POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak).

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJ A SUAMI
MENGANGGUR
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istr i yang Bekerja Suami
Menganggur dalam Pengasuhan Anak)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar atan memper oleh Gelar Sar jana
pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :
DUWI NOVITASARI
NPM.0843010080
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJ A SUAMI
MENGANGGUR
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Istr i yang Beker ja
Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak)
Disusun Oleh :

DUWI NOVITASARI
NPM. 0843010080

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr s.Syaifuddin Zuhr i MSi.
NPT. 3 7006 94 0035 1

Mengetahui
DEKAN


Dr a. Hj. Suparwati, Msi
NIP.195 507 181 983 022 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEK ERJ A SUAMI YANG
MENGANGGUR
(Studi Deskr iptif Kualitatif Pola Komunikasi Istr i yang Beker ja
Suami yang Menganggur dalam Pengasuhan Anak)
Disusun Oleh :
DUWI NOVITASARI
NPM. 0843010080
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 14 Juni 2012

Pembimbing Utama

Tim Penguji :
1. Ketua

J uwito, S.Sos, M.Si
NPT. 3 6704 95 0036 1

Dr s, Saifudin Zuhr i.Msi
NPT. 3 7006 94 0035 1

2. Sekr etar is

Dr s. Saifudin Zuhr i, M.si
NPT. 3 700694 0035 1
3. Anggota

Dr s. Kusnar to, M.Si
NIP. 195808011984021001
Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Supar wati, Msi
NIP.195 507 181 983 022 001

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat dan
limpahan Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan skripsi dengan judul ”POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG
BEKERJ A SUAMI MENGANGGUR” dapat penulis susun dan
selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas terlaksananya kegiatan
perkuliahan penulis.
Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis.
Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu
berupa moril, spiritual, maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati,Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, Msi selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi selaku Sekertaris Jurusan
Program

Studi

Ilmu

Sosial

dan Ilmu


Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v
4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar dan membantu memberikan bimbingan untuk
menyelesaikan penyusunan laporan proposal skripsi ini.
5. Dosen – dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
memberikan ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dosen penguji Bapak Drs. Kusnarto, Msi, Bapak Juwito, S.Sos,
Msi, Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi, terima kasih atas saran dan
arahannya kepada peneliti.
7. Pak Totok selaku Staf Pengadilan Agama, yang sudah membantu

peneliti memberika data-data yang peneliti perlukan.
8. Orang tua tercinta, terima kasih atas perjuangan, doa serta dukungan
yang diberikan setiap hari baik berupa moril dan materil.
9. Kakak yang ikut ngerecokin waktu ngerjain skripsi tapi juga
menghibur dengan celetukan-celetukan lucunya.
10. My luphly puppy squidy terima kasih udah menemaniku selama ini
dari awal aku masuk ospek sampe sekarang aku udah nyelesaiin
skripsi, nganterin kemana-mana, ikut nungguin aku ngerjain skripsi,
love you pi J
11. Mbak Indah, Indri, Devi, Bagus, Tika, makasih udah ikut bantuin
skripsinya, hhoo, Caca, makasih buat infonya tentang skripsi dan
recommend DP-nya :p
12. Estika, Mario, Mas Yopi, Mas Maul (yang sama-sama berjuang
ngerjain skripsi bareng diperpus)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi


Penulis menyadari bahwa Laporan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir
kata semoga Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya untuk teman – teman di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Surabaya, Juni 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ..........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...........................................


iii

KATA PENGANTAR .................................................................................

iv

DAFTAR ISI ...............................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

ix

ABSTRAKSI ...............................................................................................

x

BAB I


PENDAHULUAN .....................................................................

1

1.1

Latar Belakang ................................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ........................................................

10

1.3

Tujuan Penelitian ............................................................


10

1.4

Manfaat Penelitian ..........................................................

10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ..................................................

10

1.4.2 Kegunaan Praktis ....................................................

10

TINJ AUAN PUSTAKA ............................................................

11

2.1

Landasan Teori ...............................................................

11

2.1.1 Teori Atribusi .........................................................

11

2.1.2 Komunikasi Interpersonal .......................................

12

2.1.3 Pola Komunikasi ....................................................

15

2.1.4 Pernikahan .............................................................

18

2.1.5 Pengertian Suami-Istri ............................................

19

BAB II

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.6 Pengertian Anak .....................................................

19

2.1.7 Peranan Suami-Istri ................................................

19

2.1.8 Pengertian Budaya ..................................................

22

2.1.8.1Budaya Jawa ...............................................

23

2.1.9 Pengertian Keluarga ...............................................

24

2.1.9.1 Fungsi Keluarga ...........................................

25

2.1.9.2 Komunikasi Keluarga ...................................

27

2.1.10 Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga..

29

2.1.11 Aspek-Aspek Kualitas Komunikasi Interpersonal dalam
Keluarga ....................................................................

BAB III

32

2.1.12 Pola Komunikasi Keluarga ....................................

35

2.1.13 Penyebab Suami Tidak Bekerja ............................

36

2.1.14 Penyebab Istri Bekerja ..........................................

37

2.1.15 Dampak Istri Bekerja ............................................

39

2.2 Kerangka Berfikir .................................................................

39

METODE PENELITIAN .........................................................

42

3.1

Definisi Operasional .......................................................

42

3.2

Konsep Operasional ........................................................

43

3.2.1 Pola Komunikasi Keluarga(suami-istri) ..................

45

3.3

Lokasi Penelitian .............................................................

46

3.4

Subjek dan Informan Peneliti .........................................

46

3.5

Teknik Pengumpulan Data ..............................................

48

3.6

Teknik Analisis Data ........................................................

49

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................

50

4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ...

50

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .........................

50

4.1.2 Penyajian Data ........................................................

52

4.1.3 Identitas Informan ...................................................

56

Analisis Data....................................................................

57

4.2

4.2.1 Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur
dalam Pengasuhan Anak ..................................................

57

4.2.1.1 Analisis Keluarga Informan I ......................

57

4.2.1.2 Analisis Keluarga Informan II.....................

64

4.2.1.3 Analisis Keluarga Informan III ...................

70

Pembahasan ....................................................................

77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................

79

4.3

5.1

Kesimpulan ....................................................................

79

5.2

Saran ..............................................................................

81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

82

LAMPIRAN

84

........................................................................................

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sejak manusia itu dilahirkan manusia sudah melakukan
kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak
dapat hidup sendiri, manusia hidup dengan manusia lainnya yang satu dengan
yang lain saling membutuhkan untuk tetap melaksanakan kehidupannya.
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal
dari kata latin communis yang berarti “sama”. Communico, communication
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Dedy
Mulyana, 2002:41).
Komunikasi merupakan kunci utama apabila kita ingin berhubungan
dengan orang lain. Bila dua orang terlibat dalam komunikasi, melalui
percakapan maka komunikasi akan berjalan selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang diucapkan. Kesamaan kata yang digunakan dalam
percakapan belum tentu dapat dimengerti, sehingga kita perlu tahu apa makna
dari kata-kata tersebut.
Hakekat

sebuah

perkawinan

menurut

undang-undang

pokok

perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam pasal 30, adalah ikatan lahir batin
antara pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam menjalani sebuah kehidupan perkawinan sebagai suami istri, istri

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

memerlukan perlindungan dari suaminya, dan suami memerlukan kasih
sayang dari istrinya. Disini mengandung arti bahwa dalam sebuah perkawinan
terjadi saling ketergantungan antara suami maupun istri terhadap pasangannya
(Suciptawati,n,d).
Selain ketergantungan, dalam sebuah hubungan juga memerlukan
adanya keseimbangan dalam hubungan. Menurut DeVito dalam equity theory
atau teori keseimbangan, dalam sebuah hubungan, keseimbangan sangat
diperlukan untuk mempertahankan hubungan. Keseimbangan disini tidak
selalu berupa materi, dapat berupa perhatian, pengorbanan dan pembagian
tugas dalam hubungan. Jika keseimbangan tidak tercapai, maka keutuhan
hubungan dapat terancam (DeVito,2007 p.244).
Salah satu masalah utama yang sering dialami dalam sebuah
hubungan yakni tidak adanya keseimbangan dari sisi keuangan. Parahnya,
hampir semuanya menempatkan masalah ini sebagai masalah yang besar.
Salah satu bentuk permasalahan yang terjadi adanya suami yang tidak bekerja
(menganggur) dan istri yang bekerja mencari nafkah. Dalam kasus hubungan
perkawinan yang hanya istri yang bekerja dan suami menganggur, konflik
akan lebih sering muncul. Tak jarang hal ini turut memicu adanya
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh istri (Elfarid, 2007).
Sedangkan, didalam hubungan perkawinan seorang suami yang
seharusnya wajib untuk memberikan nafkah kepada istri dan istri tidak wajib
untuk bekerja. Khususnya pada masyarakat yang memiliki budaya Jawa, yang
notabennya seorang istri harus menjunjung tinggi kehormatan keluarga dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

juga suami. Seorang istri yang harus berada di rumah dan mengurus anakanaknya dan keperluan rumah tangga pada umumnya. Namun seiring
perkembangan zaman, sekarang banyak para ibu yang bekerja dan tidak lagi
hanya mengurusi anak di rumah, tak jarang seorang istri lebih mempunyai
karir yang cemerlang dibandingkan suaminya.
Ketika istri memutuskan untuk bekerja, hal tersebut bukanlah suatu
hal yang mudah untuk diputuskan, sebab banyak pertimbangan yang harus
dipikirkan. Ketakutan akan adanya waktu yang akan dihabiskan istri diluar
rumah akan dapat berdampak pada pola komunikasi suami-istri yang dapat
mengancam hubungan perkawinan. Ancaman selanjutnya, ada kemungkinan
istri akan menjadi jenuh karena merasa suami tidak melaksanakan kewajiban
sebagai seorang kepala keluarga yaitu memberi nafkah. Kondisi ini, tak jarang
turut memicu terjadinya konflik dalam rumah tangga, karena dapat mendorong
munculnya dominasi seorang istri dan suami menjadi tidak dianggap dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga.
Sedangkan, sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan Bab VI
tentang hak dan kewajiban suami-istri, disebutkan pada pasal 34 ayat 1
menyatakan “Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.”
Banyak pula ayat Al-Qur`an salah satunya surat an-Nisâ` yang telah
menetapkan, bahwa kewajiban memberi nafkah keluarga itu berada di atas
pundak seorang suami atau ayah, dan bukan orang lain. Di antaranya: "Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah melebihkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka". [anNisâ`/4:34].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhutbah di depan para
sahabat dengan bersabda:

‫ُ ُ ﻦﱠﻦﱠ ﻓَ ﺈِ ﻧﱠ ﻜُ ﻢْ ا ﻟ ﻨﱢ ﺴَ ﺎ ءِ ﻓِ ﻲ ا ﻟ ﻠﱠ َ ﻓَ ﺎ ﺗﱠ ﻘُ ﻮ ا‬ªَ‫ﺗُ ُ ا ﻟﻦﱠﻠﱠ ِرِ ﺑِزْ ﺄَﻗُ ُﻣَ ﺎ ﻦﱠنِ ﻋَأَ ﻠَﺧَْ ﺬْﻜُ ﺗُﻢْ ﻤُ ﻮوَ ﻟ‬...َ‫ْ ﺮُ و فِ وَ ﻛِ ﺴْ ﻮ‬
"Bertakwalah kalian kepada Allah terhadap istri-istri kalian. Sesungguhnya
kalian telah mengambil mereka dengan perlindungan dari Allah . . . Dan hak
mereka (yang menjadi kewajiban) atas kalian adalah (memberi) makan dan
pakaian dengan cara yang baik". [HR Muslim, no. 1218]. (almanhaj.or.id)
Akibat masalah keuangan dalam status pernikahan juga dapat memicu
adanya tindakan perselingkuhan. Hal ini seperti disebutkan Safron dan Hill,
dari 10 besar alasan individu meninggalkan hubungan pernikahan dan memilih
untuk berselingkuh, persoalan keuangan menjadi salah satu penyebabnya
(Safron, 1979 dan Hill et al., 1976 dalam Guerero dan Andersen dan Afifi,
2007: 333).
Salah satu pasangan baik pihak suami maupun pihak istri atau bahkan
dari pihak keduanya melakukan perselingkuhan dari akibat ketidak adanya
kesepahaman dalam mengambil sikap untuk menyelesaikan permasalahan
yang sedang dihadapi dalam rumah tanggannya, terutama jika sudah
menyangkut masalah perekonomian (keuangan). Mereka akan mencari
kepuasan lain diluar untuk menghibur diri dari ketidak cocokan pola pikir
antara istri yang bekerja dan suami yang pengangguran. Karena besar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

kemungkinan jika istri yang bekerja akan merasa lebih berhak untuk
mengambil

segala

keputusan

didalam

rumah

tangganya

tanpa

mendiskusikannya terlebih dahulu dengan suami, sehingga suami merasa
posisinya sebagai kepala rumah tangga kurang di hargai oleh istri.
Dalam waktu yang telah dilalui dalam hubungan perkawinan, akan
timbul kesenjangan yang terjadi akibat dari penghasilan yang hanya diperoleh
dari istri. Kesenjangan tersebut muncul ketika ditengah-tengah masa
perkawinan mulai terjadi sedikit penurunan hubungan. Hal tersebut sebagai
akibat dari tidak adanya komunikasi yang efektif untuk mencari solusi dari
timbulnya konflik yang nantinya bisa berkepanjangan.
Berdasarkan data Pengadilan Agama (PA) Surabaya selama tahun
2011, terdapat 3945 kasus yang berakhir perceraian. Kasus tersebut dibagi
beberapa aspek yang menjadi pemicu munculnya perceraian, seperti faktor
moral, meninggalkan kewajiban, menyakiti jasmani, dan terus-menerus
berselisih. Faktor meninggalkan kewajiban dibagi lagi menjadi tiga kategori,
yaitu kawin paksa, ekonomi, dan tidak ada tanggung jawab. Dari data tersebut,
sebanyak 660 perkara perceraian dipicu masalah ekonomi. Dan sebanyak 893
perkara perceraian dipicu masalah tidak ada tanggung jawab. Tidak ada
tanggung jawab disini mengacu pada masalah suami yang meninggalkan
kewajibannya terhadap istri. Sedangkan masalah ketidak harmonisan dalam
rumah tangga mencapai 911 perkara. Ketidak harmonisan dalam rumah tangga
ini masuk dalam aspek terus-menerus berselisih. Ketidak harmonisan dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

rumah tangga disini salah satunya disebabkan karena adanya gangguan pihak
ketiga ataupun kembali lagi ke masalah ekonomi.
Pada tahun 2011 sebagian besar permohonan gugatan cerai dilakukan
istri. Banyak faktor yang menyebabkan pihak istri menggugat cerai, yaitu
dikarenakan cemburu, ekonomi, tidak ada tanggung jawab, kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) atau ketidak harmonisan rumah tangga. Perceraian
karena suami meninggalkan kewajibannya untuk menafkahi keluarga sendiri
menurut Panmud Hukum Pengadilan Agama Surabaya, dikategorikan kedalam
faktor ekonomi, karena pemicu utamanya adalah konflik yang ditimbulkan
dari dalam individu pasangan suami-istri tersebut sendiri tanpa campur tangan
pihak lain yang dapat mengakibatkan ketidak harmonisan dalam rumah
tangga. Kurang efektifnya komunikasi yang terjadi pada pasutri menjadi
pemicu munculnya masalah-masalah tersebut diatas.
Komunikasi interpersonal menjadi ujung tombak dalam penyelesaian
konflik rumah tangga, karena dengan adanya komunikasi tersebut maka setiap
pasangan suami-istri dapat lebih terbuka dengan pasangan masing-masing
dalam penyampaian maupun penyelesaian masalah. Komunikasi interpersonal
atau yang lebih dikenal dengan komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal (Mulyana,2000). Dari
data yang peneliti peroleh dari Panmud Hukum tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kasus perceraian karena faktor ekonomi cukup tinggi
terjadi, dan bukan sekedar wacana. Untuk memperkuat data dan sebagai bukti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

lain, peneliti akan mengungkapkan sebuah contoh kasus perceraian yang
disebabkan oleh faktor ekonomi.
MN (penggugat) menikah dengan MA (tergugat) pada 07 Maret 2002.
Setelah menikah, pasangan tersebut masih tinggal di rumah orang tua MA
selama 2 tahun. Pasangan ini telah dikaruniai seorang putri pada Desember
2002. Semula kehidupan pasangan ini harmonis, sampai akhirnya pada
awal 2008, sering terjadi perselisihan yang sulit diselesaikan. Penyebab
dari perselisihan itu adalah MA tidak mempunyai pekerjaan tetap dan
lebih sering memanfaatkan uang dari hasil kerja MN. Akibatnya, MA
tidak dapat mencukupi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari penggugat
dan anaknya. Perselisihan tersebut semakin lama semakin serius, hingga
akhirnya awal 2011, mereka pisah rumah, dengan MN tinggal di rumah
orang tuanya. September 2011, MN mengajukan gugatan cerai dengan
alasan rumah tangganya tidak bisa dipertahankan lagi. MA juga tidak
berusaha mencari pekerjaan yang layak agar dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
(contoh Putusan Pengadilan Agama tahun 2011)
Pernyataan diatas peneliti kutip dari putusan Pengadilan Agama. Dari
kutipan diatas dapat memberi informasi tentang fakta yang ada bahwa
banyaknya kasus perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi yang dapat
memicu ketidak harmonisan dalam rumah tangga.
Menurunnya hubungan adalah perusakan dan kemungkinan terjadi
pemutusan hubungan (Duck, 1982). Ini akibat melemahnya ikatan yang
mempertalikan hubungan perkawinan, dan dapat terjadi secara berangsur atau
mendadak, sedikit demi sedikit atau ekstrim. Jika dikaitkan dengan
permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, hal ini sebagai akibat dari tidak
adanya komunikasi yang efektif antara suami-istri.
Meskipun pernyataan diatas juga pada akhirnya berujung pada sebuah
perceraian, namun tentunya tidak selalu sebuah hubungan yang dijalani oleh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

setiap pasangan yang mempunyai masalah ekonomi yaitu istri yang bekerja
dan suami tidak bekerja (menganggur) berakhir pada sebuah perceraian, pada
beberapa pasangan ternyata bisa langgeng dan dapat mengatasi masalah
tersebut dalam rumah tangganya. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan,
peneliti menjumpai pasangan yang memiliki masalah ekonomi yang sama
yaitu istri yang bekerja suami menganggur namun kehidupan rumah tangga
mereka sampai saat ini tetap baik-baik saja. Berikut data salah satu pasangan
yang hingga saat ini kehidupan rumah tangganya tetap harmonis :
AI (istri) menikah dengan EO (suami) pada 15 Desember 1985. Selama
menjalani kehidupan rumah tangga lebih dari 20 tahun, pasangan ini telah
dikaruniai 2 orang anak. Istri memiliki latar belakang pendidikan lebih
tinggi dari suami yaitu Sarjana sedangkan suami SMU. Dalam hal
pekerjaan, istri memiliki pekerjaan tetap yaitu sebagai Pegawai Negeri
sedangkan suami tidak memiliki pekerjaan tetap. Dalam kehidupan seharihari istri lebih sering memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun,
masalah tersebut, tidak membuat hubungan mereka menjadi renggang dan
menimbulkan perselisihan diantara mereka. Kehidupan rumah tangga
mereka tetap harmonis sampai sekarang, dikarenakan adanya pola
komunikasi yang efektif diantara pasangan ini.
Berdasarkan data dari pra penelitian tersebut, peneliti ingin
mengetahui bagaimana pola komunikasi pasutri yang istrinya bekerja dan
suami tidak bekerja (menganggur) dapat meredam segala masalah yang
terjadi dalam kehidupan rumah tangga mereka, sehingga rumah tangga
mereka dapat langgeng dan tidak berujung pada perceraian.
Untuk menjaga dan memperbaiki hubungan yang sudah tampak dan
akan timbul suatu konflik, maka sebuah komunikasi efektif dapat dilakukan
dengan cara menjadikan hubungan yang sedang dijalani sebagai bentuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

hubungan yang menyenangkan. Pasangan suami-istri tersebut mempunyai
cara dan mengkomunikasikannya dengan baik agar hubungan mereka bisa
bervariasi dan tidak monoton, sehingga akan tampak lebih menyenangkan,
terlebih tidak mudah bagi pasangan tersebut untuk mengabaikan mengenai
masalah tidak terpenuhinya kewajiban suami yaitu istri yang bekerja dan
suami yang menganggur.
Komunikasi yang baik menjadi hal yang sangat penting yang harus
dilakukan dalam sebuah hubungan, untuk menghindari terjadinya kesalah
pahaman antara kedua belah pihak. Sedikit terjadinya kesalah pahaman yang
dilalui, akan mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam suatu hubungan
tersebut. Untuk itu, masalah tidak terpenuhinya kewajiban suami ini dapat
dicari jalan keluarnya dengan cara berkomunikasi yang efektif dan mencari
jalan keluar dalam pembagian tugas dan mengurus rumah tangga. Untuk itu
dalam sebuah hubungan juga diperlukan adanya saling keterbukaan.
Pola komunikasi dalam mengatasi masalah ekonomi, terutama istri
yang bekerja, mau tidak mau yang mengasuh anak adalah suami. Dimana
yang seharusnya suami yang memenuhi kebutuhan rumah tangga namun
dengan adanya satu dan lain hal sehingga membuat situasi menjadi terbalik
yaitu istri yang bekerja dan mencari nafkah sedangkan suami tidak bekerja
(menganggur) namun mereka masih tetap bisa harmonis dan bertahan sampai
sekarang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi suami istri dalam mengasuh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

anak pada pasangan yang istrinya bekerja, sedangkan suaminya menganggur,
,namun rumah tangganya tetap harmonis dan tidak berujung pada perceraian.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah
dari penelitian ini adalah bagaimana pola komunikasi suami istri dalam
mengasuh anak yang istrinya bekerja suami yang menganggur dalam
pengasuhan anak.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimanakah pola komunikasi istri yang bekerja suami
yang menganggur dalam pengasuhan anak.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1

Kegunaan Teor itis
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi berkaitan dengan pola komunikasi interpersonal suami dengan
istri.

1.4.2

Kegunaan Pr aktis
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada suami istri untuk
mempertahankan keluarga melalui pola komunikasi dalam keluarga.
b. Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum
tentang pola komunikasi antara istri yang bekerja dan suami yang tidak
bekerja (menganggur) dalam mempertahankan rumah tangganya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Teor i Atr ibusi
Teori ini diperkenalkan oleh Heider pada tahun 1958 melalui
bukunya yang berjudul “The Psychology Interpersonal Relation”. Heider
mengemukakan, jika anda melihat perilaku orang lain, maka anda juga
harus melihat sebab tindakan orang lain. Dengan demikian anda sebagai
pihak yang memulai komunikasi harus mempunyai kemampuan untuk
memprediksi perilaku yang tampak didepan anda. Heider yang seperti
dikutip Rahmat (1998), mengungkapkan ada 2 (dua) atribusi, yaitu atribusi
kausalitas dan atribusi kejujuran. (Liliweri, 1997:52)
Contoh, jika anda mengamati perilaku seseorang pertama anda
harus bisa menentukan dahulu apa yang menyebabkan perilaku itu terjadi,
apakah faktor situasional dan faktor personal. Dalam teori atribusi lazim
disebut

kualitas

eksternal

dan

kualitas

internal.

Intinya

hanya

mempertanyakan perilaku orang lain tersebut dipengaruhi oleh faktor
eksternal atau faktor personal. Itulah “atribusi kausalitas”.
Kedua yaitu atribusi kejujuran, Robert A.Baron dan Don Byrne
yang

dikutip

Rahmat

(1998)

mengemukakan,

ketika

seseorang

memperlihatkan atribusi kejujuran maka ada dua hal yang harus diamati: (1)
sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat umum dan (2)

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari anda akibat pernyataan
anda. Makin besar jarak antara pribadi dengan pendapat umum maka kita
makin percaya bahwa dia jujur.
2.1.2 Komunikasi Inter per sonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua
atau beberapa orang, yaitu pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsung pula (Hardjana, 2003:85)
Dalam komunikasi interpersonal, komunikator relatif cukup
mengenal komunikan, dan sebaliknya pesan dikirim dan diterima secara
simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur. Demikian pula halnya
dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antar
pribadi komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan
komunikan relatif setara (Vardiansah, 2004:30-31).
Dalam komunikasi antar pribadi dapat dilihat adanya umpan balik
seketika karena proses komunikasinya dilakukan dengan bertatap muka,
sehingga dalam komunikasi antar pribadi ini juga harus diperhatikan
mengenai umpan balik yang akan terjadi, seperti yang telah dijelaskan
dalam teori Atribusi bahwa pihak yang memulai komunikasi antar pribadi
harus mempunyai kemampuan untuk memprediksi perilaku atau umpan
balik yang akan terjadi, karena kualitas dan komunikasi dapat dilihat dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

bagaimana proses yang terjadi dapat menimbulkan umpan balik yang positif
atau juga dapat juga disebut dalam istilah “how to communicate”.
Komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan
mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Karena
komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to
face). Dengan kata lain bahwa anda dengan komunikan bertatap muka,
maka terjadilah kontak pribadi (personal contact) pribadi anda menyentuh
pribadi komunikan. Ketika anda menyampaikan pesan maka umpan balik
berlangsung seketika (immediate feedback), anda mengetahui pada saat
tanggapan komunikan terhadap pesan yang anda lontarkan, ekspresi wajah
dan gaya bicara anda. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan
komunikan anda menyenangkan maka sudah tentu akan mempertahankan
gaya komunikasi anda. Jika tanggapan komunikan negatif maka anda harus
mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil (Effendy,
2003;62).
Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. DeVito
dalam bukunya “The Inter-Personal Communication Book” (DeVito,
1999:5) sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang
atau diantara sekelompok orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa
umpan balik seketika.
Berdasarkan definisi Devito itu, komunikasi antarpribadi dapat
berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua-duaan seperti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

suami-istri yang sedang bercakap-cakap. Pentingnya situasi komunikasi
antarpribadi karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.
Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya
interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi
ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.
Dalam proses komunikasi dialogis, nampak adanya upaya dari para pelaku
komunikasi untuk terjadinya rasa saling menghormati bukan disebabkan
status sosial ekonomi, melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masingmasing adalah manusia yang wajib, berhak, pantas dan wajar dihargai dan
dihormati sebagai manusia (Effendy, 2003:59-60).
Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication (1994)
menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif:
1. Perspektif Konvensional
Perspektif ini mendefinisikan komunikasi antar pribadi berdasarkan pada
unsur-unsur atau komponennya yaitu merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan diantara dua orang ataupun sekelompok kecil orang,
dengan berbagai efek dan umpan balik.
2. Perspektif Rasional
Menurut perspektif ini, komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai
komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan
jelas diantara mereka. Misalnya komunikasi antar pribadi yang mencakup
disini suami-istri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

3. Perspektif Pengembangan
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu
dari komunikasi yang bersifat interpersonal meningkat menjadi
komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya ada peningkatan
hubungan diantara para peserta komunikasi (Suyanto dan Cahyani,
1996;196-200).
2.1.3 Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)
Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan (Sunarto, 2006:1)
Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau
hubungan itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam
hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu partisipan
mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri, tingkatan sejauh
mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan. Dominasi bertemu dengan
dominasi atau kepatuhan dengan kepatuhan (Tubbs, Moss, 2006:26). Di sini
kita melihat bagaimana proses interaksi menciptakan struktur sistem.
Bagaimana orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan
yang mereka miliki.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Terdapat empat pola komunikasi antar suami dan istri menurut
Joseph A. Devito (2007:277-278) diantaranya :
1.

Pola keseimbangan
Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya,
tetapi ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada
hubungan yang penting. Komunikasi yang terjalin antara suami istri
sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. Tidak ada pemimpin ataupun
yang dipimpin, karena semua anggota kedudukannya sama.

2.

Pola keseimbangan terbalik
Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga
(suami-istri) mempunyai orientasi diatas daerah atau wewenang yang
berbeda. Masing-masing suami istri adalah sebagai pembuat keputusan
konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan
ancaman oleh si suami atau istri karena keduanya memiliki keahlian
sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya.
Dalam pola ini, suami dan istri memiliki keahlian masing-masing,
sehingga antara suami istri yang sedang mengalami masalah, tidak akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

saling meminta bantuan kepada pasangannya karena mereka mengerti
akan kemampuan dan keahlian pasangannya dalam menyelesaikan
konflik.
3.

Pola pemisah tidak seimbang
Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si suami atau
istri) mendominasi. Maka dari itu, satu orang ini secara teratur
mengendalikan hubungan dan hampir tidak pernah meminta pendapat
antara kedua belah pihak (si suami atau istri). Sedangkan anggota
keluarga (si suami atau istri) yang dikendalikan membiarkannya untuk
memenangkan argumentasi ataupun membuat keputusan.
Antara suami dan istri, ada salah satu pihak yang mendominasi, akan
tetapi antara suami dan istri tidak memonopoli proses komunikasi yang
terjadi. Mendominasi akan tetapi tetap memberikan kesempatan bagi
pasangannya untuk membuat keputusan. Dalam pola ini, kesenjangan
antara suami dan istri masih bisa diatasi, karena pasangan suami istri
masih menghormati dan menghargai pasangannya.

4.

Pola monopoli
Pola komunikasi keluarga monopoli ini, salah satu anggota keluarga
(bisa istri ataupun suami) tampak sebagai pemilik otoritas. Dalam
keluarga, hanya akan muncul sedikit argumen atau opini, karena semua
anggota keluarga tahu siapa yang memimpin dan siapa yang akan
menang argumennya. Konflik akan semakin pahit karena anggota
keluarga tidak terlatih untuk membuat sebuah penyelesaian konflik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.1.4 Pernikahan
Pernikahan menurut Nowan, adalah ungkapan iman, yaitu terjadi
persatuan dua tubuh dan pribadi yang berbeda, di dalamnya seseorang
menaruh makna dan kebahagiaan hidupnya di dalam diri seseorang lainnya
(Nowan, 2007:105).
Menurut Blood (1969), pernikahan itu sendiri merupakan sebuah
kesatuan peran elemen yang terikat di dalamnya saling berinteraksi dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Jika salah satu mengalami
hambatan atau tidak melaksanakan perannya maka akan terjadi ketimpangan
sehingga terkadang elemen lainnya harus menggantikan untuk menjalankan
peran tersebut. Jika istri sedang sakit, maka terkadang suami harus
menggantikannya mengurus anak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
Ketika suami istri berikrar untuk menikah, berarti masing-masing
mengikatkan diri pada pasangan hidup. Kebebasan sebagai individu
dikorbankan, pernikahan bukan sebuah titik akhir, tetapi sebuah perjalanan
panjang untuk mencapai tujuan yang disepakati berdua. Tiap pasangan
harus belajar mengenai kehidupan bersama dan harus menyiapkan mental
untuk menerima kelebihan sekaligus kekeurangan pasangannya dengan
kontrol diri yang baik.
Suami istri adalah dua insan yang berbeda dalam hampir segala
sifatnya. Sifat-sifat berbeda diantar keduanya sulit dipersatukan kecuali ada
kesadaran diri untuk saling memahami satu sama lain. Salah satu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

ketidakcocokan dalam keluarga khususnya suami istri disebabkan karena
adanya perbedaan pendapat yang memicu timbulnya konflik.
2.1.5 Penger tian Suami-Istri
Suami dapat diibaratkan sebagai tiang dalam keluarga karena suami
yang bertanggung jawab penuh kepada keluarga terutama istri. Suami harus
menghormati dan menghargai istrinya begitu juga sebaliknya. Sebagai
seorang suami, sudah seharusnya menjadi pendorong utama terhadap istri
dalam beribadah dan beragama. Seorang istri sejatinya menjadi pasangan
sumber kekuatan bagi suaminya untuk melaksanakan ibadah dan ritual yang
diajarkan agamanya.
Istri adalah perempuan yang harus menjadi pendamping dan
mendampingi suami dalam bahtera rumah tangganya. Istri harus mampu
menjadi sahabat dan kawan dalam suka maupun duka bagi suaminya.
Kewajiban dan tugas seorang istri adalah menjadi “psikologis” bagi
suaminya yang sedang resah, stress dan depresi dalam persaingan dan
kompetisi bisnis dan pekerjaan kantor. Begitu pentingnya fungsi istri
sebagai pendamping kebahagiaan suami ( Mohammad Monib dan Ahmad
Nurcholis, 2008:193-194).
2.1.6 Penger tian Anak
Anak merupakan satu individu yang berusia 6-12 tahun, yang masih
tinggal dengan orangtua yang masih lengkap ataupun salah satunya (ayah
atau ibu meninggal atau berpisah). Dalam satu rumah dan memiliki hubungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

darah secara langsung masih butuh perhatian lebih dari orangtua, karena pada
usia tersebut anak mengalami perubahan dalam hal berpikir, berperilaku, juga
meniru apa yang mereka lihat. Harus disadari bahwa pemikiran anak berbeda
dengan pemikiran orang dewasa. Untuk menjelaskan bagaimana anak tumbuh
berkembang dalam berpikir, berinteraksi dengan lingkungan fisik dan
sosialnya. Perkembangan anak dibagi dalam 3 tahap yaitu :
1. Tahap Sensorimotor (dari lahir hingga usia 2 tahun)
2. Tahap Pre-operational (usia 2-7 tahun)
3. Tahap Concrete Operation (usia 12 tahun)
Uraian singkat perkembangan anak diantaranya mengatakan bahwa
seiring bertambahnya usia, kemampuan berpikir dan daya imajinasi anak
akan semakin menonjol. Anak-anak semakin tidak mudah terpaku pada kesan
yang nampak, dan mampu mengkoordinasikan berbagai dimensi dan
fenomena.

Perkembangan

anak

menurut

psikologi

perkembangan

dikategorikan dalam 2 tahap yaitu masa kanak-kanak (2-6 tahun) dan akhir
masa kanak-kanak (6-12 tahun). Pada masa akhir anak-anak mempunyai sifat
sebagai berikut:
1. Sepanjang akhir anak-anak penambahan kosakata umum terjadi tidak
teratur. Dari berbagai pelajaran sekolah, bacaan, pembicaraan dengan
anak-anak dan usahanya melalui media massa.
2. Kesalahan kata-kata sedikit.
3. Meningkatnya komunikasi dengan anggota kelompoknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

4. Anak-anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok-pokok
pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya
mengenai pengalaman sendiri, keluarga dan permainan.
5. Pembicaraan yang terjadi lebih terkendali dan terseleksi.
6. Menggunakan televisi pada saat tidak bersama kelompoknya, pada hari
libur, dan malam hari.
2.1.7

Peranan Suami-Istri
Suami istri secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam
suatu keluarga. “Apakah peranan masing-masing” menurut (Dagun,
1990:46)
a.

b.

Peranan Suami :
1.

Sumber kekuasaan dasar identifikasi

2.

Penghubung dengan dunia luar

3.

Pelindung terhadap ancaman dari luar

4.

Pendidik segi rasional

Peranan Istri :
1.

Pemberi aman dan sumber kasih sayang

2.

Tempat mencurahkan isi hati

3.

Pengatur kehidupan rumah tangga

4.

Pembimbing kehidupan rumah tangga

5.

Pendidik segi emosional

6.

Penyimpan tradisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.1.8 Penger tian Budaya
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar,
berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut
budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,
tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi, semua itu
berdasarkan pola-pola budaya. Ada yang berbicara bahasa Sunda, memakan
ular, menghindari minuman keras terbuat dari anggur, menguburkan orang
mati, berbicara melalui telepon atau meluncurkan roket ke bulan. Ini semua
karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-kurangnya dibesarkan dalam
suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa yang mereka
lakukan, bagaimana mereka bertindak merupakan respon terhadap fungsifungsi budayanya. Porter & Samovar dalam (Mulyana dan Rahmat, 2006)
Budaya adalah suatu konsep membangkitkan minat. Secara formal
budaya

didefiniskan

sebagai

tatanan

pengetahuan,

pengalaman,

kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwaruskan dari generasi ke generasi
melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam
pola-pola bahasa dan bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku; gaya
berkomunikasi; objek materi, seperti rumah, alat dan mesin yang digunakan
dalam industri pertanian, jenis transportasi dan alat-alat perang.
Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana; budaya juga
berkenaan dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi
hidup kita. Budaya kita, secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam
kandungan. Hingga mati dan bahkan setelah mati, kita dikuburkan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya dipelajari tidak
diwariskan secara genetis, budaya juga berubah ketika orang-orang
berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Artinya, budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, oleh
karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara siapa, tentang apa, dan
bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut menentukan
orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisikondisinya untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan.
Sebenarnya, seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat tergantung pada
budaya kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan
komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beragam pula praktikpraktik komunikasi (Ahmad Sihabudin, 2011, 19).
2.1.8.1 Budaya jawa
Pada masyarakat Jawa sebagai kelanjutan dari adanya peristiwa
perkawinan, tmbul keluarga-batih atau kulawarga. Keluarga-batih dalam
masyarakat Jawa merupakan suatu kelompok sosial yang berdiri sendiri,
serta memegang peranan dalam proses sosialisasi anak-anak yang menjadi
anggotanya. Adapun kepala kulawarga disebut kepala somah. Ia bisa
seorang laki-laki, tetapi bisa juga seorang wanita, ialah kalau si suami
meninggal dunia. Bilamana ibu tidak ada lagi, maka diangkatnya sebagai
kepala somah baru dari salah seorang anak atas persetujuan lainnya. Untuk
hal ini diutamakan anak laiki-laki tertua. Bentuk kulawarga sempurna
terdiri dari suami, isteri dan anak-anak sedangkan kulawarga yang terdiri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

kurang dari itu adalah kulawarga yang tak lengkap (Koentjaraningrat,
2004:341).
2.1.9 Penger tian Keluar ga
Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu terdiri dari
suami,istri dan anak. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi
hubungan darah dan hubungan sosial. Dalam dimensi hubungan darah,
merupakan kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan
lainnya. Keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga
kecil.
Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan
satu kesatuan yang diikat adanya saling berhubungan atau interaksi dan
saling mempengaruhi, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan
darah (Djamarah, 2004;16).
Menurut Soelaeman, secara psikologis keluarga adalah sekumpulan
orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masingmasing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri
(Djamarah, 2004;17).
Menurut

Mulyono

(1984,26)

keluarga

merupakan

wadah

pembentukan pribadi anggota keluarga terutama untuk anak-anak yang
sedang mengalami pertumbuhan fisik dan rohani. Dengan demikian
kedudukan keluarga sangat fundamental dan mempunyai peranan yang vital

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

bagi pendidikan seseorang. Lingkungan keluarga, secara potensial dapat
membentuk pribadi anak atau seseorang untuk hidup secara lebih
bertanggung jawab (Mulyono, 1984;26).
2.1.9.1 Fungsi Keluarga
Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota yang ada didalamnya
memiliki tugas masing-masing. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan
dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Jadi fungsi keluarga
adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan didalam atau diluar
keluarga. Adapun fungsi-fungsi pokok dalam keluarga antara lain
(Khairudin, 2002:48) :
1. Fungsi Biologik
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik
orang tua adalah melahirkan anak, fungsi ini merupakan kelangsungan
hidup masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan,
karena keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit.
Kecenderungan kepada jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor:
a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota.
b. Makin sulitnya fasilitas perumahan.
c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses
material keluarga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya
kemesraan keluarga.
e. Meningkatnya taraf pendidikan perempuan berakibat berkurangnya
fertilitanya.
f. Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak
anak.
g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja diluar rumah.
h. Makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
2. Fungsi Afeksi
Dalam keluarga terjadi hubungan

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak).

0 0 92

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecemburuan untuk Mempertahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya).

0 0 81

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan Di Bawah 5 Tahun ).

4 21 92

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Antara Suami Istri yang Menikah Siri Tentang Hak Waris).

0 0 78

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI BEKERJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri Bekerja Dalam Mengasuh Anak Pada Masyarakat Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar).

0 0 15

POLA KOMUNIKASI ANTARA SUAMI ISTRI YANG MENIKAH SIRI (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Antara Suami Istri yang Menikah Siri Tentang Hak Waris)

0 0 15

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan Di Bawah 5 Tahun )

0 0 14

POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI YANG HAMIL TERLEBIH DAHULU DI KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Suami Istri yang Hamil Terlebih Dahulu dalam Mengatasi Kecemburuan untuk Mempertahankan Rumah Tangganya di Kota Surabaya)

0 0 20

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR

0 0 19

POLA KOMUNIKASI ISTRI YANG BEKERJA SUAMI MENGANGGUR (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Istri yang Bekerja Suami Menganggur dalam Pengasuhan Anak)

0 0 19