contoh proposal tugas akhir docx
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Proposal skripsi
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
Mengetahui,
Pembimbing 1
Pembimbing II
Dr. Edy Nursanto, ST, MT
Ir. Untung Sukamto, MT
NIK : 2.6601.96.0127.1
NIP : 030 211 995
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB.
I.
PENDAHULUAN
1.1. Judul
1.2. Latar Belakang
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Maksud dan tujuan penelitian
1.5. Batasan Masalah
1.6. Metode Penelitian
1.7. Manfaat Penelitian
II.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Dasar Teori
2.2. Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
2.4. Tujuan Sistem Penyaliran Tambang
2.5. Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN
3.1. Pengolahan dan Analisis Data
3.2. Pembuktian Masalah
3.3. Rencana Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
KAJIAN
PEMISAHAN
PASIR
BESI
MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
1.2. LATAR BELAKANG
Pasir besi Indonesia mempunyai cadangan cukup besar terutama di daerah
sekitar pantai Selatan Jawa. Salah satu potensi pasir besi yang akan di teliti adalah
pasir besi dari daerah Pantai Depok, Parangtritis, Bantul . Pemanfaatan pasir besi
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja yang dalam
perkembangan dan kebutuhannya semakin meningkat. Tujuan penelitian untuk
mendapatkan kualitas pasir besi yang baik untuk proses selanjutnya, sehingga
perlu dilakukan konsentrasi untuk meningkatkan kadar besi dengan cara
magnetik.
Pemisahan secara magnetik terjadi karena adanya perbedaan sifat fisik
antar mineral magnetik dan mineral nonmagnetik yang dipengaruhi oleh kuat
arus, sehingga mineral yang magnetik dan bersifat non-magnetik dapat terpisah.
Kedudukan magnet permanen yang tetap pada posisinya, menyebabkan medan
magnet selama proses akan tetap. Sebaliknya, perbedaan arus dapat menyebabkan
perubahan jarak medan magnet terhadap daerah aliran muatan sehingga akan
terjadi perubahan pemisahan antara mineral magnetik (konsentrat), namun pada
penelitian ini tidak terdapat peubah arus sehingga tidak terjadi perubahan jarak
medan magnet terhadap mineral magnetik. Proses pemisahan pada magnetik
separator terjadi akibat adannya perbedaan sifat magnetik dari mineral. Dimana
mineral yang bersifat ferromagnetik dan magnetik akan tertarik ke daerah medan
magnetnya paling besar (produk), kemudian para magnetik dan dia magnetik tidak
akan tertarik dan akan menuju ke tempat tailing (produk D), untuk mineral non
magnetik.mekanisme pemisahan adalah bijih pasir besi yang sudah dipreparasi
masuk pada cover A, dengan adanya pemisahan secara magnetik sedemikian
mineral terbagi dalam mineral yang bersifat magnetik ( konsentrat ) pada posisi
dekat medan magnet terangkut ke tempat konsentrat ( produk ), sedang
nonmagnetik ( tailing ) jauh dari posisi magnet dan lepas sebagai tailling.
Gambar 1.1
Magnetic Separator
1.3. RUMUSAN MASALAH
Pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator dengan peubah
ukuran butir dan kecepatan serta ketebalan lapisan pengumpanan dapat di
maksimalkan dalam proses pemisahan. Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa ukuran yang paling efisien dalam pemisahan pasir besi menggunakan
magnetik separator?
2.
Berapakah kecepatan dan ketebalan lapisan pengumpanan yang paling efektif
dalam pemisahan pasir besi?
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan ukuran butir yang paling efisien dalam pemisahan pasir besi
menggunakan magnetik separator.
2. Mendapatkan kecepatan dan ketebalan lapisan pengumpanan yang paling
efektif dalam pemisahan pasir besi.
1.5. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya berlaku untuk alat yang digunakan dalam penelitian.
2. Terbatas hanya mencakup peubah ukuran butir dan kecepatan serta tebal
lapisan pengumpanan.
1.6. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan menggunakan dua metode penelitian yaitu
penelitian langsung dilapangan dan penelitian tidak langsung dengan pencarian,
pengumpulan, dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Studi Literatur
Yaitu mencari dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas dilapangan melalui buku ataupun literatur-literatur.
Selain itu juga dapat mempelajari penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya, yang berupa skripsi atau sumber lain.
2.
Orientasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara menyeluruh dengan cara mengunjungi
tempat-tempat yang terutama berada di sekitar pantai depok.
3.
Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang akan
dibahas didalam penelitian, yaitu pengamatan topografi daerah penelitian,
kondisi disekitar daerah pengambilan sampel, dan pengamatan komponen yang
berkaitan dengan penelitian bahan galian pasir besi. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh keakuratan data yang akan digunakan dalam penelitian.
4.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setelah studi literatur, orientasi lapangan, dan
observasi lapangan selesai dilaksanakan. Data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari
pengukuran atau pengamatan dilapangan/ laboratorium, seperti spesifikasi alat,
kadar mineral, berat (feed,konsentrat dan tailing), Ukuran butir, kecepatan, dan
tebal pengumpanan. Data sekunder adalah data yang diambil dari literatur atau
laporan perusahaan, seperti profil daerah, peta kesampaian daerah, peta
topografi,dan data kependudukan,.
5.
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder, kemudian
dilakukan perhitungan dan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan
yaitu perhitungan kadar (feed,konsentrat,tailing), perhitungan material balance,
perhitungan metallurgical balance, perhitungan % recovery, perhitungan %
loose, perhitungan nisbah konsentrasi. Setelah data diolah kemudian dilakukan
analisis data, untuk membandingkan perolehan data aktual dan data dari hasil
perhitungan,kemudian data akan disajikan sedemikian rupa untuk memperoleh
hasil penelitian.
1.7. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian diharapkan dapat :
1. Dapat memberikan rekomendasi komponen-komponen dalam pemisahan pasir
besi menggunakan alat magnetik separator yang efisien dan efektif.
2. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. DASAR TEORI
Sistem penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Mifa bersaudara
Tbk. menggunakan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan pola
berjenjang dan dilakukan dengan peralatan mekanis dan peledakan. Adapun
kegiatan penambangan secara garis besar meliputi :
1.
Pembersihan lahan (clearing).
2.
Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping).
3.
Penggalian (loosening).
4.
Pemuatan dan Pengangkutan (hauling).
5.
Pemasaran (marketing).
6.
Reklamasi.
7.
Pasca tambang.
Berikut adalah bagan alir dari penelitian dengan data yang akan dicari dan
digunakan dalam pengolahan data :
2.2. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara
global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Air di
bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi + penguapan, presipitasi dan
pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut,
berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh
sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke
permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke
permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi
mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di
mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui
dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah (inflitrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuklekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan
tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke
udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungaisungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan
sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam
jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah
(disebut groundwater runnof = limpasan air tanah).
Gambar 2.1.
Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front
penambangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada saat
musim penghujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan
untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang
aman, sehingga alat mekanis yang digunakan mempunyai umur yang lama.
2.4. Tujuan dan Sasaran Penyaliran Tambang
Tujuan dari Penyaliran tambang adalah :
Mencegah masuknya air kedalam front penambangan.
Mengeluarkan air yang telah ada dalam front penambangan.
Memastikan air tidak mengganggu proses penambangan.
2.5. Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi :
1. Mine drainage system, merupakan upaya untuk mencegah masuk atau
mengalirnya air front penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk
penanganan air tanah dan air yang berasal dari air permukaan.
Beberapa metode penyaliran mine drainage system adalah :
a. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa
tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan
akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya
dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.
b. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara
otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
c. Metode Elektro Osmosis
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemenelemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda dinetralisir
menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
d. Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya
diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi
kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter
kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang
bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor
kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
e. Metode Pemotongan Air Tanah
Metode ini biasanya digunakan untuk mengamati kondisi air tanah,
dimana lapisan tanah yang digali sampai sebatas akuifer. Dengan
terpotongnya aliran air tanah maka daerah hilir akan menjadi kering.
f. Metode Kombinasi Dengan Lubang Bukaan Bawah Tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar di dalam tanah
guna menampuang aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat
menyalurkan air permukaan ke dalam terowongan bawah tanah tersebut. Cara
ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat pengaruh gravitasi
sehingga tidak memerlukan pompa.
2. Mine dewatering system, merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke front penambangan, terutama untuk penanganan air hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering system adalah :
a. Sistem Paritan
Merupakan metode penyaliran yang paling murah dibandingkan dengan
metode yang lainya. Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Beberapa lubang paritan dibuat pada lokasi
penambangan guna menampung sementara serta mengalirkan air limpasan
menuju kolam penampungan kemudian dialirkan ke sungai atau diarahkan ke
selokan. Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih
dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat
dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit
diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk saluran terbuka yang paling
sederhana dan umum digunakan saat ini adalah saluran dengan bentuk
trapesium.
b. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang
terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari
tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat disisi bukit untuk pembuangan
air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini
biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut
dan shaft.
c. Sistem Kolam Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian di pompa
keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
Dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk kedalam lokasi
penambangan. Apabila kapasitas pompa lebih besar dari yang debit air yang
masuk, maka penggunaan pompa bisa secara periodik sehingga pompa tidak
mengalami kelelahan.
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
a.
Curah hujan
Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada
satu satuan luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m 2 jumlah air hujan yang
jatuh sebanyak 1 liter. Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah
hujan harian maksimum dalam satu tahun selama 10-20 tahun. Pengolahan data
dilakukan dengan distribusi Gumbels yang didasarkan atas distribusi normal.
Distribusi ini beranggapan bahwa variabel-variabel hidrologi tidak terbatas
sehingga digunakan data-data distribusi dengan harga yang paling besar
(maksimum). Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis frekuensi
langsung (direct frequency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan
curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Untuk
menghitung nilai hujan maksimum menggunakan persamaan Gumbels :
Xr = x +
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum
x
= curah hujan rata-rata
δx
(Yr−Yn )
δn
x = standar deviasi curah hujan
n = standar deviasi dari reduksi variat
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat
1. Periode Ulang Hujan (PUH)
Merupakan periode atau waktu dimana hujan dengan intensitas hujan
yang sama akan berulang dalam jangka waktu tertentu. Penetapan periode
ulang hujan dapat digunakan untuk rancangan intensitas curah hujan. Jika
angka tersebut dikorelasikan dengan durasi maka dapat dihitung intensitas
hujannya.
Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan
keperluan pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta
tetap memperhitungkan resiko hidrologi. Dapat pula dilakukan perhitungan
dengan metode distribusi normal menggunakan konsep peluang. Acuan untuk
menentukan PUH dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Periode Ulang Hujan Recana
Keterangan
Daerah terbuka
Sarana tambang
Lereng–lereng
Periode ulang hujan
0–5
2–5
tambang
penimbunan
Sumuran utama
Penyaliran keliling tambang
Pemindahan aliran sungai
dan
5 – 10
10 – 25
25
100
2. Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah curah hujan jangka pendek dinyatakan
dalam intensitas per jam (mm/jam). Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf “I”. Intensitas hujan digunakan dalam menentukan
debit air limpasan guna penentuan dimensi suatu penampang saluran terbuka.
Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam dinyatakan dengan rumus
Mononobe sebagai berikut :
I
R24 24
24 t
2/3
Keterangan :
mm
jam
I
= intensitas curah hujan (
t
= waktu (jam)
R24
= curah hujan maksimum (mm)
)
3. Resiko hidrologi
Resiko hidrologi adalah kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal
satu kali pada periode ulang tertentu.
P
(
= 1− 1−
1
Tr
)
TL
Keterangan :
P
= resiko hidrologi
Tr
= periode ulang
TL
= umur tambang
b. Daerah tangkapan hujan (Catchment area)
Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan yang bila terjadi
hujan maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
menuju titik pengaliran. Daerah tangkapan hujan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi, serta keadaan
geologi.
Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan pada peta daerah
yang akan diteliti, kemudian dilakukan pengukuran luasnya menggunakan
planimeter dengan memperhatikan daerah aliran air limpasan yang mengalir
sesuai dengan kontur masing-masing daerah. Hasil dari pembacaan
planimeter kemudian dikalikan dengan skala yang digunakan dalam peta
sehingga didapatkan luas tangkapan hujan dalam m2.
c. Air limpasan
Air limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang
langsung masuk ke dalam tanah sedangkan ada sebagian air hujan yang
langsung mengalir diatas permukaan tanah dari tempat tinggi ke tempat yang
lebih rendah.
Besarnya limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan
besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan. Besarnya air limpasan
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jenis presipitasi,
intensitas curah hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah
penyaliran, arah pergerakan curah hujan, dan lain-lain. Faktor yang paling
berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan atau
perbedaan ketinggian.
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan Metode
Rasional sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
m3
)
s
Q = debit limpasan (
C = koefisien limpasan
I = intensitas curah hujan (
mm
h)
A = luas daerah limpasan (km2)
-
Koefisien limpasan
Koefisien
air
limpasan
adalah
angka
yang
menunjukkan
perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah dengan curah hujan. Koefisien limpasan dapat ditentukan
berdasarkan pengamatan di lapangan yang tergantung pada keadaan
tanah, jenis tanaman, dan vegetasi. Dari hasil pengamatan kemudian
disesuaikan dengan tabel koefisien limpasan (Tabel 2.2.).
Tabel 2.2.
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Lahan
Kegunaan Lahan
Koefisien
Limpasan
Datar
Kemiringan < 3%
Agak miring
(3-15%)
Curam
Kemiringan > 15%
Persawahan rawa-rawa
0,2
Hutan, perkebunan
0,3
Pemukiman
0,4
Hutan, perkebunan
0,4
Pemukiman
0,5
Vegetasi ringan
0,6
Tanah gundul
Hutan
0,7
0,6
Pemukiman
0,7
Vegetasi ringan
Tanah
0,8
gundul,
0,9
penambangan
Dalam penentuan koefisien limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan :
-
Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil,
karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan
akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan
memberi nilai C yang besar.
-
Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil
daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan
misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah,
sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
-
Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Proposal skripsi
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2016
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
Mengetahui,
Pembimbing 1
Pembimbing II
Dr. Edy Nursanto, ST, MT
Ir. Untung Sukamto, MT
NIK : 2.6601.96.0127.1
NIP : 030 211 995
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB.
I.
PENDAHULUAN
1.1. Judul
1.2. Latar Belakang
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Maksud dan tujuan penelitian
1.5. Batasan Masalah
1.6. Metode Penelitian
1.7. Manfaat Penelitian
II.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Dasar Teori
2.2. Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
2.4. Tujuan Sistem Penyaliran Tambang
2.5. Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN
3.1. Pengolahan dan Analisis Data
3.2. Pembuktian Masalah
3.3. Rencana Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
KAJIAN
PEMISAHAN
PASIR
BESI
MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
1.2. LATAR BELAKANG
Pasir besi Indonesia mempunyai cadangan cukup besar terutama di daerah
sekitar pantai Selatan Jawa. Salah satu potensi pasir besi yang akan di teliti adalah
pasir besi dari daerah Pantai Depok, Parangtritis, Bantul . Pemanfaatan pasir besi
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja yang dalam
perkembangan dan kebutuhannya semakin meningkat. Tujuan penelitian untuk
mendapatkan kualitas pasir besi yang baik untuk proses selanjutnya, sehingga
perlu dilakukan konsentrasi untuk meningkatkan kadar besi dengan cara
magnetik.
Pemisahan secara magnetik terjadi karena adanya perbedaan sifat fisik
antar mineral magnetik dan mineral nonmagnetik yang dipengaruhi oleh kuat
arus, sehingga mineral yang magnetik dan bersifat non-magnetik dapat terpisah.
Kedudukan magnet permanen yang tetap pada posisinya, menyebabkan medan
magnet selama proses akan tetap. Sebaliknya, perbedaan arus dapat menyebabkan
perubahan jarak medan magnet terhadap daerah aliran muatan sehingga akan
terjadi perubahan pemisahan antara mineral magnetik (konsentrat), namun pada
penelitian ini tidak terdapat peubah arus sehingga tidak terjadi perubahan jarak
medan magnet terhadap mineral magnetik. Proses pemisahan pada magnetik
separator terjadi akibat adannya perbedaan sifat magnetik dari mineral. Dimana
mineral yang bersifat ferromagnetik dan magnetik akan tertarik ke daerah medan
magnetnya paling besar (produk), kemudian para magnetik dan dia magnetik tidak
akan tertarik dan akan menuju ke tempat tailing (produk D), untuk mineral non
magnetik.mekanisme pemisahan adalah bijih pasir besi yang sudah dipreparasi
masuk pada cover A, dengan adanya pemisahan secara magnetik sedemikian
mineral terbagi dalam mineral yang bersifat magnetik ( konsentrat ) pada posisi
dekat medan magnet terangkut ke tempat konsentrat ( produk ), sedang
nonmagnetik ( tailing ) jauh dari posisi magnet dan lepas sebagai tailling.
Gambar 1.1
Magnetic Separator
1.3. RUMUSAN MASALAH
Pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator dengan peubah
ukuran butir dan kecepatan serta ketebalan lapisan pengumpanan dapat di
maksimalkan dalam proses pemisahan. Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa ukuran yang paling efisien dalam pemisahan pasir besi menggunakan
magnetik separator?
2.
Berapakah kecepatan dan ketebalan lapisan pengumpanan yang paling efektif
dalam pemisahan pasir besi?
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan ukuran butir yang paling efisien dalam pemisahan pasir besi
menggunakan magnetik separator.
2. Mendapatkan kecepatan dan ketebalan lapisan pengumpanan yang paling
efektif dalam pemisahan pasir besi.
1.5. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya berlaku untuk alat yang digunakan dalam penelitian.
2. Terbatas hanya mencakup peubah ukuran butir dan kecepatan serta tebal
lapisan pengumpanan.
1.6. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan menggunakan dua metode penelitian yaitu
penelitian langsung dilapangan dan penelitian tidak langsung dengan pencarian,
pengumpulan, dan pengolahan data yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Studi Literatur
Yaitu mencari dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan
masalah yang akan dibahas dilapangan melalui buku ataupun literatur-literatur.
Selain itu juga dapat mempelajari penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya, yang berupa skripsi atau sumber lain.
2.
Orientasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara menyeluruh dengan cara mengunjungi
tempat-tempat yang terutama berada di sekitar pantai depok.
3.
Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap masalah yang akan
dibahas didalam penelitian, yaitu pengamatan topografi daerah penelitian,
kondisi disekitar daerah pengambilan sampel, dan pengamatan komponen yang
berkaitan dengan penelitian bahan galian pasir besi. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh keakuratan data yang akan digunakan dalam penelitian.
4.
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setelah studi literatur, orientasi lapangan, dan
observasi lapangan selesai dilaksanakan. Data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari
pengukuran atau pengamatan dilapangan/ laboratorium, seperti spesifikasi alat,
kadar mineral, berat (feed,konsentrat dan tailing), Ukuran butir, kecepatan, dan
tebal pengumpanan. Data sekunder adalah data yang diambil dari literatur atau
laporan perusahaan, seperti profil daerah, peta kesampaian daerah, peta
topografi,dan data kependudukan,.
5.
Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder, kemudian
dilakukan perhitungan dan pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan
yaitu perhitungan kadar (feed,konsentrat,tailing), perhitungan material balance,
perhitungan metallurgical balance, perhitungan % recovery, perhitungan %
loose, perhitungan nisbah konsentrasi. Setelah data diolah kemudian dilakukan
analisis data, untuk membandingkan perolehan data aktual dan data dari hasil
perhitungan,kemudian data akan disajikan sedemikian rupa untuk memperoleh
hasil penelitian.
1.7. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian diharapkan dapat :
1. Dapat memberikan rekomendasi komponen-komponen dalam pemisahan pasir
besi menggunakan alat magnetik separator yang efisien dan efektif.
2. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan pemisahan pasir besi menggunakan magnetik separator.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. DASAR TEORI
Sistem penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Mifa bersaudara
Tbk. menggunakan sistem tambang terbuka (surface mining) dengan pola
berjenjang dan dilakukan dengan peralatan mekanis dan peledakan. Adapun
kegiatan penambangan secara garis besar meliputi :
1.
Pembersihan lahan (clearing).
2.
Pengupasan lapisan tanah penutup (stripping).
3.
Penggalian (loosening).
4.
Pemuatan dan Pengangkutan (hauling).
5.
Pemasaran (marketing).
6.
Reklamasi.
7.
Pasca tambang.
Berikut adalah bagan alir dari penelitian dengan data yang akan dicari dan
digunakan dalam pengolahan data :
2.2. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara
global dan juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Air di
bumi ini mengulangi terus menerus sirkulasi + penguapan, presipitasi dan
pengaliran keluar (outflow). Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut,
berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh
sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan. Sebelum tiba ke
permukaan bumi sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba ke
permukaan bumi. Tidak semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi
mencapai permukaan tanah. Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan di
mana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui
dahan ke permukaan tanah.
Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam
tanah (inflitrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuklekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk
ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan
tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke
udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali segera ke sungaisungai (disebut aliran intra = interflow). Tetapi sebagian besar akan tersimpan
sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam
jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah
(disebut groundwater runnof = limpasan air tanah).
Gambar 2.1.
Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front
penambangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada saat
musim penghujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan
untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang
aman, sehingga alat mekanis yang digunakan mempunyai umur yang lama.
2.4. Tujuan dan Sasaran Penyaliran Tambang
Tujuan dari Penyaliran tambang adalah :
Mencegah masuknya air kedalam front penambangan.
Mengeluarkan air yang telah ada dalam front penambangan.
Memastikan air tidak mengganggu proses penambangan.
2.5. Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
Penanganan masalah air dalam suatu tambang terbuka dapat dibedakan
menjadi :
1. Mine drainage system, merupakan upaya untuk mencegah masuk atau
mengalirnya air front penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk
penanganan air tanah dan air yang berasal dari air permukaan.
Beberapa metode penyaliran mine drainage system adalah :
a. Metode Siemens
Pada tiap jenjang dari kegiatan penambangan dibuat lubang bor
kemudian ke dalam lubang bor dimaksukkan pipa dan disetiap bawah pipa
tersebut diberi lubang-lubang. Bagian ujung ini masuk ke dalam lapisan
akuifer, sehingga air tanah terkumpul pada bagian ini dan selanjutnya
dipompa ke atas dan dibuang ke luar daerah penambangan.
b. Metode Pemompaan Dalam (Deep Well Pump)
Metode ini digunakan untuk material yang mempunyai permeabilitas
rendah dan jenjang tinggi. Dalam metode ini dibuat lubang bor kemudian
dimasukkan pompa ke dalam lubang bor dan pompa akan bekerja secara
otomatis jika tercelup air. Kedalaman lubang bor 50 meter sampai 60 meter.
c. Metode Elektro Osmosis
Pada metode ini digunakan batang anoda serta katoda. Bilamana elemenelemen dialiri arus listrik maka air akan terurai, H+ pada katoda dinetralisir
menjadi air dan terkumpul pada sumur lalu dihisap dengan pompa.
d. Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang impermiabel dengan
membuat lubang bor. Kemudian dimasukkan pipa yang ujung bawahnya
diberi lubang-lubang. Antara pipa isap dengan dinding lubang bor diberi
kerikil-kerikil kasar (berfungsi sebagai penyaring kotoran) dengan diameter
kerikil lebih besar dari diameter lubang. Di bagian atas antara pipa dan lubang
bor di sumbat supaya saat ada isapan pompa, rongga antara pipa lubang bor
kedap udara sehingga air akan terserap ke dalam lubang bor.
e. Metode Pemotongan Air Tanah
Metode ini biasanya digunakan untuk mengamati kondisi air tanah,
dimana lapisan tanah yang digali sampai sebatas akuifer. Dengan
terpotongnya aliran air tanah maka daerah hilir akan menjadi kering.
f. Metode Kombinasi Dengan Lubang Bukaan Bawah Tanah
Dilakukan dengan membuat lubang bukaan mendatar di dalam tanah
guna menampuang aliran air dari permukaan. Beberapa lubang sumur dibuat
menyalurkan air permukaan ke dalam terowongan bawah tanah tersebut. Cara
ini cukup efektif karena air akan mengalir sendiri akibat pengaruh gravitasi
sehingga tidak memerlukan pompa.
2. Mine dewatering system, merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke front penambangan, terutama untuk penanganan air hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering system adalah :
a. Sistem Paritan
Merupakan metode penyaliran yang paling murah dibandingkan dengan
metode yang lainya. Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Beberapa lubang paritan dibuat pada lokasi
penambangan guna menampung sementara serta mengalirkan air limpasan
menuju kolam penampungan kemudian dialirkan ke sungai atau diarahkan ke
selokan. Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih
dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat
dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit
diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk saluran terbuka yang paling
sederhana dan umum digunakan saat ini adalah saluran dengan bentuk
trapesium.
b. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang
terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari
tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat disisi bukit untuk pembuangan
air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini
biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut
dan shaft.
c. Sistem Kolam Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian di pompa
keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
Dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk kedalam lokasi
penambangan. Apabila kapasitas pompa lebih besar dari yang debit air yang
masuk, maka penggunaan pompa bisa secara periodik sehingga pompa tidak
mengalami kelelahan.
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
a.
Curah hujan
Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada
satu satuan luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m 2 jumlah air hujan yang
jatuh sebanyak 1 liter. Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah
hujan harian maksimum dalam satu tahun selama 10-20 tahun. Pengolahan data
dilakukan dengan distribusi Gumbels yang didasarkan atas distribusi normal.
Distribusi ini beranggapan bahwa variabel-variabel hidrologi tidak terbatas
sehingga digunakan data-data distribusi dengan harga yang paling besar
(maksimum). Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis frekuensi
langsung (direct frequency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan
curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Untuk
menghitung nilai hujan maksimum menggunakan persamaan Gumbels :
Xr = x +
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum
x
= curah hujan rata-rata
δx
(Yr−Yn )
δn
x = standar deviasi curah hujan
n = standar deviasi dari reduksi variat
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat
1. Periode Ulang Hujan (PUH)
Merupakan periode atau waktu dimana hujan dengan intensitas hujan
yang sama akan berulang dalam jangka waktu tertentu. Penetapan periode
ulang hujan dapat digunakan untuk rancangan intensitas curah hujan. Jika
angka tersebut dikorelasikan dengan durasi maka dapat dihitung intensitas
hujannya.
Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data dan
keperluan pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang serta
tetap memperhitungkan resiko hidrologi. Dapat pula dilakukan perhitungan
dengan metode distribusi normal menggunakan konsep peluang. Acuan untuk
menentukan PUH dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.
Periode Ulang Hujan Recana
Keterangan
Daerah terbuka
Sarana tambang
Lereng–lereng
Periode ulang hujan
0–5
2–5
tambang
penimbunan
Sumuran utama
Penyaliran keliling tambang
Pemindahan aliran sungai
dan
5 – 10
10 – 25
25
100
2. Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah curah hujan jangka pendek dinyatakan
dalam intensitas per jam (mm/jam). Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf “I”. Intensitas hujan digunakan dalam menentukan
debit air limpasan guna penentuan dimensi suatu penampang saluran terbuka.
Intensitas curah hujan rata-rata dalam t jam dinyatakan dengan rumus
Mononobe sebagai berikut :
I
R24 24
24 t
2/3
Keterangan :
mm
jam
I
= intensitas curah hujan (
t
= waktu (jam)
R24
= curah hujan maksimum (mm)
)
3. Resiko hidrologi
Resiko hidrologi adalah kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal
satu kali pada periode ulang tertentu.
P
(
= 1− 1−
1
Tr
)
TL
Keterangan :
P
= resiko hidrologi
Tr
= periode ulang
TL
= umur tambang
b. Daerah tangkapan hujan (Catchment area)
Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan yang bila terjadi
hujan maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah
menuju titik pengaliran. Daerah tangkapan hujan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi, serta keadaan
geologi.
Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan pada peta daerah
yang akan diteliti, kemudian dilakukan pengukuran luasnya menggunakan
planimeter dengan memperhatikan daerah aliran air limpasan yang mengalir
sesuai dengan kontur masing-masing daerah. Hasil dari pembacaan
planimeter kemudian dikalikan dengan skala yang digunakan dalam peta
sehingga didapatkan luas tangkapan hujan dalam m2.
c. Air limpasan
Air limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang
langsung masuk ke dalam tanah sedangkan ada sebagian air hujan yang
langsung mengalir diatas permukaan tanah dari tempat tinggi ke tempat yang
lebih rendah.
Besarnya limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan
besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan. Besarnya air limpasan
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jenis presipitasi,
intensitas curah hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah
penyaliran, arah pergerakan curah hujan, dan lain-lain. Faktor yang paling
berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan atau
perbedaan ketinggian.
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan Metode
Rasional sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
m3
)
s
Q = debit limpasan (
C = koefisien limpasan
I = intensitas curah hujan (
mm
h)
A = luas daerah limpasan (km2)
-
Koefisien limpasan
Koefisien
air
limpasan
adalah
angka
yang
menunjukkan
perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah dengan curah hujan. Koefisien limpasan dapat ditentukan
berdasarkan pengamatan di lapangan yang tergantung pada keadaan
tanah, jenis tanaman, dan vegetasi. Dari hasil pengamatan kemudian
disesuaikan dengan tabel koefisien limpasan (Tabel 2.2.).
Tabel 2.2.
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Lahan
Kegunaan Lahan
Koefisien
Limpasan
Datar
Kemiringan < 3%
Agak miring
(3-15%)
Curam
Kemiringan > 15%
Persawahan rawa-rawa
0,2
Hutan, perkebunan
0,3
Pemukiman
0,4
Hutan, perkebunan
0,4
Pemukiman
0,5
Vegetasi ringan
0,6
Tanah gundul
Hutan
0,7
0,6
Pemukiman
0,7
Vegetasi ringan
Tanah
0,8
gundul,
0,9
penambangan
Dalam penentuan koefisien limpasan faktor-faktor yang harus diperhatikan :
-
Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil,
karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan
akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan
memberi nilai C yang besar.
-
Tata guna lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai C yang kecil
daripada daerah hutan atau perkebunan, karena pada daerah persawahan
misalnya padi, air hujan yang jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah,
sebelum akhirnya menjadi limpasan permukaan.
-
Kemiringan tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (