UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS Upaya Meningkatkan Kerja Kelompok Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Dalam Pembelajaran IPS Kelas V SDN I Boto Kecamatan Wonosari Kabupaten Kl

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS
KELAS V SDN I BOTO KECAMATAN WONOSARI
KABUPATEN KLATEN 2012

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1

IS DWI RAHAYU
A54B090086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS

KELAS V SDN I BOTO KECAMATAN WONOSARI
KABUPATEN KLATEN

Oleh :

IS DWI RAHAYU
NIM: A54B090086

Telah disetujui oleh :

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS
KELAS V SDN I BOTO KECAMATAN WONOSARI
KABUPATEN KLATEN 2012

Is Dwi Rahayu
NIM. A54B090086, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.


Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar pada siswa jika diterapkan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada siswa kelas V
SDN I Boto, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten Tahun
Pelajaran 2012/2013”.Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif dengan model
jigsaw. Jenis penelitian ini adalah penelitian kelas (PTK)
dengan prosedur kerja yang dilaksanakan dalam 2 siklus
dimana tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahapan
perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
Siklus dihentikan jika konsentrasi hasil belajar telah
mencapai 75% dari jumlah subyek penelitian. Subyek
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V yang berjumlah 15
siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, dukumentasi dan test. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif yang
meliputi reduksi, penyajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan sikap

demokratis, kepedulian sosial dan keberanian bertanya. Nilai
rata-rata kelas yang semula 58 pada pra tindakan menjadi
64.06 pada siklus I. Peningkatan dari siklus I ke siklus II
meningkat menjadi 70.66. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa dengan penerapan pembelajaran
kooperatif model jigsaw dapat meningkatkan kerjasama
kelompok yang akhirnya berdampak meningkatnya hasil
belajar IPS kelas V SDN I Boto Kecamatan Wonosari
Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci: Pembelajaran model jigsaw, IPS, Hasil belajar

2

A. PENDAHULUAN
Keberadaan mata pelajaran IPS dirasa membosankan bagi siswa-siswi ,
dalam mengikuti mata pelajaran IPS para siswa merasa jenuh, membosankan
kemudian anak didik ramai sendiri, ada yang bermain-main dengan teman
dekatnya, bahkan ada yang tidur-tiduran membungkuk dimejanya di saat
guru sedang menerangkan pelajaran tersebut. Hal ini banyak beberapa faktor

yang mempengaruhi kenapa para murid tidak tertarik dengan mata pelajaran
IPS khususnya, dapat dilihat permasalahan yang ada misalnya, kurangnya
komunikasi antara orang tua dengan anak hal ini dikarenakan orang tua
siswa-siswi di SDN Boto I khususnya kelas V kebanyakan bekerja sebagai
buruh, karyawan pabrik yang berekonomi menengah kebawah. Kedua orang
taunya bekerja dari pagi hingga sore yang mengakibatkan anak merasa tidak
diperhatikan dan kurangnya kasih sayang, anak banyak mengisi waktunya
untuk bermain sendiri dan nonton TV dirumah, anak sedikit pengasuhan dari
orang tua terutama ibunya.
Tak dapat dipungkiri faktor lain guru dalam menyampaikan pembelajaran
konvensi anak didik di kelas sehari-hari di isi dengan ceramah, sementara
siswa sebagai obyek dalam pembelajaran, guru belum bisa mengembangkan
metode-metode pembelajaran di karenakan guru kurrang berpengalaman
dalam menyampaikan pembelajaran dan belum bisa menguasai kelas yang
siswa atau anak didik yang bermacam-macam sifat dan karakter yang
berbeda-beda, sehingga dalam pembelajaran terutama pelajaran IPS selalu
ramai dan tidak efektif dalam KBM.
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupannya manusia
tidak dapat hidup sendiri, mereka selalu membutuhkan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia harus bekerjasama dengan manusia lain guna

memenuhi kebutuhannya ataupun untuk memecahkan masalah-masalah
hidupnya. Kita tidak dapat memungkiri bahwa kenyataan sekarang jaman
globalisasi, manusia cederung bersifat individual.
Di tengah-tengah transformasi sosial yang membawa makin banyak
dampak negatif, maka sekolah harus terpanggil untuk memperhatikan

3

perkembangan moral dan sosial para peserta didik. Untuk itu para peserta
didik harus dilatih dan diberi kesempatan untuk berinteraksi dan bekerjasama
dengan sesama temannya. Pada kebanyakan pekerjaan kemampuan atau
kepandaian

individual

bukanlah

yang

penting.


Kemampuan

untuk

bekerjasama lebih dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan keberhasilan suatu
usaha. Sebagai pendidik, guru perlu melihat lebih jauh perkembangan moral
sosial daripada sekedar nilai-nilai tes dan ujian. Para guru harus terpanggil
untuk mempersiapkan anak didiknya agar bisa berkomunikasi dan
bekerjasama dengan orang lain dalam berbagai macam situasi sosial.
”Kompetisi dan eksploitasi merupakan bagian dari kehidupan yang
mempengaruhi evolusi karakter dan nilai-nilai sosial” (Anita Lie, 2007: 14).
Untuk itu sekolah seharusnya bisa berbuat lebih banyak dalam mengubah
arah evolusi nilai-nilai sosial. Sekolah harus bisa mengajarkan cara-cara
bekerjasama, sekolah harus nembekali anak didik dengan ketrampilanketrampilan dasar dan muatan-muatan informasi, serta harus membina anak
didik agar mempunyai kemampuan untuk berfikir kritis, kreatif, keterampilan
berkomunikasi dan berkehidupan sosial.
Dikaitkan dengan adanya globalisasi, para siswa SDN I Boto sebagai
bagian dari masyarakat dunia juga terkena dampaknya. Walaupun siswa SDN
I Boto tidak terletak di perkotaan, namun tak dapat dipungkiri pengaruh

globalisasi dan dahsyatnya pengaruh teknologi informasi dan komunikasi
yang canggih, berdampak pada perkembangan anak walaupun tidak pada
level yang signifikan. Untuk itu, perlu adanya suatu usaha guru dalam
menanggulangi dampak negatif dari pengaruh globalisasi dan pesatnya
teknologi informasi ini. Terjadinya pertengkaran dalam kelas antar siswa dan
sikap mengejek teman lain ataupun sikap pilih-pilih teman yang terkadang
terjadi di SDN I Boto. Selain itu, dilihat dari nilai ulangan harian yang ada
kelihatannya pada mata pelajaran IPS, nilai yang dicapai oleh anak masih
rendah. Dilihat dari hasil nilai rata-rata untuk mata pelajaran IPS kelas V di
SDN Boto I adalah cuma 58 sementara KKM mata pelajaran IPS adalah 62.

4

Untuk menanggulangi hal tersebut, maka guru perlu mencari solusinya
bagaimana bisa mencari jalan keluarnya. Pembelajaran yang dilakukan harus
menepis masalah tersebut diatas. Maka perlu adanya pembelajaran yang bisa
melatih siswa untuk bersikap demokratis, menghargai orang lain, serta rasa
peduli terhadap orang lain dan memeningkatkan prestasi belajarnya. Guru
harus bisa menciptakan pembelajaran konstruktifis yang mengutamakan dan
memfasilitasi peran aktif siswa, mengubah fokus dari penyebaran informasi

refleksi siswa yang mendorong peran aktif siswa. Pembelajaran aktif
menganjurkan aktifitas-aktifitas pembelajaran yang di dalamnya siswa di
berikan otonomi dan kontrol yang luas. Untuk mengarahkan aktifitas-aktiftas
pembelajaran aktif meliputi ; memecahkan masalah, bekerja dalam bentuk
kelompok kecil. (David A. Jacobsen. Paul Eggem. 2009; 9-10) Pembelajaran
kooperatif dipandang sebagai pembelajaran yang

tepat untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Sedangkan model pembelajaran yang akan digunakan
adalah pembelajaran model jigsaw.
Menurut Isjoni (2007: 5) ”Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya. Dengan
pembelajaran kooperatif ini usaha siswa untuk menghargai orang lain,
menerima

pendapat

orang


lain,

bersikap

demokratis,

serta

dapat

mengembangkan kemampuan berfikirnya, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajarnya”.
Menurut pendapat Robert E Slavin ( 2011 : 4 ) “Pembelajaran Kooperatif
para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Dengan demikian maka pembelajaran kooperatif ini akan melatih siswa
dalam membiasakan bekerjasama dalam kelompok, yang nantinya akan
bermanfaat bagi siswa ketika hidup bermasyarakat. Dengan pembelajaran
kooperatif model jigsaw, merupakan salah satu metode pembelajaran yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam pembelajaran

5

metode pembelajaran kooperatif model jigsaw ini siswa dikelompokan dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil, untuk mengoptimalkan manfaat belajar
kelompok dan keanggotaan kelompok seyogyanya heterogenitas, baik dalam
segi kemampuan maupun karakteristik lainnya. Sebagai kesimpulan dari
model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah
mendapatkan ketrampilan akademik dari permasalahan membaca maupun
ketrampilan kelompok untuk belajar bersama. Dengan penerapan kooperatif
model jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam hal kerjasama dan
partisipasi belajar. Sehingga diharapkan siswa SDN I Boto akan mempunyai
sikap menghargai orang lain dan rasa peduli yang tinggi, bersikap demokratis
serta dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya sehingga akan
meningkatkan hasil belajar dan kreativitasnya untuk menggembangkan
hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda antara siswa
pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas
mereka.

Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar pada siswa jika diterapkan pembelajaran kooperatif model
Jigsaw pada siswa kelas V SDN I Boto, Kecamatan Wonosari, Kabupaten
Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013”.
1. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Menurut Isjoni (2007: 54), ”Pembelajaran kooperatif model Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan
saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal”. Dalam model pembelajaran ini terdapat tahaptahap dalam penyeleggaraannya. Dalam pembelajaran kooperatif model
Jigsaw, siswa dikelompok-kelompokkan dalam bentuk kelompokkelompok kecil. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok,
keanggotaan kelompok seyogyanya heterogenitas, baik dalam segi
kemampuan maupun karakteristik lainnya.

6

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Boto, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Klaten. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas V.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai
selesai. Subyek penelitian ini adalah Guru dan siswa kelas V SDN I Boto.
Adapun jumlah siswa kelas V yaitu sebanyak 15 anak yang terdiri atas 7
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Obyek penelitian adalah pembelajaran
kooperatif model jigsaw dalam pembelajaran IPS.
Prosedur penelitian dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
1.

Siklus I
a.

Perencanaan
1) Menyiapkan dan mempelajari sumber bahan, yaitu :
a) Kurikulum KTSP IPS SD Kelas V
b) Silabus kelas V
c) Buku Ilmu Pengetahuan Sosial Penerbit Erlangga
d) Alat peraga
2) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS
Kelas V yang akan digunakan dalam pembelajaran
3) Menyediakan alat peraga
4) Merancang setiap kelas dengan menata tempat duduk sesuai
dengan ruangan kelas
5) Menyusun pedoman observasi

b.

Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan ini peneliti melaksanakan pembelajaran :
1) Peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang
telah disusun
2) Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode Jigsaw,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yang
disebut sebagai kelompok asal.

7

b) Setiap kelompok diberi LKS berupa permasalahan sesuai
jumlah kelompok asal.
c) Masing-masing siswa dalam kelompok asal memilih soal
yang menjadi tugasnya.
d) Setiap siswa di kelompok asal yang akan membahas soal
yang sama berkumpul di kelompok ahli.
e) Di kelompok ahli siswa berdiskusi untuk memecahkan soal
yang menjadi tugasnya. Jadi setiap kelompok ahli
memecahkan soal yang berbeda. Guru membimbing
jalannya diskusi kelompok.
f)

Setelah berdiskusi di kelompok ahli, masing-masing siswa
kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil
diskusinya kepada teman-temannya di kelompok asal.

g) Di kelompok asal siswa saling membelajarkan sehingga
seluruh anggota asal dapat memecahkan masalah bersama
dan memahami persoalan yang ada pada LKS.
h) Guru memberikan tes secara individu dan tidak boleh
bekerjasama.
c.

Observasi
Kolaboran mengamati dan mencatat pelaksanaan pembelajaran
dengan mengisi lembar observasi. Adapun pedoman lembar
observasi, terlampir.

d.

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dalam
analisis

ini

peneliti

melalukan

kolaborasi

dengan

pengamat/kolaboran agar hasil analisis dapat lebih teliti dan lebih
baik. Hasil refleksi ini digunakan sebagai tindak lanjut dalam
memperbaiki perencanaan pembelajaran pada siklus kedua.
2.

Siklus II
Langkah-langkah yang akan ditempuh pada siklus II adalah sebagai
berikut :

8

a.

Perencanaan
1.

Berdasarkan refleksi yang terdapat pada siklus I, disusun RPP
siklus II

2.

Menyiapkan dan mempelajari sumber bahan yaitu :
a) Kurikulum KTSP IPS SD Kelas V
b) Buku IPS Penerbit Erlangga
c) Alat peraga

3.

Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS
Kelas V yang akan digunakan dalam pembelajaran

4.

Menyiapkan alat peraga

5.

Merancang setting tempat duduk kelas dengan menata tempat
duduk sesuai ruangan kelas

b.

Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus II, guru melaksanakan tindakan yang
mengacu pada RPP yang telah disampaikan dari temuan siklus I.
Dalam pelaksanaan ini guru melakukan pembelajaran.
1.

Peneliti melaksanakan rencana pelaksanaaan pembelajaran yang
telah sisusun

2.

Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode Jigsaw,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok, yang disebut
sebagai kelompok asal.
b) Setiap kelompok diberi LKS berupa permasalahan sesuai jumlah
kelompok asal.
c) Masing-masing siswa dalam kelompok asal memilih soal yang
menjadi tugasnya.
d) Setiap siswa di kelompok asal yang akan membahas soal yang
sama berkumpul di kelompok ahli.
e) Di kelompok ahli siswa berdiskusi untuk memecahkan soal yang
menjadi tugasnya. Jadi setiap kelompok ahli memecahkan soal
yang berbeda. Guru membimbing jalannya diskusi kelompok.

9

f)

Setelah berdiskusi di kelompok ahli, masing-masing siswa
kembali

ke

kelompok

asal

untuk

menyampaikan

hasil

diskusinya kepada teman-temannya di kelompok asal.
g) Di kelompok asal siswa saling membelajarkan sehingga seluruh
anggota asal dapat memecahkan masalah bersama dan
memahami persoalan yang ada pada LKS.
h) Guru memberikan tes secara individu dan tidak boleh
bekerjasama.
c.

Observasi
Kolaboran mengamati dan mencatat pelaksanaan pembelajaran
dengan mengisi lembar observasi. Adapun lembar observasi
terlampir

d.

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator pada
siklus II ini, dalam analisis peneliti melakukan kolaborasi dengan
kolaborator agar hasil analisis lebih teliti. Hasil refleksi pada siklus
II ini digunakan untuk menentukan hipotesis penelitian yang sudah
peneliti lakukan.
Data dalam penelitian ini 1) Data primer berupa informasi dari

guru pengampu kelas V dan hasil observasi serta nilai tes setelah tindakan
dilaksanakan, 2) Data sekunder erupa dukumen antara lain berupa nilai
ulangan IPS sebelum tindakan yang diambil dari daftar nilai yang ada.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode
dokumentasi, observasi dan test. Instrumen Penelitian dalam penelitian ini
antara lain adalah daftar nilai, lembar observasi dan lembar evaluasi
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Siklus I
Tindakan siklus I terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Berdasarkan paparan pada data awal sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS, maka peneliti
membuat tindakan siklus I sebagai berikut :

10

a.

Perencanaan
1) Guru menyusun RPP berdasarkan materi (lampiran 8)
2) Guru menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan,
Misal :
a) Gambar-gambar tentang peternakan, perikanan
b) Contoh hasil pertanian seperti sayur-sayuran
c) Contoh hasil kerajinan seperti tas
3) Menyiapkan postes I setelah dilaksanakan pembelajaran
4) Menyiapkan lembar penilaian
5) Menyiapkan lembar observasi (Lampiran 2 dan 5)

b.

Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus I, guru mengajar berdasarkan
RPP (Lampiran 8). Pada saat pembelajaran berlangsung observer
melakukan observasi terhadap guru dan siswa.

c.

Observasi
Observer melakukan observasi apa yang telah guru dan siswa
lakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman
observasi. Setelah itu peneliti dan observer melakukan diskusi
refleksi.

d.

Refleksi
Setelah proses pembelajaran dan observasi dilakukan diskusi
refleksi antara peneliti dan observer. Guru melalukan refleksi apa
yang dilakukan dalam proses pembelajaran yaitu :
1) Refleksi terhadap guru
Dalam pembelajaran guru telah mmbuat pembelajaran lebih
menarik. Guru telah membuat anak lebih banyak berinteraksi
kepada teman-temannya. Guru juga telah melibatkan anak
dalam menarik kesimpulan pembelajaran sehingga anak akan
merasa pembelajaran lebih bermakna.
Namun demikian, dalam pembelajaran siklus I terdapat
beberapa kekurangan yaitu :

11

a) Guru dalam menggunakan alat peraga yang berupa gambar
ukurannya kurang besar sehingga kurang menarik perhatian
siswa.
b) Guru kurang menghargai jawaban siswa.
c) Bahasa yang digunakan guru kurang jelas karena guru
terlalu cepat dalam berbicara.
d) Guru kurang sistematis dalam penyampaian materi.
e) Guru kurang memberi motivasi kepada siswa untuk berani
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas
dan menjadi anak yang percaya diri.
2) Refleksi terhadap siswa
Dalam siklus I kemampuan mengidentifikasi materi
pembelajaran menunjukkan peningkatan. Sikap anak yang
demokratis, menghargai orang lain meningkat. Sikap jenuh
siswa saat proses pembelajaran menurun. Siswa mulai terfokus
pada materi pembelajaran. Sikap peduli terhadap orang lain
meningkat. Hubungan sosial antar siswa lebih bail walaupun
masih terdapat siswa yang terisolasi.
Adapun kekurangannya adalah :
a) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok belum optimal.
b) Antusias

dan

keberanian

siswa

dalam

menanggapi

pertanyaan maupun keberanian bertanya masih kurang.
c) Siswa

kurang

berani

mempresentasikan

hasil

kerja

kelompoknya dan rasa percaya diri masih kurang.
Karena pembelajaran pada siklus I masih terdapat banyak
kekurangan

maka

perlu

adanya

tindak

lanjut.

Untuk

menindaklanjuti kekurangan-kekurangan tersebut, dilakukan
pembelajaran siklus II dengan memperbaiki kekurangan siklus I.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari meningkatnya nilai
rata-rata siswa yang semula 58 menjadi 64.06. Walaupun
pembelajaran

dengan

model

Jigsaw

sudah

mengalami

12

peningkatan, namun peningkatan tersebut belum sesuai dengan
yang diharapkan. Untuk itu masih perlu adanya perbaikanperbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus II.
2.

Siklus II
Kekuragan siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II yang
dipersiapkan dalam RPP siklus II. Berdasarkan refleksi siklus I kemudian
peneliti merencanakan tindakan sebagai berikut :
a.

Tahap Perencanaan
1) Guru menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) (lampiran 9).
2) Guru menyiapkan alat peraga yang ukurannya besar.
3) Guru menghargai apersepsi dan membatasi waktu diskusi
kelompok

agar

pembelajaran

sesuai

dengan

rencana

pembelajaran yang telah disusun.
4) Menyiapkan postes sebagai evaluasi setelah dilaksanakan
pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar penilaian.
6) Menyiapkan lembar observasi (Lampiran 3 dan 6).
b.

Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II, guru mengajar berdasarkan
RPP (Lampiran 9). Pada saat pembelajaran berlangsung observer
melakukan observasi terhadap guru dan siswa. Adapun perbaikan
yang dilakukan guru adalah 1) Guru berupaya menyampaikan materi
secara sistematis agar siswa paham, 2) Guru memberi motivasi dan
melakukan pendekatan kepada siswa agar lebih akrab sehingga siswa
berani mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas
dan punya rasa percaya diri yang tinggi.

c.

Observasi
Observer melakukan observasi apa yang telah guru dan siswa
lakukan selama pross pembelajaran dengan menggunakan pedoman
observasi. Setelah itu peneliti dan observer melakukan diskusi
refleksi.

13

d.

Refleksi
Setelah proses pembelajaran dan observasi dilakukan diskusi
refleksi antara peneliti dan observer. Guru melalukan refleksi apa
yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Refleksi terhadap guru
Dalam siklus II kekurangan yang terdapat pada siklus I
telah dapat diatasi. Dalam penyampaian materi, guru telah
menyampaikan secara sistematis, sehingga anak lebih paham.
Guru telah melakukan pendekatan kepada siswa sehingga
hubungan antara guru dengan siswa lebih akrab yang
mengakibatkan

meningkatnya

keberanian

siswa

dalam

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan
menumbuhkan rasa percaya diri.
2) Refleksi terhadap siswa
Kekurangan yang ada pada siklus I telah dapat diatasi dalam
siklus II. Antusias siswa dalam menanggapi pertanyaan guru
meningkat. Siswa sudah berani bertanya ataupun menjawab
pertanyaan

dari

guru.

Keberanian

siswa

untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas juga
ada peningkatan. Anakpun juga semakin percaya diri.
Berdasarkan analisis dari pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan pembelajaran model jigsaw meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan yang
dicapai nilai rata-rata kelas yang semula pra tindakan hanya 58
dan 64.06 pada siklus I, menjadi 70.66 pada siklus II. Sebanyak
13 anak (86.66%) siswa sudah mencapai KKM. Dengan
demikian

dapat

dikatakan

bahwa

pembelajaran

dengan

menggunakan model jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar
khususnya pada pembelajaran IPS. Karena pada siklus II sudah

14

menunjukkan peningkatan yang optimal maka dihentikan pada
siklus II.
Pembahasan

pada

pelaksanaan

tindakan

yang

telah

dilaksanakan mulai dari siklus I sampai siklus II maka dapat
dikatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
Jigsaw dapat meningkatkan kerjasama kelompok yang akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di SDN I Boto,
Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Adapun tingkat
keberhasilan yang dicapai mulai dari sebelum tindakan sampai
dengan siklus II, Semula nilai rata-rata 58 dari 15 anak 40%
yang nilai mencapai KKM (6 anak), siklus I nilai rata-rata 64.06
(60%) yang nilai mencapai KKM (9 anak), siklus II nilai ratarata 70.66 (86.66%) yang nilai rata-rata mencapai KKM (13
anak) dan masih 2 anak yang belum mencapai KKM (13.33%).
Peningkatan tersebut menunjukkan adanya keberhasilan
pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw. Peningkatan
hasil belajar ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang
dicapainya pada setiap siklus. Nilai rata-rata kelas sebelum
tindakan ke siklus I yang semula 58 meningkat menjadi 64.06.
Dari siklus I nilai rata-rata 64.06 menjadi 70.66 pada siklus II.
Sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model
Jigsaw siswa yang mendapat nilai diatas KKM hanya 6 anak
(40%) dari jumlah anak didik 15 siswa. Setelah diterapkannya
pembelajaran model Jigsaw anak yang mencapai nilai KKM
menjadi 86.66% ( 13 anak) dari jumlah anak didik 15 siswa.
Masih 2 anak (13.33%) yang belum mencapai nilai KKM.
Dengan demikian dapat dilihat dengan jelas perbedaan hasil
belajar sebelum diterapkan pembelajaran dengan model Jigsaw
dan setelah diterapkan pembelajaran dengan model Jigsaw.
Hasil belajar setelah diterapkannya pembelajaran model Jigsaw
mengalami peningkatan yang dapat diketahui dari rata-rata

15

siswa dari jumlah siswa yang berhasil mendapat nilai diatas
KKM.
D. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
a. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif model Jigsaw pada pembelajaran IPS kelas V SDN I Boto
Wonosari Klaten dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang telah
dirumuskan

terbukti

kebenarannya.

Ini

berarti

bahwa

dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw: 1) Membuat anak
lebih bersikap demokratis, lebi menghargai orang lain dan menumbuhkan
rasa peduli terhadap orang lain, 2) Meningkatkan keberanian siswa dalam
bertanya atau menanggapi pertanyaan dari guru dan meningkatkan
keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di
depan kelas serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, dan 3)
Meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian maka pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS kelas V SDN I Boto
Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2012/2013.
b. IMPLIKASI
Penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru jika
menghadapi masalah yang sama atau sejenis yang banyak dialami oleh
siswa pada umumnya, dengan menggunakan pembelajaran model Jigsaw.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2000. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Isjoni. 2007. Cooperatif Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta
Lie, Anita. 2007. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo
Robert E. Slavin. 2011. Cooperative Learning. Bandung, Nusa Media.

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 101776 SAMPALI.

0 2 14

UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA KELOMPOK MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V SDN 2 WADUNGGETAS KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 1 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS Upaya Meningkatkan Kerja Kelompok Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Dalam Pembelajaran IPS Kelas V SDN I Boto Kecamatan Wonosari Kabupaten Kl

0 3 13

PENDAHULUAN Upaya Meningkatkan Kerja Kelompok Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Dalam Pembelajaran IPS Kelas V SDN I Boto Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 7

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS MULTIMEDIA.

0 1 18

STANDAR PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA UNTU (2)

1 2 69

STANDAR PERENCANAAN KETAHANAN GEMPA UNTU (1)

1 1 69