Hubungan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha pada lulusan perguruan tinggi di Bali
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA LULUSAN PERGURUAN TINGGI DI BALI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Psikologi
Oleh
I Kadek Pratama Putra NIM 109114155
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang Masalah ... 1
Rumusan Masalah ... 6
Tujuan Penelitian ... 6
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kemandirian ... 8
1. Pengertian Kemandirian ... 8
2. Aspek-aspek Kemandirian... 9
(10)
B. Motivasi berwirausaha ... 15
C. Dinamika Hubungan Antara Kemandirian dan Motivasi Berwirausaha... Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 27
C. Definisi Operasional ... 27
D. Subjek Penelitian ... 29
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 29
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... 29
G. Metode Analisis Data ... 29
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 36
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 36
C. Deskripsi Data Penelitian ... 37
D. Analisis Data Penelitian ... 38
E. Pembahasan ... 42
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Keterbatasan Penelitian ... 44
C. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46 LAMPIRAN
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pengangguran masih menjadi masalah yang terjadi di Indonesia. Pengangguran terjadi disebabkan karena perbandingan jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru di segala pendidikan (Saiman, 2009). Dalam survey yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2013, jumlah pengangguran yang terdapat di Indonesia yaitu sebanyak 7,39 juta penduduk yang menunjukan tingkat pengangguran di Indonesia masih relatif tinggi.
Bertambahnya lulusan perguruan tinggi di Indonesia menandakan bahwa semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pendidikan. Namun pada kenyataannya masih banyak lulusan perguruan tinggi yang menjadi pengangguran. Berdasarkan data statistik dari BPS (2015), jumlah pengangguran pada Februari 2014 sejumlah 398.298 lulusan dan pada Februari 2015 sejumlah 565.402 lulusan. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa adanya peningkatan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi sejumlah 167.104 lulusan. Hal ini menjadi ironis karena lulusan perguruan tinggi yang seharusnya bisa membantu pemerintah dalam memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan bangsa justru ikut mengantri melamar kerja dan bersaing dengan mereka yang bukan lulusan perguruan tinggi, padahal menurut
(12)
pasal 4 ayat b UU RI nomor 12 tahun 2012 yang mengatur tentang perguruan tinggi menyebutkan bahwa perguruan tinggi berfungsi untuk mengembangkan lulusan yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma (Dikti, 2015).
Fenomena tersebut menunjukan bahwa lulusan perguruan tinggi hanya berpikir untuk mencari pekerjaan (job seeker minded) dan bukan menciptakan lapangan pekerjaan (job creater minded), padahal lapangan pekerjaan yang menampung lulusan perguruan tinggi sangat terbatas (Widayati, 2015). Misalnya ujian masuk calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Pemerintahan provinsi Bali yang selalu ramai, pada tahun 2014 sebanyak 5.028 peserta mengikuti ujian CPNS. Hanya 149 peserta dari jumlah tersebut yang nantinya akan di terima sebagai PNS dan sisanya kemungkinan akan menunggu lowongan pekerjaan lain dan selama itu mereka akan menganggur (Tribun Bali, 2014).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perekonomian di Bali pada tahun 2014 tumbuh 6,72 persen lebih tinggi dibanding tahun 2013 sebesar 6,69 persen (BPS Bali, 2015). Dari data tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan perekonomian di Bali. Meningkatnya perekonomian di Bali ternyata tidak mendukung pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di Bali. Dari hasil survey BPS (2015), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau persentase jumlah penganggguran terhadap jumlah angkatan kerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Provinsi Bali pada tahun 2014 yang meliputi lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA, lulusan SMK, dan lulusan
(13)
Perguruan Tinggi mengalami peningkatan sebesar 3,13 persen pada periode bulan Februari 2014 yakni dari 11,98 persen hingga Agustus 2014 menjadi 15,11 persen. Dari jumlah tersebut, lulusan Perguruan Tinggi merupakan lulusan yang memiliki pengangguran terbesar yakni sebanyak 5,97 persen (BPS, 2015).
Menurut Hendro (2011), pengangguran pada lulusan perguruan tinggi khususnya di Bali sebenarnya dapat diperkecil dengan cara berwirausaha. Wirausaha didefinisikan sebagai seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan yang signifikan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan beberapa sumber daya sehingga sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan (Hendro, 2011). Wirausaha juga merupakan salah satu pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai kebebasan untuk berkarya sendiri. Menurut Priyanto (2008), pada dasarnya pembentukan jiwa berwirausaha dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri wirausaha yang berupa sifat-sifat personal, sikap, dan motivasi diri. Faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang wirausahawan yang berupa unsur dari lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi, dan lain-lain. Apabila seseorang mempunyai motivasi serta siap untuk berwirausaha, berarti seseorang itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan tidak perlu mengandalkan orang lain maupun perusahaan lain untuk mendapatkan pekerjaan lagi (Rano, 2012).
(14)
Hendro (2011) juga menambahkan bila satu orang lulusan perguruan tinggi menjadi wirausaha, kemungkinan mereka akan mencari temannya sebagai
partner dan karyawan. Jika jumlah lulusan yang menjadi wirausaha adalah 10 persen, maka yang akan bergabung dengannya bisa mencapai 20 persen (satu
partner dan satu karyawan). Dengan demikian jumlah pencari kerja angkatan tahun tersebut otomatis akan berkurang sebanyak 30 persen. Jika saja sebagian lulusan perguruan tinggi memiliki motivasi sama maka wirausaha bisa menjadi alternatif untuk mengurangi tingkat pengangguran yang saat ini cukup tinggi terjadi di Bali.
Berdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari 2016, peneliti mewawancarai sebanyak 19 subjek yang merupakan lulusan perguruan tinggi di Bali dengan metode wawancara semi terstruktur. Sebanyak 5 subjek dari jumlah tersebut memiliki motivasi untuk berwirausaha. Sedangkan, sebanyak 14 subjek lainnya memiliki keinginan untuk bekerja di suatu instansi atau perusahaan. Secara garis besar subjek mengatakan bahwa mereka lebih merasa nyaman dan aman bekerja di suatu instansi atau perusahaan karena mereka lebih memiliki kepastian penghasilan yang tetap setiap bulannya. Dari hasil tersebut menujukkan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Bali kurang memiliki minat berwirausaha.
Menurut Dewi (2012), motivasi dapat dijelaskan sebagai serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu hal yang tidak tampak dan memberikan kekuatan untuk mendorong
(15)
individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Apabila individu termotivasi, maka individu akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu karena dapat memuaskan keinginannya (Dewi, 2012). Berdasarkan fenomena yang ada, dapat dilihat bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi di Bali kurang memiliki adanya motivasi untuk berwirausaha. Para lulusan perguruan tinggi di Bali memang memiliki motivasi yang positif, namun motivasi mereka lebih cenderung untuk bekerja di suatu instansi atau perusahaan.
Menurut Saiman (2015) kemandirian harus menjadi panduan dalam berwirausaha. Mandiri dalam banyak hal adalah kunci penting agar seseorang dapat menghindarkan ketergantungan dari pihak-pihak atau para pemangku kepentingan atas usahanya. Menurut Nashori (1999) kemandirian merupakan salah satu ciri kualitas hidup manusia yang mempunyai peran penting bagi kesuksesan hidup bangsa maupun individu. Menurut penelitian yang dilakukan Pradnya (2007) menjelaskan bahwa remaja akhir atau lulusan perguruan tinggi memiliki kemandirian yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja awal. Namun pada kenyataannya masih banyak lulusan perguruan tinggi yang masih bergantung pada orang tuanya terutama secara finansial yang terlihat dari minimnya lulusan perguruan tinggi di Bali yang mau berwirausaha atau bekerja secara mandiri guna memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan fenomena banyaknya pengangguran dari lulusan perguruan tinggi di Bali yang tidak sesuai dengan kemajuan perekonomian di Bali dan rendahnya kemandirian serta motivasi berwirausaha pada lulusan perguruan tinggi di Bali yang memiliki potensi besar untuk berwirausaha maka
(16)
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “hubungan antara kemandirian dengan motivasi berwirausaha pada lulusan perguruan tinggi di Bali”.
B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha pada lulusan Perguruan Tinggi di Bali.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha pada lulusan Perguruan Tinggi di Bali.
D.MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam pengembangan ilmu Psikologi Industri dan Organisasi mengenai kaitan antara Kemandirian dan Motivasi Berwirausaha khususnya pada lulusan Perguruan Tinggi di Bali dan juga menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
(17)
2. Manfaat Praktis 2.1Bagi mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan bahan evaluasi bagi mahasiswa khususnya mengenai hubungan kemandirian dengan motivasi berwirausaha.
(18)
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Menurut Musdalifah (2007) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku seorang diri. Kemandirian seseorang ditunjukkan dengan tingkah laku yang sesuai dengan keinginannya, mengambil keputusan sendiri, dan mampu mempertanggung jawabkan tingkah lakunya sendiri. Berdasarkan teori tersebut, maka kemandirian memiliki tiga ciri yaitu kemampuan individu untuk bertingkah laku sesuai keinginannya, mengambil keputusan dan bertanggung jawab terhadap tindakannya.
Menurut Shaffer (2002) kemandirian merupakan kemampuan untuk membuat keputusan dan menjadikan dirinya sumber kekuatan emosi diri sehingga tidak bergantung kepada orang lain dan untuk mencapai kemandirian berarti membebaskan diri dari ikatan orang lain agar dapat mengembangkan identias dirinya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku seorang diri, mampu membuat keputusan sendiri sehingga mampu membuatnya tidak bergantung pada orang lain.
(19)
2. Aspek-aspek Kemandirian
Menurut Lamman (dalam Fatimah, 2006) menyatakan bahwa kemandirian merupakan suatu kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Terdapat tujuh aspek perwujudan kemandirian seseorang, yaitu :
a. Kebebasan
Lamman (dalam Fatimah, 2006) menyatakan bahwa kemandirian seseorang dapat dilihat melalui kebebasannya dalam membuat keputusan, tidak merasa cemas, takut ataupun malu bila keputusan yang diambil tidak sesuai dengan pilihan atau keyakinan orang lain. Kebebasan membantu seseorang mengembangkan potensi diri dan mencapai tujuan hidupnya.
b. Inisiatif
Inisiatif merupakan suatu ide yang diwujudkan kedalam bentuk tingkah laku atau tindakan. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kemampuannya untuk mengemukakan ide, pendapat dan mempertahankan sikapnya
c. Kepercayaan diri
Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu mengerjakan sesuatu hal dengan baik. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk berani
menentukan pilihan, percaya bahwa diri mampu untuk
(20)
sesuatu dengan baik. Seseorang yang mandiri mampu untuk melaksanakan segala sesuatu atas kemampuannya sendiri.
d. Tanggung jawab
Perwujudan kemandirian dapat dilihat dalam tanggung jawab seseorang untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, menunjukkan loyalitas dan memiliki kemampuan untuk membedakan atau memisahkan antara kehidupan dirinya dengan kehidupan orang lain di lingkungannya.
e. Ketegasan diri
Ketegasan diri menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam keberanian seseorang untuk mempertahankan pendapat atau prinsipnya, meskipun pendapatnya berbeda dari orang lain. f. Pengambilan keputusan
Dalam kehidupan, setiap orang selalu diharapkan pada berbagai pilihan yang memaksanya untuk mengambil keputusan. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kemampuan seseorang untuk menemukan akar masalah, mengevaluasi segala kemungkinan di dalam mengatasi masalah dan berbagai tantangan serta kesulitan lainnya tanpa harus mendapat bantuan dari orang lain. g. Kontrol diri
Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, baik dengan mengubah tingkah laku, tanpa
(21)
pengaruh dari orang lain. Melalui aspek ini dapat dilihat kemandirian aspek emosi seseorang yaitu dalam kemampuannya untuk menguasai konflik-konflik dalam dirinya.
Menurut Steinberg (1995) kemandirian adalah bagian dari pencapaian otonomi individu. Pencapaian kemandirian pada individu melibatkan tiga aspek, yaitu :
a. Aspek emotional autonomy
Aspek kemandirian diri ini berkaitan dengan perubahan hubungan individu khususnya dengan orangtua.
b. Aspek behavioral autonomy
Aspek kemandirian diri ini berkaitan dengan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan keputusan tersebut.
c. Aspek value autonomy
Aspek kemandirian diri ini berkaitan dengan seperangkat prinsip-prinsip yang berkaitan dengan hal yang benar dan salah serta hal penting dan tidak penting
Dalam penelitian ini akan digunakan aspek kebebasan, inisiatif, kepercayaan diri, ketegasan diri, pengambilan keputusan,
kontrol diri, dan tanggung jawab. Aspek emotional
autonomy,behavioral autonomy, dan value autonomy tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena memiliki pengertian yang sama dengan tujuh aspek diatas.
(22)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemandirian
Menurut Muhamad Ali dan Muhamad Asrori (dalam Widayati, 2015) kemandirian diri bukan semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir. Seperti halnya aspek psikologis lain, dalam perkembangannya kemandirian diri dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu: a. Gen atau keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki kemandirian diri tinggi seringkali menurun kepada anak, sehingga anak juga memiliki kemandirian diri tinggi. Namun faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan, ada yang berpendapat bahwa bukan sifat kemandirian orang tua yang menurun. Penyebab tingginya kemandirian anak adalah cara orang tua dalam mendidik anaknya.
b. Sistem pendidikan
Sistem pendidikan yang tidak mengembangkan demokratisasi dan banyak menekankan sanksi atau hukuman dapat menghambat
kemandirian. Sistem pendidikan yang dapat memperlancar
perkembangan kemandirian adalah pendidikan yang menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward serta penciptaan kompetisi positif.
c. Sistem kehidupan di masyarakat
Kehidupan masyarakat yang dapat menghambat kemandirian adalah kehidupan masyarakat yang menekankan pentingnya hirarki struktur sosial, mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi
(23)
individu, sedangkan kehidupan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi individu, serta tidak terlalu menekankan hirarki struktur sosial akan mendorong perkembangan kemandirian seseorang. Menurut Hurlock (dalam Nasution, 2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu :
a. Pola asuh orangtua
Orangtua yang memiliki nilai budaya yang terbaik dalam memperlakukan anaknya adalah dengan cara yang demokratis, karena pola ini orangtua memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anaknya, terutama sekali yang berhubungan dengan studi dan pergaulan, baik itu dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sekolah.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin membedakan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan ini mengunggulkan laki-laki karena laki-laki dituntut untuk berkepribadian maskulin, dominan, agresif dan aktif. Dibandingkan pada anak perempuan yang memiliki ciri kepribadian yang khas yaitu pola kepribadian yang feminim, pasif dan kepatuhan serta ketergantungan.
c. Urutan kelahiran dalam keluarga
Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai mengendalikan diri, cemas takut gagal dan pasif jika dibandingkan dengan saudaranya. Anak tengah lebih ekstrovert dan
(24)
kurang mempunyai dorongan, akan tetapi mereka memiliki pendirian, sedangkan anak bungsu adalah anak yang sangat di sayang oleh orang tua.
d. Ukuran keluarga
Pada setiap keluarga dapat dijumpai ukuran keluarga yang berbeda-beda. Ada keluarga besar dengan jumlah anak lebih dari enam orang, keluarga ukuran sedang dengan jumlah anak empat sampai lima orang dan keluarga kecil dengan jumlah anak satu sampai tiga orang anak. Adanya perbedaan ukuran keluarga ini dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif pada hubungan anak dengan orangtua maupun hubungan anak dengan saudaranya. Biasanya dampak negatif paling banyak dirasakan oleh keluarga yang mempunyai ukuran besar karena dengan keluarga besar berarti orangtua harus membagi perhatiannya pada setiap anaknya dengan adil yang terkadang sering terabaikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemandirian diri adalah gen, pola asuh orang tua, sistem pendidikan, sistem kehidupan di masyarakat, jenis kelamin, urutan kelahiran, dan ukuran keluarga.
B. Motivasi Berwirausaha 1. Pengertian Motivasi
Dalam bahasa Inggris istilah motivasi disebut motivation yang mana berasal dari kata movere yang berarti “menggerakkan”. Proses
(25)
“menggerakkan” ini mengindikasikan adanya dorongan atau daya untuk berpindah (Steers & Porter, 1975). Dengan adanya dorongan termaksud, individu dimungkinkan mampu untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Lawler (1973) menyatakan bahwa motivasi merupakan perilaku yang terkontrol dari dalam diri. Pencapaian tujuan ini, dilakukan dengan pengontrolan perilaku. Pengontrolan perilaku tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan usaha yang disadari dalam rangka menggerakkan, mengarahkan dan menjaga perilaku (Zainal, 1984).
Maslow (dalam Suryana, 2013) mengemukakan bahwa motivasi individu terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan suatu daya atau dorongan untuk bertindak yang berasal dari dalam diri individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan daya atau dorongan untuk bertindak yang berasal dari luar diri individu.
2. Pengertian Wirausaha
Menurut Drucker (dalam Suryana, 2006) wirausaha adalah kemampuan untuk menciptakan sesutu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Selain itu, Saiman (2015) menyatakan bahwa berwirausaha adalah proses dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang atau jasa.
(26)
Menurut Kristanto (2009) wirausaha adalah ilmu, seni maupun perilaku, sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata. Pengertian tersebut mengandung maksud bahwa berwirausaha bukan hanya sebatas gagasan saja tetapi gagasan yang selanjutnya bisa direalisasikan dalam kehidupan nyata.
Menurut Instruksi Presiden RI No.4 Tahun 1995 (dalam Basrowi, 2011) dijelaskan bahwa: “Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan lebih besar”. Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut maka berwirausaha lebih mengarah pada kemampuan individu dalam menangani usaha demi memperoleh keuntungan yang besar.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa wirausaha merupakan kemampuan seseorang yang kreatif dan inovatif dalam rangka memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat kewajaran dan waktu.
3. Pengertian Motivasi Berwirausaha
Motivasi berwirausaha menurut Aldino (2011) adalah suatu keadaan dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas tertentu guna
(27)
mencapai tujuan usahanya. Berdasarkan pengertian tersebut maka individu yang memiliki motivasi berwirausaha memungkinkan individu mencapai sukses dalam usahanya.
Dwi (2012) mengemukakan motivasi berwirausaha adalah dorongan teknis yang sangat kuat dalam diri individu untuk mempersiapkan diri dalam bekerja, memiliki kesadaran bahwa wirausaha berkaitan dalam dirinya, sehingga individu memberikan perhatian dan senang melakukan kegiatan berwirausaha dengan penuh percaya diri, berorientasi pada masa depan, disertai dengan hasrat untuk berprestasi pada bidangnya berdasarkan kemampuan, kekuatan, dam keterampilan yang dimilikinya serta perencanaan yang tepat.
Menurut Fahmi (2013), motivasi berwirausaha merupakan dorongan yang tinggi pada diri seseorang yang dapat mengubah hidupnya dari tidak memiliki usaha menjadi memiliki usaha dan siap menghadapi resiko.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi berwirausaha adalah dorongan kuat yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai usahanya sehingga dapat mengubah hidupnya dari tidak memiliki usaha menjadi memiliki suatu usaha.
(28)
4. Aspek-aspek Motivasi Berwirausaha
Menurut Winardi (dalam Suryana, 2013), teori terpenting tentang motivasi berwirausaha disajikan pada tahun 1960 oleh David McClelland, yang menemukan fakta bahwa orang yang memiliki motivasi untuk berwirausaha, memiliki kebutuhan yang tinggi untuk meraih prestasi.
Kemudian oleh David McClelland (dalam Suryana, 2013)
mengelompokkan kebutuhan dalam motivasi berwirausaha menjadi tiga, yakni :
a. Need for achievement (n’Ach)
Merupakan suatu bentuk tindakan yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumnya. Indikator dari kebutuhan tersebut adalah dorongan untuk lebih unggul, dorongan untuk memperoleh kesetaraan, dan dorongan untuk meraih keberhasilan.
b. Need for Power (n’Pow)
Merupakan hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan, dan menguasai, dalam hal ini kekuasaan tersebut merupakan kekuasaan yang di disosialisasikan, mencakup (a) digunakan untuk kepentingan kelompok, (b) perumusan tujuan menguntungkan kelompok, (c) memberi jalan memecahkan masalah untuk kebaikan bersama, (d) sebagai katalisator (Santoso, 2010). Ciri umumnya adalah senang bersaing, cenderung lebih berorientasi pada status, dan ingin mempengaruhi orang lain.
(29)
c. Need for Affiliation (n’Aff)
Merupakan hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Seseorang yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerja sama daripada persaingan dan saling pengertian. 5. Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha
Winardi (dalam Suryana, 2013) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang memotivasi individu untuk menjadi seorang wirausaha, yaitu :
a. Faktor Ekonomi
Motivasi berwirausaha pada intinya didorong oleh perubahan ekonomi, maka faktor-faktor yang memajukan pertumbuhan dan
pengembangan ekonomi juga akan mempengaruhi motivasi
berwirausaha.
b. Faktor Non Ekonomi
Faktor non ekonomi yang mempengaruhi motivasi berwirausaha adalah adanya perbedaan kultur dan sosial pada tiap orang
c. Faktor Mobilitas Sosial
Faktor mobilitas sosial mempengaruhi motivasi berwirausaha yang
disebabkan oleh adanya pembagian-pembagian sosial dalam
melaksanakan fungsi perekonomian, seperti misalnya seseorang yang memiliki orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan menjadi seorang wirausahawan juga.
(30)
Tak berbeda jauh dengan uraian diatas, Hafiza, dkk (2005) mengemukakan bahwa faktor yang memotivasi individu untuk berwirausaha ada dua, yaitu :
a. Kebebasan
Mereka yang memiliki motivasi berwirausaha tidak ingin bekerja untuk siapapun dan mereka bebas untuk mengatur jam kerjanya sendiri.
b. Uang
Uang merupakan alasan seseorang yang memiliki motivasi berwirausaha karena mereka bebas menentukan seberapa besar uang yang ingin mereka dapatkan.
Selain faktor diatas, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berwirausaha yang terdapat dalam model Theory of Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen (dalam Menara, 2013) yakni: kemandirian, tantangan ekonomi, kesadaran diri, kepercayaan diri, keamanan dan beban kerja, menghindari tanggung jawab, dan karir sosial.
C. Hubungan antara Kemandirian dan Motivasi Berwirausaha pada Lulusan Perguruan Tinggi di Bali
Banyaknya pengangguran di Bali khususnya pengangguran lulusan perguruan tinggi memberikan dampak buruk baik bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Untuk mengurangi jumlah pengangguran tersebut, lulusan perguran tinggi dapat mengolah dan mengembangkan potensi atau sumber daya yang terdapat di Bali salah satunya dengan cara berwirausaha.
(31)
Dengan berwirausaha mendorong pengangguran dari lulusan perguruan tinggi untuk bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya sendiri.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Heni (1999) mengemukakan bahwa sikap mandiri akan mendorong individu untuk belajar bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya kemandirian maka individu akan lebih bisa mempertanggung jawabkan tindakan yang telah dilakukannya. Dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa dengan melihat kemandirian individu maka akan dapat menilai minat individu terhadap berwirausaha. Jika individu memiliki minat yang tinggi terhadap berwirausaha maka motivasinya untuk berwirausaha pun akan tinggi. Menurut Dwi (2012) motivasi berwirausaha adalah dorongan teknis yang sangat kuat dalam diri individu untuk mempersiapkan diri dalam bekerja, memiliki kesadaran bahwa wirausaha bersangkut paut dalam dirinya, sehingga individu memberikan perhatian dan senang dengan kegiatan berwirausaha secara mandiri, percaya diri, berorientasi pada masa depan, disertai dengan hasrat untuk berprestasi di bidangnya berdasarkan kemampuan, kekuatan, dan ketrampilan yang dimilikinya.
Kemandirian merupakan faktor penting yang mempengaruhi motivasi berwirausaha pada pengangguran lulusan perguruan tinggi di Bali. Individu yang memiliki sikap mandiri mempunyai tingkat ketergantungan yang relatif rendah sehingga lebih memiliki motivasi berwirausaha dan keberanian untuk berwirausaha hingga mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan juga orang lain (Widayati, 2015).
(32)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan bahwa pengangguran lulusan perguruan tinggi yang memiliki kemandirian diri tinggi akan cenderung memiliki motivasi berwirausaha yang tinggi sehingga dapat diambil kesimpulan sementara bahwa ada hubungan antara kemandirian diri dengan motivasi berwirausaha pada lulusan perguruan tinggi di Bali.
(33)
D. Paradigma Penelitian
Kemandirian
Tinggi
- Kebebasan
- Inisiatif - Percaya diri
- Bertanggung jawab
- Tegas dalam
menentukan keputusan
- Berani mengambil
keputusan sendiri - Kontrol diri
Motivasi berwirausaha tinggi Motivasi berwirausaha rendah
Rendah
- Ketergantungan
- Pasif
- Pesimis
- Tidak bertanggung
jawab
- Tidak
bersungguh-sungguh
- Mudah terpengaruhi
- Ragu-ragu
- Dorongan untuk lebih unggul - Dorongan untuk mendapat hal
yang diingingkan
- Mampu mempengaruhi orang lain
- Memiliki hasrat untuk berhubungan lebih dekat secara antarpersonal
- Merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini
- Tidak menyukai tantangan
- Terpengaruhi oleh orang lain
(34)
E. Hipotesis
Berlandaskan teori yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan suatu hipotesis untuk penelitian ini, sebagai berikut: Ada hubungan positif antara kemandirian dan motivasi berwirausaha pada lulusan Perguruan Tinggi di Bali. Semakin positif kemandirian maka semakin tinggi motivasi berwirausaha.
(35)
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Noor (2011) studi korelasional adalah penelitian yang mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi variabel lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian korelasional adalah mengetahui hubungan antar variabel.
B. Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Kemandirian
2. Variabel terikat : Motivasi Berwirausaha
C. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional variabel penelitian terdiri dari: 1. Kemandirian
kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku seorang diri, mampu membuat keputusan sendiri sehingga mampu membuatnya tidak bergantung pada orang lain.
(36)
Aspek kemandirian pada lulusan perguruan tinggi di Bali, antara lain : Aspek kebebasan, Aspek inisiatif, Aspek kepercayaan diri, Aspek tanggung jawab, Aspek ketegasan diri, Aspek pengambilan keputusan dan Aspek kontrol diri.
Tinggi rendahnya kemandirian pada lulusan perguruan tinggi di Bali diperoleh dari skor total jawaban subjek pada skala kemandirian. Skor total yang tinggi menunjukkan tingginya kemandirian pada lulusan perguruan tinggi dan skor total yang rendah akan menunjukkan rendahnya kemandirian lulusan perguruan tinggi.
2. Motivasi Berwirausaha
Motivasi berwirausaha adalah keadaan dalam diri individu yang mendorong individu untuk siap menjalani usaha yang diinginkan dengan hasrat berprestasi serta berani mengambil resiko sehingga tercipta peluang yang memiliki nilai tinggi terhadap usahanya di masa mendatang. Aspek-aspek dari motivasi berwirausaha antara lain, Need for Achievement (N’Ach), Need for Power (N’Pow), Need for Affiliation (N’Aff).
Nilai skor total yang tinggi menunjukkan adanya motivasi berwirausaha yang tinggi, sedangkan nilai skor yang rendah menunjukkan adanya motivasi berwirausaha yang rendah.
(37)
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah lulusan perguruan tinggi di Bali. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
convenience sampling. Teknik convenience sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan sesuai dengan kebutuhan peneliti yang bersedia menjadi responden untuk dijadikan sampel (Siregar, 2013).
E. Metode Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Terdapat dua skala yang akan digunakan yaitu skala Kemandirian dan skala Motivasi Berwirausaha. Item-item yang ada di dalam skala tersebut terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.
Skala Likert yang akan digunakan terdiri dari empat kategori jawaban yang diberikan yaitu “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Setuju”, dan “Sangat Setuju. Peneliti tidak memberikan kategori jawaban “Netral” atau “Ragu-ragu” karena dapat memiliki arti ganda yang menunjukkan bahwa subjek belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban (Hadi, 1991).
Kedua skala tersebut akan dibagikan kepada subjek penelitian dalam satu eksemplar, masing-masing terdiri dari skala kemandirian dan skala motivasi berwirausaha. Skala kemandirian selanjutnya disebut bagian 1 dan
(38)
skala motivasi berwirausaha selanjutnya disebut bagian 2. Blue print skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 1
Distribusi Item Skala Kemandirian (Sebelum diujicobakan)
No Aspek Komponen Item Total Presentase
Favorable Unfavorable
1. Kebebasan 42,20,33,46 24,48,47,53 8 14,28%
2. Inisiatif 6,55,26,28 9,34,54,3 8 14,28%
3. Kepercayaan Diri 30,18,31,37 2,15,16,5 8 14,28%
4. Tanggung Jawab 41,44,4,32 38,43,52,29 8 14,28%
5. Ketegasan Diri 12,7,1,10 50,27,45,11 8 14,28%
6. Pengambilan
Keputusan 22,39,13,19 8,25,36,56 8
14,28%
7. Kontrol Diri 40,49,51,23 17,21,14,35 8 14,28%
Total 28 28 56 100%
Tabel 2
Distribusi Item Motivasi Berwirausaha (sebelum diujicobakan)
No Aspek Komponen Item Total Presentase
Favorable Unfavorable
1. Need for
Achievement
37, 52, 4, 22, 23, 49, 39,
36, 13
9, 29, 34, 2, 17,
8, 26, 25, 47 18 33,33%
2. Need for
Power
27, 38, 19, 44, 14, 18, 5,
24, 1
21, 43, 15, 32, 20, 16, 30, 33,
12
18
33,33%
3. Need for
Affiliation
40, 28, 10, 3, 7, 31, 35, 54,
53
46, 48, 11, 41,
50, 42, 6, 52, 45 18
33,33%
(39)
Penilaian favorable bergerak dari empat sampai dengan satu, sedangkan penilaian unfavorable bergerak dari satu sampai dengan empat. Nilai total masing-masing komponen akan menggambarkan derajat kemandirian dan motivasi berwirausaha pada lulusan perguruan tinggi di Denpasar, Bali.
Tabel. 3
Sistem Skoring untuk Pernyataan Favorable
Respon Skor
SS S TS STS 4 3 2 1 Tabel. 4
Sistem Skoring untuk Pernyataan Unfavorable
Respon Skor
SS S TS STS 1 2 3 4
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data 1. Validitas
Validitas dikonsepkan sejauh mana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur. Dalam validitas, akan terlihat apa yang sesungguhnya diukur oleh suatu tes dan seberapa cermat hasil pengukurannya apabila menggunakan analisis yang tepat.
(40)
Pada dasarnya validitas isi diperoleh melalui penilaian seorang pakar atau ahli terhadap kesesuaian antara bagian-bagian tes dan konstruk yang diukur (Supraktiknya, 2014). Pengujian validitas isi di dalam penelitian ini dialkukan oleh profesional juddgement dalam hal ini oleh dosen pembimbing skripsi.
2. Seleksi Item
Seleksi item bertujuan memilih item-item dengan parameter yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam final tes (Supratiknya, 2014). Seleksi item dalam penelitian ini menggunakan parameter daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara subjek atau kelompok subjek yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Item yang berdaya beda tinggi merupakan item yang dapat membedakan subjek yang bersikap positif dan subjek yang bersikap negatif (Azwar, 2009).
Azwar (2009) menyatakan bahwa semakin mendekati 1,00 maka semakin tinggi daya beda item. Sebaliknya, jika koefisien korelasi semakin mendekati -1,00 maka daya beda item semakin rendah atau dapat dikatakan bahwa item tersebut dianggap sangat buruk dan tidak cocok dengan fungsi alat ukur sehingga harus digugurkan.
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total, digunakan batasan ≥ 0,25. Semua item yang mencapai koefisien minimal 0,25 daya pembedanya dianggap memuaskan. Sebaliknya, jika item
(41)
memiliki koefisien kurang dari 0,25 maka item tersebut dinyatakan tidak sahih dan harus digugurkan.
Item yang sudah diuji-cobakan dapat dilihat pada tabel 5 yakni tabel distribusi item skala kemandirian dan tabel 6 yakni distribusi item skala motivasi berwirausaha. Berdasarkan seleksi item yang mengacu pada koefisien korelasi item total, maka sebanyak 37 item pada skala kemandirian dinyatakan gugur dan sebanyak 15 item pada skala motivasi berwirausaha juga dinyatakan gugur yang ditandai dengan angka yang dicetak tebal. Item-item tersebut dinyatakan gugur karena memiliki korelasi item total (
r
ix) dibawah 0,25. Untuk mendapatkan keseimbangan distribusi item, peneliti menggugurkan 5 item pada skala kemandirian yang memiliki nilai terendah dan 3 item pada skala motivasi berwirausaha yang ditandai dengan angka yang dicetak tebal, miring dan di garis bawah.Tabel 5
Distribusi Item Skala Kemandirian (Setelah Analisis dan Seleksi Item)
No Aspek Komponen Item Total
Favorable Unfavorable
1. Kebebasan 42,20 48,47,53 2
2. Inisiatif 6 9,54,3 2
3. Kepercayaan Diri 30,31,37 2,15,16,5 2
4. Tanggung Jawab 41,44,32 43,52 2
5. Ketegasan Diri 10 27,45,11 2
6. Pengambilan Keputusan 22,39 25,56 2
7. Kontrol Diri 40,49,51,23 21,14,35 2
(42)
Tabel 6
Distribusi Item Motivasi Berwirausaha (Setelah Analisis dan Seleksi Item)
No Aspek Komponen Item Total
Favorable Unfavorable
1. Need for
Achievement
37, 51, 4, 22, 23, 49, 39, 36, 13
9, 34, 2, 17, 26, 25,
47 12
2. Need for Power 27, 38, 44, 14, 18,
5, 24, 1
21, 43, 15, 32, 20,
30, 33, 12 12
3. Need for
Affiliation
40, 28, 10, 3, 7, 31, 35, 54, 53
46, 48, 11, 41, 50,
42, 6, 52, 45 12
Total 36
3. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala tertentu (Saworno, 2006). Menurut Noor (2011) alat ukur dikatakan konsisten apabila ketika alat ukur tersebut digunakan berulang kali, alat ukur tersebut menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi yang sama pula.
Reliabilitas dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach pada SPSS (Noor, 2011). Skala dapat dinyatakan reliabel karena nilai koefisien Alpha Cronbach (α) dianggap
baik apabila memiliki nilai di atas 0,30 (Noor, 2011). Reliabilitas tersebut dinyatakan dengan koefisien (rxx) yang berada pada rentang 0-1,00. Reliabilitas dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai minimal rix = 0,900 (Azwar, 1999).
Pada penelitian ini reliabilitas diukur dengan melihat koefisien
(43)
Alpha Cronbach dan didapat hasil (α) = 0,842. Selanjutnya, skala motivasi
berwirausaha di dapat hasil (α) = 0,872. G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak (Noor, 2011). Dalam penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS versi 22.0. uji normalitas dikatakan memiliki sebaran yang normal apabila p> 0,05.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas (kemandirian diri) dan variabel terikat (motivasi berwirusaha) memiliki hubungan linier atau tidak. Uji linieritas ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi. Perhitungan uji linieritas pada penelitian ini menggunakan metode analisis berbasis SPSS for windows 22.0 version. Dua variabel ini dikatakan memiliki hubungan yang linier bila signifikansi p < 0,05. Dengan metode ini maka akan mempermudah dalam menganalisis data yang telah ada.
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS versi 22.0 dengan tingkat signifikansi p>0,05. Jika nilai sig p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak namun jika nilai sig p < 0,05 maka hipotesis penelitian
(44)
diterima (Santoso, 2010). Selain itu koefisien korelasi (r) di dalam uji hipotesis memiliki rentang nilai dari -1 hingga +1. Uji hipotesis akan dilakukan menggunakan korelasi Product Moment Pearson untuk menguji hipotesis yang telah dijabarkan terkait hubungan antara variabel kemandirian dengan motivasi berwirausaha apabila data yang dihasilkan normal. Jika data yang dihasilkan tidak normal, maka uji hipotesis akan dilakukan menggunakan Spearman Rho karena teknik tersebut tidak mensyaratkan normalitas data (Santoso, 2010).
(45)
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai. Uji coba terpakai adalah uji coba yang hasilnya sekaligus digunakan sebagai data penelitian (Hadi, 2005). Uji coba terpakai dipilih karena keterbatasan waktu dan biaya. Hadi (2005) mengungkapkan bahwa uji coba terpakai memiliki resiko yaitu jumlah item yang gugur dan tidak dapat digantikan dengan item baru. Namun, hal ini dapat diatasi dengan penyusunan item dalam jumlah yang banyak. Peneliti menyusun 56 item yang mewakili tujuh aspek kemandirian dan 54 item yang mewakili tiga aspek motivasi berwirausaha.
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Mei 2016 sampai dengan 31 Mei 2016 di Denpasar, Bali. Subjek penelitian berjumlah 100 lulusan diploma dan sarjana dari berbagai universitas di Bali baik perempuan maupun laki-laki. Subjek diminta untuk mengisi kuisioner skala hubungan motivasi berwirausaha dan kemandirian. Dari 100 skala yang di sebar, semua skala kembali kepada peneliti sesuai dengan kriteria yang diminta.
B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini merupakan lulusan dari berbagai universitas di Bali. Jumlah subjek yang digunakan adalah sebanyak 100 lulusan laki-laki dan perempuan dengan gelar diploma dan sarjana.
(46)
Tabel 7
Usia Jumlah
Laki-laki Perempuan
20-25 tahun 35 orang 47 orang
25-30 tahun 5 orang 13 orang
> 30 tahun - -
total 40 orang 60 orang
C. DESKRIPSI DATA PENELITIAN
Deskripsi data penelitian bersisi mean empirik dan mean teoritik yang dimiliki oleh tiap kelompok.
Tabel 8
Mean Teoritis, Mean Empiris, Standar Deviasi Data Penelitian Alat Ukur Mean
Teoritis
Mean Empiris
Standar
Deviasi Sig Kemandirian 35 32,27 5,752 0,000
Motivasi
Berwirausaha 90 94,13 10,402 0,000
Dari hasil uji one sample t-test pada variabel kemandirian, diperoleh
sig sebesar 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antar mean teoritik dan mean empirik. Perbedaan skor mean teoritis yang lebih tinggi daripada mean empirik pada variabel kemandirian (35 > 32,27) menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki kemandirian yang rendah. Pada motivasi berwirausaha diperoleh sig sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empirik. Perbedaan skor mean teoritik yang lebih rendah daripada mean empirik pada variabel
(47)
motivasi bewirausaha (90 < 94,13) menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki motivasi berwirausaha yang tinggi.
D. ANALISIS DATA PENELITIAN 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas Tabel 9
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistc df Sig. Statistc df Sig.
Motivasi Berwirausa ha
,186 100 ,000 ,809 100 ,000
Kemandiri
an ,132 100 ,000 ,941 100 ,000
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 9, dapat dilihat pada kolom Kolmogrov-Smirnov bahwa nilai signifikansi pada varibel motivasi berwirausaha sebesar 0,000 yang artinya bahwa sebaran data tidak normal karena sig < 0,05. Sedangkan nilai signifikansi variabel kemandirian sebesar 0,000 yang artinya bahwa pada variabel tersebut memiliki sebaran data yang tidak normal karena nilai sig < 0,05. Dalam penelitian ini, sebaran data yang tidak normal disebabkan oleh jumlah subjek yang kurang mewakili jumlah populasi yang ekstrim.
(48)
Grafik 1
Pada grafik 1, terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritik dan mean empirik. Perbedaan skor mean empirik yang lebih tinggi daripada mean teoritik pada variabel motivasi berwirausaha (94,13 > 90) menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki motivasi berwirausaha yang tinggi.
(49)
Grafik 2
Pada grafik 2, terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
teoritik dan mean empirik. Perbedaan skor mean empirik yang lebih rendah daripada mean teoritik pada variabel kemandirian (32,27 < 35) menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki kemandirian yang rendah.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variabel yang hendak diuji memiliki hubungan secara linier. Pengujian ini dapat menunjukkan besarnya penyimpangan pola distribusi data antar variabel. Uji linieritas dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitas f dengan taraf signifikansi yaitu 0,05. Apabila signifikansi p < 0,05 maka data cenderung linier.
(50)
Tabel 10
F Sig.
Motivasi Berwirausaha *
Kemandirian
Between Groups
(Combined)
2,719 ,000
Linearity 21,204 ,000
Deviation from
Linearity 1,979 ,013
Within Groups
Total
Berdasarkan data pada tabel 10, diketahui nilai taraf signifikansi dari kedua variabel adalah 0,000 (<0,05). Dapat disimpulkan bahwa pola distribusi data kedua variabel cenderung linier.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kemandirian dan motivasi berwirausaha. Semakin positif kemandirian yang dimiliki semakin tinggi tingkat motivasi berwirausaha.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji korrelasi Spearman Rho dengan taraf signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima, sedangkan apabila signifikansi > 0,05 hipotesis di tolak
(51)
Tabel 11 Correlations Kemandirian Motivasi Berwirausaha Spearman's rho
Kemandirian Correlation Coefficient
1,000 ,228*
Sig.
(1-tailed) ,011
N 100 100
Motivasi Berwirausaha
Correlation Coefficient
,228* 1,000
Sig.
(1-tailed) ,011
N 100 100
Tabel 12
Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 11, diperoleh nilai signifikansi sebesar p=0,011 (<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang positif. Selain itu, bila dilihat dari tabel 12, nilai
(52)
koefisien korelasi pada variabel kemandirian dan motivasi berwirausaha rendah, yakni 0,228. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan rendah antara kemandirian dan motivasi berwirausaha.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha. Berdasarkan hasil uji hipotesis kemandirian dan motivasi berwirahusaha mengunakan Spearman diperoleh p=0,011 (<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,228. Apabila nilai Sig. < 0,05 maka hipotesis diterima, sebaliknya apabila nilai Sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemandirian dan motivasi berwirausaha.
Dari hasil uji one sample t-test pada variabel kemandirian, hasil menunjukkan bahwa skor mean empirik lebih kecil daripada skor mean teoritik (32,27 < 35). Hal ini berarti bahwa subjek memiliki kemandirian yang rendah. Menurut Muhamad Ali dan Muhamad Asrosri (dalam Widaati, 2015) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian dalam penelitian ini adalah sistem kehidupan di masyarakat yang menekankan pentingnya hirarki struktur sosial dan kurang menghargai manifestasi potensi individu. Hal ini di dukung oleh Tantra (2011) sebagai pemerhati sosial-agama IKIPN Singaraja Bali, rendahnya kemandirian dapat terjadi karena adanya pengaruh nilai-nilai modern yang lebih mementingkan status sosial dan materi. Pengejaran status menyebabkan muculnya mental bangsawan atau gengsi sehingga mulai adanya
(53)
status pekerjaan kasar dan pekerjaan halus. Hal ini menyebabkan masyarakat bali mulai memilih-milih pekerjaan. Masyarakat Bali yang lebih mementingkan status sosial tinggi menyebabkan seseorang lulusan perguruan tinggi kurang berminat untuk berwirausaha dan lebih berminat bekerja di kantor. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bahwa para lulusan perguruan tinggi di Bali sangat bergantung pada perusahaan-perusahaan atau instansi untuk mencari dan melamar pekerjaan. Hal ini dikarenakan mereka lebih merasa nyaman dan aman bekerja di suatu instansi atau perusahaan karena lebih memiliki kepastian penghasilan yang tetap setiap bulannya dan adanya jenjang karir yang dapat mempengaruhi status sosialnya.
Rendahnya kemadirian pada lulusan perguruan tinggi di Bali memberikan dampak pada motivasi berwirahusaha. Hal ini dukung oleh pernyataan Fishbein dan Ajzen (dalam Menara, 2013) bahwa motivasi berwirausaha dipengaruhi oleh faktor kemandirian, tatangan ekonomi, kesadaran diri, kepercayaan diri, keamanann dan beban kerja, menghindari tanggung jawab, dan karir sosial. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa lulusan perguruan tinggi di Bali yang kurang memiliki motivasi untuk
berwirausaha. Mereka mengatakan bahwa untuk menjadi seorang
wirausahawan memerlukan tidak sedikit biaya, yang mana dalam pikiran mereka biaya tersebut dapat diperoleh dengan cara bekerja di suatu perusahaan atau instansi terlebih dahulu. Hal tersebut menunjukkan bahwa biaya atau modal yang diperlukan untuk berwirausaha merupakan masalah yang umum
(54)
terjadi pada seseorang yang ingin memulai berwirausaha (Karl Vesper dalam Winardi, 2004).
(55)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh nilai signifikansi sebesar p=0,011 (<0,05), disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Selain itu, nilai koefisien korelasi kedua variabel kemandirian dan motivasi berwirausaha sebesar 0,228 yang menunjukkan bahwa korelasi antara variabel kemandirian dan motivasi berwirausaha. Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian dan motivasi berwirausaha.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari penelitian ini masih banyak memiliki keterbatasan. Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak adanya identifikasi terkait hal rentang waktu subjek menganggur. Selain itu, alat ukur dalam penelitian ini perlu diperhatikan karena memiliki keterbatasan pada item-item dari masing-masing variabel masih banyak yang gugur. Hal ini dikarenakan peneliti tidak melakukan try out pada sample penelitian dan menggunakan try out terpakai dalam proses pengambilan data. Selain itu, sampel kurang mencerminkan populasi sehingga tidak bisa untuk mengeneralisasi.
C. Saran
Berdasarkan proses penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
(56)
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa kemandirian yang rendah dan motivasi berwirausaha pada lulusan perguruan tinggi di Bali yang tinggi. Hal tersebut sebaiknya dirubah oleh lulusan perguruan tinggi di Bali. Selain itu, lulusan perguruan tinggi diharapkan untuk melihat potensi-potensi yang dapat dikembangkan dalam berwirausaha sehingga tidak tergantung pada lowongan pekerjaan di suatu perusahaan atau instansi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian ini disarankan untuk memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian ini sampel yang kurang mewakili populasi dan lebih mempertajam atau memperkecil cakupan subjek penelitian.
(57)
Aldino, dkk. 2011. Pengaruh Motivasi, Self Efficacy dan Locus of Control (LOC) Terhadap Minat Berwirausaha (Studi pada Siswa SMK Kota Padang). Skripsi : Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Azwar, Saiffudin. 1999. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saiffudin. 2009. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Basrowi. 2011. Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia. BPS provinsi Bali. 2014. Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Bali. 75/11/51/Th. VIII, 5
November 2014.
BPS provinsi Bali. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Bali Tahun 2014. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015.
Dewi. 2012. Pengaruh Pengalaman Pendidikan Kewirausahaan dan Ketrampilan Kejuruan Terhadap Motivasi Berwirausaha Pada Siswa. Jurnal pendidikan Vokasi, 01(01), 163. Dikti. 2015. Peraturan-Perundangan. Dikti.go.id/peraturan-perundangan/ .
Dwi, Istikhomah. 2012. Hubungan Antara Kematangan Vokasional Dengan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa SMK. Jurnal Psikologi. Universitas Muhammadyah Surakarta. Hlm.216-223.
Fahmi, Irham, S.E., M.Si. 2013. Kewirausahaan Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung : CV.Alfabeta
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Hadi S. 2005. Aplikasi Ilmu Statistika di Fakultas Psikologi. Anima, Indonesian Psychological Journal, 20 (3), 203-229.
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan Panduan Bagi Mahasiswa Untuk Mengenal dan
Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta : Erlangga.
Heni Widayati. 1999. Hubungan Antara Sikap Kreatif dan Sikap Mandiri Dengan Minat Berwiraswasta Pada Siswa Kelas III SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 1998/1999. Skripsi : FIP IKIP Yogyakarta.
Kristanto Heru. 2009. Kewirausahaan Entepreneurship Pendekatan Manajemen dan Praktek. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Lawler, E. E., dan Porter, W. L. 1973. Motivation in Work Organization. California: Brooks/Cole.
Masrun, dkk. 1986. Studi Mengenai Kemandiriani Ditiga Suku Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Kantor KLH : Fakultas Psikologi UGM.
(58)
Vol. 4.
Nashori, F. 1999. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kemandirian Pada Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi. No.8 Th. IV. Yogyakarta : UII.
Nasution R.M. 2012. Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Kemandirian Diri Pada Remaja di Sumatera Utara. Skripsi : Universitas Sumatera Utara.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Peneitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Pradnya Patriana. 2007. Hubungan Antara Kemandirian Diri Dengan Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat Pada Mahasiswa di Semarang. Skripsi : Fakultas Psikologi UNDIP.
Priyanto S.H. 2008. Di Dalam Jiwa Ada Jiwa : The Backbone and the Social Construction of Enterpreneurships. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Kristen Satya Wacana.
Rano, Putra Aditia. 2012. Faktor-faktor Penentu Minat Mahasiswa Manajemen Untuk Berwirausaha. Jurnal manajemen, 01(01), 2-3.
Riani, Asri Laksmi. 2005. Dasar-dasar Kewirausahaan. Surakarta : UNS Press.
Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan : Teori, Praktik, dan Kasus-kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Santoso, Agung. 2010. Statistik Untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Saworno, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Shaffer, D.R. 2002. Development Psychology: childhood&adolescence. Sixth Edition USA: Wadsworth/Thomson learning, Inc.
Siregar. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual dan SPSS. Jakarta : Kencana.
Steers, R. M., dan Porter, L. W. 1975. Motivation and Work Behavior. New York: McGraw-Hill, Inc.
Steinberg, Laurence. 1995. Adolescene San Fransisco : McGraw-Hill Inc.
Supraktiknya, Agustinus. 2014. Pengukuran Psikologis. Yogyakarta : Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Suryana. 2006. Memahami Karakteristik Kewirausahaan. Jakarta : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
(59)
Tantra, D. K. 2011. Benarkah Etos Kerja Orang Bali Menurun?. Balipost. Senin, 25 April 2011
Widayati, Vivie. 2015. Hubungan Antara Kemandirian Diri Dengan Motivasi Berwirausaha Mahasiswa Anggota UKM KOPMA UNY. Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta. Zainal, A. 1984. Motivasi dan Perlakuan Kerja dalam Organisasi. Jurnal Ilmu Masyarakat, 6:
(60)
(61)
LAMPIRAN SKALA
KEMANDIRIAN DAN
SKALA MOTIVASI
BERWIRAUSAHA
(62)
Lembar Penjelasan dan Pernyataan Kesediaan
Yth. Saudara/i Di tempat
Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah. Saya membutuhkan sejumlah data yang dapat saya peroleh dengan adanya kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner ini.
Informasi yang saudara/i berikan akan menjadi infromasi yang berharga apabila saudara/i memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini. saudara/i diharapkan untuk menjawab dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri saudara/i. Saya juga dapat menjamin kerahasiaan jawaban dari saudara/i.
Jika saudara/i bersedia untuk mengisi angket ini, saya harapkan saudara/i mengisi data diri di bawah ini sesuai dengan diri saudara/i.
Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki/perempuan*
Pendidikan akhir :
Pekerjaan : sudah bekerja/belum bekerja*
(63)
Petunjuk pengisian :
Berikut terdapat pernyataan-pernyataan yang berisi gambaran mengenai pandangan Anda ketika menghadapi pekerjaan. Anda diharapkan untuk membaca dan memahammi masing-masing pernyataan dengan baik. Anda diminta unuk mengemukakan apakah pernyataan-prnyataan tersebut sesuai dengan kondisi diri Anda saat ini, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang tersedia, yaitu :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Contoh :
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya selalu memeriksa keadaan
kendaraan saya sebelum
mengendarainya.
X
Pada contoh diatas, terdapat pernyataan “Saya selalu memeriksa keadaan kendaraan saya sebelum mengendarainya.” Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi Anda saat ini, maka anda dapat memberi tanda silang (X) pada kolom S (Setuju).
Apabila anda ingin mengganti jawaban yang sudah Anda isi dengan jawaban lain, silahkan memberikan dua garis (=) pada tanda silang (X) yang sudah Anda tulis, lalu berikan tanda silang (X) pada jawaban yang lebih sesuai dengan kondisi Anda.
(64)
1. Saya selalu memeriksa keadaan
kendaraan saya sebelum
mengendarainya.
X
Setiap orang memiliki jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang dianggap salah. Karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri Anda. Terdapat dua skala yang akan dibagi menjadi dua bagian dalam kuesioner ini.
Jika Anda sudah jelas dengan petunjuk pengisian, silahkan melanjutkan ke halaman selanjutnya dan mulai mengisi pernyataan-pernyataan dengan jawaban yang sesuai dengan diri Anda. Terima kasih dan selamat mengerjakan !
(65)
(66)
44 Skala A.
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan diri Anda !
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya yakin dapat mempengaruhi orang lain untuk berwirausaha.
2. Saya enggan melanjutkan usaha saya
apabila muncul kesulitan yang
tampaknya tidak mungkin saya hadapi. 3. Bekerja sama dengan orang lain dapat
membantu saya mengembangkan
wirausaha saya.
4. Saya selalu berusaha maksimal dalam
melakukan pekerjaan apapun
keadaannya.
5. Saya mengajak teman saya untuk
menjadi wirausaha.
6. Kritik dan saran hanya akan
menjatuhkan minat saya dalam
berwirausaha.
7. Bekerja sama dengan orang yang
berpengalaman dalam berwirausaha
membantu saya meningkatkan
kemampuan saya.
8. Saya memilih untuk menjalin mitra dengan wirausahawan yang lebih berpengalaman dibanding saya.
9. Persaingan dalam pekerjaan membuat saya menjadi lebih mudah menyerah.
(67)
keuntungan bagi saya dalam berwirausaha.
11. Banyaknya relasi yang saya miliki hanya akan menghambat usaha yang saya jalankan.
12. Saya ragu untuk mengajak orang lain berwirausaha.
13. Saya senang mencari informasi tentang strategi berwirausaha agar memiliki bekal saya menjadi wirausaha yang sukses.
14. Menjadi wirausahawan membuat saya menjadi lebih bangga akan diri saya sendiri.
15. Teman saya pasti lebih sukses
berwirausaha dibanding dengan saya. 16. Tidak ada yang bisa saya banggakan
bila saya berwirausaha.
17. Saya merasa cukup dengan strategi berrwirausaha saya saat ini.
18. Wirausaha menjanjikan saya sebuah perubahan kehidupan yang lebih baik. 19. Saya pasti bisa menjadi lebih sukses
dalam berwirausaha dibandingkan
teman saya.
20. Tidak ada yang bisa saya banggakan bila saya menjadi seorang wirausaha. 21. Persaingan dalam dunia wirausaha
(68)
berwirausaha.
22. Saya siap menghadapi tantangan untuk berwirausaha meskipun sangat sulit dan memiliki kemungkinan berhasil yang kecil.
23. Saya berusaha mencari ide dan strategi baru dalam dunia wirausaha.
24. Saya menjanjikan keuntungan yang besar kepada orang yang mau bekerja sama dengan saya.
25. Saya menjadi berkecil hati bila mengobrol dengan wirausahawan yang telah sukses.
26. Saya enggan untuk mengikuti seminar wirausaha karena membuat saya takut untuk melangkah kedepan.
27. Persaingan dalam dunia wirausaha semakin membuat saya tertarik untuk mengembangkan wirausaha.
28. Relasi merupakan hal penting dalam
berwirausaha untuk mencapai
kesuksesan.
29. Pekerjaan yang saya kerjakan lebih lambat daripada teman saya.
30. Saya berwirausaha karena ajakan dari teman saya.
31. Saya yakin bisa menjadi pengusaha sukses dengan bekerja sama.
32. Wirausaha hanya akan membuat
(69)
kacau.
33. Keuntungan dari orang lain lebih besar daripada keuntungan yang bisa saya janjikan.
34. Saya hanya akan menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan kemampuan saya.
35. Saya mau menerima kritik dan saran agar saya mampu menjadi wirausaha sukses.
36. Saat saya mengobrol dengan orang yang telah mahir berwirausaha, saya
menjadi lebih termotivasi untuk
berwirausaha.
37. Persaingan membuat saya lebih terpacu dalam bekerja.
38. Menjadi wirausaha membuat saya menjadi lebih tertantang untuk sukses. 39. Saya seringkali mengikuti seminar
wirausaha supaya saya segera sukses.
40. Saya berwirausaha karena saya
mendapat banyak teman dan relasi. 41. Bekerja sama dengan orang lain hanya
akan mengganggu saya dalam
berwirausaha.
42. Saya mampu sukses dengan
kemampuan saya sendiri.
43. Saya berwirausaha hanya ikut dengan teman saya.
(70)
mampu meningkatkan perekonomian keluarga saya..
45. Masukan dari orang lain tidak akan mengubah pandangan saya dalam
mewujudkan keinginan saya
berwirausaha.
46. Wirausaha hanya akan menciptakan persaingan yang tidak sehat.
47. Saya menghindari mencari informasi tentang strategi berwirausaha karena membuat saya pesimis untuk terjun sebagai wirausaha.
48. Dalam berwirausaha, kemampuan diri
sendiri merupakan sebuah kunci
sukses.
49. Bagi saya, tidak ada bedanya ketika menjalin mitra wirausaha dengan pemula atau yang telah berpengalaman. 50. Bekerja sama dengan orang yang berpengalaman dalam berwirausaha hanya membuang waktu saja.
51. Saya selalu bekerja lebih cepat dan tepat dibanding teman saya.
52. Saya akan tetap pada pendirian saya dalam membuat keputusan.
53. Saya akan mempertimbangkan bila ada masukan yang membantu saya untuk
mewujudkan keinginan saya
berwirausaha.
(71)
mempertimbangkan pendapat orang lain dalam mengambil keputusan. Skala B.
Beri tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan diri Anda !
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya bersabar dan menerima pendapat yang diberikan orang lain.
2. Saya tidak yakin dengan kemampuan saya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
3. Saya sering kesulitan dalam
menyelesaikan masalah karena tidak dapat menemukan penyelesaian yang tepat.
4. Saya akan mematuhi peraturan yang telah disepakati bersama.
5. Saya sangat membutuhkan orang lain dalam menentukan jalan hidup saya. 6. Saya aktif memberikan pendapat ketika
berdiskusi dalam kelompok.
7. Saya mampu mempertahankan
pendapat yang saya anggap benar walaupun di cela orang lain.
8. Saya sering bingung saat mengambil sebuah keputusan.
9. Saya malu mengemukakan pendapat
saat berdiskusi dalam kelompok. 10. Saya akan menerima dan mengoreksi
(72)
11. Saya kesulitan menahan amarah ketika ada orang lain yang menyalahkan pendapat saya
12. Saya selalu berusaha memperjuangkan pendapat saya saat berdiskusi.
13. Saya mampu merealisasikan semua keputusan yang saya buat dengan baik. 14. Saya sering gugup bekerja di tempat
yang baru.
15. Saya sering merasa lelah dengan tugas yang diberikan kepada saya.
16. Saya menunggu keputusan bersama dalam memutuskan suatu hal .
17. Saya mengalami kesulitan untuk
beradaptasi di lingkungan baru.
18. Saya yakin dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
19. Saya selalu yakin bahwa saya mampu membuat suatu keputusan sendiri. 20. Saya mengikuti organisasi yang saya
minati.
21. Saya akan menjaga jarak bila bertemu dengan orang yang baru saya kenal. 22. Saat gagal saya akan mengintropeksi
diri untuk mengambil langkah
berikutnya.
23. Saya sangat senang berkenalan dengan orang baru.
(73)
24. Ketika melakukan sesuatu pekerjaan, saya menunggu perintah dari orang lain.
25. Saya kesulitan menyelesaikan masalah karena tidak tahu harus dari mana saya memulai.
26. Saya dapat mewujudkan ide saya dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan.
27. Saya sering ragu dengan pendapat saya ketika orang lain mengkritik.
28. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan sulit karena telah memikirkan ide penyelesaian terbaik sebelumnya. 29. Saya hanya akan menemui teman saya
bila membutuhkan saja.
30. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik berdasarkan kemampuan saya sendiri.
31. Melakukan setiap kegiatan dengan pilihan sendiri.
32. Saya selalu setia kepada teman atau kerabat saya.
33. Saya dapat membuat keputusan
meskipun orang lain tidak setuju. 34. Saya takut pendapat yang saya berikan
tidak dapat diterima oleh orang lain. 35. Saya akan berkenalan dengan orang
baru bila orang tersebut memulai perkenalan terlebih dahulu.
(74)
36. Saya hanya menjalani apa yang menjadi keputusan orang lain.
37. Saya tidak takut untuk menentukan jalan hidup saya sendiri.
38. Saya ragu dapat bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah saya lakukan. 39. Saya mampu menyelesaikan masalah
sulit karena memahami akar
masalahnya.
40. saya adalah orang yang mudah beradaptasi di lingkungan baru.
41. Saya berani bertanggung jawab atas apa yang telah saya kerjakan.
42. Saya mengerjakan suatu pekerjaan berdasarkan keinginan sendiri.
43. Saya takut untuk menanggung resiko dari kesalahan yang saya buat.
44. Saya akan bertanggung jawab bila melakukan kesalahan.
45. Saya tidak senang pendapat saya di kritik dan saya akan berdebat dengan orang tersebut.
46. Saya yakin dapat menjalankan
keputusan saya meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan pilihan orang lain. 47. Saya takut bila keputusan yang saya
buat tidak sesuai dengan keinginan orang lain.
(75)
48. Saya berkuliah di perguruan tinggi atas pilihan orang tua.
49. Saya mudah bergaul dengan orang baru.
50. Saya sering mengubah pendapat saya karena saya ragu.
51. Saya sangat percaya diri saat bekerja di tempat baru.
52. Saya sering melanggar peraturan demi kebaikan diri saya.
53. Saya merasa ragu untuk menjalankan keputusan saya karena tidak sesuai dengan pilihan orang lain.
54. Saya ragu apakah saya mampu mewujudkan ide saya ke dalam pekerjaan.
55. Saya berani untuk memberikan
pendapat meskipun belum tentu orang lain akan setuju.
56. Saya ragu atas keputusan yang saya buat tanpa bantuan orang lain.
(76)
DESKRIPSI DATA
PENELITIAN DAN ONE
SAMPLE T-TEST
(77)
A. Deskripsi data Kemandirian
valid missing total
Kemandirian
100 100,0% 0 0,0% 100 100,0%
Kemandirian Mean 32,270 ,5752
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 31,129
Upper
Bound 33,411
5% Trimmed Mean 32,011
Median 32,000
Variance 33,088
Std. Deviation 5,7522
Minimum 17,0
Maximum 54,0
Range 37,0
Interquartile Range 5,8
Skewness ,803 ,241
(78)
B. T-test Kemandirian
One-Sample Statistics
N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean Kemandirian
100 32,270 5,7522 ,5752
One-Sample Test
Test Value = 35
t df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Kemandirian
-4,746 99 ,000 -2,7300 -3,871 -1,589
C. Deskripsi data Motivasi Berwirausaha
valid missing total
Motivasi
berwirausaha 100 100,0% 0 0,0% 100 100,0%
Statistic
Std. Error Motivasi
Berwirausaha
Mean 94,130 1,0402
95% Confidence Interval for Mean
Lower
Bound 92,066
Upper
Bound 96,194
5% Trimmed Mean 93,489
Median 93,000
Variance 108,195
Std. Deviation 10,4017
Minimum 58,0
Maximum 139,0
Range 81,0
Interquartile Range 7,8
Skewness 1,541 ,241
(79)
D. T-test Motivasi Berwirausaha
One-Sample Statistics
N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean Motivasi
Berwirausaha 100 94,130 10,4017 1,0402
One-Sample Test
Test Value = 90
t df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Motivasi
(80)
UJI ASUMSI:
UJI NORMALITAS DAN
LINIERITAS
(81)
A. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Motivasi
Berwirausaha ,186 100 ,000 ,809 100 ,000
Kemandirian
,132 100 ,000 ,941 100 ,000
B. Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Motivasi Berwirausaha * Kemandirian Between Groups (Combi
ned) 5269,329 26 202,667 2,719 ,000
Linearit
y 1580,682 1 1580,682 21,204
,00 0 Deviati on from Linearit y
3688,648 25 147,546 1,979 ,01
3
Within Groups 5441,981 73 74,548
Total 10711,31
0 99
(82)
(83)
A. Uji Hipotesis
Correlations
Kemandirian
Motivasi Berwirausaha Spearman's
rho
Kemandirian Correlation Coefficient
1,000 ,228*
Sig.
(1-tailed) ,011
N 100 100
Motivasi Berwirausaha
Correlation Coefficient
,228* 1,000
Sig.
(1-tailed) ,011
(84)
LAMPIRAN
HASIL
UJI-COBA
(85)
A. Skala Kemandirian 1. Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
,839 ,842 14
2. Korelasi Item Total
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cro nba ch's Alph a if Item Del eted item
2 30,210 29,541 ,594 ,463 ,825
item
3 29,810 28,701 ,578 ,479 ,823
item
5 29,740 29,467 ,379 ,322 ,835
item
9 30,210 27,157 ,633 ,495 ,818
item
11 30,140 27,233 ,550 ,396 ,824
item
14 29,730 29,371 ,447 ,350 ,831
item
25 30,000 28,020 ,624 ,472 ,819
item
27 29,950 29,018 ,455 ,427 ,830
item
35 29,870 29,730 ,340 ,319 ,838
item
42 29,530 29,262 ,414 ,305 ,833
item
43 30,140 30,243 ,294 ,262 ,840
item
47 30,060 27,451 ,601 ,476 ,820
item
52 30,150 30,371 ,327 ,394 ,837
item
(1)
B. Skala Motivasi Berwirausaha 1. Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items ,867 ,872 36
2. Korelasi Item Total
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted item
1 91,420 104,408 ,285 ,865 item
3 90,830 103,637 ,373 ,863 item
5 91,070 103,338 ,426 ,863 item
7 90,800 101,838 ,463 ,861 item
10 91,030 101,383 ,481 ,861 item
11 92,280 104,951 ,292 ,865 item
12 92,110 104,058 ,280 ,865 item
13 90,950 101,260 ,520 ,860 item
14 91,030 101,423 ,490 ,861 item
15 92,180 101,705 ,498 ,861 item
17 91,740 101,507 ,423 ,862 item
18 91,200 102,343 ,301 ,865 item
21 92,370 103,508 ,288 ,865 item
22 91,100 102,455 ,378 ,863 item
23 90,890 103,513 ,375 ,863 item
24 91,730 100,664 ,443 ,862 item
25 92,140 102,263 ,357 ,864 item
(2)
item
27 91,040 101,615 ,468 ,861 item
29 92,190 104,135 ,313 ,865 item
31 90,900 103,263 ,293 ,865 item
32 92,450 102,816 ,316 ,865 item
35 90,830 103,698 ,312 ,865 item
37 90,950 102,331 ,432 ,862 item
39 91,140 102,425 ,450 ,862 item
41 92,140 103,071 ,272 ,866 item
42 91,200 102,020 ,345 ,864 item
43 92,210 102,026 ,418 ,862 item
44 91,010 103,040 ,336 ,864 item
45 91,510 101,909 ,293 ,866 item
46 92,240 103,578 ,300 ,865 item
47 92,210 104,026 ,262 ,866 item
49 91,550 102,452 ,363 ,864 item
51 91,570 100,914 ,441 ,862 item
53 90,980 103,919 ,378 ,864 item
(3)
LAMPIRAN
(4)
Hasil Wawancara
Total partisipan : 19 partisipan
Yang ingin berwirausaha : 5 partisipan
Yang ingin bekerja di suatu perusahaan/instansi : 14 partisipan
Pertanyaan : Lebih baik bekerja di suatu instansi/perusahaan atau berwirausaha? Mengapa?
Jeffry (lulusan Manajemen, UNUD, 23 tahun):
Lebih baik bekerja di suatu instansi karena bagaimana pun hidup harus memiliki kepastian kedepannya
Ketut Edwin (lulusan Hukum, UNUD, 26 tahun) :
Lebih prefer untuk bekerja di suatu perusahaan karena kecenderungan gaya hidupku dan senang bekerja dengan pola yang manajemen di suatu perusahaan
Anak Agung Kresnanda (lulusan Akuntansi, UNUD, 26 tahun):
Lebih baik bekerja di instansi pemerintahan karena merasa tidak memiliki bakat untuk berwirausaha
Ayu Nopita (lulusan Farmasi, Universitas Mahasaraswati, 24 tahun): Lebih memilih untuk bekerja di suatu instansi
Agung Bagus Wirajaya (lulusan Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, 25 tahun):
(5)
Lebih memilih bekerja di suatu instansi karena orang tua juga bekerja disana sehingga lebih mudah untuk masuk di instansi tersebut
Made Gita Okta (lulusan Perawat, STIKES Bali, 23 tahun) :
Lebih prefer ke instansi karena kalau berwirausaha resikonya lebih berat terutama bila perusahaannya mengalami defisit atau kerugian
Made Lita Sugosha lulusan Farmasi, STIKES Bali, 23 tahun): Lebih prefer ke di perusahaan dulu untuk mencari pengalaman
Gede Klungkung (lulusan Perhotelan, Sekolah perhotelan Bali, 25 Tahun) : Lebih memilih bekerja di suatu perusahaan untuk meniti karir kedepannya
Ida Ayu Dyastari (lulusan Akuntansi, UNUD, 26 tahun):
Tau potensi diri sendiri yang belum bisa berwirausaha jadi masih bekerja di perusahaan dulu bukan memberi pekerjaan
Lilya Santika (lulusan manajemen, UNUD, 25 tahun) :
Bekerja di suatu instansi untuk mengumpulkan modal usaha nantinya
Ngurah Arya Putra (lulusan Arsitektur, UNUD, 25 tahun):
Lebih prefer bekerja dulu di perusahaan supaya dapat pengalaman kerja karena pengalaman dari orang yang lebih berpengalaman itu penting
Putu Andika Yadnya (lulusan Hukum, UNUD, 25 tahun) : Masih berminat untuk terikat kontrak dengan suatu perusahaan
(6)
Diva Kamadipha (lulusan Teknik elektro, Universitas Warmadewa, 25 tahun): Lebih ingin bekerja di suatu instansi karena penghasilannya tetap dapat tiap bulan
Miya Dwiantari (lulusan Manajemen, Universitas Pendidikan Nasional, 26 tahun) :