POLA KOMUNIKASI DAN MANAJEMEN KONFLIK PADA PASANGAN SAMA-SAMA BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik Keuangan).

ABSTRAK
INDAH DWI RETNO ASTUTI, POLA KOMUNIKASI DAN MANAJ EMEN
KONFLIK PADA PASANGAN SAMA-SAMA BEKERJ A (Studi Deskr iptif
Kualitatif Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik Keuangan)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dan
penyelesaian konflik, pada pasangan yang sama-sama bekerja dalam hal keuangan
dengan menggunakan strategi manajemen konflik.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi
interpersonal, pola komunikasi suami dan istri serta strategi manajemen konflik
Joseph A. De Vito.
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan
teknik wawancara mendalam ( Indepth interview ).
Disini metode kualitatif menggunakan teori Rachmat Kriyantono.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pertanyaan yang diajukan
kepada infroman berdasarkan interview guide. Peneliti mengambil 5 pasangan
informan sama-sama bekerja. Pasangan informan ini memiliki konflik keuangan
di dalam rumah tangga mereka.
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang di dapat dari hasil
wawancara, secara garis besar adalah pada pasangan informan 1, 2, dan 5
menggunakan pola komunikasi monopoli sedangkan pada pasangan informan 3
dan 4 menggunakan pola komunikasi pemisah tidak seimbang. Dalam

menghadapi dan menyelesaikan konflik keuangan yang terjadi, pasangan
informan 1, 3, 4, dan 5 menggunakan strategi Avoidance and active fighting
strategies (menghindari konflik dengan meninggalkan tempat konflik). Sedangkan
pasangan informan 2 menggunakan strategi Argumentativeness (memendam
perasaan ketika konflik terjadi).

Kata Kunci : Pola Komunikasi, Manajemen Konflik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
INDAH DWI RETNO ASTUTI, PATTERN OF COMMUNICATION AND
CONFLICT MANAGEMENT IN COUPLES BOTH WORKING
(Qualitative Descriptive Study of Communication Patter ns and Conflict
Management Finance)
This study aims to determine patterns of communication and conflict
resolution, among couples who both worked in financial terms using strategy of
conflict management.
Theoretical basis used in this study were interpersonal communication,

communication patterns husband and wife as well as conflict management
strategies Joseph A.Devito.
The method used was qualitative research using in-depth interview
technique. Here the qualitative method using the Rachmat Kriyantono. Collecting
data in this study using a question posed to informan based on the interview
guide.
Researches took five pairs of informants are both working. This informant
couples have financial conflict in their household.
The result of this study based on analysis of data obtained from interviews,
an outline is on the couple informants 1, 2, and 5 using the communication
patterns in couples monopoly while informants 3 and 4 using the communication
patterns of the separator is not balanced. In the face of financial conflict occur, the
couple informants 1, 3, 4, and 5 using a strateg of Avoidance and active fighting
strategies ( avoiding conflict by leaving the place of conflict ). Meanwhile, two
pairs of informants using strategies Argumentativeness ( harbored feelings when
conflicts occur)

Keyword : Conflict management, communication patterns

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sejak manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan
kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak
dapat hidup sendiri, manusia hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan
yang lain saling membutuhkan untuk tetap melaksanakan kehidupannya.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal
dari kata latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Dedy
Mulyana, 2002:41).
Komunikasi merupakan kunci utama apabila kita ingin berhubungan
dengan orang lain. Bila dua orang terlibat dalam komunikasi, melalui
percakapan maka komunikasi akan berjalan selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang diucapkan. Kesamaan kata yang digunakan dalam
percakapan belum tentu dapat dimengerti, sehingga kita perlu tahu apa makna

dari kata-kata tersebut.
Dorongan untuk menikah pada usia dewasa diikuti dengan harapan
untuk mencapai kebahagiaan melalui pernikahan. Idealnya kebahagiaan yang
diperoleh dalam pernikahan adalah melalui keintiman, pertemanan, kasih
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

sayang, pemenuhan kebutuhan seksual, dan kesempatan untuk berkembang
secara emosional. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut sepasang suami istri
harus bekerja sama menjalankan peran dan tanggung jawabnya yang
mengikat pernikahan itu sendiri (Papalia, 2001).
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua
pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, dan kebiasaan yang berbeda.
Pernikahan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap
pernikahan selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam,
kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar

belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya. Orang menikah bukan
hanya mempersatukan diri tetapi juga seluruh keluarga besar. Pernikahan
adalah ungkapan iman, terjadi persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda,
di dalamnya seseorang terdapat makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam
diri seseorang lainnya (Norwan, 2007;195)
Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah
kesatuan peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami
hambatan atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan
sehingga terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan
peran tersebut. Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus
menggantikannya mengurus anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
Pembagian peran dalam pernikahan adalah berdasarkan pembagian
peran jenis kelamin yang umumnya dibuat dan dianut oleh masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Pembagian peran pekerjaan dan tugas keluarga dimasa lalu sangatlah jelas.

Peran suami adalah pencari nafkah melalui pekerjaannya sedangkan istri
merawat keluarga dan anak-anak. Sejalan dengan perkembangan bisnis dan
dunia usaha, kesempatan menempuh pendidikan dan bekerja terbuka tidak
hanya bagi lelaki namun juga perempuan. Saat ini makin banyak perempuan
yang bekerja di berbagai bidang dan memiliki karir tersendiri. Dulu, tugas
laki-laki adalah bekerja mencari nafkah dan tugas perempuan adalah
mengurus rumah tangga. Dengan adanya pembagian peran ini diharapkan
suami istri dapat bekerja sama untuk membina rumah tangga dan saling
memenuhi kebutuhan anggotanya.
Batasan antara peran laki-laki dan perempuan semakin samar.
Perubahan tersebut diantaranya terjadi pada pembagian peran dan tanggung
jawab suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Pada era modernisasi
semakin banyak wanita yang memasuki dunia kerja dan memiliki karir yang
sederajat dengan para laki-laki atau bahkan dengan suami mereka sendiri. Hal
ini dibuktikan dengan perhitungan statistik, pada tahun 2006 terdapat 75%
perusahaan di negara yang sedang berkembang memiliki pekerja wanita lebih
dominan dibandingkan pekerja pria ( Wallstreet, 2006).
Semakin berkembangnya jaman, mampu mengubah cara pemikiran
seseorang dan cara pandang. Pada jaman dahulu, hampir setiap orang
berpikiran jika tugas seorang wanita hanya “melahirkan, merawat anak,

memasak, menemani” (goode, 2002:141). Selain hal-hal tersebut, wanita
tidak dapat melakukan hal apapun sehingga seringkali wanita hanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

dipandang sebelah mata oleh kaum pria. Namun sekarang, wanita mulai
menyadari bahwa kodrat seorang wanita tidak hanya “melahirkan, merawat
anak, memasak, menemani” lagi. Mereka juga melakukan hal yang dahulu
dianggap hanya bisa dilakukan oleh seorang pria. Seorang wanita ingin
menunjukkan eksistensi diri dengan mengubah cara pandang pria , bahwa
sekarang wanita juga dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan sendiri,
bahkan tidak menutup kemungkinan wanita menduduki jabatan yang lebih
tinggi dibanding kaum pria. Banyaknya jumlah wanita yang bekerja di pabrik,
perusahaan-perusahaan, dan kantor-kantor telah menghancurkan faham kuno
tentang “laki-laki harus dilapangan dan wanita tempatnya di dapur”
(Khairuddin, 1997:78).
Kecenderungan pasangan suami istri yang berada di kota-kota besar

saat ini adalah keduanya bekerja (dual career). Ini dilakukan tidak hanya
karena tuntutan kebutuhan ekonomi rumah tangga semata, namun juga karena
baik bapak (suami) maupun ibu (istri) memiliki keinginan untuk aktualisasi
diri di masyarakat sejalan dengan ilmu pengetahuan yang telah mereka
peroleh di bangku pendidikan.
“Dualcareer individuals are defined as those in managerial or
professional jobs, with children, and spouse also in a managerial or
professional job” (Dua karir individu didefinisikan sebagai orang-orang
dalam pekerjaan manajerial atau profesional, dengan anak-anak, dan
pasangan juga dalam pekerjaan manajerial atau profesional).(Higgins and
Duxbury, 1992:390). Sedangkan menurut Stone (2005:383), “Dual-career is

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

the situation where both spouses or partners have career responsibilities
andaspiration” (Dua karir adalah situasi kedua pasangan atau mitra memiliki
tanggung jawab karir dan aspirasi).

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dualcareer
merupakan mereka yang demikian pula pasangannya, memiliki aspirasi serta
tanggung jawab karir dengan bekerja baik di bidang manajerial maupun
pekerjaan profesional lainnya.

Dual-career memunculkan masalah baru

apabila pasangan tersebut tidak dapat menyeimbangkan antara masalah
pekerjaan dan masalah keluarga.
Pola keluarga seperti ini mengakibatkan sulitnya pembagian waktu
antara tuntutan pekerjaan dan keluarga. Dalam kehidupan kerja mereka sering
mengalami konflik pekerjaan, seperti pekerjaan yang beresiko, peralatan kerja
yang tidak memadai, berbagai tuntutan kerja dari atasan atau rekan, dan lain
sebagainya. Selain itu mereka juga sering mengalami konflik keluarga, seperti
terjadinya perdebatan mengenai keuangan, anak-anak, rekreasi, atau urusan
keluarga lainnya. Sulitnya menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga
dapat menimbulkan konflik sehingga mengganggu kehidupan keluarga atau
urusan keluarga mengganggu kehidupan pekerjaan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kinerja baik suami ataupun istri yang bekerja.
Konflik yang dialami oleh pasangan yang sama-sama bekerja ini

dapat mengarah ke perceraian. Dalam data Pengadilan Agama (PA) Surabaya
selama tahun 2010, terdapat 2.849 kasus yang berakhir perceraian. Kasus
tersebut dibagi menjadi beberapa aspek yang menjadi pemicu munculnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

perceraian. Faktor pertama sebanyak 193 perkara perceraian dipicu masalah
cemburu. Faktor kedua, sebanyak 383 perkara perceraian dipicu masalah
ekonomi (seperti masalah keuangan dalam keluarga). Sedangkan masalah
ketidakharmonisan dalam rumah tangga mencapai 1.021 perkara. Tingkat
perceraian ini akan semakin bertambah sampai tahun 2011. Terhitung dari
Januari – Juni 2011 sebanyak 1.152 kasus perceraian. Dengan faktor
ketidakharmonisan mencapai 520 perkara, lalu faktor ekonomi dengan 323
perkara dan terakhir faktor cemburu sebanyak 309 perkara. Diperkirakan
akan terus meningkat sampai akhir tahun 2011.
Sebagian besar permohonan gugatan cerai dilakukan istri, masih sama
dengan tahun 2010, 70% yang mengajukan gugatan cerai adalah pihak

perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 ini, sampai Juni , mencapai 55%
pihak yang menggugat cerai adalah pihak istri. “Banyak faktor yang
menyebabkan pihak istri menggugat cerai, yaitu diantaranya gangguan pihak
ketiga, istri punya penghasilan sendiri, hingga kesabaran yang masih kurang.
“Istri yang punya penghasilan itu bisa menjadi pemicu. Tidak cocok sedikit
minta cerai karena merasa mampu mencari nafkah sendiri. Kalau pasangan itu
sabar sebenarnya perceraian tidak perlu terjadi, ” kata Humas PA Surabaya
Sulaiman. Sebab itu diimbau agar pernikahan tidak hanya dilandasi untuk
memenuhi kebutuhan biologis saja.“Menikah itu ibadah. Itu harus selalu
diingat,”tegasnya. (http://pa.go.id /17/11/00.58).
Ketika istri dan suami sama-sama bekerja, hal ini perlu membutuhkan
pertimbangan dan solusi yang tepat. Ketakutan akan adanya waktu yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

dihabiskan istri maupun suami di luar rumah akan dapat berdampak pada pola
komunikasi suami istri yang dapat mengakibatkan hubungan pernikahan
bermasalah. Masalah selanjutnya, gaji istri lebih besar maupun gaji suami dan
istri sama-sama besar yang dapat menimbulkan konflik dalam rumah tangga.
Dikarenakan konflik ini akan mendorong kecemburuan pihak suami maupun
istri dari sisi ekonomi.
Memiliki penghasilan lebih dari satu tentu lebih menyenangkan
daripada hanya bergantung dari satu penghasilan saja. Sebuah keluarga juga
akan merasa lebih aman dari sisi finansial jika penghasilan keluarga tidak
bergantung pada satu sumber penghasilan saja. Namun, pada kenyataannya
pasangan suami istri yang bekerja tidak selalu bisa menjawab permasalahan
keuangan keluarga yang muncul.
Masalah siapa yang bertanggung jawab pada apa, siapa yang harus
menbayar apa, siapa yang bertanggung jawab untuk tabungan dan investasi
keluarga, apakah penghasilan suami adalah penghasilan istri namun
penghasilan istri tetap jadi penghasilan istri, haruskah hutang salah satu
pasangan juga menjadi tanggung jawab pasangannya, bagaimana jika salah
satu pasangan harus kehilangan pekerjaan, bagaimana jika salah satu
pasangan tiba-tiba mendapat rejeki nomplok, dan lain sebagainya.(
http://www.perencanakeuangan.com/files/JgnBertengkarKrnUang.html//21/1
2/1.12)
Konflik merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Konflik bisa
terjadi di mana-mana , baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Menurut De Vito, konflik yang terjadi dapat dibedakan menjadi konflik isi
dan konflik hubungan. Konflik isi berpusat pada objek, peristiwa dan orang
yang terlibat dalam konflik. Sedangkan konflik hubungan adalah konflik yang
terjadi antara individu yang memliki hubungan ,seperti konflik dalam
hubungan perkawinan(De Vito, 1994:374). Konflik dilatar belakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Konflik di satu sisi bisa berakibat buruk, tetapi di sisi lain konflik juga
bermanfaat. Sisi buruk dari konflik akan muncul seiring dengan ketidak
mampuan mengendalikan dan menyelesaikan sebuah konflik. Sebuah rumah
tangga bisa dibangun dan bertumbuh sehat dengan adanya konflik, konflik
juga dapat merubah pasangan suami istri ke arah kedewasaan. Tanpa
kedewasaan,dapat dipastikan suami istri sulit menyelesaikan konflik rumah
tangganya dengan bijak.
Hal-hal yang sering terjadi dan menjadi pemicu konflik pada
pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, adalah masalah keuangan
dalam hal ini masalah penghasilan. Akibat masalah keuangan dalam status
pernikahan juga dapat memicu adanya tindakan perselingkuhan. Hal ini
seperti disebutkan Safron dan Hill,dari 10 besar alasan individu
meninggalkan hubungan pernikahan dan memilih untuk berselingkuh,
persoalan keuangan menjadi salah satu penyebabnya ( Safron, 1979 dan Hill
et al., 1976 dalam Guerero dan Andersen dan Afifi, 2007:333).
Penelitian yang dilakukan oleh E.L Boroughs dan G. Hudson pada
pasangan Amerika dalam parrot (Parrot, 1998:122) juga menyebutkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

masalah uang merupakan topik utama sebagai penyebab konflik diantara
pasangan

suami

istri.

Bluimstein

dan

Schwarts

dalam

De

Vito

mengembangkan persamaan umum yakni ketidakpuasan dengan uang =
ketidakcocokan dalam hubungan. Uang begitu penting dalam sebuah
hubungan sebab memliki hubungan erat dengan kekuasaan di dalam
hubungan itu sendiri yang dapat memicu terjadinya konflik (De Vito,
1994:380). Konflik bisa terjadi jika masing-masing individu memiliki
kebiasaan yang berbeda dalam mengatur keuangannya. Apalagi jika ada
kesenjangan antara gaji istri yang lebih besar daripada suami, sehingga dapat
menimbulkan kecemburuan salah satu pihak. Jika tidak diatasi, konflik
tersebut dapat menyebabkan perceraian.
Salah satu pasangan suami istri atau bahkan keduanya melakukan
perselingkuhan dari akibat tidak adanya kesepahaman dalam mengambil
sikap untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, terutama jika
sudah menyangkut masalah perekonomian. Mereka akan mencari kepuasan
lain untuk menghibur diri ketika ada konflik.
Menurunnya hubungan adalah perusakan dan kemungkinan tejadi
pemutusan hubungan (Duck, 1982). Ini akibat melemahnya ikatan yang
mempertalikan hubungan pernikahan, dan dapat terjadi secara berangsur atau
mendadak, sedikit demi sedikit atau ekstrim. Jika dikaitkan dengan
permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, hal ini sebagai akibat dari tidak
adanya komunikasi yang efektif antar suami istri ketika keduanya sama-sama
sibuk bekerja dan sedikit memiliki waktu untuk saling terbuka satu sama lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Untuk menjaga dan memperbaiki hubungan yang sudah tampak akan
timbul konflik, maka sebuah komunikasi efektif dapat dilakukan dengan cara
menjadikan hubungan yang sedang dijalani sebagai suatu bentuk hubungan
yang menyenangkan. Pasangan suami istri tersebut mempunyai cara dalam
mengkomunikasikannya dengan baik agar hubungan mereka bisa bervariasi
dan tidak monoton, sehingga akan tampak lebih menyenangkan, terlebih tidak
mudah bagi pasangan tersebut untuk mengabaikan mengenai masalah
keuangan pada tiap pasangan.
Komunikasi yang baik menjadi hal sangat penting yang harus
dilakukan dalam sebuah hubungan, untuk menghindari terjadinya kesalah
pahaman antara kedua belah pihak. Sedikit terjadinya kesalah pahaman yang
dilalui, akan mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam suatu hubungan
tersebut. Untuk itu, pada suami istri yang sama-sama bekerja dan memiliki
penghasilan sendiri, dapat dicari jalan keluarnya dengan cara berkomunikasi
yang efektif dan mencari jalan keluar dalam pembagian tugas dalam
mengurus rumah tangga. Untuk itu dalam sebuah hubungan juga diperlukan
adanya saling keterbukaan.
Rasa saling keterbukaan diperlukan untuk saling berbagi dengan
pasangannya. Keterbukaan tersebut dapat mengurangi rasa curiga terhadap
pasangannya. Terutama rasa curiga akan waktu dan materi yang dikeluarkan
oleh masing-masing pasangan. Dalam keterbukaan ini, semua bentuk
pemikiran yang mengganjal dapat diutarakan pada pasangan agar saling
percaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Dalam menyelesaikan konflik, selain komunikasi yang efektif,
pasangan yang bekerja juga membutuhkan sebuah sikap mental tertentu untuk
membantunya menyelesaikan konflik yang terjadi. Sangat penting bagi
pasangan bekerja untuk memiliki manajemen konflik yang baik sehingga
pasangan dapat mempertahankan pernikahannya, dan ini memerlukam cara
khusus dalam mengelola konflik.
Untuk itu agar kedekatan tetap terjaga, berusaha menyenangkan
pasangan adalah suatu hal yang harus dilakukan. Terlihat menarik di depan
pasangan menjadikan hubungan semakin romantis dan menyenangkan.
Perbedaan pekerjaan maupun penghasilan tidak mengganggu untuk pasangan
tersebut mengekspresikan dirinya dalam memberikan sesuatu yang menarik
bagi pasangannya (De Vito, 2007:263-264).
Melihat kenyataan di atas, masih banyak juga suami istri yang samasama bekerja, memiliki masalah dalam hal keuangan, tetapi kehidupan rumah
tangga mereka masih harmonis dan baik-baik saja.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi dan manajemen konflik yang
tepat pada pasangan yang sama-sama bekerja, memiliki masalah dalam hal
keuangan dan kehidupan rumah tangganya masih harmonis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pola komunikasi pasangan yang sama-sama
bekerja dalam menyelesaikan konflik keuangan ?”

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola
komunikasi dan penyelesaian konflik pada pasangan yang sama-sama bekerja
dalam hal keuangan keluarga dengan menggunakan strategi manajemen
konflik.

1.4 Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
Berbagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
konstribusi berkaitan dengan pola komunikasi suami dengan istri.
Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum
tentang pola komunikasi diantara suami istri dalam menyelesaikan konflik
dalam rumah tangga.

b. Secara praktis
Hasil penelitian dapat memberi masukan pada suami istri tentang pola
komunikasi manajemen konflik yang tepat untuk menyelesaikan setiap
konflik diantara suami istri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Pola Komunikasi dan Manajemen Konflik
Penelitian yang membahas tentang pola komunikasi dan manajemen
konflik telah dilakukan oleh Bayu Putera, mahasiswa Universitas Airlangga
Surabaya, angkatan 2005. Bayu mengambil penelitian tentang pola
komunikasi dan manajemen konflik keluarga penghuni kamar kost di
wilayah Semolowaru Surabaya. Penelitian ini meneliti tentang pola
komunikasi yang terbentuk pada keluarga, serta manajemen konflik yang
digunakan ketika keluarga tersebut menghadapi konflik.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan, jika pola komunikasi yang
terjadi pada tiap-tiap keluarga tidak sama, begitu pula manajemen konflik
yang digunakan. Pada pola komunikasi monopoli, dengan suami sebagai
pihak mendominasi, maka anggota keluarga cenderung memilih menghindar
ketika terjadi konflik. Dikarenakan, jika terjadi adu mulut diantara keluarga,
maka akan tibul penyerangan yang dilakukan oleh pihak dominan.
Sedangkan pada pola komunikasi keseimbangan terbalik, manajemen
konflik yang digunakan adalah adu argumentasi dengan intonasi tinggi.
Dikarenakan, pada pola komunikasi ini, pihak keluarga sama-sama memiliki

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

keahlian untuk menyelesaikan konflik. Yang terakhir, pada pola komunikasi
keseimbangan,

manajemen

konflik

yang

dilakukan

lebih

saling

mendengarkan dan memberikan kesempatan kepada anggota keluarga untuk
berbicara. Dikarenakan dalam pola komunikasi ini, anggota keluarga samasama menghormati
2.1.2 Komunikasi Inter per sonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau
beberapa orang, yaitu pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung
dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula
(Hardjana, 2003:85)
Dalam komunikasi interpersonal, komunikator relatif cukup mengenal
komunikan, dan sebaliknya pesan dikirim dan diterima secara simultan dan
spontan, relatif kurang terstruktur. Demikian pula halnya dengan umpan
balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi
komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan
relatif setara (Vardiansah, 2004:30-31).
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. DeVito dalam
bukunya “The Inter-Personal Communication Book” (DeVito, 1999:5)
sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau
diantara sekelompok orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa
umpan balik seketika.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Berdasarkan definisi DeVito itu, komunikasi interpersonal dapat
berlangsung antara dua orang yang sedang berduaan seperti suami istri yang
sedang

bercakap-cakap,

atau

antara

dua

orang

dalam

suatu

pertemuan,misalnya antar penyaji makalah dengan salah seorang peserta
seminar dan ketika seorang ayah memberi nasehat kepada anaknya yang
nakal, seorang instruktur yang memberikan petunjuk tentang cara
mengoperasikan sebuah mesin, dan sebagainya.
Pentingnya

situasi

komunikasi

antarpribadi

(interpersonal)

dikarenakan prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog
adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan adanya interaksi.
Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masingmasing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses
komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk
terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati.
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan itulah maka komunikasi antarpribad
(interpersonal) seringkali digunakan untuk melontarkan komunikasi
persuasif, yaitu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi, sifatnya
halus, bujukan dan rayuan.
2.1.3 Penger tian Keluarga (Suami dan Istri)
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu terdiri dari
suami,istri dan anak. Suami istri secara ideal tidak terpisah tetapi bahu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

membahu dalam suatu keluarga. “Apakah peranan masing-masing” menurut
(Dagun, 1990:46)
a.

b.

Peranan Suami :
1.

Sumber kekuasaan dasar identifikasi

2.

Penghubung dengan dunia luar

3.

Pelindung terhadap ancaman dari luar

4.

Pendidik segi rasional

Peranan Istri :
1.

Pemberi aman dan sumber kasih sayang

2.

Tempat mencurahkan isi hati

3.

Pengatur kehidupan rumah tangga

4.

Pembimbing kehidupan rumah tangga

5.

Pendidik segi emosional

6.

Penyimpan tradisi

2.1.4 Fungsi Keluarga
Menurut Yusuf (2001:39-42), dari sudut pandang sosiologis,
keluarga dapat diklarifikasikan ke dalam fungsi-fungsi berikut :
1.

Fungsi Biologis
Keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas,
kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi
kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.

a.

Sandang , pangan, papan

b.

Hubungan suami istri

c.

Reproduksi atau pengembangan keturunan

Fungsi Ekonomis
Keluarga merupakan unit ekonomi dasar sebagian masyarakat primitif.
Para anggota keluarga bekerjasama sebagai tim untuk menghasilkan
sesuatu.

3.

Fungsi Edukatif (pendidikan)
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
anak. Keluarga berfungsi sebagai transmitter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak. Fungsi keluarga dalam pendidikan adalan
menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasan nilai-nilai
agama, budaya dan keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak.

4.

Fungsi Sosialisasi
Lingkungan keluarga merupakan faktor (determinant factor) yang
sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarga
berfungsi sebagai miniatur masyarakat yang mensosialisasikan nilainilai atau peran hidup dalam masyarakat yang harus dilaksanakan oleh
para anggotanya.

5.

Fungsi Protektif (perlindungan)
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para amggota keluarganya
dari

gangguan,

ancaman

atau

kondisi

yang

ketidaknyamanan (fisik psikologis) bagi para anggotanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

menimbulkan

18

6.

Fungsi Rekreatif
Keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan
kenyamanan,keceriaan,

kehangatan,

dan

penuh

semangat

bagi

anggotanya. Maka dari itu,keluarga harus ditata sedemikian rupa,
seperti menyangkut aspek dekorasi interior rumah, komunikasi yang
tidak kaku, makan bersama , bercengkrama.

2.1.5 Komunikasi Keluarga ( Suami Istri)
Komunikasi keluarga adalah salah satu kegiatan yang pasti terjadi
dalam kehidupan suami istri dalam berkeluarga. Tanpa komunikasi
keharmoniasan akan hilang. Akibatnya kerawanan hubungan antara suami
istri, orang tua dan anak perlu dibangun dengan baik dan harmonis dalam
rangka membangun hubungan baik dalam keluarga (Djamarah, 2004:38)
Komunikasi interpersonal sering dilakukan dalam keluarga, kapan
atau dimanapun , komunikasi interpersonal merupakan komunikasi keluarga
yang berlangsung silih berganti dan timbal balik, baik itu antara suami dan
istri maupun orang tua dan anak.
Komunikasi antara suami dan istri yang baik merupakan kunci dari
keadaan keluarga. Karena peran suami istri sebagai orang tua sangat
penting, sehingga komunikasi yang berkualitas baik harus diterapkan suami
istri , agar kelak anak dapat mengambil contoh untuk bisa berkomunikasi
dengan baik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Menurut Galvin (1991:218), komunikasi yang efektif dibutuhkan
untuk membentuk keluarga yang harmonis, selain faktor keterbukaan,
otoritas, menghargai kebebasan dan privasi antar anggota keluarga. Tidak
benar anggapan orang bahwa semakin sering suami istri melakukan
komunikasi

interpersonal,

maka

makin

baik

hubungan

mereka.

Persoalannya bukan berapa sering komunikasi dilakukan, tapi bagaimana
komunikasi itu dilakukan. Hal ini berarti bahwa dalam komunikasi yang
diutamakan adalah bukan kuantitas dari komunikasi, melainkan kualitas dari
komunikasi yang dilakukan suami istri. (Rakhmat, 2002:129).
Masalah pasangan yang sama-sama bekerja, menjadi problem dari
salah satu masalah yang timbul di dalam rumah tangga. Dikarenakan
masalah keuangan merupakan salah satu penyebab konflik yang terjadi di
dalam pernikahan. Dengan demikian, tujuan dari komunikasi keluarga
bukanlah

sekedar

menyampaikan

informasi

melainkan

membentuk

hubungan dengan orang lain. Sebab itu, kualitas dari hubungan tersebut
tergantung kepada kesanggupan seseorang untuk menyatakan diri kepada
orang lain. Mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara konstruktif, jujur,
dan terbuka, akan tetapi menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam
suatu keluarga. Dengan kata lain, kecakapan komunikasi dalam rumah
tangga memegang peranan penting dalam menentukan kebahagiaan rumah
tangga (Kuntaraf, 1999:1-2).
Komunikasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai. Bila hubungan yang dikembangkan oleh orang tua

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

tidak harmonis misalnya ketidaktepatan orang tua dalam memilih pola
asuhan., pola komunikasi yang tidak dialogis dan adanya permusuhan serta
pertentangan dalam keluarga maka akan terjadi hubuungan yang tegang.
Komunikasi dalam keluarga terbentuk bila hubungan timbal balik selalu
terjalin antara ayah, ibu, dan anak (Gunarsa dan Gunarsa, 2001:205).
Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat
menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
makin baik dan tindakan. Maka tak dapat dipungkiri , hubungan yang
menjadi kepedulian kebanyakan orang adalah hubungan dalam keluarga.
Keluarga mewakili suatu konstelasi hubungan yang sangat khusus (Moss,
Tubbs, 2000:214)
2.1.6 Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan (Sunarto, 2006:1)
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan
itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam hubungan
komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan
mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan
dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs, Moss, 2006:26). Di sini
kita melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem.
Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan
yang mereka miliki.
Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Terdapat empat pola komunikasi antar suami dan istri menurut Joseph
A. Devito (2007:277-278) diantaranya :
1.

Pola keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya,
tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada
hubungan yang penting. Komunikasi yang terjalin antara suami istri
sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin ataupun
yang dipimpin, karena semua anggota kedudukannya sama.

2.

Pola keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga
(suami-istri) mempunyai orientasi diatas daerah atau wewenang yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

berbeda. Masing-masing suami istri adalah sebagai pembuat keputusan
konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan
ancaman oleh si suami atau istri karena keduanya memiliki keahlian
sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.
Dalam pola ini, suami dan istri memiliki keahlian masing-masing,
sehingga antara suami istri yang sedang mengalami masalah, tidak akan
saling meminta bantuan kepada pasangannya karena mereka mengerti
akan kemampuan dan keahlian pasangannya dalam menyelesaikan
konflik.
3.

Pola pemisah tidak seimbang
Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si suami atau
istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur
mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat
antara kedua belah pihak (si suami atau istri). Sedangkan anggota
keluarga (si suami atau istri) yang dikendalikan membiarkannya untuk
memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan.
Antara suami dan istri, ada salah satu pihak yang mendominasi, akan
tetapi antara suami dan istri tidak memonopoli proses komunikasi yang
terjadi. Mendominasi akan tetapi tetap memberikan kesempatan bagi
pasangannya untuk membuat keputusan. Dalam pola ini, kesenjangan
antara suami dan istri masih bisa diatasi, karena pasangan suami istri
masih menghormati dan menghargai pasangannya.

4.

Pola monopoli

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Pola komunikasi keluarga monopoli ini, salah satu anggota keluarga
(bisa istri ataupun suami) tampak sebagai pemilik otoritas. Dalam
keluarga, hanya akan muncul sedikit argumen atau opini, karena semua
anggota keluarga tahu siapa yang memimpin dan siapa yang akan
menang argumennya. Konflik akan semakin pahit karena anggota
keluarga tidak terlatih untuk membuat sebuah penyelesaian konflik.

2.1.7 Pernikahan
Pernikahan menurut Nowan, adalah ungkapan iman, yaitu terjadi
persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang
menaruh makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya
(Nowan, 2007:105).
Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah
kesatuan peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami
hambatan atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan
sehingga terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan
peran tersebut. Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus
menggantikannya mengurus anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
Ketika suami istri berikrar untuk menikah, berarti masing-masing
mengikatkan diri pada pasangan hidup. Kebebasan sebagai individu
dikorbankan, pernikahan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Tiap pasangan
harus belajar mengenai kehidupan bersama dan harus menyiapkan mental
untuk menerima kelebihan sekaligus kekeurangan pasangannya dengan
kontrol diri yang baik.
Suami istri adalah dua insan yang berbeda dalam hampir segala
sifatnya. Sifat-sifat berbeda diantar keduanya sulit dipersatukan kecuali ada
kesadaran diri untuk saling memahami satu sama lain. Salah satu
ketidakcocokan dalam keluarga khususnya suami istri disebabkan karena
adanya perbedaan pendapat yang memicu timbulnya konflik.

2.1.8 Peranan Laki-laki (suami) dalam Rumah Tangga
Sudah dapat dipahami bahwa suami adalah kepala rumah tangga, dan
istri adalah ibu rumah tangga. Logika ini tidak bisa diganti dengan
sebaliknya. Suami adalah pemimpin rumah tangga dan kedudukannya jauh
lebih unggul dibanding perempuan (istri). “Setiap kamu adalah pemimpin
dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang
dipimpin. Seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia
akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dipimpinnya
atas mereka” (HR. Muslim)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Sebagai pemimpin rumah tangga dan kedudukan yang lebih tinggi
dari

perempuan,

seorang

suami

mempunyai

kewajiban-kewajiban,

diantaranya:

1)

Kewajiban memberi nafkah bagi keluarga (istri dan anak-anaknya)

Seorang suami berkewajiban memenuhi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan bagi keluarganya. Seorang suami wajib menafkahi
istri dan anak-anaknya, menyediakan tempat tinggal serta mengadakan
pakaian untuk mereka sesuai kemampuannya. Hal ini tidak boleh
dilalaikan oleh seorang suami. Dia dijadikan sebagai pemimpin
terhadap istri dan anak-anaknya diantaranya karena telah menafkahi
mereka.

2)

Kewajiban membina dan mendidik mereka

Suami tidak hanya bertanggung jawab mencukupi kebutuhan
materi rumah tangga dan kelayakan tempat tinggal. Suami
bertanggungjawab membina dan mendidik istri dan putra-putrimu,
bahkan itu lebih penting dari sekedar mencukupi kebutuhan materi.
Jika pemimpin rumah tangga tidak bisa menjalankan kewajiban ini,
maka hancurlah keluarganya. “Tidak akan selamat seorang hamba
kecuali jika ia telah menunaikan perintah Allah terhadap dirinya dan
terhadap siapa saja yang dibawah tanggung jawabnya dari para istri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

dan putra-putrinya, serta yang lainnya yang dibawah kewenangan dan
pengaturannya.(HR. Al-Imam As-Sa’)

3)

Kewajiban bergaul dengan mereka (istri dan anak) secara baik

Seorang suami hendaknya dalam membina keluarganya dengan
cara yang baik, lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan dengan
kekerasan.

Masalah muncul ketika istri dan suami sama-sama bekerja. Suami dan
istri sama-sama memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya. Melihat dalil dan juga kewajiban suami, maka tetap kewajiban
memberi nafkah merupakan tugas seorang suami sekalipun istrinya juga
bekerja. Suami berkewajiban memberi nafkah kepada istrinya walaupun
penghasilan istri lebih besar dari suami.
2.1.9 Peranan Per empuan (istri) dalam Rumah Tangga
Peran ibu dalam keluarga sangat penting. Bahkan, dapat dikatakan
bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran
seorang ibu. Jika ibu adalah seorang wanita yang baik, akan baiklah kondisi
keluarga.

Sebaliknnya,

apabila

ibu

adalah

wanita

yang

bersikap

buruk,hancurlah keluarga (Karim, 2006).
Masyarakat

cenderung

beranggapan

bahwa

pembedaan

atau

pembagian kerja secara seksual adalah sesuatu yang alamiah. Stereotipe
yang dianggap kodart telah melahirkan ketidakadilan gender bagi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

perempuan dan laki-laki. Akibatnya, lahir pembagian kerja secara seksual.
Laki-laki mendapat porsi yang lebih menguntungkan daripada perempuan
(Arief Budiman,1981).
Dalam agama Islam, tidak mengajarkan perempuan lebih rendah
kedudukannya di bidang agama maupun politik. Laki-laki merupakan
pelindung dan pemneri nafkah utama bagi keluarga. Asumsi ini tidak
membenarkan jika perempuan adalah makhluk lemah yang tidak mampu
menyongkong dirinya sendiri. Islam justru mengangkat derajat perempuan
dengan membebaskan mereka dari perbudakan yang menurut Tuhan
terutama disebabkan oleh laki-laki.
Bagi wanita yang sejak awal sebelum menikah sudah bekerja karena
dilandasi oleh kebutuhan aktualisaasi diri yang tinggi. Maka ia cenderung
akan melanjutkan kembali bekerja setelah menikah dan pekerjaan
merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk pemenuhan aktualisasi diri,
dan kebanggan diri selain mendapatkan kemandirian secara financial.
Namun realitasnya banyak ibu yang tidak dapat melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya dengan baik.mungkin ada sebagian yang terlalu
sibuk dengan kariernya hingga terkadang seperti menyerahkan tanggung
jawab terbesar daalm pendidikan kepada pihak sekolah. Anak yang lebih
banyak menghabiskan waktu dengan pengasuh yang bisa jadi “kurang
berkualitas”. Atau mungkin ada yang merasa menyerah dan putus asa dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

mendidik anak karena kurang pengetahuan sehingga bingung dan tidak
mengerti dengan apa yang harus dilakukan.
Dukungan suami amat dibutuhkan bagi istri dalam menjalani peran
ganda tersebut. Sesungguhnya memberi peluang bagi tumbuhnya suatu
formulasi baru bagi keseimbangan hubungan suami istri demi rumah tangga.
Namun apabila keseimbangan itu tidak dapat terbina dengan baik, hasilnya
akan sangat mengecewakan.
2.1.10 Konflik Inter personal
Dalam berkomunikasi, terutama komunikasi interpersonal (antar
pribadi) antara suami dan istri munculnya konflik tidak dapat terelakkan
lagi. Konflik antar suami dan istri ini bisa terjadi karena dalam hubungan
itu muncul sebuah permasalahan. Berkaitan dengan hal ini Gamble dan
Gamble (2005 : 284) menjelaskan bahwa:
Conflict is likely to occur wherever human differences meet. As we have
seen, conflict is a clash of opposing beliefs, opinions, values, needs,
assumption, and goals. It can result from honnest, differences, from
misunderstandings, from anger, or from expecting either too much or too
litle from people or situations.” (Konflik seringkali terjadi ketika sejumlah
perbedaan bertemu. Seperti yang telah kita lihat bahwa konflik adalah
sebuah benturan antara perbedaan keyakinan, opini, nilai, keinginan,
pendapat dan perbedaan tujuan. Benturan tersebut muncul akibat
kejujuran, perbedaan, adanya kesalahpahaman, kemarahan, atau bahkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

adanya harapan-harapan yang tidak terpenuhi dari seseorang / pasangan
atau situasi yang ada).
Konflik antar pribadi menurut Beebe (1996:296) adalah “conflict is a
struggle that occure when two people cannot agree upon a way to meet
their needs.” Hal ini dapat diartikan bahwa sebuah konflik itu akan terjadi
ketika dua orang yang terlibat tidak menyetujui cara-cara yang dipakai
untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak sekali faktor yang memicu
konflik dalam hubungan suami dan istri. Dalam bukunya yang berjudul
“Sudah Siapkah Menikah”, Surbakti (2008 : 263) menggambarkan
terjadinya konflik suami istri dalam rumah tangga dengan gambar berikut,

Pengelolaan

Karakter

Baik

Buruk

Tata Nilai
Pandangan
Kepribadian

Pernikahan
Tercipta
Harmonis

Timbul
Konflik

Temperamen

Gbr .1 Konflik dalam r umah tangga
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam sebuah pernikahan, konflik itu
mempunyai potensi yang besar untuk muncul setiap saat. Konflik tersebut dipicu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

oleh adanya perbedaan antara suami dan istri, meliputi perbedaan karakter, tata
nilai, pandangan, kepribadian, dan temperamen. Ketika perbedaan-perbedaan
antara suami dan istri dapat dikelola dengan baik maka akan tercipta pernikahan
yang harmonis, tapi jika perbedaan-perbedaan tersebut tidak dapat dikelola
dengan baik maka akan timbul konflik dalam pernikahan tersebut.
Selain perbedaan-perbedaan antara suami dan istri, terdapat banyak faktor
yang memicu munculnya konflik. Menurut Nancy (Liwidjaja, 2003:6) terdapat 10
penyebab utama konflik dalam sebuah rumah tangga adalah:
1. Rusaknya komunikasi keluarga
2. Hilangnya tujuan dan perhatian bersama
3. Ketidakcocokan dalam seksualitas
4. Ketidaksetiaan
5. Hilangnya kegairahan dan kesenangan dalam hubungan suami istri
6. Keuangan
7. Pertentangan masalah anak-anak
8. Penggunaan alkohol dan obat bius lainnya
9. Masalah hak-hak wanita
10. Ipar atau Mertua

2.1.11 Konflik masalah keuangan pada pasangan sama-sama beker ja
Dari berbagai topik yang ada, konflik biasanya akan berbeda pada tiap
pasangan suami istri. Menurut De Vito, konflik suami istri ini disebabkan
antara lain karena keintiman yang berlebihan, adanya pihak ketiga,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

masalah pengharapan pasangan, masalah seksual, masalah keuangan, dan
yang terakhir masalah anak (Devito, 2004:220-222). Konflik keuangan
yang terjadi berdasarkan besar jumlah pendapatan yang diperoleh dan
bagaimana cara menggunakan uang. Bluimstein dan Schwarts dalam De
Vito mengembangkan persamaan umum yaitu ketidakpuasan dengan uang
= ketidakcocokan hubungan . Uang begitu penting dalam suatu hubungan
sebab memiliki kaitan erat dengan kekuasaan di dalam hubungan itu
sendiri, yang dapat memicu terjadinya konflik. (devito, 1994:252).
Faktor yang paling penting dalam mengatasi konflik keuangan adalah
adanya kejujuran tentang pendapatan dan pengeluaran. Berbagai
pandangan tentang konflik mempengaruhi cara penyelesaian konflik. Pada
kenyataannya, walaupun konflik merupakan hal yang wajar, banyak orang
tidak tahu cara mengatasi konflik (Parrot, 1998:121). Pada masa awal
pernikahan, pasangan memiliki tugas berat yaitu proses pembentukan
landasan dasar keluarga dalam mencpai tujuan bersama. Konflik akan
mucul ketika salah satu atau kedua pihak tidak terbuka mengenai masalah
pemasukan dan pengeluaran dan kalau salah satu pihak tidak bijaksana
dalam

membelanjakan

uang

(Hadisubrata,

1990:32).

Perbedaan

pengalaman, pekerjaan, perbedaan standar kehidupan ekonomi antara
suami istri dapat menyebabkan terjadinya konflik keuangan.

2.1.12 Strategi Manajemen Konflik Pada Pasangan Suami Istr i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

Strategi manajemen konflik dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan
panjang atau pendeknya tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan
mempengaruhi strategi yang tepat. Pemilihan strategi manajemen konflik
yang tepat akan berpengaruh terhadap masa depan hubungan perkawinan
tersebut. Di samping itu jika ingin membuat hubungan jangka panjang,
harus menganalisis secara keseluruhan penyebab masalah dan mencari
“win-win strategies”. Strategi manajemen konflik yang digunakan dapat
berebda-beda pada setiap pasangan. Menurut De vito (2007:296-302)
dalam bukunya Interpersonal Communication, strategi manajemen konflik
ada 5 yaitu : win-lose and win-win strategies, avoidance and active
fighting strategies, force and talk strategies, face-detracting and faceenhancing strategies, and verbal aggressiveness and argumentativeness
strategies.
a.

Win-Lose and Win-win Str ategies
Pada strategi ini pihak yang berkonflik dapat mencari solusi salah satu
pihak menang dan salah satu pihak yang lainnya kalah atau bersamasama mencari solusi yaitu kedua pihak sama-sama menang. W