Harapan Dinkes 25 Nov 2017

Departemen Kebijakan dan Manjemen Kesehatan FK UGM
Menyelenggarakan seminar dengan topik:

Apa posisi dan peran Dinas
Kesehatan Propinsi dan Kabupaten di
era JKN?
Kamis 14 Desember 2017, pukul 10.00 – 12.00 WIB
Disiarkan melalui webinar:
https://attendee.gotowebinar.com/register/4624548492677866243
Webinar ID:

676-854-459

Pengantar
Saat ini terjadi perubahan besar dalam Sistem Kesehatan di Indonesia.
Disamping perubahan epidemiologis, demografis dan teknologi kedokteran,
system pembiayaan juga berubah. Dengan adanya BPJS Kesehatan, terjadi pembagian
peran baru dimana upaya preventif dan promotif terutama dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, sedangkan upaya kuratif di
pelayanan primer dan sekunder dibiayai oleh BPJS Kesehatan. Dari aspek regulasi, muncul dua
regulator di daerah yaitu Dinas Kesehatan dengan BPJS yang juga diberi peran sebagai regulator

penyelenggaraan JKN sesuai kewenangan yang diberikan UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 11. Yang
menarik, dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan UU SJSN dan UU BPJS justru
kewenangan dinas kesehatan tidak jelas atau bahkan tidak ada. Hal ini menyebabkan pertanyaan
besar mengenai peran DinKes dalam JKN. Apakah sebagai regulator system kesehatan ataukah
sebagai kontraktor BPJS? Pertanyaan ini mendorong dilaksanakannya seminar mengenai
posisi dan peran Dinas Kesehatan di era JKN saat ini dan di masa mendatang.
Tujuan:
1. Membahas posisi Dinas Kesehatan Propinsi -Kabupaten /Kota di system kesehatan;
2. Membahas hubungan DInas Kesehatan dengan BPJS setempat;
3. Membahas harapan Kepala Dinas Kesehatan mengenai posisi Dinkes
sebagai steward system kesehatan.
4. Membahas berbagai penelitian mendatang sebagai follow-up
kegiatan seminar ini.
Pembicara: Prof. Laksono Trisnantoro
Pendaftaran Sdri Henny Romi: 0815-7936-822
Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM, Gedung IKM FK
UGM . 0274-542900.

Metode:
Setelah mengikuti seminar, para Kepala Dinas Kesehatan dan staf diminta

untuk menuliskan secara pengisian terbuka berbagai harapan untuk
penguatan peran Dinas Kesehatan sebagai Steward.
Hasil:
Harapan Dinas Kesehatan Untuk Memantapkan Posisi Sebagai
Steward

Harapan Dinas Kesehatan dalam memantapkan posisi sebagai steward
dibagi menjadi 4 kategori yaitu: 1) pembiayaan; 2) regulasi; 3) SDM, sarana
dan prasarana; dan 4) pelatihan. Pengelompokkan ini didasarkan pada hasil
jawaban Dinas Kesehatan ketika mengikuti seminar stewardship yang telah
diselenggarakan atas kerjasama Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
(PKMK) FK UGM dengan BPJS Kesehatan tanggal 7 November 2017.
Sebanyak 102 Dinas Kesehatan yang memberikan harapan untuk
memantapkan posisi sebagai steward. Harapan terbanyak diusulkan 16 dinas
kesehatan tentang “Pemerataan Tenaga Kesehatan di semua Fasilitas
Kesehatan di seluruh wilayah Indonesia”. Hasil selengkapnya adalah sebagai
berikut:
Regulasi: Ada 52 harapan yang tergolong pada perbakan regulasi untuk
meningkatkan peran Stewardship di Dinas Kesehatan. Terlihat bahwa
sebagian besar menyatakan ingin adanya perubahan kebijakan tentang

fungsi DInas Kesehatan dalam hubungannya dengan BPJS.
SDM, Sarana, dan Prasarana: Rangking ke 2 dalam memberikan
pendapat adalah mengenai SDM, Sarana dan Prasarana.
Ada 23
pendapat yang mengharapkan perbaikan di aspek ini. Yang menarik
sebagian besar berharap adanya pemerataan yang lebih baik di
Indonesia.
Pelatihan: Kegiatan pelatihan berada di urutan ketiga dengan 17
pendapat. Kegiatan pelatihan yang terbanyak (7) mengenai peningkatan
kompetensi medic dan manajerial yang memang relevan dengan era JKN.
Pembiayaan: Kelompok terkecil mengenai usulan pembiayaan termasuk
untuk mendanai fungsi Steward di dalam pelakansanaan UHC. Pendanaan
ini penting karena saat ini belum jelas sumber dana dari mana untuk
menjalankan stewardship.

Rinciannya adalah sebagai berikut:

1.Regulasi
Ada 52 harapan yang tergolong pada perbaikan
regulasi untuk meningkatkan peran Stewardship di

Dinas Kesehatan. Terlihat bahwa sebagian besar
menyatakan ingin adanya perubahan kebijakan
tentang
fungsi
DInas
Kesehatan
dalam
hubungannya dengan BPJS.
Usulan

Jumla
h
1. Memperkuat
fungsi
5
pengawasan
oleh
DInKes
terhadap pelaksanaan program
JKN.

2. Adanya
Monitoring
dan
4
Evaluasi Pemerintah Pusat
terkait Dukungan Pemerintah
Daerah
pada
Program
Jaminan Kesehatan Nasional.
3. Dinas
Kesehatan
4
mendapatkan
data
dan
informasi dari BPJS Kesehatan
untuk
perencanaan
kesehatan di Daerah.

4. Adanya sinergi antara Dinas
2
Sosial dan Dinas Capil dalam
melengkapi data yang ada di
masterfile JKN.
5. Ada regulasi tentang posisi
2
rumah sakit sebagai UPT Dinas

Perse
ntase

3,92%

3,92%

1,96%

1,96%


Kesehatan.
6. Keterlibatan kementrian lain
dalam hal ini Kemendagri dalam
pemberian petunjuk langsung
kepada Pemda terkait JKN.
7. Terkait redistribusi peserta
JKN
/pemerataan
peserta
diharapkan
standar
rasio
dokter berbanding peserta
bisa lebih besar dari standar
1 : 5000, khususnya bagi
Puskesmas.
8. Evaluasi program JKN agar
dilaksanakan segera secara
reguler setiap minimal 1
kali/tahun.

9. Menetapkan Sistem reward
dan punishment yang jelas
bagi
Fasyankes
yang
berperforma baik maupun
yang ada indikasi kecurangan
performa kurang baik.
10. Regulasi terkait dengan UHC
2019 lebih dispesifikkan lintas
sektor.
11. Terlibat dalam merumuskan
regulasi yang dikeluarkan oleh
BPJS Kesehatan.
12. Ada standar rasio retribusi
untuk Puskesmas.
13. Ada
regulasi
untuk
memperjelas

tugas
Dinas
Kesehatan dalam stewardship.
14. Penyederhanaan
alur

2

1,96%

2

1,96%

2

1,96%

2


1,96%

2

1,96%

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1


0,98 %

pengadaan obat.
15. Sinergitas program jaminan
kesehatan nasional pada tingkat
nasional.
16. Ada Peraturan Pemerintah
untuk mensingkronkan berbagai
kepala SKPD yang ada di daerah
terkait dengan program BPJS
Kesehatan agar peran masingmasing SKPD jelas.
17. Perubahan Regulasi tentang
pengadaan
obat
karena
kurangnya Apoteker di PKM.
18. Obat-obatan
yang
telah
masuk dalam fornas agar dapat
ditambahkan.
19. Adanya perbedaan perlakuan
dalam hal daerah terpencil dan
daerah tidak terpencil.
20. Kedudukan
Rumah
Sakit
dikembalikan berada di bawah
UPTD Dinas Kesehatan.
21. Monev
terpadu
lintas
program dan lintas sektor di
FKTL dam FKTP.
22. Dinas kesehatan tidak hanya
sebagai pemberi izin saja,
tetapi diberikan kewenangan
penuh
dalam
memonitor
agar pelayanan kesehatan
sesuai
dengan
standard
Mutu.
23. Ada perbedaan kapitasi JKN
antara PKM akreditasi dasar,

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

Madya, Utama, Paripurna,
dan
kategori
wilayah,
sehinga
menimbulkan
motivasi bagi puskesmas
dalam
proses
Akreditasi
FKTP/FKTL.
24. Adanya regulasi yang sama
antara pelayanan kesehatan
milik pemerintah dengan
pelayanan kesehatan milik
swasta tentang programprogram pemerintah tentang
kesehatan.
25. Setiap regulasi yang akan
dikeluarkan di tingkat pusat
agar dapat memperhatikan
keadaan kondisi di setiap
wilayah
terutama
ketersedian sdm dan fasilitas
agar
dapat
diimplementasikan
dengan
baik.
26. Perlu
adanya
penyederhanaan
regulasi
terkait
dengan
system
pengelolaan keuangan dana
kapitasi berbasis komitmen.
27. Perlu adanya regulasi dan
instrument
khusus
tentang
pengelolaan
obat
JKN
di
puskesmas.
28. Perlunya
Dinkes
Wilayah
mengatur rujukan ke DKI.
Karena
DKI
menerima

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

29.

30.

31.

32.

33.

34.

rujukan seluruh Indonesia
dan tidak mungkin menolak
rujukan dari daerah.
Khusus peserta PBI APBN dan
APBD sepenuhnya terdaftar
di
Faskes
Primer
milik
Pemerintah.
Peserta diberi kesempatan
memilih
Faskes
sesuai
domisili terdekat terutama
untuk daerah perbatasan.
BPJS Kesehatan tetap terlibat
aktif
dan
berkelanjutan
sebagai
mitra
untuk
pelaksanaan & monitoring,
bukan hanya pada posisi
sebagai purchaser.
Membentuk
Tim
Pertimbangan Klinis tingkat
Kab/Kota dengan melibatkan
pihak terkait.
Regulasi dari pusat terutama
mendukung Universal Health
Coverage
2019
harus
dipertegas dengan regulasi
PERMENDAGRI dan PERMKEU.
Kepesertaan
untuk
BPJS
Kesehatan menuju Universal
Health Coverage 2019 harus
melibatkan KEMENSOS dan
DINSOS
Kabupaten/Kota
untuk mempercepat validasi
dan pendataan masyarakat
yang berhak menerimanya.

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

35. Dalam
hal
pelaksanaan
kre/rekredensialing
sebagai
dasar kerja sama fasilitas
kesehatan
dengan
BPJS
kesehatan sepenuhnya dapat
melibatkan Dinas Kesehatan.

1

0,98 %

2.SDM, Sarana, dan Prasarana
Rangking ke 2 dalam
adalah mengenai SDM,
Ada
23
pendapat
perbaikan di aspek ini.
besar berharap adanya
baik di Indonesia.
Usulan

memberikan pendapat
Sarana dan Prasarana.
yang
mengharapkan
Yang menarik sebagian
pemerataan yang lebih

Jumla
h
1. Pemerataan Tenaga Kesehatan
16
di semua Fasilitas Kesehatan di
seluruh wilayah Indonesia.
2. Pemenuhan
sarana
dan
3
prasarana di FKTP sesuai
dengan standar.
3. Dukungan untuk menyediakan
1
aplikasi Pcare secara Offline.
4. Moratorium tenaga kesehatan
1
dicabut karena kekurangan
tenaga kesehatan khususnya
dokter di Puskesmas.
5. Penempatan tenaga khusus JKN
1
untuk penanganan administrasi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama.
6. Masyarakat
umum
dapat
1
mengakses data kepesertaan
JKN
melalui
tools
yang
disediakan BPJS.

Perse
ntase
15,69
%
2,94%
0,98 %
0,98 %

0,98 %

0,98 %

3.Pelatihan
Kegiatan pelatihan berada di urutan ketiga dengan
17 pendapat. Kegiatan pelatihan yang terbanyak
(7) mengenai peningkatan kompetensi medic dan
manajerial yang memang relevan dengan era JKN.
Usulan

Jumla
h
1. Peningkatan
kompetensi
7
medis dan manajerial bagi
staf
Dinas
Kesehatan,
Puskesmas dan Jejaringnya.
2. Workshop pemahaman dan
3
implementasi Ina CBGs.
3. Sosialisasi regulasi sebelum
1
diimplementasikan.
4. Pelatihan
dan
sosialisasi
1
regulasi
terbaru
tentang
Fraud.
5. Perlu adanya peningkatan
1
kompetensi Tim Monev baik
dari
segmen
SDM
atau
instrumen Monev.
6. Perlu
adanya
pelatihan
1
tentang pengelola JKN baik di
Dinkes
atau
Puskesmas
terkait dengan pengelolaan
dana kapitasi.
7. Kegiatan
sosialisasi
1
stewardship
mengundang
Pejabat di lingkungan Pemda
seperti Sekda, Biro terkait
sehingga sosialisasi dapat

Persent
ase
6,86%

2,94%
0,98 %
0,98 %
0,98 %

0,98 %

0,98 %

optimal dna menyeluruh.
8. Pelatihan kapasitas tenaga
medis / tenaga paramedis
dengan sumber pembiayaan
dari APBN dan terstandar.
9. Pelatihan
terpadu
untuk
penyamaan
persepsi
terhadap
fungsi
masingmasing dalam JKN.

1

0,98 %

1

0,98 %

4.Pembiayaan
Kelompok terbawah adalah mengenai
pembiayaan termasuk untuk mendanai
Steward
di
dalam
pelakansanaan
Pendanaan ini penting karena saat ini
jelas
sumber
dana
dari
mana
menjalankan stewardship.
Usulan

Jumla
h
1. Dukungan pembiayaan dari
1
pemerintah
pusat
untuk
perluasan
kepesertaan
terutama masyarakat miskin
dan tidak mampu mencapai
UHC
sehingga
beban
pemerintah
daerah
tidak
terbagi
pada
pembiayaan
kepesertaan
2. Adanya dukungan anggaran
1
untuk
mendukung
fungsi
stewardship
3. Biaya
manajemen
untuk
1
supporting pengelolaan JKN di
Dinkes
tersedia,
misalnya
untuk pelaksanaan program
Tim Anti Fraud, Monev, dan Tim
Verifikasi Data
4. Adanya sumber dana untuk
1
program
lintas
sektor
diverifikasi data yang akan
diintegrasi ke BPJS

usulan
fungsi
UHC.
belum
untuk

Perse
ntase
0,98 %

0,98 %
0,98 %

0,98 %

5. Jasa Pelayanan Medis tidak
hanya diberikan kepada ASN
6. Adanya alokasi dana kapitasi
yang
diperuntukkan
untuk
Dinas Kesehatan dalam rangka
pembinaan dan pengawasan
7. Pengenaan tarif INA CBG agar
tidak berdasarkan kelas (tipe)
RS, melainkan ketersediaan
pelayanannya
8. Penambahan alokasi anggaran
untuk
persiapan
akreditasi
Puskesmas
9. Memperbesar porsi promotif
preventif Puskesmas dalam
pelaksanaan JKN
10. Ada keluasaan bagi PKM
dalam mengelola keuangan
melalui BLUD

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %

1

0,98 %