Prospek Lulusan Perguruan Tinggi.

o Sen;n
,17

~"':~O

2
18

KOMPAS
.

o Selasa o Rabu
4

3
19

5

20


6

7

21

22

Jan 0 Peb o Mar OApr

Kamls

8

23

OM?;

9


.~4

OJun

@

0

25

OJul

11

-

o Sabtu

Jumat


12

26

0 Ags

~

0

13

.

27

14
28

Sep OOkt


PENDIDIKAN

Prospek L~llS~

Pei~an

Tin~

Berkumpulnya sejumlah pemuda mengikuti tadarus
AIQuran menjadi suatu kebanggaan, tetapi juga menyisakan pertanyaan. Dengan menghampiri beberapa pemuda, sebagian besar dari mereka ternyata lulusan per- .
guruan tinggi, dari tahun lulus 2005 sampai yang diwisuda pada tahun 2009. Pemuda tersebut sedang menanti
lowongan kerja pada masing-masing keahliannya.

.

Oleh OONG KOMAR

S


.

ungguh ironis, di satu sisi dalam kondisikrisisbangsa,pemeril1tah semestinya memanggil partisipasi aktif para cendekiawan lulusan perguruan tinggi tersebut. Di lain sisi,persediaan
lulusan perguruan tinggi ternyata
tidak terserap lapangan keIja.
Bahkan, lulusan perguruan tinggi
mengalir liar di luar bidang keahliannya sehingga usaha keras masyarakat berpartisipasi menyukseskan perluasan kesempatan
pendidikan menjadi sia-sia.
Aspirasi masyarakat terhadap
pendidikan yang terus meningkat
menjadikan laju pertumbuhan
lulusan perguruan tinggi ikut meningkat sehingga jurnlah persediaan tenaga keIja lulusan perguruan tinggi mengalami peningkatan. Bahkan, jumlah lulusan
perguruan tinggi bidang keahlian
ilmu sosial dan kependidik~ meningkat tajam.
Jurnlah persediaan yang sudah
sangat tinggi dapat berakibat buruk terhadap penyediaan keahlian
ini,yaitu program keahlian ini perlu melakukan kajian kesesuaian
lulusan yang dihasilkan dengan
tuntutan lapangan keIjanya.
Tiga fenomena

Persediaan tenagakeIjalulusan
perguruan tinggi yang besar memiliki keuntungan dan kerugian.
Di satu sisi,hal itu dapat menguntungkan andaikata didayagunakan
secara efisien dalam sistem pro-

duksi.Di sisi lain, hal itu dapat menimbulkan masalah, bahkan lebih
rurnit bilatirnbul gejolakkerawanan sosial dan politik andaikata tidak didayagunakan menurut karakteristik lapangan keIja yang
tersedia.
Akar masalah peningkatan
persediaan lulusan perguruan
tinggi ditengarai oleh tiga
fenomena. Pertama, keberhasilan perluasan
kesempatan pendidikan, yaitu kesempatan perluasan
pendidikan beIjaIan lebih progresif,
sementara
perluasan lapangan keIja sektor
modern beIjalan
lamban. Bahkan,
pengaruh kredensialisme pendidikan, terutama keinginan melanjutkan
pendidikan, menunjukkan antusiasme yang besar. Meskipun antusiasme sejumlahmasyarakat

kurang didasarkan perhitungan rasional, terkadang melanjutkan pendidikan berdasarkan spekulasi.
Contoh, motivasi masyarakat
memilih sekolah umum (SMA)
dengan satu harapan, kredensial
(ijazah) sekolah umum memiliki
peluang l~bih besar untuk memasuki dunia keIja di sektor formal.

.

-----..-K Ii pin y Hum Q.. U n p Qd 2 0 0 9'
---

----

~;nggu

15
29

~

16

30

31

0 Nov. 0 Des

Meskipun ternyata mengalami
kondisi tidak mendapat lapangan
kerja, sikap masyarakat justru
memilih melanjutkan ke perguruan tinggi. Harapannya, dengan
kredensial perguruan tinggi, lapangan kerja menjadi lebih mudah terserap. Akibatnya, saat ini
terjadi kondisi persediaan tenaga
kerja terdidik dengan jumlah
yang cukup besar.
Ke~ua, pemerintah kurang
mampu meningkatkan sektor
ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja. Upaya
pemerintah

menaikkan
pertumbuhan ekonomi
dan melakukan investasi sektor modern dan
meningkatkan volume ekspor belum
cukup
untuk
menyerap
jum-

ekonomi informal.
Akibatnya, tidak terjadi pergeseran secara sistemik dari struktur
tenaga kerja sistem subsistensi
dan tradisional ke sistem industrialisasi dan modern. Bahkan,
adanya ketimpangan struktur tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga
kerja luIusan perguruan tinggi
yang cukup besar, tidak seimbang
dan selaras dengan perluasan investasi sektormodern.

KARTIKA


lah persediaan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi.
Selain itu, di satu sisi sistem
ekonomi subsistensi juga tidak
menekankan suntikan alih teknologi. Di sisi lain, investasi dalam
sistem ekonomi modern pun berjalan lambat, bahkan cenderung
membiarkan tumbuhnya kegiatan

Padahal, variabel
perluasan lapangan
kerja terutama !lisebabkan pemerintah
berhasil meningkatkan
pertumbuhan
sektor ekonomi makrooPeluang memasuki
lapangan kerja pun
banyak
ditentukan
oleh kesesuaian antara keahlian seseorang
dan tuntutan karakteristik lapangan kerja.
Ternyata peluang kerja itu
mengutamakan relevansi keahlian

dengan tuntutan karakteristik lapangan kerja dan bukan sematamata ditentukan apakah seseorang lulus pendidikan tinggi.
Ketiga, terjadi masa transisi

proses transformasi struktur tenaga kerja dari subsistensi dan tradisional ke sektor industrialisasi dan
modern. Kegiatan dalam ekonomi
modern mensyaratkan cara kerja,
cara berpikir, cara bertindak, dan
sikap pekerja berbeda dengan
yang dilakukan tenaga kerja di sektor subsistensi.
Cerdasmemilih
Oleh karena itu, persediaan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi (termasuk yang akan lulus) perlu perubahan orientasi sesuai dengan karakteristik struktur ekonomi tersebut.
Paling tidak, lulusan perguruan
tinggi menunjukkan pertama, perubahan sikap mengenai konsepsi
wawasan manusia sebagai sumber
produktivitas. Kedua, kemampuan memainkan peranan dalam sistern produksi dengan menganggap
faktor modal,teknologi,dan faktor
produksi lain sebagai penunjang
produktivitas. Ketiga, berkemampuan sebagai penggerak seluruh
faktor produksi secara kreatif, yaitu menCiptakan bentuk-bentuk
inovasiproduksi.
Menanggapi kondisi seperti
ini, masyarakat perlu cerdas memilih pendidikan tinggi. Karakteristik lapangan kerja saat ini cenderung berorientasi pada kebutuhan lebih banyak lulusan perguruan tinggi profesional daripada akademisi. Masyarakat yang
telanjur lulus perguruan tinggi
akademisi dapat menempuh keahlian khusus untuk memiliki
sertifikat kerja melalui pendidikan nonformal.
Namun, pemerintah mesti
memfasilitasi kehadiran berbagai
pusat latihan kerjajalur pendidikan nonformal. Ada baiknya pusat
latihan kerja tersebut dikoordinasikan oleh program studi pendidikan nonformal.

OONG KOMAR

Dosen Pascasmjana
UniversitasPendidikan
Indonesia