kajian pendidikan politik dan pemilu dal

KAJIAN TERHADAP PENDIDIKAN POLITIK DAN PEMILU
DALAM MASYARAKAT

YOHANES FIRMAN GILI
1121305003
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2011

Latar Belakang
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacammacam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.
Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan
kegiatan-kegiatan perseorangan (individu).
Kehidupan politik mencakup bermacam-macam kegiatan yang memengaruhi
kebijakan dari pihak yang berwenang yang diterima oleh suatu masyarakat dan
yang memengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu. Dalam ilmu politik
selalu ada kekuasaan atau kekuatan.”
Politik merupakan usaha-usaha seseorang atau kelompok untuk mencapai
atau mendapatkan kekuasaan. Fenomena politik atau kekuasaan mengandung

konflik atau antagonisme dan integrasi yang terjadi di berbagai macam bentuk
komunitas masyarakat – bangsa, profesi, elite, kota, dan desa. Kekuasaan dalam
arti hubungan yang mengandung otoritas memperngaruhi kehidupan politik, baik
dalam bentuk Negara maupun komunitas-komunitas kecil atau masyarakat.
Menurut Maurice Duverger dalam sosiologi politik ( 1917: ) ada dua corak
yang di timbulkan oleh kekuasaan. Pertama bilamana orang melihat politik pada
dasarnya arena pertarungan atau medan pertempuran, kedua bilamana orang

mengaggap bahwa politik adalah suatu upaya untuk menegakan ketertiban dan
keadilan.
Salah satu bentuk kegiatan perpolitikan di dunia terutama di Indonesia
adalah pemilu. Pemilu atau pemilihan umum merupakan salah satu bentuk
pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Dalam beberapa decade terakhir proses
pemilu mengalami perubahan dari soal system. Pada masa orde lama misalnya
pemilihan umum presiden dan wakil presiden dilakukan oleh lembaga legislative,
pendasarannya adalah legislative diterima sebagai lembaga yang mewakili aspirasi
rakyat sebagaimana diamanatkan undang-undang Dasar 1945, Namun pada orde
ini pemilu terkesan tertutup dan jauh dari rasa kepuasan public.
Kondisi ini kemudian mengalami perubahan besar ketika reformasi
digulirkan. Pemilihan umum baik legislative maupun Presiden dan wakil presiden

serta beberapa jabatan structural di bawahnya dilaksanakan secara langsung dan
terbuka. Euphoria publik pun begitu besar, dan berharap aspirasinya terakomodir
dan tersalur dengan baik. Inilah espektasi besar public terhadap proses pemilihan
umum secara langsung di Indonesia.
Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi
untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat,
serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik.
Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak

mungkin memerintah secara langsung. Karena itu, diperlukan cara untuk memilih
wakil rakyat dalam memerintah suatu negara selama jangka waktu tertentu. Pemilu
dilaksanakan dengan menganut asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil.
Dalam buku Parpol Suatu Tinjauan Umum (81:1984), disebutkan Harris G.
Warren dan kawan-kawannya menyatakan bahwa pemilu adalah sebuah
kesempatan ketika warga memilih pejabatnya dan memutuskan apa yang mereka
ingin pemerintah lakukan untuk mereka. Sudiharto menyatakan bahwa pemilu
adalah sarana penting dalam demokrasi, karena pemilu merupakan contoh
partisipasi rakyat dalam berpolitik.
Hal ini terjadi karena banyaknya jumlah warganegara, sehingga mereka

harus menunjuk wakil untuk kehidupan Negara.

Rumusan Masalah
1. Pendidikan politik apa yang diberikan kepada masyarakat
menjelang pemilu ?
2. Usaha apa yang dilakukan agar masyarakat mengerti tentang
politik dan pemilu ?

TUJUAN
Sehubungan dengan latar belakang dan masalah yang diuraikan di atas, ada
dua tujuan yang hendak dicapai, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua
tujuan itu pada hakikatnya saling berkaitan. Kedua tujuan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut.

Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebarapa besar
pengetahuan masyrakat tentang politik dan proses pemilu. Penelitian ini juga
bertujuan untuk menggali, menginvestasi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
untuk pengembangan pengetahuan terhadap politik dan proses pemilu.
Tujuan Khusus

Sesuai dengan permasalahan, tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Untuk mendeskripsikan politik dan proses pemilu kepada masyarakat.
2) Untuk mengetahui

politik dan proses pemilu apa yang di terapkan

kepada masyarakat.
3) Untuk memahami makna yang terkandung politik dan proses pemilu.

Teori
1. Politik
Politik adalah ilmu yang mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara, dan
lembaga-lembaga Negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut serta hubungan
antara Negara dengan warga negaranya serta Negara lain (Roger F.Soltau). politik
adalah ilmu social yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari Negara sejauh
Negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan gejala-gejala
kekuasaan lain yang tak resmi yang dapat mempengaruhi Negara (Ossip
K.Flechteim).
Ilmu Politik memusatkan perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan

bersama atau masyarakat. Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum
semata-mata, dan tidak pula pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup
manusia relatif baru. Di luar bidang hukum serta sebelum negara ada, masalah
kekuasaan itu pun telah pula ada. Hanya dalam zaman modern ini memanglah
kekuasaan itu berhubungan erat dengan Negara (Deliar Noer).
Untuk mengkaji tentang pendidikan politik saya menggunakan teori Kartini
Kartono. Menurut Kartini Kartono (1996 : 64), Pendidikan politik adalah bentuk
pendidikan orang dewasa dengan menyiapkan kader-kader untuk pertarungan politik
dan mendapatkan penyelesaian agar menadang dalam perjuangan politik dan
pendidikan politik adalah upaya edukatif yang internasional, di sengaja dan sistematis

untuk membentuk inividu sadar politik, dan mampu menjadi pelaku politik yang
bertanggung jawab secara etis atau moril dalam mencapai tujuan-tujuan politik.
2. Pemilu
Pemilu adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatan-jabatan
politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil
rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.
Pada hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn
kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih

anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya
bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya
pemerintahan negara (Ali Moertopo).
Untuk mengkaji tentang proses pemilu saya menggunakan teori dari
Ramlan.Menurut Ramlan (1992:181), Pemilu diartikan sebagai “ mekanisme
penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai
yang dipercayai.

Metode
Djajasudarma (2006 : 1) mengatakan bahwa metode adalah cara kerja yang
teratur dan cara berpikir serta bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Teknik adalah cara melaksanakan
metode (Sudaryanto, 1993 : 9). Metode dan teknik dapat dibedakan menjadi tiga
tahapan, yaitu (1) metode dan teknik pengumpulan data; (2) metode dan teknik
analisis data; dan (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data.
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data adalah
metode simak. Metode simak dilakukan dengan menyimak jawaban dan tanggapan
masyarakat terhadap pendidikan politik dan pemilu. Metode simak yang digunakan
dalam penelitian ini dibantu dengan beberapa teknik lanjutan, yakni teknik simak

bebas libat cakap (SBLC), teknik dokumentasi, dan teknik catat.
Dalam teknik SLBC peneliti hanya sebagai pemerhati, dalam arti peneliti
tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan
calon data (Sudaryanto, 1993: 4). Teknik dokumentasi dilakukan dengan
mendokumentasikan data menggunakan kamera sebagai bukti. Di samping teknik
dokumentasi juga akan digunakan teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan cara
mencatat jawaban dan tanggapan masyarakat terhadap pendidikan politik dan pemilu.
Metode dan Teknik Analisis Data
Analisi data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data,
mengelompokkan data, dan menganalis data. Untuk menganalisis data ini digunakan

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif (Mahsun, 2005: 230). Analisis kualitatif
adalah cara menganalisis dengan mendeskripsikan atau menyajikan data dalam
bentuk kata-kata daripada dalam bentuk angka-angka. Metode yang digunakan dalam
dalam analisis kualitatif adalah metode interpretasi atau pemaknaan. Metode ini
digunakan untuk menginterpretasikan pendidikan politik dan pemilu dalam
masyarakat.
Analisis kuantitatif adalah mencakupi setiap jenis penelitian berdasarkan
presentase, rata-rata, chikuadrat, dan perhitungan statistik lainnya atau dengan kata
lain penelitian kuantitatif melibatkan perhitungan atau angka atau kuantitas

(Djajasudarma, 2006: 10). Analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan jumlah
masyarakat yang mengerti tentang politik dan pemilu. Perhitungan perhitungan ini
menggunakan perhitungan statistik sedehana.
s
X 100=d
N

Keterangan:
s

: jumlah yang mengerti

N

: jumlah yang tidak mengerti

d

: hasil beda


Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode yang digunakan untuk penyajian hasil analisis data adalah metode
formal dan metode informal. Metode formal adalah metode yang menggunakan
perumusan dengan tanda, angka, dan lambang-lambang. Metode informal adalah
metode dengan menggunakan kata-kata biasa atau dengan mendeskripsikan.
Selain itu, dalam pelaksanaan analisis dan penyajian dipakai juga
pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan induktif, yaitu mengemukakan halhal yang lebih khusus terlebih dahulu, kemudian mengarah ke hal-hal yang bersifat
umum. Sebaliknya, pendekatan deduktif, yaitu mengemukakan hal-hal yang
bersifat umum terlebih dahulu, baru ke hal-hal yang bersifat khusus (Sudaryanto,
1986: 62).

Hipotesa I
Hipotesa II