NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TARI SRANDUL DI DESA KEDUNGOMBO BATURETNO Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Tari Srandul Di Desa Kedungombo Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah Th.2014.

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TARI

SRANDUL DI DESA KEDUNGOMBO BATURETNO

KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH TH.

2014

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Zakiyatun Muflikhah NIM: G000100120 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4434

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014


(2)

(3)

ABSTRAK

Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi

Jawa Tengah Th. 2014 ZAKIYATUN MUFLIKHAH

G000100120

Kesenian srandul termasuk jenis drama tari yang berasal dari Wonogiri. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional kerakyatan dan memberikan tekanan pada unsur kesakralan ritual dan hiburan. Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, merupakan desa yang masih melestarikan tarian tersebut. Setiap pementasan tari Srandul, terbukti selalu mendapatkan perhatian masyarakat, hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat Desa Kedungombo merupakan daerah yang letaknya berada di pinggiran wilayah Kecamatan Baturetno sehingga jauh dari berbagai macam bentuk hiburan. Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti nilai-nilai pendidikan islam yang ada dalam tari Srandul.

Permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah th. 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam budaya tari Srandul. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Yang menjadi subyek penelitian yaitu kepala desa, pemilik dan penari tari Srandul.

Metode penelitian dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode analisis data tertata dalam situs untuk diskripsi. Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah dengan cara mengumpulkan semua data yang ada.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, mendapatkan data bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah antara lain tentang ajaran hormat menghormati orang lain, kewajiban memohon kepada Allah SWT, kewajiban menikah bagi yang sudah dewasa, larangan hubungan di luar pernikahan, larangan perbuatan merusak diri, ajaran hidup rukun, larangan perselingkuhan dan poligami, larangan perbuatan mengejek dan mencemooh, hukuman bagi orang yang berbuat dosa, pertobatan, dan kebebasan hidup.


(4)

PENDAHULUAN

Perkembangan kesenian Islam mengalami proses penyesuaian atau percampuran dengan kesenian setempat yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam. Kesenian yang berkembang yaitu seni bangunan, seni pahat, kaligrafi, seni musik, seni sastra, dan lain-lain. Seni bangunan dapat kita lihat pada bentuk bangunan keraton dan bangunan masjid.

Seni musik merupakan salah satu bidang kesenian yang tidak luput dari pengaruh budaya Islam. Hal ini dapat kita lihat dari munculnya kesenian musik seperti terbangan, qasidah, gambus, yang berkembang di daerah Jawa dan Sumatra. Jelas sekali bahwa

jenis-jenis musik yang disebutkan di atas tidak pernah dikenal sebelumnya pada masa pra-Islam.

Hal ini dapat kita lihat dari seni tembang terutama dalam jenis Laras Madya yang meskipun menggunakan teks-teks Jawa tetapi berisi shalawatan atau semacam puji-pujian kepada Nabi Muhammad saw. Bidang seni lainnya yang berkembang pada masa Islam adalah seni tari. Beberapa contoh seni tari yang dipengaruhi oleh budaya Islam di antaranya adalah Tari Srandul, Kuntulan, Emprak, serta Seudati. Di beberapa daerah terdapat seni tari yang diiringi dengan pembacaan shalawat dan bacaaan lainnya dari Al-Qur an, seperti


(5)

permainan debus dan Seudati (Aceh).

Dalam berbagai sudut pandang masyarakat, Srandul dapat diartikan dengan berbagai pengertian yang berbeda namun pada umumnya intinya sama. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional kerakyatan yang menampilkan kisah-kisah yang berhubungan dengan persoalan-persoalan pertanian, persoalan kesuburan, kemakmuran, wabah, dan bencana. Srandul dapat dimanfaatkan di berbagai kesempatan, antara lain: pementasan, upacara-upacara yang berkenaan dengan pertanian dengan durasi waktu sampai semalam suntuk dalam beberapa episode. Kesenian ini memberikan tekanan pada

unsur kesakralan ritual dan hiburan.

Di Kabupaten Wonogiri tepatnya di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, tari Srandul merupakan yang masih tetap dilestarikan, setiap pementasan tari Srandul, terbukti selalu mendapatkan perhatian masyarakat, hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat Desa Kedungombo merupakan daerah yang letaknya berada di pinggiran wilayah Kecamatan Baturetno sehingga jauh dari berbagai macam bentuk hiburan.

Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang nilai-nilai pendidikan dalam


(6)

budaya tari srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari

Srandul di Desa

Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari

Srandul di Desa

Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

Ada beberapa

penelitian terdahulu yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini antara lain: 1. Jurnal Istiqro’ volume 06,

oleh Ahidul Asror tentang Ritual Islam Tradisional Rekonstruksi Nilai Lokal

dan Proses

Pembentukannya. Di dalam bukunya tulisannya beliau menguraikan tentang interaksi Islam dengan budaya lokal, bahwasanya Islam datang pun juga tidak pada ruang yang hampa, sehingga melahirkan rumusan Islam kreatif yang menjadi produk dari pola keberislaman masyarakat


(7)

Islam santri tradisional. Ini sebagai pluralisme Islam dalam skala mikro yang tentu tidak boleh dikonotasikan,

direndahkan/sebagau sesuatu yang mengada-ada.

2. Jurnal Kependidikan Islam volume 1, nomor 2, Agustus 2003-Januari 2004 oleh Abdul Munir Mulkhar tentang

Kecerdasan Ma’rifat dan

Revolusi Spiritual dalam Tradisi Sufi yang berisi tentang model pendekatan pendidikan Islam menggunakan maqomat sebagai tahapan-tahapan pengembangan

kepribadian dan kecerdasan. Dengan

model ini pendidikan bisa dipahami secara menyeluruh, artinya pendidikan dapat tercapai dari 3 aspek: kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Purwadi. (2005), dalam

bukunya yang berjudul Upacara Tradisional Jawa mengatakan bahwa disamping pendidikan formal dan nonformal tersebut, ada suatu bentuk sarana sosialisasi bagi warga masyarakat tradisional khususnya, yang disebut upacara tradisional.

Penyelenggaraan upacara itu penting bagi pembinaan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Antara lain


(8)

salah satu fungsinya adalah penguat norma-norma, serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku turun temurun.

4. Hadi, Sumandyo. (2006), dalam bukunya yang berjudul Seni dalam

Ritual Agama

mengatakan bahwa kebudayaan sendiri dari pandangan antropologi dideskripsikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.

Dari beberapa penelitian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

belum ada yang membahas tentang judul yang penulis gunakan, dan ini membuat penulis menjadikan budaya tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian dan pengurus Tari Srandul sebagai objek penelitian ini merupakan penelitian asli.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam


(9)

suatu latar yang berkonteks khusus.

Digunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mendeskripsikan karakteristik nilai-nilai pendidikan dalam budaya tari srandul dan berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta bagan gambar.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi berperan serta, yaitu

dengan cara mendatangi peristiwanya, kehadiran peneliti di lokasi sudah menunjukkan peran yang paling pasif. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati dan mencatat semua peristiwa terkait dengan nilai-nilai pendidikan dalam budaya Tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

2. Wawancara Mendalam Wawancara merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Metode ini ditujukan untuk mencari informasi, tanggapan dan penilaian dari pengurus serta pengelola Tari Srandul


(10)

di Desa Kedungombo secara langsung.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi bisa berbentuk pencatatan, gambar atau film. Pencatatan yang dilakukan bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.1

Adapun data dokumentasi yang penulis dapatkan diantaranya: catatan pengurus, foto-foto, dan lain-lain.

Setelah data

terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008) hlm. 72

menganalisis data untuk memperoleh kesimpulan. Dalam menganalisis data tersebut, penulis menggunakan metode analisis data deduktif. Deduktif merupakan metode yang menggunakan logika untuk menarik kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.

Adapun proses analisa data yang penulis lakukan yaitu dimulai dengan menelaah seluruh data yang


(11)

tersedia dari berbagai sumber, setelah data terkumpul dan dipelajari maka langkah selanjutnya adalah mereduksi data atau memilah-milah data dan membuang yang tidak perlu. Yang selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data adalah kegiatan berupa menyajikan berbagai informasi yang diperoleh dari reduksi data, disusun secara sistematis sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penggambaran Tari Srandul di Desa Kedungombo

Srandul sebagai salah satu kesenian tradisional

rakyat, bentuk

pertunjukkannya merupakan perpaduan antara gerak, tembang, gendhing dan dialog. Gerak yang digunakan dalam Srandul sederhana, cenderung spontanitas dan ada unsur gevulan. Pemain Srandul berjumlah 30 orang, yaitu 13 orang sebagai penari. Adapun penabuh iringan berjumlah 11 orang dan 5 orang sebagai pengerong dan 1 orang wanita sebagai penyanyi Campur Sari. a. Tahap Persiapan

Sebelum pementasan Srandul dilaksanakan, para pengurus dan para anggota kesenian Srandul melakukan musyawarah dengan tujuan


(12)

untuk membicarakan rencana pementasan serta pembagian tugas dalam pelaksanaan pentas. Musyawarah dilakukan kurang lebih satu minggu sebelum pementasan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, para pengurus dan anggota kesenian srandul juga dibantu oleh masyarakat Kedungombo, Kecamatan Baturetno. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Marsih2 mengemukakan sebagai berikut:

Sebelum pementasan para pengurus mengadakan musyawarah dengan para pemain untuk menjadwalkan persiapan-persiapan yang diperlukan dan rencana latihan. Selain itu karena persiapan cukup banyak, maka ketua kelompok tani melakukan koordinasi dengan warga masyarakat, sehingga

2

Wawancara dengan Marsih, 4 Maret 2014

pertunjukan tari nantinya dapat berjalan dengan lancar.

Persiapan untuk pementasan dimulai terlebih dahulu diadakan kegiatan antara lain: penataan alat musik dan penempatan sesaji di atas meja yang ditempatkan di tengah panggung pertunjukan. Pemain Srandul melakukan persiapan seperti merias wajah dan memakai busana menurut peran masing-masing. Kemudian setelah semua anggota sudah siap pentas, maka acara dapat dimulai. Pertunjukan ini dimulai pukul 20.00 WIB diawali dengan doa yang dilakukan oleh pimpinan kesenian Srandul bersamaan dengan membakar dupa atau kemenyan, kemudian


(13)

dilanjutkan pementasan Srandul.

b. Tahap Pementasan Pelaksanaan

pementasan tari srandul selalu diiringi dengan musik. Musik iringan mempunyai peranan penting dalam kesenian Srandul karena musik iringan merupakan kesatuan yang tidak dipisahkan pada sebuah sajian atau pertunjukan. Musik iringan yang digunakan pada pementasan kesenian Srandul berasal dari dua sumber suara yaitu, suara yang dihasilkan oleh alat musik dan suara yang dihasilkan oleh manusia (vokal).

Menurut Sanusi3 diketahui bahwa kesenian Srandul dalam mengawali pertunjukan menggunakan tetabuhan dengan tujuan mengundang perhatian masyarakat di sekitar dan sebagai pertanda bahwa pertunjukan Srandul akan segera dimulai. Tabuhan tersebut menggunakan gendhing dolanan seperti lir-ilir.

Setelah semua persiapan dianggap cukup, pementasan dilakukan. Pementasan kesenian Srandul dilakukan dalam 12 adegan yang dalam setiap adegannya memiliki arti tersendiri.

Sebagai contoh penulis akan menuliskan beberapa adegan sebagai berikut.

Pada adegan I, semua penari naik ke atas panggung

3


(14)

diperkenalkan satu persatu dilanjutkan dengan memberikan penghormatan kepada setiap

penonton dengan

membungkukkan badan pada penonton sambil kedua tangan seperti menyembah. Hal ini dimaksudkan agar kita sama-sama menghormati orang lain, walaupun orang lain itu terdiri dari berbagai macam karakter.

Pada adegan I ini di tampilkan para penari tentang menghormati penonton, hal demikian merupakan tindakan yang dilakukan sebagai kebiasaan penari. Sementara itu nilai-nilai pendidikan Islam yang di paparkan pada bab II hal. 7 yang menjelaskan tentang pengertian Syariah. Syariah merupakan sistem (norma) yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah swt dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Dalam Islam menghormati oranglain tidak harus dengan membungkukkan badan, tetapi dengan menghargai eksistensi oranglain sudah menunjukkan bahwa kita menghormatinya. Oleh karena itu apa yang dilakukan para penari Srandul tidak sesuai dengan syariat Islam. Pada adegan II, menggambarkan kebersamaan dalam satu keluarga, bersama memuja yang Maha Kuasa, memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar setiap pemain diberikan kekuatan. Pada adegan II ditampilkan tentang kebersamaan keluarga memuja yang Maha Kuasa. Pernyataan tentang kebersamaan keluarga merupakan syariah yang berarti


(15)

hubungan yang mengatur manusia dengan Allah swt dengan sesama manusia dan makhluk lainnya seperti yang sudah di jelaskan pada bab II hal. 7. Sedangkan pernyataan

“memuja yang Maha Kuasa” itu

menyimpang dari ajaran Islam, karena kita umat Islam di wajibkan menyembah hanya kepada Allah swt. Jika di kaitkan dengan teori bab II hal. 7 yang menjelaskan tentang rukun iman, maka pada adegan II ini tidak ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam.

Adegan III, yaitu adegan Semut Rambut, sesuai dengan namanya Semut Rambut memiliki karakter yang mau menang sendiri, pada adegan III ini menurut Rejo Darmanto mempunyai makna bahwa di

dunia ini, walaupun satu bapak satu itu tetapi ada pula di antara keluarga yang mau menang sendiri, hal ini seperti digambarkan pada karakter Semut Rambut, yang tentunya dalam ajaran Islam hal ini tidak dibenarkan.

Pada adegan ini ditampilkan tentang karakter yang mau menang sendiri. Pada pernyataan bab II hal. 8 yang menjelaskan bahwa Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) antara lain ridha kepada Allah, taat beribadah, menepati janji, melaksanakan amanah, dan segala perbuatan yang baik menurut pandangan Islam. Menurut pernyataan di atas maka adegan III tidak sesuai dengan syariat Islam tetapi adegan ini


(16)

lebih menonjolkan pada nilai kemanusiaan.

Adegan IV, adegan Duhsimak yang menggambarkan anak yang sedang menginjak dewasa, yang minta dinikahkan, dalam ajaran Islam menikahkan anak yang sudah menginjak dewasa adalah merupakan suatu kewajiban. Pada adegan IV ini ditampilkan tentang anak yang menginjak dewasa yang minta dinikahkan. Pada adegan ini ditampilkan anak yang menginjak dewasa yang minta dinikahkan. Hal demikian memang dibenarkan dalam Islam tetapi penggambaran dalam adegan IV ini tidak ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam yang sesuai dengan teori pada bab II tentang mendidik anak yang terdapat pada hal. 8 dan hal. 10

yang tercantum dalam surat Luqman ayat 13-19.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari deskripsi yang sudah di jelaskan, tari srandul adalah suatu tarian yang muncul dari masyarakat khususnya para petani yang kemudian di jadikan sebuah tontonan masyarakat. Tembangnya berisi tentang gambaran kehidupan masyarakat yang di dalamnya mengandung suatu amanah.

Dengan teori dan analisis yang sudah ada, jadi dapat disimpulkan bahwa tari srandul kebanyakan mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang relevan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Antara lain tentang


(17)

ajaran hormat menghormati orang lain, kewajiban memohon kepada Allah SWT, kewajiban menikah bagi yang sudah dewasa, larangan hubungan di luar pernikahan, larangan perbuatan merusak diri, ajaran hidup rukun, larangan perselingkuhan dan poligami, larangan perbuatan suka mengejek dan mencemooh, hukuman bagi orang yang berbuat dosa, pertobatan, dan kebebasan hidup.

B. Saran

Karena kurangnya nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tari Srandul, disarankan agar tari Srandul khususnya di daerah Kabupaten Wonogiri agar lebih diperhatikan.

Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri

disarankan untuk

memprakarsai pelestarian tari Srandul dengan memberikan kemudahan dan berbagai fasilitas untuk perkembangan tari Srandul dan menghindari kepunahan regenerasi tari Srandul.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An Nahlawi. 2004. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Arifin Muzayyin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta. BAPPEDA (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Wonogiri). 2013.


(18)

Wonogiri Dalam Angka 2013. Wonigiri: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.

Hadi, Sumandyo. 2006. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Buku Pustaka.

Hafid. 2009. Pendidikan Islam Antara Tradisi dan Modernitas. Salatiga: STAIN Prss.

Iwan. 2010. Srandul. (http://wazana-wazana.blogspot.com/2010/12/ srandul.html), diakses pada tanggal 31 Maret 2014

M. Anis Matta. 2006. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tison Cahaya Umat.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan pendidikan agama Islam di sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Darajat, Zakiah. 2011. Ilmu

Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara


(1)

dilanjutkan pementasan

Srandul.

b. Tahap Pementasan

Pelaksanaan

pementasan tari srandul

selalu diiringi dengan musik.

Musik iringan mempunyai

peranan penting dalam

kesenian Srandul karena

musik iringan merupakan

kesatuan yang tidak

dipisahkan pada sebuah

sajian atau pertunjukan.

Musik iringan yang

digunakan pada pementasan

kesenian Srandul berasal dari

dua sumber suara yaitu, suara

yang dihasilkan oleh alat

musik dan suara yang

dihasilkan oleh manusia

(vokal).

Menurut Sanusi3 diketahui bahwa

kesenian Srandul dalam

mengawali pertunjukan

menggunakan tetabuhan dengan

tujuan mengundang perhatian

masyarakat di sekitar dan sebagai

pertanda bahwa pertunjukan

Srandul akan segera dimulai.

Tabuhan tersebut menggunakan

gendhing dolanan seperti lir-ilir.

Setelah semua persiapan

dianggap cukup, pementasan

dilakukan. Pementasan kesenian

Srandul dilakukan dalam 12

adegan yang dalam setiap

adegannya memiliki arti

tersendiri.

Sebagai contoh penulis akan

menuliskan beberapa adegan

sebagai berikut.

Pada adegan I, semua

penari naik ke atas panggung

3


(2)

diperkenalkan satu persatu

dilanjutkan dengan memberikan

penghormatan kepada setiap

penonton dengan

membungkukkan badan pada

penonton sambil kedua tangan

seperti menyembah. Hal ini

dimaksudkan agar kita

sama-sama menghormati orang lain,

walaupun orang lain itu terdiri

dari berbagai macam karakter.

Pada adegan I ini di

tampilkan para penari tentang

menghormati penonton, hal

demikian merupakan tindakan

yang dilakukan sebagai

kebiasaan penari. Sementara itu

nilai-nilai pendidikan Islam yang

di paparkan pada bab II hal. 7

yang menjelaskan tentang

pengertian Syariah. Syariah

merupakan sistem (norma) yang

mengatur hubungan manusia

dengan Allah swt dengan sesama

manusia dan makhluk lainnya.

Dalam Islam menghormati

oranglain tidak harus dengan

membungkukkan badan, tetapi

dengan menghargai eksistensi

oranglain sudah menunjukkan

bahwa kita menghormatinya.

Oleh karena itu apa yang

dilakukan para penari Srandul

tidak sesuai dengan syariat Islam.

Pada adegan II,

menggambarkan kebersamaan

dalam satu keluarga, bersama

memuja yang Maha Kuasa,

memohon kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa agar setiap pemain

diberikan kekuatan. Pada adegan

II ditampilkan tentang

kebersamaan keluarga memuja

yang Maha Kuasa. Pernyataan

tentang kebersamaan keluarga


(3)

hubungan yang mengatur

manusia dengan Allah swt

dengan sesama manusia dan

makhluk lainnya seperti yang

sudah di jelaskan pada bab II hal.

7. Sedangkan pernyataan “memuja yang Maha Kuasa” itu menyimpang dari ajaran Islam,

karena kita umat Islam di

wajibkan menyembah hanya

kepada Allah swt. Jika di kaitkan

dengan teori bab II hal. 7 yang

menjelaskan tentang rukun iman,

maka pada adegan II ini tidak

ditemukan nilai-nilai pendidikan

Islam.

Adegan III, yaitu adegan

Semut Rambut, sesuai dengan

namanya Semut Rambut

memiliki karakter yang mau

menang sendiri, pada adegan III

ini menurut Rejo Darmanto

mempunyai makna bahwa di

dunia ini, walaupun satu bapak

satu itu tetapi ada pula di antara

keluarga yang mau menang

sendiri, hal ini seperti

digambarkan pada karakter

Semut Rambut, yang tentunya

dalam ajaran Islam hal ini tidak

dibenarkan.

Pada adegan ini

ditampilkan tentang karakter

yang mau menang sendiri. Pada

pernyataan bab II hal. 8 yang

menjelaskan bahwa Akhlak

Mahmudah (akhlak terpuji)

antara lain ridha kepada Allah,

taat beribadah, menepati janji,

melaksanakan amanah, dan

segala perbuatan yang baik

menurut pandangan Islam.

Menurut pernyataan di atas maka

adegan III tidak sesuai dengan


(4)

lebih menonjolkan pada nilai

kemanusiaan.

Adegan IV, adegan

Duhsimak yang menggambarkan

anak yang sedang menginjak

dewasa, yang minta dinikahkan,

dalam ajaran Islam menikahkan

anak yang sudah menginjak

dewasa adalah merupakan suatu

kewajiban. Pada adegan IV ini

ditampilkan tentang anak yang

menginjak dewasa yang minta

dinikahkan. Pada adegan ini

ditampilkan anak yang

menginjak dewasa yang minta

dinikahkan. Hal demikian

memang dibenarkan dalam Islam

tetapi penggambaran dalam

adegan IV ini tidak ditemukan

nilai-nilai pendidikan Islam yang

sesuai dengan teori pada bab II

tentang mendidik anak yang

terdapat pada hal. 8 dan hal. 10

yang tercantum dalam surat

Luqman ayat 13-19.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari deskripsi yang

sudah di jelaskan, tari srandul

adalah suatu tarian yang

muncul dari masyarakat

khususnya para petani yang

kemudian di jadikan sebuah

tontonan masyarakat.

Tembangnya berisi tentang

gambaran kehidupan

masyarakat yang di dalamnya

mengandung suatu amanah.

Dengan teori dan

analisis yang sudah ada, jadi

dapat disimpulkan bahwa tari

srandul kebanyakan

mengandung nilai-nilai

kemanusiaan yang relevan

dengan nilai-nilai pendidikan


(5)

ajaran hormat menghormati

orang lain, kewajiban

memohon kepada Allah

SWT, kewajiban menikah

bagi yang sudah dewasa,

larangan hubungan di luar

pernikahan, larangan

perbuatan merusak diri,

ajaran hidup rukun, larangan

perselingkuhan dan poligami,

larangan perbuatan suka

mengejek dan mencemooh,

hukuman bagi orang yang

berbuat dosa, pertobatan, dan

kebebasan hidup.

B. Saran

Karena kurangnya

nilai-nilai pendidikan Islam

yang terkandung dalam tari

Srandul, disarankan agar tari

Srandul khususnya di daerah

Kabupaten Wonogiri agar

lebih diperhatikan.

Kepada Pemerintah

Daerah Kabupaten Wonogiri

disarankan untuk

memprakarsai pelestarian tari

Srandul dengan memberikan

kemudahan dan berbagai

fasilitas untuk perkembangan

tari Srandul dan menghindari

kepunahan regenerasi tari

Srandul.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An Nahlawi. 2004.

Pendidikan Islam di Rumah,

Sekolah, dan Masyarakat.

Jakarta: Gema Insani.

Arifin Muzayyin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Wonogiri). 2013.


(6)

Wonogiri Dalam Angka 2013. Wonigiri: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.

Hadi, Sumandyo. 2006. Seni Dalam

Ritual Agama. Yogyakarta:

Buku Pustaka.

Hafid. 2009. Pendidikan Islam

Antara Tradisi dan

Modernitas. Salatiga: STAIN Prss.

Iwan. 2010. Srandul. (http://wazana-wazana.blogspot.com/2010/12/ srandul.html), diakses pada tanggal 31 Maret 2014

M. Anis Matta. 2006. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tison Cahaya Umat.

Muhaimin. 2002. Paradigma

Pendidikan Islam: Upaya

mengefektifkan pendidikan

agama Islam di sekolah.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Darajat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara