THE EFFECT OF STUDYING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TO THE X GRADE OF SMA NEGERI 6 SURAKARTA STUDENTS CRITICAL THINGKING ABILITY IN ACADEMIC YEAR 2012 2013 | Joko Ariyanto | Pendidikan Biologi 7359 15468 1 SM

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI
Volume 7,Nomor 1
Halaman 40-51

Februari 2015

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
KELAS X SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
THE EFFECT OF STUDYING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TO THE X
GRADE OF SMA NEGERI 6 SURAKARTA STUDENTS CRITICAL THINGKING
ABILITY IN ACADEMIC YEAR 2012/2013
Lia Ullynuha a, Baskoro Adi Prayitnob, Joko Ariyantoc
a)

b)

Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: liaullynuha@gmail.com
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: baskoro_ap@uns.ac.id
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: joko_ariyanto_30@yahoo.com


ABSTRACT- This research is to know the effect of studying Problem Based Learning

(PBL) to tenth grade of SMA Negeri 6 Surakarta students critical thingking ability in academic
year 2012/2013..
This research include on Quasy Experiment with the research design posttest only non
equivalent group design. This research applies Problem Based Learning (PBL) to the experiment
group and variative communication method learning to control group. The population research is
the whole of tenth students of SMA 6 Surakarta year 2012/2013. The withdrawal sample technic
is sampling cluster and is taken two clasess the experiment group and control group. The data
collection technic uses test technic to know the environment pollution and the measure the
students’ critical ability, the school documentation as the first ability used to test the balace, and
observation sheet to see the doing activity in the form of: the students’ action, ability, and
attitude. Hypothesis test uses T-test with SPSS 16 program.
This research results is to show that through application learning Problem Based
Learning, students participate actively in the learning process. The hypothesis test results the
conclusion test (sig) 0,05 until the HO is refused. This means that the average result critical
ability between control class and experiment class are different. The pronouncement is also
supported descriptively that is form the average value of critical ability in the amount of
76.14862 for the experiment class and 83.24593 for the control class.

This research concludes that Problem Based Learning affects to the tenth students'
critical ability of SMAN 6 Surakarta year 2012/2013.
Keywords : Problem Based Learning, Critical thingking ability

besar dalam sistem pendidikan nasional.

PENDAHULUAN
Kemajuan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi yang pesat menuntut perubahan

Pendidikan

dan


pembelajaran

saat

ini

merupakan warisan dari sistem pendidikan
40

Lia Ullynuha- PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
lama yang isinya adalah menghafal fakta-

menyeleksi hipotesis yang relevan, serta

fakta tanpa arti. Kenyataan tersebut menjadi

menarik


tantangan dunia pendidikan. Pendidikan yang

menentukan

kevalidan

mampu

kesimpulan

(Sofan

mendukung

manusia

dalam

kesimpulan


yang
dari

&

valid

dan

kesimpulan-

Ahmadi,

2010).

persaingan global adalah pendidikan yang

Kemampuan berpikir kritis adalah aktivitas


mampu mengembangkan potensi siswa.

mental sistematis yang dilakukan oleh orang-

Siswa

yang

memiliki

kemampuan

orang yang toleran dengan pikiran terbuka

berpikir kritis dapat lebih mengoptimalkan

untuk

hasil


(Johnson, 2009). Kemampuan berpikir kritis

belajar

yang

dimiliki,

mampu

memperluas

pemahaman

mereka

merancang dan mengarungi kehidupan pada

menurut


masa yang akan datang yang penuh tantangan

interpretation, analysis, inferensi, evaluation,

dan persaingan. Hal tersebut didukung oleh

explanation, dan self-regulation.

Facione

(2011)

meliputi

pendapat Liliasari (2009) yang menyatakan,

Pembelajaran di sekolah kebanyakan

tuntutan era globalisasi yang semakin maju


lebih menekankan keterampilan berpikir

dan kompleks, proses pendidikan sains harus

tingkat rendah (Bassham, Irwin, Nardone, &

mempersiapkan

Wallace,

peserta

didik

yang

2008).

Siswa


hanya

dituntut

berkualitas yaitu peserta didik yang sadar

menyerap

sains (scientific literacy), memiliki nilai,

kemudian mengingatnya pada saat mengikuti

sikap, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi

tes. Dengan pembelajaran seperti ini siswa

(higher order thinking skills) sehingga akan

tidak


muncul sumber daya manusia yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis,

berpikir kritis, kreatif, membuat keputusan,

sedangkan keterampilan ini sangat diperlukan

dan memecahkan masalah.

untuk menghadapi kehidupan dan untuk

Salah satu keterampilan berpikir yang
diharapkan

muncul

dalam

informasi

secara

memperoleh

pasif

dan

pengalaman

keberhasilan dalam kehidupan.

pembelajaran

Permasalahan ini juga terdapat dalam

biologi adalah kemampuan berpikir kritis.

pembelajaran biologi, selama ini guru dalam

Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk

menyampaikan materi masih bersifat teoritis.

memahami masalah, menyeleksi informasi

Seharusnya

yang penting untuk menyeleksi masalah,

menggunakan fakta-fakta atau permasalahan

memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan

yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

dalam

pembelajaran

biologi

41

Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 1, hal 80-91
Karena

biologi

erat

kaitannya

dengan

mencari tahu informasi dan mengembangkan
informasi

tersebut,

sehingga

permasalahan yang diterimanya sebagai dasar
dalam proses pembelajaran.

siswa

diharapkan mampu dalam mengatasi masalah

METODE PENELITIAN

yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Solusi

untuk

memecahkan

Penelitian ini termasuk eksperimen
semu dengan pendekatan kuantitatif. Desain

permasalahan terkait dengan kemampuan

penelian

berpikir kritis siswa adalah dengan penerapan

nonequivalent

pembelajaran yang dapat mengembangkan

menggunakan

kemampuan

(pembelajaran Problem Based Learning) dan

berpikir

kritis.

Model

adalah

pembelajaran yang diterapkan tersebut adalah

kelas

model

bervariasi).

pembelajaran

Problem

Based

posttest

group

only

kontrol

dengan

design

kelas

with

eksperimen

(pembelajaran

ceramah

Learning (PBL). PBL menghadapkan siswa

Populasi dalam penelitian ini adalah

pada permasalahan sebagai dasar dalam

seluruh siswa kelas X SMA Negeri 6

pembelajaran yaitu dengan kata lain siswa

Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Teknik

belajar pada permasalahan atau berdasarkan

pengambilan

masalah. Melalui model tersebut siswa dapat

sampling, sehingga terpilih kelas X3 sebagai

menggali dan mengembangkan informasi

kelas kontrol dan kelas X4 sebagai kelas

dengan

eksperimen.

permasalahan

yang

ada

dalam

sampel

dengan

cluster

kehidupan sehari-hari siswa. Tahap-tahap

Variabel terikat penelitian ini yaitu

Problem Based Learning dapat mendukung

kemampuan berpikir kritis dan variabel bebas

siswa untuk mempunyai kemampuan berpikir

yaitu pembelajaran Problem Based Learning.

kritis. Ketika guru sedang menerapkan model

Uji

pembelajaran

Learning

Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas

bermacam-macam

menggunakan uji Levene’s. Teknik analisa

seringkali

Problem

menerapkan

Based

normalitas

menggunakan

uji

keterampilan, prosedur pemecahan masalah,

data

dan berpikir kritis (Trianto, 2007). Siswa

pengumpulan data yang digunakan dalam

dilatih untuk selalu ingin tahu terhadap

penelitian ini adalah dokumentasi, tes dan

informasi yang ada untuk mencapai suatu

observasi. Dokumentasi yaitu nilai semester

menggunakan

uji-t.

Teknik

ganjil siswa yang kemudian digunakan untuk
42

Lia Ullynuha- PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
uji keseimbangan sampel. Data kemampuan
berpikir kritis diperoleh menggunakan soal

Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata

tes berupa soal uraian,

Kemampuan Berpikir Kritis

lembar observasi

untuk mengontrol keterlaksanaan sintaks
pembelajaran Problem Based Learning.

Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata

Validasi Instrumen penelitian dengan

hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa

uji validasi dan reliabilitas. Selain validasi

pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada

produk moment, instrumen juga divalidasi

kelas kontrol. Rata-rata kelas eksperimen

konstruk oleh ahli.

83.1056

sedangkan

pada

kelas

kontrol

76.1486. Berdasarkan hasil tersebut, maka
secara deskriptif dapat dikatakan bahwa tes

HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian berupa nilai postes

kemampuan

berpikir

kritis

siswa

kelas

kemampuan berpikir kritis. Data postes

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

dianalisis dengan uji-t untuk mengetahui

Sedangkan untuk perbandingan rata-

pengaruh hasil dari penerapan pembelajaran

rata nilai setiap aspek kemampuan berpikir

Problem Based Learning. Hasil pengolahan

kritis kelas kontrol dan kelas eksperimen

data posttest menunjukkan bahwa nilai rata-

ditunjukkan pada Gambar 2.

rata hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelompok eksperimen (pembelajaran
Problem

Based

Learning )

lebih

tinggi

dibanding kelompok kontrol (pembelajaran
ceramah

bervariasi).

Perbandingan

nilai

ratarata hasil tes kemampuan berpikir kritis
disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 2. Nilai Rata-Rata Tiap Aspek
Kemampuan Berpikir Kritis

43

Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 1, hal 80-91
Gambar 2 menunjukkan bahwa kelas

anggota yang heterogen dapat menutup

eksperimen memiliki rata-rata nilai setiap

kekurangan

aspek

kelas

sehingga jawaban akhir yang diperoleh

kontrol. kelas eksperimen lebih baik pada

adalah jawaban yang lebih lengkap dan

empat aspek yaitu aspek analysis (analisis),

benar.

lebih

tinggi

dibandingkan

inference (kesimpulan), evaluation (evaluasi),
explanation (penjelasan).

Nilai

aspek

masing-masing

jawaban,

Nilai yang diperoleh kelas eksperimen
pada aspek menyimpulkan (inference) yaitu

interpretasi

yang

96, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 93.

diperoleh kelas eksperimen lebih rendah

Data tersebut menunjukkan bahwa nilai

dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga

kemampuan

berpikir

dapat diambil kesimpulan bahwa siswa pada

menyimpulkan

pada

kelas

eksperimen

kritis

aspek

pembelajaran

kelas

kurang

bisa

eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada

permasalahan

yang

kelas kontrol. Proses berkelompok yang

diterima dibandingkan dengan kelas kontrol.

dilakukan kelas eksperimen menyebabkan

Namun demikian nilai aspek interpretasi dari

setiap anggota dapat menyampaikan gagasan

kelas eksperimen sudah baik karena sudah

dari setiap anggota kelompok. Sehinga akan

melampaui

di dapatkan kesimpulan yang lengkap dan

mengelompokkan

nilai

batas

tuntas

pelajaran

biologi.

benar yang dari permasalahan yang terdapat

Nilai aspek analisis yang diperoleh

dalam artikel.

kelas eksperimen yang diberi pembelajaran
adalah

97,

Nilai yang diperoleh kelas eksperimen
aspek

evaluasi

yang

diberikan

sedangkan nilai untuk kelas kontrol yang

pembelajaran

Problem

Based

Learning

diberi

adalah sebesar 91, sedangkan nilai kelas

Problem

Based

Learning

pembelajaran

ceramah

bervariasi

pada

adalah 89. Data tersebut sudah menunjukkan

kontrol

bahwa aspek analisis pada kelas eksperimen

bervariasi adalah sebesar 86. Data tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

menunjukkan adanya perbedaan dari kedua

kontrol karena pada proses pembelajaran

penerapan pembelajaran. Nilai kemampuan

kelas

berpikir

eksperimen

siswa

bekerja

dalam

dengan

kritis

pembelajaran

aspek

evaluasi

ceramah

kelas

kelompok sehingga terjadi proses diskusi dan

eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

saling bertukar pendapat. Pendapat dari

kontrol karena pada pembelajaran kelas
44

Lia Ullynuha- PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
eksperimen,

siswa

bekerja

secara

berkelompok.

Proses

berkelompok

ini

keberadaan

kontrol.

untuk

kegiatan,
kelompok
menilai

sehingga

menghadapi

Namun

demikian

nilai

aspek

aktif

dalam

setiap

pengaturan diri dari kelas eksperimen sudah

setiap

siswa

dalam

baik karena sudah melampaui nilai batas

kemampuan

untuk

tuntas pelajaran biologi.

memiliki
pernyataan

dalam

permasalahan dibandingkan dengan kelas

menyebabkan setiap anggota berkesempatan
berpartisipasi

dirinya

atau

pendapat

dari

Uji Hipotesis

anggota kelompok yang lain.

Hasil analisis ada tidaknya pengaruh

Nilai yang diperoleh kelas eksperimen

dari penerapan pembelajaran Problem Based

pada aspek menjelaskan yang diberikan

Learning terhadap kemampuan berpikir kritis

pembelajaran

menggunakan uji t disajikan dalam Tabel 1.

Problem

Based

Learning

adalah sebesar 92, sedangkan nilai kelas
kontrol

dengan

pembelajaran

ceramah

bervariasi adalah sebesar 86. Data tersebut
menunjukkan
berpikir

kritis

bahwa
aspek

nilai

kemampuan

menjelaskan

pada

pembelajaran kelas eksperimen lebih tinggi

Tabel 1. Hasil Uji T
Variabel

t

df

Sig

Keputusa
n Uji

Kemampu
an
Berpikir
Kritis

3,068

54

0.003

H0
ditolak

dibandingkan pada kelas kontrol. Proses
berkelompok

yang

dilakukan

Hasil perhitungan uji-t menunjukkan

kelas

bahwa HO ditolak, karena nilai sig < 0,050,

eksperimen menyebabkan setiap anggota

yaitu bernilai 0,003 dan jika dilihat dari nilai

dapat menyampaikan maupun menjelaskan

thitung, hasil thitung > ttabel, yaitu dengan nilai

gagasan dari setiap anggota kelompok.

thitung sebesar 3,068 dan nilai ttabel sebesar

Sehinga akan di dapatkan pendapat atau

2,005 sehingga dapat diambil keputusan

gagasan yang lengkap dan benar yang dari

bahwa H1 diterima, artinya ada perbedaan

permasalahan yang terdapat dalam artikel.

yang signifikan rata-rata kemampuan berpikir

Nilai aspek pengaturan diri yang

kritis

antara

kelas

eksperimen

dengan

diperoleh kelas eksperimen lebih rendah

pembelajaran Problem Based Learning dan

dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga

kelas kontrol dengan pembelajaran ceramah

dapat diambil kesimpulan bahwa siswa pada

bervariasi.

kelas eksperimen kurang bisa mengatur
45

Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 1, hal 80-91
Rata-rata nilai kemampuan berpikir

langsung dalam pembelajaran serta antar

kritis siswa yang diperoleh kelas eksperimen

siswa

dengan

berdiskusi dalam kelompoknya. Guru dan

pembelajaran

Problem

Based

diberi

kesempatan

untuk

saling

Learning lebih tinggi dibandingkan kelas

siswa

kontrol yang menggunakan pembelajaran

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran

ceramah bervariasi. Hal tersebut dikarenakan

biologi pada materi pencemaran lingkungan

melalui model pembelajaran Problem Based

dapat tercapai secara maksimal. Penerapan

Learning, guru mengajak siswa untuk terlibat

pembelajaran

aktif baik secara fisik dan mental dalam

mampu mengkonstruksi pengetahuan siswa

belajarnya.

berpikir

sendiri juga melatih keterampilan sosial siswa

mengungkapkan

pada tahap kerja kelompok sehingga sering

mengenali

Siswa

masalah,

gagasan-gagasan
merancang

diajak

aktif

pemecahan

penyelidikan

sendiri

masalah,
untuk

cukup

antusias

Problem

berinteraksi

dengan

dalam

Based

proses

Learning

teman

ketika

memecahkan masalah.

menjawab masalah yang dihadapi, melakukan

Terkait dengan keterampilan sosial,

penyelidikan untuk mencari jawaban masalah

teori Vygotsky menunjukkan bahwa siswa

yang dihadapi sampai pada penyusunan

yang

kesimpulan. Dalam pembelajaran tidak hanya

keterampilan lebih baik dibanding siswa yang

menekankan tentang apa yang dipelajari

belajar sendiri. Siswa bekerja sama dalam

tetapi bagaimana siswa harus belajar. Dengan

kelompok akan melewati Zone of Proximal

demikian dalam model Problem Based

Development, yaitu masa dimana siswa lebih

Learning siswa terlibat aktif dalam proses

optimal dalam menerima informasi ketika

menemukan jawaban dari masalah atau

berada dalam kerja kelompok (Ormrod,

pertanyaan selain itu juga dapat melatihkan

2008).

kemampuan berpikir siswa terutama berpikir

pembelajaran Problem Based Learning, yaitu

kritis.

ketika
Penerapan

Based

Learning

pembelajaran
terbukti

Problem

menimbulkan

belajar

berkelompok

Teori

siswa

permasalahan

Vygotsky

berdiskusi
dan

mempunyai

mendasari

memecahkan

bekerjasama

dengan

kelompok.

interaksi efektif antara siswa dan guru dan

Pembelajaran PBL diawali dengan

juga antar siswa. Interaksi tersebut muncul

pengajuan masalah menggunakan objek nyata

karena siswa dan guru dapat terlibat secara

berupa sampel air tercemar dan air tidak
46

Lia Ullynuha- PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
tercemar. Pengorientasian siswa terhadap

Pengorganisasian siswa untuk belajar

pencemaran lingkungan menggunakan objek

dalam Problem Based Learning memberi

yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-

ruang bagi siswa untuk berkolaborasi dalam

hari.

penyelidikan

Siswa

permasalahan

diorientasikan
oleh

guru

pertanyaan-pertanyaan
siswa

berpikir.

masalah

ke

permasalahan

pencemaran

menggunakan

lingkungan. Siswa dibentuk menjadi tim-tim

memancing

dengan anggota kurang lebih 5 orang dengan

yang

Tahap

dalam

pengorientasian

memungkinkan

kemampuan

akademik

yang

heterogen.

siswa

Kemampuan siswa yang heterogen dalam

mengembangkan kemampuan berpikir kritis

kelompok ini dimaksudkan agar proses

meliputi aspek interpretasi (interpretation).

scaffolding

Aspek interpretasi merupakan kemampuan

terfasilitasi dengan baik. Proses scaffolding

siswa

mengelompokkan

melalui tutorial sebaya ini dimaksudkan agar

permasalahan atau fenomena yang diterima

siswa yang berakademik tinggi mampu

sehingga mempunyai arti dan bermakna jelas.

membantu

Hal

belajar

pengetahuan siswa yang berakademik sedang

konstruktivis Piaget yang menyatakan bahwa

dan rendah, sehingga dapat memperkecil

proses aktif dalam belajar akan membuat

kesenjangan kemampuan berpikir siswa.

siswa

Menurut Semiawan dkk (1992) diskusi

mampu

ini

sejalan

dengan

membangun

pemahaman

teori

sistem

mengenai

pengalaman-pengalaman

makna

fakta

melalui

tutorial

menyusun

memberikan

konsep

keuntungan

sebaya

atau

diantaranya

interaksi-

mempertinggi peran serta setiap orang dan

interaksi mereka baik dengan sumber-sumber

memupuk sikap saling menghargai pendapat

maupun

orang lain, sehingga keterampilan sosial pun

dengan

dan

dan

melalui

rekan-rekan

(Trianto, 2010).

belajarnya

Nilai rata-rata aspek

juga dapat terlatih dengan baik.

interpretasi pada kelas kontrol sebesar 98
lebih

tinggi

jika

dibandingkan

Tahap ketiga adalah penyelidikan

kelas

individual maupun kelompok. Pada tahap

eksperimen yaitu 87. Namun demikian nilai

pembelajaran ini guru menayangkan video

aspek interpretasi dari kelas eksperimen

tentang

sudah baik karena sudah melampaui nilai

memberikan artikel tentang pencemaran

batas tuntas pelajaran biologi.

lingkungan. Guru hanya sebagai fasilitator,

pencemaran

lingkungan

dan

pengamat yang telah siap dengan berbagai
47

Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 1, hal 80-91
pertanyaan guna membantu siswa (Nurlaela

dibanding nilai rata-rata aspek analisis pada

dkk, 2010). Guru juga membimbing siswa

kelas kontrol yaitu 89. Hal tersebut terjadi

dengan cara inkuiri sehingga siswa menjadi

karena proses kontruktivis pada diri siswa

terpacu untuk dapat mengkonstruk pemikiran

muncul dengan baik pada kelas eksperimen

sendiri. Siswa di dalam kelompok saling

dibanding dengan kelas kontrol yang hanya

berdiskusi

mendapat materi dari guru.

dan menyampaikan pendapat

masing-masing untuk dapat memecahkan
permasalahan

yang

ada

dalam

artikel.

Tahap

keempat

mengembangkan

dan

adalah

menyajikan

hasil

Pembelajaran yang menempatkan aktivitas

karya. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa sebagai yang utama, lebih banyak

kelompok untuk mempresentasikan hasil

memberikan kesempatan kepada siswa untuk

kerja kelompok mereka di depan kelas.

bersentuhan dengan berbagai objek belajar,

Tahap ini memperlihatkan kemampuan siswa

dan adanya hubungan baik antara guru dan

untuk

siswa, dapat meningkatkan keterampilan

kesimpulan dari permasalahan yang telah

berpikir tingkat tinggi terutama berpikir kritis

mereka diskusikan dengan baik. Siswa yang

dan partisipasi aktif siswa (Haryono, 2006).

telah bekerja dalam kelompok berusaha

Guru membantu siswa dalam mengumpulkan

semaksimal

informasi

hasil mereka. Tingkat pemahaman serta

dari

mengajukan
dapat

berbagai

sumber

pertanyaan-pertanyaan

membuat

motivasi

siswa

yang

mengambil

mempresentasikan

bagus

dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran, dengan

yang

demikian keterampilan-keterampilan dapat

solusi

terlaksana dengan optimal. Kegiatan yang

pemecahan masalah. Penyelidikan dalam

dilakukan siswa pada tahap ini adalah

rangka menemukan solusi permasalahan juga

memberikan penjelasan terhadap konsep

didukung dengan pertukaran ide-ide secara

yang telah ditemukan, dengan menggunakan

bebas antar anggota dalam kelompok. Tahap

data hasil pemecahan masalah pada artikel.

ini mengembangkan kemampuan berpikir

Guru mendengarkan dengan baik penjelasan

kritis meliputi kemampuan menganalisis

dari siswa, siswa yang lain dapat aktif

(analysis). Nilai rata-rata aspek analisis pada

memberi pertanyaan mengenai presentasi

kelas eksperimen sebesar 97 jauh lebih tinggi

salah satu kelompok. Siswa akan mengetahui

dan

dibutuhkan

berpikir

yang

mungkin

dan

tentang

masalah

siswa

dan

berkomunikasi

informasi-informasi

untuk

sampai

pada

48

Lia Ullynuha- PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
materi mana yang sudah dipahami dan belum

memperlihatkan sejauh mana siswa dapat

dipahami,

disini

pengaturan

diri

aspek
(self

berpikir

kritis

memahami materi yang telah mereka pelajari.

regulation)

dapat

Tahap

ini

mengembangkan

kemampuan

terlatihkan dan guru sebagai fasilitatornya.

berpikir kritis meliputi analysis, inference,

Nilai rata-rata aspek pengaturan diri (self

dan

regulation) kelompok kontrol sebesar 87

berkembang karena siswa dituntut untuk

lebih

dengan

mampu menjelaskan dan menilai pernyataan

kelompok eksperimen sebesar 80. Pada tahap

dengan pendapat yang kuat. Nilai rata-rata

ini juga akan berkembang aspek explanation

nilai kelompok eksperimen yaitu 91 lebih

yang terlihat ketika siswa mengungkapkan

tinggi

dan menjelaskan pendapat mereka untuk

kelompok

menemukan solusi pemecahan masalah. Nilai

evaluation, pada tahap ini akan berkembang

rata-rata nilai kelompok eksperimen yaitu 92

aspek membuat kesimpulan (inference). Nilai

lebih besar dibanding dengan nilai rata-rata

rata-rata nilai kelompok eksperimen yaitu 96

kelompok kontrol sebesar 86.

lebih besar dibanding dengan nilai rata-rata

tinggi

Tahap

jika

dibandingkan

pembelajaran

dibanding
kontrol

Aspek

dengan

evaluation

nilai

sebesar

86.

rata-rata
Selain

terakhir

kelompok kontrol sebesar 93. Nilai rata-rata

adalah menganalisis dan mengevaluasi proses

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

pemecahan

siswa

kelas kontrol karena pada kelas eksperimen

mengungkapkan gagasan-gagasan dan pola

siswa merumuskan masalah, mengajukan

berpikir yang digunakan untuk menemukan

hipotesis,

solusi permasalahn pencemaran lingkungan.

hipotesis, dan menarik kesimpulan dengan

Guru sebagai fasilitator memberikan evaluasi

menggunakan pertimbangan induktif atau

mengenai

telah

deduktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan

memperlihatkan

Facione (2011) dan Thompson (2011), yaitu

perkembangan tingkat pemahaman siswa

siswa dapat mengembangkan aspek berpikir

sehingga tidak terjadi miskonsepsi selama

kritis melalui mengenali dan memperoleh

menjalankan

unsur

masalah.

yang

evaluation.

Tahap

pembelajaran

berlangsung.

Guru

proses

ini

yang

belajar.

dilakukan

dengan

memberi

berwujud

soal-soal

uraian

Evaluasi
pertanyaan

yang

mengumpulkan data, menjawab

yang

diperlukan

untuk

menarik

kesimpulan yang masuk akal, memecahkan

harus

dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan

dikerjakan siswa secara individu. Tahap ini

informasi yang relevan dan mengurangi
49

Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 1, hal 80-91
konsekuensi yang ditimbulkan dari data,

berpikir kritis siswa. Salah satu karakteristik

pernyataan,

prinsip,

keyakinan,

opini,

bukti,

penilaian,

pembelajaran ini

konsep,

deskripsi,

diskusi pada kelompok heterogen untuk

pernyataan, atau bentuk-bentuk representasi

memecahkan permasalahan. Proses diskusi di

lainnya.

kelompok heterogen lebih menfasilitasi siswa
Pembelajaran

Problem

Based

dalam

yang berupa kegiatan

berinkuiri

serta

terjadi

proses

Learning terdiri dari tahapan-tahapan proses

scaffolding yang pada akhirnya kemampuan

belajar

berpikir kritis siswa dapat terlatih lebih

yang

kemampuan

dapat

meningkatkan

berpikir

kritis

siswa,

optimal.

kemandirian siswa, dan bekerja sama di
dalam kelompok.
penelitian

dari

Hal ini sejalan dengan
yang

Berdasarkan hasil penelitian tentang

pelaksanaan

ada tidaknya pengaruh pembelajaran Problem

pembelajaran dengan model Problem Based

Based Learning (PBL) terhadap kemampuan

Learning dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa disimpulkan sebagai

berpikir kritis kelas X-5 SMA Negeri 1

berikut:

menunjukkan

Banjar

Adnyana

(2008)

SIMPULAN

bahwa

yang

adanya

Model pembelajaran Problem Based

masalah,

Learning (PBL) berpengaruh sangat nyata

memberikan argumetasi, melakukan induksi,

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

dan

kelas X SMA Negeri 6 Surakarta tahun

keterampilan

ditandai

merumuskan

memberikan

memberikan

dengan

respon

penilaian.
positif

Siswa
terhadap

pelajaran 2012/2013.

penerapan model pembelajaran PBL, dimana
terdapat 77,98% siswa yang menyatakan

DAFTAR PUSTAKA

setuju, 18,28% ragu-ragu, dan hanya 3,74%

Adnyana,

tidak setuju.
Berdasarkan hasil penelitian dan
beberapa

penelitian

yang

relevan

menunjukkan bahwa model pembelajaran
Problem Based Learning dalam pembelajaran

biologi berpengaruh terhadap kemampuan

G. P. (2008). Meningkatkan
Kualitas
Aktivitas
Belajar,
Keterampilan Berpikir Kritis, dan
Pemahaman Konsep Biologi Kelas
X-5 SMA Negeri 1 Banjar Melalui
Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis
Masalah.
Singaraja:
Undiksha

Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H., &
Wallace, J. M. (2008). Critical
50

Lia Ullynuha- PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 6
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Thinking A Student's Instruction.
Boston: McGraw-Hill.

Facione, P. A. (2011). Critical Thinking :
What It Is and Why It Counts.
California: Measured Reason and
The California Academic Press.
Haryono. (2006). Model Pembelajaran
Berbasis peningkatan keterampilan
Proses Sains. Jurnal Pendidikan
Dasar , 7 (1), 1-13.
Johnson, E. B. (2009). Contextual Teaching
and Learning. Bandung: MLC.
Liliasari. (2009). Peningkatan Kualitas Guru
Sains Melalui Pengembangan
Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi. Bandung: UPI.

Sofan, A., & Ahmadi, L. K. (2010). Proses
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
dalam Kelas. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran
Inovatif
berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Trianto.

(2010).
Mendesain
Model
pembelajaran Inovatif Progresif:
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana.

Nurlaela, M. Tawil., L. Bambang., Abbas M.,
Lukman T., dan Syahril R. (2010).
Implementasi Model Siklus Belajar
(Learning
Cycle)
Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan
Hasil Pembelajaran Mengelas
dengan Gas Metal Siswa Kelas XII
Sekolah
Menengah
Kejuruan
Negeri
Makasar.
Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, 16
(2), 157-171.
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan.
Terj. Wahyu Indianti, dkk.
Surabaya : Erlangga.
Semiawan, C., Tangyong, A. F., Belen, S.,
Matahelemual, Y., & Suseloardjo,
W.
(1992).
Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta:
Grasindo.
Slavin, R. (2009). Cooperative Learning :
Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
51

Dokumen yang terkait

The Reading Comprehension Ability Of SMA Student (The Case of the second year students SMA Negeri 1 Gebang Langkat Academic Year 2013/2014)

0 41 15

THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ON CRITICAL THINKING ABILITY OF STUDENTS IN DYNAMIC FLUID CLASS XI MIA SMA NEGERI 2 BALIGE ACADEMIC YEAR 2014/ 2015.

0 2 19

THE EFFORT TO INCREASE THE PROBLEM SOLVING ABILITY OF STUDENT BY IMPLEMENTING PROBLEM BASED LEARNING (PBL) IN THE TOPIC OF TRIGONOMETRY IN GRADE X OF SMA NEGERI 1 PERBAUNGAN IN THE YEAR OF 2012/2013.

0 1 20

THE EFFECT OF DISCOVERY LEARNING ON STUDENTS’ LOGICAL THINKING SKILLS OF GRADE X MIA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2013/2014 | Maridi | Pendidikan Biologi 7365 15478 1 SM

0 1 7

THE INFLUENCE OF GUIDED DISCOVERY LEARNING MODEL TOWARD CRITICAL THINKING SKILLS OF X GRADE STUDENTS AT SMA NEGERI KARANGPANDAN IN ACADEMIC YEAR 2013/2014. | - | Pendidikan Biologi 7377 15502 1 SM

0 1 9

The Influence Of Reality Based Learning Toward Biology Learning Achievement Of X Graders Of SMA Negeri 5 Surakarta In The Academic Year Of 2012/2013 | - | Pendidikan Biologi 7383 15514 1 SM

0 6 12

THE EFFECT OF USING INQUIRY-BASED LEARNING STRATEGY IN THE WRITING ABILITY OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN IN THE ACADEMIC YEAR OF 2012/2013.

0 0 247

THE IMPROVEMENT OF STUDENTS LEARNING OUTCOMES AND ACADEMIC SELF EFFICACY USES PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL OF THE X IA-4 GRADE IN SMA BATIK 1 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2013 2014 | - | Pendidikan Biologi 7364 15476 1 SM

0 0 12

EFFORTS TO IMPROVE STUDENTS FIGURAL CREATIVITY THROUGH THE USE OF 5E LEARNING CYCLE WITH INTERRELATIONSHIP DIAGRAM ON REVIEW OF VERMES CLASS X-8 SMA NEGERI 3 SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2012 2013 | Joko Ariyanto | Pendidikan Biologi 7381 15510 1 SM

0 0 10

The Influence Of Collaborative-Constructivist Learning Model Toward Critical Thinking Ability Of X Grade Students At SMA Negeri 2 Karanganyar In Academic Year 2012 2013 | Slamet Santosa | Pendidikan Biologi 7382 15512 1 SM

0 0 12