pendidik, yaitu usia sekolah dasar dimana anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang penting untuk kehidupannya kelak. Sedangkan, para ahli psikologi menyebut masa ini dengan sebutan usia berkelompok, usia penyesuaian diri, usia kreatif, dan usia bermain (Hurlock, 1980). Anak usia sekolah memiliki beberapa fase perkembangan yaitu perkembangan intelektual, bahasa, sosial, emosi, moral, dan motorik (Yusuf, 2004).


(38)

C.1 . Fase Perkembangan Kanak-kanak Akhir a. Perkembangan Intelektual

Anak sudah mampu dalam menanggapi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual dan kognitif seperti membaca, menulis, dan menghitung. Kemampuan intelektual ditandai dengan adanya perkembangan pola pikir dan daya nalar. Daya nalar anak dapat dikembangkan dengan melatih anak untuk mengungkapkan pendapatnya baik yang dialaminya atau yang terjadi pada lingkungan (Yusuf, 2004).

Pada masa ini daya pikir anak kearah konkrit operasional, yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan baru, yaitu kemampuan mengklasifikasi, menyusun dan mengasosiasikan dan anak sudah mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang sederhana (Yusuf, 2004).

b. Perkembangan Bahasa

Usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembangnya kemampuan untuk mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awal masa ini , anak sudah menguasai 2.500 kata, dan pada masa kanak-kanak akhir anak mampu menguasai 50.000 kata. Pada kemampuan berpikir anak sudah mengalami perkembangan, dimana anak sudah memahami mengenai sebab akibat dan waktu (Yusuf, 2004).

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan pada anak usia sekolah dasar ditandai dengan berkembangnya hubungan, disamping dengan keluarga juga memulai dengan adanya ikatan baru


(39)

dengan teman sebaya. Pada masa ini anak bersikap egosentris. Memiliki keinginan yang kuat untuk bergabung dalam sebuah kelompok (Yusuf, 2004).

Kemampuan sosial ini membuat anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan dalam kemampuan sosial ini dapat digunakan dalam memberikan tugas-tugas kelompok. Tugas-tugas kelompok ini memberikan kesempatan kepada anak untuk menunjukkan prestasinya (Yusuf, 2004).

d. Perkembangan Emosi

Pada masa ini, anak sudah menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosi. Kemampuan mengontrol diperoleh anak melalui latihan. Emosi merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku individu, termasuk dalam perilaku belajar. Emosi yang positif akan mengarahkan anak untuk berkonsentrasi terhadap aktifitas belajarnya (Yusuf, 2004).

e. Perkembangan Moral

Anak mulai mempelajari konsep moral pertama kali pada lingkungan keluarga. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mematuhi tuntutan dari orang tua atau lingkungannya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan dan juga anak sudah mampu mengasosiasikan bentuk perilaku dengan konsep benar dan salah atau baik dan buruk (Yusuf, 2004).


(40)

f. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik anak sudah dapat berkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak. Oleh sebab itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, main bola, menggambar, dan melukis (Yusuf, 2004).

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dibidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh sebab itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar. Pada masa ini, anak sudah menerima beberapa pelajaran keterampilan (Yusuf, 2004).

D.Tionghoa dan Non-Tionghoa D.1. Tionghoa

a. Praktik Pengasuhan Orang tua Tionghoa

Orang tua Tionghoa memberikan beberapa tanggung jawab terhadap anaknya. Di mana dalam hal ini orang tua meminta anak untuk terus mengembangkan diri dan introspektif diri. Untuk mencapai karakter yang terintegrasi moral, seseorang harus bersikap sederhana. Untuk mengetahui tujuan, maka seseorang terus mencari pengetahuan, dengan cara memupuk rasa keuletan untuk mencapai tujuan yang dilaksanakan. Anak dari keluarga Tionghoa dituntut untuk memiliki harapan atau cita-cita yang tinggi ( Xu Xin, 2010 ).

Orang tua Tionghoa mengajarkan cara agar anak disiplin, moral, serta kebajikan. Orang tua merasa bahwa tanpa ada disiplin yang ketat dan standar


(41)

moral, seorang anak tidak akan menjadi apa-apa. Tanpa mengetahui apa artinya menghormati kepada kedua orang tua, seorang anak akan tumbuh menjadi seseorang yang tidak menghormati siapapun. Seperti seorang anak yang tumbuh dalam kebajikan ( Xu Xin, 2010 ).

Pendidikan dinilai penting pada keluarga Tionghoa sehingga anak Tionghoa dituntut untuk memahami potensi yang ia miliki. Orang tua membiasakan anak untuk menjadi pribadi yang cerdas, ulet dan mendukung serta mengarahkan anak dalam pendidikannya. Ditambah lagi dengan orang tua yang mendidik anaknya untuk bekerja keras dalam pendidikan, dengan hal ini anak mampu untuk mengembangkan diri dan memperoleh prestasi akademik yang baik di sekolah (Maloedyn, 2010).

D.2. Non Tionghoa

a. Praktik Pengasuhan Orang tua Non-Tionghoa

Orang tua Non-Tionghoa cenderung mempercayakan pengasuhan anak kepada orang lain dan orang tua tidak terlibat sepenuhnya dalam mengasuh anak oleh sebab itu anak akan lebih dekat dengan pengasuhnya dibandingkan dengan orang tuanya. Selain itu juga orang tua juga mengajarkan hal-hal yang tidak rasional atau masuk akal yang mendorong anak untuk memunculkan sikap egosentris, misalnya ketika anak terjatuh dilantai orang tua mengatakan kepada anak bahwa lantainya yang salah dan orang tua memukul lantai (Anita, 2008).

Orang tua Non-Tionghoa juga cenderung untuk memasukkan anak dalam les atau bimbingan yang dapat mendukung prestasi akademik anak di sekolah. Akan tetapi orang tua Non-Tionghoa cenderung mempercayakan kemajuan atau


(42)

kelemahan anak dalam belajar kepada guru yang bersangkutan tanpa terlibat dalam aktifitas belajar anak dan kurangnya disiplin terhadap waktu. Rata-rata anak Non-Tionghoa menghabiskan waktu luangnya untuk membaca dan bermain komputer. Ditambah lagi dengan beberapa sikap orang tua Non-Tionghoa yang cenderung kurang dalam memberikan dorongan kepada anak sehingga anak kurang tertarik untuk melakukan aktifitas belajar (Sugito, 2007).

b.Prestasi Akademik ditinjau dari Pola Asuh dan Etnis

Keluarga merupakan sumber pendidikan yang utama karena melalui keluarga anak memperoleh pengetahuan dan kecerdasan intelektual (Gunarsa, 2003). Setiap keluarga menerapkan caranya tersendiri dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar anak di sekolah yang dapat mendukung prestasi akademik yang baik (Syah, 1999). Cara mengasuh dan mendidik ini dipengaruhi oleh latar belakang budaya, budaya yang berbeda akan menggunakan cara mendidik dan mengasuh yang berbeda yang akan menghasilkan prestasi akademik yang berbeda, yaitu pada Tionghoa dan Non-Tionghoa (Chao dalam Darling & Stenberg, 1993).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shek & Chan (dalam Huang & Larry, 2004) menyatakan bahwa ada beberapa atribut yang penting oleh orang tua Tionghoa terhadap anak yaitu hubungan dengan keluarga, prestasi akademik, perilaku yang baik dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Prestasi akademik merupakan hal yang penting pada orang tua Tionghoa sehingga anak dituntut bekarja keras agar memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini didukung oleh hasil Guan Report (Xie dalam Huang & Larry, 2004) yang menyatakan


(43)

bahwa 70% orang tua Tionghoa lebih fokus terhadap prestasi akademik anak. Selaras dengan penelitian selanjutnya yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan prestasi akademik 83% orang tua Tionghoa menyediakan cara yang berbeda dalam mendidik anak yaitu dengan menyewa tutor atau mengawasi anak ketika sedang belajar.

Sebaliknya pada Non-Tionghoa, beberapa orang tua Non-Tionghoa berpikir bahwa anak memulai belajar ketika anak memasuki sekolah oleh sebab itu orang tua menyerahkan pendidikan seutuhnya kepada para pendidik sekolah. Hal ini menyebabkan orang tua kurang memahami perkembangan anak (Derry, 2008). Ditambah lagi dengan rata-rata orang tua Non-Tionghoa yang jarang terlibat dalam aktifitas belajar anak dan mengawasi anak ketika sedang belajar sehingga orang tua kurang memahami kelebihan dan kelemahan anak dalam belajar (Chairinniza, 2007). Orang tua juga banyak memberikan les atau bimbingan kepada anaknya, banyaknya les dan bimbingan yang diberikan oleh orang tua dapat menurunkan keberhasilan anak di sekolah (Anita, 2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik adalah pola asuh orang tua. Pola asuh atau cara mendidik anak dapat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik yang baik di sekolah (Sobur, 2003). Orang tua yang terlibat secara aktif dalam proses belajar dapat mendukung prestasi akademik anak di sekolah. Peran orang tua yang aktif ini dapat membuat anak memahami akan pentingnya arti belajar. Sebaliknya jika orang tua kurang terlibat dalam aktifitas belajar anak maka anak kurang mendapatkan prestasi akademik yang memuaskan di sekolah (Chairinniza, 2007). Hal ini didukung penelitian yang hasilnya


(44)

menunjukkan bahwa rata-rata yang melatarbelakangi anak berprestasi di sekolah adalah dukungan atau keterlibatan orang tua dalam aktifitas belajar anak (Marjohan dalam Fitriyah, 2008). Selain itu, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua juga mempengaruhi pola asuh. Orang tua yang menerapkan pola asuh

authoritative, authoritarian, permissive dan uninvolved akan memberikan dampak yang berbeda terhadap prestasi akademik (Papalia, 2008).

Pada pola asuh authoritarian orang tuamenuntut anak untuk menuruti aturan yang dibuat oleh orang tua dan orang tua menyediakan lingkungan dengan aturan-aturan yang jelas. Hasilnya anak memiliki prestasi akademik yang rendah. Pada pola asuh authoritaritative orang tua memonitor dan menerapkan standar perilaku yang jelas kepada anak, menggunakan disiplin sebagai bentuk dukungan kepada anak. Hasilnya anak memiliki prestasi akademik yang baik. Pola asuh

permissive orang tua bersikap toleransi terhadap anak akan tetapi orang tua tidak memperhatikan anak sesuai dengan masa perkembangannya. Hasilnya anak memiliki prestasi akademik yang rendah. Pola asuh uninvolved merupakan tipe orang tua yang menolak dan mengabaikan anak. Hasilnya anak memiliki prestasi akademik yang rendah (Baumrind dalam Darling & Steinberg, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baumrind tahun 1991 (dalam Papalia, 2008) menunjukkan bahwa pola asuh authoritative lebih efektif dalam menghasilkan prestasi akademik yang baik dibandingkan dengan pola asuh

authoritarian dan Permissive. Pola asuh authoritarian dan Permissive


(45)

kemampuan kognitif dan sosial. Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa gaya pengasuhan authoritarian diasosiasikan dengan hasil yang lebih positif (Santrock, 2003).

Setiap orang tua memiliki gaya atau pola asuh tersendiri dalam melakukan tugasnya sebagai orang tua. Dalam hal ini adalah Tionghoa dan Non-Tionghoa. Pada Tionghoa, umumnya orang tua menggunakan pola asuh authoritarian dan sedikit menerapkan pola asuh authoritative, dalam hal ini orang tua menggunakan nilai-nilai tradisional dalam mendidik anak dan menerapkan beberapa aturan atau kontrol kepada anak. Konsep pola asuh yang diterapkan oleh orang tua Tionghoa adalah pelatihan yaitu melatih anak untuk disiplin terhadap dirinya sendiri, bekerja keras dan menyediakan dorongan dan perhatian kepada anak untuk mendukung keberhasilan anak di sekolah (Chao dalam Huang & Larry, 2004).

Sebaliknya pada Non-Tionghoa, umumnya orang tua menerapkan pola asuh

permissive, dalam hal ini rata-rata orang tua Non-Tionghoa memasukkan anak ke dalam les atau bimbingan belajar guna meningkatkan prestasi akademik anak tetapi anak menghabiskan waktu yang banyak untuk mengikuti jadwal bimbingan dan les sehingga anak memiliki waktu yang kurang untuk bermain. Hal ini bisa menjadi beban anak sehingga dapat menurunkan prestasi akademiknya di sekolah akan tetapi orang tua menyerahkan sepenuhnya kemajuan dan kelemahan anak kepada guru privat atau guru sekolahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Drost (dalam Anita, 2008) seorang pendidik dan pengamat pendidikan yang menyatakan bahwa orang tua Non-Tionghoa umumnya memaksakan anak untuk


(46)

mengikuti les atau bimbingan diluar rumah untuk mendukung keberhasilan di sekolah dan anak dipaksa untuk memahami suatu pelajaran. Hal ini dapat merugikan diri anak sendiri. Ditambah lagi dengan kurangnya sikap orang tua dalam memberikan dukungan, semangat dan menciptakan suasana belajar yang nyaman di rumah.

c. Hipotesa

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah :

1. Ada perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh authoritative,

authoritarian, permissive, dan uninvolved. Di mana pola asuh

authoritative diasosiasikan dengan hasil prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan pola asuh authoritarian, permissive, dan uninvolved

2. Ada perbedaan prestasi akademik ditinjau dari etnis, yaitu Tionghoa dan Non-Tionghoa. Di mana etnis Tionghoa lebih baik dalam prestasi akademik dibandingkan dengan etnis Non-Tionghoa

3. Ada interaksi antara pola asuh dan etnis terhadap prestasi akademik. Di mana ada pengaruh pola asuh dan etnis terhadap prestasi akademik


(47)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Prestasi Akademik

Independen Bebas : a.Pola Asuh b. Etnis

1. Tionghoa 2. Non-Tionghoa B. Definisi Operasional

1. Variabel Tergantung : prestasi akademik

Prestasi akademik adalah pencapaian hasil belajar berupa pemecahan masalah lisan maupun tulisan serta pemecahan masalah secara langsung yang diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai rapor. Data prestasi akademik diperoleh melalui nilai rapor pada semester satu dan diperoleh dari pihak sekolah.

2. Variabel Bebas : 2.A. Pola asuh

Pola asuh adalah pola interaksi antara orang tua dengan anak meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih sayang serta memberikan perhatian kepada anak. Data pola asuh diperoleh melalui skala pola asuh yang disusun berdasarkan aspek-aspek dari pola asuh yang dikemukakan oleh Baumrind (dalam Damon & Lerner, 2006), yaitu sebagai berikut :


(48)

a. Warmth

Orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anak, adanya keterlibatan emosi antara orang tua dan anak serta menyediakan waktu bersama anak. Orang tua membantu anak untuk mengidentifikasi dan membedakan situasi ketika memberikan atau mengajarkan perilaku yang tepat.

b. Control

Orang tua menerapkan cara berdisiplin kepada anak, memberikan beberapa tuntutan atau aturan serta mengontrol aktifitas anak, menyediakan beberapa standar yang dijalankan atau dilakukan secara konsisten, berkomunikasi satu arah dan percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh kedisiplinan.

c. Communication

Orang tua menjelaskan kepada anak mengenai standar atau aturan serta pemberian reward atau punish yang dilakukan kepada anak. Orang tua juga mendorong anak untuk bertanya jika anak tidak memahami atau setuju dengan standar atau aturan tersebut.

Mengkategorikan jenis pola asuh athoritative, authoritarian, permissive dan

uninvolved berdasarkan dari skor aspek-aspek dari pola asuh yaitu warmth,

control dan communication. Skor aspek warmth, control, dan communication

yang tinggi menggambarkan pola asuh authoritative. Skor aspek warmth dan

communication rendah dan skor control tinggi menggambarkan pola asuh


(49)

control rendah menggambarkan pola asuh permissive. Dan skor aspek warmth,

communication, dan control yang rendah menggambarkan pola asuh uninvolved. 2.B. Etnis

Etnis yaitu satu kelompok atau kategori sosial yang perbedaannya terletak pada kriteria kebudayaan.

1) Tionghoa

Tionghoa yaitu penduduk Indonesia keturunan Tionghoa 2) Non-Tionghoa

Non-Tionghoa yaitu penduduk Indonesia yang berasal dari suku-suku asli yang mayoritas di Indonesia, meliputi Jawa, Malayu dan Batak.

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan penduduk atau individu yang hendak diteliti. Menurut Azwar (2010) populasi merupakan sekelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sekelompok subjek yang akan dikenai generalisasi tersebut terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai satu ciri atau karakteristik yang sama.

Adapun karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian adalah : a. Siswa Tionghoa

Siswa Tionghoa dalam penelitian ini merupakan siswa etnis Tionghoa yang diasuh oleh kedua orang tua beretnis Tionghoa


(50)

b. Siswa Non- Tionghoa

Siswa Non-Tionghoa dalam penelitian ini merupakan penduduk asli Indonesia yang diasuh oleh kedua orang tua penduduk asli Indonesia

c. Usia 9 hingga 12 tahun

Hal ini didasarkan pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara logis dibandingkan pada tahap sebelumnya. Proses kognitif ini membantu anak untuk mengembangkan daya pikir abstrak, logis dan verbal. Berdasarkan hal diharapkan siswa menguasai tugas perkembangan sekolah dasar untuk memudahkan pelaksanaan penelitian

d. Diasuh oleh kedua orang tua

Hal ini ditujukan untuk mendapatkan pola asuh yang benar-benar berasal dari kedua orang tua subjek, disesuaikan dengan tujuan penelitian ini.

Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa etnis Tionghoa dan Non-Tionghoa kelas IV,V, dan VI SD.

Menurut Azwar (2010), secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Hadi (2000) menyatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Jumlah total subjek yang terlibat dalam penelitian ini


(51)

adalah 120 orang yaitu 53 siswa Non-Tionghoa dan 67 siswa Tionghoa. Sedangkan untuk uji coba (try out) digunakan sampel sebanyak 126 orang.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel merupakan cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu agar diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah probabilitas dengan menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Winarsuna (2002), metode probabilitas merupakan metode dimana setiap populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel penelitian. Teknik

simple random sampling merupakan teknik yang memberikan kemungkinan yang sama bagi individu yang menjadi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Yaitu dengan cara memberikan nomor pada anggota populasi kemudian nomor tersebut diacak dan diambil oleh peneliti untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi, yaitu instrumen yang dapat dipakai untuk mengukur atribut psikologis (Azwar, 2010). Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2010).


(52)

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan skala yang berisi daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga subjek penelitian dapat mengisi dengan mudah (Azwar, 2010).

Menurut Azwar (2010) karakteristik dari skala psikologi yaitu:

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

2. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem.

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda diinterpretasikan secara berbeda pula.

Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada laporan-laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud peneliti.


(53)

Skala psikologi yang digunakan adalah skala pola asuh dan untuk prestasi akademik dilihat melalui nilai rapor.

E. Alat Ukur yang Digunakan 1. Skala Pola Asuh

Skala pola asuh digunakan untuk mengungkap persepsi pola asuh yang diterima oleh subjek penelitian dari orang tua. Pola asuh terdiri dari Authoritarian,

authoritative, permissive dan uninvolved. Skala pola asuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala guttman berupa pilihan jawaban ya dan tidak. Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan favourable dan unfavourable. Skala ini dibuat oleh peneliti sendiri. Subjek diminta untuk menjawab pernyataan dengan cara memilih salah satu dari 2 alternatif jawaban yang ada. Bobot nilai yang diberikan untuk pernyataan favourable diberikan skor 1 pada pilihan jawaban ya dan skor 0 pada pilihan jawaban tidak.

Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem Skala Pola Asuh Sebelum Uji Coba Blue Print Skala Pola Asuh

Aspek Favourable Unfavourable Persentase

(%)

Warmth 5,13,18,24,29,42,45, 47

1,11,16,21,27,32,38,41 16 (33,3)

Control 2,6,10,19,25,30,39,43 3,7,9,22,33,36,37,48 16 (33,3)

Communication 4,8,14,20,26,31,44,46 12,15,17,23,28,34,35,40 16 (33,3) Total (Persen) 48 (100)

2. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur a. Validitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2009), untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu


(54)

pengujian validitas. Suatu alat tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai.

Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu validitas yang menunjukkan sejauh mana aitem dalam skala mencakup keseluruhan isi yang hendak diungkap oleh tes tersebut. Hal ini berarti isi alat ukur tersebut harus komprehensif dan memuat isi yang relevan serta tidak keluar dari batasan alat ukur (Azwar, 2010).

Sebelum melakukan penyusunan alat ukur, peneliti menentukan terlebih dahulu kawasan isi dari pola asuh. Kemudian peneliti akan membuat item-item yang bertujuan untuk mengungkap kawasan isi tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan pengujian validitas isi dengan melakukan analisis rasional atau

profesional judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti.

Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur (Azwar, 2010).

Pengujian daya beda item menghendaki dilakukannya perhitungan korelasi antara distribusi skor item dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Perhitungan ini menghasilkan koefisien korelasi item total (rix) (Azwar, 2000). Indeks daya beda aitem yang digunakan yaitu ≥ 0,30 dengan jumlah subjek N=126. Aitem yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,30, daya


(55)

pembedanya dianggap memuaskan Azwar (2010). Uji daya beda aitem akan dilakukan pada alat ukur menggunakan korelasi pearson product moment.

b. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas ini ditunjukkan oleh konsistensi skor yang diperoleh subjek dengan memakai alat yang sama (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2000). Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha-Cronbach. Pengujian reliabilitas ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala pola asuh.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’

3.Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian

) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas.

3.a. Hasil uji coba alat ukur pola asuh

Uji coba skala pola asuh yang dilakukan pada 126 subjek yang memiliki orang tua lengkap. Adapun hasil uji coba skala pola asuh dijelaskan pada blueprint


(56)

Tabel 3. Distribusi Aitem-aitem Hasil Uji Coba Skala Pola Asuh No Aspek Favourable Unfavourable Persentase

(%) 1 Warmth 5,13,24,29 21 5 (26,3%) 2 Control 2,19,25,30 22,48 6 (31,6%) 3 Communication 14,20,31,44,46 12,23,40 8 (42,1%) Total (persen) 19 (100%) Dari blue print diatas diketahui setelah uji coba dari 48 aitem skala pola asuh dengan jumlah subjek 126 orang, terdapat 19 aitem yang memenuhi syarat dalam penelitian (rix

Selanjutnya skala diatas akan dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem. Aitem yang gugur tidak dilibatkan dalam skala penelitian. Distribusi aitem skala yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat melalui tabel berikut ini :

≥ 0,30) dengan reliabilitas alpha 0,872.

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Pola Asuh

No Aspek Favourable Unfavourable Persentase (%)

1 Warmth 3,5,13,17 10 5 (26,3%)

2 Control 1,4,8,12 7,18 6 (31,6%) 3 Communication 2,6,11,15,19 9,14,16 8 (42,1%) Total (persen) 19 (100%)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Permohonan Izin

Dalam tahap ini, peneliti meminta izin kepada pihak sekolah WR. Supratman 2 untuk melakukan uji coba alat ukur dan pengambilan data penelitian di sekolah tersebut yang melibatkan sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian.


(57)

2. Pembuatan Alat Ukur

Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun alat ukur penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pola asuh. Pembuatan alat ukur dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat aspek-aspek untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dibuat sesuai dengan aspek-aspek dari pola asuh yang kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem- aitem pernyataan dengan dua alternatif pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Setelah aitem tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing (profesional judgment) untuk mendiskusikan apakah aitem yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum.

3. Uji Coba Alat Ukur

Setelah alat ukur disusun, peneliti mencoba menguji alat ukur untuk melihat apakah alat ukur dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji coba alat ukur dilakukan di SD WR.Supratman 2 sebanyak 126 siswa. Subjek yang diberikan skala sesuai dengan karakteristik subjek yang berusia 9 hingga 12 tahun yang duduk di kelas IV, V, dan VI sekolah dasar.

4. Revisi Alat Ukur

Pada tahap ini peneliti menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Aitem- aitem yang memenuhi reliabilitas dan validitas akan disusun kembali dan digunakan sebagai data penelitian.


(58)

5. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diuji coba dan diuji validitas dan reliabilitas maka aitem yang memenuhi persyaratan disusun kembali dan digunakan sebagai data penelitian. Pengisian skala diawasi oleh peneliti dan waktu pengisian skala tidak dibatasi. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi skala kira-kira 30 menit hingga. 45 menit. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 januari 2013 di SD WR. Supratman 2 Medan melibatkan kelas IV, V dan VI siswa Tionghoa dan Non-Tionghoa. Siswa Tionghoa berjumlah 67 orang dan Non-Tionghoa 53 orang. Peneliti dibantu oleh empat orang teman dalam memberikan skala kepada siswa dan peneliti dibantu oleh 1 orang guru untuk mengatur keadaan kelas.

6. Tahap Pengolahan Data

Setelah itu data diolah dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 16.00 for windows

G.Metode Analisa Data

Data dianalisis secara deskriptif dan inferesia dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 for Windows. Uji Statistik yang digunakan adalah two ways anova. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam penelitian dilakukan untuk melihat perbedaan prestasi akademik ditinjau dari pola asuh dan etnis. Hasil penelitian ini menyajikan rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Data yang akan diolah yaitu skor minimun, skor maksimun, rata-rata, dan standar deviasi. Data yang akan diolah dengan analisis statistik dengan menggunakan program SPSS versi 16,0 for Windows


(59)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisis sudah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode statistik Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi secara normal jika p > 0,05

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat sampel atau populasi yang terlibat dalam penelitian homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene Test. Sampel atau populasi dikatakan homogen jika memiliki p > 0,05


(60)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 120 orang, dimana sampel dibagi menjadi 2 yaitu 67 orang sampel penelitian untuk siswa Tionghoa dan 53 orang sampel penelitian untuk siswa Non-Tionghoa. Dari tiap-tiap program diperoleh gambaran mengenai ciri-ciri sampel penelitian, meliputi suku. a. Gambaran Penelitian Berdasarkan Suku

Sampel dalam penelitian ini melibatkan dua suku yaitu Tionghoa dan Non-Tionghoa. Berikut ini tabel penyebaran sampel berdasarkan suku :

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku

Suku Siswa N Persentase (%)

Tionghoa 67 55,8

Non-Tionghoa 53 44,16

Total 120 100

Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek siswa Tionghoa lebih banyak, dimana jumlah subjek siswa Tionghoa berjumlah 67 orang (55,8%). Sedangkan jumlah siswa Non-Tionghoa berjumlah 53 orang (44,16%). 2. Penggolongan Subjek Penelitian

2.A. Penggolongan Subjek Berdasarkan Prestasi Akademik

Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa WR. Supratman 2 kelas IV, V dan VI dengan prestasi akademik diatas rata-rata, rata-rata dan dibawah rata-rata. Menggolongkan siswa ke dalam prestasi


(61)

akademik diatas rata-rata, rata-rata dan dibawah rata-rata berdasarkan perhitungan statistik terhadap nilai rata-rata rapor siswa. Penggolongan subjek dilakukan ke dalam tiga kategori tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tabel 6. Pengkategorisasian

Rumus Kategorisasi

X < (M- 1 SD) Dibawah rata-rata (M-1SD) < X < (M+ 1 SD) Rata-rata

X ≥ (M+ 1 SD) Diatas rata-rata

Dari hasil pengolahan statistika sebanyak 120 siswa diperoleh Mean = 82.9 dengan SD = 7.4 berdasarkan hal tersebut diperoleh perhitungan :

Tabel 7. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Nilai Rata-rata Rapor

X < 75.5 Dibawah rata-rata

75.5 < X < 90.3 Rata-rata

X ≥ 90.3 Diatas rata-rata

Berdasarkan kategori data dari 120 siswa, maka dapat digolongkan bahwa siswa yang memiliki prestasi akademik dibawah rata-rata memiliki nilai rapor dibawah 75.5, siswa yang memiliki prestasi akademik rata-rata antara 75.5 dan 90.3, dan siswa yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata yang memiliki nilai rapor di atas 90.3. Hal ini ditetapkan berdasarkan observasi dilapangan bahwa setiap guru memiliki standar penilaian masing-masing mengenai keberhasilan maupun kegagalan, sehingga pihak sekolah tidak menetapkan standar nilai yang berlaku disekolah. Oleh karena itu, untuk menetapkan prestasi akademik yang dibawah rata-rata, rata-rata dan diatas rata-rata, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan pengkategorisasian seperti diatas. Total subjek penelitian yang terlibat dalam penelitian ini adalah 120 orang.


(62)

Tabel 8. Kategorisasi Prestasi Akademik

Prestasi Akademik Tionghoa (%) Non-Tionghoa (%) Prestasi dibawah rata-rata 11 (9.16) 7 (5.83)

Prestasi rata-rata 37 (30.8) 43 (35.8)

Prestasi diatas rata-rata 18 (15) 4 (3.33)

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa siswa yang memiliki prestasi akademik dibawah rata-rata lebih tinggi pada subjek Tionghoa, dimana subjek Tionghoa berjumlah 11 orang dan Non-Tionghoa berjumlah 7 orang. Siswa yang memiliki prestasi akademik rata-rata lebih tinggi pada subjek Non-Tionghoa, dimana subjek Tionghoa berjumlah 37 orang dan Non-Tionghoa berjumlah 43 orang. Dan siswa yang memiliki prestasi akademik diatas rata-rata lebih tinggi pada subjek Tionghoa, dimana subjek Tionghoa berjumlah 18 orang dan subjek Non-Tionghoa berjumlah 4 orang.

2.B. Penggolongan Subjek Berdasarkan Pola Asuh

Peneliti menggunakan skala pola asuh untuk mengungkap jenis pola asuh yang didapat oleh masing-masing subjek penelitian, yaitu melalui aspek

warmth, control dan communication. Untuk menggolongkan subjek kedalam salah satu jenis pola asuh yaitu authoritative, authoritarian, permissive dan

uninvolved yaitu dengan menggunakan rumus z score : Z =

Keterangan :

Z = dasar kategorisasi X = Skor Subjek


(63)

SD = Deviasi standar skor

Dengan menggunakan nilai Z = 0,5. Dalam distribusi populasi teoritis, harga Z yang lebih besar dari 0,5 hanya dimiliki oleh 39 % populasi. Maka dapat dikatakan peluang memperoleh harga Z yang lebih besar dari 0,5 hanyalah 39%. Oleh karena itu nilai Z yang digunakan adalah 0,5.

Kategorisasi jenis pola asuh didasarkan pada tinggi atau rendahnya setiap skor aspek pola asuh yaitu warmth, control dan communication. Diketahui mean aspek warmth adalah 4,47 dengan SD = 0,84 dan menggunakan skor Z 0,5. Maka :

0,5 = X(skor subjek)

X

– 4,47 / 0,84

(skor subjek)

X

= (0,5) (0,84) + 4,47

(skor subjek) = 4,8

Dapat disimpulkan bahwa subjek dengan X (skor subjek) ≥ 4,8 dikategorisasikan

sebagai skor aspek warmth yang tinggi dan subjek yang memiliki X(skor subjek)

Diketahui mean pada aspek control adalah 5,52 dengan SD = 0,745 dengan menggunakan skor Z 0,5. Maka :

≤ 4,8 dikategorisasikan sebagai skor aspek warmth yang rendah.

0,5 = X(skor subjek)

X

– 5,52 / 0,475

(skor subjek)

X

= (0,5) (0,745) + 5,52


(64)

Dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki X (skor subjek) ≥ 5,7

dikategorisasikan sebagai skor aspek control tinggi dan subjek yang memiliki X (skor subjek)

Diketahui mean aspek communication adalah 6,69 dengan SD = 1,471 dengan menggunakan skor Z= 0,5. Maka :

≤ 5,7 dikategorisasikan sebagai skor aspek control rendah.

0,5 = X(skor subjek)

X

– 6,69 / 1,471

(skor subjek)

X

= (0,5) (1,471) + 6,69

(skor subjek) = 7

Dapat disimpulkan bahwa subjek yang memiliki X(skor subjek) ≥ 7

dikategorisasikan sebagai skor aspek communication tinggi dan subjek yang memiliki X(skor subjek)

Dari perhitungan diatas kategorisasi skor aspek pola asuh dapat dilihat melalui tabel berikut :

≤ 7 dikategorisasikan dengan skor communication

rendah.

Tabel 9. Kategorisasi Skor Aspek Pola Asuh

Aspek Kategorisasi

Aspek Warmth Tinggi X ≥ 4,8 Rendah X ≤ 4,8

Aspek Control Tinggi X ≥ 5,7

Rendah X ≤ 5,7

Aspek Communication Tinggi X ≥ 7 Rendah X ≤ 7


(1)

LAMPIRAN D

UJI NORMALITAS,

HOMOGENITAS


(2)

Lampiran 1 : Uji Normalitas Prestasi Akademik

Lampiran 2 : Uji Homogenitas Prestasi Akademik

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:PrestasiAkademik F df1 df2 Sig. 1.801 9 110 .076 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + PolaAsuh + Kelompok + PolaAsuh * Kelompok

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PA

N 120

Normal Parametersa Mean 82.93 Std. Deviation 7.366 Most Extreme

Differences

Absolute .067 Positive .067 Negative -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .738 Asymp. Sig. (2-tailed) .647 a. Test distribution is Normal.


(3)

Lampiran 3 : Prestasi akademik ditinjau dari Pola Asuh dan etnis

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent

Variable:PrestasiAkademik Source

Type III Sum

of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 506.932a 9 56.326 1.041 .412 Intercept 332128.142 1 332128.142 6.141E3 .000 PolaAsuh 294.768 4 73.692 1.363 .252 Etnis 5.283 1 5.283 .098 .755 PolaAsuh * Etnis 205.029 4 51.257 .948 .439 Error 5949.378 110 54.085

Total 831825.430 120 Corrected Total 6456.310 119 a. R Squared = ,079 (Adjusted R Squared = ,003)

Between-Subjects Factors

Value

Label N PolaAsuh Authoritarian 8

Authoritative 43 Permissive 14 tidak terklas 43 Uninvolved 12 Kelompok 1 siswa

Tionghoa 67 2 siswa


(4)

Multiple Comparisons

PrestasiAkademik Tukey HSD

(I) PolaAsuh (J) PolaAsuh

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound Upper Bound authoritarian authoritative .59 2.832 1.000 -7.26 8.44 permissive -1.26 3.260 .995 -10.29 7.78 tidak terklas 1.46 2.832 .986 -6.39 9.31 uninvolved 4.40 3.357 .686 -4.91 13.70 authoritative authoritarian -.59 2.832 1.000 -8.44 7.26 permissive -1.85 2.263 .925 -8.12 4.42 tidak terklas .87 1.586 .982 -3.52 5.27 uninvolved 3.81 2.401 .510 -2.85 10.46 permissive authoritarian 1.26 3.260 .995 -7.78 10.29 authoritative 1.85 2.263 .925 -4.42 8.12 tidak terklas 2.72 2.263 .750 -3.55 8.99 uninvolved 5.65 2.894 .295 -2.37 13.67 tidak terklas authoritarian -1.46 2.832 .986 -9.31 6.39 authoritative -.87 1.586 .982 -5.27 3.52 permissive -2.72 2.263 .750 -8.99 3.55 uninvolved 2.93 2.401 .739 -3.72 9.59 uninvolved authoritarian -4.40 3.357 .686 -13.70 4.91 authoritative -3.81 2.401 .510 -10.46 2.85 permissive -5.65 2.894 .295 -13.67 2.37 tidak terklas -2.93 2.401 .739 -9.59 3.72 Based on observed means.


(5)

Prestasi Akademik

Tukey HSD PolaAsuh N

Subset 1 Uninvolved 12 79.57 tidak terklas 43 82.50 Authoritativ

e 43 83.37 Authoritaria

n 8 83.96 permissive 14 85.22 Sig. .216 Means for groups in

homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 54,085.

Lampiran 4 : Nilai Rata-rata Rapor Siswa Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation PrestasiAkademik 120 55 94 82.93 7.366 Valid N (listwise) 120


(6)

Lampiran 5 : Nilai Rata-rata Aspek Warmth

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Warmth 120 1 5 4.47 .840 Valid N

(listwise) 120

Lampiran 6 : Nilai Rata-rata Aspek Control Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Control 120 3 6 5.52 .745 Valid N

(listwise) 120

Lampiran 7 : Nilai Rata-rata Aspek Communication

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Communication 120 2 8 6.69 1.471 Valid N