Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD (

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION

) PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV

MI MIFTAHUL KHAIR TANGERANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Rahayu Winarti NIM 1811018300042

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DMS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015M / 1436H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas izin dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW pembawa rahmat dan teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi yang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang” ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pendidikan Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain, penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Fauzan, MA, selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kependidikan, beserta stafnya yang telah memberikan rekomendasi kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;

3. Asep Ediana Latip, M.Pd, Selaku Pembimbing yang telah mengoreksi naskah skripsi ini dengan tekun;

4. Suamiku tersayang (Sudarno) dan anakku tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil hingga selesainya skripsi ini;

5. Kerdua orang tua saya yang senantiasa selalu mendo’akan;

6. Kepala Madrasah dan guru-guru MI Miftahul Khair Tangerang yang telah membantu dalam penyelesaian penyususan skripsi ini;

7. Teman-teman PGMI yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis yang telah membantu dukungan moril hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.


(7)

ii

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat, terutama pada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga bantuan, dukungan dan partisipasi baik secara moril maupun materil yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

Jakarta, 2014 Penulis


(8)

iii

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ………... iii

DAFTAR TABEL ………..… v

DAFTAR BAGAN ……… vi

DAFTAR GAMBAR ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ………….……… viii

ABSTRAK ………. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……….. B. Identifikasi Masalah ………... C. Pembatasan Masalah ……….. D. Perumusan Masalah ……….……….. E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ...………

1 4 4 4 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTENSIS

A. Kajian Teori ………..…...……….

B. Penelitian yang Relevan………..

C. Kerangka Berpikir ………..

D. Hipotesis Tindakan ………

6 33 36 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….………... B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .………

38 38


(9)

iv

C. Subjek Dalam Penelitian………….………...

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ………...…. E. Tahapan Intervensi Penelitian ………...…………. F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan .………

G. Data dan Sumber data ………...………

H. Teknik Pengumpulan Data ………

I. Instrumen Pengumpulan Data ………

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ………. K. Pengembangan Perencanaan Tindakan………..… L. Analisis Data dan Interpretasi Data ………...

41 41 42 43 44 44 44 48 50 50

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah ……….…………... B. Analisis Data Penelitian Persiklus ……….…...……….……

C. Pembahasan ………

51 56 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………

B. Saran ………...

71 71

DAFTAR PUSTAKA ………..……… 73


(10)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1: Pedoman Observasi Siswa 45

Tabel 3.2: Pedoman Observasi Guru 46

Tabel 3.3: Kisi-kisi soal tes hasil Belajar 48

Tabel 4.1: Jumlah siswa MI. Miftahul Khair 53

Tabel 4.2: Jumlah siswa kelas I sampai dengan kelas IV MI. Miftahul Khair Tahun Ajaran 2013-2014

53

Tabel 4.3: Keadaan Guru MI. Miftahul Khair 54

Tabel 4.4: Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I 57

Tabel 4.5: Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 59

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I 60

Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II 62

Tabel 4.8 Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 64

Tabel 4.9: Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II 66

Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Belajar Pada Siklus I dan II 69 Tabel 4.11 Presentase Hasil Belajar Pada Siklus I dan II 69


(11)

vi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Penilaian/Asesmen Diadaptasi ….……….……… Bagan 2.2 : Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial …...…………

Bagan 2.3 : Materi pembelajaran ………..

Bagan 2.4 : Bagan Kerangka Berfikir ………... Bagan 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas………

Bagan 4.1 : Struktur Organisasi ………

11 29 33 38 39 55


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus I 68 Gambar 4.2: Grafik Hasil Pre tes dan Post tes Siswa Pada Siklus II 73 Gambar 4.3: Grafik Perbandingan Hasil Pretes dan Post tes Siklus I dan II 78


(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12

Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Observasi Gueu Siklus I

Observasi Guru Siklus II

Rencana Pelaksana Pembelajaran Soal Siklus Ip

Soal Siklus II

Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus I

Hasil Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD Siklus II

Surat Izin Penelitian Surat Bukti Penelitian


(14)

ix

ABSTRAK

RAHAYU WINARTI, 2014. “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Pembelajaran IPS Kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang”

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan mengungkap sejauh mana efektifitas penggunaan Model Pembelajaran STAD dalam pembelajaran IPS sebagai alat untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MI Miftahul Khair .

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode PTK, dan tindakan penelitian yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, observasi kegiatan belajar, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair. Teknik pengumpulan data diperoleh dari hasil pre test dan post test serta lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah.

Hal tersebut dapat dilihat dari ketercapaian nilai KKM siswa dan

prosentase yang mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 55% dan pada siklus II sebesar 100%. Jadi, peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD adalah sebesar 45%.

Kata kunci: Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka di selenggarakan rangkaian kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjejang dan sistematis melalui pendidikan formal seperti sekolah.Tidaklah sederhana untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas hasil pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang di berikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generilisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik di arahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang Demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkunganya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pemdidikan IPS, tampaknya di butuhkan satu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan ketrampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode dan strategi

1

Abdul Rozak, dkk., Kompilasi Undang-Undang&Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), h.4


(16)

pembelajaran senantiasa terus di tingkatkan, agar penbelajaran pendidikan IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS di rancang untuk mengembangkan pengetahuaan, pemahaman, dan kemampuan analisi terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS di susun secara sistematis, komprenhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasialan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut di harapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang terkait.

Dampak dari kualitas pembelajaran IPS tersebut dan kesadaran semua pihak akan pentingnya pembelajaran IPS yang berkualitas, telah mendongkrak berbagai upaya pembenahan pembelajaran. Namun sayang, upaya tersebut sampai saat ini belum sesuai dengan yang di harapkan. Hampir tiga dekade pelaksaaan kurikulum bermuatan modern, tetepi keberhasilan belajar siswa belum tercapai secara optimal. Hal tersebut tentunya masih terhambatnya berbagai sarana dan prasarana serta fasilitas dari media yang kurang memadai sehingga selama ini guru mengajar hanya dengan metode konfensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan belajara mengajar menjadi mononton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran IPS. Akibatnya siswa kurang aktif dalam proses pembalajaran IPS.

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa di lepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi


(17)

sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan.

Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.

Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari- hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu di lakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran cooperative learning kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model cooperative learning diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

MI Miftahul Khair Tangerang adalah salah satu sekolah dasar yang terletak di kelurahan Gandasari, kecamatan Jatiuwung, kabupaten Tangerang, propinsi Banten. Kegiatan pembelajaran di MI ini masih termasuk tradisional karena kebanyakan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan guruhanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi.


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di MI Miftahul Khair Tangerang sebagai berikut: 1. Daya ingat siswa yang kurang terhadap materi pelajaran yang disampaikan. 2. Tidak terjadi interaksi yang maksimal antara guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa.

3. Metode pembelajaran yang digunakan guru didominasi dengan metode ceramah.

4. Guru tidak menggunakan alat peraga pelajaran yang sesuai dan dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang disampaikan.

5. Proses pembelajaran berpusat pada guru, dan bukan pada siswa.

6. Kurangnya minat dan perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan guru.

7. Kurangnya upaya guru untuk menggunakan metode pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS di kelas IV MI Miftahul Khair.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS MI Mifhahul Khair Tangerang?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS MI Mifhahul Khair Tangerang


(19)

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk merencanakan proses pembelajaran yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan motivasi dan hasil belajar yang baik.

b. Bagi kepala sekolah/madrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan atas perkembangannya bidang pendidikan.


(20)

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan istilah hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh siswa, yang sebelumnya tidak dapat dibuktikan dengan perbuatan.

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha.

Hasil belajar tampak sebagian terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan dan pengembangan yang lebih baik di banding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang insrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan belajar. Variabel yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat media yang tersedia, serta faktor lingkungan.2

b. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang di lakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya

2

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. II h. 15


(21)

merupakan suatu kegiatan hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk: (1) peserta didik akan mempunyai persepektif terhadap kekuatan dan kelemahanya atas perilaku yang di inginkan; (2) mereka mendapat bahwa perilaku yang di inginkan itu telah meningkat setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku sekarang dengan perilaku yang di inginkan. Kesinambungan tersebut merupakan perubahan dinamika proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan.3

Keberhasilan pembelajaran banyak dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor guru dapat melaksanakan pembelajaraan. Untuk itu, dalam melaksanakan pembelajaraan, guru harus berpijak pada prinsip-prinsip tertentu. Dimyati dan Mudjiono ada tujuan prinsip belajar, yaitu: “perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan dan penguatan, dan perbedaan individual.4

E. Mulyasa mengungkapakan evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditunjukkan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran. Sistem evaluasi harus memberikan umpan balik kepada guru untuk meningkatakan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara keseluruhan.5

Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan hanya ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif,

3

Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandiran Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 ), Cet. Ke. III, h. 208

4

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prisip,Tehnik, Prosedur, (Bandung: PR Remaja Rasdakarya, 2010), Cet. Ke-2, h. 249

5

E. Mulyasa, Impementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 102


(22)

menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.6

c. Penilaian Kognitif

pengertian penilaian kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.

d. Tehnik Penilaian Kognitif

Tehnik penilaian kognitif ada enam jenjang yaitu :

1. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagianya.

2. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman

dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan

pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.

3. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotensa atau

6

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetansi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke. 1, h. 36


(23)

kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari.

5. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

Tipe hasil belajar kognitif yang terakhir adalah evaluasi. Dengan kemampuan evaluasi, testee di minta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dan sebagainya. Berdasarkan suatu kinerja tertentu. Kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasanya, cara bekerjanya, cara pemecahanya, metodenya, materinya, atau lainnya.7

a. Definisi Tes

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.

- (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan

7

Ngalimin Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke. 7, h. 47


(24)

pilihan jawaban, menerangkan,mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas menjawab secara lisan dan sebagainya.

- Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.

- (Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dimulai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainnya.

- (Dalam istilah Indonesia: percobaan), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain, tester adalah objek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh objek evaluasi untuk melaksankan tugasnya)

Didalam bukunya yang berjudul Enaluasi Pendidikan, Drs. Amir Daien Indrakusuma mengatakan demikian:

“Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang

seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”.

Selanjutnya, di dalam bukunya: Teknik-Teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan:

“Tes ialah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid”.

Definisi terakhir yang di kemukakan disini adalah definisi yang dikutipkan dari

Webster’s Collegiate.Test = any series of question or exercises or other means of measuring the skill. Knowledge, intelligence, capacities of aptitudes or an individual or group.

Yang lebih kurang artinya demikian:

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuaan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilii individu atau kelompok.

Kutipan ini disajikan dalam buku: Encyclopedia of Educational Evaluation**) yang di dalam buku tersebut diterangkan pula bahwa pengertiannya dipersempit


(25)

dengan menyederhanakan definisi menjadi demikian:Test is comprehensive assessmennt of an individual orban entire program evaluation effort.

Artinya: Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program.

Dari beberapa kutipan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika di bandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Apabila rumusan yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai fungsi ganda yaitu: untuk mengukur siswa dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.8

Secara lengkap di gambarkan bagan penilaian sebagai berikut:

BAGAN 2.1: Penilaian/Asesmen Diadaptasi dari Utari S & S Hamid Hasan.9 b. Bentuk-Bentuk Tes

1. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian).

2. Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.Ciri-ciri

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 32-33 dan 53

9

Arnie Fajar, Portopolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke 3 (Revisi), h. 219

PENILAIAN

URAIAN OBJEKTIF

- Pilihan ganda - Benar – salah - Memasangkan/ - Menjodohkan PENAMPILAN TULISAN LISAN NONTES - Evaluasi - Skalasikap - Daftarcek - Lembar observasi - Portofolio - Dll. TES


(26)

pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainnya.

3. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini di maksud untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.

c. Macam-Macam Tes Objektif 1. Tes benar-salah (true-false)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statmet tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataan huruf itu salah.

2. Tes pilihan ganda (multi choice test)

Multi chice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memlih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau multipe choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor)

3. Menjodohkan (matching test)

Matching test dapat diganti dengan istilah memperbandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah: mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyannya.


(27)

4. Tes isian (completion test)

Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes penyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang di hilangkan atau yang harus di isi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.

Salah satu bentuk tes adalah pilihan ganda (multiple choice test) diantaranya: 1. Petunjuk penyusunan tes pilihan ganda

Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar-salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Tercoba (testee) di minta membenarkan atau menyalahkan setiap stem dengan tiap pilihan jawaban. Kemungkinan jawaban itu biasnya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah).

cara penulisan kata diatas adalah lebih baik dari pada jika pilihan jawaban disusun ke samping.

Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan cara: a) Mencoret kemungkinan jawaban yang tidak benar.

b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar). c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf di depan jawaban

yang di anggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari huruf di depan jawaban di anggap benar.

d) Membubuhkan tanda kali (x) atau tanda (+) di dalam kotak atau tanda kurung di depan jawaban yang telah di sediakan.


(28)

2. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam tes pilihan ganda:

a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bila di pandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya.

b) Dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor satu, benar nomor dua, dan sebagainya.

c) Kalimat pokoknnya hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat di pilih.

d) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.

e) Usahakan menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.

f) Kalimat pokok dalam setiap butir soal, hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.

g) Gunakan kata-kata: “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah

satu yang pasti lebih baik dari yang lain”, bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang benar.

h) Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.

Contoh:...kita sudah merdeka ...kita bekerja sama...kita masing-masing.

a. Andai kata...maka b. Meskipun...boleh c. Negara ...maka

d. Walaupun...tidak seharusnya e. Tahun 1945...dan

i) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar. j) Tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun

ide tersebut dapat kompleks.

k) Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah (misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya).


(29)

l) Susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.

m) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat urainnya maupun taraf tehnis.

n) Alternatf-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.

o) Buatlah alternantif pilihan ganda sebanyak empat. Bilaman terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan jawaban hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.

p) Hindarkan pengulangan suara atau penggulanngan kata pada kalimat pokok di alternatfi-alternatifnya, karena anak cenderung akan memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat di duga itulah jawaban yang benar.

q) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannnya melainkan hafalannya.

r) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang-suh, jangan inklusif, dan jangan sinonim.

s) Jangan gunakan kata-kata indikator seperti seperti selalu, kadang-kadang, pada umumya.

3. Cara pengolahan skor:

Untuk mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan 2 macam rumus pula.

a) Dengan denda, dengan rumus:

S = R- W 0 -1

S = skor yang diperoleh (Raw Score) R = jawaban yang betul


(30)

W = jawaban yang salah 0 = bannyaknya option 1 = bilangan tetap

Contoh : muridmenjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah. Skor = 17 - 3 = 16

4 – 1

b) Tanpa denda, dengan rumus:

S =R10

d. Cara pengolahan nilai kognitif

Penilaian merupakan sebuah prosses. Dalam sebuah penilaian pembelajaran harus dilakukan beberapa tahap menuju penilaian. Tahap sebuah penilaian meliputi tahap berikut:

a. Perencanaan, yang berisi kegiatan-kegiatan perumusan tujuan penilaian, penetapan aspek-aspek yang akan dinilai, penentuan metode penilaian yang akan digunakan, dan menetukan frekuensi pelaksanaan penilaian.

b. Pengumpulan data yang berupa kegiatan-kegiatan pelaksanaan penilaian, pemeriksaan hasil penilian atau lembar tugas dan pemeriksaan skor.

c. Pengolahan data hasil pengolahan yang mungkin dilakukan dengan teknik statistik atau nonstatistik tergantung jenis data yang diperoleh kuantitatif atau kualitatif.

d. Penafsiran terhadap hasil kegiatan pengolahan data dengan mendasarkan diri pada norma tertentu.

e. Penggunaan hasil penilaian yang telah selesai diolah dan di tafsirkan sesuai dengan tujuan penilaian.11

10


(31)

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhui hasil belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yakni: aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologi (yang bersifat rohaniah).

a. Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apabila disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi orang-orang khusunya siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengaran dan indra penglihatan, juga sangat mempengaruhui kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang redah, umpamanya, akan menyullitkan sensori register (gema dan citra). Akkibat negatif selanjutnnya adalah terhambatnya proses penyerapan informasi yang dilakukan sistem memori siswa tersebut.

b. Aspek Psikologi

Banyak fakor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antar faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih ensinsial itu adalah sebagai berikut:

11


(32)

c. Inteligensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan pisko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyusuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetepi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “ menara

pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

d. Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan lain sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

e. Bakat Siswa

Secara umum bakat (aptitude) adalah kemapuan potensi yang di miliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnnya, bakat tidak dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatih.

f. Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siwa dalam bidang-bidang tertentu. g. Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi adalah internal organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah.


(33)

2) Faktor Eksternal Siswa

Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

b) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

2. Faktor Pendekatan Belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan, faktor pendekatan belajar juga pengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keaktiifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efensiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang di rekayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

2. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) a. Pengertiaan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative)

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang di lakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan. Ada empat unsur


(34)

penting dalam SPK, yaitu: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus di capai.

Peserta adalah siswa yang melakukan proses belajar dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa di tetpakan berdasarkan beberapa pendekatan, di anatara pengelompokan yang di dasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang di dasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang di dasarkan atas campuran baik campuran di tinjau dari minat maupun campuran yang di tinjau dari kemampuan. Pendekatan apapun yang di gunakan, tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama.

Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan,dan lain sebagainya.

Upaya belajar adalah segala aktiviitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan guru, baik kemampuan dalam aspek kemampuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalamanan, maupun gagasan-gagasan.

Aspek tujuan yang dimaksud untuk memberikan arahan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).Sistem penilaian dilakuaan secara kelompok. Setiap kelompok akan mendapat penghargaan


(35)

(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan.12

Pembelajaran kooperatif dapat di definisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnsosn & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekaerja sama, dan proses kelompok. Dalam strategi pembelajaran kooperatif, siswa di arahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individual.13

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahamanan yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuaan pada siswa, tetapi juga harus membangun penngetahuaan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari penerapan dalam ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan ide-ide mereka sendiri.

Ciri-ciri pembelajaran cooperative learning antara lain : a. Saling ketergantungan positif (positive interdepence) b. Tanggung jawab perseorangan (idividual accountability) c. Tatap muka (face to face)

d. Komunikasi antar anggota (interpersonal comonication) e. Evaluasi proses kelompok (group processing)

Karakteristik Pembelajaran cooperative learning antara lain : 1) Siswa belajar dalam kelompok kooperatif dalam menguasai materi.

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), Cet Ke-1, h. 241-242

13

Lakmini Dewi, Masitoh..., Strategi Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet Ke-1, h. 232


(36)

2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3) Jika memungkinkan, masing-nasing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

Prinsip Strategi Pembelajaran kooperatif antara lain : a) Kemampuan Kerjasama

b) Otonomi Kelompok c) Interaksi Bersama d) Keikut sertaan Bersama e) Tanggung Jawab Individu f) Ketergantungan Positif

g) Kerjasama merupakan suatu nilai

b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif :

1. Model Student Team Achievetment Divisioan (STAD) 2. Model Jigsaw

3. Model Investigasi Kelompok (Group Investigation) 4. Model Make a Match (Membuat Pasangan)

5. Model TGT (Team Game Tournaments) 6. Model Struktural

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Achievement Divison) Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seseorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadapan keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa.


(37)

Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.14

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajara dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.

Berbagai metode ditemukan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team assisted Indidualization, dan Cooperative Intergrated Reading and Composition. Setiap metode tersebut dijelaskan berikut ini.

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan metode pengajaran yang memilah siswa kedalam tim belajar yang beranggotakan empat orang, yang merupakan campuran berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja sama dalam tim mereka. Untuk memastikan bahwa seluruh angota tim telah menguasi pelajaran tersebut, pada akhir pelajaran setiap siswa diberi tes tentang materi dan antar siswa tidak boleh saling membantu.15

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.

14

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), Edisi Ke-2, h. 403

15

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007). Edisi Kedua, h. 34-35


(38)

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

4. Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok- kelompok belajar.

5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

e.

kelebihan dan kelemahan Model STAD (

Student Teams

Achievement Division

)

Berdasarkan karakterisitiknya sebuah model pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya. Secara rinci kelebihan model ini ialah: 1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang

substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara Alpot16

2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik

3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak

4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif

5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator

6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar

16


(39)

7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru

8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup

9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok

10.Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi

11.Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu 12.Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi

untuk aktif dalam pembelajaran.

13.Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik.

14.Siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

15.Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi.


(40)

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini.

1. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.

2. Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.


(41)

3. Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupapkan nama mata pelajaran ditingkat sekolahan atau nama program studi di perguruan

tinggi yanng indentik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Namun IPS yang lebih di kenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari pada ahli atau pakar kita di Indonesia.17

Namun, Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan ada yang berarti program pelajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduaan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula didefinisikan dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing persekolahan tersebut.

Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial adalah terjemahan dari social sciences. Disamping imu-ilmu sosial terdapat pada ilmu-ilmu alam (sciences) dan humanistis/humaniora. Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga disipllin ilmu utama yang meliputi Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanistis terdiri, antara lain, Sejarah dan Sastra. Semua bidag keilmuan dan humanistis ini berakar pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.

17

H. Sapriya, Susilowati, dan Sadjaruddin Nurdin, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006). Edisi kesatu, cetakan Pertama, h. 3


(42)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan intergrasi dari berbagai cabang imu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuaan Sosial dirmuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Dalam kurikulum 2006 di kemukakan bahwa:

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang di berikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat isu sosial pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Muhammad Nu’man Soemantri mengemukakan:

Pendidikan IPS adalah penyerderhanaan disiplin ilmu-ilmu Sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikkan secara ilmiah dan psikologi untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.18

Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaraan geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan yang berkenaan

18

Sapriya, Dadang Sundawa, Lim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran IPS, (Bandunng: Upi Press, 2006), Cet. 1, h. 7


(43)

Antropologi Filsafat

Sejarah

Geografi

Sosiologi

Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Politik

Ekonomi

Psikologi Sosial

dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komperatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktvitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan sepiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong dalam ilmi-ilmu tentang kebijakaan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiolosi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, insutusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini di guanakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.

Bagan 2.2

Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial.19 b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakkan. Pendidikan IPS merupakkan padanan dari sosial studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakkan di AS pada tahun 1913 mengadopsi

19


(44)

Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS (Mars, 1980; Martoela, 1976).20

Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu, Martoela (1987) mengatakkan bahwa pembelajaran penidikan IPS lebih menekan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran IPS peserta didik di harapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan dan melatih sikap, nilai, moral dan keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimiliknya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformalisasikan pada aspek pendidikanya. Konsep IPS yaitu:

a. interaksi

b. saling tergantungan

c. keseimbangan dan perubahan d. keragaman/kesamaan/perbedaan e. konflik dan konsensus

f. pola (patron) g. tempat

h. kekuasaan (power) i. nilai kepercayaan

j. keadilan dan pemerataan k. kelangkaan (scarcity) l. kekhususan

m. budaya (culture), dan n. nasionalisme.21

Karakteristik pelajaran IPS di MI/SD, MTS/SMP, memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikkut.

20

Ibid, h. 172

21


(45)

1. Ilmu Pengetahuaan Sosial merupakan unsur-unsur dari geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarga negaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2. Standar Kompetisi dan Kompetisi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahsan atau topik (tema) tertentu.

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdispliner dan multidisipliner.

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan masalah sosial serta keadilan, dan jaminan keamanan.

c. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil terhadap segala masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di oganisasi secara baik. Dari rumus tujuan dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, dalam Puskur b: 4).22

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyrakat.

2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan menggunakkan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakkan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

22


(46)

3. Mampu mengunakkan model-model dan proses berfikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7. Fasilitataor di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik bagi

kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic socinty” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9. Menekan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang di berikan.

d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD dan MI adalah:

1) Sistem sosial dan budaya

2) Manusia, tempat, dan lingkungan 3) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 4) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 5) Sistem berbangsa dan bernegara23

23

Arnie Fajar, Portofolio; Dalam Pembelajarn IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. Ke-3 (Revisi), h. 111


(47)

Bagan 2.3 : Materi Pembelajaran

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Mengenai upaya meningkatakn kerja sama dalam kelompok melalui model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS, tulisan ini bukan merupakan yang pertama. Sebelumnya telah banyak dilakukan mengenai tema yang sama. Hanya saja, fokus pembahasanya yang berbeda. Jika pada tulisan ini hasil belajar siswa difokuskan melalui kerja sama dalam kelompok melalui pembelajaran tipe STAD dan dilakukan terhadap siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair Tangerang, maka pada penelitian sebelumnya penulis menemukan beberapa peneliti yang sama-sama berkaitan dengan hasil belajar siswa. Namun, sekali lagi meskipun membahas tema yang sama, peneliti-peneliti tersebut difokuskan pada hal yang berbeda, dengan sudut pandang yang berbeda pula.

Peneliti-peneliti tersebut antara lain :

Penduduk di Lingkungan Sekitar Kegiatan Ekonomi Memanfatkan Sumber Daya Alam Pengaruh Kondisi Alam Terhadap Kegiatan Ekonomi Kegiatan Memanfatkan Sumber Daya Alam Kegiatan Distribusi Kegiatan Konsumsi

Mata Pencarian Penduduk Pantai

Mata Pencarian Penduduk Daerah Rendah

Mata Pencarian Penduduk Daerah Tinggi

Mata Pencarian Penduduk di Perkotaan M e l I p u t i K i t a a k a n b e l a j a r


(48)

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS pada Konsep Kenampakan Alam Di Kelas 4 MI. As-Saudiyah Jakarta Barat Tahun Ajaran 1433 H/2012 M, Peneliti ini menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diberikan kepada siswa dalam sistem berkelompok. Siswa dikondisikan untuk bekerja bersama-sama didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademik. Angota-angota kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu. b. Pemberian model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa pada pelajaran IPS, sehingga hasil belajar IPS pun menjadi lebih baik. Hal ini terlihat dari semakin lebih tingginya peran serta siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat.

c. Nilai tes yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya semakin meningkat. Nilai rata-rata kelas lebih tinggi dari hasil tes yang mereka peroleh pada materi sebelumnya. Berarti penerapan mdel pembelajaran tipe STAD dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.24

2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Konsep Bangun Datar Melalui Model Kooperetif Tipe Student Team Achievement (STAD) di MI Al Muawanah Tahun 2013. Peneliti ini menyimpulkan :

a. Penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil 51,61% atau rata-rata nilai sebesar 64,19 sedang hasil evaluasi pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil evaluasi 74,19% atau rata-rata

24

Maria Ulfa, Penerapan Model Pembelajarn Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS pada Konsep Kenempakan Alam di Kelas 4 MI. As-Saudiyah Jakarta Barat. Skipsi, UIN Jakarta, 2012, h. 60


(49)

nilai sebesar 70,32. Dengan demikian hasil evaluasi pembelajaran Siklus II mengalami peningkatan dari siklus I.

b. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini di peroleh hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I sebanyak 81,14% sedang pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 85,88%. Dengan demikian aktivitas siswa pada siklus II meningkat sebesar 4,74% setelah menggunakan model Kooperatif tipe STAD.25

3. Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Kelas IV di SDN Jombang VIII Tahun 2012. Peneliti ini menyimpulkan :

Berdasarkan hasil analisa data peneliti, maka dapat di hasilkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Jombang VIII pada konsep Perubahan

Kenampakan Bumi dan Benda Langit.” Dengan ketuntasan keberhasilan belajar mencapai persentase lebih besar/ sama dengan 75% dengan nilai KKM 70. Tindakan memberi pertanyaan-pertanyaan pada siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.26

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, maka dapat di tentukan kesimpulannya adalah bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar IPS, model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan motivasi siswa. Karena melalui pembelajaran ini, proses pembelajaran lebih efektif dan memungkinkan peserta didik akan lebih aktif, kreatif, dan merasa senang dalam mencapai tujuan pembelajaran.

25

Sholihat, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Bangun Datar Melalui Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD). Skipsi, UIN Jakarta, 2013, h.

26

Dian Nur Aini, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Kelas IV SDN Jombang VIII. Skripsi, UIN Jakarta, 2012, h. 76


(50)

C. Kerangka Berfikir

Berikut ini disajikan bagan kerangka berfikir. Bagan 2.4: Kerangka Berfikir

INPUT PROSES OUTPUT

Kondisi Nyata

1.Hasil belajar siswa masih rendah pada mata pelajaran IPS 2.Minat belajar

siswa rendah dalam mata pelajaran IPS 3.Pembelajaran masih didominasi dengan metode ceramah pada mata pelajaran IPS 4.Pembelajaran IPS

masih bersifat teacher center 5.Belajar IPS hanya

mengunakan modul atau lembar kerja siswa (LKS) saja

6.Siswa kesulitan dalammenyelesaik an soal-soal IPS uijian akhir sekolah Masalah Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS Proses 1.Belajar dan hasil belajar

-Pengertian belajar -Pengertian hasil

belajar

-Penilaian hasil belajar -Penilaian kognitif -Tehnik penilaian

kognitif

-Cara pengolahan nilai kognitif

-Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dah hasil belajar 2.Konsep strategi

pembelajaran kooperatif (SPK) -Pengertian

pembelajaran kooperatif -Jenis-jenis modal

pembelajaran kooperatif -pembelajaran kooperatiftipe STAD -Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif -Kelebihan dankelemahantipe STAD

3. Pembelajaran IPS -Pengertian IPS -Karakteristik IPS -Tujuanpem belajaran

IPS Hasil Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV


(51)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah: “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menigkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Miftahul

Khair Tangerang pada materi “ Kegiatan Ekonomi Dalam Memanfaatkan Sumber


(52)

38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair kelas IV yang bealamat di RT.03 RW. 04 Kelurahan Gandasari Kecamatan Jatiuwung, Tangerang. Waktu Penelitian berlangsung terhitung pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Class Action Research CAR). Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut.

 Penelitian–kegiatan mencermati suatu suatu objek, menggunakan aturan metadologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

 Tindakan – sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

 Kelas – adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian yang lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan”ruang

tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta

didik yang sedang belajar.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitiaan tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi disebuah kelas. Saat ini penelitian tindakan kelas sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di semua jenjang


(53)

dan jenis sekolahan.27Adapun model yang digunakan dalam PTK ini adalah model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, model PTK ini terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan (Planning), tindakan (Acting), pengamatan (Observing), dan refleksi (Reflecting).

Hubungan keempat komponen tersebut dianggap sebagai satu siklus. Adapun secara visual, hubungan keempat komponen tersebut seperti digambarkan pada bagan di bawah ini.28

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Kurt Levin

Berdasarkan model yang dipilih tersebut diatas, maka peneliti melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :

a. Perencanaan (planning), peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan soal yang harus dikerjakan oleh siswa.

27

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Renika Cipta, 2010), Cet Ke-14, h. 130 dan 132

28

H. Dadang Yudhistira, Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang Apik; Asli Perlu Ilmiah Konsisten, (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 46-48

Planning Observing

Reflecting Acting


(54)

b. Tindakan (Acting), pada tahap peneliti melaksanakan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

c. Pengamatan (Observing), pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi (Reflecting), pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisa data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil analisa ini kemudian akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

2. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Dalam pelaksanaan PTK ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :

a. Tidak mengganggu komitmen mengajar

b. Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus

c. Menggunakan metode pemecahan masalah realistis atau dapat dilaksanakan d. Permasalahan berorientasi pada pemecahan masalah guru dalam tugas

kesehariannya pada mata pelajaran yang diampun

e. PTK dilakukan untuk tujuan perbaikan dan peningkatan proses hasil pembelajaran

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Mengenai manfaat PTK, Dadang Yudisthira mengatakan bawhwa terdapat setidaknya empat hal, sebagai berikut :

a. Pembiasan bagi guru menulis, mengorganisasi segala hal dalam proses pembelajaran

b. Inovasi dalam setiap pembelajaran di kelas c. Pengembanngan kurikulum yang mereka pahami d. Peningkatan profesionalisme guru29

29


(55)

4. Keungulan Penelitian Tindakan Kelas

PTK merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan profesionalismenya karena memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut: a. Sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka terhadap dinamika

pembelajaran di kelasnya.

b. Dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi lebih profesional.

c. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.

d. Tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu meninggalkan kelasnya.

e. Guru menjadi lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi

f. Memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan.

g. Publikasi hasil PTK tidak membutuhkan waktu yag sangat panjang30

C. Subjek Dalam Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah seluruh siswa kelas 4 (empat) MI. Miftahul Khair yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang putri dan 9 orang putra.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

kegiatan. Peneliti bekerja melakukan pengamatan, merencanakan tindakan, melaksanakan kegiatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Peneliti bekerja sama dengan Ibu Dwi Astuti, selaku guru IPS kelas IV dan sekaligus sebagai rekan peneliti yang berperan sebagai observer untuk observasi saat proses pembelajaran dilakukan.

30


(56)

E. Tahap Intervensi Penelitian

Perencanaan penelitian ini diawali dengan identifikasi persoalan di kelas dan direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian tersebut dilaksanakan dalam siklus peneliti yang terdiri dari pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I, maka peneliti akan melanjutkan pada perencanaan dan tindakan siklus II jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan dan begitu selanjutnya, sampai hasil analisa diakhiri tindakan menunjukan bahwa kreteria target atau tujuan yang telah ditetapkan.

Secara lebih rinci, tahapan pada setiap siklus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.Mengidentifikasi Masalah

Peneliti dengan guru wali kelas IV terkait dengan permasalahan yang selama ini muncul dalam kegiatan pembelajran di kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang, strategi serta model pembelajaran yang bagaimana agar prestasi dan hasil belajar siswa selama ini pada pembelajaran IPS. Sehingga diperlukan sebuah penyelesaian untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran.

2. Memeriksa Lapangan

Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan pada saat kegiatan belajar sedang berlangsung, untuk mengetahui permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Kemudian peneliti melakukan pencattan terhadap kejadian-kejadian di lapangan kegiatan ini dilakukan peneliti dengan melaksanakan pre test dengan mengunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam hal ini peneliti melakukan tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:

a.Tahap Perencanaan

Setelah peneliti mengetahui pokok permasalahan yang terjadi, maka peneliti merencanakan tindakan sebagai berikut :


(57)

1) Menyiapkan kelas tempat penelitian

2) Membuat rencana pelaksanan pembelajaran pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai.

3) Membuat instrument yang akan digunakan

4) Menyiapkan lembar pengamatan siswa dan guru, serta keperluan observasi lainnya

5) Pembagian kelompok dan pembagian tugas LKK

b. Tahap Pelaksanan

Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun. Dalam kegiatan ini peneliti mengikuti petunjuk-petunjuk yang telah disusun dalam skenario pembelajaran sesuai materi yang telah direncanakan sesuai dengan kesepakatan bersama, kegiatan ini melibatkan kolaborator. Kolaborataor disini adalah teman sejawat yang mengamati saat berlangsung kegiatan.

c. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi selama kegiatan pembelajaran. Lembar observasi tersebut berupa penelitian perbuatan ketika siswa berkelompok sehingga terlihat karakter siswa yang akan diamati. d.Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan ketika sudah selesai melakukan tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti sehingga dapat diketahi apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Refleksi ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana tindakan siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil itervensi yang diharapkan dari penelitian adalah hasil peningkatan hasil belajar siswa, dengan keberhasilan ketuntasan belajar mencapai presentase


(58)

75% dengan nilai KKM 70, setelah siswa pengalami pembelajaran denngan menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan setempat.

G. Data dan Sumber Data

1. Data pemantau diperoleh dari guru pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran observer.

2. Sumber data dalam peneliti ini adalah siswa-siswi kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang pada semester II tahun pelajaran 2013/2014

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang di lakukan pada penelitian ini di antaranya adalah :

1) Data tentang kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung dikumpulkan dengan lembar observasi pada setiap pertemuan.

2) Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes hasil belajar pada siswa untuk bahasan materi kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan setempat.

I. Instumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpul data mengenai pelaksanaan dan hasil dari program tindakannya akan di lakukan dengan menggunakan beberapa instrument penelitian.

1.Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam mengunakan metode tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes atau soal-soal tes. Soal


(59)

tes terdiri dari banyak butiran tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.31Tes hasil belajar berupa prettes dan posttes

2. Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.32

Dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat dan mengamati secara langsung kegitan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan dengan upaya meningkatakan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS. Untuk menetukan gambaran yang utuh tentang pelaksanan observasi, maka disusun pedoman observasi, Setiap belajar siswa di pantau atau di beri nilai sebagai berikut:

- Baik sekali di beri nilai 4 - Baik di beri nilai 3 - Cukup di beri nilai 2 - Kurang di beri nilai 1

Tabel 3. 1

Pedoman Observasi Siswa

No Aspek yang di observasi Baik

sekali Baik Cukup Kurang 1 Kemampuan siswa berdiskusi untuk

menjawab pertanyaan dan tugas-tugas dalam bahan ajar

2 Pemahaman siswa dalam persoalan yang diberikan dalam bahan ajar pada metode kooperatif tipe STAD

31

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Ed. Rev., Cet. 14, h.193

32

Ngalimin Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 149


(60)

dalam pembelajaran IPS

3 Siswa aktif mengemukakan

pendapat pada KBM

4 Terjadi interaksi antara siswa satu dengan yang lain

5 Antusias siswa dalam mengikuti KBM

6 Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

7 Siswa mengkomunikasikan alasan / bukti jawaban

8 Siswa mempresentasikan hasil diskusi

Tabel 3.2

Pedoman Observasi Guru

NO Aspek yang dibservasi Ya Tidak

A. Pendahuluan

1. Guru melakukan obeservasi kelas 2. Guru memberi motivasi

3. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai 4. Guru menjelaskan langkah pembelajaran B. Kegiatan inti

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan


(61)

2. Guru menyajikan informasi kepada siswa 3. Guru menginformasikan pengelompokan siswa 4 Guru memotivasi serta menfasilitasi kerja siswa

dalam kelompok-kelompok

5 Guru menugaskan siswa mengamati gambar gunung, pantai dan hutan

6 Guru memberi penjelasan tentang bahwa gunung, pantai merupakan sumber daya alam

7 Guru menugaskan siswa untuk berdiskusi tentang sumber daya alam yang ada di daerahnya

8 Guru menugaskan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

9 Melakukan tanya jawab tentang potensi sumber daya alam

10 Untuk mengukur ketercapaian kompetensi siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas-tugas yang ada di buku paket dan LKS

11 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah di laksanakan

12 Guru memberikan penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

C. Penutup

Dalam melaksanakan observasi guru di pantau atau di beri tanda dengan cara: - Ya diberi tanda dengan chek list (V)


(62)

Tabel 3.3

Kisi-kisi soal tes hasil Belajar

Kompetensi dasar Materi pokok Indikator Jumlah soal 1.1 Mengenal aktifitas

ekonom yang berkaitan dengan sumber daya alam danpotensi lain daerahnya

Aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain daerahnya

1. Menjelaskan pengertian kegiatan ekonomi 2. Menyebutkan

bentuk-bentuk kegiatan ekonomi di bidang jasa dan di bidang produksi 3. Menyebutkan kegiatan

ekonomi

4. Menjelaskan manfaat kegiatan ekonomi

5. Menjelaskan kerugian jika tidak ada kegiatan ekonomi 1 . 2 3 . 4 5 . 6 7 . 8 9 . 10

Dalam soal hasil belajar yang berupa pilihan ganda dengan satu item soal terdiri dari empat option, dengan penilaian sebagai berikut:

- Jika satu soal benar maka diberi nilai 1/10 - Jika satu soal salah maka diberi nilai 0

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan a. Uji Validitas

Pada penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, setalah data diperoleh kemudian dianalisis dan di hitung dengan menggunakan analisis kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk prosentase (%), untuk melihat keberhasilan keberhasilan penerapan penggunaan melalui model


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Rahayu Winarti, penulis lahir di Klaten, pada

tanggal, 11 Pebruari 1978, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Narto Suwiryo dan Maryani yang beralamat di Desa Puluhan, RT/RW, 05/03 Kec. Ttucuk, Kab. Klaten, Propensi. Jawa Tengah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1991 kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) lulus pada tahun 1994,

Setelah itu masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lulus pada tahun 1997, dan melanjutkan ke Universitas Muslim Asia Afrika (UMAA) Tangerang tidak sampai selesai yang akhirnya melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hdayatullah Jakarta pada tahun 2011 hingga selesai.

Penulis saat ini sebagai guru tetap Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Khair Jatiuwung Tangerang Selatan sejak tahun 2007 sampai sekarang, yang diangkat oleh Yayasan Miftahul Khairs.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI SRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ( STAD ) PADA Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Srategi Student Teams Achievement Division ( Stad ) Pada Pembelajaran Ips Dokumen Diri Dan Keluarga Siswa Kel

0 0 13

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.

0 1 30