Pengaruh Pengungkapan Csr, Gcg, Beban Dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang sesuai dengan isi Pasal 74 Undang
– Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Undang – undang tersebut
mewajibkan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang sumber daya
alam melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam Pasal 66 ayat 2C
Undang – Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 juga dinyatakan bahwa
semua perusahaan wajib untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan dalam laporan tahunan. Dalam Undang-Undang tersebut
dinyatakan bahwa Direksi menyampaikan laporan tahunan, termasuk laporan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada RUPS setelah ditelaah
oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah
tahun buku perseroan berakhir.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bagi perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya tidak dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam,
tidak wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara umum pengungkapan atas hal – hal sosial
ataupunlingkungan masih bersifat sukarela (voluntary).Hal ini menyebabkan
kesadaran perusahaan untuk mengungkapkan aktivitas sosial dalam laporan
tahunan masih sangat rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan
pengungkapan informasiCorporete Social Responsibility dalam laporan tahunan.

2

Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah ukuran perusahaan,
profitabilitas, industri, lokasi (negara asal perusahaan), aturan pelaporan yang
dimiliki negara, intensitas modal, perilaku eksekutif senior, umur perusahaan, dan
keberadaan komite CSR dalam perusahaan.
Corporate

Social

Responsibility


merupakan

suatu

bentuk

pertanggungjawaban yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam memperbaiki
kesenjangan sosial dan kerusakan – kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai
akibat dari aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan.Semakin banyak
bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap
lingkungannya, maka semakin baik pula citra perusahaan menurut pandangan
masyarakat.Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang
baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, maka semakin tinggi
juga loyalitas konsumen. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu
lama maka penjualan perusahaan akan membaik dan pada akhirnya diharapkan
tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Secara teoritis, suatu perusahaan
dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja keuangan perusahaan juga baik.
Menurut Global Impact Initiative (2002) menyebutkan pemahaman CSR
dengan 3P yaitu profit, people, planet. Konsep ini memuat pengertian bahwa

bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan juga
memberikan kesejahteraan kepada orang lain(people) dan menjamin konsep
keberlangsungan

bumi

Responsibility

(CSR)

(planet).

Dewasa

berkaitan

erat

ini


konsep
dengan

Corporate

Social

keberlangsungan

perusahaan.Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk

3

memperlihatkan aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya
terhadap masyarakat.
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) semakin
popular digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah
lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial
perusahaan”. Walaupun tidak menamainya dengan CSR, secara faktual aksinya
mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan

“kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Penerapan CSR di
Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun kualitas. Selain
kegiatan dan pengelolaannya yang semakin bervariasi, dilihat dari kontribusi
finansial, jumlah dana yang dialokasikan dalam penerapan CSR juga semakin
besar. Walaupun penerapan CSR mulai berkembang, tetapi sampai saat ini,
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan masih bersifat sukarela.
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai
pendekatan karitatif seperti pemberian bantuan terhadap organisasi – organisasi
lokal dan masyarakat miskin di negara – negara berkembang, karena tidak mampu
meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan
community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih
mendekati konsep empowerment dan sustainable development. Prinsip – prinsip
good corporate governance seperti fairness, transparency, accountability, dan
responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program
corporate social responsibility.
Praktik dan pengungkapan corporate social responsibility

merupakan

konsekuensi logis dari implementasi konsep good corporate governance, yang


4

prinsipnya antara lain menyatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan
kepentingan stakeholders-nya, sesuai dengan aturan yang ada dan menjalin
kerjasama yang aktif dengan stakeholders demi kelangsungan hidup jangka
panjang perusahaan dan mekanisme good corporate governance di perusahaan
dapat

dijadikan

sebagai

infrastruktur

pendukung

terhadap

praktik


dan

pengungkapan corporate social responsibility di Indonesia. Dengan adanya
mekanisme good corporate governance akan dapat mengurangi asimetri
informasi.
Konsep dari good corporate governance dilatarbelakangi oleh masalah
pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan didalam perusahaan, yang
selanjutnya dimodelkan dengan agency theory. Dalam mekanisme good corporate
governance, pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan
merupakan upaya yang sangat penting untuk mewujudkan tata kelola perusahaan
yang baik.
Riyanto
responsibility

dan

Toolsema

didalam


(2007)

kerangka

yang

kerja

meneliti

good

corporate

corporate

social

governance


menggambarkan bagaimana tanggung jawab sosial dari pemegang saham dan
ancaman tekanan oleh aktivis mempengaruhi tingkat stres direktur dan pemegang
saham, mengingat bahwa corporate social responsibility dapat memungkinkan
pemegang saham berkomitmen untuk mengurangi upaya pengawasan dan dapat
menyebabkan manajer untuk bekerja dan berusaha meningkatkan keuntungan
setinggi-tingginya sehingga dapat membantu memecahkan masalah keagenan.
Corporate social responsibility mempunyai keterkaitan erat dengan good
corporate governance. Seperti dua sisi mata uang, keduanya memiliki kedudukan

5

yang kuat dalam dunia bisnis namun berhubungan satu sama lain. Corporate
social responsibility berorientasi kepada para stakeholders hal ini sejalan dengan
salah satu prinsip dari empat prinsip utama good corporate governance yaitu
responsibility. Masalah etika bisnis dan akuntabilitas bisnis makin mendapat
perhatian masyarakat di beberapa negara maju, yang biasanya sangat liberal dalam
menghadapi perusahaan mulai terdengar suara bahwa karena “self-regulation”
terlihat gagal, maka diperlukan peraturan baru yang memberikan “higher
standards for corporate practice” dan ”tougher penalties for executive

misconduct”. Pengungkapan (disclosure) terhadap aspek social, ethical,
environmental, dan sustainability sekarang ini menjadi suatu cara bagi perusahaan
untuk mengkomunikasikan bentuk akuntabilitasnya kepada para stakeholder.
Sustainability reporting

sebagaimana yang direkomendasikan oleh Global

Reporting Initiative terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi, lingkungan,
dan sosial. Ketiga aspek ini dikenal dengan Triple Bottom Line. Bentuk pelaporan
ini diharapkan mempunyai hubungan yang positif antara corporate social
responsibility, good corporate governance, dan nilai perusahaan.
Menurut Deegan (2004), triple bottom line reporting merupakan laporan
yang memberikan informasi mengenai kegiatan pelaksanaan kegiatan ekonomi,
sosial, dan lingkungan dari sebuah entitas. Apabila prinsip triple bottom line
reporting dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan menunjukkan bahwa
akuntabilitas perusahaan tidak hanya untuk pelaksanaan kegiatan ekonomi saja,
tetapi juga untuk pelaksanaan kegiatan sosial dan lingkungan.
Laporan Keuangan Tahunan (Annual Report) digunakan sebagai salah satu
media


untuk

mengungkapkan

penerapan

tanggung

jawab

sosial

6

perusahaan.Laporan

Keuangan

Tahunan

merupakan

sarana

komunikasi

perusahaan dengan pihak eksternal. Telah dianjurkan dalam PSAK No. 1 tahun
2009 paragraf 9 tentang Penyajian Laporan Keuangan, bagian Tanggung Jawab
atas Laporan Keuangan menyatakan bahwa: Perusahaan dapat pula menyajikan
laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai
tambah (value added statement), khusus bagi industri dimana faktor-faktor
lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap
pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Dalam menyusun laporan keuangan yang wajar ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya salah satunya komponen laporan keuangan yaitu laporan laba
rugi dimana laporan tersebut merupakan dasar penting untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan yang mencakup pendapatan dan beban. Pendapatan
merupakan indikator untuk pembentukan laba, oleh karena itu pendapatan diukur
secara wajar sesuai prinsip pengakuan pendapatan untuk diterapkan guna
mengukur pendapatan yang diterima sebenarnya oleh perusahaan. Dimana
pendapatan merupakan kegiatan pokok juga merupakan komponen yang akan
diperbandingkan dalam laporan keuangan dan disajikan sesuai Standar Akuntansi
Keuangan. Pendapatan juga salah satu modal kerja yang paling likuiditas karena
kejadian yang menyebabkan naiknya nilai asset mengakibatkan pendapatan
menjadi sasaran yang paling mudah untuk disalahgunakan.
Selain pendapatan, beban juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan. Dimana beban juga diakui dalam laporan laba rugi
berkaitan dengan manfaat ekonomi dengan penurunan asset atau kenaikan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan handal. Maka beban perusahaan

7

harus dicatat secara tepat karena menentukan laba perusahaan, beban mencakup
baik kerugian maupun beban yang timbul karena aktivitas perusahaan untuk
memperoleh pendapatan. Ketepatan pencatatan beban tergantung pada ketepatan
pengklasifikasian beban yang diterapkan perusahaan. Penyusunan laporan
keuangan tidak terlepas dari pemilihan metode, teknik serta kebijakan akuntansi.
Pemilihan metode maupun teknik dalam akuntansi dapat berpengaruh terhadap
pengakuan pendapatan dan beban. Dalam pelaporan keuangan yang menjadi pusat
perhatian dalam laporan laba rugi adalah total pendapatan, beban dan laba.
Dengan demikian laporan keuangan harus disajikan secara layak posisi keuangan
perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor penting untuk menilai
keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri.Mulai dari penilaian asset, utang,
likuiditas, dan lain sebagainya. Banyak indikator yang dapat digunakan dalam
menganalisis kinerja keuangan perusahaan antara lain cash flow atau aliran dana
per transaksi, profitabilitas, likuiditas, struktur keuangan dan investasi atau rasio
pemegang saham.
Pada umumnya, faktor keuangan merupakan kunci utama yang akan
memengaruhi nilai perusahaan. Faktor keuangan berbicara tentang bagaimana
perusahaan mencari dana, mendapatkan dana dan mengalokasikan dana tersebut
agar efisien dalam penggunaannya. Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai
aset yang dimiliki perusahaan seperti surat – surat berharga. Saham merupakan
salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya
harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten.

8

Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang
saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas.Profitabilitas juga
disinyalir sebagai faktor yang memengaruhi luas pengungkapan yang dilakukan
perusahaan.
Dewasa ini banyak perusahan menganggap, bahwa pengungkapan
tanggung jawab sosial merupakan bagian dari strategi perusahaan.Perusahaan
semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari
strategi bisnisnya.Survey global yang dilakukan The Economist Intelligence Unit
menunjukkan bahwa 88% eksekutif dan investor dari berbagai organisasi
menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan
mereka.Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dalam laporan keuangan
berkorelasi dengan profitabilitas perusahaan tersebut.
Pengungkapan corporate social responsibility dan pengungkapan good
corporate governance, beban dan pendapatan di Indonesia bukan lagi
pengungkapan yang bersifat sukarela, tetapi sudah menjadi kewajiban karena
sudah ada dasar hukumnya. Namun hukum yang ada belum disertai dengan
standar yang baku untuk semua perusahaan yang ada di Indonesia karena itu
masih sering terjadi salah tafsir terhadap pelaksanaan corporate social
responsibility dan good corporate governance. Pengungkapan beban dan
pendapatan telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Good
corporate governance didalam pengungkapan oleh perusahaan juga masih belum
ada standar yang baik, karena itu tingkat pengungkapan good corporate
governance perusahaan di Indonesia masih rendah serta banyaknya perbedaan –

9

perbedaan penelitian terdahulu, maka saya tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility, Good
Corporate Governance, beban dan pendapatan terhadap nilai perusahaan dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating dalam laporan tahunan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010
sampai dengan 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility,Good
Corporate Governance, Beban dan Pendapatan dalam laporan tahunan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2014
2. Apakah profitabilitas mampu memoderasi hubungan antara Pengungkapan
Corporate Social Responsibility,Good Corporate Governance, Beban dan
Pendapatan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010–2014
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuanuntuk :
1. Memperoleh bukti empiris tentang: Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility, Good Corporate Governance, Beban dan Pendapatan
terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility, Good Corporate Governance, Beban dan Pendapatan

10

terhadap Nilai perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating
pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010–2014
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi pihak manajemen perusahaan, hasil penelitian ini sebagai bahan acuan
perusahaan

untuk

melaksanakan

pengungkapan

Corporate

Social

Responsibility, Good Corporate Governance, Beban dan Pendapatan serta
melihat pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai
variabel moderating.
2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk kajian akademik tentang pengaruh pengungkapan Corporate
Social

Responsibility,

Good

Corporate

Governance,

Beban

dan

Pendapatanterhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
moderating.
3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian
tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility, Good
Corporate Governance, Beban dan Pendapatan terhadap Nilai Perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Roza Thohiri tahun 2011
yang berjudul Pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good
Corporate Governance terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai

11

moderating variabel (studi empiris pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 – 2010).
Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada manajemen dalam mengungkapkan kepada pemegang saham program
corporate social responsibility secara lebih luas.Semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi yang
diberikan

perusahaan

termasuk

informasi

corporate

social

responsibility.Profitabilitas digunakan sebagai variabel moderating dalam
penelitian ini karena secara teoritis semakin tinggi tingkat profitabilitas yang
dicapai perusahaan maka semakin tinggi pula pengungkapan corporate social
responsibility yang dilakukan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Roza Thohiri (2011) adalah:
1. Periode penelitian Roza Thohiri dari tahun 2007-2010, sedangkan
penelitian ini dari tahun 2010-2014.
2. Penelitian

Roza

Thohiri

hanya

menggunakan

Corporate

Social

Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai variabel
independen,

sedangkan

penelitian

ini

menambahkan

Beban

dan

Pendapatan sebagai variabel independen.
3. Pada penelitian Roza Thohiri menggunakan emiten perusahaan LQ 45
yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini menggunakan emiten
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan CSR Dan GCG Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Moderating Variabel Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2010

5 107 123

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN DAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2014

1 9 146

PENGARUH CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Peri

0 2 13

PENGARUH PENGUNGKAPAN CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAANDENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode Tah

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode Tahun 2011-2013).

0 2 8

Pengaruh Pengungkapan Csr, Gcg, Beban Dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 15

Pengaruh Pengungkapan Csr, Gcg, Beban Dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 2

Pengaruh Pengungkapan Csr, Gcg, Beban Dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 32

Pengaruh Pengungkapan Csr, Gcg, Beban Dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 2

Pengaruh Pengungkapan Csr, Gcg, Beban Dan Pendapatan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 11