Tingkat kesantunan dan penanda kesantunan dalam berita tentang capres-cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia tahun 2013.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Modo, Patrisius S. 2015. Tingkat Kesantunan dan Penanda Kesantunan dalam
Berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar
Indonesia dan Harian Media Indonesia Tahun 2013. Skripsi. PBSI. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan tingkat kesantunan dalam
berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia
dan Harian Media Indonesia, tahun 2013 dan (2) mendeskripsikan penanda
kesantunan yang digunakan dalam berita tentang Capres pada Pilpres 2014 di
Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia, tahun 2013. Data yang
dianalisis berupa tuturan-tuturan dalam berita tentang Capres-Cawapres pada
Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia selama
periode Juli sampai dengan Desember 2013.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak

tutur khususnya mengenai tingkat kesantunan dan penanda tingkat kesantunan.
Ada tiga kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan memiliki ciri santun yaitu
formalitas, ketidaktegasan dan kesejajaran penutur dengan mitra tutur, sedangkan
penanda tingkat kesantunan dapat berupa diksi atau pilihan kata, gaya bahasa,
penggunaan keterangan, dan bentuk tuturan.
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif-kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah berita tentang Capres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Media
Indonesia, tahun 2013, sedangkan objek penelitiannya adalah tuturan-tuturan yang
digunakan dalam berita tentang Capres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan
Media Indonesia, tahun 2013. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan menggunakan teknik baca, simak dan catat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: pertama, ditinjau dari tingkat
kesantunannya berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian
Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia selama periode Juli sampai
dengan Desember 2013 dikelompokkan atas tiga bagian yaitu sangat santun,
santun dan tidak santun. Kedua, penanda kesantunan yang digunakan dalam
tuturan-tuturan yang dianalisis adalah diksi atau pilihan kata, gaya bahasa,
penggunaan keterangan, dan bentuk tuturan.

viii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Modo, Patrisius S. 2015. Politeness Level and Politeness Level Sign in the News
toward President and Vice President Candidates on 2014 Election in Seputar
Indonesia Daily and Media Indonesia Daily in the Year 2013. Thesis. PBSI.
Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research is aimed to (1) describe politeness level in the news toward
President and Vice President Candidates on 2014 election in Seputar Indonesia
daily and Media Indonesia daily, in the year 2013 and (2) describe politeness level
sign which is used in the news toward President and Vice President Candidates on
2014 election in Seputar Indonesa daily and Media Indonesia daily, in the year
2013. The data analyzed is narratives of the news about President and Vice
President Candidates on 2014 election in Seputar Indonesia daily and Media

Indonesia daily along July up to December 2013 period.
The related theory which is used in this research is speech action theory
especially about politeness level and politeness level sign. There are three
principles that need to be obeyed for the narratives to be polite. They are
formality, inexplicitness, and the balance between the speaker and the interlocutor.
While politeness level sign can be diction, figure of speech, adverb using, and the
form of the speech.
This research belongs to descriptive-qualitative research. The subject of this
research is the news toward the 2014 President Candidates in Seputar Indonesia
daily and Media Indonesia daily, in the year 2013, while the object of this
research is the narratives used in Seputar Indonesia daily and Media Indonesia
daily, in the year 2013. The method which is used in this research is reading,
observing, and writing technique.
The conclusions of this research are: first, observing from the politeness
level of the news about President and Vice President Candidates on 2014 election
in Seputar Indonesia and Media Indonesia daily during July up to December 2013
period is classified into three parts which are very polite, polite, and impolite.
Second, the politeness level signs which are used in the analyzed narratives are
diction, figure of speech, the use of adverb and the form of the speech.


ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
TINGKAT KESANTUNAN DAN PENANDA KESANTUNAN
DALAM BERITA TENTANG CAPRES-CAWAPRES
PADA PILPRES 2014 DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA
DAN HARIAN MEDIA INDONESIA TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh:
Patrisius S. Modo
091224086


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TINGKAT KESANTUNAN DAN PENANDA KESANTUNAN
DALAM BERITA TENTANG CAPRES-CAWAPRES
PADA PILPRES 2014 DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA
DAN HARIAN MEDIA INDONESIA TAHUN 2013
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh:
Patrisius Sargus Modo
091224086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Sabinus Modo dan Ibu Meni Katarina yang
selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan kepada saya.
2. Kakak dan adikku tersayang yang selalu membuatku tersenyum bahagia.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu setia dalam tawa dan canda, susah
maupun senang. Kalian selalu membuatku tegar dan semangat dalam
proses belajar selama ini.
4. Teman-teman PBSI 2009, kebersamaan dengan kalian tidak akan
terlupakan.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


MOTTO

“Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”
(Markus 9:23)

“Learn From Yesterday, Live For Today, And Hope For Tommorow”
Belajar dari masa lalu, hidup untuk masa kini, dan berharap untuk masa
yang akan datang"
( Albert Eistein, 1879-1955)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya
ilmiah.

Yogyakarta, 23 Maret 2015

Patrisius Sargus Modo

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Patrisius Sargus Modo
NIM

: 091224086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan,

saya berikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
TINGKAT KESANTUNAN DAN PENANDA KESANTUNAN
DALAM BERITA TENTANG CAPRES-CAWAPRES
PADA PILPRES 2014 DI HARIAN SEPUTAR INDONESIA
DAN HARIAN MEDIA INDONESIA TAHUN 2013
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal : 23 Maret 2015
Yang menyatakan

Patrisius Sargus Modo

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Modo, Patrisius S. 2015. Tingkat Kesantunan dan Penanda Kesantunan dalam
Berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar
Indonesia dan Harian Media Indonesia Tahun 2013. Skripsi. PBSI. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan tingkat kesantunan dalam
berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia
dan Harian Media Indonesia, tahun 2013 dan (2) mendeskripsikan penanda
kesantunan yang digunakan dalam berita tentang Capres pada Pilpres 2014 di
Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia, tahun 2013. Data yang
dianalisis berupa tuturan-tuturan dalam berita tentang Capres-Cawapres pada
Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia selama
periode Juli sampai dengan Desember 2013.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak
tutur khususnya mengenai tingkat kesantunan dan penanda tingkat kesantunan.
Ada tiga kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan memiliki ciri santun yaitu
formalitas, ketidaktegasan dan kesejajaran penutur dengan mitra tutur, sedangkan
penanda tingkat kesantunan dapat berupa diksi atau pilihan kata, gaya bahasa,
penggunaan keterangan, dan bentuk tuturan.
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif-kualitatif. Subjek penelitian ini
adalah berita tentang Capres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Media
Indonesia, tahun 2013, sedangkan objek penelitiannya adalah tuturan-tuturan yang
digunakan dalam berita tentang Capres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan
Media Indonesia, tahun 2013. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan menggunakan teknik baca, simak dan catat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: pertama, ditinjau dari tingkat
kesantunannya berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian
Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia selama periode Juli sampai
dengan Desember 2013 dikelompokkan atas tiga bagian yaitu sangat santun,
santun dan tidak santun. Kedua, penanda kesantunan yang digunakan dalam
tuturan-tuturan yang dianalisis adalah diksi atau pilihan kata, gaya bahasa,
penggunaan keterangan, dan bentuk tuturan.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Modo, Patrisius S. 2015. Politeness Level and Politeness Level Sign in the News
toward President and Vice President Candidates on 2014 Election in Seputar
Indonesia Daily and Media Indonesia Daily in the Year 2013. Thesis. PBSI.
Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research is aimed to (1) describe politeness level in the news toward
President and Vice President Candidates on 2014 election in Seputar Indonesia
daily and Media Indonesia daily, in the year 2013 and (2) describe politeness level
sign which is used in the news toward President and Vice President Candidates on
2014 election in Seputar Indonesa daily and Media Indonesia daily, in the year
2013. The data analyzed is narratives of the news about President and Vice
President Candidates on 2014 election in Seputar Indonesia daily and Media
Indonesia daily along July up to December 2013 period.
The related theory which is used in this research is speech action theory
especially about politeness level and politeness level sign. There are three
principles that need to be obeyed for the narratives to be polite. They are
formality, inexplicitness, and the balance between the speaker and the interlocutor.
While politeness level sign can be diction, figure of speech, adverb using, and the
form of the speech.
This research belongs to descriptive-qualitative research. The subject of this
research is the news toward the 2014 President Candidates in Seputar Indonesia
daily and Media Indonesia daily, in the year 2013, while the object of this
research is the narratives used in Seputar Indonesia daily and Media Indonesia
daily, in the year 2013. The method which is used in this research is reading,
observing, and writing technique.
The conclusions of this research are: first, observing from the politeness
level of the news about President and Vice President Candidates on 2014 election
in Seputar Indonesia and Media Indonesia daily during July up to December 2013
period is classified into three parts which are very polite, polite, and impolite.
Second, the politeness level signs which are used in the analyzed narratives are
diction, figure of speech, the use of adverb and the form of the speech.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan segala berkat dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Tingkat Kesantunan dan Penanda Kesantunan dalam
Berita tentang Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia
dan Harian Media Indonesia Tahun 2013” dengan baik untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat dukungan,
semangat, bimbingan, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan semangat dan motivasi
kepada penulis agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

3.

Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah dengan
penuh kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
serta nasihat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

4.

Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan serta masukan-masukan yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan penuh kesabaran, kedisiplinan serta mendidik, membimbing, dan
mendampingi penulis selama menempuh perkuliahan.

6.

Bapak Robertus Marsidiq selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia yang membantu penulis dalam mengurus administrasi di
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

7.

Seluruh karyawan dan staff Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8.

Kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat serta doa kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9.

Kekasihku Mery Handayani yang selalu memberikan dukungan, semangat
kepada saya.

10. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani penulis selama berada di
Yogyakarta.
11. Teman-teman PBSI 2009, terimakasih untuk kebersamaan kita selama berada
di PBSI.
12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan menjadi
inspirasi bagi peminat studi kebahasaan, khususnya ilmu pragmatik untuk
penelitian lebih lanjut.

Penulis

Patrisius Sargus Modo

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................

iv

MOTTO ......................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS................................................................... vii
ABSTRAK................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................

x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

1

1.1 Latar Belakang...............................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................

5

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................

6

1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................

6

1.5 Batasan Istilah ...............................................................................

7

1.6 Ruang Lingkup ..............................................................................

9

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 10
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................. 10
2.2 Landasan Teori .............................................................................. 12
2.2.1 Pragmatik ................................................................................... 12
2.2.2 Tindak Tutur ............................................................................... 14
2.2.3 Pilihan Kata ................................................................................ 16
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.4 Gaya Bahasa ............................................................................... 19
2.2.5 Kaidah Kesantunan Berbahasa .................................................... 22
2.2.5.1 Prinsip Kesantunan ................................................................. 24
2.2.5.2 Parameter Kesantunan ............................................................. 26
2.2.6 Capres-Cawapres 2014................................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 33
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 33
3.2 Subjek dan Objek Penelitian .......................................................... 33
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 34
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 34
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................... 34
3.6 Jadwal Penelitian ........................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 36
4.1 Deskripsi Data ............................................................................... 36
4.2 Analisis Data.................................................................................. 37
4.2.1 Tingkat Kesantunan dalam Berita Capres-Cawapres pada Pilpres
2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia
Tahun 2013................................................................................. 37
4.2.1.1 Tuturan Sangat Santun ............................................................. 39
4.2.1.2 Tuturan Santun ......................................................................... 44
4.2.1.3 Tuturan Tidak Santun ............................................................... 49
4.2.2 Penanda Kesantunan dalam Berita Capres-Cawapres pada Pilpres
2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia
Tahun 2013.................................................................................. 55
4.2.2.1 Pada Tuturan Sangat Santun ..................................................... 55
4.2.2.2 Pada Tuturan Santun ................................................................ 62

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.2.2.3 Pada Tuturan Tidak Santun....................................................... 67
4.3 Pembahasan ................................................................................... 72
4.3.1 Tingkat Kesantunan dalam Berita Capres-Cawapres pada Pilpres
2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia
Tahun 2013.................................................................................. 72
4.3.2 Penanda Kesantunan dalam Berita Capres-Cawapres pada Pilpres
2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia
Tahun 2013................................................................................. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 87
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 87
5.2 Saran ............................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 90
LAMPIRAN ................................................................................................ 92

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sejak tumbangnya rezim Orde Baru lalu digantikan oleh rezim Orde
Reformasi salah satu lompatan besar dalam demokratisasi di Indonesia
adalah diadakannya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara langsung oleh rakyat, putaran
pertama 5 Juli 2004 dan putaran kedua 20 September 2004. Sejak itu, setiap
lima tahun rakyat Indonesia yang telah memiliki hak pilih melaksanakan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Dalam tahun 2014
nanti kegiatan yang sama dilakukan, dan itu yang ketiga setelah tahun 2004
(dua putaran) dan tahun 2009 (satu putaran).
Dalam UU No. 42 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden
dan Wakil Presiden ditegaskan bahwa satu-satunya yang berhak
mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden adalah Partai
politik atau gabungan Partai politik. Itu pun harus memenuhi ketentuan
Presidential threshold (PT) sebesar 25% suara sah nasional atau 20% kursi
DPR. Mengingat satu-satunya yang berhak mengusung calon Presiden dan
wakil Presiden adalah Partai Politik atau gabungan Partai Politik, sementara
yang memilih nantinya adalah masyarakat yang mempunyai hak pilih secara
langsung, bisa dimengerti bila menjelang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden tersebut, banyak berita mengenai Pilpres yang bermunculan
di berbagai media massa termasuk surat kabar harian. Berita-berita tersebut

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

bermunculan mungkin karena Parpol atau gabungan Parpol mau
memperkenalkan calonnya, agar dikenal dan didukung masyarakat, maupun
karena masyarakat atau pengamat yang sengaja memperkenalkan figur
tertentu yang tentu saja dalam pandangan mereka ideal untuk dijadikan
Capres atau Cawapres, dengan harapan bahwa nantinya bisa direkrut Parpol
atau gabungan Parpol untuk dijadikan Capres atau Cawapres. Selain itu,
mungkin berita mengenai keberatan Partai Politik atau gabungan Partai
Politik dengan ketentuan Presidential threshold (PT), niat sebagian orang
yang ingin adanya Capres atau Cawapres independen, dan sebagainya.
Bila kita menyimak berbagai surat kabar harian sepanjang tahun
2013, ditemukan banyak berita yang berkaitan dengan Capres dan Cawapres
tahun 2014. Isinya sangat bervariasi, ada yang mengangkat persoalan
Presidential threshold yang dinilai terlalu tinggi, ada yang memuat hasil
survey yang mengunggulkan salah satu pihak, sementara disisi lain
mendiskreditkan Capres atau Cawapres lainnya, figur

Capres atau

Cawapres yang diidealkan oleh masyarakat, kelebihan dan kekurangan
setiap Capres atau Cawapres yang ada, pendapat berbagai pihak mengenai
kemungkinan bisa tampilnya Capres atau Cawapres dari jalur independen,
dan sebagainya.
Dalam pemberitaan mengenai figur-figur Capres atau Cawapres baik
yang dicalonkan Parpol maupun yang diidealkan masyarakat, ternyata
walaupun mengenai figur yang sama, tetapi masing-masing media punya
kecenderungan yang berbeda. Setiap media kadang memakai sudut pandang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

yang berbeda, pilihan kata yang berbeda, juga narasumber yang berbeda.
Media yang satu mungkin saja memberitakan Capres tertentu secara positif
tetapi mendiskreditkan Capres lain, begitupun sebaliknya.
Walaupun hampir semua surat kabar harian memberitakan mengenai
figur-figur Capres-Cawapres, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya
memilih dua surat kabar harian yaitu Harian Seputar Indonesia dan Harian
Media Indonesia. Kedua media ini dipilih karena keduanya termasuk media
berskala nasional dan yang paling banyak memuat berita mengenai figur
Capres-Cawapres 2014. Selain itu, karena setelah ditelaah lebih mendalam,
kedua media memiliki kesamaan yaitu sama-sama dimiliki para tokoh
Parpol, Harian Media Indonesia milik Surya Paloh (dari Partai Nasdem) dan
Harian Seputar Indonesia milik Harry Tanoe, (Ketua Bapilu sekaligus
Cawapres Partai Hanura). Ternyata kepemilikan tersebut entah kebetulan
atau disengaja telah mempengaruhi kedua media dalam pemberitaan.
Terbukti berita tentang Wiranto-Harry Tanoe sebagai Capres-Cawapres
Partai Hanura hampir setiap hari muncul di Harian Seputar Indonesia (dari
Agustus-Desember 2013 sekitar 11 berita). Sebaliknya berita tentang
Wiranto_Harry Tanoe jarang muncul di Harian Media Indonesia (dari JuliDesember 2013 ada 2 berita). Kalau Harian Seputar Indonesia
memberitakan tentang Wiranto-Harry Tanoe relatif positif, sebaliknya di
Harian Media Indonesia justru meragukan kapasitas dan kapabilitas
keduanya sebagai Capres-Cawapres dari Partai Hanura.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Perbedaan ini sekaligus memperlihatkan tingkat kesantunan yang
berbeda dari kedua media. Untuk figur

yang didukung media tersebut

beritanya pun cendrung positif, pilihan kata dan kalimatnya relatif santun.
Sebaliknya untuk figur yang dianggap sebagai saingan potensial bagi figur
yang didukung cenderung negatif, pilihan kata dan kalimat relatif lebih
kasar, cenderung menolak keberadaannya. Sebagai contoh, dalam Harian
Seputar Indonesia berita tentang Wiranto_Harry Tanoe cenderung santun
seperti “ Popularitas Pasangan WIN-HT Pascadeklarasi Turut Menanjak”(3
September 2013), “ WIN-HT Terus Melaju” (1 November 2013), “ WINHT Dinilai Sebagai Pemimpin Pluralis” (11 November 2013). Sebaliknya
berita tentang Aburizal Bakri, Seputar Indonesia cenderung negaif seperti “
Elektabilitas Ical Persulit Golkar di Pilpres” (12 September 2013), “
Elektabilitas Ical Cenderung Menurun” (18 November 2013).
Hal ini menunjukkan bahwa setiap berita yang dimuat oleh media, di
satu sisi mau menyampaikan pernyataan, janji, tawaran, pertanyaan dan
sebagainya sebagai tindak ilokusi (illocutionary act), menjadi sebagai the
act of doing something (Rahardi, 2009:71). Jadi tidak cukup sampai di situ,
berita tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca, sehingga boleh
dikatakan ada efek yang diharapkan timbul dari pembaca setelah membaca
berita yang ada, menjadi the act of effecting someone (Rahardi, 2009: 72).
Dalam cara pemberitaan tersebut tentu juga sangat mempertimbangkan
tingkat kesantunan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fraser (dalam Rahardi,
2009: 80) bahwa bertindak santun atau sopan itu sesungguhnya sejajar

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

dengan aktivitas bertutur yang penuh pertimbangan etiket di dalam aktivitas
berbahasa di dalam masyarakat.
Menurut pandangan pragmatik pengkajian makna bahasa harus
mempertimbangkan konteks situasi yang relevan dengan hal-hal atau
kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Hal ini menunjukkan
penggunaan bahasa dalam berita mengenai Capres 2014 ini pun tidak boleh
dilepaskan dari konteks yang meliputinya. Penggunaan bahasa dalam
pemberitaan mengenai Capres 2014 dimaksudkan untuk meyakinkan (
mempersuasi) pembaca agar mau menerima figur yang ditawarkan
(dipromosikan) sekaligus menjauhi figur yang dicitrakan negatif. Untuk
mempersuasi pembaca maka berita mengenai Capres tersebut harus
memperhatikan tingkat kesantunan dalam berbahasanya. Sedangkan
penanda kesantunannya dapat dilakukan dengan

menggunakan analogi,

diksi, gaya bahasa, penggunaan keterangan, penyebutan subjek yang
menjadi objek tuturan, dan bentuk tuturan. Oleh karena itu, judul yang
diajukan “ Tingkat Kesantunan dan Penanda Kesantunan dalam Berita
tentang Capres pada Pilpres 2014 di Harian eputar Indonesia dan Harian
Media Indonesia Tahun 2013”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

1. Bagaimanakah tingkat kesantunan dalam berita tentang CapresCawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian
Media Indonesia tahun 2013?
2. Penanda kesantunan apa sajakah yang digunakan dalam berita tentang
Capres-Cawapres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan
Harian Media Indonesia tahun 2013?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan tingkat kesantunan dalam berita tentang Capres pada
Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Harian Media Indonesia
tahun 2013.
2. Mendeskripsikan penanda kesantunan yang digunakan dalam berita
tentang Capres pada Pilpres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan
Harian Media Indonesia tahun 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan, antara lain:
1. Bagi Peneliti,
Melalui penelitian ini peneliti belajar melakukan penelitian
mengenai pragmatik secara ilmiah. Selain itu, hasil penelitiannya dapat
memperkaya pengetahuan peneliti mengenai pragmatik secara umum,
dan kesantunan berbahasa secara khusus.
2. Bagi Peneliti Lain,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pembanding untuk penelitian lebih lanjut mengenai tingkat kesantunan
dan penanda kesantunan dalam berita di media massa.
3. Bagi Pembaca,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
mengenai tingkat kesantunan dan penanda kesantunan dalam berita di
media massa.
1.5. Batasan Istilah
Berikut ini batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara
l a i n:
1. Tingkat kesantunan: Aktivitas bertutur yang penuh pertimbangan etiket
di dalam aktivitas berbahasa dalam masyarakat (Fraser, dalam Rahardi,
2009: 80). Penanda kesantunan bisa berupa analogi, diksi, gaya bahasa,
bentuk tuturan, dan sebagainya.
2. Berita : Informasi yang disampaikan melalui media massa yang
ditujukkan kepada pembaca. Pesan-pesan atau berita-berita komunikasi
massa dapat diproduksi dalam jumlah besar dan dapat menjangkau
audiens yang sangat banyak.
3. Capres 2014 : Berita tentang seputar pemilihan Presiden yang akan
dilaksanakan tahun 2014, melalui pencalonan, nama setiap figur CapresCawapres, kelebihan dan kekurangannya, kemungkinan terpilih atau
tidaknya, pokoknya segala macam tentang pencapresan 2014.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

4. Harian Seputar Indonesia: Surat Kabar Harian umum berskala nasional
milik MNC Group pimpinan Harry Tanoe, yang terbit setiap hari, 7 hari
dalam seminggu.
5. Harian Media Indonesia: Surat Kabar Harian umum berskala nasional
milik Surya Palloh, yang terbit setiap ahri, 7 hari dalam seminggu.
6. Pragmatik: Studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau
penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) (Yule, 2006: 3).
7. Lokusi : Tindak lokusioner (Lokutianary acts) adalah tindak bertutur
dengan kata, frase, dan kalimat. Sering disebut juga the act of saying
something (Rahardi, 2009: 71).
8. Ilokusi : Tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu
pula. Sering disebut juga the act of doing something (Rahardi, 2009: 71).
Jenisnya bisa direktif, komisif, representatif, dan ekspresif, sedangkan
bentuknya bisa imperativ, deklaratif, dan interogatif.
9. Perlokusi : Tindak menumbuhkan pengaruh kepada diri sang mitra tutur.
Sering disebut juga the act of effecting someone (Rahardi, 2009: 72).
10.

Pilihan kata : Pilihan kata yang tepat akan membantu sesorang

mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikan. Pemilihan
kata harus disesuaikan dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata
tersebut (Arifin, 1986: 150).
11.

Gaya bahasa: Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran

melalui bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian
pemakai bahasa (Keraf, 2002: 113).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

1.6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada permasalahan tuturan
dalam berita Capres 2014 di Harian Seputar Indonesia dan Media
Indonesia tahun 2013, khususnya mengenai jenis tindak ilokusi, perlokusi
dan penanda yang menujukkan tingkat kesantunan. Objek yang diamati
sebatas berita mengenai Capres 2014 yang dimuat di Harian Seputar
Indonesia dan Media Indonesia selama bulan Juli-Desember 2013.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini diuraikan tiga hal, yaitu penelitian yang relevan,
tinjauan pustaka, dan kerangka teori. Penelitian yang relevan berisi hasilhasil penelitian terdahulu dari peneliti-peneliti lain mengenai topik yang
sejenis, persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan.
Tinjauan pustaka memuat pendapat para pakar mengenai hal yang diteliti,
sedangkan kerangka teori berisikan teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini.
2.1. Penelitian yang Relevan
Sepengetahuan peneliti belum banyak penelitian mengenai tindak
tutur atau tuturan ini. Sepengetahuan peneliti ada dua penelitian mengenai
hal ini.
Pertama, penelitian Vantianus Sarwoyo (2009) berjudul “ Tindak
Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan pada Tuturan dalam Surat Kabar”.
Penelitian ini merupakan skripsinya pada Program Studi Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Melalui penelitiannya Sarwoyo berupaya dua persoalan yaitu:
(1) Jenis tindak ilokusi apa saja yang terdapat dalam tuturan di surat kabar,
dan (2) penanda apa saja yang terdapat dalam tuturan di surat kabar yang
menunjukkan tingkat kesantunan. Hasilnya sebagai berikut: (1) ada empat

10

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

jenis tindak ilokusi yang muncul dalam tuturan di surat kabar yaitu tindak
ilokusi direktif, komisif, representatif, dan ekspresif. Pengungkapan
keempat tindak ilokusi ini terwujud dalam tiga bentuk tuturan yaitu tuturan
imperatif, deklaratif, dan interogatif. (2) Ada enam jenis penanda tingkat
kesantunan tuturan dalam surat kabar, yaitu analogi, diksi atau pilihan kata,
gaya bahasa, penggunaan keterangan atau kata modalitas, penyebutan
subjek yang menjadi tujuan tuturan, dan bentuk tuturan.
Kedua, penelitian Yoani Juita Sumasari (2010) berjudul “ Analisis
Tindak Tutur dalam Iklan Kosmetik di Televisi”. Penelitian ini merupakan
skripsinya pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Melalui penelitiannya
Sumasari (2010) berupaya menjawab pertanyaan bagaimanakah tindak tutur
dalam iklan kosmetik pada media televisi, khususnya bagaimanakah tindak
lokusi, ilokusi dan perlokusi dalam iklan kosmetik pada media televisi
tersebut. Hasilnya sebagai berikut: (1) Semua iklan yang dianalisis
mengandung tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. (2) Ditinjau dari tindak
lokusinya,

iklan yang dianalisis dekelompokkan atas iklan yang

menginformasikan adanya kosmetik yang baik dan cocok bagi penonton dan
iklan yang mengingatkan penonton bahwa tidak semua kosmetik aman bagi
kulit dan kesehatan pemakainya. (3) Ditinjau dari tindak ilokusinya,
terdapat empat jenis tindak ilokusi yang digunakan dalam iklan kosmetik ini
yaitu tindak ilokusi asertif, direktif, komisif, dan deklaratif. (4) Ditinjau dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

tindak perlokusinya, iklan-iklan kosmetik yang dianalisis ingin memberikan
efek kepada penonton berupa menarik perhatian, ketertarikan, keinginan,
keyakinan dan tindakan.
Penelitian yang dilaksanakan ini walaupun sama-sama menganalisis
mengenai tindak tutur, tetapi penelitian ini memiliki beberapa kekhususan.
Pertama, berkaitan dengan objek yang diteliti, penelitian ini menganalisis
tuturan yang terdapat dalam berita tentang Capres 2014 di Harian Seputar
Indonesia dan Media Indonesia, selama bulan Juli-Desember 2013. Sebagai
berita politik tuturan yang ada memiliki spesifikasi tersendiri. Kedua,
walaupun penelitian ini sama dengan Sarwoyo (2009) berlandaskan pada
media Surat Kabar, tetapi surat kabar yang dianalisis dan hal yang diteliti
berbeda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh
penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Oleh
karena itu pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa
yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya dari pada dengan
makna terpisah dari kata atau frase yang digunakan dalam tuturan itu sendiri
(Yule, 2006: 3).
Hal ini tidak jauh berbeda dengan pandangan Levinson (1980)
(dalam Tarigan, 1986: 33), yang mengartikan pragmatik sebagai telaah
mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

catatan atau laporan pemahaman bahasa. Dengan kata lain telaah mengenai
kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimatkalimat dan konteks-konteks secara tepat.
Hal ini menunjukkan bahwa pragmatik mempelajari wujud bahasa
sebagai refleksi keberagaman maksud (intention) penuturnya. Dalam hal ini
maksud dibedakan dengan makna. Maksud adalah unsur luar bahasa,
sedangkan makna adalah unsur dalam bahasa. Maksud adalah speaker’s
meaning, sedangkan makna adalah linguistic meaning (Putu Wijana, 2002:
67). Pragmatik memang mempelajari fungsi ujaran untuk apa suatu ujaran
dilakukan (Purwo, 1990: 85).
Dowty et.al. (9181) mengartikan pragmatik sebagai telaah mengenai
kegiatan ujaran lansung dan tidak lansung, presuposisi, implikatur
konvensional dan non konversional, dan sejenisnya (Tarigan, 1986: 33).
Hal ini menunjukkan pragmatik adalah studi tentang makna yang
disampaikan penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Dalam menafsirkan
apa yang dimaksudkan penutur, maka pendengar harus dapat memahami
apa yang ingin disampaikan oleh penutur disesuaikan dengan siapa yang
diajak bicara, kapan, dimana dan dalam keadaan apa. Di sisi lain juga perlu
ditelaah cara pendengar menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar
dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan oleh
penutur.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

2.2.2. Tindak Tutur
Tutur atau tuturan merupakan sesuatu yang ditutur, diucapkan,
diujarkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1231). Tuturan tersebut
dapat berupa kata, frase atau kalimat yang diucapkan ketika sedang
berkomunikasi.

Ujaran

tersebut

bisa

berbentuk

pernyataan

untuk

memberikan informasi, berbentuk pernyataan untuk menanyakan informasi
tertentu dan sebagainya.
Austin dalam bukunya How to Do Things With Words (1962)
mengatakan bahwa secara analitis dapat dipisahkan tiga macam tindak
bahasa yang terjadi secara serentak, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi
(Nababan, 1987 : 18). Pertama, tindak lokusi (lokutionary act) yang
mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ungkapan,
serupa hubungan subjek dengan predikat, atau topik dengan penjelasan
dalam sintaksis (Nababan, 1987 : 18). Tindak lokusi bisa berupa kata, frase
atau kalimat yang digunakan penutur untuk mengatakan sesuatu. Oleh
karena itu Rahardi (2003 :71) mengartikan tindak tutur lokusi ini sebagai
the act of saying something. Kedua, tindak ilokusi (illocutionary act), yaitu
pengucapan suatu pernyataan, janji, tawaran, pertanyaan, dan sebagainya.
Tindak ilokusi berarti melakukan suatu tindakan dengan maksud dan fungsi
tertentu. Oleh karena itu Rahardi (2003 : 71) mendefinisikan tindak tutur
ilokusi sebagai the act of doing something. Ketiga, tindak perlokusi adalah
tindak menubuhkan pengaruh kepada diri sang mitra tutur. Perlokusi
merupakan hasil atau efek yang diharapkan timbul pada diri si pendengar

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

sesuai dengan situasi dan kondisi penuturan tersebut. Tindak tutur semacam
ini sering disebut the act of effecting someone (Rahardi, 2003 : 72).
Dari ketiga tindak tutur di atas, yang paling banyak dibahas adalah
tindak ilokusi. Bahkan istilah “tindak tutur” sering dimaknakan secara
sempit sebagaimana tekanan ilokusi suatu tuturan (Yule, 2006 : 84). Searle
(1983, dalam Rahardi 2003 : 72 ) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam
aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing
memiliki fungsi komunikatifnya sendiri-sendiri. Kelima macam tindak tutur
ilokusi tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, asertif (assertives). Asertif merupakan bentuk tuturan yang
mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya
menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim. Tindak
ilokusi asertif ini sering dimasukkan dalam kategori kerja sama. Dari segi
semantik, tindak tutur ilokusi ini bersifat preposisional, sedangkan dari segi
sopan santun tindak ilokusi ini cendrung netral.
Kedua, direktif (directives). Direktif merupakan bentuk tuturan yang
dimaksudkan penuturnya untuk mempengaruhi agar sang mitra tutur
melakukan tindakan tertentu, misalnya memesan, memerintah, memohon,
menasehati, dan merekomendasi. Tindak tutur ilokusi ini dapat dimasukkan
pada kategori kompetitif.
Ketiga, ekspresif (expressive). Ekspresif merupakan bentuk tuturan
yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterimakasih, memberi selamat,
meminta maaf, manyalahkan, memuji dan berbelansungkawa.
Keempat, komisif (commissives). Komisif merupakan bentuk tuturan
yang berfungsi untuk menyatakan janjian atau penawaran, misalnya
berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Tindak tutur ilokusi ini
cenderung bersifat menyenangkan, kurang kompetitif dan mengacu pada
kepentingan pribadi penutur.
Kelima, deklaratif (declarations). Deklaratif merupakan bentuk
tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataanya, misalnya
berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan
dan menghukum.
2.2.3. Pilihan Kata
Dalam setiap bahasa manapun, setiap konsep dinyatakan dengan
kata atau rangkaian kata. Seseorang dapat menguasai suatu bahasa hanya
jika dia menguasai sejumlah kata bahasa tersebut. Walaupun perlu disadari,
bahwa menguasai kata-kata saja belum berarti menguasai suatu bahasa
dengan baik dan benar (Akhadiah, et.al, 1989 : 82).
Dalam penggunaan sehari-hari kata-kata yang ada dapat dirangkai
menjadi kelompok kata, klausa dan kalimat. Penggunaan kata-kata tersebut
haruslah secara tepat dan sesuai. Ketepatan dan kesesuaian ini perlu
diperhatikan karena setiap penulisan apa lagi penulisan ilmiah menghendaki
ketepatan dan kesesuaian baik dalam makna maupun dalam bentuk. Supaya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

tepat dan sesuai dan tidak ditafsirkan seara lain, maka diperlukan
pengetahuan mengenai diksi atau pilihan kata.
Pilihan kata juga merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
dunia tutur. Dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, akan membantu
sesorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya.
Pilihan kata itu pun harus disesuaikan dengan situasi dan tempat, sehingga
penafsirannya pun tepat sesuai yang dimaksudkan penutur (Arifin, 1986 :
150)
Hal ini menunjukkan bahwa yang harus diperhatikan dalam memilih
dan menggunakan kata adalah ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan, dalam
hal ini berkaitan dengan makna dan aspek logika dari kata-kata tersebut.
Kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin
diungkapkan, agar pendengar atau pembaca bisa menafsirkan makna katakata tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis.
Sedangkan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang
dipakai dengan situasi dan keadaan pendengar.
Berkaitan dengan pilihan kata, suatu hal yang perlu dicamkan adalah
bahwa makna kata tidak selalu bersifat statis, dari waktu ke waktu makna
kata-kata dapat mengalami perubahan (Keraf, 2002 : 99). Artinya setiap
penutur juga harus memperhatikan perubahan-perubahan makna yang
terjadi. Menurut Gorys Keraf (2002 : 97-99) setidaknya ada beberapa
macam perubahan makna kata yang penting antara lain:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

Pertama, perluasan makna. Maksudnya suatu kata mengalami proses
perubahan makna yang meluas. Kata yang sebelumnya mengandung suatu
makna khusus kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna
yang lebih umum. Sebagai contoh kata “berlayar”, awalnya hanya berarti
bergerak di laut menggunakan perahu berlayar, tetapi sekarang meluas
menjadi semua tindakan mengarungi lautan/perairan dengan menggunakan
alat apa saja.
Kedua, penyempitan makna. Maksudnya suatu kata mengalami
proses perubahan makna yang menyempit. Kata yang sebelumnya
mengandung makna yang luas kemudian menyempit cakupannya. Sebagai
contoh kata “pendeta” awalnya berarti semua orang yang berilmu, sekarang
hanya dipakai untuk menyebut pimpinan agama Kristen Protestan.
Ketiga, ameliorasi. Ameliorasi merupakan proses perubahan makna
kata, dimana arti kata yang baru dinilai lebih tinggi dibandingkan artinya
yang lama. Sebagai contoh kata “wanita” dulu dianggap rendah, tetapi
sekarang dirasakan nilainya lebih tinggi dibandingkan kata “perempuan”.
Keempat, peyorasi. Peyorasi merupakan proses perubahan makna
kata dimana arti kata yang baru dinilai lebih rendah dibandingkan artinya
yang lama, jadi kebalikan dari ameliorasi. Sebagai contoh kata “bini” dulu
dianggap tinggi, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar.
Kelima, metafora. Metafora merupakan perubahan makna kata
karena persamaan sifat antara dua objek. Sebagai contoh kata “putri malam”
dipakai intuk menggantikan kata “bulan”.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Keenam, metonimi. Metonimi merupakan proses perubahan makna
kata yang terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlihat
dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut
tempat dan waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan sebab dan
akibat. Misalnya penggunaan kata “jiwa” untuk menggantikan “orang” atau
“manusia”.
2.2.4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau style merupakan cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa). Suatu bahasa yang baik harus megandung tiga
unsur yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik (Keraf, 2002 : 113).
Kejujuran berbahasa berarti mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang
baik dan benar dalam berbahasa. Maksudnya kata-kata yang digunakan
tidak boleh bermakna ganda, tetapi harus bermakna tunggal dan
menunjukkan fakta-fakta yang sebenarnya. Dengan kata lain walaupun
mungkin pilihan katanya mengandung unsur imajinasi tetapi tetap
mengedepankan kebenaran dan fakta (Agustrijanto, 2002: 80).
Sopan santun berarti memberi penghargaan atau menghormati orang
yang diajak bicara (pendengar). Rasa hormat dalam gaya bahasa
dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Kejelasan, maksudnya
dalam menyampaikan sesuatu harus jelas maksudnya, jangan membuat
lawan bicara bingung untuk memahaminya. Kesingkatan, maksudnya tidak

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

bertele-tele, harus efektif.

20

Kesingkatan ini dapat dicapai dengan

menggunakan kata-kata secara efisien.
Gaya bahasa juga harus menarik. Maksudnya, penggunaan gaya
bahasa tersebut harus menarik perhatian, tidak membuat bosan. Sebuah
gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui komponen-komponen
berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, dan penuh daya
khayal (imajinasi). Variasi maksudnya pilihan kata, struktur kalimat harus
dibuat bervariasi agar kalimatnya terasa lebih hidup, tidak membosankan.
Hal yang sama berkaitan dengan humor yang sehat, maksudnya tidak boleh
terlalu kaku, untuk memahaminya kadang memerlukan daya imajinasi tetapi
pengertiannya tetap mengedepankan kebenaran dan fakta.
Keraf (2002 : 17) mengelompokkan gaya bahasa berdasarkan unsurunsur bahasa yang digunakan dan mengelompokkannya atas empat segi.
Pertama, berdasarkan pilihan kata. Berdasarkan pilihan kata yang
digun