Tinjauan Yuridis Terhadap Penetapan Denda Dalam Proses Keberatan Pajak dan Pemenuhan Prinsip Keadilan Bagi Wajib Pajak Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

(1)

viii

Universitas Kristen Maranatha

NOMOR 28 TAHUN 2007 jo UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Lira Sopiana (1187075)

Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang mempunyai kewajiban untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya, negara memungut uang dari rakyat yang disebut pajak yang dihitung berdasarkan pendapatan rakyatnya. Pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dalam proses pemungutan pajak dapat terjadi perselisihan antara wajib pajak dengan aparat perpajakan, karena adanya perbedaan perhitungan penagihan pajak. Sehingga wajib pajak dapat mengajukan keberatan pajak untuk menyelesaikan perbedaan perhitungan tersebut. Namun dalam proses pengajuan keberatan pajak terdapat hal-hal yang memberatkan wajib pajak seperti syarat pengajuan keberatan pajak untuk melakukan pembayaran diawal dan denda yang cukup besar apabila keberatannya ditolak. Dengan demikian proses pengajuan keberatan pajak perlu dikaji lebih lanjut karena belum memenuhi prinsip-prinsip keadilan bagi wajib pajak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu suatu pendekatan peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian yuridis normatif, tipe penelitian bersifat desktiptif analitis yaitu berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku, perundang-undangan, dan makalah yang berhubungan dengan keberatan pajak. Teknik alanisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis untuk dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.

Penelitian ini menjelaskan bahwa proses keberatan pajak telah melanggar prinsip keadilan, khususnya terkait keadilan dalam penyusunan undang-undang. Wajib pajak seharusnya dapat melakukan pengajuan keberatan terlebih dahulu tanpa harus melakukan pembayaran pajak diawal, selain itu penetapan denda yang besar membuat wajib pajak merasa keberatan untuk mengajukan keberatan pajak. Dalam pembayaran denda pajak tidak dapat disimpangi karena peraturan pajak bersifat mengikat, namun dengan adanya kebijakan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 memberikan keringanan bagi wajib pajak untuk dapat mengangsur pembayaran denda berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan. Maka seharusnya pemerintah melakukan revisi undang-undang khususnya dalam proses keberatan pajak dan menghapus denda bagi wajib pajak yang pengajuan keberatannya ditolak.


(2)

ix

Universitas Kristen Maranatha JURIDICAL REVIEW TO ESTABLISH THE PENALTY ON OBJECTION TAX PROCESS AND COMPLIANCE THE PRINCIPLE OF JUCTICE FOR

TAX PAYER REVIEWED FROM LAW NUMBER 28 YEAR 2007 jo LAW NUMBER 16 YEAR 2009 CONCERNING ABOUT GENERAL RULES AND

TAX PROCEDURES Lira Sopiana

(1187075)

Indonesian is unitary state which has an obligation to protect and prosper their citizen. To protect and prosper their citizen, government collect the money from the citizen which called tax and counting based on their income. Tax regulated on Law No 16 Year 2009 concerning about general rules and tax procedures. Under the process of collecting the tax, it could be dispute between tax payers and fiscus, due to calculation differences of billing tax. The tax payer could submit the objection to finalize the calculation differences itself. However, the process of submitting the objection, there are some point that burden the tax payer such as, requirement of submitting the objection to pay the tax at the beginning with quite large amount of penalty if the objection has been rejected. Thus, the process of objection need further review because not compliance the principle yet for tax payer’s justice.

Method that used in this research is normative juridical, which to approach regulation of law. On juridical normative research, the type tend to analytical descriptive and based on the research that have been done with collecting data from the books, laws, and all the papers that relating to the objection tax. Analytical technique data used qualitative analysis which obtained and arranged with systematical way to be analyze in qualitative to reach clarity about the problem that will be discussed.

This research explain that objection tax has been broke the principle justice, especially justice that linked to law frame. Tax payer should submit the objection first without paying at the beginning, besides establish large amount of penalty makes tax payer mind to submit the objection tax. Paying the penalty should appropriate because tax regulation is a must, however with policy of minister for finance number 242/PMK.03/201 provide facilitation for tax payer to pay the penalty in installment based on the requirements. Then the government should revise legislation law, especially in the process of tax objections and remove penalties for taxpayer who are filing the objection and get rejected.


(3)

x

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Kerangka Pemikiran ... 7

Halaman LEMBAR JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ... vii

ABSTRAK ... viii


(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II ASPEK PEMUNGUTAN PAJAK DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA... 14

A. Sejarah dan Pengertian Pajak... 14

B. Fungsi Pajak di Indonesia ... 16

C. Teori Perpajakan ... 19

D. Strategi Pemungutan Pajak ... 31

E. Peran Pemerintah dalam Perpajakan ... 32

BAB III ASPEK KEADILAN DAN MEKANISME PENGAJUAN KEBERATAN BAGI WAJIB PAJAK BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA ... 40 A. Konsep Dasar Keadilan ... 40

B. Pajak dan Penegakkan Hukumnya ... 42

C. Konsep Keadilan dalam Pemungutan Pajak ... 43

D. Proses Pengajuan Keberatan Pajak ... 48


(5)

xii

Universitas Kristen Maranatha

BAGI WAJIB PAJAK DALAM PROSES PENGAJUAN

KEBERATAN PAJAK ...

64

A. Penerapan Keadilan Bagi Wajib Pajak ... 64

B. Penetapan Denda Dalam Keberatan Pajak ... 70

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN


(6)

1

Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya terdapat berbagai ras, suku, dan budaya dengan bermacam-macam pekerjaan dan kegiatan usaha. Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Untuk melindungi dan mensejahterakan rakyatnya, negara memungut uang dari rakyat yang disebut pajak, dimana pungutan tersebut dihitung berdasarkan pendapatan rakyatnya.

Pada mulanya pajak hanya merupakan sebuah pemberian secara cuma-cuma kepada raja yang merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. Seperti yang di katakan oleh Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton dalam bukunya “ketika itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa dalam bentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanam lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan/kepentingan raja atau penguasa setempat.”1

Dengan berkembangnya zaman, pemberian tersebut berubah menjadi untuk kepentingan rakyat dan tidak hanya untuk kepentingan raja semata. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya yaitu “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai

1 Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Edisi Lima, Jakarta: Salemba Empat, 2010, hlm 1.


(7)

Universitas Kristen Maranatha

pengeluaran rutin dan surplus-nya di gunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment”.2

Berdasarkan Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Dengan demikian untuk mendapatkan suatu kepastian hukum dan memberikan keadilan dalam pemungutan pajak, maka dibentuklah suatu peraturan undang-undang yang mengatur tentang tata cara pemungutan pajak, jenis-jenis pajak yang dapat dipungut, pihak yang harus membayar pajak, serta besarnya pajak yang harus dibayar.

Pemungutan pajak di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Proses pemungutan pajak dilakukan oleh aparatur negara yang berwenang yang disebut fiskus. Dalam pelaksanaan pemungutan pajak dapat terjadi kemungkinan perselisihan antara wajib pajak dengan fiskus yang berwenang. Perselisihan tersebut terjadi karena perbedaan penafsiran dalam perhitungan penagihan pajak. Sehingga wajib pajak dapat mengajukan keberatan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.

Namun dalam kenyataannya, masih terdapat permasalahan hukum dalam proses pemungutan pajak khususnya tentang proses pengajuan keberatan pajak. Adapun syarat-syarat pengajuan keberatan pajak sebagai berikut:

“Pengajuan keberatan atas pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak badan atau orang pribadi maupun orang yang ditunjuk berdasarkan surat kuasa khusus. Pengajuan keberatan atas pajak diajukan secara tertulis dalam


(8)

Universitas Kristen Maranatha

bahasa Indonesia kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Syarat-syarat pengajuan keberatan pajak yaitu sebagai berikut:

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

2. Wajib pajak menyebutkan jumlah pajak terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut perhitungan wajib pajak dengan alasan yang menjadi dasar perhitungan.

3. Wajib pajak harus melunasi pajak yang harus dibayar minimal membayar sejumlah pajak yang telah disetujui.

4. Jangka waktu pengajuan keberatan 3 (tiga) bulan sejak Surat Ketetapan Pajak diterima wajib pajak.

Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan telah lewat dan Direktorat Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan maka keberatan yang diajuakan tersebut dianggap diterima.”3

Berdasarkan syarat-syarat pengajuan keberatan pajak tersebut, yang memberatkan bagi wajib pajak dalam pengajuan keberatan yaitu bahwa wajib pajak harus melunasi terlebih dahulu sejumlah pajak yang disetujui. Dasar pengajuan keberatan oleh wajib pajak karena ada ketidaksesuaian perhitungan besarnya pajak antara wajib pajak dengan pemungut pajak, tetapi wajib pajak harus tetap membayar pajak yang ditagihkan kepadanya untuk dapat memenuhi syarat dalam pengajuan keberatan pajak.

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan terdapat suatu ketentuan yang menyebutkan pengenaan denda apabila keberatan yang diajukan oleh wajib pajak tersebut ditolak. Pada tingkat pertama disebutkan dalam Pasal 25 (9) dikenakan denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak, dan


(9)

Universitas Kristen Maranatha

pengajuan keberatan pada tingkat banding dalam Pasal 27 (5d) dikenakan denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak. Apabila pengajuan keberatan di terima sebagian atau seluruhnya pada tingkat banding maka berdasarkan Pasal 27A (1) diberikan imbalan sebesar 2% (dua persen) perbulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menetapkan suatu denda yang cukup besar apabila keberatan tersebut ditolak, hal tersebut tidak sebanding dengan imbalan yang diterima wajib pajak apabila keberatannya diterima. Berdasarkan hal tersebut, apabila keberatan atas wajib pajak tersebut ditolak baik ditingkat pertama atau pada tingkat kedua menyebabkan wajib pajak harus membayar lebih dari pajak yang ditagihkan hingga dua kali lipat. Hal itu tentu saja menempatkan wajib pajak pada posisi yang lemah. Mengingat bahwa pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran perdagangan/perindustrian wajib pajak dalam bidang ekonomi.

Dengan demikian terdapat suatu permasalahan dimana pemungutan pajak tersebut dapat menimbulkan sengketa pajak sehingga wajib pajak dapat mengajukan keberatan pajak. Namun dalam pengajuan keberatan pajak tersebut syarat-syarat pengajuan keberatan memberatkan wajib pajak dan denda yang diberikan apabila keberatan tersebut ditolak juga memberatkan wajib pajak. Sehingga dalam proses pengajuan keberatan pajak masih belum memenuhi prinsip-prinsip keadilan bagi wajib pajak.


(10)

Universitas Kristen Maranatha

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menemukan skripsi yang sejenis yang berjudul “Pengajuan Keberatan Atas Ketetapan PBB: Persepsi Wajib Pajak Mengenai Terjadinya Perbedaan Antara Ketetapan PBB dengan Kondisi Riil Objek Pajak (Studi Kasus Pada KP PBB Malang), yang ditulis oleh Joko Subiyanto pada tahun 2007 dari Universitas Brawijaya Malang. Perbedaan skripsi tersebut dengan penulis yaitu dalam skripsi penulis membahas mengenai prinsip-prinsip keadilan pada penetapan denda dalam proses pengajuan keberatan pajak. Dengan demikian penulis tertarik untuk mengambil materi perpajakan mengenai penetapan denda dalam proses pengajuan keberatan pajak. Oleh karena itu penulis mengambil judul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN DENDA DALAM PROSES KEBERATAN PAJAK DAN PEMENUHAN PRINSIP KEADILAN BAGI WAJIB PAJAK DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 jo UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dirumusukan beberapa masalah yang akan dibahas, yaitu:

1. Apakah penetapan denda bagi wajib pajak dalam pengajuan keberatan pajak telah memenuhi prinsip-prinsip keadilan bagi wajib pajak?

2. Apakah kewajiban penetapan denda bagi wajib pajak dalam proses pengajuan keberatan pajak dapat disimpangi?


(11)

Universitas Kristen Maranatha

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis terhadap proses pengajuan keberatan dalam pemungutan pajak sebagai berikut:

1. Untuk mengkaji dan memahami penetapan denda bagi wajib pajak dalam pengajuan keberatan pajak telah memenuhi prinsip-prinsip keadilan bagi wajib pajak

2. Untuk mengkaji dan memahami kewajiban penetapan denda bagi wajib pajak dalam proses pengajuan keberatan pajak dapat disimpangi

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat penulisan tentang proses pengajuan keberatan dalam pemungutan pajak adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada khususnya dibidang hukum perpajakan, serta memberikan manfaat bagi mahasiswa ataupun mereka yang sedang melakukan penelitian dalam bidang Perpajakan, juga memberikan manfaat bagi penulis untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi masukan kepada para wajib pajak maupun pemerintah sebagai pemungut pajak, serta


(12)

Universitas Kristen Maranatha

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip keadilan pada penetapan denda dalam proses pengajuan keberatan pajak.

E. Kerangkan Pemikiran

“Negara kesejahteraan (walfare state) adalah suatu negara, dimana Pemerintah negara di anggap bertanggung jawab menjamin standar kesejahteraan hidup minimum bagi setiap warga negaranya”.4 Tujuan negara adalah untuk mensejahterakan rakyatnya dari pendapatan negara yang menghimpun dana dari pajak, devisa, dan migas. Salah satu pendapatan negara adalah pajak. Pajak merupakan salah satu cara untuk mensejahterakan rakyat, karena pajak dipungut dari rakyat dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

Agar pajak dapat dilaksanakan oleh pemerintah perlu adanya perangkat hukum berupa perundang-undangan. Adapun perangkat hukum dalam perpajakan mengacu pada teori Roscoe Pound “Law as a tool of social engineering” yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia oleh Mochtar Kusumaatmadja dalam buku pengarangnya menjelaskan bahwa “konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat Indonesia lebih luas, karena lebih menonjolnya perundang-undangan dalam proses pembaharuan hukum di Indonesia walaupun yurisprudensi memegang peranan juga.”5 Terkait dengan pemungutan pajak, maka undang-undang pajak bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat ke

4

Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan, Cetakan Pertama, Jakarta: Pustaka LP3S, 2006, hlm 15.

5 Lili Rasjidi dan Thania Rasjidi, Dasasr-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hlm 79.


(13)

Universitas Kristen Maranatha

arah yang lebih modern dengan mewajibkan masyarakat untuk membayar pajak. Namun demikian, dalam hal pemungutan pajak pemerintah perlu memperhatikan sisi keadilan masyarakat. Sehingga aturan pajak yang diterapkan tidak menimbulkan kerugian, untuk itu keadilan menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam pengenaan pajak sebagaimana disebutkan dalam teori keadilan.

Adapun klasifikasi keadilan yang terbagi menjadi dua sebagai berikut:

1. Keadilan Distributif

Pada prinsipnya diterapkan dalam pendistribusian kemartabatan, kesejahteraan serta sebagian aset yang dapat dibagi-bagikan pada masyarakat, dan ini semua dapat dibagikan kepada semua bagian masyarakat terkait, baik dalam cara-cara yang seimbang maupun yang tidak seimbang. Kesetimbangan-kesetimbangan harus di perlakukan secara setimbang, sebaliknya ketidaksetimbangan-ketidaksetimbangan harus diperlakukan tidak setimbang. Keadilan dalam pengertian distributif, akan mengarah pada proporsi6.

2. Keadilan Korektif

Merupakan konsep yang dipertentangkan dengan keadilan distributif, ini berdekatan dengan restorasi suatu kesetimbangan yang terganggu. Hakim akan berlaku adil (setimbang) pada partisan-partisan, menginvestigasi karakter kerugian yang terjadi, dan akan melakukan pencarian guna menyeimbangkan keadaan-keadaan yang terganggu tadi, dengan penjatuhan (pengadaan) sistem sanksi yang diambil dalam cara-cara menyakitkan, dan


(14)

Universitas Kristen Maranatha

akan menghitung serta menagih tiap penderitaan yang ditimbulkan oleh sebuah pelanggaran hukum.7

Adapun tentang pemungutan pajak teori yang dipakai yaitu keadilan distributif, mengingat setiap orang yang dikategorikan sebagai wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar pajak yang besarnya ditetapkan secara distribusi. Untuk itu penulis mengambil teori keadilan distributif terkait pengenaan denda keberatan pajak yang seharusnya memenuhi prinsip-prinsip keadilan.

Dalam pelaksanaan pajak ada teori menurut Adam Smith yang memberikan pedoman bahwa supaya peraturan pajak itu adil maka empat syarat harus di penuhi yaitu Equality and Equity, Certainty, Convenience of Payment, and Economic of Collection.8 Dalam pedoman tersebut mengandung arti persamaan dan keadilan bahwa suatu peraturan perpajakan harus memberikan keadilan dan kedudukan yang sama tanpa adanya diskriminasi. Adapun penjelasan syarat menurut Adam Smith sebagai berikut:

1. Equality and equity mengandung arti persamaan dan keadilan, di mana undang-undang pajak senantiasa memberi perlakuan yang sama terhadap orang-orang yang berada dalam kondisi yang sama.9

2. Certainty, mengandung arti kepastian. Undang-undang pajak yang baik senantiasa dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak mengenai

7 Ibid.

8 Adam Smith dan Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan, Bandung: PT. Eresco, 1992, hlm 15.


(15)

Universitas Kristen Maranatha

kapan ia harus membayar pajak, apa hak dan kewajiban mereka, dan sebagainya. Terkait dengan hal itu, undang-undang pajak tidak boleh mengandung kemungkinan penafsiran ganda (ambigius).10

3. Convinence of Payment adalah bahwa pajak harus dipungut pada saat yang tepat, yaitu pada saat wajib pajak mempunyai uang.”11 Dalam teori ini dapat diartikan bahwa pemungutan pajak sebaiknya dilakukan pada waktu wajib pajak memperoleh penghasilan.

4. Economic of Collection, dalam undang-undang pajak juga harus diperhitungkan rasio (perimbangan) antara biaya pengumpulan/pemungutan dengan hasil pajak itu sendiri sehingga diharapkan tidak terjadi hasil pajak yang negatif dimana biaya yang di keluarkan bagi pemungutan pajak justru lebih besar dari pada jumlah pajak yang berhasil dihimpun.12

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode Yuridis Normatif dalam permasalahan tentang Proses Pengajuan Keberatan atas Pajak yaitu berupa pendekatan peraturan perundang-undangan dengan tipe penelitian bersifat deskriptif analitis:

10 Ibid. 11 Ibid. 12 Ibid.


(16)

Universitas Kristen Maranatha

1. Tahap penelitian dan bahan penelitian

Penelitian Yuridis Normatif yang berdasarkan data sekunder yang bersifat publik seperti pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan mengenai Proses Keberatan Pajak. Selain itu juga berpedoman pada asas-asas hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis bahas. Penelitian yuridis normatif bertujuan untuk memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu peraturan dengan peraturan lain yang berkaitan dengan proses pengajuan keberatan atas pajak dengan prinsip-prinsip keadilan dan penerapannya dalam praktek. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berbagai tahap yaitu:

a. Studi kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku, perundang-undangan, makalah yang berhubungan dengan proses pengajuan keberatan atas pajak dengan prinsip-prinsip keadilan.

b. Bahan hukum dalam penelitian yaitu bahan hukum primer yang berupa norma dan Pancasila, Peraturan Dasar (UUD 1945), dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

2. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis untuk selanjutnya dianalisa secara kualitatif berdasarkan disiplin ilmu hukum proses keberatan atas pajak untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.


(17)

Universitas Kristen Maranatha

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum yang ditunjukan untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai seluruh bahasan dalam penulisan hukum yang akan disusun. Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pertama berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMUNGUTAN PAJAK DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Selanjutnya dalam bab dua berisi tentang asas-asas dan teori dalam perpajakan yang menjelaskan tentang cara pemungutan pajak. Sehingga tidak menimbulkan perselisihan di antara wajib pajak dengan pemungut pajak. Selain itu, menjelaskan apakah asas-asas dan teori tersebut telah diterapkan dengan baik dan benar dalam pemungutan pajak.

BAB III ASPEK HUKUM DAN KEADILAN DALAM PENGAJUAN KEBERATAN BAGI WAJIB PAJAK BERDASARKAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Dalam bab tiga ini penulis menjelaskan tentang tata cara pengajuan keberatan di Indonesia dan hal-hal yang memberatkan bagi wajib pajak dalam pengajuan keberatan sehingga wajib pajak merasa adanya ketidakadilan dalam


(18)

Universitas Kristen Maranatha

proses keberatan tersebut, terutama dalam pengenaan denda apabila pengajuan keberatannya di tolak.

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KEADILAN DAN PENETAPAN DENDA BAGI WAJIB PAJAK DALAM PROSES PENGAJUAN KEBERATAN PAJAK

Dalam bab empat berisi tentang pokok-pokok permasalahan yang ingin diungkap berdasarkan identifikasi masalah, yaitu berupa penetapan denda bagi wajib pajak dalam pengajuan keberatan pajak yang telah memenuhi prinsip-prinsip keadilan bagi wajib pajak dan penetapan denda bagi wajib pajak dalam proses pengajuan keberatan pajak dapat di simpangi atau tidak.

BAB V PENUTUP

Bab lima yang merupakan bab terakhir berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang diambil dari jawaban atas hasil penelitian yang telah ditemukan, dan saran-saran yang diambil untuk dapat menindak lanjuti kesimpulan tersebut.


(19)

78

Universitas Kristen Maranatha

A. Kesimpulan

1. Ketentuan pajak perihal proses pengajuan keberatan pajak telah melanggar prinsip keadilan. Dalam proses pengajuan keberatan pajak, wajib pajak diharuskan membayar terlebih dahulu pajak yang ditagihkan dengan tujuan untuk tidak menunda pendapatan negara. Selain itu, pada putusan atas keberatan wajib pajak apabila keberatannya ditolak atau diterima sebagian, maka wajib pajak dikenakan denda sebesar 50% (lima puluh persen) pada tingkat pertama dan 100% (seratus persen) pada tingkat banding. Dengan adanya syarat tersebut memberatkan wajib pajak untuk mengajukan keberatan pajak, karena seharusnya proses pengajuan keberatan pajak memberikan kenyamanan bagi wajib pajak untuk tidak membayar pajak terhutang diawal dan tidak menetapkan denda yang cukup besar. Negara Indonesia dapat mencontoh negara Singapura yang tidak menetapkan ketentuan pembayaran pajak diawal dan penetapan denda pada keberatan pajak. Dengan demikian, proses pengajuan keberatan yang ada di Indonesia melanggar prinsip keadilan bagi wajib pajak sebagai subjek yang diharuskan menyumbangkan pendapatannya kepada pemerintah secara rutin.

2. Penetapan denda dalam pengajuan keberatan pajak tidak dapat disimpangi karena ketentuan perihal denda adalah ketetapan pajak yang ditetapkan dalam


(20)

Universitas Kristen Maranatha

undang-undang pajak, dimana peraturan tersebut bersifat mengikat bagi wajib pajak. Namun, dalam pembayaran denda terdapat Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 242/PMK.03/2014 yang memberikan keringanan bagi wajib pajak yang sedang mengalami kesulitan dalam pembayaran denda yang apabila keberatannya ditolak dengan cara diangsur dengan syarat dan batas waktu yang ditentukan.

B. Saran

1. Dalam penyusunan regulasi khususnya terkait pajak, seyogyanya pemerintah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan hak kepentingan masyarakat khususnya wajib pajak agar dalam hal pemungutan pajak, wajib pajak merasakan adanya keadilan. Dengan demikian, pemerintah harus melakukan revisi undang-undang khususnya terhadap proses pengajuan keberatan pajak yang mengharuskan pembayaran pajak diawal dan denda yang cukup besar. 2. Pemerintah menghapuskan denda bagi wajib pajak yang pemenuhan

keberatannya ditolak atau diterima sebagian, karena penetapan denda tersebut memberatkan wajib pajak. Mengingat, pada dasarnya pengajuan keberatan pajak adalah hak dari setiap wajib pajak yang secara legalitas diatur oleh undang-undang. Sehingga akan dirasakan tidak adil jika denda tetap dikenakan terhadap wajib pajak.


(21)

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama/Name : Lira Sopiana

Tempat Kelahiran/Place of Birth : Bandung

Tanggal Kelahiran/Date of Birth : 09 Oktober 1993 Jenis Kelamin/Gender : Perempuan

Agama/Religion : Islam

Status Marital / Marital Status : Belum Kawin Warga Negara / Nationality : Indonesia

Alamat/Address : Blok Jambu No. 3, Batujajar, Kab. Bandung Barat

Nomor Telepon/Phone : 082126222459

Email : lirasopiana@rocketmail.com

IPK terakhir : 3,59


(22)

Pendidikan Formal

1. Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Hukum (2011–sekarang) 2. SMA 01 Batujajar Kabupaten Bandung Barat (2008 – 2011 ) 3. SMP Assalaam Bandung (2006-2008)

4. SMP Muhammadiyah 03 Depok Yogyakarta tahun (2005-2006) 5. SD 01 Maguwohardjo Yogyakarta (2004-2005)

6. SD 01 Batujajar Kabupaten Bandung Barat (2003-2004) 7. SD 001 Tanjung Uban Kepulauan Riau (1999-2003)

8. TK Hang Tuah Tanjung Uban Kepulauan Riau (1998-1999) 9. TK Ash-Shabirin Jakarta Selatan (1997-1998)

Pendidikan Non – Formal

1. Peserta Diskusi dan Kajian Hukum Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kabupaten Bandung dan Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (Februari 2015)

2. Peserta Seminar “Isu dalam Bisnis tentang Perizinan dan/atau Birokrasi” di BKPD Balaikota DKI Jakarta

3. Peserta dan Panitia Workshop Fakultas Universitas Kristen Maranatha “Legal Drafting Skill in Respect of Shares Sale and Purchase Agreement” (2014)

4. Peserta Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN) (2013)

Pendidikan Formal


(23)

5. Peserta dan Panitia Seminar Nasional Call For Paper “Problematika Hukum dalam Implementasi Bisnis dan Investasi (Perspektif Multidisipliner) (2011)

PengalamanOrganisasi

Periode Organisasi Jabatan

2011 – Sekarang Legal Drafting Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha

Anggota

Pengalaman Kerja

1. Kerja Praktik di Abadi Nusa Group Companies ( 2014 )

Pengalaman Organisasi


(24)

80

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adam Smith dan Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan, Bandung: PT. Eresco, 1992.

Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.

Chidir Ali, Hukum Pajak Elementer, Bandung: PT Eresco, 1993.

Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan, Cetakan Pertama, Jakarta: Pustaka LP3S, 2006.

Erly Suandi, Hukum Pajak, Yogyakarta: Salemba Empat, 2008. Franz Von Magnis Suseno, Etika Politik, Jakarta: Gramedia, 1987. Hans Kelsen, (D:) Reine Rechtslehre. New York: Mentor, 1982. Herman Bakir, Filsafat Hukum, Bandung: PT Refika Aditama, 2009.

Jeyapalan Kasipillai, A Practical Guide to Malaysian Taxation Current Year Assessment, Malaysia: McGraw-Hill, 2000.

Lili Rasjidi dan Thania Rasjidi, Dasasr-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007.

M.N. Azmi Achir, Masalah Pengurusan Keuangan Negara, Bandung: CV Yulianti, 1983.

Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Elementer,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Rocmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Bandung:

PT. Eresco, 1944.

Rochmat Soemitro, Pajak dan Pembangunan, Bandung: PT. Eresco, 1974. Sai Ree Yun, Tax Controversies, IBFD, 2003.

Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Slamet Munawir, Perpajakan untuk SLTA, Yogyakarta: BPFE, 1981.

Tulis S. Meliala, Perpajakan Dalam Teori dan Praktek, Bandung: CV. Yrama Widya Dharma, 1991.


(25)

81

Universitas Kristen Maranatha

Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, Malang: Bayumedia Publishing, 2005.

Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Edisi Lima, Jakarta: Salemba Empat, 2010.

Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Perpajakan, Yogyakarta: CV. Andi 2009.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Kementrian Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Rujukan Elektronik

CORPORATE INCOME TAX - OBJECTION AND APPEAL PROCESS (https://www.iras.gov.sg), 17 Maret 2015.


(1)

79

Universitas Kristen Maranatha

undang-undang pajak, dimana peraturan tersebut bersifat mengikat bagi wajib pajak. Namun, dalam pembayaran denda terdapat Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 242/PMK.03/2014 yang memberikan keringanan bagi wajib pajak yang sedang mengalami kesulitan dalam pembayaran denda yang apabila keberatannya ditolak dengan cara diangsur dengan syarat dan batas waktu yang ditentukan.

B. Saran

1. Dalam penyusunan regulasi khususnya terkait pajak, seyogyanya pemerintah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan hak kepentingan masyarakat khususnya wajib pajak agar dalam hal pemungutan pajak, wajib pajak merasakan adanya keadilan. Dengan demikian, pemerintah harus melakukan revisi undang-undang khususnya terhadap proses pengajuan keberatan pajak yang mengharuskan pembayaran pajak diawal dan denda yang cukup besar. 2. Pemerintah menghapuskan denda bagi wajib pajak yang pemenuhan

keberatannya ditolak atau diterima sebagian, karena penetapan denda tersebut memberatkan wajib pajak. Mengingat, pada dasarnya pengajuan keberatan pajak adalah hak dari setiap wajib pajak yang secara legalitas diatur oleh undang-undang. Sehingga akan dirasakan tidak adil jika denda tetap dikenakan terhadap wajib pajak.


(2)

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi

Nama/Name : Lira Sopiana

Tempat Kelahiran/Place of Birth : Bandung

Tanggal Kelahiran/Date of Birth : 09 Oktober 1993 Jenis Kelamin/Gender : Perempuan

Agama/Religion : Islam

Status Marital / Marital Status : Belum Kawin Warga Negara / Nationality : Indonesia

Alamat/Address : Blok Jambu No. 3, Batujajar, Kab. Bandung Barat

Nomor Telepon/Phone : 082126222459

Email : lirasopiana@rocketmail.com

IPK terakhir : 3,59


(3)

Pendidikan Formal

1. Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Hukum (2011–sekarang) 2. SMA 01 Batujajar Kabupaten Bandung Barat (2008 – 2011 ) 3. SMP Assalaam Bandung (2006-2008)

4. SMP Muhammadiyah 03 Depok Yogyakarta tahun (2005-2006) 5. SD 01 Maguwohardjo Yogyakarta (2004-2005)

6. SD 01 Batujajar Kabupaten Bandung Barat (2003-2004) 7. SD 001 Tanjung Uban Kepulauan Riau (1999-2003)

8. TK Hang Tuah Tanjung Uban Kepulauan Riau (1998-1999) 9. TK Ash-Shabirin Jakarta Selatan (1997-1998)

Pendidikan Non – Formal

1. Peserta Diskusi dan Kajian Hukum Pengurus Daerah Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kabupaten Bandung dan Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha (Februari 2015)

2. Peserta Seminar “Isu dalam Bisnis tentang Perizinan dan/atau Birokrasi” di BKPD Balaikota DKI Jakarta

3. Peserta dan Panitia Workshop Fakultas Universitas Kristen Maranatha “Legal Drafting Skill in Respect of Shares Sale and Purchase Agreement” (2014)

4. Peserta Sosialisasi Surat Utang Negara (SUN) (2013)

Pendidikan Formal


(4)

5. Peserta dan Panitia Seminar Nasional Call For Paper “Problematika Hukum dalam Implementasi Bisnis dan Investasi (Perspektif Multidisipliner) (2011)

PengalamanOrganisasi

Periode Organisasi Jabatan

2011 – Sekarang Legal Drafting Fakultas Hukum

Universitas Kristen Maranatha

Anggota

Pengalaman Kerja

1. Kerja Praktik di Abadi Nusa Group Companies ( 2014 )

Pengalaman Organisasi


(5)

80

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adam Smith dan Rochmat Soemitro, Asas dan Dasar Perpajakan, Bandung: PT. Eresco, 1992.

Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.

Chidir Ali, Hukum Pajak Elementer, Bandung: PT Eresco, 1993.

Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan, Cetakan Pertama, Jakarta: Pustaka LP3S, 2006.

Erly Suandi, Hukum Pajak, Yogyakarta: Salemba Empat, 2008. Franz Von Magnis Suseno, Etika Politik, Jakarta: Gramedia, 1987. Hans Kelsen, (D:) Reine Rechtslehre. New York: Mentor, 1982. Herman Bakir, Filsafat Hukum, Bandung: PT Refika Aditama, 2009.

Jeyapalan Kasipillai, A Practical Guide to Malaysian Taxation Current Year Assessment, Malaysia: McGraw-Hill, 2000.

Lili Rasjidi dan Thania Rasjidi, Dasasr-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007.

M.N. Azmi Achir, Masalah Pengurusan Keuangan Negara, Bandung: CV Yulianti, 1983.

Marihot Pahala Siahaan, Hukum Pajak Elementer,Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Rocmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Bandung:

PT. Eresco, 1944.

Rochmat Soemitro, Pajak dan Pembangunan, Bandung: PT. Eresco, 1974. Sai Ree Yun, Tax Controversies, IBFD, 2003.

Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Slamet Munawir, Perpajakan untuk SLTA, Yogyakarta: BPFE, 1981.

Tulis S. Meliala, Perpajakan Dalam Teori dan Praktek, Bandung: CV. Yrama Widya Dharma, 1991.


(6)

81

Universitas Kristen Maranatha

Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, Malang: Bayumedia Publishing, 2005.

Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Edisi Lima, Jakarta: Salemba Empat, 2010.

Y. Sri Pudyatmoko, Pengantar Hukum Perpajakan, Yogyakarta: CV. Andi 2009.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Kementrian Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

Rujukan Elektronik

CORPORATE INCOME TAX - OBJECTION AND APPEAL PROCESS (https://www.iras.gov.sg), 17 Maret 2015.


Dokumen yang terkait

Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberan

2 52 115

Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberan

0 79 114

Tinjauan Yuridis Terhadap Pemalsuan Faktur Pajak Dihubungkan Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

0 2 1

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN.

0 0 114

Efektivitas Sanksi Pidana Bagi Wajib Pajak Yang Melanggar Ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

0 1 114

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP ) Undang-undang nomor 28 tahun 2007

0 0 46

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA PAJAK DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (Studi di Pengadilan Pajak Jakarta)

0 0 9

Bab II - Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Perpajakan Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Dalam Memberantas Tindak Pidana Perpajakan Dihubungkan Dengan Undang-Undang N0. 20 Tahun 2001 Tentang

0 0 20

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49

EFEKTIVITAS SANKSI PIDANA BAGI WAJIB PAJAK YANG MELANGGAR KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SKRIPSI

0 0 49